Anda di halaman 1dari 49

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT TERHADAP TINGKAT


KEPUASAN PASIEN PADA PELAYANAN RAWAT INAP DI RS
PINNA BEKASI

DISUSUN OLEH

DESI WULANDARI

NPM 15.156.01.007

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA

BEKASI

2019
1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atau

segala rahmat dam bimbingna-NYA yang telah diberikan kepada penulis, baik

berupa kesehatan fisik dan mental sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal

Penelitian dengan judul “Hubungan Kinerja Perawat Terhadap Kepuasan Pasien

Pada Pelayanan Rawat Inap Di Rs Pinna Bekasi”.

Proposal ini meruoakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar

sarjana keperawatan (S.Kep) pada program S1 Ilmu Keperawatan STIKes Medistra

Indonesia.

Selama penyusun Proposal Penelitian ini, penulis banyak mendapat

bimbingan, bantuan dan arahan yang sangat bermakna dari berbagai pihak, untuk

bimnimngan, bantuan dan arahan yang sangat bermakna dari berbagai pihak, untuk

itu dengan segala hormat dan kerendahan hati penulis, menyampaikan penghargaan

dan terimakasih kepada :

1. Rotua Suryani, M. Kes

2. Orang tua tercinta beserta kakak-kakak, terimkasih atas dukungan dan

doanya.

Serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian Proposal Penelitian

ini. Mohon maaf atas segala kesalahan dan ketidaksopanan yang mungkin telah saya

2
perbuat. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memudahkan setiap-setiap

langkah kita menujuk kebaikan dan selalu menganugerahkan kasih saying-Nya

untuk kita semua Amin.

Bekasi, 15 April 2019

Penulis

Desi Wulandari

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 1

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang 7


1.2 Rumus masalah 13
1.3 Tujuan penelitian 13
1.3.1 Tujuan umum 13
1.3.2 Tujuan khusus 13
1.4 Manfaat penelitian 14
1.4.1 secara teoritis 14
1.4.2 secara praktis 14
1.5 keaslisan penelitian 15

BAB 2 TIJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan teori 16

2.1.1 Konsep teori 16

2.1.2 Kinerja perawat 19

2.1.3 Kepuasan perawat 23

2.1.4 Rumah sakit 29

2.1.5 Pelayanan kesehatan rawat inap 33

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS


4
3.1 Kerangka konsep 37

3.2 Hipotesis 37

3.2.1 Hipotesis Null (Ho) 37

3.2.2 Hipotesis Alternatif (Ha) 37

BAB IV METODELOGI PENELITIAN

4.1 Desain 39

4.2 Populasi dan Sampel 39

4.2.1 Populasi 39

4.2.2 Sampel Penelitian 40

4.3 Teknik Sampling 40

4.3.1 Kriteria Inklusi 40

4.3.2 Kriteria Eksklusi 40

4.4 Variabel Penelitian 41

4.4.1 Variabel Independen (Bebas) 41

4.4.2 Variabel Dependen (Terikat) 41

4.5 Definisi Operasional 41

4.6 Tempat Penelitian 43

4.7 Waktu Penelitian 43

4.8 Instrumen Penelitian 43

4.9 Uji Validitas dan Reabilitas 43

4.10 Prosedur Pengumpulan Data 44

5
4.11 Pengelolaan Data dan Analisa Data 45

4.11.1 Pengelolaan Data 45

4.11.2 Analisa Data 46

4.12 Etika Penelitian 47

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

6
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan

bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan

yang berbentuk pelayanan bio, psiko, sosial, dan spiritual yang komprehensif

ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang

mencakup seluruh proses kehidupan manusia (Asmuji, 2012). Seiring dengan

perkembangan keperawatan, keilmuan dalam praktik keperawatan pun turut

berkembang yang membawa dampak besar bagi profesi keperawatan, adanya

tuntutan masyarakat atas pelayanan keperawatan yang semakin meningkat membuat

perawat yang mempunyai kontribusi yang sangat besar dalam memberikan

pelayanan keparawatan harus mampu mempunyai andil dan tanggung jawab besar

dalam memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai keinginan pelanggan

sehingga menjamin kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan. Jaminan atas

pelayanan yang diberikan oleh pegawai sangat ditentukan oleh performa atau

kinerja pelayanan yang andal, mandiri dan profesional yang berdampak pada

kepuasan pelayanan yang diterima. Kinerja perawat saat ini dapat dilihat dari mutu

asuhan keperawatannya. Asuhan keperawatan yang bermutu adalah pelayanan

keperawatan yang dapat memuaskan pasien (Asmuji, 2012 dalam Tina Krisnawati,

Ngesti W. Utami, Lasri, 2017 )

7
Menurut Septiadi, 2008 dalam Rosmilawati, dkk, mengatakan bahwa data dari

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Wilayah Asia Tenggara pada tahun 2010

menunjukkan bahwa sekitar 35% pengguna jasa pelayanan kesehatan merasa puas

terhadap pelayanan yang diberikan dan sekitar 55% menyatakan tidak puas.

Penelitian Wirawan tentang tingkat kepuasan pasien rawat inap terhadap asuhan

keperawatan disebuah rumah sakit di Jawa Timur, diperoleh informasi bahwa hanya

17% dari semua pasien rawat inap mengatakan puas terhadap pelayanan yang

diterima sedangkan 85% mengatakan tidak puas (Susanti, 2005 dalam Khsmida,

2015).

Kinerja merupakan suatu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai

oleh seorang perawat dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab

yang telah diberikan. Kinerja dapat dilihat atau diukur dengan menggunakan

penilaian kinerja. Penilaian kinerja adalah sebagai alat yang dapat digunakan secara

efektif untuk mengetahui kualitas dan kuantitas seorang perawat dalam memberikan

pelayanan asuhan keperawatan. Perawat dapat menggunakan proses operasional

kinerja untuk mengatur arah kerja dalam memilih, melatih, membimbing

perencanaan, serta memberi penghargaan kepada perawat yang berkompeten,

karena kinerja perawat yang kompeten dapat memenuhi tingkat kepuasan pasien

(Khsmida, 2015).

