Anda di halaman 1dari 20

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa indicator yang dapat
digunakan. Indicator-indikator tersebut pada umumnya tercermin dalam kondisi angka
kematian, angka kesakitan dan status gizi. Derajat kesehatan masyarakat digambarkan
melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian
Ibu (AKI), Angka morbiditas beberapa penyakit, dan status gizi.

Derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh banyak faktor yang tidak hanya
berasal dari faktor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan
prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan
social, keturunan dan faktor lainnya.

A. Angka Kesakitan
Angka kesakitan penduduk diperoleh dari data yang berasal dari masyarakat
(community based data) yang diperoleh melalui studi morbiditas, dan hasil
pengumpulan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar serta dari sarana
pelayanan kesehatan (facility based data) yang diperoleh melalui system pencatatan
dan pelaporan.
1. Penyakit Menular
Berdasarkan table profil, data angka kesakitan berbagai penyakit sebagai berikut:
a. Penyakit Bersumber Binatang
1) Pengendalian penyakit malaria (P2 Malaria)
Tabel jumlah kasus klinis malaria di kabupaten Karanganyar Tahun 2011-
2016
No Tahun Jumlah Kasus Klinis
1. 2011 9
2. 2012 7
3. 2013 11
4. 2014 11
5. 2015 14
6. 2016 6
Dari 6 kasus tahun 2016 tersebut, persebarannya terjadi di Puskesmas
Jaten I, Jaten II dan Puskesmas Kerjo masing-masing sebanyak 1 kasus,
sedangkan di Puskesmas Mojogedang II sebanyak 3 kasus.
Persebaran kasus malaria pada tahun 2016 di Kabupaten Karanganyar
dapat dilihat dari gambar di bawah ini:
Gambar : Persebaran Kasus Malaria di Kabupaten Karanganyar Tahun
2016

Dibawah ini grafik yang menunjukkan perkembangan jumlah penderita


malaria klinis dan penderita positif malaria dari tahun 2011 sampai dengan
tahun 2016 di Kabupaten Karanganyar.
Grafik: perkembangan jumlah penderita positif malaria di kabupaten
Karanganyar tahun 2011-2016

2) Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue (P2 DBD)


Kasus DBD di Kabupaten Karanganyar Tahun 2016 sebanyak 447 kasus,
turun disbanding tahun 2015 sebanyak 530 kasus, tahun 2014 sebanyak
520 kasus, sedang tahun 2013 (485 kasus), tahun 2012 (76 kasus) dan
tahun 2011 (135 kasus). Perkembangan kasus DBD di Kabupaten
Karanganyar Tahun 2011-2016 digambarkan dalam grafik di bawah ini

Grafik : Perkembangan Kasus DBD di Kabupaten Karanganyar Tahun 2011-2016


Kasus DBD di Kecamatan Matesih, Kecamatan Kerjo dan Kecamatan
Jenawi sebanyak 1 kasus. Berikut ini grafik persebaran kasus DBD di
Kabupaten Karanganyar yang ditangani pada tahun 2016.
Grafik: Persebaran Kasus DBD yang Ditangani di Kab. Karanganyar Tahun 2016

Angka kesakitan/Incident Rate (IR) pada tahun 2016 sebesar 51,1


turun disbanding tahun 2015 sebesar 60,9 per 100.000 penduduk. Dari
jumlah kasus yang ada, kematian DBD tahun 2016 sebanyak 5 orang naik
tahun 2015 sebanyak 4 orang, sedang tahun 2014 sebanyak 4 orang, tahun
2013 sebanyak 8 orang, tahun 2012 sebanyak 2 orang, sehingga Case
Fatality Rate (CFR) tahun 2016 sebesar 1,1%. Kematian akibat DBD
terjadi di Kecamatan Jaten 2 orang, Kecamatan Kebakkramat 2 orang dan
Kecamatan Gondangrejo 1 orang, sedang tahun 2015 sebesar 0,8% terjadi
di Kecamatan Matesih sebanyak 1 orang. Kecamatan Gondangrejo
sebanyak 2 orang dan Kecamatan Kebakramat sebanyak 1 orang. Berikut
ini grafik jumlah kematian akibat kasus DBD di Kabupaten Karanganyar
pada Tahun 2011-2016.

