Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

Metode Pemberian Asuhan Keperawatan, Pre dan Post Conference, Overan


dan Ronde Keperawatan

Oleh
Kelompok 4
Kelas II B :

1. Shindy Novia Mirzal (133110262) 6. Vina Burmalis (133110267)


2. Siska Andika (133110263) 7. Weni Fauzai (133110268)
3. Stefanni Bakhtelly (133110264) 8. Yessy Ardila (133110269)
4. Susi Susanti (133110265) 9. Zeki Mahmud Zikri (133110270)
5. Tezza Yuniliyasmi (133110266)

Dosen Pembimbing :
1. Efitra, S.Kp, M.Kep
2. Ns. Idrawati Bahar, S.Kep, M.Kep
3. Ns. Suhaimi, S.Kep, M.Kep
4. Reflita, S.Kp, M.Kep

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI PADANG
2014
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini yang diajukan guna melengkapi dan memenuhi salah satu tugas
Manajemen Keperawatan dengan judul “ Metode Pemberian Asuhan
Keperawatan, Pre dan Post Conference, Overan dan Ronde Keperawatan ”
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapatkan bimbingan
serta bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu pada kesempatan ini
perkenankanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada : Rekan-rekan
mahasiswa senasib seperjuangan yang telah banyak membantu dan memberi
masukkan yang berharga dalam penyusunan makalah ini.
Seterusnya penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, baik
yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung, semoga
mendapatkan imbalan yang setimpal dari Allah SWT Ami

Padang, 19 Oktober 2014

Kelompok 4
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1


B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...................................................................................2

BAB II Tinjauan Teori

A. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan.............................................3


B. Pre dan Post Conference.......................................................................12
C. Overan Keperawatan............................................................................16
D. Ronde Keperawatan.............................................................................22

BAB III Role Play................................................................................................28

