PENDAHULUAN
2. Batasan Masalah
Banyak faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang. namun
karena keterbatasan sumber daya dari peneliti maka hanya dibatasi pada pengetahuan perawat,
motivasi kerja perawat, beban kerja perawat, dan pelatihan perawat.
2. Rumusan Masalah
Pada penelitian ini dapat di rumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
“Bagaimana kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan
pengetahuan, motivasi kerja, beban kerja, dan pelatihan perawat di Rumah Sakit Umum
Lasinrang Kabupaten Pinrang ?”
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran tentang kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan
di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan
berdasarkan pengetahuan, motivasi kerja, beban kerja, dan pelatihan perawat di
Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Institusi
2. Manfaat Ilmiah
3. Manfaat Praktis
KEPUSTAKAAN
1. Kinerja
2. Tenaga Kesehatan
3. Perawat
4. Asuhan Keperawatan
5. Pengetahuan Perawat
6. Motivasi Perawat
7. Beban Kerja Perawat
8. Pelatihan Perawat
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Observasional dengan menggunakan pendekatan deskriptif
yaitu gambaran tentang kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di ruang
rawat inap.
2. Lokasi Dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di ruang rawat inap RSUD Lasinrang Kabupaten Pinrang.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan bulan Juli – Agustus 2006.
5. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan menggunakan komputer
program Microsoft Excel 2003 dan SPSS for Windows versi 12.0. Adapun langkah – langkah
pengolahan data dilakukan sebagai berikut :
1. Tahap editing dilakukan dengan tujuan agar data yang diperoleh merupakan
informasi yang benar. Pada tahap ini dilakukan dengan memperhatikan
kelengkapan jawaban dan jelas tidaknya jawabannya.
2. Pengkodean dimaksudkan untuk menyingkat data yang diperoleh agar
memudahkan mengolah dan manganalisis data dengan memberikan kode –
kode dalam bentuk angka.
3. Pembuatan/pemindahan hasil koding kuesioner ke daftar koding (master
tabel)
4. Tabulasi. Pada tahap ini data yang sudah diolah dengan komputer disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabel silang.
2. Penyajian Data
Data yang telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan
tabel silang antara variabel penelitian disertai penjelasan.
1. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
1. Kelompok umur
Responden tertinggi berada pada kelompok umur antara 25 – 29 tahun sebanyak
37 (42,0%) dan terendah pada kelompok umur antara 35 – 39 tahun sebanyak 4
responden (4,5%).
2. Jenis kelamin
Sebagian besar responden penelitian yang melaksanakan asuhan keperawatan
rawat inap adalah perempuan sebanyak 63 (71,6%).
3. Pendidikan
Sebagian besar responden telah menamatkan pendidikan sampai kejenjang strata
1 (S1) sebanyak 48 responden (54,5%).
2. Variabel penelitian
1. Pengetahuan
Sebagian besar responden dengan penilaian pengetahuan pada kategori cukup
sebanyak 62 (70,5%).
2. Motivasi
Sebagian besar responden menyatakan pemberian motivasi kerja berada pada
kategori kurang sebanyak 47 (53,4%)
3. Beban kerja
Sebagian besar responden menyatakan beban kerja yang dimiliki berada pada
kategori cukup sebanyak 46 (52,3%).
4. Pelatihan
Sebagian besar responden menyatakan pelatihan yang dilaksanakan di rumah
sakit berada pada kategori cukup sebanyak 46 (52,3%
5. Kinerja
Sebagian besar responden memiliki kinerja pada kategori cukup sebanyak 57
(64,8%).
3. Distribusi Antar Variabel Penelitian
1. Distribusi Pengetahuan Terhadap Kinerja
Responden dengan pengetahuan cukup sebagian besar terdistribusi pada kinerja
cukup sebanyak 47 (82,5%) sedangkan responden dengan pengetahuan kurang sebagian
besar terdistribusi pada kinerja kurang sebanyak 16 responden (51,6%).
2. Distribusi Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Responden dengan motivasi kerja cukup sebagian besar terdistribusi pada kinerja
cukup sebanyak 31 responden (54,4%) sedangkan responden dengan pengetahuan
kurang sebagian besar terdistribusi pada kinerja cukup sebanyak 26 responden (67,7%).