Grafik: Jumlah Kematian Akibat Kasus DBD di Kab. Karanganyar Tahun 2011-
2016
Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD pada tahun 2016 sebanyak 2 kali yang
terjadi di wilayah Kecamatan Colomadu dan Kecamatan Kebakkramat
dengan jumlah kasus sebanyak 9 kasus dengan 1 orang meninggal
sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 8 kali di 5 wilayah kecamatan
dengan 14 kasus dan 4 orang meninggal. Rumah/bangunan yang
memenuhhi syarat (rumah sehat) sebesar 78,35% atau 1772.769 rumah
sehat dari 220.178 rumah yang ada.

3) Pengendalian Penyakit Filariasis (P2 Filariasis)


Dampak langsung dari serangan penyakit ini adala menurunkan derajat
kesehatan masyarakat karena menurunnya daya kerja dan produktifitas
serta timbulnya cacat anggota tubuh yang menetap. Penyakit yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk, beberapa jenis nyamuk diketahui
berperan sebagai vector filariasis antara kain Mansonia, anopheles, dan
culex.
Tahun 2016 tidak ditemukan kasus baru filariasis, dimana hal ini sama
dengan tahun 2015, 2014, 2013 dan 2012 juga tidak ditemukan kasus baru
filariasis. Berikut grafik perkembangan kasus filariasis di Kab.
Karanganyar dari tahun 2010-2015.

Grafik : Perkembangan Penemuan Kasus Baru Filariasis di Kabupaten


Karanganyar Tahu 2010-2015
b. Penyakit Menular Langsung
1) Pengendalian Penyakit Tuberculosis Paru (P2 TB Paru)
Perkiraan kasus baru TB paru tahun 2016 sebesar 2.788 kasus dengan
penemuan BTA positif sebanyak 282 sedang tahun 2015 sebesar 6.337
kasus, dengan penemuan BTA positif sebesar 419 kasus, tahun 2014
perkiraan kasus baru TB paru sebesar 6.663 kasus, dengan penemuan BTA
positif sebesar 477 kasus, tahun 2013 perkiraan kasus baru TB paru
sebesar 6.148 kasus, dengan penemuan BTA positif sebesar 452 kasus,
tahun 2012 perkiraan kasus baru TB paru sebesar 948 kasus, dengan
penemua BTA positif sebesar 562 kasus, dan tahun 2011 perkiraan kasus
baru TB paru sebesar 938 kasus dengan penemuan penderita BTA positif
sebesar 601 kasus.
Pada tahun 2016 dari perkiraan kasus baru TB paru sebesar 2.788
kasus dengan 282 kasus penemuan BTA positif dengan jumlah kematian
selama pengobatan sebanyak 12 kasus, terjadi di wilayah kerja Puskesmas
Karanganyar, Puskesmas Mojogedang sebanyak 3 orang. Puskesmas
Tasikmadu 2orang, serta Puskesmas Colomadu I, Puskesmas Colomadu II,
puskesmas Kebakkramat I, dan Puskesmas Kerjo masing-masing 1 orang.

2) Pengendalian Penyakit Kusta (P2 Kusta)


Penyakit kusta disebut juga sebagai penyakit lepra yang disebabkan
oleh bakteri Mycobacterium. Bakteri ini mengalami proses pembelahan
cukup lama antara 2-3 minggu. Daya tahan hidup kuman kusta mencapai 9
hari di luar tubuh manusia. Kuman kusta memiliki masa inkubasi 2-5
tahun bahkan juga memakan waktu lebih dari 5 tahun. Penatalaksanaan
kasus yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi progresif,
menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak dan
mata. Sehingga penyakit kusta dapat menurunkan kualitas hidup
penderitanya jika tidak ditemukan dan diobati secara dini.
Pada tahun 2016 tidak ditemukan penderita baru kusta PB dan
ditemukan penderita baru kusta MB, sedang tahun 2015 ditemukan 1
penderita baru kusta PB dan 8 penderita MB, tahun 2014 tidak ditemukan
penderita baru kusta PB tetapi ditemukan 12 penderita MB. Tahun 2013
ditemukan 1 penderita baru kusta PB dan 10 penderita MB, tahun 2012
ditemukan 2 penderita baru kusta PB dan 17 penderita kusta MB, serta
tahun 2011 ditemukan 1 penderita baru kusta PB dan 10 penderita baru
kusta MB. Berikut ini perkembangan jumlah penderita baru kusta PB dan
MB kabupaten karanganyar tahun 2011-2016.
Grafik: Perkembangan Jumlah Penderita Kusta PB dan MB di Kabupaten
Karanganyar Tahun 2011-2016

