Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH PSIKOSOSIAL

KONSEP STRESS DAN ADAPTASI

Disusun oleh kel IV:

1. Andrew Artha Alexander

2. Asep M.Suryadiansyah

3. Emmy Fitrianingsih

4. Fitri Wahyuningsih

5. Ansita Ika Fransiska

6. Siti Mia Nurmala

7. Ummu Salamah Tusania

8. Alfina Arindita

9. Ramdani

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2016/2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemahaman tentang stress dan akibatnya penting bagi upaya pengobatan maupun

pencegahan banyak gangguan kesehatan jiwa. Para ahli sudah banyak meneliti masalah

stress, khususnya yang bertalian dengan situasi dan kondisi hidup. Masalah stress sering

dihubungkan dengan kehidupan modern dan nampaknya kehidupan modern merupakan

sumber bermacam-macam gangguan stess. Perlu diperhatikan bahwa kepekaan orang untuk

menghayati stress tidaklah sama, ada yang lebih kuat dan ada yang lebih rapuh. Hal itu

bergantung pada keseluruhan kondisi individu yang turut menentukan juga penampilan

gangguan kesehatan jiwa.

Modernisasi dan kemajuan teknologi membawa perubahan dalam cara berfikir dan

dalam pola hidup masyarakat luas. Perubahan tersebut, akan membawa konsekukuensi di

bidang kesehatan fisik dan bidang kesehatan jiwa. Tidak semua orang mampu menyesuaikan

diri dengan perubahan tersebut, akibatnya akan menimbulkan ketegangan atau akan

mengalami hal yang dapat merupakan faktor pencetus, penyebab dan juga akibat dari suatu

penyakit.

Stress diakibatkan oleh adanya perubahan-perubahan di antaranya perubahan nilai

budaya, perubahan sistem kemasyarakatan, pekerjaan stress akibat ketegangan antara

idealisme dan realita. Bertambah stress hidup akan menyebabkan terganggunya

keseimbangan mental-emosional yang walaupun tidak menyebabkan kematian langsung,

akan tetap mengganggu produktifitas dan hidup seseorang menjadi tidak efisien.
Stress adalah realita kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari. Stress bukan

sesuatu hal yang buruk dan menakutkan, tetapi merupakan bagian kehidupan. Dalam

kehidupan sehari-hari, hidup beradaptasi dengan stress tanpa harus mengalami distress. Tidak

semua bentuk stress itu mempunyai konotasi negative, cukup banyak yang bersifat positif,

misalnya promosi jabatan.

B. TujuanPenulisan

Adapun tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk mendapatkan

pengetahuan tentang stress dan adaptasi.

C. MetodePenulisan

Metode yang digunakan penulis dalam penyelesaian makalah ilmiah ini adalah

Studi kepustakaan, yaitu mempelajari buku sumber yang berhubungan dengan stress

dan adaptasi.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Stress

1. Stres dan Stressor

Setiap orang mengalami stres dari waktu ke waktu, dan umumnya seseorang

dapat mengadaptasi stres jangka panjang atau mengadaptasi stres jangka pendek

sampai stres tersebut berlalu. Stres dapat menimbulkan tuntutan yang besar pada

seseorang, dan jika orang tersebut tidak dapat mengadaptasi, maka akan terjadi

penyakit.

Stres adalah segala situasi dimana tuntutan non – spesifik mengharuskan seorang

individu untuk berespon untuk melakukan tindakan, ( Selye, 1976).

Stress adalah reaksi atau respons tubuh terhadap stressor psikososial (tekanan

mental atau beban kehidupan), (Dadang Hawari, 2001).

Stress adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam, yang menimbulkan

suatu ketegangan dalam diri seseorang (Soeharto Heerdjan,1987).

Secara umum yang dimaksud stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang

dapat menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi dan lain-lain.

Respon atau tindakan ini termasuk respon fisiologis dan psikologis. Stres dapat

menyebabkan perasaan negatif atau yang berlawanan dengan apa yang

diinginkan atau mengancam kesejahteraan emosional. Stres dapat mengganggu

cara seseorang dalam mencerap realitas, menyelesaikan hubungan seseorang

masalah, berpikir secara umum, dan rasa memiliki . selain itu stress juga dapat

mengganggu pandangan umum seseorang terhadap hidup, sikap yang ditujukan


pada orang yang disayangi, dan status kesehatan, ( Kline – Leidy, 1990;

Oberstetal, 1991; Kosciulek, McCubbin, 1993).

Stressor adalah stimuli yang mengawali atau mencetuskan perubahan

dalam pengalaman individu terhadap perubahan besar yang menimbulkan stres.

Stressor secara umum dapat diklasifikasikan sebagai internal dan eksternal.

Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang ( misal: demam, kondisi

seperti kehamilan, menopause, atau suatu keadaan emosi seperti bersalah)

Stressor eksternal berasal dari luar diri seseorang ( misal: perubahan bermakna

dalam suhu lingkungan, perubahan dalam peran keluarga atau sosial, atau

tekanan dari pasangan)

2. Penyebab Stress (Indikator Stress)

Timbulnya stress pada seseorang diawali dengan adanya stimuli yang mengawali

atau mencetuskan perubahan yang disebut dengan stressor. Stressor menunjukan

suatu kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kebutuhan tersebut bisa saja kebutuhan

fisiologis psikologis sosial, lingkungan, perkembangan spiritual atau kebutuhan

kulturan (Potter & Perry,1997).

