Anda di halaman 1dari 38

SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN PUSKESMAS (SP3) REVISI II

BAB I
PENDAHULUAN

Pembangunan upaya kesehatan masyarakat dilakukan diseluruh Indonesia, melalui keberadaan Puskesmas,
Puskesmas dengan Ruang Perawatan, Puskesmas pembantu, Puskesmas Keliling dan juga keberadaan Bidan di
Desa.

Fungsi indtitusi kesehatan terdepan (Puskesmas) tidak sekedar sebagai pemberi pelayanan kesehatan saja, namun
juga melaksanakan berbagai program pembangunan kesehatan masyarakat baik yang bersifat promotif, preventif,
kuratif bahkan terkadang sampai rehabilitasi. Disamping itu pembinaan terhadap sarananya baik milik pemerintah
maupun swasta dan penggerakan peran serta masyarakat di bdang kesehatan yang berada di wilayah kerjanya yang
menjadi tanggung jawabnya.

Semua pelaksanaan kegiatan tersebut diatas perlu dicatat dan dilaporkan secara teratur, tepat waktu dan dengan
pengisian data yang benar.

Dalam era pembangunan ini keberadaan data dan informasi memegang peran yang sangat penting. Data yang benar-
benar akurat, terpecaya, bersinambungan, tepat waktu dan mutakhir, sangat diperlukan dalam pengelolaan program,
perencanaan, pemantauanpelakasanan program dan proyek serta kegiatan yang akan dilakukan.

Salah satu pemantapan dan pengembangan Sistem Informasi Kesehatan melalui pengumpulan data di Puskesmas.
Dalam gerak pelaksanaannya masih banyak masalah dan kendala yang dihadapi baik di tingkat Kabupaten/Kota
maupun di Provinsi. Upaya pemecahan masalahnya antara lain melalui penyempurnaan Sistem Pencatatan dan
Pelaporan Puskesmas (SP3) yang merupakan sebagaian kecil dari Sistem Informasi Kesehatan yang telah diakui
sebagai sumber data yang berasal dari Puskesmas dan dapat dimanfaatkan diberbagai jenjang administrasi sejak
tahun 1981, yang dulunya disebut Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP).

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) Revisi I mulai dilaksanakan pada tahun 1996, sebagai
penyempurnaan terhadap bentuk pelaporan yang ditetapkan pada tahun 1981. Perkembangan Sistem Pencatatan dan
Pelaporan Puskesmas (SP3) telah mengalami perubahan-perubahan sejak tahun 1996 sampai sekarang dalam upaya
pembenahan untuk penyesuaian pemanfaatan data yang selalu berubah-rubah sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan waktu.

Dari hasil supervisi dan pemantauan yang dilaksanakan oleh tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota ke
Puskesmas, masih banyak hal-hal yang menjadi halangan dalam melaksanakan SP3 baik menyangkut tentang
pencatatan, pengolahan maupun pelaporannya. Hal-hal yang berakibatkan laporan SP3 menjadi tidak lengkap, tidak
tepat waktu dan kebenarannya yang diragukan dapat diindentifikasikan antara lain meliputi :

1. Data yang dilaporkan tidak semuanya dapat dimanfaatkan baik dari aspek monitoring maupun dari aspek
evaluasi;
2. Tidak adanya atau kurang petugas khusus di bidang informasi baik di tingkat Puskesmas maupun ditingkat
yang lebih tinggi;
3. Kurangnya sarana dan prasarana untuk pencatatan, pengolahan maupun pelaporan;
4. Kurang trampilnya petugas penyedia, pengumpul dan pengolah data dan pembuat laporan;
5. Kurangnya tingkat kesadaran petugas akan pentingnya dan manfaatnya Data dan Informasi;
6. Semua kegiatan harus dicatat selengkap mungkin, meskipun yang dilaporkan terbatas.

Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan informasi, maka tahun 2008, sistem pelaporan ini disempurnakan kembali
sebagai Revisi II. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) Revisi II merupakan SP3-Program yang
dibuat untuk memenuhi kebutuhan para pemegang, pengelola maupun pelaksanaan program di masing-masing
tingkatan administrasi. Oleh karena itu bukanlah sesuatu yang mengada-ada kalau dalam penyusunan SP3, para
pemegang, pengelola atau pelaksana program disemua tingkatan administrasi mempunyai peran yang sangat penting
demi tercapainya Evidence Based.

Diharapkan pembenahan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas ini dapat menghilangkan faktor masalah yang
ada saat ini. Namun masih perlu dipikirkan tentang aspek pelaksanaan dan juga kesediaan pihak swasta untuk
melaksanakan pelaporan tersebut dengan tertib.

Dalam buku ini disajikan tentang Tujuan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas, Cara Pengisian, Pengertian-
pengertian dan batasan-batasan operasional yang dipergunakan.
BAB II

TUJUAN

A. TUJUAN UMUM :

Didapatkan semua data hasil kegiatan Puskesmas (termasuk Puskesmas Pembantu, Puskesmas dengan
Ruang Perawatan, Puskesmas Keliling, Bidan di desa, Posyandu, dan sebagainya), dan data lainnya yang berkaitan,
serta dilaporkan data tersebut kepada jenjang administrasi di atasnya sesuai dengan kebutuhan secara benar, akurat,
berkala, teratur guna menunjang pengelolaan upaya kesehatan masyarakat.

B. TUJUAN KHUSUS :

1. Tercatatnya semua data dari hasil kegiatan Puskesmas dan data yang berkaitan dalam format-
format yang telah ditentukan dengan benar dan bersinambungan;
2. Terlapornya data tersebut di jenjang administrasi yang lebih tinggi sesuai dengan kebutuhan dan
mempergunakan format yang telah ditetapkan secara benar, berkelanjutan dan teratur;
3. Terolahnya data tersebut menjadi informasi di Puskesmas dan disetiap jenjang administrasi di
atasnya, sehingga bermanfaat untuk mengetahui permasalahan kesehatan yang ada di masyarakat
serta merumuskan cara penanggulangan secara tepat;
4. Diperolehnya kesamaan pengertian tentang Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3),
meliputi Batasan Operasional, tatacara pengisian format, pengolahan data dan informasi dan
Mekanisme pelaporannya;
5. Mantapnya pelaksanaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) disemua jenjang
administrasi, sehingga dapat berhasil guna dan berdaya guna dalam pengelolaan upaya kesehatan
masyarakat;
6. Diperolehnya satu sumber data yang dapat dipakai, dimanfaatkan data dengan benar, akurat dan
sama;
BAB III
PENGORGANISASIAN
SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN PUSKESMAS (SP3)

A. TINGKAT PUSKESMAS

Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan kabupaten/Kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.

Puskesmas Perawatan adalah Puskesmas yang diberi tambahan ruangan dan fasilitas untuk menolong penderita
gawat darurat berupa tindakan operatif terbatas maupun perawatan sementara di ruangan rawat inap denagn tempat
tidur rawat inap. Merupakan Pusat Rujukan Antara melayani penderita gawat darurat sebelum dapat dirujuk ke
rumah sakit.

Puskesmas memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan antara lain :

1. Mencatat dan mengumpulkan data baik kegiatan dalam gedung maupun luar gedung dan Lintas Sektoral
2. Mengolah Data dan menganalisa menjadi informasi yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan
3. Membuat laporan berkala ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
4. Memelihara Bank Data
5. Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen Puskesmas
6. Memberikan pelayanan data dan Informasi kepada masyarakat dan pihak-pihak berkepentingan lainnya di
wilayah kerjanya.

Puskesmas merupakan pusat jaringan informasi di tingkat bawah sebagai ujung tombak segala informasi yang
ada. Adapun anggota jaringannya meliputi :

Puskesmas Pembantu (Pustu) Pengobatan Tradisional (Batra)

Puskesmas Keliling (Pusling) Akupuntur, Shinse

Bidan Desa ( Bides) Lintas Sektoral

Posyandu LSM , Yayasan

Wahana Sarana Pelayanan Kesehatan Swasta a.l : BP, RB,


Praktek Dr/Drg/Bidan dll
Polindes

Poskestren

Organisasi Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) :

Penanggung Jawab SP3 : Kepala Puskesmas


Koordinator SP3 : Seseorang yang ditunjuk oleh kepala Puskesmas, dengan
berpendidikan minimal SMA
Anggota : Pelaksana Program

Dengan Tugas- Tugas sebagai berikut :

a. Kepala Puskesmas :

Penanggung-jawab di Tingkat Puskesmas


Bertanggung Jawab terhadap Kualitas Data
Bertanggung Jawab terhadap Pengumpulan Dan Pengolahan Data SP3
Bertanggung Jawab terhadap Kebenaran Isi Laporan SP3
Bertanggung Jawab terhadap Validasi Data
Bertanggung Jawab terhadap Analisa Data
Membimbing Kepada Koordinator dan Para Pelaksana Program
Koordinasi dengan fasilitas kesehatan swasta dll , dalam sistem pencatatan dan pelaporan.
Mengadakan pertemuan berkala dengan pelaksana program setiap 1 bulan satu kali untuk mengvalidasikan
data dan mengevaluasi pelaksanaan SP3.
b. Koordinator :

Mengkoordinir Laporan Setiap Pemegang Program


Mengumpulkan dan Mengolah Data
Bertanggung-jawab atas kelancaran pelaksanaan SP3 kepada Kepala Puskesmas
Mengkoordinir Entri Data bersama-sama dengan para pemegang program
Mengirimkan Laporan ke Kab/Kota Tepat Waktu
Distribusikan Format Laporan Ke Pemegang Program
Meneliti Kelengkapan Isi Format
Mengarsipkan
Validasi Data

c. Pemegang Program :

Mencatat setiap kegiatan pada buku catatan register yang ada


Menerima laporan dan mengadakan bimbingan terhadap Pustu,Pusling, Bidan di Desa, Perawat Desa. Dan
lain-lainnya.
Membuat transformasi pengolahan data yang tercatat sebagai kegiatan program dan merekapitulasi data
program
Mengisi Format Laporan SP3 sesuai kegiatannya dengan Tepat Waktu
Entri Data bersama-sama dengan para pemegang program dan Koordinator
Menyajikan Data/Informasi
Membantu Kepala Puskesmas dalam Analisisi Data SP3

B. TINGKAT KABUPATEN / KOTA :

Kabupaten/Kota memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan antara lain :

1. Mencatat dan mengumpulkan data baik dari Puskesmas maupun Lintas Sektoral
2. Mengolah Data dan menganalisa menjadi informasi yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan
3. Membuat Umpan Balik Laporan SP3 ke Puskesmas setiap 3 bulan sekali
4. Membuat laporan berkala ke Dinas Kesehatan Provinsi
5. Memelihara Bank Data
6. Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen Kabupaten/Kota
7. Memberikan pelayanan data dan Informasi kepada masyarakat dan pihak-pihak berkepentingan lainnya di
wilayah kerjanya.

Organisasi Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) :

Penanggung Jawab SP3 : Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


Koordinator SP3 : Kepala Unit Kerja yang memiliki fungsi pengolahan data dan
informasi atau seseorang yang ditunjuk oleh Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. (disesuaikan dengan SOTK
di Kabupaten/Kota yang bersangkutan)
Anggota : Pelaksana Program

Dengan Tugas- Tugas sebagai berikut :

a. Penanggung Jawab SP3 :

Penanggung-jawab terhadap pelaksanaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas


Memberikan bimbingan dan pembinaan kepada koordinator, pelaksana program baik di Kabupaten/Kota
maupun Puskesmas .
Mengadakan pertemuan berkala setiap 3 bulan sekali untuk melaksanakan evaluasi hasil pelaksanaan SP3
dan pencapaian kegiatan masing-masing program.

b. Koordinator SP3 :

Mengkoordinir Laporan SP3


Mengumpulkan Dan Mengolah Data
Bertanggung-jawab atas kelancaran pelaksanaan SP3
Bertanggung-jawab atas Kualitas Data SP3
Bertanggung-jawab terhadap Pengumpulan Dan Pengolahan Data Sp3
Bertanggung-jawab terhadap Kebenaran Isi Laporan SP3
Bertanggung-jawab terhadap Validasi Data
Bertanggung-jawab terhadap Analisa Data
Mengkoordinir Entri Data bersama-sama dengan para pemegang program
Mengirimkan Laporan Ke Propinsi dengan tepat waktu
Distribusikan print out Laporan Ke Pemegang Program
Membuat umpan balik SP3 secara periodik 3 bulan satu kali ke tingkat Puskesmas.
Meneliti Kelengkapan Isi Format
Mengarsipkan
Validasi Data

c. Pemegang Program :

Mengadakan validasi dan koreksi data SP3 yang diterima dari koordinator SP3 Kabupaten/Kota.
Menganalisis hasil olahan data tersebut dan membuat laporan narative serta melaksanakan tindak lanjut
kegiatan sesuai hasil analisa data.
Membantu kelancaran pelaksanaan SP3 di Puskesmas dan Kabupaten/Kota
Mengikuti pertemuan berkala SP3 setiap 3 bulan sekali dan memberikan bahasannya.

C. TINGKAT PROPINSI :

Kabupaten/Kota memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan antara lain :

1. Mencatat dan mengumpulkan data baik dari Kabupaten/Kota maupun Lintas Sektoral
2. Mengolah Data dan menganalisa menjadi informasi yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan
3. Membuat Umpan Balik Laporan SP3 ke Kabupaten/Kota setiap 6 bulan sekali
4. Memelihara Bank Data
5. Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen Provinsi
6. Memberikan pelayanan data dan Informasi kepada masyarakat dan pihak-pihak berkepentingan lainnya di
wilayah kerjanya.