3. Distribusi Beban Kerja Terhadap Kinerja
Responden dengan beban kerja cukup sebagian besar memiliki kinerja yang cukup
sebanyak 34 (59,6%) sedangkan responden dengan beban kerja kurang sebagian besar
terdistribisi pada kinerja cukup sebanyak 23 responden (40,4%).
4. Distribusi Pelatihan Terhadap Kinerja
Responden dengan pelatihan cukup sebagian besar terdistribusi pada kinerja
cukup sebanyak 39 (68,4%) sedangkan responden dengan pelatihan kurang sebagian
besar terdistribusi pada kinerja kurang sebanyak 24 responden (77,4%).
2. Pembahasan
Berdasarkan penyajian hasil pengolahan data penelitian di atas maka dapat dibahas
berdasarkan variabel penelitian sebagai berikut.
1. Kinerja
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah memiliki kinerja
pada kategori cukup (64,8%) yang memberikan gambaran tentang kemampuan tenaga
perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan secara maksimal kepada pasien dan
keluarganya.
Kinerja pada kategori cukup pada penelitian ini dikategorikan dari kemampuan yang
dimiliki oleh tenaga perawat dalam melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pasien yang
ditinjau dari aspek pengetahuan perawat atas pelaksanaan asuhan keperawatan,
melaksanakan dan mengikuti pelatihan terutama pelatihan bidang keperawatan, memiliki
semangat kerja yang tinggi karena adanya motivasi kerja baik dari dalam diri sendiri tenaga
perawat maupun dari luar dalam konteks kerumahsakitan dan adanya beban kerja yang
dapat dilaksanakan oleh perawat seperti pemberian tugas tambahan namun perawat masih
memiliki kemampuan yang maksimal untuk tetap melaksanakan tugas tambahan tersebut.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa masih terdapat responden dengan (tenaga
perawat) pada kategori kurang (35,2%). Angka ini dapat dikatakan kecil namun dapat
menjadi penghambat terhadap penciptaan pelayanan keperawatan di rumah sakit yang
syarat akan kualitas dan kepuasan pasien dan keluarganya.
Kinerja kurang juga dapat disebabkan karena adanya unsur dari luar diri tenaga
perawat yang mempengaruhi psikologis sehingga menurunkan semangat kerja dalam rangka
pemenuhan pelayanan keperawatan di rumah sakit. Aspek yang berasal dari luar ini
mencakup hubungan interpersonal dengan teman sejawat di tempat kerja, adanya konflik
internal keorganisasiaan rumah sakit, kurangnya aspek motorik dari rumah sakit dalam
rangka pemberian motivasi kepada tenaga perawat sehingga dapat melaksanakan tindakan
asuhan keperawatan yang lebih berkualitas dan menjawab tuntutan masyarakat akan
kebutuhan pelayanan.
2. Pengetahuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden perawat telah
memiliki pengetahuan pada kategori cukup (52,3%). Pengetahuan cukup mencakup adanya
kemampuan daya nalar dari tenaga perawat dalam mendeskripsikan fungsi dan peran
perawat dalam berbagai kegiatan di rumah sakit.
Pengetahuan kategori cukup pada penelitian ini dimaksudkan adalah pengetahuan
tentang tujuan penyelenggaraan asuhan keperawatan, langkah-langkah penyusunan asuhan
keperawatan, pengkajian data dan perencanaan asuhan keperawatan, upaya pengumpulan
data, pengetahuan tentang diagnosa keperawatan dan keperawatan komunitas. Berdasarkan
hasil penentuan skor pilihan jawaban dari masing-masing pertanyaan menunjukkan bahwa
responden dengan menjawab beberapa aspek penilaian pada skor 3 dan 4 menjadi acuan
bahwa pengetahuan yang dimiliki pada kategori cukup sedangkan responden dengan skor 1
dan 2 merupakan pengetahuan pada kategori kurang.