Berikut ini peta persebaran penemuan penderita baru kusta PB dan MB


di Kabupaten Karanganyar per wilayah puskesmas tahun 2016.
Gambar: Peta penyebaran penemuan penderita baru kusta PB dan MB
Kabupaten Karanganyar Tahun 2016

3) Pengendalian Penyakit Diare (P2 Diare)


Jumlah kasus diare di Kabupaten Karanganyar tahun 2016 yang ditemukan
sebanyak 18.714 kasus dan yang ditangani sebanyak 15.886 kasus
(84,9%), naik disbanding tahun 2015 yang ditemukan dan ditangani
sebanyak 15.566 kasus (83,5%), tahun 2014 yang ditemukan dan ditangani
sebanyak 14.112 kasus (76,5%), tahun 2013 yang ditemukan dan ditangani
sebanyak 15.364 kasus (42,4%), tahun 2012 yang ditemukan dan ditangani
sebanyak 18.017 kasus (46,4% dari jumlah perkiraan kasus), dan tahun
2011 sebanyak 20.331 kasus (55%).
Tahun 2016 penemuan kasus diare tertinggi di wilayah kerja
Puskesmas Karanganyar sebanyak 1.737 kasus diare, sedangkan pada
tahun 2015 penemuan tertinggi diare di wilayah Puskesmas Tasikmadu
sebanyak 1.275 kasus dan penemuan kasus diare tahun 2016 terendah di
wilayah Puskesmas Jenawi sebanya 558 kasus. Berikut ini grafik jumlah
kasus diare tahun 2011-2016 di Kabupaten Karanganyar.
Grafik: Jumlah kasus diare dan kematian akibat diare di kabupaten
Karanganyar 2011-2016

4) Pengendalian penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (P2 ISPA)


Jumlah kasus pneumonia balita yang ditemukan dan ditangani pada tahun
2016 sebanyak 911 kasus (39,15% dari perkiraan target), secara prosentase
naik dibandingkan tahun 2015 sebanyak 881 kasus (10,22% dari perkiraan
target), tahun 2014 sebanyak 726 kasus (17,16% dari perkiraa target),
tahun 2013 sebanyak 647 kasus (10% dari target yang diperkirakan), tahun
2011 sebanyak 863 kasus (9,7% dari target). Perhitungan target perkiraan
penderita pneumonia balita adalah 3,6% dari jumlah balita yang ada.
Penemuan kasus pneumonia balita adalah jumlah kasus yang ditemukan di
wilayah kerja puskesmas termasuk rumah sakit. Persebaran penemuan
pneumonia yang ditemukan dan ditangani di Kabupaten Karanganyar
tahun 2016 dapat dilihat dari grafik di bawah ini:
Grafik : Jumlah perkiraan kasus pneumonia dan jumlah penderita yang ditemukan
dan ditangani kabupaten Karanganyar tahun 2016

Dari grafik diatas, perkiraan penemuan penderita kasus pneumonia


balita tertinggi di wilayah Puskesmas Gondangrejo dengan 223 kasus
sedangkan kasus terenda di wilayah Puskesmas Jenawi dengan 66 kasus.
Sedangkan penderita yang ditemykan dan ditangani paling banyak terjadi
di wilayah kerja Puskesmas Mojogedang sebanyak 190 kasus sedangkan
wilayah Puskesmas yang paling sedikit penderita ditemukan dan ditangani
di ilayah Puskesmas Tawangmangu sebanyak 3 kasus.