Organisasi Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) :

Penanggung Jawab SP3 : Kepala Dinas Kesehatan Provinsi


Penanggung Jawab Pelaksana : Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan
Koordinator SP3 : Kepala Seksi Teknologi Informasi Kesehatan
Anggota : Pelaksana Program

Dengan Tugas- Tugas sebagai berikut :

a. Penanggung Jawab SP3 :

Penanggung Jawab terhadap pelaksanaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3)
Memberikan bimbingan dan pembinaan kepada koordinator, pelaksana program di tingkat Propinsi.

b. Penanggung Jawab Pelaksana SP3 :

Bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan SP3.


Mengadakan pertemuan berkala setiap 6 bulan sekali untuk melaksanakan evaluasi hasil pelaksanaan SP3
dan pencapaian kegiatan masing-masing program.
Memberikan bimbingan dan pembinaan kepada koordinator, pelaksana program baik di tingkat Propinsi
maupun Kabupaten/Kota dalam hal fasilitasi.

c. Koordinator SP3 :

Mengkoordinir Laporan SP3


Mengumpulkan Dan Mengolah Data
Bertanggung-jawab atas kelancaran pelaksanaan SP3
Bertanggung-jawab atas Kualitas Data SP3
Bertanggung-jawab Terhadap Pengumpulan Dan Pengolahan Data Sp3
Bertanggung-jawab Terhadap Kebenaran Isi Laporan SP3
Bertanggung-jawab Terhadap Validasi Data
Bertanggung-jawab Terhadap Analisa Data
Mengkoordinir Entri Data bersama-sama dengan para pemegang program
Memberikan bimbingan dan pembinaan teknis dan substantif kepada koordinator, pelaksana program baik
di tingkat Propinsi maupun Kabupaten/Kota dalam hal fasilitasi.
Mengirimkan Laporan Ke Pusat dengan tepat waktu
Distribusikan hasil print out Laporan Ke Pemegang Program
Membuat umpan balik SP3 secara periodik 6 bulan satu kali ke tingkat Kabupaten/Kota
Meneliti Kelengkapan Isi Format
Mengarsipkan
Validasi Data

d. Pemegang Program :

Mengadakan validasi dan koreksi data SP3 yang diterima dari koordinator SP3 Kabupaten/Kota.
Mengirimkan hasil koreksinya ke koordinator SP3.
Menganalisis hasil olahan data tersebut dan membuat laporan narative serta melaksanakan tindak lanjut
kegiatan sesuai hasil analisa data.
Membantu kelancaran pelaksanaan SP3 di Puskesmas dan Kabupaten/Kota
Mengikuti pertemuan berkala SP3 setiap 3 bulan sekali dan memberikan bahasannya.
BAB. IV

PETUNJUK PENGISIAN

Dalam pelaksanaan Sistem Pencatatan dan pelaporan Puskesmas perlu diketahui beberapa batasan tentang istilah
yang digunakan untuk mendapatkan kesamaan pengertian, sehingga pencatatan dan pelaporan dilakukan dengan
benar dan sama.

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas adalah pencatatan dan pelaporan yang harus dibuat oleh Puskesmas
dan direkapitulasi disetiap tingkatan administrasi dengan waktu tertentu.

Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas disini sudah mencakup pelayanan kesehatan di puskesmas, Puskesmas
Pembantu, Puskesmas Keliling, Puskesmas dengan Perawatan, Bidan Desa, Perawat Desa, Balai pengobatan,
Dokter/ Bidan Praktek swasta dan unit-unit pelayanan kesehatan lainnya baik pemerintah maupun swasta.

A. FORMAT LAPORAN .

Untuk berbagai data yang dikumpulkan melalui Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas digunakan Formulir
standar yang terdiri dari 6 jenis laporan sebagai berikut yaitu :

1. Laporan LB-1 : Laporan Bulanan mengenai Data Kesakitan

2. Laporan LB-3 : Laporan Bulanan Program KIA/KB, Gizi, dan Pemberantasan


Pencegahan Penyakit
3. Laporan LB-4 : Laporan Bulanan Kegiatan Puskesmas

4. Laporan LSD-1 : Laporan Tahunan Sumber Daya mengenai data fasilitas dan data
kesehatan lainnya serta data lingkungan kedinasan Puskesmas dan
Jejaringnya
5. Laporan LSD-2 : Laporan Tahunan Sumber Daya mengenai tenaga di Puskesmas
baik dengan perawatan maupun tanpa perawatan dan Puskesmas
Pembantu.
6. Laporan LSD-3 : Laporan Tahunan Sumber Daya mengenai Jumlah dan Jenis
Peralatan di Puskesmas baik dengan perawatan maupun tanpa
perawatan, Puskesmas Pembantu dan lain-lain.

B. FREKUENSI LAPORAN.

Pada Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas, Frekwensi dan Periode disesuaikan dengan Jenis Data yang
dikumpulkan :

1. Laporan Bulanan (LB-1, LB-3, LB-4) dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota paling lambat
pada tanggal 5 bulan berikutnya
2. Laporan Tahunan (LSD-1, LSD-2, LSD-3) dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota paling
lambat pada tanggal 10 Januari tahun berikutnya.
3. Laporan Bulanan tersebut dikirimkan setiap bulan ke Dinas Kesehatan Provinsi paling lambat pada tanggal
15 bulan berikutnya melalui disket/CD atau e-mail dengan alamat : datinjabar@yahoo.co.id
4. Laporan Tahunan tersebut dikirmkan setiap tahun ke Dinas Kesehatan Provinsi paling lambat tanggal 15
Januari tahun berikutnya melalui disket/CD atau e-mail.

C. PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR LAPORAN.

Dalam petunjuk pengisian ini tidak dijelaskan hal-hal yang sudah cukup jelas. Penjelasan mengenai arti, pengertian
dari variable dijelaskan khusus dalam batasan operasional.

Agar Data/Informasi yang diperoleh berbasis Desa/Kelurahan, maka untuk mengisi Laporan ini, Puskesmas mengisi
Data per-Desa/Kelurahan yang ada di wilayah kerja dan Luar Wilayah kerja Puskesmas sesuai dengan kunjungan
pelayanan kesehatan masyarakat.
Kode Puskesmas adalah kode indentitas Puskesmas yang terdiri atas 11 digit alfanumerik yaitu:

1 digit pertama diisi dengan huruf P yang menandakan Puskesmas.


2 digit berikutnya diisi dengan kode Provinsi yang mengacu kepada kode wilayah dari BPS.
2 digit berikutnya diisi dengan kode Kabupaten yang mengacu kepada kode wilayah dari BPS.
3 digit berikutnya diisi dengan kode Kecamatan yang mengacu kepada kode wilayah dari BPS.
1 digit beikutnya diisi dengan angka 1 apabila Puskesmas tersebut adalah Puskesmas Perawatan dan diisi
dengan angka 2 apabila Puskesmas tersebut adalah Puskesmas Non Perawatan.
2 digit terakhir menyatakan nomor urut Puskesmas di kecamatan di mana Puskesmas yang bersangkutan
berada.

1. LAPORAN BULANAN PENYAKIT (LB 1 )

Laporan Bulanan Penyakit (LB 1) merupakan Laporan Bulanan mengenai Data Kesakitan mencakup data di wilayah
kerja Puskesmas, berdasarkan penderita yang berobat ke dalam gedung Puskesmas maupun luar gedung Puskesmas
dan Jejaring Puskesmas yang berada di wilayah kerja Puskesmas.

Kasus penyakit yang dilaporkan berbasis Desa/Kelurahan, baik berasal dari wilayah maupun luar wilayah kerja
Puskesmas

Data kesakitan yang dilaporkan dalam LB 1, juga mencakup data kesakitan yang sebelumnya telah dilaporkan baik
melalui W1 maupun W2.

PETUNJUK UMUM

1. LB-1 terdiri dari 10 halaman


2. LB-1 terdiri dari 18 kelompok penyakit dan 224 variabel penyakit
3. LB-1 dilaporkan setiap bulan, setiap awal bulan, bulan berikutnya
4. Kode Puskesmas terdiri 8 digit, diisi sesuai kode Puskesmas masing-masing
5. Puskesmas, diisi dengan nama Puskesmas sesuai dengan SK Puskesmas
6. Setiap membuat laporan dituliskan Kode Puskesmas, Nama Desa/Kelurahan, Nama Puskesmas, Nama
Kecamatan, Nama Kabupaten/Kota, Provinsi asal, Nama Bulan dan Tahun yang jelas.
7. Nama-nama penyakit yang dilaporkan disesuaikan dengan nomor ICD X.
8. Data Kesakitan yang dilaporkan dalam LB-1 juga mencakup data kesakitan yang telah dilaporkan dalam
W-1 dan W-2
9. Bulan : diisi dengan bulan pelaksanaan kegiatan yang dilaporkan
10. Tahun : diisi lengkap tahun berjalan
11. Laporan ini mencakup data dari Puskesmas, Puskesmas Pembantu dalam wilayah kerja Puskesmas,
penderita dalam gedung Puskemas maupun luar gedung Puskesmas (pengobatan, perawatan dilakukan di
rumah, di panti, di posyandu dan melalui Puskesmas Keliling) dan Jejaring Puskesmas yang ada di wilayah
kerja Puskesmas
12. LB-1 terdiri dari 10 halaman, rangkap 2 (dua) yang masing-masing ditujukan kepada :

Lembar 1 : Untuk Koordinator SP-3 di Dinas Kesehatan di Kabupaten/Kota


Lembar 2 : Untuk Koordinator SP-3 di Puskesmas (arsip)

1. Setiap lembar laporan harus diberi tanggal pembuatan dan ditanda-tangani oleh pelapor yaitu Pelaksana
Program dan diketahui oleh Kepala Puskesmas.
2. Laporan ini diisi dengan data yang terkumpul selama 1 bulan.
3. Kolom yang telah di arsir, tidak perlu diisi.
4. Telitilah sebelum ditanda-tangani oleh Penanggung jawab dan diketahui oleh Kepala Puskesmas.
Cantumkan nama dan NIP dengan jelas.

PETUNJUK KHUSUS

1. Kolom menurut kelompok umur diisi dengan angka sesuai dengan jumlah penderita yang ditemukan,
dirawat dan berobat jalan di Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan Jejaring Puskesmas
pada kelompok umur tersebut. Bila tidak ditemukan penyakit pada kelompok umur tersebut isilah dengan
angka 0 (nol).
2. Kelompok umur dibagi menjadi 12 kelompok umur yaitu

0 7 hari : Pasien bayi baru lahir sampai dengan berusia 7 hari Termasuk
dalam periode Perinatal; dan Neonatal.
8 28 hari : Penderita berusia 8 hari sampai dengan 28 hari termasuk dalam
masa neonatal.
29 hr 1 thn : Penderita berusia 1 tahun sampai dengan 12 bulan kurang 1 hari
1 4 thn : Penderita berusia 12 bulan sampai dengan 5 tahun kurang sehari
5 9 tahun : Penderita berusia 5 tahun sampai dengan 9 tahun kurang sehari
10 14 thn : Penderita berusia 10 tahun sampai dengan 14 tahun kurang
sehari
15 19 thn : Penderita berusia 15 tahun sampai dengan 19 tahun kurang
sehari
20 44 thn : Penderita berusia 20 tahun sampai dengan 44 tahun kurang
sehari
45 54 thn : Penderita berusia 45 tahun sampai dengan 54 tahun kurang
sehari, disebut juga dengan pralansia
55 59 thn : Penderita berusia 55 tahun sampai dengan 59 tahun kurang
sehari, disebut juga dengan lansia
60 69 thn : Penderita berusia 60 tahun sampai dengan 69 tahun kurang
sehari, disebut juga dengan lansia
70 thn : Penderita 70 tahun atau lebih, disebut juga dengan lansia

1. Kolom 4 s/d 27 ; merupakan Kasus Baru menurut golongan umur dan jenis kelamin
2. Kolom 28, Kolom 29; merupakan penjumlahan dari Kolom 4 s/d 27 Kasus Baru menurut jenis kelamin
3. Kolom 30; merupakan penjumlahan kolom 28 + kolom 29
4. Kolom 31, Kolom 32; merupakan Jumlah Kasus Lama menurut jenis kelamin
5. Kolom 33; merupakan penjumlahan kolom 33 + kolom 34
6. Kolom 34 ; merupakan penjumlahan kolom 30 + kolom 33
7. kolom 35; merupakan Jumlah Peserta Keluarga Miskin (GAKIN)
8. Nama dan Kode penyakit diisi sesuai dengan ICD 10, menyangkut daftar kategori penyakit 3 angka atau 4
angka dari ICD-10.
9. Kelompok Penyakit terdiri dari :

BAB KODE KATEGORI JENIS PENYAKIT

ICD 10
A 00 B 99 Penyakit Infeksi dan parasit tertentu
C 00 D 48 Penyakit Neoplasma
D 50 D 53 Penyakit Darah dan Orga Pembuat Darah dan beberapa
kelainan yang berhubungan dengan mekanisme
Kekebalan
E 00 E 90 Penyakit Endokrin, Nutrisi dan Metabolik
F 00 F 99 Penyakit Gangguan Jiwa dan Perilaku
G 00 - G 99 Penyakit Sususnan Saraf
H 00 - H 59 Penyakit Mata dan Adneksa
H 60 - H 95 Penyakit Telinga dan Prosesus Mastoid
I 00 - I 99 Penyakit Sistim Sirkulasi
J 00 - J 99 Penyakit Sistim Pernafasan
K 00 - K 93 Penyakit Sistim Pencernaan
L 00 - L 99 Penyakit Kulit dan Jaringan Subkutan
M 00 M 99 Penyakit Sistem Muskulosketal dan Jaringan Ikat
N 00 - N 99 Penyakit Sistem Kemih Kelamin
O 00 - O 99 Kehamilan, Persalinan dan Masa Nifas
P 00 P 96 Keadaan Tertentu yang Bermula pada Masa Perinatal
Q 00 - Q 99 Kelainan Bawaan, Kelainan Pembentukan dan
Khromosom
XVIII. R 00 - R 99 Gejala, Tanda dan Penemuan Abnormal secara Klinis
dan laboratorium yang tidak diklasifikasikan di tempat
lain
S 00 - T 98 Cedera, Keracunan dan Akibat tertentu lainnya oleh
Penyebeb dari luar
V 01 - Y 98 Penyebab Luar dari kesakitan dan Kematian
Z 00 - Z 99 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan
akses terhadap pe;ayanan Kesehatan
2. LAPORAN BULANAN KIA/KB, GIZI DAN PEMBERANTASAN PENCEGAHAN PENYAKIT (LB 3 )

Laporan bulanan kegiatan Puskesmas (LB 3) merupakan laporan bulanan Program KIA/KB, Gizi, dan
Pemberantasan Pencegahan Penyakit, termasuk pelayanan baik di dalam gedung maupun luar gedung Puskesmas
dan Jejaring Puskesmas yang berada di wilayah kerja Puskesmas.

