A. Pengertian Hospitalisasi
Menurut Potter & Perry (2005) hospitalisasi adalah pengalaman yang penuh tekanan,
utamanya karena perpisahan dengan lingkungan normal dimana orang lain berarti, seleksi perilaku
koping terbatas, dan perubahan status kesehatan.Hospitalisasi adalah kebutuhan klien untuk
dirawat karena adanya perubahan atau gangguan fisik, psikis, sosial dan adaptasi terhadap
lingkungan (Parini, 1999).
Proses hospitalisasi dapat menimbulkan trauma atau dukungan , bergantung pada institusi,
sikap keluarga dan teman, respon staf, dan jenis penerimaan masuk rumah sakit (Stuart, 2007, )
Hospitalisasi merupakan proses karena suatu alasan yang terencana atau darurat,
mengharuskan anak untuk tinggal di RS, menjalani terapi & perawatan sampai dipulangkan
kembali ke rumah. Perasaan yang sering muncul pada anak : cemas, marah, sedih, takut dan rasa
bersalah (Wong, 2000). Bila anak stress maka orang tua juga menjadi stress danakan membuat
stress anak semakin meningkat (Supartini, 2000).
Hospitalisasi terjadi apabila dalam masa pertumbuhan dan perkembangan anak mengalami
suatu gangguan fisik maupun mentalnya yang memungkinkan anak untuk mendapatkan perawatan
di rumah sakit. Secara sederhana, hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit berada
pada lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan pertolongandalam perawatan atau pengobatan
sehingga dapat mengatasi atau meringankan penyakitnya.Tetapi pada umumnya hospitalisasidapat
menimbulkan ketegangan dan ketakutan serta dapat menimbulkan gangguan emosi atau tingkah
laku yang mempengaruhikesembuhan dan perjalanan penyakit anak selama dirawat di rumah sakit.
Anak adalah bagian dari kehidupan orang tuanya sehingga apabila ada pengalaman yang
mengganggu kehidupannya maka orang tua pun merasa sangat stress ( Brewis ,1995, dalam
Supartini hal : 188 ).
Reaksi yang terjadi akibat pasien yang dirumah sakit adalah sebagai berikut:
1) Perasaan cemas dan takut
a) Rasa cemas paling tinggi dirasakan keluarga pada saat menunggu informasi tentang
diagnosis penyakit pasien (Supartini, 2000 dikutip oleh Supartini 2004 hal. 193)
b) Rasa takut muncul pada keluarga terutama akibat takut kehilangan pasien pada
kondisi sakit yang terminal (Brewis, 1995 dikutip oleh Supartini 2004 hal. 193).
c) Perilaku yang sering ditunjukan keluarga berkaitan dengan adanya perasaan cemas
dan takut ini adalah : sering bertanya atau bertanya tentang hal sama berulang-ulang
pada orang yang berbeda, gelisah, ekspresi wajah tegang dan bahkan marah
(Supartini, 2000 dikutip oleh Supartini 2004 hal. 193)
2) Perasaan sedih
Perasaan sedih yang dialami keluarga menurut Supartini (2000, dikutip oleh Supartini,
2004 hal.193), adalah sebagai berikut :
a) Perasaan ini muncul terutama pada saat pasien dalam kondisi terminal dan keluarga
mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan bagi pasien untuk sembuh.
b) Pada kondisi ini keluarga menunjukkan perilaku isolasi atau tidak mau didekati
orang lain, bahkan bisa tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan.
3) Perasaan frustrasi
Perasaan frustasi yang dirasakan menurut Supartini (2004, hal. 193-194), adalah sebagai
berikut :
a) Pada kondisi pasien yang telah dirawat cukup lama dan dirasakan tidak mengalami
perubahan serta tidak adekuatnya dukungan psikologis yang diterima keluarga, baik
dari keluarga maupun kerabat lainnya maka keluarga akan merasa putus asa, bahkan
frustrasi.
b) Sering kali keluarga menunjukkan perilaku tidak kooperatif, putus asa, menolak
tindakan, bahkan menginginkan pulang paksa. (Supartini, 2004).
6. MANFAAT HOSPITALISASI
7. DAMPAK HOSPITALISASI
Menurut Asmadi (2008, hal : 36) secara umum hospitaisasi menimbulkan dampak pada lima
aspek,yaitu privasi,gaya hidup,otonomi diri,peran,dan ekonomi.
a. Privasi
Privasi dapat diartika sebagai refleksi perasaan nyaman pada diri seseorang dan bersifat
pribadi. Bisa dikatakan,privasi adalah suatu hal yang sifatnya pribadi. Sewaktu dirawat di
rumah sakit klien kehilangan sebagian privasinya.
b. Gaya Hidup
Klien yang dirawat di rumah sakit seringkali mengalami perubahan pola gaya hidup. Hal ini
disebabkan oleh perubahan situasi antara rumah sakit dan rumah tempat tinggal klien. Juga
oleh perubahan kondisi kesehatan klien. Aktifitas hidup yang klien jalani sewaktu sehat
tentu berbeda aktifitas yang dijalaninya di rumah sakit. Apalagi jika yang dirawat adalah
seorang pejabat.
