Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa indicator yang dapat
digunakan. Indicator-indikator tersebut pada umumnya tercermin dalam kondisi angka
kematian, angka kesakitan dan status gizi. Derajat kesehatan masyarakat digambarkan
melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian
Ibu (AKI), Angka morbiditas beberapa penyakit, dan status gizi.
Derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh banyak faktor yang tidak hanya
berasal dari faktor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan
prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan
social, keturunan dan faktor lainnya.
A. Angka Kesakitan
Angka kesakitan penduduk diperoleh dari data yang berasal dari masyarakat
(community based data) yang diperoleh melalui studi morbiditas, dan hasil
pengumpulan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar serta dari sarana
pelayanan kesehatan (facility based data) yang diperoleh melalui system pencatatan
dan pelaporan.
1. Penyakit Menular
Berdasarkan table profil, data angka kesakitan berbagai penyakit sebagai berikut:
a. Penyakit Bersumber Binatang
1) Pengendalian penyakit malaria (P2 Malaria)
Tabel jumlah kasus klinis malaria di kabupaten Karanganyar Tahun 2011-
2016
No Tahun Jumlah Kasus Klinis
1. 2011 9
2. 2012 7
3. 2013 11
4. 2014 11
5. 2015 14
6. 2016 6
Dari 6 kasus tahun 2016 tersebut, persebarannya terjadi di Puskesmas
Jaten I, Jaten II dan Puskesmas Kerjo masing-masing sebanyak 1 kasus,
sedangkan di Puskesmas Mojogedang II sebanyak 3 kasus.
Persebaran kasus malaria pada tahun 2016 di Kabupaten Karanganyar
dapat dilihat dari gambar di bawah ini:
Gambar : Persebaran Kasus Malaria di Kabupaten Karanganyar Tahun
2016
Grafik: Jumlah Kematian Akibat Kasus DBD di Kab. Karanganyar Tahun 2011-
2016
Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD pada tahun 2016 sebanyak 2 kali yang
terjadi di wilayah Kecamatan Colomadu dan Kecamatan Kebakkramat
dengan jumlah kasus sebanyak 9 kasus dengan 1 orang meninggal
sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 8 kali di 5 wilayah kecamatan
dengan 14 kasus dan 4 orang meninggal. Rumah/bangunan yang
memenuhhi syarat (rumah sehat) sebesar 78,35% atau 1772.769 rumah
sehat dari 220.178 rumah yang ada.
Pada tahun 201 ditemukan 7 kasus AFP untuk anak <15 tahun, naik
disbanding tahun 2015 ditemukan 4 kasus AFP untuk anak <15 tahun,
tahun 2014 yaitu 4 kasus AFP yang ditemukan, tahun 2013 ditemukan 5
kasus, tahun 2012 tidak ditemukan kasus baru AFP, dan tahun 2011
dimana ditemukan 10 kasus AFP. Kasus AFP pada tahun 2016 tersebar di
5 wilayah Puskesmas di Kabupaten Karanganyar yaitu Puskesmas
Jumapolo (2 kasus), Puskesmas Jumantono (1 kasus), Puskesmas Jaten I (1
kasus), Puskesmas Gondangrejo (1 kasus), dan Puskesmas Kerjo (2 kasus).
d. Diare (1 desa di 1 kecamatan dengan jumlah penderita 6 orang dan tidak ada
korban jiwa), dengan rincian sebagai berikut:
No Desa Kecamatan Jumlah Tgl Mulai
Kasus Mati Kejadian
1 Gaum Tasikmadu 6 0 2 Februaru 2016
TOTAL 6 0
Bila diperhatikan data sejak tahun 2011 hingga tahun 2016, terjadi KLB penyakit DBD dan
chikungunya. Untuk itu kita perlu waspada terhadap kedua penyakit tersebut diatas yang
berpotensi KLB di wilayah Kabupaten Karanganyar.
Dari KLB pada tahun 2016 angka attack rate sebesar 0,36 turun dibanding tahun 2015
sebesar 1,78 sedang tahun 2014 sebesar 0,20, tahun 2013 sebesar 0,26, tahun 2012 sebesar
0,35, dan tahun 2011 sebesar 0,29.
Sedangkan angka CFR tahun 2016 sebesar 1,0 turun dibanding tahun 2015 sebesar 2,76
sedang tahun 2014 sebesar 0,67, tahun 2013 sebesar 1,5 tahun 2012 sebesar 2,63, dan tahun
2011 sebesar 0,23.
Grafik : attack rate dan CFR KLB di Kabupaten Karanganyar Tahun 2011 s.d tahun 2016
B. ANGKA KEMATIAN
Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa indicator
yang dapat digunakan. Indicator-indikator tersebut pada umumnya tercermin dalam
kondisi angka kematian, angka kesakitan dan status gizi. Derajat kesehatan
masyarakat digambarkan melalui Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi
(AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), angka morbiditas beberapa penyakit dan
status gizi.
Derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh banyak faktor yang
tidak hanya berasal dari sector kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan
ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktor
ekonomi, pendidikan, lingkungan social, keturunan, dan faktor lainnya.
1. Angka Kematian Ibu (AKI)
Angka kematian ibu adalah jumlah ibu yang meninggal karena hamil,
bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu per 100.000 kelahiran hidup dalam
kurun waktu satu tahun. Angka kematian ibu maternal dapat menggambarkan
status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan dan tingkat pelayanan
kesehatan terutama ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu nifas. Dari table di bawah
dapat diketahui angka kematian ibu melahirkan di karanganyar tahun 2016 sebesar
79,0/100.000KH, turun disbanding tahun 2015 sebesar 123,3/100.000KH, tahun
2014 sebesar 138,5/100.000KH, sedangkan tahun 2013 sebesar 68,3/100.000KH,
tahun 2012 sebesar 127,1/100.000KH dan tahun 2011 sebesar 99,1/100.000KH.
Grafik: angka kematian ibu (AKI) dan jumlah kematian ibu di kabupaten Karanganyar
tahun 2011-2016
Jumlah kasus kematian ibu tahun 2016 sebanyak 10 kasus yang tersebar
di wilayah puskesmas Jatipuro, Jumantono, Metasih, Tawangmangu, Ngargoyoso,
Tasikmadu terdapat 1 kasus sedangkan wilayah Puskesmas Gondangrejo dan
Mojogedang II terdapat 2 kasus kematian ibu.
Dari 10 kasus kematian ibu pada tahun 2016, kematian ibu yang berumur
20-34 sebesar 7 kasus, sedangkan umur 35 tahun sebesar 3 kasus. Jadi sekitar
70% kematian ibu terjadi pada usia 20-34 tahun, 30% pada usia 35 tahun.
Berikut peta persebaran kasus kematian ibu tahun 20 di kabupaten Karanganyar.
Kasus kematian bayi pada tahun 2016 sebanyak 180 kasus, yang
terbanyak di wilayah puskesmas Karanganyar yaitu sebanyak 25 kasus dan
terendah di wilaya puskesmas kebakkramat II sebanyak 1 kasus. Kasus kematian
bayi adalah jumlah kasus kematian Neonatal ditambah jumlah bayi. Berikut ini
peta kematian bayi di kab. Karanganyar pada tahun 2016.
Gambar : Peta persebaran kematian bayi di kab. Karanganyar tahun 2016
Gambar : Peta persebaran kematian anak balita di kab. Karanganyar tahun 2016
C. STATUS GIZI MASYARAKAT
Jumlah balita yang ada tahun 2016 sebanyak 63.731, yang ditimbang
sebanyak 49.911 (78,3%), sedang tahun 2015 sebanyak 62.374, yang ditimbang
sebanyak 48.591 (77,9%), tahun 2014 sebanyak 63.210, yang ditimbang 48.909
(77,4%), tahun 2013 sebanyak 64.437, yang ditimbang sebanyak 50.877 (80,37%),
tahun 2012 sebanyak 65.591, yang ditimbang sebanyak 52.7177 (80,37%), dan tahun
2011 sebanyak (73,26%). Dari balita yang ditimbang pada tahun 2016 status balita
garis merah sebanyak 413 (0,8%), sedang kasus balita gizi buruk yang ditemukan
sebanyak 22 balita, semua balita gizi buruk yang diketemukan, semuanya
mendapatkan perawatan.
Kasus penemuan gizi buruk tertinggi pada tahun 2016 ditemukan di
wilayah Puskesmas Gondangrejo sebanyak 7 balita, dan penemuan gizi buruk
terendah di wilayah puskesmas jatipuro, jatiyoso, Jumapolo, Tawangmangu,
Ngargoyoso, Karanganyar, Jaten I, Colomadu I, Kebakkramat II, Mojogedang I, dan
Kerjo dengan tidak ada penemuan kasus. Berikut peta persebaran penemuan kasus
gizi buruk di kab. Karanganyar tahun 2016, dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar : Peta Penemuan Kasus Gizi Buruk di Kab. Karanganyar Tahun 2016
Pendataan gizi buruk di kabupaten Karanganyar didasarkan pada 2
kategori yaitu dengan indicator membandingkan berat badan dengan umur (BB/U)
dan kategori kedua adalah membandingkan berat badan dengan tinggi badan
(BB/TB). Skrining pertama dilakukan di posyandu dengan membandingkan berat
badan dengan umur melalui kegiatan penimbangan, jika ditemukan balita yang berada
di bawah garis merah (BGM) atau dua kali tidak naik (2T), maka dilakukan
konfirmasi status gizi dengan menggunakan indicator berat badan menurut tinggi
badan. Jika teryata balita tersebut merupakan kasus buruk, maka segera dilakukan
perawatan gizi buruk sesuai pedoman di posyandu dan puskesmas. Jika ternyata
terdapat penyakit penyerta yang berat dan tidak dapat ditangani di puskesmas maka
segera dirujuk ke rumah sakit.