Anda di halaman 1dari 8

A.

KONSEP HOSPITALISASI
Hospitalisasi adalah suatu keadaan di mana seseorang dalam menjalani perawatan
di rumah sakit (Dorland, 1994). Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu
alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit
menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Hospitalisasi
merupakan stressor baik bagi anak maupun keluarga, yang diikuti ketidaktahuan,
lingkungan yang asing serta kebiasaan berbeda, dan tersebut menyebabkan anak dan
keluarga tertekan (Supartini, 2004).
Selama proses tersebut bukan saja anak tetapi orang tua juga mengalami kebiasaan
yang asing, lingkungannya yang asing, orang tua yang kurang mendapat dukungan emosi
akan menunjukkan rasa cemas. Rasa cemas pada orang tua akan membuat stress anak
meningkat. Dengan demikian asuhan keperawatan tidak hanya terfokus pada anak tetapi
juga pada orang tuanya (Alawin, 2008).

B. HOSPITALISASI PADA MASA BAYI SAMPAI PRASEKOLAH


1. Pada Masa Bayi
Respon Infant akibat perpisahan dibagi tiga tahap
a. Tahap Protes ( Fase Of Protes )
-Menangis kuat
-Menjerit
-Menendang
-Berduka
-Marah
b. Tahap Putus Asa ( Phase Of Despair )
-Tangis anak mula berkurang
-Murung, diam, sedih, apatis
-Tidak tertarik dengan aktivitas di sekitarnya
-Menghisap jari
-Menghindari kontak mata
-Berusaha menghindar dari orang yang mendekati
-Kadang anak tidak mau makan
c. Tahap Menolak ( Phase Detachment / Denial )
-Secara samar anak seakan menerima perpisahan ( pura-pura )
-Anak mulai tertarik dengan sesuatu di sekitarnya
-Bermain dengan orang lain
-Mulai membina hubungan yang dangkal dengan orang lain.
-Anak mulai terlihat gembira
d. Kehilangan Fungsi dan Kontrol
Hal ini terjadi karena ada persepsi yang salah tentang prosedur dan pengobatan serta
aktivitas di rumah sakit, misalnya karena diikat/restrain tangan, kaki yang membuat
anak kehilangan mobilitas dan menimbulkan stress pada anak.

e. Gangguan Body Image dan Nyeri


1) Infant masih ragu tentang persepsi body image
2) Tetapi dengan berkembangnya kemampuan motorik infant dapat memahami
arti dari organ tubuhnya, missal : sedih/cemas jika ada trauma atau luka.
3) Warna seragam perawat / dokter ( putih ) diidentikan dengan prosedur tindakan
yang menyakitkan sehingga meningkatkan kecemasan bagi infant.

Berdasarkan theory psychodynamic, sensasi yang berarti bagi infant adalah


berada di sekitar mulut dan genitalnya. Hal ini diperjelas apabila infant cemas karena
perpisahan, kehilangan control, gangguan body image dan nyeri infant biasanya
menghisap jari, botol.

2. Pada Masa Toddler


Sakit dan dirawat di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan krisis utama pada
anak usia toddler, serta stress akibat perubahan pada status kesehatan maupun
lingkungan dalam kebiasaan sehari-hari. Selain itu anak usia toddler juga mempunyai
keterbatasan dalam mekanisme koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian-
kejadian yang bersifat menekan (Nur Salam, dkk, 2005).
a. Kecemasan Akibat Perpisahan
Kecemasan akibat perpisahan, yaitu perpisahan dengan orang tua atau orang
terdekat bagi anak, respon anak toddler terhadap kecemasan perpisahan ini menurut
Nursalam (2005) dalam Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak dibagi dalam 3 fase,
yaitu:
1) Fase protes (Ph Phase of protes), perilaku yang dapat dilihat pada anak
diantaranya :
a) Menangis kuat.
b) Menjerit.
c) Memanggil ibunya.
d) Menggunakan tingkah laku agresif, seperti menendang, menggigit,
memukul, mencubit, dan menolak perhatian orang lain.
e) Secara verbal, anak menyerang orang asing dengan rasa marah (misalnya
dengan mengatakan “pergi”).
f) Perilaku protes seperti menangis akan berlanjut dan hanya akan berhenti bila
anak merasa kelelahan.
g) Berusaha secara fisik menahan orang tua untuk tetap tinggal.
h) Pendekatan dengan orang asing yang tergesa-gesa akan meningkatkan
protes.
2) Fase putus asa (Phase of despair), perilaku yang tampak diantaranya
a) Tidak aktif, cenderung diam dan tidak mau beraktifitas.
b) Menarik diri dari orang lain.
c) Depresi, sedih (cenderung diam/murung dan tidak mau beraktifitas).
d) Tidak tertarik pada lingkungan.
e) Tidak komunikatif (tidak menjawab sapaan/menyapa).
f) Regresi, keprilaku terdahulu seperti : menghisap jari, ngompol dan lainlain.
g) Menolak makan minum.
h) Tangis anak mulai berkurang.
i) Menghindari kontak mata.