5) Pengendalian Penyakit HIV/AIDS (P2 HIV/AIDS)


AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndome) pada tahun 2016 di
Kabupaten Karanganyar ditemykan sebanyak 48 orang mengidap HIV,
naik disbanding tahu 2015 ditemukan sebanyak 44 mengidap HIV, tahun
2014 sebanyak 44 oran mengidap HIV, tahun 2013 sebanyak 34 orang
pengidap HIV, tahun 2012 ditemukan 8 orang pengidap HIV, dan tahun
2011 sebanyak 7 orang. Sedangkan penderita positif AIDS di tahun 2016
sebanyak 52 penderita AIDS, turun dibandin tahun 2015 sebanyak 55
orang, tahun 2014 sebanyak 24 orang, tahun 2013 sebanyak 8 orang, tahun
2012 sebanyak 27 orang, dan tahun 2011 sejumlah 14 orang. Pada tahun
201 ditemukan 17 kematian akibat HIV/AIDS, naik disbanding tahun 2015
ditemukan 9 kematian, tahun 2014 sebanyak 15 orang, tahun 2013
sebanyak 7 orang, taun 2012 sebanyak orang dan tahun 2011 sebanyak 4
orang. Sehingga sampai dengan akhir tahun 201 ini kasus HIV/AIDS di
Karanganyar sebanyak 446 kasus dan yang meninggal sebanyak 97 orang.
Grafik : Perbandingan Jumlah Kasus HIV/AIDS di Kabupaten Karanganyar
Tahun 2015-2016

Penularan HIV/AIDS sangat berkaitan erat dengan pengetahuan dan


perilaku, sehingga dalam upaya intervensi pencegahan terhadap kelompok
berisiko perlu sekali untuk dikenali identifikasinya. Berdasarkan hasil
Riskesdas tahun 2010 tentang pengetahuan HIV/AIDS pada kelompok usia
>15 tahun, hanya 56,1% dari sampel penduduk Jawa Tengah yang pernah
mendengar tentang HIV/AIDS, sedangkan hanya 5,4% dari total sampel
yang diambil yang mengetahui adanya tes HIV secara sukarela yang
didahului konselin/VCT.
Sedangkan untuk donor darah yang didonorkan melalui PMI sebanyak
6.609 sampel darah, dari hasil screening HIV/AIDS ditemukan 2 pendonor
yang sampel darah positif HIV/AIDS (sumber dari PMI cabang
Karanganyar).

6) Surveilens Acute Flaccid Paralysis (AFP)


Upaya membebaskan Indonesia dari penyakit polio, pemerintah telah
melaksanakan program Eradikasi Polio (ERAPO) yang terdiri dari
pemberian imunisasi polio rutin, pemberian imunisasi masal pada anak
balita melalui Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dan surveilans AFP.
Surveilans AFP merupakan pengamatan dan penjaringan semua
kelumpuhan yang terjadi secara mendadak dan sifatnya flaccid (layuh),
seperti sifat kelumpuhan pada poliomyelitis. Prosedur pembuktian
penderita AFP terserang virus polio liar atau tidak adalah sebagai berikut:
a) Melakukan pelacakan terhadap anak <15 tahun yang mengalami
kelumpuhan layu mendadak (<14 hari) dan menentukan diagnose awal.
b) Mengambik specimen tinja penderita tidak lebih dari 14 hari sejak
kelumpuhannya, sebanyak dua kali selang waktu pengambilan Idan
II>24 jam.
c) Mengirim kedua specimen tinja ke laboratorium Bio Farma Bandung
dengan pengemasan khusus.
d) Hasil pemeriksaan specimen tinja akan menjadi bukti virologist adanya
virus polio didalamnya.
e) Diagnose akhir ditentukan pada 60 hari sejak kelumpuhan.
f) Pemeriksaan klinis dilakukan oleh Dokter spesialis anak atau syaraf
untuk menentukan apakah masih ada kelumpuhan atau tidak.

