LANDASAN TEORI
II.1. Obesitas
II.1.1. Definisi
Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana Body Mass Index
(BMI) ≥30kg/m2 dimana angka tersebut diperoleh dari rumus (Davies, 2010) :
BMI = Berat badan(kg)
Tinggi badan(m2)
Obesitas terbagi menjadi 2 tipe yaitu tipe android (central body obesity) yang
merujuk pada ditribusi lemak pusat tubuh dan tipe gynecoid (lower body obesity)
dimana distribusi lemak kearah bawah yaitu femoral dan gluteal. Diantara kedua
tipe tersebut tipe android lebih berisiko terjadi kelainan metabolik seperti insulin
resisten, dislipidemia, hipertensi, diabetes (metabolik sindrom). Hal tersebut
disebabkan oleh karena lemak pada visceral (central body obesity) lebih aktif
terjadi lipolisis dan sensitivitas terhadap insulin menurun (Huda, 2010).
BMI oleh WHO dikelompokkan menjadi underweight, normal,
overweight, dan obese dimana obesitas dibagi menjadi kelas I, II, III yang
ditunjukkan pada tabel dibawah ini :
Selain kriteria BMI menurut WHO tersebut diatas oleh karena perbedaan ras
maka untuk daerah asia pasifik terdapat kriteria lain dalam penentuan BMI seperti
yang diperlihatkan pada table dibawah ini:
6
7
Risiko Ko-Morbiditas
Lingkar Perut
Klasifikasi IMT (kg/m2) <90 cm (Laki-laki) 90 cm (Laki-laki)
(Perempuan)
Berat Badan Kurang <18,5 Rendah (risiko meningkat Sedang
Flier, 2008
Kenaikan berat badan setiap wanita hamil berbeda, tergantung dari tinggi
badan dan BB nya sebelum hamil, ukuran bayi, plasenta dan kualitas pola makan
sebelum dan selama kehamilan. Berdasarkan dari perhitungan IMT, peningkatan
berat badan selama kehamilan tergantung dari BB sebelum hamil. Perhitungan
IMT menggunakan perkiraan jumlah total lemak dalam tubuh (Suririnah, 2008).
Data IMT juga dipakai untuk menilai adanya risiko penyakit jantung, diabetes
dan penyakit lain secara umum.
Menilai BB sebelum hamil sangat penting dari segi kesehatan bagi ibu dan
bayi. Jika ibu hamil dengan BB yang berlebihan sebelum kehamilan, maka
pertambahan BB yang dianjurkan haruslah lebih kecil daripada ibu hamil dengan
BB yang ideal sebelumnya. Ibu hamil yang memiliki peningkatan BB yang terlalu
berlebihan akan beresiko terjadinya komplikasi kehamilan seperti diabetes
gestasional yaitu kenaikan kadar gula darah karena adanya proses kehamilan dan
terjadinya preeklamsia. Selain itu, penimbunan lemak tubuh yang berlebihan akan
membuat BB sulit turun setelah melahirkan (Suririnah, 2008).
Demikian juga sebaliknya, wanita yang BB kurang sebelum hamil, ketika
hamil perlu menambah BB lebih banyak daripada ibu dengan BB ideal. Asupan
gizi yang berkurang akan menghambat pertumbuhan janin dalam kandungan yang
berakibat Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan gangguan kehamilan lainnya
(Suririnah, 2008).
Kenaikan BB selama masa kehamilan tergantung dari BB sebelum
kehamilan. Yang terbaik dilakukan bila berniat untuk hamil, sebaiknya
9
harus sama dengan berat produk konsepsi yaitu janin, plasenta dan cairan amnion
(Bobak et al, 2004).
Usia ibu juga sangat berperan penting dalam kasus BBLR. Presentase
tertinggi bayi dengan BBLR terdapat pada kelompok usia remaja dan wanita
berusia > 40 tahun. Remaja seringkali melahirkan bayi dengan BB lebih rendah,
bahkan bila dibandingkan dengan wanita dewasa yang mengalami peningkatan
berat yang sama selama hamil. Hal ini terjadi karena sistem reproduksi mereka
belum memiliki sistem transfer plasenta seefisien wanita dewasa. Wanita yang
lebih tua memerlukan lebih sedikit kalori untuk mendukung kehamilannya tetapi
memiliki kebutuhan khusus akan nutrisi tertentu (Bobak et al, 2004).
2.Pembesaran organ-organ.