Perawat dituntut untuk selalu melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar

atau rasional dan baik atau etis. Standar praktik keperawatan merupakan penegasan

tentang mutu pekerjaan seorang perawat yang dianggap baik, tepat dan benar yang
8
dirumuskan sebagai pedoman pemberian asuhan keperawatan serta merupakan tolak

ukur dalam penilaian penampilan kerja seorang perawat (Nursalam, 2007). Dengan

semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan

tuntutan perkembangan IPTEK, maka metode sistem pemberian asuhan

keperawatan harus efektif dan efisien (Nursalam, 2013 dalam Tina Krisnawati,

Ngesti W. Utami, Lasri, 2017).

kinerja keperawatan mencerminkan kemampuan perawat untuk

mengimplementasikan proses keperawatan (ilyas, 2002). kinerja keperawatan

didasarkan ataupedoman dan standar yang menjadadi acuan dalam pelayanan

keperawatan. persatuan perawat nasional indonesia (PPNI. 2010) mensahkan

mensahkan standar profesi keperawatan sebagaimana tercantum dalam undang –

undang nomor 36 tahun 2009 yang terdiri dan standar kompetesi dan standar praktik

keperawatan.

kinerja keperawatan yang baik merupakan jaminan kualitas pelayanan

kesehatan yang diberikan terhadap pasien yang baik yang sakit maupun sehat

(Mulyono dkk, 2013). Melalui kinerja keperawatan diharapkan dapat menunjukkan

kontribusi profesinalnya secara nyata dalam meningkatkan mutu pelayanan

keperawatan, yang berdampak pada pelayanan kesehatan, dan dampak akhir pada

kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat (Usmara, 2003).kinerja perawat diukur

dari pelayanan yang diberikan kepada pasien sehingga pasien merasakan puas atau

tidak puas (Kurniadi, 2013).

9
kinerja perawat baik kepada pasien, maka pasien akan merasa senang dan ingin

kembali lagi serta dapat merekomendasikan ke keluarga atau temannya (Nasution,

2010). kepuasan pasien dapat dipengaruhi oleh fakto kenyataan yang diterima saat

mendapatkan pelayanan keperawatan dan harapan pasien atas pelayanan yang akan

diberikan (Nursalam, 2013). kepuasan merupakan perasaan senang seseorang yang

bersal dari perbandingan antara senengan terhadap aktivitas dan suatu produk

dengan harapannya (Nursalam, 2013).

pasien akan merasa puas terhadap pelayanan keperawatan apabila petugas

kesehatan perawat memiliki minat terhadap orang lain, menerima pasien tanpa

membedakan individu yang dilayani. perawat juga harus bersikap sabar, murah hati,

bersedia memberikan bantuan kepada pasien dengan sukarela serta mampu

berkomunikasi, bekerjasama dan bertanggung jawab dalam tugas dan tepat dalam

bertindak (Nursalam, 2013). Kepuasan pasien merupakan nilai subyektif terhadap

kualitas pelayanan yang diberikan walaupun subyektif tetap ada dasar objektifnya,

artinya walaupun penilaian itu dilandasi oleh hal : pengalaman masa lalu pasien ,

pendidikan pasien, situasi psikhis waktu itu dan pengaruh lingkungan waktu itu

(Dr.dr.H. Boy S. Sabarguna, MARS, 2008:12).

Kepuasan pasien pada dasarnya memuaskan pasien dengan harapan dan

memahami kebutuhan pasien. Pasien lama yang berkunjung kembali ke rumah sakit

dapat mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan (Raheem, et al, 2014:1). Pasien

dikatakan puas jika pelayanan yang diterima oleh pasien sesuai dengan harapan

pasien atau melampaui harapan yang pasien inginkan dan jika pelayanan yang
10
diterima oleh pasien tidak sesuai harapan maka sebaliknya pasien tidak puas (Ehsan,

et al, 2014 : 2).

Kepuasan pasien memiliki hubungan yang erat dengan kinerja perawat yang

memberikan pelayanan kepada pasien. Pada kenyataannya Puskesmas Kartasura

dalam hal memberikan pelayanan masih mempunyai beberapa kekurangan,

diantaranya kekurangan petugas kesehatan. Perawat yang bertugas di unit rawat

inap Puskesmas Kartasura hanya 11 orang dengan jumlah pasien rawat inap rata-

rata per bulan adalah 37 orang dengan kapasitas tempat tidur berjumlah 15 buah

(Unit Tata Usaha Puskesmas Kartasura, 2013).

Menurut Nursalam (2013) terdapat 5 indikator kepuasan pasien dan dijadikan

indikator dalam penelitian ini yaitu kenyataan (tangibles) berupa penampilan

fasilitas fisik, keandalan (reliability) berupa kemampuan perawat dalam menangani

masalah dengan cepat, tanggung jawab (responsiveness) berupa kesediaan perawat

dalam membantu pasien saat mengalami kesulitan, jaminan (assurance) berupa

kemampuan menjawab pertanyaan pasien perihal sakitnya, dan empati (emphaty)

berupa perhatian kepada semua pasien. Kambong dkk (2013) menjelaskan

ketidakpuasan pasien timbul karena terjadinya kesenjangan antara harapan pasien

dengan kinerja layanan kesehatan yang dirasakannya sewaktu menggunakan

layanan kesehatan. Hasil penelitian yang dilakukan Mulyono, dkk (2013) secara

multivariat dengan uji regresi menunjukkan variabel kompetensi, kepuasan kerja,

motivasi, supervisi dan kepemimpinan dengan kinerja perawat secara bersamaan

tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perawat.


11
Hasil penelitian yang dimuat dalam jurnal kesehatan menyatakan dari 30

responden sebanyak 21 responden (70 %) bahwa kinerja perawat dalam kategori

kurang atau rendah dan sebanyak 21 responden (70 %) bahwa pasien merasa tidak

puas terhadap pelayanan di rumah sakit, dan sebanyak 18 reponden (60 %) pasien

merasa tidak puas terhadap kinerja perawat. Hal ini dikarenakan perawat RSUD

Syech Yusuf hanya mendapatkan pelatihan kegawatdaruratan, sehingga perlunya

diberikan pelatihan yang lain untuk peningkatan kinerja perawat (Hafid, 2014).

Jumlah pasien rawat inap dari tiga bangsal mengalami penurunan yaitu pada bulan

Maret 2016 jumlah pasien sebanyak 102 pasien, pada bulan April 2016 sebanyak 95

pasien sedangkan pada bulan Mei 60 pasien. haswil wawancara pada 11 pasien,

yang berkaitan dengan kepuasan, didapatkan beberapa inforasi dari 11 pasien dan

atau keluarga pasien berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang diterimanya

selama perawatan di Rumah Sakit TK. III 04.06.03 Dr. Soetarto Yogyakarta 4

pasien mengatakan sudah puas dengan pelayanan yang diberikan.

Sedangkan Sejumlah 7 pasien mengatakan belum puas sepenuhnya dengan

pelayanan kesehatan yang diterimanya selama di rawat di Rumah Sakit. pasien

mengatakan perawat kurang memperhatikan pasien, Masih terdapat petugas

kesehatan yang kurang ramah terhadap pasien, saat diperlukan terkadang perawat

jarang berada di ruang tunggu, sehingga informasi yang diinginkan keluarga pasien

terkesan lama, Selain itu pasien juga mengatakan bahwa perawat lebih tidak peduli

dengan pasien di malam hari, pasien mengatakan perawat jarang mengunjungi

pasien di malam hari hal ini tentunya membuat pasien merasa tidak nyaman (Maria

12
Goreti Luan1, Agus Sarwo Prayogi, Atik Badi’ah, Arita Murwani, 2018). Menurut

uraian latar belakang di atas dan fenomena yang ada peneliti akan melakukan

penelitian tentang “Hubungan antara Kinerja Perawat Dengan Tingkat Kepuasan

Pasien Rawat Inap di Rs Pinna”.