Pada tahun 201 ditemukan 7 kasus AFP untuk anak <15 tahun, naik
disbanding tahun 2015 ditemukan 4 kasus AFP untuk anak <15 tahun,
tahun 2014 yaitu 4 kasus AFP yang ditemukan, tahun 2013 ditemukan 5
kasus, tahun 2012 tidak ditemukan kasus baru AFP, dan tahun 2011
dimana ditemukan 10 kasus AFP. Kasus AFP pada tahun 2016 tersebar di
5 wilayah Puskesmas di Kabupaten Karanganyar yaitu Puskesmas
Jumapolo (2 kasus), Puskesmas Jumantono (1 kasus), Puskesmas Jaten I (1
kasus), Puskesmas Gondangrejo (1 kasus), dan Puskesmas Kerjo (2 kasus).

Perkembangan penemuan kasus baru AFP di Karanganyar tahun 2011-


2016 dapat dilihat dari grafik berikut:

Grafik : perkembangan penemuan kasus baru AFP di Kab. Karanganyar tahun


2011-2016

2. Penyakit Tidak Menular


Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes
mellitus, cedera dan penyakit paru obstruktif serta penyakit kronis lainnya
merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta
jiwa per tahun (WHO 2010). Di Indonesia sendiri, penyakit menular masih
merupakan masalah kesehatan penting dan dalam waktu bersamaan morbiditas
dan mortalitas PTM semakin meningkat. Hal tersebut menjadi beban ganda dalam
pelayanan kesehatan, sekaligus tantangan yang harus dihadapi dalam
pembangunan bidang kesehatan di Indonesia.
Peningkatan PTM berdampak negative pada ekonomi dan produktifitas
bangsa. Pengobatan PTM seringkali memakan waktu lama dan memerlukan biaya
besar. Beberapa jenis PTM merupakan penyakit kronik dan/atau katastropik yang
dapat menggangu ekonomi penderita dan keluarganya. Selain itu, salah satu
dampak PTM adalah terjadinya kecacatan termasuk kecacatan permanen. Secara
global, regional, dan nasional pada tahun 2030 diproyeksikan terjadi transisi
epidemiologi dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular.
Berbagai faktor risiko PTM antara lain yaitu merokok dan keterpaparan
terhadap asap rokok, minum minuman beralkohol, diet/pola makan, gaya hidup
yang tidak sehat, kegemukan, obat-obatan, dan riwayat keluarga (keturunan).
Prinsip upaya pencegahan tetap lebih baik daru pengobatan. Upaya pencegahan
penyakit tidak menular lebih ditujukan kepada faktor risiko yang telah
diidentifikasi.
Di kabupaten Karanganyar telah menerbitkan Surat Edaran Bupati Nomor :
440/8091.13 tanggal 4 Oktober Tahun 2016 tentang Gerakan Larangan Merokok
di Hari Senin. Upaya pengendalian PTM tidak akan berhasil tanpa dukungan dari
seluruh jajaran lintas sector, baik pemerintah, swasta, organisasi profesi,
organisasi kemasyarakatan. Dibawah ini adalah diagram yang menunjukkan kasus
penyakit tidak menular tahun 2011 sampai dengan 2016 di kabupaten
karanganyar.
Dari diagram diatas, penyakit tidak menular yang pada tahun 2016 terlihat
banyak mengalami penurunan disbanding tahun-tahun sebelumnya. Data
penyakit tidak menular (PTM) tahun 2016 yang naik disbanding tahun
2015 adalah PPOK. Sedangkan PTM yang lain mengalami penurunan.

3. Kejadian Luar Biasa (KLB)


Ada beberapa kejadian KLB di kabupaten Karanganyar yang dapat dijabarkan
sebagai berikut:
a. DBD (2 desa di kecamatan dengan jumlah penderita 9 orang dan meninggal 1
orang), dengan rincian sebagai berikut:
No Desa Kecamatan Jumlah Tgl Mulai
Kasus Mati Kejadian
1 Malangjiwan Colomadu 6 0 7 Februari 2016
2 Kebak Kebakkramat 3 1 3 Juni 2016
TOTAL 9 1