PETUNJUK UMUM .

1. Data yang dilaporkan dalam format laporan LB-3 adalah semua data pelayanan baik dari dalam gedung
Puskesmas maupun dari luar gedung Puskesmas (Posyandu, Pos Immunisasi, sekolah, Bidan di desa,
Puskesmas Keliling, Puskesmas Pembantu) dan Jejaring Puskesmas yang ada di wilayah kerja Puskesmas
2. Format laporan LB-3 mencakup laporan kegiatan KIA/KB, Gizi, Pemberantasan Pencegahan Penyakit
(Immunisasi, Pengamatan Penyakit Malaria, Demam berdarah Dengue (DBD), Filariasis, Rabies, Anthraks,
Pes, Flu Burung /AI, Diare, TBC, Kusta, Keracunan Makanan, ISPA, Penyakit Kelamin dan HIV/AIDS)
3. Format laporan terdiri dari 6 halaman :

Halaman 1 2 : Kegiatan KIA/KB

Halaman 3 : Kegiatan Gizi

Halaman 4 6 : Kegiatan Pemberantasan Pencegahan Penyakit

1. Isilah kolom dengan angka. Bila tidak ada data makan isilah dengan angka 0 (nol).
2. LB-3 terdiri dari 6 halaman, rangkap 2 (dua) yang masing-masing ditujukan kepada :

Lembar 1 : Untuk Koordinator SP-3 di Dinas Kesehatan di Kabupaten/Kota

Lembar 2 : Untuk Koordinator SP-3 di Puskesmas (arsip)

1. Laporan harus diisi dengan kode Puskesmas, nama Desa/Kelurahan, nama Puskesmas, Kabupaten/Kota,
bulan dan tahun, kemudian diberi tanggal pembuatan dan ditanda-tangani oleh pelapor yaitu pelaksana
program dan diketahui oleh Kepala Puskesmas.
2. Setiap lembar laporan harus diberi tanggal pembuatan dan ditanda-tangani oleh pelapor yaitu pelaksana
program dan diketahui oleh Kepala Puskesmas.
3. Laporan ini diisi dengan data yang tercatat selama satu bulan.
4. Telitilah sebelum ditanda-tangani oleh penanggung jawab dan diketahui oleh kepala Puskesmas.
Cantumkan nama dan NIP dengan jelas.

PETUNJUK KHUSUS

1. Kolom 3; merupakan diisi dengan angka sesuai dengan Jumlah per- Variabel yang ditemukan, dirawat dan
berobat jalan di Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan Jejaring Puskesmas yang ada di
wilayah kerja Puskesmas. Bila tidak ditemukan isilah dengan angka 0 (nol).
2. Kolom 4; merupakan merupakan diisi dengan angka sesuai dengan Jumlah per- Variabel Peserta Keluarga
Miskin yang ditemukan, dirawat dan berobat jalan di Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas
Keliling dan Jejaring Puskesmas yang ada di wilayah kerja Puskesmas. Bila tidak ditemukan isilah dengan
angka 0 (nol).

3. LAPORAN BULANAN KEGIATAN PUSKESMAS (LB 4 )

Laporan bulanan kegiatan Puskesmas (LB 4) merupakan laporan bulanan kegiatan Puskesmas, termasuk pelayanan
baik di dalam gedung maupun luar gedung Puskesmas dan Jejaring Puskesmas yang berada di wilayah kerja
Puskesmas.

PETUNJUK UMUM.

1. Data yang dilaporkan dalam format laporan LB-4 adalah semua data pelayanan baik dari dalam gedung
Puskesmas maupun dari luar gedung Puskesmas (Posyandu, Pos Immunisasi, sekolah, Bidan di desa,
Puskesmas Keliling, Puskesmas Pembantu) dan Jejaring Puskesmas yang ada di wilayah kerja Puskesmas
2. Format laporan LB-4 mencakup laporan Data Sasaran, Kegiatan Pengunjung Puskesmas, Rawat Jalan,
Rawat Inap, Upaya Kesehatan Giigi (Pelayanan Di BP Gigi, Pelayanan Di UKGS, Pelayanan UKMD),
Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Pembinaan Keluarga Rawan, Tindak Lanjut Perawatan Yang
Selesai Dibina, Pembinaan Kelompok Khusus/Panti), Upaya Kesehatan Sekolah, Upaya Kesehatan Mata,
Upaya Penyuluhan dan JPKM Kesehatan Masyarakat, Upaya Kesehatan Lingkungan, Gizi, Kegiatan
Laboratorium dan Kegiatan Transfusi Darah.
3. Format laporan LB-4 terdiri dari 4 halaman :
4. Isilah kolom dengan angka, dalam kotak angka yang telah disediakan. Bila tidak ada datanya maka isilah
dengan angka 0 (nol).
5. LB-4 terdiri dari 4 halaman, rangkap 2 (dua) yang masing-masing ditujukan kepada :

Lembar 1 : Untuk Koordinator SP-3 di Dinas Kesehatan di Kabupaten/Kota

Lembar 2 : Untuk Koordinator SP-3 di Puskesmas (arsip)

1. Setiap lembar laporan harus diberi tanggal pembuatan dan ditanda-tangani oleh pelapor yaitu pelksana
program dan diketahui oleh Kepala Puskesmas
2. Laporan harus diisi dengan kode Puskesmas, nama Puskesmas, Pustu yang ada dan yang melapor,
Kabupaten/Kota, bulan dan tahun, kemudian diberi tanggal pembuatan dan ditanda-tangani oleh pelapor
yaitu pelaksana program dan diketahui oleh Kepala Puskesmas.
3. Laporan ini diisi dengan data selama 1 bulan.
4. Telitilah sebelum ditanda-tangani oleh penanggung jawab dan diketahui oleh Kepala Puskesmas.
Cantumkan nama dan NIP dengan jelas.

4. LAPORAN SUMBER DAYA PUSKESMAS (LSD 1 )

Laporan Tahunan Sumber Daya Puskesmas (LSD-1) merupakan laporan tahuan kegiatan pelayanan kesehatan
Puskesmas, termasuk pelayanan baik di dalam gedung maupun luar gedung Puskesmas dan Jejaring Puskesmas yang
berada di wilayah kerja Puskesmas.

PETUNJUK UMUM .

1. Laporan ini dibuat sekali dalam setahun sekali (data dari bulan Januari s/d Desember).
2. Dilaporkan pada bulan Januari tahun berikutnya.
3. LSD-1 mencakup 2 kelompok yaitu

Laporan Tahunan Puskesmas


Lampiran LSD1 merupakan Data Lingkungan Kedinasan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu

1. LSD-1 terdiri dari 3 halaman, dan rangkap 2 (dua) yang masing-masing ditujukan kepada :

Lembar 1 : Untuk Koordinator SP-3 di Dinas Kesehatan di Kabupaten/Kota

Lembar 2 : Untuk Koordinator SP-3 di Puskesmas (arsip)

1. LSD-1 Lampiran terdiri dari 2 halaman, LSD-1 terdiri dari 3 halaman, dan rangkap 2 (dua) yang masing-
masing ditujukan kepada :

Lembar 1 : Untuk Koordinator SP-3 di Dinas Kesehatan di Kabupaten/Kota

Lembar 2 : Untuk Koordinator SP-3 di Puskesmas (arsip)

1. LSD-1 merupakan Data yang dilaporkan mencakup : Data Umum, Data Keadaan Sarana Puskesmas
dengan Jejaringnya, Data Kesehatan Lingkungan, Data Upaya Kesehatan Sekolah, Data Peran Serta
Masyarakat, Data Kesehatan lain dan data fasilitas lainnya.
2. LSD-1 Lampiran merupakan Data yang dilaporkan mencakup : Data jenis bangunan dan Transportasi di
Puskesmas dan Puskesmas Pembantu.
3. Isilah kolom dengan angka, dalam kotak angka yang telah disediakan. Bila tidak ada datanya maka isilah
dengan angka 0 (nol).
4. Setiap lembar laporan harus diberi tanggal pembuatan dan ditanda-tangani oleh pelapor yaitu pelksana
program dan diketahui oleh Kepala Puskesmas.
5. Laporan harus diisi dengan kode Puskesmas, nama Desa/Kelurahan, nama Puskesmas, Kabupaten/Kota,
bulan dan tahun, kemudian diberi tanggal pembuatan dan ditanda-tangani oleh pelapor yaitu pelaksana
program dan diketahui oleh Kepala Puskesmas.
6. Telitilah sebelum ditanda-tangani oleh penanggung jawab dan diketahui oleh Kepala Puskesmas.
Cantumkan nama dan NIP dengan jelas.
PETUNJUK KHUSUS.

1. Kolom 1; diisi dengan nomor urut.


2. Kolom 2; merupakan Jenis Bangunan dan Transportasi
3. Kolom 3; diisi dengan Jumlah Jenis Ruangan dan Transportasi yang ada di Puskesmas dan Puskesmas
Pembantu
4. Kolom 3; diisi dengan Luas Bangunan untuk setiap Ruangan di Puskesmas dan Puskesmas Pembantu.
5. Kolom 5-9; diisi dengan Kondisi Jenis Bangunan dan Tranportasi di Puskesmas menurut Fungsinya yaitu
Baik, Ringan, Sedang, Berat dan Persetase yang Rusak.
6. Kolom 10-14; diisi dengan Kondisi Jenis Bangunan dan Tranportasi di Puskesmas Pembantu menurut
Fungsinya yaitu Baik, Ringan, Sedang, Berat dan Persetase yang Rusak.

5. LAPORAN SUMBER DAYA TENAGA KESEHATAN (LSD 2 )

Laporan Sumber Daya Puskesmas (LSD-2) merupakan laporan Tahunan data Tenaga yang berada di Puskesmas,
termasuk Puskesmas Pembantu, Bidan desa yang berada di wilayah kerja Puskesmas.

Jenis Tenaga Kesehatan dikelompokan menjadi 2 kelompok sesuai dengan PP 32 tahun 1996, yaitu Tenaga
Kesehatan dan Tenaga Non Kesehatan.

Untuk Tenaga Kesehatan di bagi atas 7 kategoti yaitu :

1. Tenaga Medik, adalah Dokter Umum dan Dokter Gigi serta Dokter Ahli berbagai spesialisasi dan sub
spesialisasi
2. Tenaga Keperawatan, yaitu tenaga lulusan sarjana perawat, akademi perawat, sekolah perawat, perawat
mahir, sekolah bidan dan sekolah juru rawat dan sejenisnya
3. Tenaga efarmasian, yaitu lulusan sarjana farmasi s/d tenaga kefarmasian lainnya
4. Tenaga Kesehatan Masyarakat termasuk sanitarian
5. Tenaga Gizi
6. Tenaga Keterapian Fisik
7. Tenaga Keteknisan Medis

Tenaga Non Kesehatan dibagi atas 6 kategori yaitu :

1. Doktoral (S3)
2. Pasca Sarjana (S2)
3. Sarjana ( S1)
4. Sarjana Muda / D 3 / Akademi
5. Sekolah Menengah Tingkat Atas
6. Sekolah Menengah Tingkat Pertama dan SD ke bawah

PETUNJUK UMUM.

1. Laporan ini dibuat Laporan ini dibuat sekali dalam setahun (data dari bulan Januari s/d Desember).
2. Dilaporkan pada bulan Januari tahun berikutnya.
3. LSD-2 terdiri dari 2 halaman, dan rangkap 2 (dua) yang masing-masing ditujukan kepada :

Lembar 1 : Untuk Koordinator SP-3 di Dinas Kesehatan di Kabupaten/Kota

Lembar 2 : Untuk Koordinator SP-3 di Puskesmas (arsip)

1. Data yang dilaporkan mencakup : Data Jumlah dan Jenis Tenaga Puskesmas yang berada di Wilayah Kerja
Puskesmas.
2. Laporan harus diisi dengan kode Puskesmas, nama Puskesmas, Kabupaten/Kota, bulan dan tahun,
kemudian diberi tanggal pembuatan dan ditanda-tangani oleh pelapor yaitu pelaksana program dan
diketahui oleh Kepala Puskesmas.
3. Setiap lembar laporan harus diberi tanggal pembuatan dan ditanda-tangani oleh pelapor yaitu pelaksana
program dan diketahui oleh Kepala Puskesmas.
4. Telitilah sebelum ditanda-tangani oleh penanggung jawab dan diketahui oleh Kepala Puskesmas.
Cantumkan nama dan NIP dengan jelas.