BAB IV Penutup

A. Kesimpulan...........................................................................................

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang. Perawat dianggap
sebagai salah satu profesi kesehatan yang harus dilibatkan dalam pencapaian
tujuan pembangunan kesehatan baik di dunia maupun di Indonesia.
Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien
mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan. Perawat
memfokuskan asuhan pada kebutuhan kesehatan klien secara holistic, meliputi
upaya untuk mengembalikan kesehatan emosi, spiritual dan sosial. Pemberi
asuhan memberikan bantuan kepada klien dan keluarga klien dengan
menggunakan energy dan waktu yang minimal. Selain itu, dalam perannya
sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat memberikan perawatan dengan
memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui
pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan
sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan
dilaksanakan tindakan yang tepat dan sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar
manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian
asuhan keperawatannya dilakukan dari yang sederhana sampai yang
kompleks.
Kondisi kesehatan di Indonesia sekarang memang sangat
memprihatinkan dan sesungguhnnya merupakan tantangan yang sangat besar
sekaligus kesempatan bagi para perawat Indonesia untuk menampilkan
eksistensinya sebagai profesi kesehatan yang senantiasa memberikan
pelayanan sesuai dengan peran dalam pemberi asuhan perawatan.Sebagai
pemberi perawatan, perawat membantu klien mendapatkan kembali
kesehatannya melalui proses penyembuhan yang lebih dari sekedar sembuh
dari penyakit tertentu namun berfokus pada kebutuhan kesehatan klien secara
holistik, meliputi upaya mengembalikan kesehatan emosi, spiritual, dan sosial.
Secara umum mutu pelayanan kesehatan di Indonesia masih relative
belum professional. Hal ini bisa di lihat dengan adanya kemampuan
professional terbatas, pengaturan tugas yang kurang efektif, dan fasilitas
maupun alat. Yang kurang memadai. Kondisi seperti ini akibat relatife masih
kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan maupun adanya krisis moral para
pelaku pelayan kesehatan akibat krisis di berbagai bidang yang
berkepanjangan. Di sisi lain, era globalisasi dengan berbagai konsekuensinya
seperti tuntutan pelayan rumah sakit yang semakin kompetitif menuntut
petugas kesehatan untuk bertindak professional. Situasi ini menuntut para
pembaharu di bidang keperawatan untuk mengembangkan suatu metode
pemberian asuhan keperawatan untuk dapat diimplementasikan dalam
pengorganisasian ruang keperawatan sehingga dapat menjamin dan
meningkatkan mutu pelayanan melalui pemberian asuhan keperawatan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana metode pemberian asuhan keperawatan ?
2. Bagaimana pre dan post conference dalam keperawatan ?
3. Bagaimana overan atau timbang terima dalam keperawatan ?
4. Bagaimana ronde keperawatan ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui metode pemberian asuhan keperawatan.
2. Untuk mengetahui pre dan post conference dalam keperawatan.
3. Untuk mengetahui overan atau timbang terima dalam keperawatan.
4. Untuk mengetahui ronde keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan
1. Pengertian
Model praktik keperawatan adalah diskripsi atau gambaran dari
praktik keperawatan yang nyata dan akurat berdasarkan kepada filosofi,
konsep dan teori keperawatan.Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan
teknologi kesehatan menuntut perawat, sebagai suatu profesi, memberi
pelayanan kesehatan yang optimal. Indonesia juga berupaya
mengembangkan model praktik keperawatan profesional (MPKP).
Secara umum mutu pelayanan kesehatan di Indonesia masih relative
belum professional. Hal ini bisa di lihat dengan adanya kemampuan
professional terbatas, pengaturan tugas yang kurang efektif, dan fasilitas
maupun alat. Yang kurang memadai. Kondisi seperti ini akibat relatife
masih kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan maupun adanya krisis
moral para pelaku pelayan kesehatan akibat krisis di berbagai bidang yang
berkepanjangan (suara merdeka 14 november 2002). Di sisi lain, era
globalisasi dengan berbagai konsekuensinya seperti tuntutan pelayan rumah
sakit yang semakin kompetitif menuntut petugas kesehatan untuk bertindak
professional. Situasi ini menuntut para pembaharu di bidang keperawatan
untuk mengembangkan suatu metode pemberian asuhan keperawatan untuk
dapat diimplementasikan dalam pengorganisasian ruang keperawatan
sehingga dapat menjamin dan meningkatkan mutu pelayanan melalui
pemberian asuhan keperawatan.
Dalam rangka mendayagunakan tenaga keperawatan yang tersedia di
rumah sakit, ada beberapa metode yang dapat di implementasikan dengan
metode penugasan dalam bentuk metode pemberian asuhan keperawatan.
Ada lima metode pemberian asuhan keperawatan yang dikenal, antara lain
metode fungsional, tim, keperawatan primer, modular, dan menejemen
kasus keperawatan.
2. Tujuan Model Keperawatan
1) Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
2) Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawata.
3) Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4) Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan.
5) Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan
bagi setiap anggota tim keperawatan.Ada lima komponen MPKP :
a. Nilai professional
b. Pendekatan manajemen
c. Metode pemberian asuhan keperawatan
d. Hubungan professional
e. System penghargaan dan kompensasi
3. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan
a. Metode Fungsional
Metode ini diterapkan dalam penguasaan pekerja didunia industri
ketika setiap pekerja dipusatkan pada saatu tugas atau aktifitas. Dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan menggunakan