Ukuran ketebalan dinding rahim normalnya berkisar 1,25cm, dengan
panjang 7,5 cm dan lebar 5 cm serta berat sekitar 50 – 80 gram. Sedangkan
ukuran ketebalan dinding Rahim pada ibu hamil berkisar pada 1,5cm dan
berat 900 – 1000 gram serta panjang 35 cm (Solahuddin, 2010).
periksakan juga jika tidak mengalami pertambahan BB selama lebih dari dua
minggu ke-4 sampai ke-8 (Murkoff, 2006).
Apabila pertambahan BB tidak sesuai dari apa yang telah direncanakan,
fokuskan tujuan untuk mengkontrol kelebihan BB yang sudah didapatkan dan
mengupayakan peningkatan berat yang masih harus dicapai. Perlu tetap diingat
bahwa janin masih memerlukan pasokan gizi yang stabil setiap hari selama
kehamilan, dan ini hanya datang dari intake makanan yang dikonsumsi ibu.
Pantaulah BB sejak awal, dan jangan melakukan diet ketat selama kehamilan
(Murkoff, 2006).
sehubungan dengan kehilangan darah yang lebih banyak, komplikasi dari tindakan
anestesi, kesulitan dari teknik operasi dan komplikasi berkaitan dengan
penyembuhan luka (Jensena, 2009).
3. Prematuritas
Dari beberapa literatur menunjukkan perbedaan pendapat bahwa obesitas
menyebabkan prematuritas, tetapi lebih cenderung prematuritas disebabkan
oleh penyakit yang diderita oleh ibu yang mana risiko kejadiannya
meningkat apabila ibu mengalami obesitas (Vaswani, 2013).
4. Antepartum stillbirth
Dari penelitian didapatkan bahwa peningkatan BMI sebelum hamil
berhubungan dengan kejadian stillbirth, patofisiologi yang menerangkan
peningkatan risiko terjadinya hal tersebut hingga saat ini belum jelas.
Kemungkinannya adalah berhubungan dengan penyakit yang ditimbulkan
oleh obesitas seperti diabetes mellitus dan hipertensi. Penjelasan lain
penyebabnya adalah oleh karena sleep apnoe yang diikuti degan fetal
hipoksia, kelainan metabolisme ibu seperti hiperlipidemia sehingga terjadi
16
plasenta atau kesulitan ibu dalam menilai perburukan gerakan bayi (Huda,
2010).
Risiko terjadinya stillbirth pada wanita hamil dengan obesitas 2-5 kali lebih
tinggi dibandingkan wanita dengan BMI normal. Risiko stillbirth pada
obesitas menigkat seiring pertambahan usia kehamilan. Studi epidemiologi
menunjukkan pada obesitas kelas III risiko terjadinya stillbirth 1,5 kali lebih
tinggi dibandingkan obesitas kelas I. Studi tersebut juga menyatakan bahwa
wanita hamil dengan BMI overweight, obesitas kelas I, dan obesitas kelas II
risiko stillbirth pada usia kehamilan 30-42 minggu, berbeda pada obesitas
kelas III dan BMI >50kg/m2 dimana risikonya meningkat cepat seiring
bertambahnya usia kehamilan (Yao dkk, 2014).
5. Morbiditas perinatal
Bayi yang lahir dari ibu dengan obesitasberisiko tinggi untuk dirawat di
Neonatal Intensive Care Unit (NICU) oleh karena aspirasi meconium dan
distosia bahu, selain itu juga obesitas berhubungan dengan hipoglikemia,
jaundice dan gangguan pernafasan bayi. Sedangkan hubungan antara
obesitas dengan early neonatal death belum dapat dipahami secara jelas,
tetapi dari 3 penelitian menunjukkan kedua hal tersebut berhubungan,
sedangkan pada penelitian lain memperlihatkan hubungan antara early
neonatal death dengan wanita obesitas primipara (Rowlands, 2010).
Penelitian tersebut menunjukkan bayi yang lahir dari ibu obesitas memiliki
massa lemak yang lebih banyak dibandingkan dengan bayi yang lahir dari
ibu dengan BMI normal (Adamo dkk, 2013).
Penting untuk diperhatikan bahwa bayi yang terlahir dari ibu overweight
atau obesitas 2 kali berisiko untuk menjadi obesitas pada usia 24 bulan dan
anak-anak dengan BMI yang lebih dari normal cenderung untuk mengalami
BB lebih pada usia 12 tahun (Desai dkk, 2014).