b. Keracunan makanan (5 desa di 4 kecamatan dengan jumlah penderita 117


orang dan tidak ada korban jiwa), dengan rincian sebagai berikut:
No Desa Kecamatan Jumlah Tgl Mulai
Kasus Mati Kejadian
1 Baturan Colommadu 11 0 19 April 2016
2 Ngargoyoso Ngargoyoso 6 0 28 Mei 2016
3 Jeruk Sawit Gondangrejo 37 0 7 Maret 2016
4 Malanggean Kebakkramat 36 0 13 Agustus 2016
5 Dayu Gondangrejo 27 0 20 Oktober 2016
TOTAL 117 0

c. Chikungunya (8 desa di 5 kecamatan dengan jumlah penderita 158 orang


dengan tidak ada korban jiwa), dengan rincian sebagai berikut:
No Desa Kecamatan Jumlah Tgl Mulai
Kasus Mati Kejadian
1 Jati Jaten 16 0 16 Januari 2016
2 Suruh Jaten 16 0 26 Januari 2016
Kalang
3 Lalung Karanganyar 30 0 29 Januari 2016
4 Malangjiwan Colomadu 6 0 19 Maret 2016
5 Gajahan Colomadu 20 0 26 Maret 2016
6 Buran Tasikmadu 14 0 4 September 2016
7 Suruh Tasikmadu 31 0 31 September
2016
8 Jumapolo Jumapolo 25 0 2 Desember 2016
TOTAL 258 0

d. Diare (1 desa di 1 kecamatan dengan jumlah penderita 6 orang dan tidak ada
korban jiwa), dengan rincian sebagai berikut:
No Desa Kecamatan Jumlah Tgl Mulai
Kasus Mati Kejadian
1 Gaum Tasikmadu 6 0 2 Februaru 2016
TOTAL 6 0

e. Leptospirosis (2 desa di 1 kecamatan dengan jumlah penderita 3 orang dengan


2 korban jiwa), dengan rincian sebagai berikut:
No Desa Kecamatan Jumlah Tgl Mulai
Kasus Mati Kejadian
1 Blulukan Colomadu 1 1 3 Januari 2016
2 Malangjiwan Colomadu 1 1 26 Januari 2016
3 Malangjiwan Colomadu 1 0 20 Oktober 2016
TOTAL 3 2

f. Thypoid (1 desa di 1 kecamatan dengan jumlah penderita 7 orang dan tidak


ada korban jiwa), dengan rincian sebagai berikut:
No Desa Kecamatan Jumlah Tgl Mulai
Kasus Mati Kejadian
1 Malangjiwan Colomadu 7 0 29 Februari 2016
TOTAL 7 0

Bila diperhatikan data sejak tahun 2011 hingga tahun 2016, terjadi KLB penyakit DBD dan
chikungunya. Untuk itu kita perlu waspada terhadap kedua penyakit tersebut diatas yang
berpotensi KLB di wilayah Kabupaten Karanganyar.

Dari KLB pada tahun 2016 angka attack rate sebesar 0,36 turun dibanding tahun 2015
sebesar 1,78 sedang tahun 2014 sebesar 0,20, tahun 2013 sebesar 0,26, tahun 2012 sebesar
0,35, dan tahun 2011 sebesar 0,29.

Sedangkan angka CFR tahun 2016 sebesar 1,0 turun dibanding tahun 2015 sebesar 2,76
sedang tahun 2014 sebesar 0,67, tahun 2013 sebesar 1,5 tahun 2012 sebesar 2,63, dan tahun
2011 sebesar 0,23.