metode fungsional, setiap perawat mempperoleh suatu tugas
(kemungkinan bisa lebih) untuk semua pasien diunit/ruang tempat
perawat tersebut bekerja. Disatu unit/ruangan, seorang perawat diberikan
tugas mennyuntik maka perawat tersebut bertanggung jawab untuk
memberikan program pengobatan melalui suntikan kepada semua pasien
di unit/ruangan tersebut. Contoh penugasan yang lain adalah membagi
obat per oral, mengganti balut, pendidikan kesehatan pada pasien yang
akan pulang, dan sebagainya.
Metode fungsional ini efisien, akan tetapi penugasan seperti ini
tidak dapat memberikan kepuasan kepada pasien maupun perawat.
Keberhasilan asuhan keperawatan secara menyeluruh tidak bias dicapai
dengan metode ini karena asuhan keperawatan yang dibeikan kepada
pasien terpisah-pisah sesuai tugas yang dibebankan kepada perawat.
Disamping itu asuhan keperawatan yang diberikan tidak professional
yang berdasarkan pada masalah pasien. Perawat senior cenderung akan
sibuk dengan tugas-tugas administrasi dan manajerial. Sementara asuhan
keperawatan kepada pasien dipercayakan kepada perawat junior.
Sekalipun metode fungsional dalam pemberian asuhan
keperawatan ini membosankan perawat karena hanya berorientasi pada
tugas, tetapi metode ini baik dan berguna untuk situasi di rumah sakit
dengan ketenagaan perawat yang kurang. Metode ini juga dapat
memberikan kepuasan kepada pasien yang membutuhkan pelayanan
secara rutin.
1) Keuntungan dan Kerugian metode fungsional
Penerapan metode fungsional dalam pemberiaan asuhan
keperawatan kepada pasien memiliki beberapa keuntungan.
Keuntungan dari metode fungsional yaitu:
a. Perawat menjadi lebih terampil dalam melakukan satu tugas yang
biasa menjadi tanggung jawabnya.
b. Pekerjaan menjadi lebih efisien
c. Relative sedikit dibutuhkan tenaga perawat
d. Mudah dalam mengoordinasi pekerjaan
e. Terjadi proses distribusi dan pemantauan tugas atau pekerjaan
f. Perawat lebih mudah menyesuaikan dengan tugas yang menjadi
tanggung jawabnya sehingga menjadi lebih cepat selesai.
Selain itu kerugian dari metode fungsional adalah sebagai berikut :
a. Perawat dalam membeikan asuhan keperawatan tidak melihat
pasien secara holistic.
b. Tidak berfokus pada masalah pasien sehingga tidak professional.
c. Tidak membeikan kepuasaan baik pada pasien maupun pada
perawat.
d. Dan kadang bisa terjadi saling melempar tanggung jawab bila
terjadi kesalahan.
2) Peran Perawat Kepala Ruang
Untuk mengantisipasi kondisi tersebut maka peran perawat kepala
ruangan (ners unit manager) harus lebih peka terhadap anggaran
rumah sakit dan kualitas pelayanaan keperawatan, bertanggung
jawab terhadap hasil dan pelayanan keperawatan yang berkualitas,
dan menghindari terjadinya kebosanan perawat serta menghindari
semua kemungkinan terjadinya saling melmpar kesalahan. Sekalipun
di akui metode fungsional ini cocok untuk jangka waktu pendek
dalam kondisi gawat atau terjadi suatu bencana, tetapi metode ini
kurang di sukai untuk pelayanan biasa dan jangka panjang karena
asuhan keperawatan yang diberikan tidak komperehensif dan
melakuan pasien kurang manusiawi.
b. Metode Tim
Pengembangan metode tim ini didasarkan pada falsafah
mengupayakan tujuan dengan menggunakan kecakapan dan kemampuan
anggota kelompok. Metode ini juga didasari atas keyakinan bahwa setiap
pasen berhak memperoleh peleyanan terbaik. Dalam keperawatan,
metode tim diterapkan dengan menggunakan sama tim perawat yang
heterogen, terdiri dari perawat professional, nonprofessional, dan
pembantu perawat untuk memberikan asuhan keperawatan kepada
pembantu pasien.
Tujuan pemberian metode tim dalam asuhan keperawatan adalah
untuk memberikan asuahan keperawatan sesuai dengan kebutuhan
objektif pasien sehingga pasien merasa puas. Selain itu, tugas,
memungkinkan adanya transfer of knowledge dan transfer of
experiences di antara perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
dan meninggkatkan pengetahuan serta memberikan keterampilan dan
motivasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
Dalam asuhan keperawatan dengan metode ini, ketua tim harus
memiliki kemampuan untuk mengikutsertakan anggota tim dalam
memecahkan massalah. Ketua tim juga harus dapat menerapkan pola
asuhan keperawatan yang di anggap sesuai dengan kondisi pasien dan
minat pemberi asuhan. Oleh jarena itu, pembuatan keputusan, otoritas,
dan tanggung jawab adapada tinggkat pelaksana. Hal ini akan
mendukung pencapaan pengetahuan dan keterampilan professional.
Berdasarkan hal-hal tersebut maka ketua tim harus memiliki kemampuan
sebagai berikut :
a) Mengomunikasikan dan mengoordinasikan semua kegiatan tim
b) Menjadi konsultan dalam asuhan keperawatan
c) Melakukan peran sebagai model peran
d) Melakukan pengkajian dan menentukan kebutuhan pasien
e) Menyusun rencana keperawatan untuk semua pasien
f) Merefisi dan menyesuaikan rencana keperawatan sesuai kebutuhan
pasien
g) Melaksanakan observasi baik erhadap perkembangan pasien
maupun kerja dari anggota tim
h) Menjadi guru pengajar
i) Melaksanakan evaluasi secara baik da objektif
Bila kemampuan tersebut dapat di miliki oleh ketua tim, akan berdampak
secara positif dalam pemberian asuhan keperawatan. Dibandingkan
dalam metode fungsional, metode tim lebih banyak memberikan
tanggung jawab, otoritas, dan tanggung gugat kepada anggota tim.
1) Keuntungan dan Kerugian Metode Tim
Beberapa keuntungan dari metode tim dalam pemberian asuhan
keperawatan adalah :
a) Dapat memberi kepuasan kepada pasien dan perawat. Pasien
merasa di perlakukan lebih manusiawi karna pasien memiliki
sekelompok perawat yang lebih mengenal dan memahami
kebutuhannya.
b) Perawat dapat mengenali pasien secara individual karena
perawatannya menangani pasien dalam jumlah yang sedikit. Hal
ini, sangat memungkinkan merawat pasien secara konfrehensif dan
melihat pasien secara holistic.
c) Perawat akan memperlihatkan kerja lebih produktif melalui