1.2 Rumusan Masalah

Kepuasan pasien dalam nendapatkan pelayanan dapat diperoleh dari kinerja

perawat yang baik. Berdasarkan latar belakang masalah penelitian ingin

mengetahui “Apakah ada hubungan antara kinerja perawat dengan tingkat kepuasan

pasien rawat inap”

1.3 Tujuan Penenlitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan kinerja perawat terhadap tingkat kepuasan pasien pada

pelayanan rawat inap di RS PINNA Bekasi 2019

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran kinerja perawat pada pelayanan rawat inap di RS PINNA

Bekasi 2019

2. Mengetahui tingkat kepuasan pasien pada pelayanan rawat inap di RS PINNA

Bekasi 2019

3. Mengetahui hubungan kinerja perawat terhadap tingkat kepuasan pasien pada

pelayanan rawat inap di RS PINNA Bekasi 2019

13
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Secara Teoritis

a. Manfaat bagi STIKes Medistra Indonesia

Sebagai referensi bagi rekan-rekan mahasiswa STIKes Medistra Indonesia

keperawatan terkait masalah pelayanan kesehatan baik di tingkat puskesmas

maupun rumah sakit. Selain itu hasil penelitian ini secara teoritis akan menambah

pengetahuan bagi rekan-rekan mahasiswa pelayanan, kinerja dan tingkat

kepuasan

b. Manfaat bagi peneliti selanjutnya

Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti dengan metode lain

dan meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien selain kinerja

perawat misalnya pelayanan, loyalitas, dan kepercayaan.

1.4.2 Secara Praktisi

sebagai bahan acuan bagi paraktisi di rs pinna bekasi untuk dijadikan salah satu

intervensi tingkat kinerja perawat dan dapat dijadikan salah satu sebagai standar

operasional prosedur (SOP) untuk meningkatkan kepuasan pasien rawat inap.

14
1.5 Keaslian Penelitian

No Nama Judul penelitian tahun hasil

1. Tina Krisnawati, Hubungan kinerja perawat dengan 2017 terdapat hubungan yang

Ngesti.W,Utami, kepuasan pasien ruang rawat inap di signifikan antara kinerja

Lasri rumah sakit panti waluya malang perawat dengan kepuasan

pasien di Rumah Sakit

Panti Waluya Malang

2. Khasmida Kinerja perawat dalam memberikan 2015 kinerja perawat dalam

asuhan keperawatan berpengaruh memberikan asuhan

terhadap kepuasan pasien rawat inap keperawatan berpengaruh

terhadap kepuasan pasien

rawat inap.

3. Maria Goreti Hubungan Kinerja Perawat dengan 2018 ada hubungan signifikan

Luan1, Agus Kepuasan Pasien di Ruang Rawat antara kinerja perawat

Sarwo Prayogi, Inap RS Tk. III 04.06.03 Dr. dengan kepuasan pasien

Atik Badi’ah, Soetarto Yogyakarta

Arita Murwani,

15
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Konsep Perawat

a. Pengertian Perawat

Izin dan penyelenggaran praktik perawat, definisi adalah seseorang yang

telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri sesuai

dengan peraturan perundang-undang (bedasarkan peraturan menteri kesehatan

republik indonesia No.HK.02.02/MENKES/148/1/2010).

Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan formal dalam bidang

keperawatan dengan program pendidikan yang telah disahkan oleh pemerintahan.

Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan

melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya, yang

diperoleh melalui pendidikan perawatan (Undang- undang Nomor 23 Tahun

1992 tentang kesehatan).

Keperawatan juga dapat dipahami suatu bentuk pelayanan profesional yang

merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu

dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan biopsikososial dan spiritual yang

komprehensif, ditunjukan pada individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit

maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia (“Law of The
16
Republic of indonesia number 38 year 2014 on nursing Act,”). layanan

keperawatan berupa bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan

metal, keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemauan menuju kepada

kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri (Sitorus,

2006)

b. Peran perawat

Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain

terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran perawat

dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar profesi

keperawatan dan bersifat konstan.

Doheny (1982) mengindentifikasi beberapa elemen peran perawat profesional,

meliputi :

1. Care giver, sebagai asuhan keperawatan.

2. Client advocate, sebagai pembela untuk melindungi klien.

3. Counsellor, sebagai pemberi bimbingan/ konseling klien.

4. Educator, sebagai pendidik klien.

5. Collaborator, sebagai koordinator agar dapat memanfaatkan sumber-

sumber dan potensi klien.

6. Change agent, sebagai pembaru yang selalu dituntut untuk mengadakan

perubahan-perubahan.

17
7. Consultant, sebagai sumber informasi yang dapat membantu

memecahkan masalah klien.

c. Fungsi perawat

Fungsi adalah suatu pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan perannya,

fungsi dapat berubah dari suatu keadaan ke keadaan yang lain. Ruang lingkup

keperawatan semakin berkembang dengan fokus manusia tetap sebagai sentral

pelayanan keperawatan. Bentuk asuhan yang menyeluruh dan utuh, dilandasi

keyakinan tentang manusia sebagai makhluk bio-psiko-sosio-spritual yang unik

dan utuh.

Ilmu keperawatan memfokuskan pada fenomena khusu dengan

menggunakan cara khusus dalam memberi landasan teori dari fenomena

keperawatan yang terindentifikasi. Dengan demikian, perawat bertanggung jawab

dan bertanggung gugat terhadap hal-hal yang dilakukannya dalam praktik

keperawatan. Dalam hal ini praktik keperawatan harus berlandaskan prinsip

ilmiah dan kemanusiaan serta berilmu pengetahuan dan terampil melaksanakan

pelayanan keperawatan dan bersedia dievaluasi. Inilah ciri-ciri yang menunjukan

profesionalisme perawat yang sangat viral bagi pelaksanakaan fungsi

keperawatan mandiri, ketergantungan dan kolaboratif (Kozier,1991).

18
2.1.2 Kinerja Perawat

1. Pengertian kinerja perawat

Kinerja perawat adalah aktivitas perawat dalam mengimplementasikan

sebaik-baiknya suatu wewenang, tugas dan tanggung jawabnya dalam rangka

pencapaian tujuan tugas pokok profesi dan terwujudnya tujuan dan sasaran unit

organisasi. Ukuran pengawasan yang digunakan oleh manajer perawat guna

mencapai hasil organisasi adalah sistem penilaian pelaksanaan kerja perawat.

Melalui evaluasi reguler dari setiap pelaksanaan kerja pegawai, manajer harus

dapat mencapai beberapa tujuan. Hal ini berguna untuk membantu kepuasaan

perawat dan untuk memperbaiki pelaksanaan kerja mereka, memberitahu perawat

bahwa kerja mereka kurang memuaskan serta mempromosikan jabatan dan

kenaikan gaji, mengenal pegawai yang memenuhi syarat penugasan khusus,

memperbaiki komunikasi antara atasan dan bawahan serta menentukan pelatihan

dasar untuk pelatihan karyawan yang memerlukan bimbingan khusus. (Depkes.