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya stress diantaranya:

a. Faktor biologis, herediter, konstitusi tubuh, kondisi fisik, neurofisiologik dan

neurohormonal

b. Faktor sosio kultural, perkembangan kepribadian, pengalaman dan kondisi

yang mempengaruhi.
Macam-macam stressor:

a. Stressor internal: Berasal dari dalam diri seseorang

b. Stressor eksternal: Berasal dari luar diri seseorang

Karakteristik Stressor:

a. Makna stressor

Bila stressor tersebut bermakna dalam hidup individu tersebut maka responnya

akan besar

b. Lingkup stressor

Bila stressornya luas, maka responnya akan besar

c. Lamanya stressos

Bila stressor tersebut lama maka responnya akan besar

d. Jumlah stressor

Bila stressor yang ada bermacam-macam dalam waktu yang sama maka

responnya akan besar

e. Kuatnya stressor

Makin kuat stressor dirasakan maka makin tinggi pula responnya.

Dampak stressor dipengaruhi oleh berbagai faktor (Kozier & Erb,1983 dikutip Keliat

B.A.,1999) yaitu:

a. Sifat stressor

Pengetahuan individu tentang stressor tersebut dan pengaruhnya pada individu

tersebut.

b. Jumlah stressor

Banyaknya stressor yang diterima individu dalam waktu bersamaan.


c. Lama stressor

Seberapa sering individu menerima stressor yang sama. Makin sering individu

mengalami hal yang sama maka akan timbul kelelahan dalam mengatasi

masalah tersebut.

d. Pengalaman masa lalu

Pengalaman individu yang lalu mempengaruhi individu menghadapi masalah.

e. Tingkat perkembangan

Tiap individu tingkat perkembangannya berbeda

Menurut Maramis (1999), ada empat sumber atau penyebab stress psikologis, yaitu:

a. Frustasi

Hal ini timbul karena kegagalan dalam mencapai tujuan selain itu adanya aral

melintang. Frustasi sendiri ada yang bersifat intrinsik dan frustasi ekstrinsik.

b. Koflik

Hal ini dapat terjadi karena seseorang tidak mampu memilih antara dua atau

lebih macam keinginan, kebutuhan atau tujuan.

c. Tekanan

Timbul karena adanya tekanan dalam kehidupan sehari-hari. Tekanan ini dapat

berasal dari individu dan luar individu.

d. Krisis

Krisis adalah suatu keadaan yang terjadi secara mendadak. Hal ini dapat

menimbulkan terjadinya stress.


3. Penggolongan Stress

Apabila ditinjau dari penyebab stress, menurut Sri Kusmiati dan Desminiarti

(1990), dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Stress fisik

Disebabkan oleh adanya suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau terlalu

rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang atau tersengat arus listrik.

b. Stress kimiawi

Disebabkan oleh asam basa kuat, obat-obatan, zat beracun, hormon atau gas.

c. Stress mikrobiologik

Disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang dapat menimbulkan penyakit.

d. Stress fisiologik

Disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ atau sistemik

sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.

e. Stress proses pertumbuhan dan perkembangan

Disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi

hingga tua.

f. Stress psikis atau emosional

Disebabkan oleh gangguan hubungan interpersonal, sosial, budaya atau

keagamaan.

Sedangkan menurut Brench Grand (2000), stress ditinjau dari penyebabnya hanya

dibedakan menjadi 2 yaitu:

a. Penyebab makro

Menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti: kematian, perceraian,

pensiun, luka batin dan kebangkrutan.


b. Penyebab mikro

Menyangkut peristiwa kecil dalam kehidupan sehari-hari, seperti:

pertengkaran rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan dimakan

dan antri.

4. Tahapan Stress

Menurut Dr.Robert J.Van Amberg (1979) sebagaimana dikemukakan oleh Prof.

Dadang Hawari (2001), bahwa tahapan stress adalah sebagai berikut:

a. Stress tahap pertama (paling ringan)

Stress yang disertai dengan perasaan nafsu bekerja yang besar dan berlebihan,

mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang

dimiliki dan penglihatan menjadi tajam.

b. Stress tahap kedua

Stress yang disertai keluhan, seperti bangun pagi badan tidak tersasa segar dan

merasa letih, lekas capek pada saat menjelang sore hari, lambung atau perut

tidak nyaman, jantung berdebar, otot tengkuk dan punggung menjadi tegang.

Hal ini disebabkan karena cadangan tenaga yang tidak memadai.

c. Stress tahap ketiga

Tahapan stress dengan keluhan, seperti defekasi yang tidak teratur, otot

semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan sulit untuk tidur

kembali, bangun terlalu pagi, koordinasi tubuh terganggu dan mau jatuh

pingsan.

d. Stress tahap keempat

Tahapan stress dengan keluhan, seperti tidak mampu bekerja sepanjang hari

(loyo), aktivitas pekerjaan terlalu sulit dan menjenuhkan, kegiatan rutin


terganggu dan gangguan pada pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi

dan daya ingat menurun, serta dapat menimbulkan ketakutan serta kecemasan.

e. Stress tahap kelima

Tahapan stress yang disertai dengan kelelahan secara fisik dan mental,

ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan,

gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung dan

panik.

f. Stress tahap keenam

Tahapan stress dengan tanda-tanda seperti jantung berdebar keras, sesak nafas,

badan gemetar, dingin dan keluar banyak keringat.