Pada penelitian di Amerka Serikat mengungkapkan bahwa tiap peningkatan
1 kg BB bayi baru lahir meningkatkan kecenderungan sebesar 5% untuk
terjadinya overweight saat remaja. Selain itu juga dari penelitian tersebut
menyatakan bahwa bayi yang lahir dengan BB lebih tersebut sangat
dipengaruhi oleh status BB ibu sebelum hamil maupun selama kehamilan
(Paliy, 2014).
Gambar.1 Hubungan potensial antara BB ibu selama dan setelah kehamilan dengan risiko
peningkatan BB pada bayinya (Paliy, 2014).
3. Trimester 3
Pada trimester III merupakan suatu periode kritis dimana masalah ibu-janin
mulai menunjukkan manifestasinya secara klinis dan berkontribusi terhadap
hasil luaran yang tidak baik. Obesitas sangat berisiko untuk terjadinya
kelahiran prematur tersebut lebih diakibatkan oleh komplikasi medis yang
terjadi seperti DM dan hipertensi. Data terbaru juga bahwa tingginya BMI
prakonsepsi serta pertambahan BB selama kehamilan berkorelasi dengan
lamanya usia kehamilan yang tampak dengan tingginya risiko kehamilan
postterm serta meningkatnya kebutuhan untuk dilakukannya induksi
persalinan (Gunatilake, 2011).
Pasien obesitas dengan hipertensi kronis harus dimonitoring secara ketat
karena sangat berisiko untuk berkembang menjadi superimposed
preeklamsia. Ketika pemeriksaan tekanan darah dilakukan pada pasien
tersebut, maka yang perlu diperhatikan adalah pemakaian cuff yang sesuai.
Pada pasien obesitas yang telah dilakukan skrinning gula darah pada
trimester awal dan hasilnya normal maka dapat dilakukan pemeriksaan
ulang pada usia kehamilan 24 - 28 minggu. Secara epidemiologi wanita
hamil dengan obesitas memiliki risiko 2 - 3 kali lebih besar
kemungkinannya untuk terjadinya IUFD (Intra Uterine Fetal Death),
walaupun faktor-faktor ko-morbid seperti DM, dan hipertensi sudah
terkontrol. Mekanisme pasti terjadinya hal tersebut sampai saat ini belum
secara jelas bagaimana terjadinya hal itu yaitu bahwa obesitas meningkatkan
21
a. Konseling prakonsepsi
i. Perubahan gaya hidup.
ii. Konsumsi asam folat 5 mg jka BMI > 35.
iii. Pemberian vitamin D 10 ug selama hamil dan menyusui.
b. Antenatal
i. Pencatatan tinggi dan BB selama kehamilan.
ii. Pencatatan obesitas sebagai faktor risiko dan konsultasikan pada
disiplin ilmu lain secara tepat.
iii. Ukur tekanan darah dengan menggunakan ukuran cuff yang
sesuai.
iv. Identifikasi faktor risiko tromboemboli dan berikan pencegahan
yang tepat.
22
c. Perinatal
i. Perencanaan persalinan di fasilitas kesehatan yang tersedia ahli
kebidanan dan anestesi.
ii. Antisipasi terhadap kesulitan sehubungan dengan tindakan
intubasi dan epidural.
iii. Manajemen aktif kala III.
iv. Pemberian antibiotic profilaksis sebelum tindakan bedah.
v. Identifikasi faktor risiko terjadinya tromboemboli dan gunakan
pencegahan yang tepat.
d. Postpartum
i. Motivasi untuk pemberian ASI.
ii. Pemberian informasi dan edukasi sehubungan dengan perubahan
pola hidup dan perencanaan yang beikutnya .
iii. Jika sebelumnya dengan diagnose DMG maka sarankan
pemeriksaan rutin sehubungan dengan kemungkinan terjadinya
DM tipe II.
4. Ultrasonografi (USG)
Waktu yang tepat untuk skrinning anatomi janin adalah pada usia
kehamilan 18-22, minggu, kemampuan sonografer untuk
mengevaluasi sangat dipengaruhi oleh ukuran tubuh pasien. 15%
dari struktur normal yang tampak akan kurang optimal pada wanita
dengan BMI diatas 90 persentil. Pada wanita tersebut 63% dari
struktur yang akan tampak dengan jelas. Struktur anatomi secara
umum akan kurang jelas seiring dengan peningkatan termasuk denyut
jantung janin (DJJ), tulang be;akang, diafragma, ginal dan tali pusat.