Hasil penelitian menunjukkan pencapaian perawat dalam menjawab beberapa aspek
penilaian pengetahuan pada kategori cukup untuk skor 3 dan 4 yaitu tujuan asuhan
keperawatan (55,7 dan 37,5%), langkah-langkah pembuatan asuhan keperawatan (3,4 dan
48,9%), pengkajian dan perencanaan askep (36,4 dan 44,3%), dan pengumpulan data (25,0
dan 35,2%), tujuan diagnosa keperawatan (26,1 dan 39,8%), langkah-langkah diagnosa
keperawatan (17,0 dan 45,5%). Beberapa aspek penilaian pengetahuan perawat di atas
memberikan gambaran bahwa pengetahuan perawat sudah dapat dikatakan cukup dengan
angka pencapian 50 % melebihi angka pencapaian skor rendah namun jika ditinjau lebih
lanjut bahwa angka ini masih relatif kecil mengingat kebutuhan pelayanan berkualitas yang
semakin dimengerti dan dipahami masyarakat sehingga peningkatan pengetahuan dalam
rangka menunjang pelayanan kesehatan rumah sakit yang berkualitas dan memenuhi
kepuasan konsumen yakni pasien dan keluarganya.
Pengetahuan tenaga perawat menyangkut tentang aspek yang berhubungan dengan
bidang keperawatan dan dapat mendukung pelaksanaan asuhan keperawatan pada proses
keperawatan yang dijalankan dalam rangka pemberian pelayanan yang berkualitas kepada
pasien. Kurangnya pengetahuan perawat dapat mempengaruhi kinerja dalam melaksanakan
asuhan keperawatan pada pelayanan kesehatan mengingat aspek pengetahuan ini
merupakan pondasi dasar untuk terselenggaranya suatu tindakan keperawatan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan pengetahuan kurang juga
memiliki kinerja yang kurang (51,6%) sedangkan responden dengan pengetahuan cukup
sebagian besar terdistribusi pada kinerja cukup (82,5%) yang memberi interpretasi bahwa
pengetahuan mempengaruhi kinerja dalam hal in yang berhubungan dengan kualitas kerja
tenaga perawat dalam melaksanakan dan menyelenggarakan asuhan keperawatan kepada
pasien dan keluarganya.
3. Motivasi Kerja
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan perawat menyatakan bahwa
motivasi kerja yang diperoleh berada pada kategori kurang (53,4%) yang memberi
interpretasi bahwa tugas dan tanggung jawab keprofesian perawat dapat dikatakan kurang
pula mengingat motivasi merupakan upaya peningkatan semangat kerja dari tenaga kerja
termasuk perawat di rumah sakit.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa masih terdapat responden yang
menyatakan bahwa pembagian kerja tersebut berada pada kategori kurang sesuai (12,5%).
Meskipun angka ini relatif kecil namun memberi interpretasi tentang masih terdapatnya
kerancuan dalam hal pelaksanaan pembagian kerja tenaga perawat di rumah sakit. Hal ini
biasanya berhubungan dengan aspek kepentingan yang tentunya kurang menjadi tanggapan
dalam hal penyusunan tenaga perawat berdasarkan jenis dan tanggung jawab kerja yang
akan dilaksanakan dala suatu aktivitas perencanaan kerja rumah sakit.
Motivasi kerja bagi tenaga perawat merupakan aspek yang dapat mempengaruhi
kemampuan dan kualitas kerja yang akan dilaksanakan dan diterima oleh pasien di rumah
sakit dimana hal ini berhubungan dengan kinerja yang dimiliki tenaga perawat. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perawat dengan motivasi kerja kurang sebagian besar
terdistribusi pada kinerj cukup (45,6%) yang memberi interpretasi bahwa meskipun angka
pencapaiannya rendah namun dapat diasumsikan bahwa masih terdapat perawat yang tidak
terlalu mengharapkan adanya imbalan sebagai bentuk motivasi dalam pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab keprofesiannya. Sedangkan perawat yang menyatakan telah memperoleh
motivasi kerja pada kategori cukup sebagian besar terdistribusi pada kinerja cukup (54,4%)
dimana angka pencapain ini dapat dikatakan relatif tinggi sehingga memberi interpretasi
bahwa pemberian motivasi dapat meningkatkan kualitas kerja yang dilaksanakan perawat
dalam rangka penyelenggaraan asuhan keperawatan dengan hasil yang maksimal dan
memuaskan kebutuhan pasien dan keluarganya.
Interpretasi lain yang dapat ditarik berdasarkan peningkatan kinerja dengan motivasi
cukup adalah bahwa terdapat perawat yang telah lama mengharapkan adanya motivator
yang dapat memenuhi kebutuhannya sehingga memberi semangat dalam melaksanakan
aktivitas kerja di rumah sakit.