kemampuan bekerja sama dan berkomunikasi dengan klien. Hal ini
akan mempermudah dalam mengenali kemampuan ak-nggota tim
yang dapat di manfaatkan secara optimal.
Selain itu kerugian dari metode tim adalah :
a) Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan
menjadi tanggung jawabnya.
b) Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim
ditiadakan atau trburu-buru sehingga dapat mengakibatkan
kimunikasi dan koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga
kelanncaran tugas terhambat
c) Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu
tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang mampu atau
ketua tim.
d) Akontabilitas dalam tim kabur.
2) Peran Perawat Kepala Ruang
Peran perawat kepala ruang dalam aplikasi metode tim diarahkan pada
keterampilan dan minat yang dimilikinya. Disamping itu perawat
kepala ruangan harus mampu mengoptimalkan fungsi tim melalui
orientasi anggota tim dan pendidikan berkelanjutan, mengkaji
kemampuan anggota tim dan membagi tugas sesuai denan
keterampilan anggotanya. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah
perawat kepala ruangan harus mampu sebagai model peran.
Metode tim dalam pemberian asuhan keperawatan dapat diterapkan
bila ada tenaga profesional yang mampu dan mau memimpin
kelompok kecil, dapat bekerja sama dan memimbing tenaga
keperawatan yang lebih rendah. Disamping itu perawat kepala ruang
harus membagi tanggung jawab dan tugasnya kepada orang lain. Satu
tim keperawatan dapat terdiri tiga sampi lima perawat untuk
bertanggung jawab memberikan asuhan keperawatan kepada 10
sampai 15 pasien.
c. Metode Keperawatan Primer
Metode ini di kembangkan pada falsafah yang beriorentasi pada
pasien bukan pada tugas. Disini terjadi suatu desentralisasi dalam
pengambilan keputuan antara perawat primer dan pasien.
MenurutHegyvary , pemberian asuhan keperawatan dengan metode
keperawatan primer memberikan setiap perawat primer tanggung jawab
menyeluruh (total care) dalam 24 jam/hari secara terus menurus untuk
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pada sekelompok kecil pasien (4-
6 pasien). Hal ini di mulai sejak pasien masuk hingga pulang / keluar.
Pada saat perawat primer tidak masuk, tindakan perawatan dapat
dilakukan olrh perawat penggantinya (perawat asisten).
Dalam aplikasi metode keperawatan primer, perawat primer
bertanggung jawab kepada setiap pasen untuk mengkaji kondisi
kesehatan, keadaan kehidupannya, dan kebutuhan keperawatan. Selain
itu, perawat primer memberikan perawatan sesuai rencana yang
dibuatdan mengoordinasi prawatan yang diberikan oleh anggaota tim
kesehatan lainya, misalnya memberikan rujukan atau konsultasi dengan
dokter atau lainnya untuk memberikan asuhan keperawatan individual,
mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan yang dicapai, serta
menyiapkan pasien pulang (discharge planning).
1) Keuntungan dan Kerugian Metode Keperawatan Primer
Metode keperawatan primer dalam pemberian asuhan keperawatan,
memiliki beberapa keuntungan yang dapat diidentifikasi, antara lain :
a) Asuhan keperawatan lebih konprehensif dengan memperlakukan
pasien secara holistic
b) Pasien akan merasa lebih puas karena terjadi kesinambungan
perawatan
c) Perawat lebih puas karena disampig memiliki otoritas, perawat juga
memiliki tanggung gugat didalam memberikan asuhan, hubungan
terus menerus antara perawat dan pasien akan memudahkan pasien
menyampaikan permasalahan serta dapat memperpendek lama hari
perawatan bagi pasien.
Selain itu kerugiannya:
a) Perlu kualitas dan
b) kuantitas tenaga perawat,
c) Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional.
d) Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.
Asuhan keperawatan dengan menggunakan metode keperawatan
primer diberikan oleh seorang perawat professional untuk sekelompok
kecil pasien.
2) Peran Perawat Kepala Ruangan
Peran perawat menjadi sangat penting untuk mengantisipasi kerugian
yang dapat muncul dalam implementasi metode keperawatan tim.
Peran perawat kepala ruang tersebut dapat dilakukan, seperti
melakukan identifikasi perawat di ruangan/unit yang memiliki minat
mrnjadi perawat primer dan memfasilitasi untuk pendidikan,
menjabarkan tugas-tugas dan perawat primer dan perawat
asisten/anggota. Selain itu, perawat berperan sebagai model dan
konsultan, mengembangkan penelitian, melakukan analisis kebutuhan
tenaga (perawat) yang mungkin sebagai bahan pertimbangan dalam
recruitment tenaga baru, menyusun jadwal dinas,membuat
perencanaan pengembangan staf, dan melakukan kegiatan evaluasi.
d. Metode Medular
Metode ini adalah suatu variasi dan metode keperawatan primer.
Metode keperawatan modular memiliki kesamaan baik dengan metode
keperawatan ti maupun metode keperawatan primer. Metode ini sama
dengan metode keperawatan tim karena baik perawat professional
maupun non professional bekerja sama dalam memberikan asuhan
keperawatan dibawah kepemimpinan seorang perawat professional.
Disamping ini, dikatakan memiliki kesamaan dengan metode
keperawatan primer karena dua atau tiga orang perawat bertanggung
jawab atas sekelompok kecil pasien sejak masuk dalam perawatan hingga
pulang, bahkan sampai dengan waktu follow up care.
Dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan
metode keperawatan modular, satu tim yang terdiri dari dua hingga tiga
perawat memiliki tanggung jawab penuh pada sekelompok pasien
berkisar 8 sampai 12 orang. Hal ini tentu saja dengan suatu persyaratan
peralatan yang di butuhkan dalam perawatan cukup memadai.
Sekalipun dalam memberikan asuhan keperawatan dengan
menggunakan metode ini dilakukan oleh dua hingga tiga perawat,
tanggung jawab paling besar tetap ada pada perawat professional.
Perawat professional memiliki kewajiban untuk memimbing dan melatih
non professional. Apabila perawat professional sebagai ketua tim dalam
keperawatan modular ini tidak masuk, tugas dan tanggung jawab dapat