Visualisasi tulang belakang fetus dilaporkan berkurang dari 43%
menjadi 29% pada wanita obesitas dibandingkan dengan BMI normal
23
II.8. Persalinan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang dapat hidup ke dunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau
dengan jalan lahir (Mochtar,1998).
Persalinan adalah proses menipis dan membukanya serviks, dan janin
turun kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi
yang normal adalah proses pengeluran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37 - 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Prawirohrajo, 2006).
Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal, namun
apabila tidak dikelola dengan tepat, dapat berubah menjadi abnormal (Mufdillah
& Hidayat, 2008).
Faktor-faktor yang berperan penting dalam proses persalinan adalah faktor
yang berasal dari kondisi ibu sendiri dalam menghadapi persalinan dan kondisi
janin dalam kandungan, yaitu:
24
c. Letak melintang
d. Presentasi rangkap/ganda
e. Kelainan bentuk dan besar janin dan tali pusat menumbung.
Kelainan janin selama dalam kandungan dapat terdeteksi secara dini apabila
ibu mlakukan pemeriksaan kehamilan ANC secara rutin minimal 4 kali
selama kehamilan dan mulai awal kehamilan pada tenaga kesehatan.
2. Letak Janin
Letak sungsang adalah keadaan dimana janin terletak memanjang dan
kepala di fundus uteri dan bokong berada dibawah kavum uteri.
Pemeriksaan letak sungsang umumnya tidak sulit yaitu pada saat ANC.
Pada pemeriksaan luar, kepala teraba di fundus uteri sementara pada bagian
bawah uterus teraba bokong yang tidak dapat digerakkan semudah kepala
(Servianus, 2011).
Faktor letak bayi atau janin sangat berpengaruh terhadap proses persalinan.
Bayi dengan letak sungsang merupakan salah satu indikasi terjadinya
penyulit dalam persalinan karena pada keadaan normal bayi mempunyai
kekuatan mendorong dirinya keluar sehingga persalinan berjalan spontan.
Untuk mencegah terjadinya penyulit persalinan selama kehamilan atau
dalam kandungan ibu harus melakukan pemeriksaan kehamilan/ANC secara
rutin minimal 4 kali selama kehamilan agar kelainan letak janin dapat
terdeteksi secara dini dan dapat dilakukan upaya-upaya pencegahannya
(Kusumawati, 2007).
30
3.Ukuran panggul
Pada panggul yang ukuran kecil atau sempit akan terjadi disproporsi dengan
kepala janin sehingga kepala janin tidak dapat melewati panggul meskipun
ukuran janin berada dalam batas normal (Maphia, 2011).
Setiap bagian panggul ibu dengan diameter kecil, dapat memperpanjang
lamanya persalinan/membuat persalinan tidak efisiensi (Marlina, 2010).
4. Paritas
Persalinan yang pertama kali biasanya memiliki risiko yang relatif tinggi
terhadap ibu dan anak, akan tetapi resiko ini akan menurun pada paritas
kedua dan ketiga dan akan meningkat lagi pada paritas ke empat dan
seterusnya. Paritas yang paling aman jika di tinjau dari sudut kematian
maternal adalah paritas 2 dan 3. Oleh karena itu ibu yang memiliki paritas
pada penelitian ini lebih banyak melakukan persalinan dengan adanya faktor
penyulit (Sibuen, 2007).
Bahwa ibu yang melahirkan pertama kali memiliki keungkinan terdapat
komplikasi pada persalinannya karena pengalaman melahirkan yang belum
pernah (Marlina, 2010).
5. Riwayat Penyakit
Ibu hamil dengan riwayat penyakit kronik dapat terindikasi mengalami
komplikasi/penyulit pada persalinannya yang bisa berakibat keadaan gawat
janin, maupun gawat ibu yang mengancam nyawanya (Rohani, 2007).
Ibu dengan riwayat penyakit penyerta pada saat hamil memiliki proporsi
lebih besar mengalami penyulit persalinan (Hamdayani, 2007).