5. Reaksi Tubuh Terhadap Stress

Menurut Dadang Hawari (2001) bahwa dampak dari stress sendiri dapat

mengenai hampir seluruh sistem tubuh, seperti hal-hal berikut:

a. Perubahan pada warna rambut dari hitam menjadi kecoklat-coklatan, ubanan

atau kerontokan.

b. Gangguan pada penglihatan.

c. Tinitus (pendengaran berdering).

d. Daya mengingat, konsentrasi dan berpikir menurun.

e. Wajah nampak tegang, serius, tidak santai, sulit senyum dan kerutan pada kulit

dan wajah.

f. Bibir dan mulut terasa kering dan tenggorokan terasa tercekik.

g. Kulit menjadi dingin atau panas, banyak berkeringat, biduran dan gatal-gatal.

h. Nafas terasa berat dan sesak.

i. Jantung berdebar-debar, muka merah dan pucat.


j. Lambung mual, kembung atau pedih.

k. Sering berkemih.

l. Otot sakit, seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang.

m. Kadar gula meninggi.

n. Libido menurun atau meningkat.

6. Reaksi Psikologis Terhadap Stress

a. Kecemasan

Respons yang paling umum merupakan tanda bahaya yang menyatakan diri

dengan suatu penghayatan yang khas, yang sukar digambarkan adalah emosi

yang tidak menyenangkan dengan istilah kuatir, tegang, prihatin, takut seperti

jantung berdebar-debar, keluar keringan dingin, mulut kering, tekanan darah

tinggi dan susah tidur.

b. Kemarahan dan agresi

Perasaan jengkel sebagai respons terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai

ancaman. Merupakan reaksi umum lain terhadap situasi stress yang mungkin

dapat menyebabkan agresi.

c. Depresi

Keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan semangat. Terkadang

disertai rasa sedih.

7. Cara Mengedalikan Stress

Koping adalah cara yang dilakukan individu dalam meyelesaikan masalah,

menyesuaikan diri dengan keinginan yang akan dicapai dan respons terhadap

situasi yang menjadi ancaman bagi individu.


Cara yang dapat dilakukan adalah :

a. Individu

1) Kenali diri sendiri

2) Turunkan kecemasan

3) Tingkatkan harga diri

4) Persiapan diri

5) Pertahankan dan tingkatkan cara yang sudah baik.

b. Dukungan sosial

1) Pemberian dukungan terhadap peningkatan kemampuan kognitif.

2) Ciptakan lingkungan keluarga yang sehat.

3) Berikan bimbingan mental dan spiritual untuk individu tersebut dari keluarga.

4) Berikan bimbingan khusus untuk individu.

Ada beberapa kiat untuk mengedalikan stress menurut Grand Brecht (2000),

diantaranya sebagai berikut:

a. Sikap, keyakinan dan pikiran kita harus positif, fleksibel, rasional dan adaptif

terhadap orang lain.

b. Mengendalikan faktor penyebab stress dengan jalan:

1) Kemampuan menyadari

2) Kemampuan untuk menerima

3) Kemampuan untuk menghadapi

4) Kemampuan untuk bertindak

c. Perhatikan diri anda, proses interpersonal dan interaktif, serta lingkungan

anda.

d. Kembangkan sikap efisien


e. Relaksasi

f. Visualisasi

Selain kiat diatas ada beberapa teknik singkat untuk menghilangkan stress,

misalnya melakukan pernafasan dalam, mandi santai dalam bak, tertawa, pijat,

membaca, kecanduan positif (melakukan sesuatu yang disukai secara teratur),

istirahat teratur dan mengobrol.

8. Model stres

Macam-macam stres berdasar respons yang berkaitan dengan menspesifikan

respons atau pola respons tertentu yang mungkin menunjukkan stressor.

a. Model Adaptasi

Model adaptasi menunjukan bahwa ada empat faktor yang menentukan apakah

suatu situasi itu dapat di golongkan dalam katagori menegangkan

(Mechanic,1962).

1. biasanya bergantung kepada pengalaman seseorang dengan stressor yang

sama, persepsi keseluruhan, dan sistem dukungan.

2. Faktor kedua menyangkut tentang praktik dan norma kelompok sebaya

individu.

3. Dampak dari Lingkungan sosial sekitar dalam membantu individu untuk

beradaptasi terhadap stresor.

4. Mencakup tentang sumber yang bisa digunakan untuk mengatasi stesor.


b. Model Berdasar stimulus

Model stresor berdasar stimulus lebih fokus pada karakteristik yang distruptif

di dalam lingkungannya. Model ini fokus pada asusmsi berikut (McNett,1989):

1. Peristiwa perubahan di dalam sebuah kehidupan adalah normal, dan

perubahan ini membutuhkan durasi dan tipe penyesuaian yang sama.

2. Individu adalah penerima pasif dari stres, dan cara pandang mereka

terhadap peristiwa adalah tidak sama.

3. Semua orang mempunyai batas ambang stimulus yang sama, dan penyakit

bisa terjadi pada tiap-tiap titik setelah ambang tersebut.

c. Model Berdasar Transaksi

Model ini memandang seorang individu dan lingkungannya dalam sebuah

hubungan yang dinamis, interaktif, dan respikoral (Lazarus & Folkman,1984).