RI, 2002).

2. Penilaian kinerja perawat dapat dilakukan berdasarkan tanggung jawab terhadap

keperawatan sesuai dengan standar proses keperawatan (Kurniadi, 2013). Proses

keperawatan meliputi lima langkah, yaitu :

1) Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal untuk mendapatkan informasi kesehatan

pasien dan menentukan masalah kesehatannya. Tahap pengkajian antara

19
lain mengumpulkan data (objektif dan subjektif), membuat analisis data

dan merumuskan diagnosa keperawatan. Aspek-aspek pengkajian

diantaranya pemeriksaan fisik, status psikososial-spiritual, dan pola hidup

sehat (Kurniadi, 2013).

2) Diagnosis

Diagnosa keperawatan merupakan penyataan jelas, singkat dan pasti

tentang masalah pasien serta pengembangan yang dapat dipecahkan atau

diubah melalui keperawatan. Perawat harus mampu menganalisa data hasil

kajian dengan faktor penyebab dari suatu diagnosa ataupun isu-isu terkait

(Kurniadi, 2013).

3) Perencanaan

Perencanaan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan

dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa

keperawatan yang telah ditentukan dengan terpenuhinya kebutuhan pasien.

Perawat membuat rencana keperawatan memuat tujuan dan kriteria hasil,

mencakup tindakan observasi keperawatan (Kurniadi, 2013).

4) Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan yang telah ditentukan

dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi. Meliputi aspek tindakan

observasi, terapi, dan kolaborasi serta respon pasien terhadap tindakan

keperawatan (Kurniadi, 2013).

5) Evaluasi

20
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang

rencana keperawatan dengan mengumpulkan data perkembangan pasien,

menafsirkan perkembangan, memban- dingkan dengan keadaan sebelum

dan sesudah dilakukan tindakan. Aspek yang harus ada pada tahap ini

adalah diagnosa keperawatan dievaluasi setiap hari sesuai hasil SOAP dan

diagnosa keperawatan yang sudah teratasi terlihat didokumentasi (Kurniadi,

2013).

3. Standart kinerja keperawtan

Standart kinerja keperawatan membandingkan kinerja perawat dengan standart

kinerja yang dikhususkan pada deskripsikerja untuk tujuan evaluasi. Evaluasi

tahunan dari kinerja keperawatan mencerminkan kemampuan perawat untuk

implementasikan keperawatan.

4. Komponen Penting Dalam Kinerja

a. menurut suduman dan widjinarko (2004), ada komponen dalam rencana

kinerja, yaitu sebagai berikut.

1. sasaran

2. program

3. Kegiatan

4. Indikator kinerja kegiatan.

b. Menurut simanjutak (2005), tolok ukur penilaian kinerja dapat dirumuskan

melalui dua pendekatan, yaitu sebagai berikut.

1. Analisi jabatan : hasil kerja, uraian jabatan

21
2. Pendekatan sasaran kinerja : menyusun sasaran utama jabatan, indikator

kunci (IK).

c. Menurut Depkes RI (2006), kinerja mengandung dua komponen penting, yaitu

sebagai berikut .

1. kompetisi

Individu atau organisasi memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi

tingkat kinerjanya.

2. Produktivitas

Kompetisi tersebut dapat diterjemahkan ke dalam tindakan atau kegiatan

yang tepat untuk mencapai hasil kinerja (outcome).

d. Elemen Pokok Pengukuran kinerja menurut Mahsun (2006), antara lain

sebagai berikut.

1. Menetapkan tujuan, sasaran, dan strategi organisasi.

2. Merumuskan indikator dan ukuran kinerja.

3. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran organisasi.

4. Evaluasi kinerja (feedback, penilaian kemajuan organisasi.meningkatkan

kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas).

4. Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

a. Menurut Gibson, cit. Depkes RI (2006), ada tiga yang berpengaruh terhadap

kinerja seseorang, yaitu sebagai berikut.

1. Faktor individu : kemampuan, keterampilan, latar belakang keluarga,

pengalaman, tingkat sosial, dan demografi seseorang.

22
2. Faktor psikologi : persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi, dan

kepuasan kerja.

3. Faktor organisasi : struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan,

dan sistem penghargaan.

b. Menurut Mahmudi (2007), ada lima faktor yang mempengaruhi kinerja, yaitu

sebagai berikut.

1. Faktor personal/individu : pengetahuan, keterampilan (skill), kemapuan,

kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap

individu.

2. Faktor kepemimpinan : kualitas yang dimiliki oleh manejer dan team

leader dalam memberikan dorongan, semangat. arahan, dan dukungan.

3. Faktor tim : kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan

dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan,

dan keeratan anggota tim.

2.1.3 Kepuasan Pasien

1. Pengertian kepuasan

Kepuasan menurut kamus bahasa indonesia adal puas; merasa senang;

perihal (hal yang bersifat puas, kesenangnan, kelegaan, dan sebagainya).

Kepuasaan dapat diartikan sebagai perasaan puas, rasa senang, dan kelegaan

seseorang dikarenakan mengkomsumsi suatu produk atau jasa untuk

mendapatkan pelayanan suatu jasa. Mendefinisikan kepuasan sebagai tingkat

23
perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakannya

dengan harapannya. Tingkat kepuasaan merupakan fungsi dari perbedaan antara

kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja di bawah harapan, maka

pelanggan akan sangat kecewa. Bila kinerja sesuai dengan harapan, maka

pelanggan akan sangat puas. Sedangkan bila kinerja melebihi harapan, pelanggan

25 akan sangat puas. Harapan pelnggan dapat dibentuk oleh pengalaman masa

lampau, komentar dari kerabatnya serta janji dan informasi dari berbagai media.

Pelnggan yang puas akan setia lebih lama, kurang sensitif terhadap harga dan

memberi komentar yang baik tentang perusahaan tersebut (Supranto dalam

Masrati, 2010). Menurut Kottler (1988), kepuasan adalah tingkat kepuasan

seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan

dibandingkan dengan harapannya. Jadi kepuasan atau ketidakpuasan adalah

kesimpulan dari interaksi antara harapan dan pengalaman sesudah memakai jasa

tau pelayanan yang diberikan. (Tjiptono, 1997) mengatakan bahwa upaya untuk

mewujudkan kepuasaan pelanggan total bukanlah hal yang mudah , Mudie dan

Cattom menyatakan bahwa kepuasan pelanggan total tidak mungkin tercapai ,

sekalipun hanya untuk sementara waktu (Triwibowo C, 2012 : 111).