Bahwa presentase tertinggi yang menyebabkan penyulit persalinan adalah
jantung, hipertensi, diabetes mellitus, ginjal, paru dan penyakit kronik
lainnya. Penyakit yang diderita oleh ibu yang didapat baik sebelum hamil
maupun sementara hamil mungkin akan mempengaruhi kehamilannya dan
dapat menjadi faktor penyulit dalam proses persalinan sehingga hal ini harus
di deteksi dan di cegah sedini mugkin karena dapat mengakibatkan
kematian bagi ibu maupun janin yang dikandungnya (Servianus, 2011).
31
His yang lemah dapat menimbulkan bahaya terhadap ibu maupun janin
sehingga memerlukan konsultasi atau merujuk penderita ke rumah sakit,
puskesmas atau dokter spesialis.
b. Tetania uteri
His yang terlalu kuat dan sering, sehingga tidak terdapat kesempatan
relaksasi otot rahim. Akibat dari tetania uteri dapat terjadi :
a. Persalinan presipitatus
Persalinan yang berlangsung dalam waktu 3 jam. Akibatnya
mungking fatal yaitu:
i. Terjadi persalinan bukan pada tempatnya.
ii. Terjadi trauma janin kerana tidak terdapat persiapan dalam
peersalinan.
iii. Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan
perdarahan, inversi uteri.
iv. Tetani uteri menyebabkan asfiksia intrauterine sampai
kematian janin dalam rahim.
1. Jalan lahir
2. Kekuatan yang mendorong
3. Janin yang didorong dalam satu mekanis tertentu dan terpadu.
Dari ketiga komponen tersebut hanya kekuatan (his dan mengejan) yang dapat
dimanipulasi dari luar tanpa membahayakan janin dalam proses persalinan. Jalan
lahir merupakan komponen yang tetap dalam konsep obstetrik tidak dapat diolah
untuk dapat melancarkan proses persalinan kecuali jalan lunak pada keadaan
tertentu tanpa membahayakan janin. Jalan lahir tulang mempunyai kriteria sebagai
berikut :
1. Pintu atas panggul tangan distansia tranversalis kanan dan kiri lebih panjang
dari muka belakang.
2. Mempunyai bidang tersempit pada spina ischiadika.
3. Pintu bawah panggul terdiri dari dua segitiga dengan dasar pada tuber
ischia, ke depan dengan ujung simfisis pubis, ke belakang ujung sakrum.
4. Pintu atas panggul menjadi pintu bawah panggul, seolah-seolah berputar
90°.
5. Jalan lahir depan panjang 4,5cm sedangkan jalan lahir belakang panjangnya
12,5cm.
6. Secara keseluruhan jalan lahir merupakan corong yang melengkung ke
depan, mempunyai bidang sempit pada spina ischiadika, terjadi perubahan
pintu atas panggul leher kanan kiri menjadi pintu bawah panggul dengan
lebar ke depan dan belakang yang terdiri dari dua segitiga.
Dengan demikian jalan lahir tulang sangat menentukan proses persalinan
apakah yang dapat berlangsung melalui jalan biasa/melalui tindakan operasi
dengan kekuatan dari luar.
34
3. Passeger
a. Kelainan bentuk dan besar janin (anensefalus, hidrosefalus, janin
makrosomia).
b. Kelainan pada letak kepala (presentasi puncak, presentasi dahi, kelainan
posisi oksiput).
c. Kelainan letak janin (letak sungsang, letak lintang dan atau letak
mengolak, presentasi rangkap (kepala tangan, kepala kaki, kepala tali
pusat).
Kepala janin (bayi) merupakan bagian penting dalam proses persalinan dan
memiliki ciri sebagai berikut :
a. Bentuk kepala oval, sehingga setelah bagian besarnya lahir, maka bagian
lainnya lebih mudah lahir.
b. Persendian kepala berbentuk kogel, sehingga dapat digerakkan ke segala
arah dan emberikan kemungkinan untuk melakukan putar paksi dalam.
c. Letak persendian kepala sedikit ke belakang sehingga kepala melakukan
fleksi untuk putar paksi dalam.
Setelah persalinan kepala ,badan janin tidak akan mengalami kesulitan. Pada
beberapa kasus dengan anak yang besar(makrosomia) dengan ibu dengan
diabetes mellitus terjadi kemungkinan kegagalan persalinan bahu.