3) Fase menolak (Phase of denial), perilaku yang tampak diantaranya:


a) Secara samar-samar anak menerima perpisahan.
b) Mulai tertarik dengan apa yang ada di sekitarnya.
c) Membina hubungan dangkal dengan orang lain.
d) Anak mulai kelihatan gembira.
4) Kehilangan Kendali/Kontrol
Toddler merupakan masa dimana anak mencari otonomi yang
ditampakan dengan tingkahlaku antaralain: ketrampilan motorik, permainan,
hubungan interpersonal, aktivitas sehari-hari dan komunikasi. Tetapi mereka
sebaliknya menunjukan reaksi negatifisme seperti tempertantrum karena sikap
egosentris anak. Anak merasa gagal dan kehilangan kendali jika ketrampilan
yang disukainya tidak dapat dilakukan. Hal ini akan menurunkan rasa percaya
diri pada anak. Anak yang sedang meningkatan aktivitas motoriknya akan
merasa cemas jika keterampilan yang disukainya tidak dapat dilakukan (Nur
Salam 2004).
Akibat sakit/ dirawat dirumah sakit, anak usia toddler juga dapat
bereaksi karena kehilangan kendali. Anak akan kehilangan kebebasan dalam
mengembangkan otonominya, sehingga anak bereaksi negative terhadap
ketergantungan yang dialaminya, terutama anak menjadi cepat marah dan
agresif.
Dengan adanya kehilangan fungsi sehubungan dengan terganggunya
fungsi motorik biasanya mengakibatkan berkurangnya percaya diri pada anak
sehingga tugas perkembangan yang sudah dicapai dapat terhambat. Hal ini
membuat anak menjadi regresi; ngompol lagi, suka menghisap jari dan menolak
untuk makan(http://akper-akbid.blogspot.com).

5) Cidera Tubuh dan Nyeri


Anak sudah mampu mengkomunikasikan rasa nyeri yang mereka alami
dan mampu menunjukkan lokasinya (Nur Salam, dkk, 2005). Kecemasan akan
meningkat karena adanya rasa nyeri dan perasaan takut akan mati (Supratini,
2004). Anak akan mengalami penurunan keaktifan serta kemampuan dalam
tahap perkembangannya terhadap perlakuan yang dialami atau nyeri yang
dirasakan karena mendapatkan tindakan invasive, seperti injeksi, infuse,
pengambilan darah, anak akan menangis bahkan sampai menyerang, baik secara
verbal maupun secara fisik, seperti menggigit, memukul, mencubit, dan
menentang perawata (supratini.2004).