4. Pelatihan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan perawat telah memperoleh
pelatihan pada kategori cukup (52,3%) yang memberi intrpretasi tentang pengembangan
kemampuan dan kompetensi bagi perawat di rumah sakit telah dilaksanakan dalam upaya
peningkatan kemampuan kerja tenaga perawat dalam memberikan pelayanan di rumah sakit
yang tidak hanya mencakup keprofesiannya saja namun juga beberapa jenis pekerjaan
lainnya diluar bidang keprofesiannya.
Angka pencapaian pelatihan pada tenaga perawat di rumah sakit jika ditinjau secara
mendalam memberi interpretasi bahwa upaya pengembangan kemampuan dan keterampilan
kerja masih dapat dikatakan rendah mengingat masih banyak tenaga perawat yang
menyatakan belum memperoleh pelatihan atau sudah dapat namun pelatihan tersebut tidak
sesuai dengan kebutuhan kerja dalam artian pelatihan pada kategori kurang (47,7%).
Pelatihan pada kategori kurang berdasarkan aspek penilaian pelatihan dari hasil
pengumpulan data menunjukkan bahwa masih terdapat perawat yang telah mengikuti
pelatihan namun tidak memberikan perubahan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
(38,6% dan 9,1%) yang memberi interpretasi bahwa pelatihan tersebut memuat materi yang
sifatnya belum menunjukkan perkembangan keilmuan kekinian dan belum menjawab
tuntutan kebutuhan pelaksanaan asuhan keperawatan yang lebih kompleks.
Pelatihan sebagai bentuk pengembangan kemampuan dan keterampilan tenaga
perawat tentunya akan memberi pengaruh terhadap peingkatan kualitas kerja dimana dari
hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat dengan pelatihan kategori kurang sebagian
besar terdistribusi pada kinerja kategori kurang (77,4%) dan perawat yang telah memperoleh
pelatihan pada kategori cukup sebagian besar terdistribusi pada kinerja cukup (68,4%) yang
memberi interpretasi bahwa pelatihan yang diselenggarakan kepada perawat memberi
pengaruh terhadap kualitas kerja dalam memberikan pelayanan keperawatan di rumah sakit.
5. Beban Kerja
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan responden menyatakan bahwa
beban kerja yang dimiliki sudah berada pada kategori cukup (52,3%) yang memberi
interpretasi akan kesesuaian terhadap jenis kerja dan tanggung jawab yang diemban dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan di rumah sakit.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat responden yang menyatakan
bahwa beban kerja yang dimiliki masih kurang (47,7%) yang memberi interpretasi akan
ketidak sesuai antara kemampuan yang dimiliki dengan tanggung jawab kerja yang
dilaksanakan. Hasil ini juga memberi interpretasi akan kekurangpercayaan pihak manjerial
(pimpinan) dalam pelimpahan wewenang dan tanggung jawab kepada perawat untuk
melaksanakan berbagai kegiatan kerja di rumah sakit yang tidak hanya dengan pelaksanaan
asuhan keperawatan saja namun juga berbagai aktifitas kerja lainnya.
Aspek penilian beban kerja pada penelitian dengan memperhitungkan adanya
pekerjaan tambahan yang diberikan secara langsung dari pimpinan, adanya tambahan
pekerjaan diluar pekerjaan pokok, kesesuaian kemampuan terhadap pelaksanaan kerja,
kesesuaian jenis pekerjaan dengan keprofesian dan adanya tugas tambahan dari pimpinan.
Beban kerja yang dimiliki oleh setiap karyawan begitu pula pada perawat di rumah
sakit dapat memberi pengaruh terhadap kemampuan kerja yang dilaksanakan dimana hal ini
berhubungan dengan maksimalisasi hasil kerja demi memberikan kepuasan dan kualitas
pelayanan keperawatan di rumah sakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat dengan
beban kerja cukup sebagian besar terdistribusi pada kinerja yang cukup pula (59,6%) yang
memberi gambaran bahwa beban kerja yang cukup akan mempengaruhi peningkatan kualitas
kerja yang dimiliki oleh perawat. Sedangkan pada perawat dengan beban kerja kurang
sebagian besar terdistribusi pada kinerja kurang (61,3%) yang memberi informasi akan
tingkat beban kerja yang kurang sesuai atau berlebih dapat menurunkan kemampuan kerja
ditambah lagi dengan kurangnya pemberian insentif sehingga mempertinggi pencapaian
kualitas kerja yang rendah.