digantikan oleh perawat professional lainnya yang berperan sebagai
ketua tim.
Peran perawat kepala ruangan (nurse unit manager) diarahkan
dalam hal membuat jadwal dinas dengan mempertimbangkan kecocokan
anggota dalam bekerja sama, dan berperan sebagai fasilitator,
pembimbing secara motivator.
e. Metode Kasus
Metode ini merupakan generasi kedua dan metode keperawatan
primer. Pengembangan metode ini didasarkan pada bukti-bukti bahwa
manajemen kasus dapat mengurangi pelayanan yang terpisah-pisahdan
duplikasi. Rogers menyoroti bahwa dengan pengaplikasian metode
manajemen kasus akan berdampak positif yaitu lama perawatan pasien
menjadi lebih pendek.
Metode manajemen kasus keperawatan adalah bentuk pemberian
asuhan keperawatan dan manajemen sumber-sumber terkait yang
memungkinkan adanya manajemen yang straegis dari cozt dan quality
oleh seorang perawat untuk suatu episode penyakit hingga perawatan
lanjut. Menurut American Nurses Asociation, manajemen kasus (case
managemen) adalah suatu system pemberian pelayanan kesehatan yang
didesain untuk memfasilitasi pencapaian tujuan pasien yang di harapkan
dalam kurun waktu perawatan di rumah sakit.
Tujuan dari metode manajemen kasus keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien adalah untukmermuskan
dan mencapai hasil yang standar dalam perawatan untuk setiap pasien,
memfasilitasi pasien yang akan pulang baik lebih awal dan masa
perawatan yang ditentukan maupun pada waktu yang direncanakan,
menggunakan sedikit mungkin sumber pelayanan kesehatan untuk
mencapai hasil yang di harapkan, meningkatkan profesionalisasi perawat
dan kepuasan kerja.
Dalam manajemen kasus keperawatan, seorang perawat akan
bertugas sebagai case manager untuk seorang (mungkin lebih) pasien,
sejak masukrumah sakit hingga pasien tersebut selesai dari masa
perawatan dan pengobatan. Sebagai case manager, perawat memiliki
tanggung jawab dan kebebasan untuk perencanaan, pelaksanaan,
koordinasi, dan evaluasi.
B. Pre dan Post Conference
1. Pengertian
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari.
Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, sore
atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawatan pelaksanaan. Konferense
sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi
gangguan dari luar. Konferensi terdiri dari 2 macam, yaitu:
1) Pre Conference
Komunikasi kepala tim dan perawat pelaksana setelah selesai operan
untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh katim atau
penanggung jawab tim . Jika yang dinas pada tim tersebut hanya 1 orang,
maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap
perawat (rencana harian) dan tambahan rencana dari kepala tim dan
penanggung jawab tim.
Waktu : Setelah operan
Tempat : meja masing-masing tim
PJ : Kepala tim atau penanggung jawab tim
Kegiatan :
a) Kepala tim atau penanggung jawab tim membuka acara
b) Kepala tim atau penanggung jawab tim menanyakan
rencana harian masing-masing perawat pelaksana
c) Kepala tim atau penanggung jawab tim memberikan
masukan dan tindakan lanjut terkait dengan asuhan yang
diberikan saat itu
d) Kepala tim atau penanggung jawab tim memberikan
reinforcement
e) Kepala tim atau penanggung jawab tim menutup acara
2) Post Conference
Komunikasi kepala tim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan
sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikutnya. Isinya
adalah hasil asuhan keperawatan tiap perawatan dan hal penting untuk
operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh kepala tim atau
penanggung jawab tim.
Waktu : sebelum operan ke dinas berikutnya
Tempat : meja masing-masing tim
PJ : kepala tim atau penanggung jawab tim
Kegiatan :
a) Kepala tim atau penanggung jawab tim membuka acara
b) Kepala tim atau penanggung jawab tim menanyakan
kendala dalam asuhan yang telah diberikan
c) Kepala tim atau penanggung jawab tim menyakan
tindakan lanjut asuhan klien yang harus dioperkan kepada
perawat shift berikut nya
d) Kepala tim atau penanggung jawab tim menutup acara
2. Tujuan
Secara umum tujuan konferensi adalah untuk menganalisa masalah-
masalah secara kritis dan menjabarkan alternative penyelesaian masalah,
mendapatkan gambaran berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi
masukan untuk menyusun rencana antisipasi sehingga dapat meningkatkan
kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan dan merupakan cara
yang efektif untuk menghasilkan perubahan non kognitif. Juga membantu
koordinasi dalam rencana pemberian asuhan keperawatan sehingga tidak
terjadi pengulangan asuhan, kebingungan dan frustasi bagi pemberi asuhan.
Tujuan pre conference adalah :
a) Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien,
merencanakan asuhan dan merencanakan evaluasi hasil
b) Mempersiapkan hal-hal yang akan di temui di lapangan
c) Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien
Tujuan post conference
a) Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian masalah
dan membandingkan masalah yang dijumpai.
3. Syarat
a) Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan keperawatan dan
post conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan
b) Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit
c) Topic yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien,
perencanaan tindaka rencana dan data-data yang perlu ditambahkan
d) Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan
anggota tim
4. Panduan Perawatan dalam Pelaksanaan
Menurut Ratna Sitorus (2006), panduan perawat dalam pelaksanaan, antara
lain:
1. Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan pergantian
dinas pagi atau sore sesuai dengan jadwal perawatan pelaksana
2. Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam timnya
masing-masing
3. Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil
evaluasi kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas malam.