3. Pada Masa Prasekolah


Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3 sampai 6 tahun. Bagi
anak usia pra sekolah, sakit adalah sesuatu yang menakutkan. Selain itu, perawatan di
rumah sakit dapat menimbulkan cemas karena anak merasa kehilangan lingkungan
yang dirasakanya aman, penuh kasih sayang dan menyenangkan. Anak juga harus
meninggalkan lingkungan rumah yang dikenalnya, permainan, dan teman
sepermainannya (Supartini, 2004).
Perilaku anak untuk beradaptasi terhadap sakit dan dirawat di rumah sakit
dengan cara :
a. Penolakan (Advoidance); perilaku dimana anak berusaha menghindar dari situasi
yang membuat anak tertekan, anak berusaha menolak treatment yang diberikan
seperti : disuntik, tidak mau dipasang infus, menolak minum obat, bersikap tidak
kooperatif kepada petugas medis.
b. Mengalihkan perhatian (Distraction); anak berusaha mengalihkan perhatian dari
pikiran atau sumber yang membuatnya tertekan. Perilaku yang dilakukan anak
misalnya meminta cerita saat dirumah sakit, menonton tv saat dipasang infus atau
bermain mainan yang disukai.
c. Berupaya aktif (active); anak berusaha mencari jalan keluar dengan melakukan
sesuatu secara aktif. Perilaku yang sering dilakukan misalnya menanyakan kondisi
kepada tenaga medis atau orang tuanya, bersikap kooperatif pada tenaga medis,
minum obat secara teratur dan beristirahat sesuai dengan peraturan yang diberikan.
d. Mencari dukungan (Support Seeking); anak mencari dukungan dari orang lain
untuk melepaskan tekanan atas penyakit yang dideritanya. Anak biasanya akan
meminta dukungan pada orang yang dekat dengannya, misalnya orang tua atau
saudaranya. Biasanya anak minta di temani selama di rumah sakit, didampingi saat
dilakukan treatment padanya, minta dielus saat merasa kesakitan (Wahyunin,
2001).
e. Kecemasan Terhadap Perpisahan
Saat anak prasekolah dirawat di rumah sakit, kondisi ini memaksa anak
untuk berpisah dari lingkungan rumah yang dirasakannya aman, penuh kasih
sayang, dan menyenangkan serta hilangnya waktu bermain bersama teman-teman
sepermainannya. Adapun reaksi terhadap perpisahan yang ditunjukkan anak usia
prasekolah selama dirawat di rumah sakit adalah dengan menolak makan, sering
bertanya kepada orang tuanya tentang hal-hal yang tidak dipahaminya, menangis
dan tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan. Dampak dari perpisahan yang
dialami anak prasekolah saat dirawat di rumah sakit akan menimbulkan rasa
kecemasan pada anak tersebut (Moersintowati, dkk, 2008).
f. Kehilangan Kendali/ Kontrol
Selain kecemasan akibat perpisahan, anak juga mengalami cemas akibat
kehilangan kendali atas dirinya. Akibat sakit dan dirawat di rumah sakit, anak akan
kehilangan kebebasan dalam mengembangkan otonominya. Anak akan bereaksi
negatif terhadap ketergantungan yang dialaminya, terutama anak akan menjadi
cepat marah dan agresif (Nursalam, Susilaningrum, dan Utami, 2005). Kecemasan
yang muncul merupakan respon emosional terhadap penilaian sesuatu yang
berbahaya, berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart &
Sundeen, 1998). Sedangkan menurut Gunarso (1995), kecemasan juga dapat
diartikan rasa khawatir takut tidak jelas sebabnya. Anak usia prasekolah merasa
(kehilangan kendali) karena mereka mengalami ketakutan mereka sendiri. Potter
(2005) juga mengemukakan bahwa selama waktu sakit, anak usia prasekolah
mungkin kembali ngompol, atau menghisap ibu jari dan menginginkan orang tua
mereka untuk menyuapi, memakaikan pakaian dan memeluk mereka.
g. Cidera Tubuh dan Nyeri
Apabila anak pernah mengalami pengalaman tidak menyenangkan dirawat
di rumah sakit sebelumnya akan menyebabkan anak takut dan trauma. Sebaliknya
apabila anak dirawat di rumah sakit mendapatkan perawatan yang baik dan
menyenangkan anak akan lebih kooperatif pada perawat dan dokter (Supartini,
2004). Sistem pendukung (support system) yang tersedia akan membantu anak
beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit dimana ia dirawat. Anak akan mencari
dukungan yang ada dari orang lain untuk melepaskan tekanan akibat penyakit yang
dideritanya. Anak biasanya akan minta dukungan kepada orang terdekat dengannya
misalnya orang tua atau saudaranya. Perilaku ini biasanya ditandai dengan
permintaan anak untuk ditunggui selama dirawat di rumah sakit, didampingi saat
dilakukan treatment padanya, minta dipeluk saat merasa takut dan cemas bahkan
saat merasa kesakitan. Reaksi anak usia prasekolah terhadap rasa nyeri sama seperti
sewaktu masih bayi. Anak akan bereaksi terhadap nyeri dengan menyeringaikan
wajah, menangis, mengatupkan gigi, menggigit bibir, membuka mata dengan lebar,
atau melakukan tindakan agresif seperti menendang dan memukul. Namun, pada
akhir periode balita anak biasanya sudah mampu mengkomunikasikan rasa nyeri
yang mereka alami dan menunjukkan lokasi nyeri (Nursalam, Susilaningrum, dan
Utami, 2005).