Faktor yang mempengaruhi respons terhadap stressor adalah cakupan,

intensitas, durasi, sifat stressor dan jumlah.

9. Koping stress

Strategi coping merupakan suatu upaya indivdu untuk menanggulangi situasi

stres yang menekan akibat masalah yang dihadapinya dengan cara melakukan

perubahan kognitif maupun prilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya

sendiri.

Coping yang efektif umtuk dilaksanakan adalah coping yang membantu

seseorang untuk mentoleransi dan menerima situasi menekan dan tidak

merisaukan tekanan yang tidak dapat dikuasainya (lazarus dan folkman).

a. Jenis-jenis coping (koping stress)


1) Koping psikologis

Pada umumnya gejala yang ditimbulkan akibat stress psikologis tergantung

pada dua factor yaitu:

a) Bagaimana persepsi atau penerimaan individu terhadap stressor, artinya

seberapa berat ancaman yang dirasakan oleh individu tersebut terhadap

stressor yang diterimanya.

b) Keefektifan strategi koping yang digunakan oleh individu; artinya dalam

menghadapi stressor, jika strategi yang digunakan efektif maka

menghasilkan adaptasi yang baik dan menjadi suatu pola baru dalam

kehidupan, tetapi jika sebaliknya dapat mengakibatkan gangguan

kesehatan fisik maupun psikologis.

2) Koping psiko-sosial

Yang biasa dilakukan individu dalam koping psiko-sosial adalah,

menyerang, menarik diri dan kompromi.

a) Perilaku menyerang

Individu menggunakan energinya untuk melakukan perlawanan dalam

rangka mempertahan integritas pribadinya. Prilaku yang ditampilkan

dapat merupakan tindakan konstruktif maupun destruktif. Destruktif

yaitu tindakan agresif (menyerang) terhadap sasaran atau objek dapat

berupa benda, barang atau orang atau bahkan terhadap dirinya sendiri.

Sedangkan sikap bermusuhan yang ditampilkan adalah berupa rasa

benci, dendam dan marah yang memanjang. Sedangkan tindakan

konstruktif adalah upaya individu dalam menyelesaikan masalah secara


asertif. Yaitu mengungkapkan dengan kata-kata terhadap rasa ketidak

senangannya.

b) Perilaku menarik diri

Menarik diri adalah prilaku yang menunjukkan pengasingan diri dari

lingkungan dan orang lain, jadi secara fisik dan psikologis individu

secara sadar meninggalkan lingkungan yang menjadi sumber stressor

misalnya ; individu melarikan diri dari sumber stress, menjauhi sumber

beracun, polusi, dan sumber infeksi. Sedangkan reaksi psikologis

individu menampilkan diri seperti apatis, pendam dan munculnya

perasaan tidak berminat yang menetap pada individu.

c) Kompromi

Kompromi adalah merupakan tindakan konstruktif yang dilakukan oleh

individu untuk menyelesaikan masalah, lazimnya kompromi dilakukan

dengan cara bermusyawarah atau negosiasi untuk menyelesaikan

masalah yang sedang sihadapi, secara umum kompromi dapat

mengurangi ketegangan dan masalah dapat diselesaikan.

Kaitan antara koping dengan mekanisme pertahanan diri (defense mechanism), ada

ahli yang melihat defense mechanism sebagai salah satu jenis koping (Lazarus, 1976).

Ahli lain melihat antara koping dan mekanisme pertahanan diri sebagai dua hal yang

berbeda. (Harber dan Runyon, 1984).

Lazarus membagi koping menjadi dua jenis yaitu:

1) Tindakan langsung (direct Action)

Koping jenis ini adalah setiap usaha tingkah laku yang dijalankan ole individu

untuk mengatasi kesakitan atau luka, ancaman atau tantangan dengan cara
mengubah hubungan hubunngan yang bermasalah dengan lingkungan. Individu

menjalankan koping jenis direct action atau tindakan langsung bila dia melakukan

perubahan posisi terhadap masalah yang dialami.

Ada 4 macam koping jenis tindakan langsung :

a) Mempersiapkan diri untuk menghadapi luka

Individu melakukan langkah aktif dan antisipatif (bereaksi) untuk

menghilangkan atau mengurangi bahaya dengan cara menempatkan diri secara

langsung pada keadaan yang mengancam dan melakukan aksi yang sesuai

dengan bahaya tersebut. Misalnya, dalam rangka menghadapi ujian, Tono lalu

mempersiapkan diri dengan mulai belajar sedikit demi sedikit tiap-tiap mata

kuliah yang diambilnya, sebulan sebelum ujian dimulai. Ini dia lakukan

supaya prestasinya baik disbanding dengan semester sebelumnya, karena dia

hanya mempersiapkan diri menjelang ujian saja. Contoh dari koping jenis ini

lainnya adalah imunisasi. Imunisasi merupakan tindakan yang dilakukan oleh

orang tua supaya anak mereka menjadi lebih kebal terhadap kemungkinan

mengalami penyakit tertentu.

b) Agresi

Agresi adalah tindakan yang dilakukan oleh individu dengan menyerang agen

yang dinilai mengancam atau akan melukai. Agresi dilakukan bila individu

merasa atau menilai dirinya lebih kuat atau berkuasa terhadap agen yang

mengancam tersebut. Misalnya, tindakan penggusuran yang dilakuakan oleh

pemerintah Jakarta terhadap penduduk yang berada dipemukiman kumuh.