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data penelitian yang telah disajikan dan dibahas di atas
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Kinerja perawat pada kategori cukup berdasarkan pengetahuan berada pada kategori cukup
(82,5%) dan pada kategori kurang (17,5%) sedangkan kinerja kurang berada pada kategori
cukup (48,4%) dan kategori kurang (51,6%)
2. Kinerja perawat pada kategori cukup berdasarkan motivasi kerja berada pada kategori cukup
(54,4%) dan pada kategori kurang (45,6%) sedangkan kinerja kurang berada pada kategori
cukup (32,3%) dan kategori kurang (67,7%)
3. Kinerja perawat pada kategori cukup berdasarkan pelatihan berada pada kategori cukup
(68,4%) dan pada kategori kurang (31,6%) sedangkan kinerja kurang berada pada kategori
cukup (22,6%) dan kategori kurang (77,4%)
4. Kinerja perawat pada kategori cukup berdasarkan beban kerja berada pada kategori cukup
(59,6%) dan pada kategori kurang (40,4%) sedangkan kinerja kurang berada pada kategori
cukup (38,7%) dan kategori kurang (61,3%)
2. Saran
Saran yang diajukan pada penelitian berdasarkan hasil, pembahasan dan kesimpulan
adalah sebagai berikut :
1. Dalam rangka penciptaan kualitas kerja yang maksimal sebagai wujud penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang berkualitas ditinjau dari aspek pelaksanaan asuhan keperawatan
di rumah sakit maka pengembangan pengetahuan pada perawat harus dilaksanakan melalui
pengembangan pendidikan dan atau penyelenggaraan pelatihan didunia kerja
2. Pihak manajerial rumah sakit harus tetap memperhatikan perawat dengan motivasi kurang
namun masih memiliki kesadaran untuk tetap melaksanakan aktivitas kerja dengan maksimal
dengan memberikan motivasi yang cukup pula sehingga lebih memaksimalkan hasil kerja
yang dicapai rumah sakit.
3. Pemberian beban kerja tambahan kepada perawat harus disesuaikan dengan kemampuan
dan kapabilitas dari masing-masing tenaga perawat sehingga dapat melaksanakan aktivitas
kerja dengan hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Achir Yani, Nilai-Nilai Profesionalisme Dalam Praktek Keperawatan , Makalah Seminar Loka
Karya Praktek Keperawatan Profesionalisme, FIK, Universitas Indonesia, Jakarta, 1998.
Aditama, Chandra Yoga, Manajemen Administrasi Rumah Sakit, Universitas Indonesia Press,
Jakarta, 2000.
Azrul Azwar,Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga, Penerbit Binarupa Aksara, Jakrta,
1996
Depkes RI, Konsep dan Mutu Manajemen Rumah Sakit, Jakarta, 1990.
Direktorat Kesehatan Jiwa, Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa, Penerbit Rumah
Sakit Jiwa Makassar, 1996.
Eapluyito, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi Kedua, Penerbit Kedokteran
EEG, Jakarta, 1987.
Jacobus, Manajemen dan Keperawatan, Edisi Ketiga, Penerbit Binarupa, Jakarta, 2001.
Marilyn E. Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, edisi ketiga, Penerbit buku Kedokteran EGC,
Jakarta, 2000
Nasrul Efendy, Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta,
1997
Noer Bahry Noor, Motivasi Kerja Dalam Sebuah Organisasi, FKM UNHAS, Makassar, 1995.
Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Ilmu Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi
Pertama : Salemba Medika, Jakarta
Prasetya Irawan, Manajemen Sumber Daya Manusia, STIA LAN PRESS, Jakarta, 1997
Sastrohadiwiryo, Siswanto, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta, 2003.
Savitri, T., Modul Penilaian Kinerja Sianber Daya Manusia Organisasi Pelayanan
Kesehatan, Yogyakarta, PPS UGM, 1997.
Soekidjo Notoatmodjo, Metodologi Penelitian Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 1997.
Sondang, P. Siagian, Teori dan Praktek Kepemimpinan, Rineka Cipta, Jakarta, 1994.
Sugiono, Metode Penelitian Administrasi, CV Alfabeta, Bandung, 2000.
Wijono. Djoko, Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Vol. 1. Airlangga University Press,
Surabaya, 1999.
Yasir, Ilyas, Kinerja (Teori, Penilaian dan Penelitian), Cetakan I, Jakarta, 1999.