PETUNJUK KHUSUS.

1. Kolom 1; diisi dengan nomor urut.


2. Kolom 2; diisi dengan nama dari masing-masing pegawai di Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas
DTP ( PNS maupun Honorer ).
3. Kolom 3; diisi sesuai dengan Jenis Tenaga yang terdapat pada kategori jenis tenaga
4. Kolom 4; diisi dengan NIP (Nomor Induk Pegawai) dan Karpeg yaitu nomor seri dari kartu pegawai
tersebut.
5. Kolom 5; diisi dengan tempat dan tanggal lahir dari masing-masing pegawai.
6. Kolom 6; diisi dengan Jenis Kelamin P (Perempuan) atau L (Laki-Laki).
7. Kolom 7, 8, 9; diisi dengan Pendidikan dari masing-masing pegawai yaitu tentang pendidikan terakhir dan
tahun lulusan.
8. Kolom 10 dan 15; diisi dengan status kepegawaian PNS dan non PNS, data terhitung mulai tanggal berapa
status tersebut disandang oleh pegawai tersebut.
9. Kolom 16, 17, 18, 19; diisi dengan golongan dan pangkat dari masing-masing pegawai, TMT Golongan
dan masa kerja dan diisi dengan tanggal mulai menduduki status tersebut.
10. Kolom 20, 21; diisi dengan jabatan masing-masing pegawai, TMT Golongan diisi dengan tanggal mulai
menduduki status tersebut.
11. Kolom 22; diisi dengan nama Jabatan Fungsional/Struktural/Teknis dari masing-masing pegawai
12. Kolom 23; diisi dengan nama dimana Tempat kerja di Puskesmas atau Desa dari masing-masing pegawai
13. Kolom 24; diisi dengan tanggal mulai bekerja di Puskesmas ini.
14. Kolom 27 diisi dengan pendidikan tambahan / Diklat yang telah diikuti oleh pegawai tersebut.
15. Kolom 2846; diisi dengan Pelatihan Fungsional yang telah diikuti oleh pegawai tersebut. Bila Ya datanya
maka isilah dengan angka 1 (satu).diisi Bila tidak ada datanya maka isilah dengan angka 0 (nol) dan
sebutkan tahunnya.

6. LAPORAN SUMBER DAYA PERALATAN PUSKESMAS (LSD 3 )

Laporan Sumber Daya Peralatan Puskesmas (LSD-3) merupakan laporan Tahunan data peralatan yang berada di
Puskesmas, termasuk Puskesmas Pembantu, Bidan desa yang berada di wilayah kerja Puskesmas.

PETUNJUK UMUM.

1. Laporan ini dibuat Laporan ini dibuat sekali dalam setahun (data dari bulan Januari s/d Desember).
2. Dilaporkan pada bulan Januari tahun berikutnya.
3. LSD-3 terdiri dari 4 halaman, dan rangkap 2 (dua) yang masing-masing ditujukan kepada :

Lembar 1 : Untuk Koordinator SP-3 di Dinas Kesehatan di Kabupaten/Kota

Lembar 2 : Untuk Koordinator SP-3 di Puskesmas (arsip)

1. Data yang dilaporkan mencakup : Data Peralatan yang ada di Puskesmas, Puskesmas DTP, Puskesmas
Pembantu, Puskesmas Keliling. Sekolah, .
2. Nama-nama dari peralatan telah dicantumkan di dalam format laporan
3. Bagian yang telah diarsir tidak perlu diisi.
4. Setiap lembar laporan harus diberi tanggal pembuatan dan ditanda-tangani oleh pelapor yaitu pelksana
program dan diketahui oleh Kepala Puskesmas.
5. Laporan harus diisi dengan kode Puskesmas, nama Puskesmas, Kabupaten/Kota, bulan dan tahun,
kemudian diberi tanggal pembuatan dan ditanda-tangani oleh pelapor yaitu pelaksana program dan
diketahui oleh Kepala Puskesmas.
6. Telitilah sebelum ditanda-tangani oleh penanggung jawab dan diketahui oleh Kepala Puskesmas.
Cantumkan nama dan NIP dengan jelas.

PETUNJUK KHUSUS.

1. Kolom 1; diisi dengan nomor urut.


2. Kolom 2; merupakan Jenis Peralatan yang ada di di Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas DTP,
Puskesmas Keliling, Sekolah dan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas
3. Kolom 3-5; diisi sesuai dengan Jenis peralatan yang ada di Puskesmas, menurut Fungsi, Tidak Berfungsi
dan Tidak Ada alat tersebut dan diisi dengan angka jumlah alat tersebut.
4. Kolom 6-8; diisi sesuai dengan Jenis peralatan yang ada di Puskesmas, Pembantu, menurut Fungsi, Tidak
Berfungsi dan Tidak Ada alat tersebut dan diisi dengan angka jumlah alat tersebut.
5. Kolom 9-11; diisi sesuai dengan Jenis peralatan yang ada di Puskesmas Keliling, menurut Fungsi, Tidak
Berfungsi dan Tidak Ada alat tersebut dan diisi dengan angka jumlah alat tersebut.
6. Kolom 12-14; diisi sesuai dengan Jenis peralatan yang ada di Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), menurut
Fungsi, Tidak Berfungsi dan Tidak Ada alat tersebut dan diisi dengan angka jumlah alat tersebut.
7. Kolom 15-17; diisi sesuai dengan Jenis peralatan yang ada di Pos Bersalin Desa (Polindes), menurut
Fungsi, Tidak Berfungsi dan Tidak Ada alat tersebut dan diisi dengan angka jumlah alat tersebut.
8. Kolom 18-20; diisi sesuai dengan Jenis peralatan yang ada di Puskesmas, menurut Fungsi, Tidak Berfungsi
dan Tidak Ada alat tersebut dan diisi dengan angka jumlah alat tersebut.
BAB V

BATASAN OPERASIONAL

A. PENGERTIAN- PENGERTIAN

Pelaksanaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) menganut konsep wilayah kerja Puskesmas berbasis
Data per-Desa/Kelurahan, oleh karena itu mencakup semua kegiatan yang dilakukan Puskesmas (termasuk bidan
desa, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Puskesmas dengan Perawatan dan Jejaring Puskesmas termasuk
unit pelayanan kesehatan swasta).

Pemberian nomor Kode Puskesmas terdiri dari 12 angka, dengan mengikuti pengelompokan Provinsi,
Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan dan Puskesmas

PENGUNJUNG PUSKESMAS

Data untuk pengisian banyak Pengunjung Puskesmas diambil dari Buku register Penomoran yang ada pada
addmiting office ( Loket penerimaan pasien atau tempat penjualan karcis yang dibuat setiap hari) .

Pengunjung terdiri dari 2 kelompok yaitu

1. Pengunjung Baru

Pengunjung Baru adalah pengunjung yang baru pertama kali dating yang akses di Puskesmas . Setiap Pengunjung
Baru diberikan Nomor Rekam Medik dengan menggunakan register penomoran dan dibuatkan Folder Rekam
Medik. Nomor Rekam Medik diberikan hanya 1 (satu) kali seumur hidup

2. Pengunjung Lama

Pengunjung Lama adalah pengunjung yang dating untuk kedua dan seterusnya. yang datang ke Puskemsas dengan
jejaringnya yang sama atau berbeda sebagai kunjungan lama atau kunjungan baru dengan kasus lama dan kasus
baru. Tidak mendapat nomor rekam medik lagi, tapi dicatat dalam register pendaftaran pasien.

B. DEFINISI OPERASIONAL

1. LAPORAN BULANAN PENYAKIT (LB1)

KODE JENIS PENYAKIT GEJALA PENYAKIT


ICD 10
I PENYAKIT INFEKSI DAN PARASIT TERTENTU
A00-A09 PENYAKIT INFEKSI USUS
A00 Kolera Diare mendadak dan terus menerus, tidak
disertai rasa sakit perut.

Muntah terus menerus.

Kotoran seperti cucian air beras, berbau


amis.

Dalam waktu singkat dapat terjadi


dehydrasi dan menimbulkan syok.

Pemeriksaan laboratorium ditemukan


Vibrio Cholerae di tinjanya.
A01.0 Demam tifoid Gejala Umum :

Sakit kepala, lemah, tidak ada nafsu


makan, demam selama 2-3 minggu

Demam Tifoid adalah Infeksi Usus yang


disebabkan oleh Salmonella Typhi.
A01.4 Demam paratifoid, tidak Gejala Umum :
Spesifik
Sakit kepala, lemah, tidak ada nafsu
makan, demam selama 2-3 minggu.

Demam Paratifoid adalah Infeksi Usus


yang disebabkan oleh Salmonella Paratyphi.
A02 Infeksi salmonela lainnya Diare, mual, muntah, pusing dan nyeri
perut.
A03 Shigelosis; Disentri Basiler Diare dengan tinja berdarah dan berlendir.
tidak Spesifik
A04 Infeksi usus karena bakteri Diare, mual, muntah, Kejang / kaku perut.
lainnya tidak spesifik
A05 Keracunan makanan karena Diare, sering muntah dan panas, sakit
bakteri lainnya perut, sakit kepala
A06 Amubiasis, Disentri Amuba Diare, mual, sakit perut, tinja bercampur
darah dan lendir.

Anus terasa pedih.


A08 Infeksi virus dan Infeksi usus Diare dan Demam.
tertentu lainnya
A09 Diare dan Gastroenteritis Penyakit yang ditandai dengan perubahan
bentuk dan konsistensi tinja dari melembek
hingga cair serta bertambahnya frekuensi
buang air besar (lazimnya tiga kali atau lebih
dalam sehari).
A02, A04, A07- A08 Penyakit infeksi usus lainnya Diare, mual, muntah, Kejang / kaku perut.
A15-A19 TUBERKULOSIS
A15.0 Tuberkulosa Paru BTA (+) Penyakit Tuberkulosa Paru yang di
dengan/tanpa pemeriksaan diagnosa dengan pemeriksaan sputum (secara
biakan. bakteriologi dan histopatologi) positif
mengandung bakteri tuberkulosa.

Gejala yang mungkin ada pada penderita


adalah :

p Batuk berdahak 3 minggu atau lebih, tidak


sembuh dengan antibiotik

p Pernah mengeluarkan dahak bercampur


dengan darah.

p Mengalami sesak nafas dan nyeri pada dada.

p Nafsu makan berkurang dan Berat Badan


menurun.
A16.0 Tuberkulosis paru klinis Penyakit Tuberkulosa Paru yang tidak
berdasarkan pada pemeriksaan secara
bakteriologi maupun histopatologi.

Gejala yang mungkin ada pada penderita


adalah :

p Batuk berdahak 3 minggu atau lebih, tidak


sembuh dengan antibiotik

p Pernah mengeluarkan dahak bercampur


dengan darah.

p Mengalami sesak nafas dan nyeri pada dada.

p Nafsu makan berkurang dan Berat Badan


menurun.
A 15.1 A 16.2 Tuberkulosis paru lainnya Demam, penurunan berat badan, nyeri
dada, berkeringat malam hari
A16.3 -.9 Tuberkulosis alat nafas
lainnya
A17.0 Meningitis Tuberkulosa Tuberkulosa pada Selaput Otak.

Gejala yang ada pada penderita Meningitis


Tuberkulosa adalah :

p Kesadaran yang menurun / tidak sadar.


p Demam.

p Sering diikuti dengan kejang pada seluruh


tubuh.
A18 Tuberkulosis organ lainnya Penyakit Tuberkulosa yang terdapat pada
organ lain selalin paru. Misal : usus, tulang,
kelenjar lymphe.
A19 Tuberkulosis Miliaris Penyakit tuberkulosa yang menyerang
pembuluh darah baik pada paru maupun organ
lainnya.
A20-A29 PENYAKIT INFEKSI BAKTERI HEWAN
A20 Pes/Sampar Penyakit ini ditimbukan karena Infeksi
yang disebabkan oleh kuman/bakteri yersinia
pestis (Pasteurella pestis), yang ditularkan
melalui gigitan pinjal.

Demam tinggi secara mendadak disertai


pembesaran kelenjar pada lipat paha dan ketiak
atau leher (disebut Bubo), shock, penurunan
tekanan darah, nadi cepat dan tidak
teratur,gangguan mental, kelemahan,
kegelisahan dan kona (tidak sadar)

Mengeluarkan dahak berdarah tanpa


didahulukan oleh gejala batuk sebelumnya (Pes
type paru-paru sekunder).
A22 Antraks Antraks adalah suatu penyakit zoonosa
yang disebabkan oleh bacillus anthracis
ditularkan melalui kulit yang lecet, abrasi/luka,
dapat melalui pernapasan (inhalasi) dan melalui
mulut karena makan bahan makanan yg
tercemar kuman antraks

Gejala awal rasa gatal tanpa disertai rasa


sakit dlm kurun waktu 2-3 hari membesar
menjadi vesikel yang berisi cairan kemerahan,
dengan gejala konstitusi berupa demam yg
sedang, sakit kepala, malaise jarang ada, terjadi
pembengkakan lunak pd kelenjar limpha
dengan masa inkubasi 1-5 hari (antraks kulit).