2. Pengertian kepuasan pasien

Memahami kebutuhan dan keinginan konsumen dalam hal ini pasien adalah

hal penting yang mempengaruhi kepuasan pasien. Menurut Kusumapraja (1997)

Kepuasan pasien merupakan evaluasi purna beli ketika alternatif yang dipilih

sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan pasien. Menurut Sabarguna


24
(2004) kepuasan pasien merupakan nilai subyektif terhadap kualitas pelayanan

yang diberikan, namun walaupun penilaian itu dilandasi oleh pengalaman masa

lalu, pendidikan, situasi psikis waktu itu dan pengaruh lingkungan waktu itu,

tetapi tetap akan didasari oleh kebenaran dan kenyataan obyektif yang ada

(Muhamad Resandi, 2016).

Menurut Septiadi, 2008 dalam Rosmilawati, dkk, mengatakan bahwa data

dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Wilayah Asia Tenggara pada

tahun 2010 menunjukkan bahwa sekitar 35% pengguna jasa pelayanan kesehatan

merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan dan sekitar 55% menyatakan

tidak puas. Penelitian Wirawan tentang tingkat kepuasan pasien rawat inap

terhadap asuhan keperawatan disebuah rumah sakit di Jawa Timur, diperoleh

informasi bahwa hanya 17% dari semua pasien rawat inap mengatakan puas

terhadap pelayanan yang diterima sedangkan 85% mengatakan tidak puas

(Susanti, 2005).

3. Penyebab terjadinya ketidakpuasan pasien

Penyebabnya dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain yang berhubungan

dengan kualitas produk dan jasa, harga, emosional, kinerja, estetika, karakteristik

penduduk, pelayanan, lokasi, fasilitas, komunikasi, suasana, desain visual

(Nursalam, 2014). Kepuasan pasien tidak lepas dari kinerja yang dilakukan oleh

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Kinerja perawat terdiri dari

pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana tindakan keperawatan, tindakan

25
keperawatan, evaluasi, dan catatan keperawatan yang dipengaruhi oleh tiga

faktor, yaitu: faktor individu, faktor psikologi, dan faktor organisasi. Faktor

individu meliputi kemampuan dan keahlian, latar belakang, dan demografi

seseorang. Faktor psikologi meliputi persepsi, attitude, personality, pembelajaran,

dan motivasi, sedangkan faktor organisasi mencakup sumber daya,

kepemimpinan, penghargaan, struktur, job disign. Perawat dalam memberikan

asuhan keperawatan hal pertama yang dilakukan adalah pengkajian untuk

memperoleh data sesuai dengan kondisi pasien, selanjutnya perawat dapat

menegakkan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan data yang diperoleh,

dengan diagnosa keperawatan yang muncul akan dibuat rencana tindakan

(khamida, 2015)

Kepuasan atau ketidakpuasan pasien adalah respon pasien terhadap

evaluasi ketidaksesuaian atau diskonfirmasi yang dirasakan antara harapan

sebelumnya dan kinerja aktual jasa setelah pemakaian (Tjiptono, 2007). Ada 6

faktor menyebabkan timbulnya rasa tidak puas terhadap suatu produk, yaitu

(Yazid, 2004):

1) Tidak sesuai harapan dan kenyataan

2) Layanan selama proses menikmati jasa tidak memuaskan

3) Perilaku personel kurang memuaskan

4) Suasana dan kondisi fisik lingkungan yang tidak menunjang

5) Biaya terlalu tinggi, karena jarak terlalu jauh, banyak waktu terbuang dan

harga tidak sesuai


26
6) Promosi/iklan tidak sesuai dengan kenyataan

4. Instrumen kepuasan berdasarkan lima karakteristik (Nursalam, 2013):

1) Kenyataan (Tangible) merupakan wujud langsung yang meliputi fasilitas fisik,

yang mencakup kemutahiran peralatan yang digunakan, kondisi sarana,

kondisi SDM dan keselarasan antara fasilitas fisik dengan jenis jasa yang

diberikan.

2) Keandalan (Reliability), yaitu pelayanan yang disajikan dengan segera dan

memuaskan dan merupakan aspek-aspek keandalan sistem pelayanan yang

diberikan oleh pemberi jasa diantaranya kesesuaian pelaksanaan pelayanan

dengan rencana.

3) Tanggung jawab (Responsiveness) yakni keinginan untuk membantu dan

menyediakan jasa yang dibutuhkan konsumen.

4) Jaminan (Assurance) yaitu adanya jaminan bahwa jasa yang ditawarkan

memberikan jaminan kepastian terhadap tanggung jawab.

5) Empati (Emphaty) yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat

individual atau pribadi yang diberikan kepada para pasien dengan berupaya

memahami keinginan pasien.

5. Menurut Junadi (2007) mengemukakan ada empat aspek yang dapat diukur

sebagai kepuasan pasien yaitu:

1) Kenyamanan, tentang hal yang menyenangkan dalam semua kondisi, lokasi

pelayanan kesehatan, kebersihan, kenyamanan ruangan, makanan dan

27
minuman, peralatan ruangan, tata letak, penerangan, kebersihan WC/kamar

mandi, pembuangan sampah, kesegaran ruangan, dan lain sebagainya.

2) Hubungan pasien dengan perawat, menyangkut keramahan, informasi yang

diberikan, sejauh mana tingkat komunikasi, dukungan, tanggapan

dokter/perawat di ruangan IGD, rawat jalan, rawat inap, farmasi, kemudahan

dokter/perawat dihubungi, keteraturan pemberian makanan, obat, pengukuran

suhu dan lain sebagainya.

3) Kompetensi teknis perawat, mengenai ketrampilan, pengetahuan dan

kualifikasi perawat yang baik seperti kecepatan pelayanan pendaftaran,

ketrampilan dalam penggunaan teknologi, pengalaman perawat, gelar yang

dimiliki, terkenal, keberanian mengambil tindakan, dan sebagainya.

4) Biaya, berkaitan dengan jumlah yang harus diberikan atas pelayanan yang

telah didapatkan, seperti kewajaran biaya, kejelasan komponen biaya, biaya

pelayanan, perbandingan dengan rumah sakit yang sejenis lainnya, tingkat

masyarat yang berobat, ada tidaknya keringanan bagi masyarakat miskin.

6. Satrianegara (2014) dijelaskan faktor yang menentukan puas atau tidaknya

pasien sebagai jasa kesehatan adalah:

1) Faktor karakteristik pasien: meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, sosial

ekonomi, dan diagnosis penyakit

2) Faktor psikososial merupakan faktor perilaku dan sikap dokter, perawat dan

petugas lainnya, meliputi keterampilan perawat, sikap dan perilaku perawat,

28
cara observasi pelaksanaan asuhan keperawatan, dan audit dokumentasi

keperawatan.

3) Pelayanan administrasi meliputi pelayanan saat masuk dan selama dirawat,

pelayanan keuangan, pelayanan makan bagi pasien rawat inap, pelayanan

perawat pada kondisi pasien, pelayanan laboratorium dan penunjang

diagnostik lainnya.

4) Faktor kondisi fisik terdiri dari kebersihan, kenyamanan, keamanan

2.1.4 Rumah sakit

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat (Permenkaes No.147 Tahun 2010).

