DOSEN PEMBIMBING:
Kodri,S.kp.,M.Kes
DISUSUN OLEH :
DENI PUTRA
NIM : 2014401008
1. Definisi
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Abdul H, 2008).
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor
fisiologis dan lingkungan (Tarwoto & Wartonah, 2004).
Distribusi cairan
Cairan tubuh didistribusikan diantara dua kompartemen, yaitu pada
intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler (CIS) kira-kira 2/3 atau
40% dari Universitas Sumatera Utara BB. Ion utama di dalam CIS adalah
kalium, magnesium dan fosfat (serta protein). Sedangkan cairan
ekstraseluler (CES) 20% dari BB, cairan ini terdiri atas plasma (cairan
intravascular) 5%, cairan interstisial (cairan disekitar tubuh seperti limfa)
10-15%, cairan transselular (misalnya, cairan serebrospinalis, cairan
sinovial, cairan dalam peritonium, cairan akueus dalam rongga mata, dan
lain-lain) 1-3%. Terutama karena kesulitan dalam memperoleh cairan
intraseluler, maka relative sedikit diketahui tentang pengendalian volume
cairan intraseluler dalam keadaan sehat maupun sakit, maka haruslah
terdapat mekanisme tertentu yang mencegah masuknya air secara tidak
terkendali ke dalam sel dan mengakibatkan pembengkakan sel, yang
berbeda dengan sel tanaman, sel tubuh tidak dilindungi oleh membran yang
kuat (Tarwoto & Wartonah, 2010).
Difusi
Difusi merupakan proses perpindahan partikel cairan dari konsentrasi tinggi
ke konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan. Cairan dak elektrolit
didifusikan menembus membran sel. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh
ukuran molekul, konsentrasi larutan dan temperatur.
Osmosis
Osmosis merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui
membran semipermiabel dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke
konsentrasi yang lebih tinggi yang sifatnya menarik.
Transpor
Aktif Partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi karena adanya daya
aktif dari tubuh seperti pompa jantung.
Pengeluaran cairan
Banyak faktor memengaruhi kehilangan cairan. Individu yang sakit
membutuhkan lebih banyak cairan karena mengalami drainase berlebihan
dari luka, muntah atau perdarahan. Demam dapat menyebabkan individu
menggunakan sekitar empat kali lipat jumlah cairan yang ia biasanya ia
butuhkan. Masing-masing bentuk kehilangan cairan juga akan mengubah
konsentrasi elektrolit tubuh (Rosdahl dkk, 2014). Pasien dengan
ketidakadekuatan pengeluaran cairan memerlukan pengawasan asupan dan
pengeluaran cairan secara khusus. Peningkatan jumlah dan kecepatan
pernafasan, keringat dan diare dapat menyebabkan kehilangan cairan secara
berlebihan. Kondisi lain yang dapat menyebabkan kehilangan cairan
berlebihan adalah muntah secara terus menerus (Alimul Hidayat, 2006).
Asupan Haluaran
Sumber Jumlah Sumber Jumlah
Cairan 1200 ml Urine 1500 m
Makanan 1000 ml Kulit 500 m
Metabolisme 300 ml Paru 300 m
Feces 200 ml
Total 2500 ml Total 2500 ml
2. Tujuan
1) Tujuan umum
Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Prioritas Masalah
Kebutuhan Dasar Cairan dan Elektroloit
2) Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada paien dengan Masalah Kebutuhan
Dasar Cairan dan Elektroloit
b. Melakukan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Masalah Kebutuhan
Dasar Cairan dan Elektroloit.
c. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan Masalah Kebutuhan
Dasar Cairan dan Elektroloit
3. Fisiologi
a. Cairan
Cairan tubuh terdiri atas dua kompertemen utama yang dipisahkan oleh
membrane semipermeable.Kedua kompertemen tersebut adalah intraseluler dan
ekstraseluler.Sekitar 65% cairan tubuh berada dalam sel, atau
intraseluler.Sisanya 35% cairan tubuh berada diluar sel, atau ekstraseluler.
Komparemen ekstraseluler selanjutnya dibagi menjadi tiga subdivisi:
Interstisial : cairan antara sel dan disekitar pembuluh darah (25%).
Intravascular : cairan didalam pembuluh darah; juga disebut plasma darah
(8%).
Transeluler: air mata dan juga cairan spinal, synovial, peritoneal,
pericardial,dan pleural (25%).