Rasa sakit perut yg hebat, mual, muntah,


tdk nafsu makan dan suhu badan meningkat,
terjadi gastroenteritis akut yg kadang-kadang
berdarah, hematemesis, kelamahan umum,
demam, pembesaran kelenjar limfe daerah
inguinal/lipat paha, perut membesar dan keras,
acites, edema scrotum dengan masa inkubasi 2-
5 hari (antraks pencernaan).

Lesu, lemah, suhu subfebril dan batuk yg


non produktif sesuai dg tanda-tanda bronchitis,
dalam waktu 2-4 hari timbul gangguan respirasi
berat, suhu meningkat, cyanosis, dispneu,
stridor, keringat berlebihan, detak jantung lebih
cepat, nadi lemah dan cepat, edema subkutan di
daerah dada dan leher, pembesaran limpheu
daerah abdomen (antraks paru-paru)
A27 Leptospirosis Leptospirosis adalah suatu penyakit
zoonosa yang disebabkan oleh bakteri
leptospira ditularkan melalui kontak dengan air,
lumpur, tanaman yg dicemari oleh air seni dari
rodent (tikus) dan hewan yg mengandung
bakteri leptospira,

Gejala umum : demam, nyeri kepala, nyeri


otot khususnya di daerah betis, paha, serta
gagal ginjal.
A30-A49 INFEKSI BAKTERI LAINNYA
A30.0 Kusta I/T (MB) Gejala Umum Kusta :

Bercak putih (Hipopigmentasi) atau


Hiperpigmentasi, atau bercak kemerahan
(eritema) atau adanya penebalan kulit dan sub
kutis (Infitrat) serta adanya nodul atau benjolan
di bawah kulit.

Hilangnya atau kurangnya rasa =


Hypesthesia atai Hypoesthesia pada daerah
bercak.

Pada daerah bercak tidak ditemukan


keringat dan rambut.

Otot dibangian sebelah bawah bercak


cenderung untuk mengecil utamanya otot
tangan (telapak tangan) dan tungkai bawah.

Tanda-tanda Klinis Kusta MB :

Tampak Makula dalam jumlah yang


banyak

Makula tersebar bilateral tetapi asimetris

Permukaan macula halus dan mengkilap

Batas macula tidak tegas / tidak jelas.

Rasa hypesthesia atau hypoesthesia tidak


jelas

Infiltrat menyebar.

Nodul tidak selalu ada.


A30.5 Kusta B/L (PB) Tanda-tanda Klinis Kusta MB :

Makula dapat muncul dalam jumlah yang


tidak banyak yaitu 1 5 makula.

Dengan distribusi unilateral, bilateral atau


asimetris.

Permukaan macula kering dan kasar

Batas macula jelas dan tegas

Hilang rasa, hypesthesia maupun


hopoesthesia sangat jelas

Infiltrat tidak selalu ada, bila ada biasanya


terbatas pada daerah makula

Nodul tidak selalu ada.


A33 Tetanus Neonatorum Tetanus neonatorum adalah yang terjadi
pada bayi yang baru lahir.

Tanda-tanda klinis :

p Demam.

p Bayi lahir hidup dan bisa menyusui tiba-tiba


hari ketiga tidak dapat/sulit minum / menyusu,

p Mulut mencucu seperti mulut ikan

p Kejang-kejang.

p Kesadaran menurun.
p Tidak menangis hanya merintih

p Sering diikuti dengan sesak nafas.


A35 Tetanus lainnya Adalah Tetanus yang terjadi pada anak
(balita, selain neonatus) dan orang dewasa.

Tanda-tanda klinis :

p Biasanya didahului dengan adanya luka pada


tubuh.

p Kesadaran menurun

p Demam

p Kejang

p Tidak dapat makan maupun minum.


A36 Difteria Penyakit yang timbul karena infeksi
Corynebacterium diphtaeria

Diagnosa pasti ditegakkan dengan


pemeriksaan apus tenggorokan

Tanda-tanda klinis :

p Panas

p Terdapat selaput putih (pseudomembrane)


pada laring. pharing atau tonsil.

p Sakit waktu menelan.

p Lehermembengkak disebut dengan bulls


neck.

p Sesak nafas disertai dengan nafas berbunyi


disebut sebagai stridor.
A37 Pertusis/Batuk rejan Disebut Pertusis adalah penyakit yang
disebabkan oleh bakteri Bordetella pertusis

Tanda-tanda klinis terdiri dari 3 fase yaitu :

Fase Katarak.

p Berlangsung selama 2 minggu.

p Didahului dengan batuk ringan, bersin-bersin


dan pilek.

Fase Paroksismal.

p Berlangsung pada minngu ke 4 6.

p Batuk semakin kuat dan berlangsung terus


menerus, sulit berhenti, sehingga dapat
menimbulkan cyanosis, mata melotot sampai
dengan timbul perdarahan sub kunjungtiva,
lidah menjulur, dan menimbulkan kesan sesak
nafas hebat.

Fase Penyembuhan = Konvalesen.

p Berlangsung pada minggu ke 9 10.

A39 Infeksi Meningokok


A40-A41 Septisemia Manifestasi umum infeksi disertai
gangguan fungsi organ multipel antara
lain berupa hiperpireksi, cutis marmoratae,
menggigil, gaduh gelisah, proteinuria

Pemeriksaan penunjang : leukopenia atau


leukositosis, granulasi toksik, trombositopenia,
anemia dan CRP positif. Penurunan kadar
protrombin, fibrinogen
A50-A64 PENYAKIT INFEKSI YANG DITULARKAN MELALUI HUBUNGAN
SEKSUAL
A50 Sifilis kongenital/bawaan Sifilis bawaan sejak lahir biasanya pada
bayi yang ditularkan oleh ibu yang menderita
IMS

Gejala umum : matanya banyak sekret


mata sampai tertutup
A51 Sifilis dini Tampak lesi chancre pada daerah
kemaluan.
A54 Infeksi Gonokok Pada Pria : keluarnya cairan abnormal dari
alat kelamin berupa nanah yang terjadi secara
akut, disertai rasa sakit / panas waktu buang air
kecil.

Pada Wanita : seringkali tidak tampak


adanya gejala. Pada keadaan lanjut maka akan
tampak pembesaran kelenjar Bartholini dan
Skene di daerah bibir kecil kemaluan.
A65-A66 PENYAKIT SPIROKAETAL LAINNYA
A66 Frambusia Lesi pertama berbentuk Papiloma akan
muncul di daerah dimana Treponema masuk ke
dalam tubuh, berbentuk buah arbei dengan
permukaan basah, tidak ada nanah.

Ditemukan juga demam, sakit kepala,


nyeri tulang dan persendian.

Papiloma tersebar disekitar dubur, mulut


vagina.

Tampak Wet Crab papiloma pada


telapak tangan dan kaki.

Makula, papula, macula-papula, mikro-


papula, plak dan nodule.

Hyperkeratosis

Kelainan pada tulang dan sendi yaitu


ekstremitas gangosa, hydraarthosis, module di
artikulasi.

Tampak Gummata, Ulcerasi.


A70-A74 PENYAKIT LAIN KARENA CHLAMYDIA
A71 Trakoma Kedua mata tampak merah dan berair

Penderita sukar melihat cahaya terang dan


merasa gatal di matanya

Ditemukan folikel terutama di


konjungitiva tarsalis superior dan kornea
daerah limbus superior
A80-A89 INFEKSI VIRUS PADA SUSUNAN SARAF PUSAT
A80 Poliomielitis akut Demam waktu mulai sakit

Rangsangan pada selaput otak

Nyeri otot berat.

Kelumpuhan ekstremitas dan biasanya


asimetris, timbul antara hari ke 3 dan 4.
Reflek Tendon menurun

Rasa raba biasanya normal.


A82 Rabies Demam tinggi

Sakit kepala hebat

Kelumpuhan mulai dari tungkai menjalar


ke atas.

Sulit menelan.

Takut air.

Sulit bernafas dan kesadaran menurun

Keadaan ini terjadi beberapa minggu


samapai dengan satu tahun setelah gigitan.
A87 Meningitis karena virus Lesu, demam, muntah, sakit kepala dan
anoreksia

Kesadaran menurun, kejang, ubun-ubun


besar menonjol dan tegang
A90-A99 DEMAM BERDARAH VIRUS dan DEMAM VIRUS DITULARKAN
OLEH ARTROPODA
A90 Demam Dengue Peningkatan suhu mendadak (39 40 0C
disertai menggigil

Nyeri kepala dan muka kemerahan

Nyeri pada belakang mata apabila mata


digerakkan atau bola mata digerakkan

Fotofobia

Nyeri otot atau sendi

Anoreksia

Konstipasi, nyeri perut/kolik

Nyeri tenggorokan

Depresi pada pasien demam


A91 Demam Berdarah Dengue Demam mendadak 2 7 hari tanpa
penyebab yang jelas

Gelisah, nyeri pada ulu hati.

Timbul bercak merah Purpura dan


pendarahan kulit berbentuk bintik-bintik
Ptechiae.

Pada keadaan lanjut dapat terjadi buang air


besar bercampur darah, mutah darah, keluar
darah dari hidung.

Pada keadaan berikutnya dapat terjadi


kesadaran menurun sampai syok
A92.0 Chikungunya Demam

Persendiaan sakit

Nyeri otot

Ruam kemerahan pada kulit


B00-B09 INFEKSI VIRUS DENGAN LESI KULIT DAN MEMBRAN MUKOSA
B00 Infeksi herpesvirus (herpes Gejala awal : Demam yang berlangsung
simplex)
kira-kira 3 minggu

Kelainan umumnya berupa vesikel


berkelompok diatas kulit yang eritematous.

Isi vesikel dapat jernih maupun


seropurulen

Pada daerah genitalis sering terjadi infeksi


sekunder, sehingga ruamnya dapat berubah
menjadi ulserasi
B01 Varisela/Cacar Air Demam.

Timbul merah-merah pada kulit seluruh


tubuh dan kemudian berisi nanah karena sering
disertai dengan infeksi sekunder.

Rasa gatal dan pedih di daerah bintik


kemerahan
B05 Campak Demam

Timbul kemerahan pada kulit

Becak koplik pada daerah mukosa mulut


bagian bukal.

Radang selaput mata (konjungtiva).

Sering diikuti dengan batuk dan pilek.


B15-B19 HEPATITIS VIRUS
B15 Hepatitis A akut (klinis) Demam

Badan lemas

Mual

Selaput mata berwarna kuning atau air


kencing berwarna seperti air teh
B16 Hepatitis B akut Tidak nafsu makan

Demam, mual, muntah

Pegal linu dan sakit kepala

Selaput mata berwarna kuning atau air


kencing berwarna seperti air teh
B17-B19 Hepatitis Virus lainnya Demam

Badan lemah

Mual berkepanjangan sehingga nafsu


makan menurun.

Selaput mata (konjungtiva) berwarna


kuning.

Air kencing berwarna kuning tua seperti


air teh dan kental.
B20-B24 PENYAKIT VIRUS GANGGUAN DEFISIENSI IMUN PADA MANUSIA
B20-B24 Penyakit HIV /AIDS Gejala : Asimptomatik, limfadenopati
generalisata, berat badan menurun <10%,
kelainan kulit dan mukosa yang ringan seperti
dermatitis seboroik, prurigo, onikomikosis,
ulkus oral yang rekuren, kheilitis angularis,
herpes zoster dalam 5 tahun terakhir, infeksi
saluran nafas bagian atas seperti sinusitis
bakterialis
B25-B34 PENYAKIT VIRUS LAINNYA
B26 Parotitis (Gondong) Masa tunas antara 14-24 hari
Pembekakan parotis yang mula-mula
unilateral, biasanya diawali demam sakit
kepala, anoreksia, muntah dan nyeri otot
selama 1-2 hari. Pembekakan ini nyeri pada
perabaan atau pada saat penedrita
makan/minum sesuatu yang asam
B50-B64 PENYAKIT DISEBABKAN OLEH PROTOSOA
B50 Malaria karena plasmodium Sakit pada otot-otot; sekit
Falsiparum (Malaria Tropika) kepala; menggigil; demam hingga timbul;
sering disertai dengan kesadaran menurun.

Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan


plasmodium falciparum.
B51 Malaria karena plasmodium Sakit pada otot-otot; sekit
Vivaks (Malaria Tertiana) kepala; menggigil; demam mendadak hilang
timbul.

Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan


plasmodium vivax
B52 Malaria karena plasmodium Sakit pada otot-otot; sekit
malaria kepala; menggigil; demam mendadak hilang
timbul.

Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan


plasmodium malaria
B53.0 Malaria karena Plasmodium Sakit pada otot-otot; sekit
ovale kepala; menggigil; demam mendadak hilang
timbul.

Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan


plasmodium ovale
B53.8 Malaria terbukti secara Demam hilang timbul, sakit pada otot-otot,
parasitologik tidak sakit kepala sampai menggigil.
terklasifikasikan
Gejala yang timbul menunjukan ciri khas
penyakit malaria, tetapi pada pemeriksaan
laboratorium ditemukan penyebab penyakit
malaria
B54 Malaria Klinis Gejala penyakit malaria dapat diketahui
tetapi tidak dilakukan pemeriksaan
laboratorium maupun pada pemeriksaan
laboratorium tidak ditemukan penyebab
malaria
B65-B83 PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH CACING
B74 Filariasis Demam berulang selama 3 5 hari.
Demam dapat hilang timbul sendiri biasanya
berkaitan dengan aktifitas fisik, gejala sistemik
lainnya dapat berupa mual, muntah.