Rumah sakit menurut Anggaran Dasar Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh

Kesehatan Nasional yang mengemban tugas pelayanan kesehatan untuk seluruh

masyarakat (Iskandar 1998). Rumah sakit yaitu suatu saranan yang merupakan

bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang menjalankan rawat inap, rawat jalan,

dan rehabilitasi berikut segala penunjangnya (Astuti, 2009). Menurut America

Hospital Association dalam aditama (2003), rumah sakit adalah suatu institusi yang

fungsi utamanya adalah memberikan pelayanan kepada pasien . Pelayanan tersebut

merupakan diagnostik dan terapeutik untuk berbagai penyakit dan maslah

kesehatan baik yang bersifat bedah maupun non bedah (Triwibowo,C, 2012 : 31).

1. Tugas dan fungsi rumah sakit

29
Berdasarakan Undang-undang No. 44 Tahun 2009 menyatakan bahwa tugas

rumah sakit adalah memberikan kesehatan perorangan secara paripurna.

Sedangkan fungsi rumah sakit adalah:

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang pairpurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka meningkatkan kemampuan dalam memeberikan pelayanan

kesehatan .

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

Rumah sakit menurut aditama,2000 dalam shobirin,2003 setidaknya memiliki 5

(lima) fungsi sebagai berikut :

a. Menyediakan rawat inapa dengan fasilitas diagnostik dan terapeutiknya.

b. Memiliki pelayanan rawat jalan.

c. Melakukan pendidikan dan pelatihan.

d. Melakukan penelitian dan dibidang kedokteran dan kesehatan.

e. Melaksanakan program pencegahan penyakit dan penyuluhan kesehatan bagi

populasi disekitarnya (Triwibowo C, 2012 : 34).

2. Jenis langkah dan klasifikasi rumah sakit


30
Sesuai dengan perkembangan rumah sakit diindoneia dan perkembangan rumah

sakit secara modern. Pada saat ini rumah sakit dapat dibedakan beberapa macam

atau jenis. Yakni sebagai berikut:

a. Menurut pemilik, ada dua macam yaitu rumah sakit pemerintah dan rumah

sakit swasta Menurut filosofi yang dianut, ada dua macam yaitu rumah sakit

yang tidak mencari keuntungan dan rumah sakit yang mencari keuntungan.

b. Menurut jenis pelayanan yang diselenggarakan, ada dua macam rumah sakit

yaitu rumah sakit umum dan serta rumah sakit khusus.

c. Menurut lokasi rumah sakit dibedakan beberapa macm yaitu rumah sakit

pusat yang lokasinya di ibukota negara, rumah sakit provinsi jika letaknya di

provinsi, rumah sakit kabupaten, jika letaknya dikabupaten atau kotamadya.

d. Menurut manajemen rumah sakit dalam perspektif sejarah ada enam, rumah

sakit milik pemerintah, rumah sakit milik militer, rumah sakit milik yayasan

keagamaan dan yayasan, rumah sakit swasta milik dokter, rumah sakit

swasta milik yang mencari keuntungan dan rumah sakit milik badan usaha

milik negara (Dedi Alamsyah, 2012 :103).

Undang-undang No. 44 Tahun 2009 pasal 24 menyatakan bahwa dalam

penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi rujukan,

rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan berdasarkan fasilitas

dan kemampuan pelayanan rumah sakit. Klasifikasi rumah sakit umum terdiri

atas rumah sakit umum kelas A, rumah sakit umum kelas B, rumah sakit umum

kelas C, rumah sakit umum D. Sedangkan klasifikasi rumah sakit khusus terdiri

31
atas rumah sakit kelas A, rumah sakit kelas B, rumah sakit kelas C ( Cecep

Triwibowo, 2012 : 37).

3. Tanggung jawab hukum rumah sakit

Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang

ditimbulkan atau kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit.

Menurut UU No. 44 Tahun 2009 Pasal 3, pengaturan penyelenggaraan rumah

sakit bertujuan untuk:

a. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

b. Memberikan perlindungan hukum terhadap keselamatan pasien, msyarakat,

lingkungan rumah sakit, dan sumber daya manusia di rumah sakit.

c. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit.

d. Memberikan kepastian hukum kepada pasien , masyarakat, sumber daya

manusia rumah sakit, dan rumah sakit.

Menurut Guwandi (2005), suatu rumah sakit mempunyai empat bidang

tanggung jawab , yaitu:

a. Tanggung jawab terhadap personalia Hal ini berdasarkan hubungan

“majikan- karyawan”. Hubungan ini, dahulu bersifa universal dan negara

kita sampai kini masih berlaku berdasarkan KUH Perdata Pasal 1366 jo

1365 jo 1367. Di dalam tanggung jawab ini termasuk seluruh karyawan

bekerja di rumah sakit.

32
b. Tanggung jawab profesional terhadap mutu pengobatan atau perawatan. Hal

ini berarti bahwa tingkat pemberian pelayanan kesehatan, baik oleh dokter

maupun oleh perawat dan tenaga kesehatan lainnya harus berdasarkan

ukuran standar profesi. Dengan demikian, maka secara yuridis rumah sakit

bertanggung jawab apabila ada pemberian pelayanan “cure and care” yang

tidak lazim atau dibawah standar.

c. Tanggung jawab terhadap sarana dan peralatan Didalam bidang tanggung

jawab ini termasuk peralatan dasar perhotelan, perumahsakitan, peralatan

medis, dan lain-lain. yang paling penting adalah bahwa peralatan tersebut

selalu harus berada didalam keadaan aman dan siap pakai pada setiap saat.

d. Tanggung jawab terhadap keamanan bangunan dan perawatannya Misalnya,

bangunan roboh, genteng jatuh sampai mencederai orang, lantainya sangat

licin, sehingga sampai ada pengunjung yang jatuh dan menderita fraktur, dan

lain-lain (Triwibowo C, 2012: 50)

2.1.5 Pelayanan kesehatan rawat inap

1. Pengertian pelayanan rawat inap

Pelayanan rawat inap adalah suatu kelompok pelayanan kesehatan yang

terdapat di rumah sakit yang merupakan gabungan dari beberapa fungsi 26

pelayanan. Kategori pasien yang masuk rawat inap adalah pasien yang perlu

perawatan intensif atau observasi ketat karena penyakitnya ( Diah, 2009: 21).

Sedangkan berdasarkan keputusan menteri kesehatan RI No.

33
828/Menkes/SK/IX/2008 mendefinisikan rawat inap adalah pelayanan kesehatan

perorangan yang meliputi observasi, diagnosa, pengobatan, rehabilitasi medik,

tinggal di ruang rawat inap di sarana kesehatan. Rawat inap berfungsi sebagai

rujukan antara yang melayani pasien sebelum dirujuk ke institusi rujukan yang

lebih mampu, atau dipulangkan kembali ke rumah (Depkes RI, 2009).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi

Berdasarkan prinsip pelayanan sebagaimana telah ditetapkan dalam

kepmenpan Nomor : 63 Tahun 2003, yang kemudian dikembangkan menjadi 14

unsur yang relevan, valid dan reliabel, sebagai unsur minimal yang harus ada

untuk dasar pengukuran indeks kepuasan pasien adalah sebagai berikut :

1) Prosedur pelayanan , yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan

kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan.

2) Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang

diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya.

3) Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang

memberikan pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan dan tanggung

jawabnya).

4) Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam

memberikan pelyanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai

ketentuan yang berlaku.

34
5) Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan

tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyesuaian pelayanan.

6) Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan keterampilan

yang dimiliki petugas dalam memberikan atau menyelesaikan pelayanan

kepada pasien.

7) Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam

waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggaraan pelayanan pelayanan.

8) Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak

membedakan golongan atau status pasien yang dilayani.

9) Kesopnan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopandan ramah serta

saling menghargai dan menghormati.

10) Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap

besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan.

Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan

dengan biaya yang telah ditetapkan.

11) Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan sesuai

dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

12) Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi saran dan prasarana pelayanan

yang bersih, rapi dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman

kepada penerima pelayanan

35
13) Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit

penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga 28

masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-

resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.

36
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah uraian tentang hubungan antara variabel-variabel

yang terkait dengan masalah penelitian dan dibangun berdasarkan kerangka teori

atau kerangka pikir atau hasil studi sebelumnya sebagai pedoman penelitian.

Kerangka konsep merupakan bagian dari kerangka teori yang akan diteliti, untuk

mendeskripsikan secara jelas variabel yang di pengaruhi (Kinerja perawat ) dan

variabel pengaruh (Tingkat kepuasan) (Supardi & Rustika, 2013)

Kerang konsep dalam proposal penelitian ini menggambarkan hubungan tingkat

kinerja perawat terhadap tingkat kepuasan pasien di rumah sakit pinna, yang akan

digambarkan sebagai berikut :

Variabel independen Variabel dependen

Kinerja Perawat Tingkat Kepuasan

3.2 Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan awal penelitian mengenai hubungan antara

variabel yang merupakan jawaban peneliti tentang kemungkinan hasil penelitian

(Dharma, 2015)

37
Hipotesis adalah kesimpulan toritis yang harus dibuktikan kebenarannya

melalui analisis terhadap bukti-bukti empiris (Setiadi, 2015). hipotesis dalam

proposal penelitian ini adalah :

Ho : tidak ada perbedaan tingkat kepuasan pasien sebelum dan sesudah

diberikan kinerja perawat dst....

Ha :ada perbedaan tingkat kepuasan pasien sebelum dan sesudah diberikan

kinerja perawat dst...

38
BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

4.1 Desain

Desain penelitian adalah model atau motede yang digunakan peneliti untuk

melakukan suatu penelitin yang memberikan arahan terhadap jalannya penelitian.

Desain penelitian ditetapkan berdasarkan tujuan dan hipotesis penelitian. Desain

penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan rancangan cross

sectional. Desain deskriptif analitik digunakan jika penelitian yang akan diteliti,

baik kekuatan hubungan, arahan hubungan atau memprediksi besaran perubahan

yang terjadi pada variabel terikat (Kinerja perawat) jika variabel bebasa berubah

(Tingkat kepuasan). Rancangan cross sectional adalah dilakukan observasi data

antara variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu waktu dengan

melakukan kuesioner (Dharma, 2015).

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi penelitian

Populasi adalah keselurahan subjek dimana subjek dimana suatu hasil

penelitian akan diterapkan (Dharma, 2015). Populasi target adalah populasi yang

memenuhi kriteria untuk menjadi sasaran akhir penelitian (Dharma, 2015).

39
4.2.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah sekelompok individu yang merupakan bagian dari

populasi dimana peneliti langsung mengumpulkan data atau melakukan pengamatan

pada unit ini (Dharma, 2015)

4.3 Teknik Sampling

Metode sampling adalah suatu cara yang ditetapkan penelitian untuk

menentukan atau memilih sejumlah sampel dari populasinya (Dharma,

2015).Teknik pengambialan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non

probability sampling dengan teknik purposive sampling adalah teknik penentuan

sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012).

Adapun yang dijadikan sampel penelitian ini memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi, sebagai berikut :

4.3.1 Kriteria inklusi yaitu karakteristik umum subjek penelitian pada populasi terjangkau.

Jadi kriteria inklusinya adalah:

a) Pasien yang menjalani rawat inap di Puskesmas Kartasura

b) Sehat mental

4.3.2 Kriteria eksklusi yaitu subjek yang memenuhi kriteria inklusi harus dikeluarkan dari

studi karena berbagai sebab. Jadi kriteria ekslusinya adalah:

a) Pasien yang tidak bersedia menjadi responden

40
b) Pasien dengan gangguan pendengaran dan penglihatan

4.4 Variabel penelitian

Menurut sastroasmoro (dalam hidayat, 2014) Variabel adalah karakteristik

subjek penelitian yang akan berubah dari satu subjek ke subjek lainnya.

4.4.1 Variabel independen (Bebas)

Variabel independen adalah variabel sesbab yaitu karakteristik dari subjek yang

dengan keberadaannya menyebabkan perubahan pada variabel yang lainnya

(Dharma, 2015).Variabel independen dalam penelitian ini adalah kinerja perawat.

4.4.2 Variabel dependen (Terikat)

Variabel dependen adalah variabel akibat atau variabel yang akan berubah akibat

pengaruh atau perubahan yang terjadi pada variabel independen (Dharma, 2015).

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Tingkat kepuasan.

4.5 Definisi operasional

Definisi operasional adalahbatasan dan cara pengukuran variabel yang akan

diteliti. Mendefinisikan variabel secara operasional bertujuan untuk

membuatvariabel menjadi lebih konkrit dan dapat diukur. (Dharma, 2015)

41
No Variabel Definisi operasional Alat ukur Hasil ukur Skala ukur

1. Kinerja Kinerja merupakan suatu hasil Lembar 1. Kinerja Ordinal

perawat kerja secara kualitas dan kuantitas Kuesioner perawat (Baik

yang dicapai oleh seorang perawat skor 76-100)

dalam melaksanakan tugasnya 2. Kinerja

sesuai dengan tanggung jawab perawat

yang telah diberikan. Kinerja (Cukup 51-

dapat dilihat atau diukur dengan 75)

menggunakan penilaian kinerja. 3. Kinerja

perawat

(Kurang baik

25-50)

2. Tingkat kepuasan pasien merupakan nilai Lembar 1. Tingkat Ordinal

kepuasan subyektif terhadap kualitas Kuesioner kepuasan

pelayanan yang diberikan, namun (Puas 65-100)

walaupun penilaian itu dilandasi 2. Tingkat

oleh pengalaman masa lalu, kepuasan

pendidikan, situasi psikis waktu (Kurang puas

itu dan pengaruh lingkungan 25-64)

waktu itu, tetapi tetap akan

42
didasari oleh kebenaran dan

kenyataan obyektif yang ada

Skor terendah 18
Dikategorikan
Puas (45 - 72)
Kurang puas (18
- 44)

4.6 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RS PINNA.