C. PERAN PERAWAT DALAM HOSPITALISASI PADA MASA BAYI SAMPA PRA


SEKOLAH

Pada hari pertama perawatan perawat dan dokter melakukan :


1. Kenalkan perawat dan dokter yang akan merawatnya.
2. Orientasikan anak dan ortu pada ruang rawat yang ada beserta fasilitas yang dapat
digunakan.
3. Kenalkan dgn pasien anak lain yang menjadi teman sekamarnya.
4. Berikan identitas pada anak
5. Jelaskan aturan RS yg berlaku dan jadwal kegiatan yang akan diikuti.
6. Laksanakan pengkajian riwayat kep.
7. Lakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lainnya sesuai dgn yang programkan.
Prinsip intevensi keperawatan yang dilakukan pada masa bayi sampai pra sekolah meliputi
:
1. Meminimalkan sressor atau penyebab stres.
2. Melibatkan ortu berperan aktif dalam perawatan.
3. Perawatan (rooming in)
a. Modifikasi ruang perawatan dgn membuat situasi ruang perawatyan
seperti dirumah.
b. Mempertahankan kontak dgn kegiatan sekolah.
c. Mengurangi kehilangan kontrol : menghindari pembatasan fisik jika anak dapat
kooperatif thp petugas.
d. Meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan : menjelaskan sebelum melakukan
prosedur.
4. Memaksimalkan manfaat hospitalisasi
a. Memberi kesempatan pada ortu mempelajari tukem anak dan reaksi anak thp sressor
yg dihadapi selama dirawat.
b. Dapat dijadikan media untuk belajar ortu.
c. Memberi kesempatan pada anak mengambil keputusan, tidak bergantung pada orla
dan percaya diri.
d. Beri kesempatan pada anak untuk saling mengenal dan membagi pengalaman.
5. Memberikan dukungan pada anggota keluarga lain.
a. Berikan dukungan kepada keluarga utk mau tinggal dgn anak di RS.
b. Fasilitasi keluarga utk berkonsultasi pada psikolog atau ahli agama.
c. Beri dukungan kepada keluarga untuk menerima kondisi anaknya dgn nilai-nilai yg
diyakininya.
d. Fasilitasi untuk menghadirkan saudara kandung anak .
6. Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan di RS.
a. Pada tahap sebelum masuk di RS dilakukan : Siapkan ruang rawat sesuai dgn
tahapan usia anak dan jenis penyakit dgn peralatan yg diperlukan,.
b. Apabila anak harus dirawat secara berencana, 1-2 hari sebelum dirawat
diorientasikan dgn situasi RS dgn bentuk miniatur bangunan RS.
DAFTAR PUSTAKA

Buku Ajar Keperawatan Wong/ Donna L. Wong. Edisi 6. Jakarta: EGC, 2008.
http://duniakesehatan1.blogspot.co.id/2011/04/konsep-hospitalisasi.html
MAKALAH KEPERAWATAN ANAK DENGAN TEMA HOSPITALISASI PADA
BAYI SAMPAI DENGAN PRA SEKOLAH

Di Susun Oleh:

1. EDI DARMASUSILO
2. FIEN HERVIANTI
3. HERU PRASETYO
4. PIPIK HIDAYAT
5. RENGGA PRIMA
6. ULLY FERANY

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA


TAHUN 2016

Anda mungkin juga menyukai