Pembengkakan kelenjar getah bening


(limfadenitis) di daerah lipatan paha, medial
paha/lengan serta ketiak walaupun tidak
ditemukan adanya luka. Biasanya tampak
benjolan kemerahan, sakit dan panas.

Radang saluran getah bening yang teraba


seperti tali, kemerahan, terasa panas dan sakit
serta menjalar dari pangkal paha/ketiak kearah
ujung (limfangitis retrograd)

Abses (bisul) didaerah lipat paha/ketiak


yang dapat pecah, timbul ulkus dan setelah
sembuh meninggalkan bekas berupa jaringan
parut (Skar)

Pembesaran tungkai, lengan, buah dada,


buah zakar, yang tampak kemerahan, panas,
sakit (stadium dini). Biasanya pembesaran ini
dapat berkurang /menghilang setelah serangan
akut. Bila serangan timbul berulang kali,
pembesaran menjadi menetap.
Kedaan lanjut akan ditemukan Kaki Gajah.
B76 Penyakit Cacing tambang Perut buncit, badan kurus walaupun
banyak makan,lesu/lemas

Pemeriksaan Laboratorium untuk


konfirmasi
B77 Askariasis (Penyakit Cacing Kolik perut, sakit perut mendadak, diare,
Gelang) tidak nafsu makan dan mudah lelah

Pemeriksaan Laboratorium untuk


konfirmasi
B79 Trikhuriasis (Penyakit Cacing Diare, mual, sampai dengan anemia
Cambuk)
Pemeriksaan Laboratorium untuk
konfirmasi
B80 Enterobiasis Gejala yang khas adalah gatal-gatal di
sekitar anus pada waktu malam hari saat cacing
betina keluar dari usus untuk meletakkan
telunya di daerah perianal. Diagnosis askariasis
dan trikhuriasis dengan menemukan telur
dalam tinja penderita, sedangkan untuk
enterobiasis dapat ditegakkan dengan anal
swab karena telur E. vermicularis tidak
dikeluarkan bersama tinja penderita.

B85-B89 PEDIKULOSIS, AKARIASIS & GANGGUAN OLEH KUTU LAINNYA


B86 Skabies Lesi Inflamasi umumnya terjadi di daerah
genitalia, di antara jari-jari tangan, di bawah
lipat payudara, lipat ketiak dan daerah lipatan
lunak lainnya disertai dengan rasa gatal
terutama pada malam hari.
II TUMOR GANAS/NEOPLASMA GANAS
C00-C14 Tumor Ganas bibir, rongga
mulut, faring
C15-C26 Tumor Ganas saluran
pencernaan
C30-C39 Tumor Ganas sistem Batuk, berat badan menurun, sakit dada
pernafasan dan alat di dalam dan sesak nafas
rongga dada
C50 Tumor Ganas Payudara
C51-C58 TUMOR GANAS ALAT KELAMIN WANITA
C53.9 Tumor Ganas Leher Rahim
C54.9 Tumor Ganas Korpus rahim
C56 Tumor ganas indung telur
C60-C63 TUMOR GANAS ALAT KELAMIN PRIA
C61 Tumor Ganas Prostat
D10-D36 TUMOR JINAK
D36 Tumor Jinak Lainnya dan
tidak spesifik tempatnya
D37-D 48 TUMOR TERTENTU ATAU TIDAK DIKETAHUI PERILAKUNYA
D48 Tumor tertentu atau tidak
diketahui perilaku lainnya,
tempat dan tidak spesifik
III PENYAKIT DARAH DAN ALAT PEMBENTUK DARAH dan
BEBERAPA KELAINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN
MEKANISME KEKEBALAN (IMUN)
D50 Anemia Defisiensi Besi Lemas, sering berdebar, lekas lelah dan
sakit kepala
D53.9 Anemia Defisiensi Gizi
D51-D58, D60, D62- Anemia lainnya
D64
IV PENYAKIT KELAINAN ENDOKRIN, GIZI DAN METABOLIK
E14 Diabetes Mellitus tidak Penderita dengan reduksi urin positif
spesifik (benedik atau tes celup dengan kertas lakmus)

Sering mengeluh lemah, rasa baal

Sering haus dan lapar, Sering berkemih

Berat badan menurun


Gatal pada anggota badan yang kronis

Bisul di kulit atau mungkin keputihan pada


wanita
E40 Kwasiorkor Terjadi edema seluruh tubuh terutama di
punggung kaki

Wajah membulat dan sembab, perut


buncit, otot mengecil

Pandangan mata sayu dan rambut


tipis/kemerahan
E41 Marasmus Badan tampak sangat kurus, iga gambang,
perut cekung, wajah seperti orang tua dan kulit
keriput
E42 Marasmik-Kwasiorkor
E43 Kurang Kalori Protein Berat
tidak Spsifik
E44 Kurang Kalori Protein Sedang
dan Ringan
E45 Gangguan pertumbuhan
karena kurang kalori portein
E46 Malnutrisi protein dan kalori
tidak spesifik.
E50 Kekurangan Vitamin A
E66 Obesitas
E86 Deplesi volume (dehidrasi)
V GANGGUAN JIWA DAN PERILAKU
F19 Gangguan jiwa dan perilaku Gangguan perilaku dan emosi akibat
yang disebabkan oleh penggunaaan obat / zat psikoaktif
penggunaan lebih dari satu
jenis obat dan zat psikoaktif
lainnya
F20.9 Skisofrenia Gangguan kemampuan/daya menilai
realitas

Gangguan proses pikir : waham,


kebingungan, gangguan daya ingat.

Gangguan suasana perasaan/afek, sussana


perasaan/afek tumpul atau tidak sesuai

Gangguan persepsi : halusinasi


penglihatan, pendengaran, perabaan,
penciuman, pengecapan.
F23 Gangguan Psikotik akut dan Gangguan psikosa akut polimorfik tanpa
sementara gejala schizoprenia

Gangguan psikosa akuta dimana


halusinasi, waham atau gangguan persepsi
nyata tetapi bervariasi, perubahan dari hari ke
hari atau dari jam ke jam. Emosi berubah-ubah
dengan perubahan perasaan sementara baik
gembira atau gembira yang luar biasa, atau
kecemasan dan kerentanan, juga biasanya
terjadi. Berbagai macam bentuk ini
menggambarkan gambaran klinis dari psikosa
yang tidak termasuk dalam diagnosa
schizoprenia (F20.-).

Gangguan ini sering terjadi pada onset


tiba-tiba, meningkat cepat dalam beberapa hari,
dan kadang-kadang terlihat dalam pemecahan
gejala yag cepat tanpa berulang kembali.Jika
terdapat gejala yang menetap, diagnosa harus
digantu menjadi gangguan waham yang
menetap (F22.-).Bouffe delirante tanpa gejala
dari schizoprenia atau yang tidak
spesifik.Psikosa sikloid,tanpa gejala dari
schizoprenia atau yang tidak spesifik.
F25 Gangguan Skizoafektif Gangguan Schizoafektif, tipe manik
Gangguan dimana terdapat baik gejala
schizoprenik dan manik dominan, sehingga
episode penyakit tidak dapat didiagnosis
menjadi schizoprenia atau episode mania.

Kategori ini harus dimasukkan kedalam


satu episode dan ganggua yang berulang
.Dimana episode yang utama adalah
schizoafektif,tipe manik. Psikosa schizoafektif ,
tipe manik: psikosa schizoprenifom, tipe manik
F32 Episode depresif Episode depresif :

Ringan : Dua atau tiga gejala yang sudah


disebutkan diatas. Pasien biasanya mengalami
depresi tetapi masih dapat beraktivitas

Sedang : Empat atau lebih gejala diatas


biasanya ditemukan dan pasien biasanya
mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas
biasanya

Berat : Episode depresi berat dengan gejala


psikosa
Episode depresi seperti diatas tetapi disertai
adanya halusinasi, waham, kemunduran
psikomotor, atau stupor yang berat, dimana
tidak mungkin melakukan aktivitas sosial yang
umum., dapat membahayakan diri dengan
usaha bunuh diri, dehidrasi, atau kelaparan.
Halusinasi atau waham yang utama tidak dapat
menjadi mood yang sejalan.
F45 Gangguan somatoform Kelainan somatisasi
Ciri- ciri utama adalah banyak, berulang kali,
dan sering bergantinya gejala- gejala jasmani
dalam waktu sedikitnya dua tahun. Kebanyakan
pasien memiliki sejarah yang panjang dan
kompleks dalam hubungan dengan perawatan
medis primer dan spesialis, yang banyak
penyelidikan negatif atau kegagalan
operasi telah dilakukan. Gejala- gejala dapat
ditujukan kepada bagian atau sistem tubuh
yang mana saja. Kejadian pada kelainan kronis
dan fluktuatif, dan sering disertai gangguan
prilaku sosial, beberapa orang, dan keluarga.
Jangka waktu singkat (kurang dari dua tahun)
dan pola gejala yang kurang menyerang harus
diklasifikasikan dalam penyakit badan yang
tidak dibedakan. Kelainan psikomatic banyak.
Tidak termasuk: sakit untuk menghindari
tugas (rangsangan sadar )

F48 Gangguan emosi Gejala utama : anxietas/kecemasan, yang


(neurotik/psisomatik) lainnya
dialami atau diekspresikan secara langsung
atau diubah menjadi gejala, seperti : Depresi,
Disfungsi seksual, Phobia, Obsesi
F79 Retardasi Mental tidak Kedaan perkembangan mental yang
spesifik terhenti atau tidak lengkap yang teruatama oleh
adanya hambatan ketrampilan selama masa
perkembangan, sehingga berpengaruh pada
semua tingkat intelegensia yaitu kemampuan
kognitif, bahasa, motorik dan sosial.
VI PENYAKIT SUSUNAN SARAF
G00 Meningitis bakterialis Panas, kaku kuduk, kejang klonik,
kesadaran menurun reflek patologi positif.
Pemeriksaan laboratorium pada cairan
serebrospinal (tulang belakang) dapat
ditemukan bakteri penyebab meningitis.
G40-G41 Epilepsi Kejang yang dimulai dengan hilangnya
kesadaran, hilangnya kendali terhadap gerak
dan terjadinya kejang tonik atau klonik pada
anggota badan
Nafas mendekur, mulut berbusa
G43-G44 Migren dan sindrom nyeri Pada periode awal mungkin merasa
kepala lainnya gelisah, tidak nafsu makan dan mudah
tersinggung

Nyeri kepala khas berdenyut, unilateral


dan bertambah berat setelah aktifitas fisik.

Mengeluh mual sampai muntah


G98 Gangguan lain pada Susunan
Saraf yang tidak
terklasifikasikan
VII PENYAKIT PADA MATA DAN ADNEKSA
H10.9 Konjungtivitis Radang pada conjunctiva, jaringan mukosa
tipis dan transparant yang melapisi bagian
dalam kelopak mata dan bagian depan sklera
sampai limbus dengan bagian liapatan
diantaranya

Mata merah, penglihatan tidak kabur,


pedih, kelopak mata bengkak, terdapat korotan
mata (secret).
H16.9 Keratitis Radang pada kornea

Mata nyeri atau tarasa seperti ada benda


asing, berair, silau.

Penglihatan menjadi kabur atau ketajaman


penglihatan menurun.
H25 Katarak senilis Kekeruhan lensa mata karena usia lanjut

Penglihatan kabur secara perlahan-lahan.

Melihat seperti terhalang asap / kabut.

Mata tidak merah.


H26 Katarak lain tidak spesifik Kekeruhan lensa karena sebab lain
(kongenital, trauman, infeksi)

Katarak congenital : sejak lahir pupil


berwarna putih dan lensa keruh.

Katarak traumatic :

p Penglihatan kabur secara perlahan-lahan

p Melihat seperti terhalang asap / kabut

p Ada riwayat trauma

p Mata tidak merah

p Katarak akibat penyakit sistemik (Misalnya


:Diabetes Militus, therafi kortikosteroid)
H40 Glaukoma tidak spesifik Sakit kepala, muntah-muntah, mata merah

Penglihatan kabur

Tekanan bola mata meninggi (palpasi


meningkat)
H52 Gangguan Refraksi dan Gangguan pembiasan sinar
Akomodasi
Secara fisiologis tidak tampak kelainan
mata

Myopia = Rabun Jauh (minus atau Plus)

p Penglihatan jauh kabur

p Membaca dan menonton Televisi terlalu


dekat

Presbyopia = Rabun dekat

p Kalau mambaca perlu alat bantu kaca mata


plus

p Penglihatan dekat terganggu

p Kepala pusing

p Usia diatas 40 tahun.


H54 Buta dan Rabun BUTA : Tajam penglihatan <= 3/60 pada
mataterbaik dengan koreksi terbaik

RABUN : tajam penglihatan > 3/60 dan <


6/18 pada mata terbaik dengan koreksi terbaik
H57-H59 Gangguan Mata dan adneksa Adalah gangguan mata lainnya :
lainnya
Pterigium : pertumbuhan selaput di
conjunctiva yang dapat mengenai kornea.