4.7 Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Maret 2019 sampai dengan April 2019.

4.8 Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan oleh peneliti untuk

mengobservasi, mengukur atau menilai suatu fenomena. Data yang diperoleh dari

suatu pengukuran kemudian dianalisi dan dijadikan sebagai bukti (evidence) dari

suatu penelitian. Sehingga instrumen atau alat ukur merupakan bagian yang penting

dalam suatu penelitian. (Dharma, 2015)

4.9 Uji validitas dan relibilitas

Sebelum digunakan untuk mengumpulkan data penelitian, maka dilakukan uji

validitas dan relibilitas terhadap instrumen penelitian.

43
1. Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan dimana suatu alat ukur itu benar-

benar mengukur apa yang diukur (Notoadmojo, 2012).

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah sejumlah mana hasil suatu hasil pengukuran dapat dipercaya

atau dapat diandalkan (Notoadmojo, 2012). Penelitian yang dimiliki rebilitas

tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel (Sunaryo danSetiawan, 2013).

4.10 Prosedur pengumpulan data

1. Jenis data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data primer dimana

data akan dikumpulkan berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan kepada

responden di RS PINNA BEKASI.

2. Langkah pengambilan data

a. Dalam proses perizinan dalam melakukan penelitian, penelitian meminta surat

rujukan penelitian dari pihak STIKes Medistra Indonesia, setelah lulus uji

proposal

b. Menyerahkan atau mengajukan surat permohonan izin kepada pihak dinak

kesehatan kota bekasi.

c. Menyerahkan atau mengajukan surat permohonan izin kepada pihak dinas

kesehatan kota bekasi.

44
d. menyerahkan surat permohonan izin dinas kesehatan kota bekasi kepada pihak

RS PINNA BEKASI.

e. Melakukan pengambilan data penelitian

4.11 Pengelolaan data dan analisa data

4.11.1 Pengelolaan data

Menurut Notoatmodjo (2012), pengolahan data meliputi sebagai berikut:

a. Editing

Memeriksa data yang terkumpul untuk meneliti kelengkapan jawaban responden

yang diberikan yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada kesesuaian antara

semua pertanyaan yang diberikan dengan jawaban.

b. Coding

Memberi tanda pada alat peneliti untuk memudahkan dalam analisa data.

Misalnya skala penilaian satu untuk jawaban benar dan nol untuk jawaban salah.

c. Entry data

Merupakan kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master

tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana

atau bisa juga dengan membuat tabel kontingensi.

d. Tabulating

Memasukkan data jawaban responden dalam tabel sesuai dengan skor jawaban

kemudian dimasukkan dalam master tabel yang telah disiapkan.

45
4.11.2 Analisa data

Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan

menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak

dianalisis. Apabila penelitiannya deskriptif, maka akan menggunakan statistik

deskriptif. Statistika deskriptif (menggambarkan) adalah statistika yang membahas

cara-cara meringkas, menyajikan,dan mendeskripsikan suatu data dengan tujuan

agar mudah dimengerti dan lebih mempunyai makna.

1. Univariat

Penelitian analisis univariat digunakan untuk menjelaskan atau

mendeskriptikan karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012).

Analisis ini menghasilkan distribusi frekuensi berdasarkan persentase dari tiap-

tiap karakteristik variabel, mean, median, dan modus. Guna mempermudah

dalam menganalisis data dibutuhkan bantuan program Statistical Product and

Service Solutions (SPSS). Adapun variabel yang dianalisis univariat adalah

karakteristik responden yang terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan dan

pekerjaan serta distribusi jawaban kuesioner variabel kinerja perawat dan

kepuasan pasien.

2. Bivariat

Analisis bivariate digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua

variabel (Notoatmodjo, 2012). Guna mempermudah dalam menganalisis data

dibutuhkan bantuan program statistik SPSS.

46
4.12 Etika penelitian

Secara umum terdapat empat prinsip utama dalam etik penelitian keperawatan :

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human)

penelitian harus dilaksanakan dengan menjujung tinggi harkat dan

martabat manusia. Subjek memiliki hak asasi dan kebebasan untuk menentukan

pilihan ikut atau menolak penelitian (auntomy). Tidak boleh ada paksaan atau

penekanan tertentu agar subjek bersedia ikut dalam penelitian. Subjek dalam

penelitian juga berhak mendapatkan informasi yang terbuka dan lengkap tentang

pelaksanaan penelitian meliputi tujuan dan manfaat penelitian, prosedur

penelitian, resiko penelitian, keuntungan yang mungkin didapat dan kerahasian

informasi (Dharma, 2015).

2. Menghormati privasi dan kerahasian subjek (respect for privacy and

confidentiality)

Manusia sebagai subjek penelitian memiliki privasi dan hak asasi untuk

mendapatkan kerahasiaan informasi. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa

penelitian menyebabkan terbukannya informasi tentang subjek. Sehingga

penelitian perlu merahasiakan berbagai informasi yang menyangkut privasi

subjek yang tidak ingin identitas dan segala informasi tentang dirinya di ketahui

oleh orang lain. Prinsip ini dapat di tetapkan dengan cara meniadakan identitas

seperti nama dan alamat subjek kemudian diganti dengan kode tertentu. Dengan

47
demikian segala informasi yang menyangkut identitas subjek tidak terekspos

secara luas (Dharma, 2015).

3. Menghormati keadilan dan inklusivitas (respect for justice inclusiveness)

Prinsip keterbukaan dalam penelitian mengandung makna bahwa peneliti

dilakukan secara jujur, teapt, cermat, hati-hati dan dilakukan secara professional.

Sedangkan prinsip keadilan mengandung makan bahwa peneliti memberikan

keuntungan dan beban secara sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan subjek

(Dharma, 2015)

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harm dan

benefits)

Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap penelitian harus

mempertimbangkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi subjek penelitian dan

populasi dimana hasil penelitian akan diterapkan (beneficience). Kemudian

meminimalisir resiko/dampak yang merugikan bagi subjek penelitian

(nonmaleficience) (Dharma,2015).

48
DAFTAR PUSTAKA

Wirawan.(2000).Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Asuhan Keperawatan.

www.digilib.stikes muh-pkj.ac.id.diakses tanggal 4 April 2015.

Asmuji.(2012). Manajemen Keperawatan; Konsep dan Aplikasi. Yogjakarta: Ar-Ruzz

Media

Marquis L. Besseie, Huston J. Carol (2016) kepemimpinan dan manajemen keperawatan

teori & aplikasi : jakarta Buku Kedokteran

Krisnawati Tina,(2017) Hubungan kinerja perawat dengan kepuasan pasien ruang rawat

inap di rumah sakit panti waluya malang :Malang jurnal

49

Anda mungkin juga menyukai