Hal-hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana meliputi:


a) Keluhan utama klien
b) TTV dan kesadaran
c) Hasil pemeriksaan laboratorium atau diagnostik terbaru
d) Masalah keperawatan
e) Rencana keperawatan hari ini
f) Perubahan keadaan terapi medis
g) Rencana medis

Perawat pelaksana mendiskusikan dan mengarahkan perawat asosiet tentang


masalah yang terkait dengan perawatan klien yang meliputi:
a) Klien yang terkait dengan pelayanan, seperti: keterlambatan,
kesalahan pemberian makanan, kebisikan pengunjung lainnya,
kehadiran dokter yang dikonsulkan.
b) Ketepatan pemberian infuse
c) Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan
d) Ketepatan pemberian obat/injeksi
e) Ketepatan pelaksanaan tindakan lain
f) Ketepatan dokumentasi
g) Mengiatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan
h) Mengingatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran, dan
kemajuan masing-masing perawatan asosiet
i) Membantu perawatan asosiet menyelesaikan masalah yang tidak dapat
diselesaikan
C. Overan

1. Pengertian Timbang Terima


Timbang terima sering disebut dengan operan atau over hand.
Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. Harus dilakukan seefektif
mungkin dengan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri
perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/belum dan
perkembangan saat itu Informasi yang disampaikan harus akurat, sehingga
kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna.
2. Tujuan Umum:
Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi yang
penting.
3. Tujuan Khusus:
a) Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus)
b) Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam pemberian
asuhan keperawatan kepada pasien
c) Menyampaikan hal penting yang harus ditindaklanjuti oleh perawat
dinas berikutnya
d) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya
4. Manfaat bagi perawat :
a) Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
b) Menjalin suatu hubungan kerjasama dan bertanggungjawab antar
perawat
c) Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna
d) Peningkatan pemahaman pelaksanaan timbang terima pasien
e) Terhindar dari kekeliruan pemberian tindakan keperawatan
f) Menimbulkan rasa aman
g) Meningkatkan percaya diri/bangga
5. Manfaat bagi pasien:
Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum
terungkap.
6. Manfaat bagi Rumah sakit:
Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada klien secara komprehensif
7. Tahapan dan Bentuk Pelaksanaan Operan
Menurut Lardner, operan memiliki 3 tahapan yaitu:
a) Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan
tanggungjawab. Meliputi faktor informasi yang akan disampaikan oleh
perawat jaga sebelumnya.
b) Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan pulang dan
datang melakukan pertukaran informasi. Waktu terjadinya operan itu
sendiri yang berupa pertukaran informasi yang memungkin adanya
komunikasi dua arah antara perawat yang shift sebelumnya kepada
perawat shift yang dating.
c) Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang tanggung
jawab dan tugas yang dilimpahkan. Merupakan aktivitas dari perawat
yang menerima operan untuk melakukan pengecekan data informasi pada
medical record atau pada pasien langsung.
8.Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam melakukan
pergantian shift atau operan jaga, diantaranya (Nursalam, 2002):
a) Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap
b) Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan
hal-hal apa yang disampaikan
c) Perawat yang bertanggung jawab menyampaikan kepada penanggung
jawab shift yang selanjutnya meliputi :
1. Kondisi atau keadaan klien secara umum
2. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
3. Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan
d) Penyampaian operan di atas (point c) harus dilakukan secara jelas dan
tidak terburu-buru
e) Perawat penanggung jawab dan anggotanya dari kedua shift bersama-
sama secara langsung melihat keadaan klien.

9. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur operan jaga


(Nursalam, 2002), meliputi:
1. Persiapan
a. Kedua kelompok dalam keadaan siap
b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan
2. Pelaksanaan
Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-masing
penanggung jawab:
a. Timbang terima dilaksanakan setiap penggantian shift/operan
b. Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang
terima dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang
masalah keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum
dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap
sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan
kepada perawat yang berikutnya
d. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
1) Identitas klien dan diagnosa medic
2) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul
3) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan
4) Intervensi kolaborasi dan dependen
5) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan
laboratorium/pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan untuk
konsultasi atau prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara
rutin.
e. Perawat yang melakukan timbang terima daat melakukan klarifikasi,
tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang
jelas Penyampaan pada saat timbang terima secara singkat dan jelas
f. Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit
kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap
dan rinci.
g. Pelaporan untuk timang terima dituliskan secara langsung pada buku
laporan ruangan oleh perawat.

Operan jaga (handover) memiliki tujuan untuk mengakurasi, mereliabilisasi


komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang relevan yang
digunakan untuk kesinambungan dalam keselamatan dan keefektifan dalam
bekerja. Operan jaga memiliki beberapa bentuk pelaksanaan diantaranya:
1. Menggunakan tape recorder. Melakukan perekaman data tentang
pasien kemudian diperdengarkan kembali saat perawat jaga
selanjutnya telah datang. Metode itu berupa one way communication
2. Menggunakan komunikasi Oral atau spoken. Melakukan pertukaran
informasi dengan berdiskusi.
3. Menggunakan komunikasi tertulis-written. Melakukan pertukaran
informasi dengan melihat pada medical record saja atau media tertulis
lain. Berbagai metode yang digunakan tersebut masih relevan untuk
dilakukan bahkan beberapa rumah sakit menggunakan ketiga metode
untuk dikombinasi.
10. Efek Shift Kerja atau Operan
Shif kerja atau operan memiliki efek-efek yang sangat mempengaruhi diri
seorang perawat sebagai pemberi layanan kepada pasien. Efek-efek dari
shift kerja atau operan adalah sebagai berikut:
1. Efek Fisiologis
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak
gangguan dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus
kurang tidur selama kerja malam. Menurunnya kapasitas fisik kerja
akibat timbulnya perasaan mengantuk dan lelah. Menurunnya nafsu
makan dan gangguan pencernaan.
2. Efek Psikososial
Efek ini berpengeruh adanya gangguan kehidupan keluarga, Efek
fisiologis hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi
dengan teman, dan mengganggu aktivitas kelompok dalam
masyarakat. Saksono (1991) mengemukakan pekerjaan malam
berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang biasanya dilakukan
pada siang atau sore hari. Sementara pada saat itu bagi pekerja malam
dipergunakan untuk istirahat atau tidur, sehingga tidak dapat
berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut, akibat tersisih dari
lingkungan masyarakat.
3. Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek
fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat
mengakibatkan kemampuan mental menurun yang berpengaruh
terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kendali dan
pemantauan.
4. Efek Terhadap Kesehatan
Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini
cenderung terjadi pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat
menjadi masalah terhadap keseimbangan kadar gula dalam darah bagi
penderita diabetes.
5. Efek Terhadap Keselamatan Kerja
Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja
yang dilakukan Smith et. Al (dalam Adiwardana, 1989), melaporkan
bahwa frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi
shift kerja (malam) dengan rata-rata jumlah kecelakaan 0,69 % per
tenaga kerja. Tetapi tidak semua penelitian menyebutkan bahwa
kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada shift malam.
Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak terjadi
selama shift pagi dan lebih banyak terjadi pada shift malam.
11. Dokumentasi Dalam Operan
Identitas klien
Diagnosa medis klien
Dokter yang menangani
Kondisi saat klien ini
Masalah Keperawatan
Intervensi yang sudah dilakukan
Intervensi yang belum dilakukan
Tindakan kolaborasi
Rencana umum dan persiapan lain
Tanda tangan dan nama terang