c. Otonomi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,individu yang sakit dan dirawat di rumah sakit
berada dalam posisi ketergantungan. Artinya ia akan “pasrah” terhadap tindakan apa
pun,yang dilakukan oleh petugas kesehatan demi mencapai keadaan sehat. Ini menunjukkan
bahwa klien yang dirawat di rumah sakit,akan mengalami peruahan otonomi.
d. Peran
Peran dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku yang diharapkan oleh individu sesuai
dengan status sosialnya. Jika ia seorang perawat,peran yang diharapkannya adalah peran
sebagai perawat,bukan sebagai dokter. Perubahan terjadi akibat hospitalisasi ini tidak hanya
berpengaruh pada individu,tetapi juga pada keluarga. Perubahan yang terjadi antara lain :
1) Perubahan peran
Jika salah seorang anggota keluarga sakit,akan terjadi perubahan peran dalam keluarga.
2) Masalah keuangan
Keuangan keluarga akan terpengaruh oleh hospitalisasi,keuangan yang sedianya
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga akhirnya digunakan untuk
keperluan klien yang dirawat.
3) Kesepian
Suasana rumah akan berubah jika ada salah seorang anggota keluarga dirawat.
Keseharian keluarga yang biasanya dihiasi dengan keceriaan,kegembiraan,dan senda
gurau,anggotanya tiba-tiba diliputi oleh kesedihan.
4) Perubahan kebiasaan sosial
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat. Karenanya, keluarga pun mempunyai
kebiasaan dalam lingkup sosialnya. Sewaktu sehat, keluarga mampu berperan serta
dalam kegiatan sosial. Akan tetapi, saat salah seorang anggota keluarga sakit,
keterlibatan keluarga dalam aktivitas sosial dimasyarakat pun mengalami perubahan.
Anak dan keluarga membutuhkan perawatan yang kompeten untuk meminimalkan efek
negatif dari hospitalisasi. Fokus dari intervensi keperawatan adalah meminimalkan stressor
perpisahan, kehilangan kontrol dan perlukaan tubuh atau rasa nyeri pada anak serta memberi
support kepada keluarga seperti membantu perkembangan hubungan dalam keluarga dan
memberikan informasi :
1. Mencegah atau meminimalkan dampak dari perpisahan, terutama pada anak usia kurang dari
5 tahun.
a) Rooming In
Yaitu orang tua dan anak tinggal bersama. Jika tidak bisa, sebaiknya orang tua dapat
melihat anak setiap saat untuk mempertahankan kontak tau komunikasi antar orang tua
dan anak.
b) Partisipasi Orang tua
Orang tua diharapkan dapat berpartisipasi dalam merawat anak yang sakit terutama
dalam perawatan yang bisa dilakukan misal : memberikan kesempatan pada orang tua
untuk menyiapkan makanan pada anak atau memandikan. Perawat berperan sebagai
Health Educator terhadap keluarga.
c) Membuat ruang perawatan seperti situasi di rumah dengan mendekorasi dinding memakai
poster atau kartu bergambar sehingga anak merasa aman jika berada diruang tersebut.
d) Membantu anak mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah dengan mendatangkan
tutor khusus atau melalui kunjungan teman-teman sekolah, surat menyurat atau melalui
telpon.
2. Mencegah perasaan kehilangan kontrol
a) Physical Restriction (Pembatasan Fisik)
Pembatasan fisik atau imobilisasi pada ekstremitas untuk mempertahankan aliran infus
dapat dicegah jika anak kooperatif. Untuk bayi dan toddler, kontak orang tua – anak
mempunyai arti penting untuk mengurangi stress akibat restrain. Pada tindakan atau
prosedur yang menimbulkan nyeri, orang tua dipersiapkan untuk membantu,
mengobsevasi atau menunggu diluar ruangan. Pada beberapa kasus pasien yang diisolasi,
misal luka bakar berat, dengan menempatkan tempat tidur didekat pintu atau jendela,
memberi musik, dll.
b) Gangguan dalam memenuhi kegiatan sehari-hari
Respon anak terhadap kehilangan, kegiatan rutinitas dapat dilihat dengan adanya masalah
dalam makan, tidur, berpakaian, mandi, toileting dan interaksi social.
Teknik untuk meminimalkan gangguan dalam melakukan kegiatan sehari-hari yaitu
dengan “Time Structuring”.
Pendekatan ini sesuai untuk anak usia sekolah dan remaja yang telah mempunyai konsep
waktu. Hal ini meliputi pembuatan jadual kegiatan penting bagi perawat dan anak, misal :
prosedur pengobatan, latihan, nonton TV, waktu bermain, dll. Jadual tersebut dibuat
dengan kesepakatan antara perawat, orang tua dan anak.