36
Seperti yang sudah dibahas, kala satu persalinan terdiri dari dua fase, yaitu fase
laten dan fase aktif yang diacu pada pembukaan serviks :
- Fase laten : pembukaan serviks kurang dari 4 cm
- Fase aktif : pembukaan serviks dari 4 cm sampai 10 cm
39
Jika ditemui gejala dan tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi
harus lebih sering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila pada
diagnosis disebutkan adanya penyulit dalam persalinan. Jika frekuensi kontraksi
berkurang dalam satu atau dua jam pertama, nilai ulang kesehatan dan kondisi
actual ibu dan bayinya. Bila tidak ada tanda-tanda kegawatan atau penyulit, ibu
boleh pulang dengan instruksi untuk kembali jika kontraksinya menjadi teratur,
intensitasnya makin kuat dan frekuensinya meningkat. Apabila asuhan persalinan
dilakukan di rumah, penolong persalinan hanya boleh meniggalkan ibu setelah
dipastikan bahwa ibu dan bayinya dalam kondisi baik. Pesankan pada ibu dan
keluarganya untuk menghubungi kembali penolong persalinan jika terjadi
peningkatan frekuensi kontraksi. Rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang sesuai jika
fase laten berlangsung lebih dari 8 jam.
B. Kondisi janin
1. Denyut jantung janin (DJJ)
2. Warna dan adanya air ketuban
3. Penyusupan (molase) kepala janin
4. Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin
5. Garis waspada dan garis bertindak.
D. Kontraksi uterus
1. Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit
2. Lama kontraksi (dalam detik).
F. Kondisi ibu
1. Nadi, tekanan darah dan suhu tubuh
2. Urin (volume, aseton dan protein).
41
Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam kolom yang
tersedia di sisi partograf atau di catatan kemajuan persalinan).
Mencatat temuan pada partograf
A. Informasi tentang ibu
Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai
asuhan persalinan. Waktu kedatangan ( tertulis sebagai jam atau pukul
pada partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu dating dalam fase laten.
Catat waktu pecahnya selaput ketuban.
B. Kondisi Janin
Bagan atas grafik pada partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung
janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan (kepala janin).
1. Denyut jantung janin (DJJ)
Nilai dan catat denyut jantung janin setiap 30 menit (lebih sering jika
ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak di bagian atas partograf
menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolompaling kiri
menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis
yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ. Kemudian
hubungkan yang satu dengan titik lainnya dengan garis tegas dan
bersambung kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis
tebal pada angka 180 dan 100. Sebaiknya, penolong harus waspada
bila DJJ mengarah hingga dibawah 120 atas diatas 160. Untuk
tindakan-tindakan segera yang harus dilakukan pada ruang yang
tersedia di salah satu dari kedua sisi partograf.
g. Catat temuan yang ada di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban.
h. Gunakan lambang-lambang berikut ini:
0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah
dapat dipalpasi
1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling brsentuhan
2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi
masih dapat dipisahkan
3 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dapat
dipisahkan.
1. Pembukaan Serviks
a. Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian pemeriksaan
fisik dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam
(lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit).
b. Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf setiap
temuan dari setiap pemeriksaan.
44
c. Tanda ‘X’ harus dicantumkan di garis waktu yang sesuai dengan lajur
besarnya pembukaan serviks.
Gambar.2. Partograf.
45
Kunjungan ANC adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini
mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan
antenatal. Pada setiap kunjungan, petugas mengumpulkan dan menganalisis data
mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk
mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine serta ada tidaknya masalah atau
komplikasi (Saifudin, 2005).
Tujuan Umum
Tujuan ANC adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu
dan anak selama dalam kehamilan, persalinan dan nifas, sehingga didapatkan ibu
dan anak yang sehat (Muchtar, 2005).
Tujuan Khusus
Pendidikan Tinggi
Badan
Pekerjaan
Pertambahan
BB
Sosio
Ekonomi Status Gizi
(IMT)
Faktor Demografi Komplikasi
- Usia Kadar Hb - Perdarahan
- Paritas - Infeksi
- Jarak Kondisi - Eklamsia
Kehamilan Kehamilan - Partus
Lama
- Ruptur
3P Uteri
Power Pengetahuan - DMG
(Kekuatan His)
Pemeriksaan ANC
Passage
(Jalan Lahir) Persalinan
Normal/Tidak
Genetik
Passager/Bayi
- BB Janin
- Letak Janin
- Kelainan
Keterangan : Janin
Variabel yang
tidak diteliti
II.18. HIPOTESIS
Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan hipotesis sebagai berikut :
a. Terdapat hubungan antara status obesitas ibu hamil dengan proses
persalinan di RSIA Budi Kemuliaan.