Contoh Dokumentasi Operan


Operan Tim A
NO / NAMA / UMUR / NO.REG / DX / DR / LAPORAN KEGIATAN
i. Ny. Tholhah (42 thn) (5870049) Ca.Mammae post mastektomi /
Dr.Nindi KU: baik, komposmentis. TD: 110/80, N: 100 x/mnt, RR:
20 x/mnt, T: 37 C. Keluhan: nyeri pada luka lengan atas sebelah
kanan dengan skala 7. Masalah keperawatan: Nyeri, Resti infeksi
dan gangguan integritas kulit. Rencana yg sudah dilakukan:
monitor TTV, Relaksasi & distraksi, ganti balut, Injeksi Tramadol
1 ampul, Injeksi Cefotaxim 500 mg. Rencana yg belum dilakukan:
Kaji tanda-tanda infeksi, Kaji luka dan kaji nyeri. Terapi: Tramadol
3x1 amp, Cefotaxim 2 x 500 mg, Infus NaCl 20 tts/mnt. Persiapan
lain tidak ada.
ii. Ny. Musayadah (47 thn) (5873281) Ca Recti / Dr. Nindi KU :
lemah, komposmentis, pucat, anemis. TD: 100/60, N: 80 x/mnt, RR
: 20 x mnt, S: 37 C. Keluhan nyeri diarea anal, skala 7 dari 10.
Masalah keperawatan: Nyeri. Rencana yang sudah dilakukan:
monitor TTV dan distraksi dan relaksasi. Rencana yang belum
dilakukan : pemberian asam mefenamat 500 mg peroral.
Terapi: Asam mefenamat 3 x 500 mg, Vit. B kompleks 3 x 1 tablet.
Persiapan lain: USG abdomen dan Cek albumin besok pagi, Konsul
ke Internis, Persiapan kolon in loop.

Operan Tim B
NO / NAMA / UMUR / NO.REG / DX / DR / LAPORAN KEGIATAN
i. Ny. Dewi (41 thn) (5874031) Ca.Mammae / Dr. Samsul KU: baik,
komposmentis. TD: 110/80, N: 100 x/mnt, RR: 20 x/mnt, T: 37 C.
Keluhan: takut kalau mau dioperasi. Masalah keperawatan:
Ansietas. Rencana yg sudah dilakukan: monitor TTV, Motivasi
individu. Rencana yg belum dilakukan: Relaksasi, Pendidikan
klien. Terapi: Vitamin C 3 x 500 mg, Vitamin B kompleks 3 x 1
tablet peroral. Persiapan lain : Cek darah rutin.
ii. Ny. Masamah (67 thn) (5870051) Tumor kulit / Dr. Joko KU :
baik, komposmentis. TD: 150/80, N: 80 x/mnt, RR : 20 x mnt, S:
37 C. Keluhan nyeri skala 7 dari 10. Masalah keperawatan: Nyeri.
Resikio tinggi infeksi, gangguan integritas kulit. Rencana yang
sudah dilakukan: monitor TTV dan distraksi dan relaksasi, ganti
balut, Injeksi Cefotaxim 500 mg. Rencana yang belum dilakukan :
pemberian asam mefenamat 500 mg peroral, Monitor TTV.
Terapi: Asam mefenamat 3 x 500 mg, Cefotaxim 2 x 500 mg.
Persiapan lain: Program operasi ditunda besok pagi.