Hordeolum : radang akut kelenjar minyak


kelopak mata

Chalazion : Radang khronis kelenjar


minyak kelopak mata

Blepharitis : Radang pinggir dan pada


kelopak mata

Uveitis : radang pada selaput pelangi mata

Dacryocystitis : radang pada saluran air


mata

Dacryoadenitis : Radang pada kelenjar air


mata

Strabismus/juling : kelainan keseimbangan


otot bola mata Endhoptalmitis (infeksi yang
terjadi pada intraokuler setelah mengalami
operasi atau trauma)
VIII PENYAKIT TELINGA DAN PROSESUS MASTOIDEUS
H60 Otitis eksterna Radang telinga luar akut maupun khronis yang
disebabkan karena bakteri, jamur maupun virus

Klasifikasi Otitis Externa :

Otitis Externa Sirkumskripta (Furunkel) ;


merupakan radang folikel rambut yang
disebabkan kuman stafilokokus aureus atau. S.
Albus

Otitis Externa Difus : dikenal sebagai


swimmer ear, banyak terjadi saat udara panas
dan kelembaban tinggi

Otomikosis : merupakan radang karena


jamur, banyak terdapat pada penduduk tropis
dan penyebabnya aspergillus niger, candida
albicans dan pityrosporum

Otitis Externa Maligna : sering terdapat


pada orang tua dengan diabetes mellitus,
unilateral dengan penyebab pseudomonas

Otitis Externa Eksim : merupakan radang


khronis yang meluas dari liang telinga ke
jaringan sekitranya akibat reaksi kerentanan
kulit
H65 Otitis Media Nonsupurativa Peradangan sebagian atau seluruh mukosa
telinga tengah, Tuba eustachius, antrum dan sel
mastoid.

Klasifikasi Otitis media serosa akut


(barotrauma) dan Otitis media serosa khronis
(Glue Ear)
H66 Otitis Media Supurativa tidak Faktor penyebab non infeksi, missal alergi,
spesifik inflamasi.

Pendengaran terganggu.

Sensasi cairan telinga

Tinitus, vertigo (terkadang)

Pemeriksaan otokopik tampak membran


timpani : suram, mobilitas terganggu, cairan
ditelingan tengah.
H70 Mastoiditis Radang pada tulang mastoid akibat komplikasi
OMSK

Kegagalan terapi otitis media supuratif


akut.

Demam tinggi disertai keadaan umum


lemah.

Otoskopik : membran timpani perforasi,


discharge purulen

Penonjolan pada dinding posterosuperior


liang telinga (saging)

Udema daerah postaurikuler, lunak dan


nyeri tekan.
H72 Perforasi membran timpani Pecahnya gendang telinga akibat infeksi
atau trauma

Demam, otalgia (nyeri telinga)

Otoskopik : membran timpani merah,


menonjol atau perforasi disertai discharge
H93 Gangguan telinga lain tidak Tuli kongenital : tuli pada bayi
spesifik yang disebabkan faktor yang mempengaruhi
kehamilan maupun saat lahir

Tuli akibat bising (noise induced hearing


loss/NIHL) adalah ketulian akibat terpapar oleh
bising yang cukup keras dalam jangka waktu
lama biasanya disebabkan bising lingkungan
kerja. Sifat ketuliannya adalah tuli saraf
cochlea dan umumnya terjadi pada 2 telinga

Presbikusis adalah tuli saraf jenis


sensorineural (saraf) frekuensi tinggi terutama
di atas 2000 Hz, terjadi pada usia
lanjut simetris 2 telinga
IX PENYAKIT SISTEM PEMBULUH DARAH
I10 Hipertensi Primer (esensial) Meningkatnya tekanan darah sistolic > 140
mmHg dan atau diastolic > 95 mmHg pada dua
kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit
dalam keadaan cukup istirahat (tenang), yang
penyebabnya tidak diketahui/tidak diikuti oleh
penyakit lainnya
I15 Hipertensi sekunder Hipertensi yang diakibatkan oleh
kelainan/penyakit pada organ-organ tertentu
atau penggunaan obat-obat tertentu jangka
panjang (obat golongan kortikostreroid, pil
kontrasepsi)
I20 Angina pektoris Penderita mengeluh nyeri dada

Keluhan nyeri dada sebelah kiri atau


tengah seperti tertekan, berat/diremas-remas,
terbakar

Lama serangan nyeri < 20 menit dan


hilang bila istirahat

Pada pemeriksaan EKG didapatkan


gambaran depresi atau elevasi segmen ST
I21 Infark miokard Akut Nyeri dada seperti pada angina tetapi lama
serangan nyeri > 20 menit dan tidak bisa hilang
walaupun beristirahat.

Bersifat khas, dapat diikuti dengan


peningkatan kadar enzim jantung
I23-I25 Penyakit Jantung Iskemik
lainnya
I26 Emboli paru
I50 Penyakit Gagal Jantung
(Decompensatio Cordis)
I 63 Infark serebral
I 64 Stroke, tidak menyebut Gangguan neurologik berupa kelemahan
perdarahan atau infark. atau kelumpuhan dapat berupa hemiparese,
hemiplegia, hemiestesia dengan atau tanpa
gangguan sensibilitas yang timbul secara
mendadak

Pada progressive stroke, gejala


berkembang, meluas dan bertambah berat
selama beberapa jam hingga beberapa hari
sedangkan pada completed stroke, gejala
neurologik tidak berkembang lagi
I 65-I69 Penyakit Serebrovaskular
tidak spesifik
I 84 Hemoroid (Wasir)
I 95 Hipotensi tidak spesifik Tekanan darah di bawah normal
I 99 Penyakit Pembuluh darah lain
tidak spesifik
X PENYAKIT SYSTEM PERNAFASAN
J00-J06 PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS AKUT
J00 Nasofaringitis Akuta Diawali rhinitis dengan/tanpa conjuctivitis
(Common Cold)
Demam, sakit kepala, nyeri menelan

Pembesaran kelenjar Limfe leher

Dinding pharynx hyperemis (merah)


J01 Sinusitis Akuta Nyeri pada daerah hidung, muka dan sakit
kepala

Sumbatan hidung, nasal discharge purulent


dan berbau

Mukosa kemerahan dan post nasal drip

Udem periorbita (keadaan lanjut)


J02 Faringitis Akuta Infeksi terbatas pada kelenjar limphe
faring dan tonsil, sering berasal dari sinusitis

Demam. Nyeri telan, post nasal drip

Faring merah dan udem


J03 Tonsilitis Akuta Nyeri menelan, demam, bau mulut.

Tonsil membesar dan kemerahan

Sering disertai pembesaran kelenjar limphe


leher.
J04 Laringitis dan Trakeitis Akuta Sering pada anak umur < 5 thn

Demam Didahului oleh infeksi saluran


nafas akut

Batuk khas (serak, menggonggong) non


produktif disertai sesak napas, gejala
menghebat pada malam hari
J06 Penyakit Infeksi Saluran Didahului oleh infeksi saluran nafas akut
Pernafasan Atas Akut tidak
spesifik Batuk khas diikuti oleh sesak napas yang
makin berat, suara sesak (stridor)

Sakit berat, gelisah, duduk posisi tegak


diikuti dengan liur menete drooling
J09-J18 INFLUENZA DAN PNEUMONIA
J09 Suspek Avian Influenza/ Flu gejala demam (suhu > 38C), batuk dan
Burung atau sakit tenggorokan dan atau ber-ingus serta
dengan salah satu keadaan :

o Seminggu terakhir mengunjungi


peternakan yang sedang berjangkit
KLB Flu Burung
o Kontak dengan kasus konfirmasi Flu
Burung dalam masa penularan
o Bekerja pada satu laboratorium yang
sedang memproses spesimen manusia
atau binatang yang dicurigai
menderita Flu Burung

J10-J11 Influenza virus akut yaitu demam, sakit kepala, nyeri


otot, nyeri sendi dan nafsu makan hilang
disertai gejala local berupa rasa menggelitik
sampai nyeri tenggorokan kadang batuk kering,
hidung tersumbat, bersin dan ingus encer
disertai faringitis.

Biasanya sembuh sendiri dalam 3 5 hari.

Tenggorokan tampak hyperemia.

Dalam rongga hidung tampak konka yang


sembab dan hyperemia.

Sekret dapat bersifat serius, seromukus


atau muko purilen bila ada infeksi sekunder.
J18.0 Broncho Pneumonia tidak Gejala umum infeksi adalah demam, sakit
spesifik kepala, lesu

Gejala umum penyakit sal. Napas bawah :


takipneu, dispneu, retraksi dinding dada bawah
atau napas cuping hidung, sianosis

Batuk yang mungkin kering atau berdahak


mukoporulent bahkan mungkin berdarah
J12-16, J18.9 Pneumonia Gejala umum infeksi adalah demam, sakit
kepala lesu dll.

Tachypneu, dispneu, retraksi dinding dada


bawah atau nafas cuping hidung, sianosis

Tanda Pneumonia : perkusi pekak pada


pneumonia lobaris, ronchi basah halus nyaring
pada bronkopneumonia dan bronkofoni positif.

Batuk yang mungkin kering atau berdahak


mukopurulen, purulen bahkan mungkin
berdarah.
J20-J22 PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN BAWAH AKUT
LAINNYA
J22 Infeksi saluran pernafasan
bawah akut tidak spesifik
J30-J99 PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN LAINNYA
J 30.3 Alergi Rhinitis akibat kerja
J 32 Sinusitis Kronik Sakit kepala, nyeri tekan di daerah sinus
J36-J39 Penyakit Saluran Pernafasan
Bagian Atas lainnya
J40 Bronchitis tidak ditentukan Batuk lama
akut atau kronik
Sputum produktif

Lama 3 bulan pertahun, selama 2 tahun


berturut-turut
J45 Asma Sesak nafas disertai suara wheezing
(mengi) akibat kesulitan ekspirasi cyanosis bila
berat

Pada auskultasi terdengar wheezing dan


akspirasi memanjang.

Keadaan sesak hebat yang ditandai dengan


giatnya otot-otot Bantu pernafasan dan sianosis
dikenal sebagai status asmatikus yang dapat
berakibat fatal, retraksi intercostals

Hipersonor.
J46 Status Asthmatikus
J47 Bronkiektasis dan
Bronkiolektasis
J84.9 Penyakit Jaringan Interstitial
Paru lainnya
XI PENYAKIT SISTEM PENCERNAKAN
K02 Karies gigi Awal kerusakan gigi tampak kehitaman
dibagian permukaan pit, fssure atau
interproksimal gigi.

Pada sondasi tersangkut

Pada kerusakan gigi lebih lanjut, tampak


gigi berlubang yang dapat meluas dari lapisan
email sampai dentil, tetapi belum mengenai
jaringan pulpa. Dapat juga mengenai semen
gigi.

Penderita tidak selalu mengeluh dengan


rangsangan makanan/minuman manis, asam,
panas dan dingin
K04 Penyakit Pulpa dan jaringan Gigi berlubang sudah mengiritasi jaringan
Periapikal pulpa (Hyperraemi Pulpa).

Terasa nyeri berdenyut terus menerus.

Terasa sakit bila ada rangsangan asam,


manis, dingin dan panas atau tanpa rangsangan.

Pada keadaan lanjut kerusakan dapat


mengenai jaringan pulpa dan jaringan
periapikal (gangren pulpa, periodontitis
apikalis).

Jika menguyah terasa sakit dan


mengganjal

Pada perkusi / druk terasa sakit.


K05-K06 Penyakit Gusi, jaringan Radang gusi
Periodontal dan tulang
alveolar Gusi berwarna merah

Mulut berbau
Tampak adanya saku gusi

Tidak terasa nyeri kadang terasa gatal

Pada keadaan lanjut terjadi periodontitis


marginalis (bukan penyebab gigi karies).

Adanya saku gusi yang dalam dan gusi


tampak kotor (karang gigi dan stain)

Termasuk rdang gusi geraham bungsu


(pericoronitis) gejala yang tampak : merah,
demam, sukar membuka mulut dan abses.
K07 Kelainan dentofasial termasuk Gigi goyang bahkan bisa sampai tanggal
maloklusi akibat penyakit sistemik (antara lain : Diabetes
Mellitus).

Gigi tanggal akibat kecelakaan penyakit


periodontal.
K08 Gangguan Gigi dan jaringan Kista ronga mulut, penyakit rahang,
penunjang lainnya kelenjar ludah, stomatitis, penyakit bibir dan
mukosa mulut, dan penyakit pada lidah.
K09 Penyakit rongga mulut,
kelenjar ludah, rahang dan
lainnya.
K25 Tukak Lambung
K29.9 Gastroduodenitis tidak
spesifik
K 30 Dispepsia
K35 Apendisitis Akuta tidak Nyeri perut biasanya dimulai di
spesifik epigastrium, kemudian berpusat di letak
apendiks
K36 Apendisitis lainnya
K40 Hernia Inguinalis
K41 Hernia Femoralis
K42 Hernia Umbilikalis
K63 Penyakit Usus Halus lainnya
K76 Penyakit Hati lainnya
K92 Penyakit Sistem Pencernaan
tidak spesifik
XII PENYAKIT KULIT DAN JARINGAN SUBKUTAN
L01 Impetigo
L02 Abses, furunkel, karbunkel
kutan
L23-L25 Dermatitis kontak Akibat kontak dengan zat kimia, protein,
bakteri atau virus

Gatal, Ruam kulit


L30.9 Dermatitis lain, tidak spesifik Gatal
(eksema)
Ruam kulit
L98. Gangguan lain pada kulit dan
jaringan subkutan yang tidak
terklasifikasikan.
XIII PENYAKIT SISTEM MUSKULOSKELETAL DAN JARINGAN IKAT
M10 Gout Serangan nyeri sendi akut pada satu sendi

Sendi terlihat tampak bengkak, hangat,


kemerahan, dengan kulit di atasnya teregang
M13 Artritis lainnya Nyeri sendi, bengkak, merah

Nyeri pada saat bergerak

Sendi-sendi kaku

Lemah, nafsu makan hilang

Kaku seluruh badan

Nyeri biasanya timbul bila udara dingin


(pada artritis rematoid)
M54.5 Low Back Pain (Nyeri Low Back Pain adalah nyeri yang
Punggung Bawah) dirasakan daerah punggung bawah, dapat
merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler
atau keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut
iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu
di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering
disertai dengan penjalaran nyeri ke arah
tungkai dan kaki.