Kadar elektrolit dalam tubuh diatur melalui penyerapan dan pengeluaran untuk
menjaga level yang diharapkan untuk fungsi tubuh optimal. Dalam hal kalsium,
hormone paratiroid dan kasitonin disekresikan untuk menstimulasi
penyimpanan atau pengeluaran kalsium dari tulang untuk mengatur level dalam
darah. Elektrolit lain diserap dari makanan dalam jumlah sedikit atau banyak
atau disimpan atau disekresikan oleh ginjal atau lambung dalam jumlah sedikit
atau banyak yang diperlukan untuk mengurangi atau menaikkan level elektrolit
ke level yang diperlukan untuk fungsi tubuh optimal. Agar mekanisme umpan
balik menjadi efektif, organ atau system yang bertanggung jawab untuk
penyerapan dan ekskresi (gastrointestinal) atau penyerapan kembali dan ekresi
(renal) harus berfungsi dengan baik.
Etiologi
Hipovolemia ini terjadi dapat disebabkan karena :
a. Penurunan masukkan.
b. Kehilangan cairan yang abnormal melalui : kulit, gastro intestinal,
ginjal abnormal, dll.
c. Perdarahan.
Patofisiologi:
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan
elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik).
Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini
diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan
perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga
menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk untuk
mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan
intraseluler. Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan
asupancairan , perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi
tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya ke
lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat
berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti
pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi
tertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat
terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan.
Manifestasi klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan
hipovolemia antara lain : pusing, kelemahan, keletihan, sinkope,
anoreksia, mual, muntah, haus, kekacauan mental, konstipasi, oliguria.
Tergantung jenis kehilangan cairan hipovolemia dapat disertai ketidak
seimbangan asam basa, osmolar/elektrolit. Penipisan (CES) berat dapat
menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme kompensasi tubuh pada
kondisi hipolemia adalah dapat berupa peningkatan rangsang sistem
syaraf simpatis (peningkatan frekwensi jantung, inotropik (kontraksi
jantung) dan tahanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormon antideuritik
(ADH), dan pelepasan aldosteron. Kondisi hipovolemia yang lama
menimbulkn gagal ginjal akut.
Komplikasi
Akibat lanjut dari kekurangan volume cairan dapat mengakibatkan :
a. Dehidrasi (Ringan, sedang berat).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Kejang pada dehidrasi hipertonik.
Etiologi
Hipervolemia ini dapat terjadi jika terdapat :
a. Stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air.
b. Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air.
c. Kelebihan pemberian cairan intra vena (IV).
d. Perpindahan interstisial ke plasma.
Patofisiologi
Terjadi apabila tubuh menyimpan cairan elektrolit dalam kompartemen
ekstraseluler dalam proporsi seimbang. Karena adanya retensi cairan
isotonik, konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan
cairan tubuh hampir selalu disebabkan oleh peningkatan jumlah natrium
dalam serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload cairan/adanya
gangguan mekanisme homeostatis pada proses regulasi keseimbangan
cairan.
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan
hipervolemia antara lain : sesak nafas, ortopnea. Mekanisme kompensasi
tubuh pada kondisi hiperlemia adalah berupa pelepasan Peptida
Natriuretik Atrium (PNA), menimbulkan peningkatan filtrasi dan
ekskresi natrium dan air oleh ginjal dan penurunan pelepasan aldosteron
dan ADH. Abnormalitas pada homeostatisiselektrolit, keseimbangan
asam-basa dan osmolalitas sering menyertai hipervolemia. Hipervolemia
dapat menimbulkan gagal jantung dan edema pulmuner, khususnya pada
pasien dengan disfungsi kardiovaskuler.
Komplikasi
Akibat lanjut dari kelebihan volume cairan adalah :
a. Gagal ginjal, akut atau kronik, berhubungan dengan peningkatan
preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah jantung.
b. Infark miokard.
c. Gagal jantung kongestif.
d. Gagal jantung kiri.
e. Penyakit katup.
f. Takikardi/aritmia berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan
osmotik koloid plasma rendah, etensi natrium.
g. Penyakit hepar : Sirosis, Asites, Kanker, berhubungan dengan
kerusakan arus balik vena.
h. Varikose vena
i.Penyakit vaskuler perifer.
j.Flebitis kronis
Sedangkan gangguan lainya meliputi :
Gangguan Ketidak Seimbangan Elektrolit yaitu :
1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
Asupan cairan dan makanan (oral dan Parental).
Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan
elektrolit.
Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu status
cairan.
Status perkembangan (usia atau kondisi sosial).
Faktor psikologis (perilaku emosional).
c. Pemeriksaan penunjang.
1) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium,
klorida, ion bikarbonat.
Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin (Hb),
hematrokit (Ht).
- Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok.
- Ht turun : adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik.
- Hb naik : adanya hemokonsentrasi
- Hb turun : adanya perdarahan habat, reaksi hemolitik.
PH dan berat jenis urine
Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur konsentrasi
urine. Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-1,030.
https://id.scribd.com/document/455168259/169-LP-CAIRAN-DAN-ELEKTROLIT-SDKI
https://id.scribd.com/document/455168259/169-LP-CAIRAN-DAN-ELEKTROLIT-SDKI