Grafik : attack rate dan CFR KLB di Kabupaten Karanganyar Tahun 2011 s.d tahun 2016
B. ANGKA KEMATIAN
Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa indicator
yang dapat digunakan. Indicator-indikator tersebut pada umumnya tercermin dalam
kondisi angka kematian, angka kesakitan dan status gizi. Derajat kesehatan
masyarakat digambarkan melalui Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi
(AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), angka morbiditas beberapa penyakit dan
status gizi.
Derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh banyak faktor yang
tidak hanya berasal dari sector kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan
ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktor
ekonomi, pendidikan, lingkungan social, keturunan, dan faktor lainnya.
1. Angka Kematian Ibu (AKI)
Angka kematian ibu adalah jumlah ibu yang meninggal karena hamil,
bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu per 100.000 kelahiran hidup dalam
kurun waktu satu tahun. Angka kematian ibu maternal dapat menggambarkan
status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan dan tingkat pelayanan
kesehatan terutama ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu nifas. Dari table di bawah
dapat diketahui angka kematian ibu melahirkan di karanganyar tahun 2016 sebesar
79,0/100.000KH, turun disbanding tahun 2015 sebesar 123,3/100.000KH, tahun
2014 sebesar 138,5/100.000KH, sedangkan tahun 2013 sebesar 68,3/100.000KH,
tahun 2012 sebesar 127,1/100.000KH dan tahun 2011 sebesar 99,1/100.000KH.

Grafik: angka kematian ibu (AKI) dan jumlah kematian ibu di kabupaten Karanganyar
tahun 2011-2016
Jumlah kasus kematian ibu tahun 2016 sebanyak 10 kasus yang tersebar
di wilayah puskesmas Jatipuro, Jumantono, Metasih, Tawangmangu, Ngargoyoso,
Tasikmadu terdapat 1 kasus sedangkan wilayah Puskesmas Gondangrejo dan
Mojogedang II terdapat 2 kasus kematian ibu.
Dari 10 kasus kematian ibu pada tahun 2016, kematian ibu yang berumur
20-34 sebesar 7 kasus, sedangkan umur 35 tahun sebesar 3 kasus. Jadi sekitar
70% kematian ibu terjadi pada usia 20-34 tahun, 30% pada usia 35 tahun.
Berikut peta persebaran kasus kematian ibu tahun 20 di kabupaten Karanganyar.

2. Angka Kematian Bayi (AKB)


Angka kematian bayi (AKB) merupakan jumlah kematian bayi (0-11
bulan) per 1.000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB
menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan
dengan faktior penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi
ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan
dan soal ekonomi. Angka kematian bayi di kabupaten Karanganyar tahun 2016
sebesar 14,2/1000KH, naik dibandingkan tahun 2015 sebesar 12,8/1000KH, tahun
2014 sebesar 10,5/1000KH, sedang tahun 2013 sebesar 9,9/1000KH, tahun 2012
sebesar 10,1/1000 KH, dan tahun 2011 sebesar 9,23/1000KH. Berikut grafik
perkembangan angka kematian bayi (AKB) kabupaten karangannyar tahun 2011-
2016:
Grafik : angka kematian bayi (AKB) dan jumlah kematian bayi di Kab. Karanganyar
tahun 2011-2016

Kasus kematian bayi pada tahun 2016 sebanyak 180 kasus, yang
terbanyak di wilayah puskesmas Karanganyar yaitu sebanyak 25 kasus dan
terendah di wilaya puskesmas kebakkramat II sebanyak 1 kasus. Kasus kematian
bayi adalah jumlah kasus kematian Neonatal ditambah jumlah bayi. Berikut ini
peta kematian bayi di kab. Karanganyar pada tahun 2016.
Gambar : Peta persebaran kematian bayi di kab. Karanganyar tahun 2016

3. Angka Kematian Balita (AKABA)


Angka kematian balita (AKABA) merupakan perbandingan jumlah anak
berumur 1-5 tahun yang meninggal di suatu wilayah tertentu selama 1 tahun
dibagi jumlah kelahiran hidup di wilayah yang sama dalam kurun waktu 1 tahun
1000.
Pada tahun 2016 terdapat 28 kasus anak balita mati, naik dibanding tahun 2015
terdapat 23 anak balita mati, sedang tahun 2014 terdapat 19 anak balita mati, dan
tahun 2011 terdapat 23 anak balita mati. Angka kematian balita (AKABA) tahun
2016 sebesar 2,2/1000KH, sedangkan tahun 2015 sebesar 1,8/1000KH, tahun
2014 sebesar 1,5/1000KH, tahun 2013 sebesar 1,6/1000KH, tahun 2012 sebesar
0,7/1000KH, dan tahun 2011 sebesar 1,8/1000KH. Berikut ini perkembangan
Jumlah Kasus Kematian Anak Balita di Kab. Karanganyar tahun 2011-2016.
Grafik : angka kematiab balita (AKABA) dan jumlah kasus kematian anak balita di
karanganyar tahun 2011-2016.