Tindakan tersebut bias dilakukan karena pemerintah memilki kekuasaan yang

lebih besar disbanding dengan penduduk setempat yang digusur.


Agresi juga sering dikatakan sebagai kemarahan yang meluap-luap, dan orang

yang melalakukan serangan secara kasar, dengan jalan yang tidak wajar.

Karena orang selalu gagal dalam usahanya, reaksinya sangat primitive, berupa

kemarahan dan luapan emosi kemarahan dan luapan emosi kemarahan yang

meledak-meledak. Kadang-kadang disertai prilaku kegilaan, tindak sadis, dan

usaha membunuh orang.

Agresi ialah seseperti reaksi terhadap frustasi, berupa seranngan, tingkah laku

bermusuhan terhadap orang atau benda.

Kemarahan-kemarahan semacam ini pasti menggangu frustasi intelegensi,

sehingga harga diri orang yang bersangkutan jadi merosot disebabkan oleh

tingkah lakunya yang agresif berlebih-lebihan tadi. Seperti tingkah laku yang

suka mentolerir orang lain, berlaku sewenang-wenang dan sadis terhadap

pihak-pihak yang lemah, dan lain-lain.

c) Penghindaran (Avoidance)

Tindakan ini terjadi bila agen yang mengancam dinilai lebih berkuasa dan

berbahaya sehingga individu memilih cara menghindari atau melarikan diri

dari situasi yang mengancam. Misalnya, penduduk yang melarikan diri dari

rumah-rumah mereka karena takut akan menjadi korban pada daerah-daerah

konflik seperti aceh.

d) Apati

Jenis koping ini merupakan pola orang yang putus asa. Apati dilakukan

dengan cara individu yang bersangkutan tidak bergerak dan menerima begitu

saja agen yang melukai dan tidak ada usaha apa-apa untuk melawan ataupun

melarikan diri dari situasi yang mengancam tersebut. Misalnya, pada

kerusuhan Mei. Orang-orang Cina yang menjadi korban umumnya tutup


mulut, tidak melawan dan berlaku pasrah terhadap kejadian biadab yang

menimpa mereka. Pola apati terjadi bila tindakan baik tindakan

mempersiapkan diri menghadapi luka, agresi maupun advoidance sudah tidak

memungkinkan lagi dan situasinya terjadi berulang-ulang. Dalam kasus diatas,

orang-orang cina sering kali dan berulangkali menjadi korban ketika terjadi

kerusuhan sehingga menimbilkan reaksi apati dikalangan mereka.

2) Peredaan atau peringatan (palliation)

Jenis koping ini mengacu pada mengurangi, menghilangkan dan menoleransi

tekanan-tekanan ketubuhan atau fisik, motorik atau gambaran afeksi dan tekanan

emosi yang dibangkitkan oleh lingkungan yang bermasalah. Atau bisa diartikan

bahwa bila individu menggunakan koping jenis ini, posisinya dengan masalah

relatif tidak berubah, yang berubah adalah diri individu, yaitu dengan cara merubah

persepsi atau reaksi emosinya.

Ada 2 jenis koping peredaan atau palliation:

a) Diarahkan pada gejala (Symptom Directid Modes)

Macam koping ini digunakan bila gangguan muncul dari diri individu,

kemudian individu melakukan tindakan dengan cara mengurangi gangguan yang

berhubungan dengan emosi-emosi yang disebabkan oleh tekanan atau ancaman

tersebut. Penggunaan obat-obatan terlarang, narkotika, merokok, alcohol

merupakan bentuk koping dengan cara diarahkan pada gejala. Namun tidak

selamanya cara ini bersifat negative. Melakukan relaksasi, meditasi atau berdoa

untuk mengatasi ketegangan juga tergolong kedalam symptom directed modes

tetapt bersifat positif.

b) Cara intra psikis


Koping jenis peredaan dengan cara intrapsikis adalah cara-cara yang

menggunakan perlengkapan-perlengkapan psikologis kita, yang biasa dikenal

dengan istilah Defense Mechanism (mekanisme pertahanan diri).

Disebut sebagai defence mechanism atau mekanisme pembelaan diri, karena

individu yang bersangkutan selalu mencoba mengelak dan membela diri dari

kelemahan atau kekerdilan sendiri dan mencoba mempertahankan harga dirinya:

yaitu dengan jalan mengemukakan bermacam-macam dalih atau alasan.

10. Respon terhadap stress

Ketika terjadi stress, seseorang akan menggunakan energi fisiologis dan

psikologis untuk merespons dan beradaptasi terhadap stress. Besarnya energi dan

keefektifan dari usaha untuk beradaptasi bergantung pada 4 dimensi yang telah di

jelaskan di atas.

a. Respons fisiologis

Sebuah riset yang dilakukan oleh Seyle (1946,1976) telah mengidentifikasi

dua respons fisiologis terhadap stress yaitu sindrom adaptasi local (LAS) dan

sindrom adaptasi umum (GAS).

LAS adalah sebuah respons dari jaringan, organ, atau bahkan bagian tubuh

terhadap stress karena penyakit,trauma, atau perubahan fisiologis lain.