Adanya nyeri pada punggung bawah yang


timbul tak tergantung dengan waktu siang atau
malam, memberat terutama bila berjalan,
batuk ataupun mengejan.
M79.0 Rematisme, tidak spesifik Nyeri sendi, bengkak, merah

Nyeri pada saat bergerak

Sendi-sendi kaku

Lemah, nafsu makan hilang

Nyeri biasanya timbul bila udara dingin


(pada artritis rematoid)
M79.1 Myalgia
M79.2 Neuralgia dan Neuritis, tidak
spesifik
XIV PENYAKIT SISTEM SALURAN KEMIH DAN KELAMIN
N04 Sindroma Nefrotik Udem

Ditemukan proteinuria, hypoalbuminemia


dan hyperkolesterolemia, kadang terdapat juga
uremia
N17 Gagal Ginjal Akuta
N20-N21 Batu sistem Warna kemih normal / merah seperti air
kemih(ginjal,ureter, saluran cucian daging.
kemih bawah)
Reaksi anak kecil terhadap nyeri ini khas
sekali: menarik batang penisnya ketika
berkemih, kencing keruh kadang merah.
N23 Kolik ginjal tidak spesifik Nyeri hebat di pinggang yang memancar
ke kemaluan dan paha disertai mual, muntah,
keringat dingin.
N30 Sistitis Sering kencing, terasa panas dan sakit.

Rasa ingin kencing keruh

Pada anak sering disertai demam ringan.

Kadang kencing berdarah.


N 34 Uretritis dan sindrom uretral
N40-N42 Gangguan prostat
XV KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
O00 Kehamilan ektopik (di luar
kandungan)
O03 Abortus spontan Abortus adalah keluarnya hasil konsepsi
sebelum janin mampu hidup di luar kandungan,
atau keluarnya janin dengan berat kurang dari
1000 gram atau umur kehamilan kurang dari 20
minggu.

Berdasarkan bagian janin yang keluar dari


kandungan, abortus dapat dibagi menjadi :
Abortus Inkompletus dan Abortus Kompletus.

Gejala Abortus Inkompletus:

p Perdarahan pervagina pada kehamilan


kurang dari 20 minggu dengan sebagian hasil
konsepsi telah keluar.

p Pada pemeriksaan dalam terlihat kanalis


servikalis terbuka dan jaringan dapat Pada
pemeriksaan dalam terlihat kanalis servikalis
terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum
uteri atau menonjol dari ostium uteri ekstem

Gejala Abortus Kompletus :

p Keluarnya gumpalan darah pervagina pada


kehamilan kurang dari 20 minggu.

p Uterus telah mengecil.

p Pada pemeriksaan dalam terlihat ostium uteri


telah menutup.

Perdarahan masih ditemukan, tetapi


jumlahnya tidak banyak.
O04 Abortus atas indikasi medis
O05 Abortus lainnya
O10 Hipertensi yang sudah ada
sebelum kehamilan dan
menjadi penyulit pada masa
kehamilan, persalinan dan
nifas.
O13 Pre-eklamsia ringan Keadaan pada masa kehamilan dengan
kenaikan tekanan darah lebih dari 140/90
mmHg atau kenaikan tekanan darah sistolik
lebih dari 30 mmHg dan atau kenaikan
diastolic lebih dari 15 mmHg yang terjadi
akibat kehamilan.

Gejala :

p Tekanan darah 140/90 mmHg sampai


dengan 160/110 mmHg

p Protein dalam urine

p Penglihatan kabur

p Muntah-muntah.

p Eudema pada muka dan tangan (tidak selalu


ditemukan

p Kesadaran menurun.
O14.0 Pre-eklamsia sedang Keadaan pada masa kehamilan dengan
kenaikan tekanan darah lebih dari 140/90
mmHg atau kenaikan tekanan darah sistolik
lebih dari 30 mmHg dan atau kenaikan
diastolic lebih dari 15 mmHg yang terjadi
akibat kehamilan.

Gejala :

p Tekanan darah 140/90 mmHg sampai


dengan 160/110 mmHg

p Protein dalam urine

p Penglihatan kabur

p Muntah-muntah.

p Eudema pada muka dan tangan (tidak selalu


ditemukan

p Kesadaran menurun.
O14.1 Pre-eklamsia berat Keadaan pada masa kehamilan dengan
kenaikan tekanan darah lebih dari 140/90
mmHg atau kenaikan tekanan darah sistolik
lebih dari 30 mmHg dan atau kenaikan
diastolic lebih dari 15 mmHg yang terjadi
akibat kehamilan.

Gejala :

p Tekanan darah lebih dari / diatas 160/110


mmHg

p Protein dalam urine

p Penglihatan kabur

p Muntah-muntah.

p Eudema pada muka dan tangan (tidak selalu


ditemukan

p Kesadaran menurun.
O15.0 Eklamsia selama Kehamilan Keadaan pada masa kehamilan dengan
kenaikan tekanan darah lebih dari 140/90
mmHg atau kenaikan tekanan darah sistolik
lebih dari 30 mmHg dan atau kenaikan
diastolic lebih dari 15 mmHg yang terjadi
akibat kehamilan.

Gejala :

p Tekanan darah 140/90 mmHg (pre-eklamsia


ringan = sampai dengan 160/110 mmHg, Pre-
eklamsia berat = lebih dari 160/110 mmHg)

p Protein dalam urine ( + 2 atau lebih)

p Penglihatan kabur

p Muntah-muntah.

p Eudema pada muka dan tangan (tidak selalu


ditemukan

p Kesadaran menurun.

p Kejang-kejang pada Bumil biasanya pada


trimester ketiga atau pada saat persalinan /
masa nifas.
O15.1 Eklamsia dalam proses
Melahirkan
O15.2 Eklamsia pada Masa Nifas
O15.3 Eklamsia tidak spesifik
(selama kehamilan atau
persalinan atau nifas)
O16 Hipertensi Maternal
O21 Muntah berlebihan selama Muntah berlebihan pada kehamilan
masa kehamilan (Hiperemisis)
O24 Diabetes Mellitus (Penyakit
Kencing Manis) dalam
kehamilan
O25 Kehamilan dengan malnutrisi
O42 Ketuban Pecah Dini
O46 Perdarahan Antepartum Perdarahan pervagina yang terjadi pada
kehamilan diantara umur kehamilan 28 minggu
sampai sebelum kelahiran bayi

Komplikasi kehamilan ini merupakan


keadaan gawat darurat kebidanan, karena dapat
mengakibatkan kematian ibu maupun janin
dalam waktu singkat.
Penyebab perdarahan antepartum pada
umumnya karena Plasenta Previa dan Solusio
Placenta.

Gejala Placenta Previa :

p Perdarahan per-vagina pada kehamilan 28


minggu atau lebih.

p Jumlah perdarahan mungkin sedikit atau


banyak tergantung luasnya insersi placenta
yang terlepas.

p Jumlah perdarahan sesuai dengan keadaan


umum (bila sedikit keadaan umum pasien baik,
bila banyak keadaan umum pasien memburuk).

p Warna darah merah segar.

p Perut tidak tegang dan tidak ada nyeri perut.

Gejala Solusio Placenta :

p Perdarahan per-vagina pada kehamilan 28


minngu atau lebih.

p Jumlah darah yang keluar tidak sesuai


dengan keadaan umum penderita (perdarahan
yang keluar mungkin sedikit, tetapi pasien
menunjukan tanda-tanda syok).

p Warna darah merah tua (darah lama).

p Perut tegang dan nyeri perut.

p Bagian-bagian janin sulit dipalpasi.


O63 Persalinan (Partus) lama Keadaan persalinan yang berlangsung
lebih dari 18 jam (sejak inpartu)

Gejalanya :

p Pembukaan servik tidak bertambah dengan


berlalunya waktu yaitu :

Pembukaan serviks tetap 3 cm setelah


8 jam inpartu.
Pembukaan yang belum lengkap
setelah 18 jam inpartu

p Pada partograf, garis pembukaan serviks


berada di sebelah kanan garis waspada
O68 Persalinan dengan penyulit
gawat janin
O72 Perdarahan setelah persalinan Perdarahan lebih dari 500 ml yang terjadi
pada Kala III persalinan, yang dapat terjadi
sebelum atau setelah lahirnya
plasenta.Merupakan jenis komplikasi
perdarahan yang sering terjadi dan merupakan
keadaan gawat darurat kebidanan yang menjadi
penyebab utama kematian ibu .

Penyebab perdarahan post partum yang


paling sering adalah : Atonia Uteri, Sisa
Plasenta atau Retensio Plasenta dan Robekan
Jalan Lahir.

Gejalanya :

p Perdarahan pervagina lebih dari 500ml atau


2 gelas, yang terjadi pada Kala III persalinan
(setelah anak lahir).

p Tekanan darah menurun sampai syok.

Keadaan umum ibu melemah dan pucat.


O80 Persalinan tunggal spontan
XVI KONDISI TERTENTU YANG BERMULA PADA MASA PERINATAL
P05 Pertumbuhan janin lambat dan
malnutrisi janin
P 07 Gangguan yang berhubungan
dengan pendeknya masa
gestasi (kehamilan) dan berat
badan lahir rendah, tidak
terklasifikasikan di tempat
lainnya
P21 Asfiksia waktu lahir Bayi yang pada masa lahir mengalami
hipoksia (kekurangan oksigen) yang ditandai
dengan nilai APGAR waktu lahir kurang dari 7.
P22 Sindrome distres saluran
pernafasan (RDS)
P29 Gangguan kardiovaskuler
yang berhubungan dengan
masa perinatal
P 50 Kehilangan darah janin
P 55 Penyakit hemolitik pada janin
dan bayi baru lahir
P 58 Jaundis pada bayi baru lahir
disebabkan oleh hemolisis
berlebihan
P 59 Jaundis pada bayi baru lahir
yang disebabkan oleh
penyebab tidak spesifik
lainnya
P 95 Lahir Mati Kelahiran seorang bayi dari kandungan
yang berumur paling sedikit 28 minggu, tanpa
menunjukan tanda-tanda kehidupan tidak
terdengar detik jantung, tidak teraba denyut tali
pusat, tidak bernafas atau tidak ada gerakan).
XVII KELAINAN BAWAAN, KELAINAN PEMBENTUKAN DAN
KHROMOSOM
Q 35 Celah palatum (langit-langit) Merupakan kelainan yang disebabkan
oleh bawaan, atau gangguan pada masa
pembentukan rahang janin dalam kandungan.
Manifestasi dalam rongga mulut :

p Celah pada bibir, bisa unilateral atau


bilateral

p Celah pada langit-langit ( palatum) bisa


sederhana atau kompleks.
Q 36 Celah bibir
Q 37 Celah palatum dengan celah
bibir
Q 38 Kelainan bawaan lain pada Merupakan kelainan bawaan, selain celah
lidah, mulut dan faring palatum, celah bibir dan celah palatum dengan
celah bibir

XVIII GEJALA, TANDA dan PENEMUAN SECARA KLINIK


DAN LABORATORIUM YANG TIDAK DIKLASI FIKASIKAN DI
TEMPAT LAIN
R 10 Nyeri pinggul dan perut
R 15 Inkontinensia feses
R 33 Retensi urin
R 50 Demam yang tidak diketahui
sebabnya
R 56 Kejang yang tidak
terklasifikasikan di tempat lain
R 68 Gejala dan tanda umum
lainnya
XIX CEDERA, KERACUNAN DAN PENYEBAB EKSTERNAL LAIN
S00-S09 Cedera pada kepala Cukup jelas
S10-S19 Cedera pada leher Cukup jelas
S20-S29 Cedera pada rongga dada Cukup jelas
(toraks)
S30-S39 Cedera pada perut, punggung, Cukup jelas
tulang belakang, dan pinggul
S40-S49, S50-S59, S60- Cedera pada bahu, lengan atas, Cukup jelas
S69 siku, lengan bawah,
pergelangan dan telapak
tangan
S70-S79,S80-S89, S90- Cedera pada paha, lutut, kaki Cukup jelas
S99 bagian bawah, telapak kaki
S42, S52, S62, S82, S92, Fraktur tulang anggota gerak Cukup jelas
T10,T12
T00-T07 Cedera pada daerah badan Cukup jelas
multipel
T20-T32 Luka bakar dan korosi Cukup jelas
T36-T50 Keracunan obat dan preparat Cukup jelas
biologik
T51 Tt50 Efek toksik bahan non Nek, muntah, pusing, abd cramps,diare,
medisinal (bukan obat) shock
T61, T62 Efek toksik bahan beracun Mual, pusing, muntah, diare, kejang
lainnya yang dimakan sebagai
makanan
T60 Keracunan pestisida Mual, pusing, muntah, diare, kejang
XXII PENYAKIT BARU DENGAN ETIMOLOGI YANG BELUM JELAS
U04 Severe acute respiratory Sindroma gangguan pernafasan yang
syndrome (SARS) terjadi mendadak dan dapat menjadi berat
(hingga dapat menyebabkan kematian)
disebabkan oleh virus corona
Penyakit Lain-Lainnya

Anda mungkin juga menyukai