Kasus kematian anak balita tertinggi di wilayah puskesmas Jumantono,


Tasikmadu, Jaten II, dan Puskesmas Jenawi yaitu sebanyak 3 kasus, sedangkan
wilayah yang tidak ada kasus kematian anak balita meliputi puskesmas Jatipuro,
Jatiyoso, Tawangmangu, Colomadu I, Kebakkramat I, Kebakkramat II dan
Jenawi. Berikut ini peta persebaran kasus kematian anak balita tahun 2016 di kab.
Karanganyar dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar : Peta persebaran kematian anak balita di kab. Karanganyar tahun 2016
C. STATUS GIZI MASYARAKAT
Jumlah balita yang ada tahun 2016 sebanyak 63.731, yang ditimbang
sebanyak 49.911 (78,3%), sedang tahun 2015 sebanyak 62.374, yang ditimbang
sebanyak 48.591 (77,9%), tahun 2014 sebanyak 63.210, yang ditimbang 48.909
(77,4%), tahun 2013 sebanyak 64.437, yang ditimbang sebanyak 50.877 (80,37%),
tahun 2012 sebanyak 65.591, yang ditimbang sebanyak 52.7177 (80,37%), dan tahun
2011 sebanyak (73,26%). Dari balita yang ditimbang pada tahun 2016 status balita
garis merah sebanyak 413 (0,8%), sedang kasus balita gizi buruk yang ditemukan
sebanyak 22 balita, semua balita gizi buruk yang diketemukan, semuanya
mendapatkan perawatan.
Kasus penemuan gizi buruk tertinggi pada tahun 2016 ditemukan di
wilayah Puskesmas Gondangrejo sebanyak 7 balita, dan penemuan gizi buruk
terendah di wilayah puskesmas jatipuro, jatiyoso, Jumapolo, Tawangmangu,
Ngargoyoso, Karanganyar, Jaten I, Colomadu I, Kebakkramat II, Mojogedang I, dan
Kerjo dengan tidak ada penemuan kasus. Berikut peta persebaran penemuan kasus
gizi buruk di kab. Karanganyar tahun 2016, dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar : Peta Penemuan Kasus Gizi Buruk di Kab. Karanganyar Tahun 2016
Pendataan gizi buruk di kabupaten Karanganyar didasarkan pada 2
kategori yaitu dengan indicator membandingkan berat badan dengan umur (BB/U)
dan kategori kedua adalah membandingkan berat badan dengan tinggi badan
(BB/TB). Skrining pertama dilakukan di posyandu dengan membandingkan berat
badan dengan umur melalui kegiatan penimbangan, jika ditemukan balita yang berada
di bawah garis merah (BGM) atau dua kali tidak naik (2T), maka dilakukan
konfirmasi status gizi dengan menggunakan indicator berat badan menurut tinggi
badan. Jika teryata balita tersebut merupakan kasus buruk, maka segera dilakukan
perawatan gizi buruk sesuai pedoman di posyandu dan puskesmas. Jika ternyata
terdapat penyakit penyerta yang berat dan tidak dapat ditangani di puskesmas maka
segera dirujuk ke rumah sakit.

D. UMUR HARAPAN HIDUP (UHH)


Umur harapan hidup dianggap sebagai indicator umum bagi taraf hidup, maka
tingginya umur harapan hidup menunjukkan tingginya tingkat taraf hidup suatu
wilayah dan sebaliknya. Data terakhir BPS kab. Karanganyar, UHH kabupaten
karanganyar tahun 2016 sebesar 77,11. Angka tersebat masih sama dengan tahun
2015 sebesar 77,11, sedangksn tahun 2014 sebesar 76,71, tahun 2013 sebesar 76,70
tahun 2012 sebesar 76,67, dan tahun 2011 sebesar 76,64. Ini berarti kondisi taraf
hidup di kabupaten karanganyar terjadi peningkatan dari tahun ke tahun.

Anda mungkin juga menyukai