Respons LAS ada dua yaitu:

1) Respons Refleks Nyeri

Adalah respons lokal dari sistem saraf pusat terhadap rasa nyeri. Respons

ini adalah sebuah respons adaptif yang akan melindungi jaringan dari

kerusakan yang lebih parah.

2) Respons Inflamasi
Respons ini di stimuli oleh infeksi atau trauma. Fase pertama meliputi

perubahan di dalam sistem sirkulasi atau dalam sel-sel. Fase kedua biasanya

ditandai dengan pelepasan eskudat dari luka. Eskudat adalah gabungan dari

sel-sel,cairan, dan bahan-bahan lain yang dihasilkan di tempat cedera.

GAS adalah respons pertahanan secara fisiologis dari seluruh tubuh terhadap

stres. Sistem ini melibatkan sistem saraf otonom dan sistem endokrin. GAS

terdiri atas beberapa tahap yaitu:

1) Reaksi Alarm

Reaksi ini melibatkan mekanisme pertahanan dari pikiran dan tubuh untuk

menghadapi stresor. Pada tahap ini seorang individu berhadpan dengan

stresor spesifik.

2) Tahap Resisten

Dalam tahap ini tubuh kembali pada keadaan stabil, frekuensi jantung,

kadar hormone, curah jantung, dan tekanan darah kembali pada tingkatan

normal.

3) Tahap Kehabisan tenaga

Tahap ini terjadi saat tubuh sudah tidak sanggup lagi melawan stres dan

saat energi yang dibutuhkan tubuh untuk mempertahankan adaptasi

menipis.

b. Respons Psikologis

Perilaku adaptif psikologis bisa saja bersifat konstruktif atau destruktif.

Perilaku konstruktif dapat mendorong individu untuk menyelesaikan konflik.

Sedangkan perilaku destruktif mempengaruhi kemampuan pemecahan

masalah, kepribadian, dan kemampuan untuk berfungsi.


11. Proses keperawatan dan adaptasi terhadap stres

a. Pengkajian

Setiap klien mempunyai respons dan presepsi yang berbeda-beda terhadap

stress. Presepsi tersebut bergantung pada norma, adat, dan faktor lingkungan

klien yang bersangkutan.

1) Indikator Fisiologis

Indikator ini bersifat objektif, lebih mudah diamati dan diukur secara

umum.

2) Indikator Pengembangan

Pada tiap-tiap tahap perkembangan, seseorang akan menghadapi sebuah

tugas pengembagan dan jika stress yang berkepanjangan dapat menganggu

penyelesaian tugas tersebut, maka pada akhirnya individu tersebut akan

mengalami krisis pendewasaan.

3) Indikator Perilaku emosional

Emosi dikaji secara langsung maupun tidak langsung dengan cara

mengamati perilaku klien.

4) Indikator Intelektual

Kemampuan seorang individu dalam mendapatkan pengetahuan baru akan

terganggu jika individu tersebut mengalami stress yang berkepanjangan.

5) Indikator Sosial

Mengkaji stresor dalam dimensi sosial meliputi diskusi bersama klien

tentang tipe, kualitas, dan besarnya kualitas interaksi sosial.


6) Indikator Spritual

Stres yang berkepanjangan dapat mengakibatkan kemarahan kepada tuhan.

Beberapa hal yang harus dikaji pada pasien dengan stres yaitu:

1. Faktor Pendukung

• Biologis : Genetik, Status nutrisi

• Psikologis : Pengetahuaan, kemampuan berbicara, moral, personal,

pengalaman

• Sosial Budaya : Umur, gender, pendidikan, budaya, kepercayaan.

2. Faktor Pencetus

• Biologis : a.Neroanatom

b.Nerofisiologi

c.Nerokimia

d.Tingkat kematangan dan perkembangan organik

e.Faktor pre dan peri-natal

• Psikologis :a.Peran Ayah

b.Interaksi ibu-anak ( rasa percaya dan rasa aman )

c.Persaingan antara saudara kandung

d.Inteligensi

e.Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan, dan masyarakat.

f.kehilangan mengakibatkan kecemasan, depresi rasa malu dan rasa salah.

g.Konsep diri, pengertian identitass diri sendiri

h.Keterampilan, bakat dan kreativitas.

i.Pola adaptasi dan pembebanan sebagai reaksi terhadap bahaya.


j.Tingkat perlembangan emosi.

• Sosio-Budaya : a.Kestabilan keluarga

b.Pola mengasuh anak

c.Tingkat ekonomi

d.Perumahan : Kota >< Desa

e.Pengaruh Rasis dan agama

Prasangka dan fasilitas kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan yang tidak

memadai.f.masalah kelompok minoritas

3. Penilaian Respon terhadap Stress

Perasaan sedih, marah, takut, senang, rasa tidak berdaya, (putus asa, merasa

sendirian)a. Afektif

Tidak mau berkonsentrasi, menyalahkan diri sendiri, hilang perhatian, ilusi,

bingung, ragu-ragu.b. Kognitif

Peningkatan ( Prolaktin, ACTH, Kolagen, Gangguan pencernaan, lemah,

letih, lesu, pusing, perubahan berat badan).c. Psikologi

Menarik diri, gangguan tingkat aktivitas, mudah marah, menangis dan

tersinggung.d. Tingkah laku

4. Sumber koping

Mencari dukungan sosial seperti meminta bantuan kepada keluarga,

teaman, tetangga.a. Dukungan sosial

ketersediaan materib. Ekonomi

kemampuan untuk mengatasi yang trejadi sebelumnya.c. Kemammpuan

personal
Mencari dukungan spiritual dengan berdo’a dan meningkatkan

keyakinanya.d.Keyakinan

5. Mekanisme Koping

-Stressor Individu Stressor

-Keseimbangan terganggu

-Usaha individu mengatasi stressor

-Respon Adapptif Respon Maladaptif

-Respon yang dapat di terima

-Respon individu dalam oleh norma-norma sosial budaya menyelesaikan

masalah yang berlaku.