3. Meminimalkan rasa takut terhadap perlakuan tubuh dan rasa nyeri
Persiapan anak terhadap prosedur yang menimbulkan rasa nyeri adalah penting untuk
mengurangi ketakutan. Perawat menjelaskan apa yang akan dilakukan, siapa yang dapat
ditemui oleh anak jika dia merasa takut, dll. Memanipulasi prosedur juga dapat mengurangi
ketakutan akibat perlukaan tubuh, misal : jika anak takut diukur temperaturnya melalui anus,
maka dapat dilakukan melalui ketiak atau axilla.
4. Memaksimalkan manfaat dari hospitalisasi
Walaupun hospitalisasi merupakan stressfull bagi anak dan keluarga, tapi juga
membantu memfasilitasi perubahan kearah positif antara anak dan anggota keluarga :
a) Membantu perkembangan hubungan orang tua – anak
Hospitalisasi memberi kesempatan pada orang tua untuk belajar tentang pertumbuhan dan
perkembangan anak. Jika orang tua tahu reaksi anak terhadap stress seperti regresi dan
agresif, maka mereka dapat memberi support dan juga akan memperluas pandangan orang
tua dalam merawat anak yang sakit.
b) Memberi kesempatan untuk pendidikan
Hospitalisasi memberi kesempatan pada anak dan anggota keluarga belajar tentang tubuh,
profesi kesehatan, dll.
c) Meningkatkan Self – Mastery
Pengalaman menghadapi krisis seperti penyakit atau hospitalisasi akan memberi
kesempatan untuk self - mastery. Anak pada usianya lebih mudah punya kesempatan untuk
mengetest fantasi atau realita. Anak yang usianya lebih besar, punya kesempatan untuk
membuat keputusan, tidak tergantung dan percaya diri perawat dan memfasilitasi perasaan
self-mastery dengan menekan kemampuan personal anak.
d) Memberi kesempatan untuk sosialisasi
Jika anak yang dirawat dalam satu ruangan usianya sebaya maka akan membantu anak
untuk belajar tentang diri mereka. Sosialisasi juga dapat dilakukan dengan team kesehatan
se3lain itu orang tua juga memperoleh kelompok social baru dengan orang tua anak yang
punya masalah yang sama.
5. Memberi support pada anggota keluarga
3) Kaji juga pengalaman yang tidak menyenangkan yang pernah dialami oleh klien.
d. Pemeriksaan fisik
1) Tanda Vital meliputi: tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi.
2) Ukur berat badan dan tinggi badan.
3) Perkembangan
Bertujuan untuk mengidentifikasikan tingkat perkembangan saat ini dan keterampilan yang dicapai
e. Observasi respon terhadap hospitalisasi
Bertujuan untuk mengidentifikasikan perilaku koping saat ini dan intesitas mereka.
f. Riwayat penyakit, hospitalisasi dan perpisahan sebelumnya.
Bertujuan untuk mengidentifikasikan pola koping sebelumnya dan pengaruh koping tersebut.
g. Riwayat pengobatan
Bertujuan untuk mengidentifikasikan pemahaman pasien saat ini tentang penyakit dan alasan
hospitalisasi.
i. Sistem pendukung yang tersedia
Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat berdasarkan Perry & Potter (2002, hal. 670), adalah
sebagai berikut :
a. Ketakutan berhubungan dengan lingkungan rumah sakit yang menakutkan dan perpisahan
dengan keluarga.
b. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan sistem pendukung yang tidak adekuat
Sedangkan diganosa keperawatan yang dapat diangkat menurut Lynda Juall Carpenito (1998, hal.
9-14 & hal. 112-114), adalah sebagai berikut :
a. Ansietas berhubungan dengan kehilangan orang terdekat aktual atau yang dirasakan sekunder
terhadap; perpisahan sementara.
b. Kurang aktivitas berhubungan dengan perawatan dirumah sakit dalam waktu lama.
3. RENCANA KEPERAWATAN
Rencana asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa Perry & Potter (2002, hal. 670), adalah
sebagai berikut :
a. Ketakutan berhubungan dengan lingkungan rumah sakit yang menakutkan dan perpisahan
dengan keluarga.
1) Tujuan :
Pasien akan mengatasi secara efektif rasa takut yang dihubungkan dengan hospitalisasi.
2) Kriteria Hasil :
a) Salah satu dari keluarga tetap tinggal bersama pasien
b) Keluarga ikut berpartisipasi dalam pemberian makan, kebersihan dan kegiatan pasien sehari-
hari.
3) Intervensi & Rasional :
a) Beri dorongan kepada keluarga untuk menetap kedalam ruangan dengan pasien atau meminta
anggota keluarga lain untuk bersama pasien.
Rasional : Keluarga dapat memberikan rasa aman dan mencegah dari perkembangan dari
ketidakpercayaan.
b) Tanyakan kepada keluarga bagaimana mereka berharap untuk berpartisipasi dalam perawatan
pasien
Rasional : Untuk mengurangi kecemasan dan ketakutan keluarga maupun pasien