-Menyimpang dari norma-norma dengan kata lain sosial budaya dan

lingkungan.

Individu dalam batas normal:

#Mampu menyelesaikan Masalah.

#Menghindari kerja berlebih

#Mau berbicara dengan orang

#Menciderai diri

#Menangis

#Mampu melakukan aktivitas

#Menarik diri

#Olah raga
b. Diagnosa Keperawatan

Tinjauan Ulang pada data pengkajian dapat mengarahkan perawat pada

pengelompokan data yang dapat menunjukkan stresor potensial atau aktual dan

respons klien.

Data yang dikumpulkan dapat dikelompokan dalam masalah keperawatan (

potensial/aktual ) dan etiologi dari masalah. Hubungan stress dan stressor

merupakan hubungan masalah (stress) dengan etiologi (stressor). Beberapa

contoh diagnosa keperawatan pada stress :

1. Koping individu tak efektif yang berhubungan dengan :

- Perubahan pola hidup

- Sistem pendukung tidak adekuat

- Koping yang tidak ampuh

- Stress yang berkepanjang

2. Koping keluarga yang tak efektif berhubungan dengan :

- Masalah ekonomi

- Kecacatan atau handaya yang berkepanjangan

- Stress berkepanjangan ( psikologis, fisiologis, situasi )

3. Gangguan aktivitas berhubungan dengan :

- Stress fisiologis

- Krisis emosi atau situasi

4. Keputusaan berhubungan dengan :

- Tidak mampu menyelesaikan stress

- Tidak mampu mengontrol stress


5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan :

- Ansietas

- Krisis situasi atau emosi

c. Perencanaan

Rumusan rencana perawatan di awali dengan rumusan diagnosa keperawatan.

Rumusan ini dibuat secara individual berdasarkan presepsi klien tentang

stresor dan responsnya.

Rencana keperawatan terdiri dari tujuan dan tindakan keperawatan. Tujuan

keperawatan pada klien stress disesuaikan dengan diagnosa keperawatan.

1. Intervensi : Koping individu tidak efektif

1) Bantuan kontrol marah

 Bangun rasa percaya dan hubungan yang dekat dan

harmonis dengan pasien

 Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

 Tentukan harapan mengenai tingkah laku yang tepat

mengekspresikan perasaan marah

2) Manajemen perilaku : menyakiti diri

 Tentukan motif atau alasan tingkah laku

 Komunikasikan tingkah laku yang diharapkan dari

pasien dan konsekuensinya

 Ajarkan dan kuatkan pasien untuk melakukan tingkah

laku koping yang efektif dan untuk mengekspresikan

perasaan dengan cara yang tepat


3) Peningkatan koping

 Bantu pasien mengidentifikasi tujuan jangka panjang

dan jangka pendek yang tepat

 Bantu pasien untuk menyelesaikan masalah dengan cara

yang konstruktif

 Dukung kemampuan pasien dalam mengatasi situasi

masalah secara berangsur – angsur

2. Intervensi : Koping keluarga yang tidak efektif

1) Bimbingan antisipasif

 Bantu klien mengidentifikasi kemungkinan

perkembangan situasi krisis yang akan terjadi dan efek

dari situasi krisis yang akan terjadi pada klien dan

keluarga

 Berikan informasi mengenai harapan – harapan yang

realistis terkait dengan perilaku klien

 Bantu klien untuk memutuskan bagaimana masalah

dipecahkan

2) Peningkatan koping

 Bantu keluarga pasien mengidentifikasi tujuan jangka

panjang dan jangka pendek yang tepat

 Bantu keluarga pasien untuk menyelesaikan masalah

dengan cara yang konstruktif

 Dukung kemampuan keluarga pasien dalam mengatasi

situasi masalah secara berangsur – angsur


3) Peningkatan keterlibatan keluarga

 Bangun hubungan pribadi dengan pasien dan anggota

keluarga yang akan terlibat dalam perawatan

 Ciptakan budaya fleksibilitas untuk keluarga

 Dorong anggota keluarga untuk menjaga atau

mempertahankan hubungan keluarga yang sesuai

3. Intervensi : Gangguan aktivitas

1) Terapi aktivitas

 Pertimbangkan kemampuan klien dalam berpartisipasi

melalui aktivitas spesifik

 Dorong aktivitas kreativ yang tepat

 Identifikasi strategi untuk meningkatkan partisipasi

terkait dengan aktivitas yang diinginkan

2) Manajemen lingkungan

 Tentukan tujuan pasien dan keluarga dalam mengelola

lingkungan dan kenyamanan yang optimal

 Mudahkan transisi pasien dan keluarga dengan adanya

sambutan hangat di lingkungannya yang baru

 Hindari gangguan yang tidak perlu dan berikan waktu

untuk istirahat

3) Menejemen alam perasaan

 Bantu pasien untuk mengidentifikasi pikiran dan

perasaan yang mendasari alam perasaan yang

disfungsional
 Bantu pasien untuk secara sadar memonitor alam

perasaannya (misal ; 1sampai 10 skala, menulis jurnal)

 Evaluasi alam perasaan (misal; tanda, gejala, riwayat

pribadi) diawal, dan teratur, selama perkembangan

penanganan

4. Intervensi : Keputusasaan

1) Inspirasi harapan

 Bantu pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi area

dari harapan dalam hidup

 Informasikan pada pasien mengenai apakah situasi yang

terjadi sekarang bersifat sementara

 Demonstrasikan harapan dengan menunjukkan bahwa

sesuatu dalam diri pasien adalah sesuatu yang berharga

2) Menejemen alam perasaan

 Bantu pasien untuk mengidentifikasi pikiran dan

perasaan yang mendasari alam perasaan yang

disfungsional

 Bantu pasien untuk secara sadar memonitor alam

perasaannya (misal ; 1sampai 10 skala, menulis jurnal)

 Evaluasi alam perasaan (misal; tanda, gejala, riwayat

pribadi) diawal, dan teratur, selama perkembangan

penanganan

3) Terapi aktivitas

 Pertimbangkan kemampuan klien dalam berpartisipasi

melalui aktivitas spesifik


 Dorong aktivitas kreativ yang tepat

 Identifikasi strategi untuk meningkatkan partisipasi

terkait dengan aktivitas yang diinginkan

5. Intervensi : gangguan pola tidur

1) Manajemen lingkungan

 Tentukan tujuan pasien dan keluarga dalam mengelola

lingkungan dan kenyamanan yang optimal

 Mudahkan transisi pasien dan keluarga dengan adanya

sambutan hangat di lingkungannya yang baru

 Hindari gangguan yang tidak perlu dan berikan waktu

untuk istirahat

2) Pengaturan posisi

 Tempatkan pasien dalam posisi terapeutik yang sudah

dirancang

 Dorong pasien untuk terlibat dalam perubahan posisi

 Tinggikan kepala tempat tidur

3) Peningkatan tidur

 Tentukan pola tidur / aktivitas klien

 Jelaskan pentingnya tidur yang cukup selama

kehamilan, penyakit, tekanan psikososial, dll.

 Bantu untuk menghilangkan situasi stres sebelum tidur


d. Implementasi

Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah di rencanakan.

e. Evaluasi

Dikarenakan presepsi setiap klien terhadap stres berbeda-beda, maka persepsi

tiap-tiap individu itu terhadap reduksi stres berbeda-beda juga. Oleh karena

itu, evaluasi dari intervensi keperawatan yang ditujukan kepada

penatalaksanaan stress harus mempertimbangkan persepsi klien terhadap stres

telah menurun, apakah klien telah mampu mengontrol faktor yang

menyebabkan stress, dan apakah klien mampu secara mandiri

mengembangkan strategi reduksi stres.

1. Pada klien

-Klien dapat menghadapi berbagai perubahan dalam kedepannya.

-Klien dapat mengembangkan kemampuan penyelesaian masalah

-Klien dapat menerima beberapa dukungan yang adekuat

2. Pada keluarga

-Keluarga mampu berkomunikasi dengan klien secara terapetik

-Keluarga mampu memberikan informasi yang dibutuhkan klien


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Stress merupakan bagian dari kehidupan yang dialami setiap orang setiap

hari. Stress ridak dapat dihilangkan tetapi perlu dipelajri cara-cara

penanganannya. Keberasilan menyelesaikan berbagai stress merupakan

modal kemampuan untuk menghadapi stress yang akan datang.

Klien yang dirawat di Rumah sakit tentu mengalami berbagai stress yang

mungkin is sudah tidak mampu mengatasinya. Perawat perlu berupaya

membantu klien menyelesaikan masalah, melatih klien menghadapi dan

menyelesaikannya dan menggerakan sumber yang dimiliki klien.

Dengan membanu klien menghadapi dan menyelesaikan stress berarti

perawat telah meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, menghemat

hari rawat, menghemat biaya perawatan dan meningkatkan produktivitas

manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., Wagner, C.M. Ahli bahasa
Nurjannah, I., Tumanggor, R.D. (2015). Nurshing interventions classification
(NIC) (6 th ed). Jakarta: Moco Media

Ernawati.S.Kp (2009) Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan jiwa.jakarta:TIM

Jingga Wahyu Buana dari buku Potter, P.A. & Pery, A.G. (1999). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan: Konsep, proses, dan Praktik, Vol. 1 E/4. Alih bahasa
oleh Yasmin Asih, Made Sumarwati, Dian, Evriyani, Laily, Mahmudah, Ellen
Panggabean, Sari Kurnianingsih, Enie Novieastari. Jakarta: EGC. (halaman 476-
495).

Keliat,B.A.(1999). Penatalaksanaan STRESS.Jakarta:EGC

Kozier, B., Erb, G., Berwan, A. J., & Burke, K. (2008). Fundamental of Nurshing :
Concepts, Process, and Practice. New Jersey: Prentice Hall Health.

Stuart G.W dan Laraia.M.T (1998). Principle and practice of pschiatric nursing.
Edisi 8 St Louis. Mosby year Book.

Anda mungkin juga menyukai