D. Ronde Keperawatan
1. Definisi Ronde Keperawatan
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping pasien
dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan akan
tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer atau
konselor, kepala ruangan, perawat associate yang perlu juga melibatkan
seluruh anggota tim.
Ronde keperawatan merupakan suatu metode pembelajaran klinik
yang memungkinkan peserta didik mentransfer dan mengaplikasikan
pengetahuan teoritis ke dalam peraktik keperawatan secara langsung.
Karakteristik ronde keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Klien dilibatkan secara langsung
2. Klien merupakan fokus kegiatan
3. Perawat aosiaet, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi
bersama
4. Kosuler memfasilitasi kreatifitas
5. Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet,
perawat
6. Primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah.
2. Tujuan Ronde Keperawatan
Adapun tujuan ronde keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Menumbuhkan cara berpikir secara kritis.
2. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berasal dari masalah klien.
3. Meningkatkan validitas data klien.
4. Menilai kemampuan justifikasi.
5. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
6. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan.
3. Peran dalam Ronde Keperawatan
a. Peran Ketua Tim dan Anggota Tim
1. Menjelaskan keadaan dan data demografi klien.
2. Menjelaskan masalah keperawata utama.
3. Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan.
4. Menjelaskan tindakan selanjutnya.
5. Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil.
b. Peran Ketua Tim Lain dan/Konselor
1. Perawat primer (ketua tim) dan perawat asosiet (anggota tim)
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang
bisa untuk memaksimalkan keberhasilan yang bisa disebutkan antara
lain :
1) Menjelaskan keadaan dan adta demografi klien
2) Menjelaskan masalah keperawatan utama
3) Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan
4) Menjelaskan tindakan selanjtunya
5) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil
2. Peran perawat primer (ketua tim) lain dan atau konsuler
1) Memberikan justifikasi
2) Memberikan reinforcement
3) Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan
serta tindakan yang rasional
4) Mengarahkan dan koreksi
5) Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari
4. Langkah-Langkah Ronde Keperawatan
a. Persiapan
1. Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan
ronde.
2. Pemberian inform consent kepada klien/ keluarga.
b. Pelaksanaan
1. Penjelasan tentang klien oleh perawat primer dalam hal ini
penjelasan difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana
tindakan yg akan atau telah dilaksanakan dan memilih prioritas yg
perlu didiskusikan.
2. Diskusikan antar anggota tim tentang kasus tersebut.
3. Pemberian justifikasi oleh perawat primer/ perawat konselor/ kepala
ruangan tentang masalah klien serta tindakan yg akan dilakukan.
4. Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang
akan ditetapkan.

c. Pasca Ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta
menetapkan tindakan yang perlu dilakukan.
5.Manfaat Ronde Keperawatan
Banyak manfaat dengan dilakukannya ronde keperawatan oleh perawat,
diantaranya:

a. Ronde keperawatan dapat meningkatkan keterampilan dan


pengetahuan pada perawat. Clement (2011) menyebutkan manfaat
ronde keperawatan adalah membantu mengembangkan keterampilan
keperawatan, selain itu menurut Wolak et al. (2008) denga adanya
ronede keperawatan akan menguji pengetahuan perawat. Peningkatan
ini bukan hanya keterampilan dan pengetahuan keperawatan saja,
tetapi juga peningkatan secara menyeluruh. Hal ini dijelaskan oleh
Wolak et al. (2008) peninkatan kemampuan perawat bukan hanya
keterampilan keperawatan tetapi juga memberikan kesempatan pada
perawat untuk tumbuh dan berkembang secara profisonal.
b. Melalui kegiatan ronde keperwatan, perawat dapat mengevaluasi
kegiatan yang telah diberikan pada pasien berhasil atau tidak. Clement
(2011) melalui ronde keperawatan, evaluasi kegiatan,rintangan yang
dihadapi oelh perawat atau keberhasilan dalam asuhan keperawatan
dapat dinilai. Hal ini juga ditegaskan oleh O’connor (2006) pasien
sebagai alat untuk menggambarkan parameter penilaian atau teknik
intervensi.
c. Ronde keperawatan merupakan sarana belajar bagi perawat dan
mahasiswa perawat. Ronde keperawatan merupakan studi percontohan
yang menyediakan sarana untuk menilai pelaksanaan keperawatan
yang dilakukan oleh perawat (Wolak et al, 2008). Sedangkan bagi
mahasiswa perawat dengan ronde keperawatan akan mendapat
pengalaman secara nyata dilapangan (Clement, 2011).

d. Manfaat ronde keperawatan yang lain adalah membanu


mengorientasikan perawat baru pada pasien. Banyak perawat yang
baru masuk tidak mengetahui mengenai pasien yang dirawat di
ruangan. Dengan ronde keperawatan hal ini bisa dicegah, ronde
keperwatan membantu mengorientasikan perawat baru pada pasien
(Clement, 2011).
e. Ronde keperawatan juga meningkatkan kepuasan pasien. Penelitian
Febriana (2009) ronde keperwatan meningkatkan kepuasan pasien
lima kali dibanding tidak lakukan ronde keperawatan. Chaboyer et al.
(2009) dengan tindakan ronde keperawatan menurunkan angka
insiden pada pasien yang dirawat.

6.Tipe-tipe Ronde
Berbagai macam tipe ronde keperawatan dikenal dalam studi kepustakaan.
Diantaranya adalah menurut Close dan Castledine (2005) ada empat tipe
ronde yaitu matrons’ rounds, nurse management rounds, patient comfort
rounds dan teaching nurse.

a. Matron nurse menurut Close dan Castledine (2005) seorang perawat


berkeliling ke ruangan-ruangan, menanyakan kondisi pasien sesuai
jadwal rondenya. Yang dilakukan perawat ronde ini adalah memeriksa
standart pelayanan, kebersihan dan kerapihan, dan menilai penampilan
dan kemajuan perawat dalam memberikan pelayanan pada pasien.
b. Nurse management rounds menurut Close dan Castledine (2005)
ronde ini adalah ronde manajerial yang melihat pada rencana
pengobatan dan implementasi pada sekelompok pasien. Untuk melihat
prioritas tindakan yang telah dilakukan serta melibatkan pasien dan
keluarga pada proses interaksi. Pada ronde ini tidak terjadi proses
pembelajaran antara perawat dan head nurse.
c. Patient comport nurse menurut Close dan Castledine (2005) ronde
disini berfokus pada kebutuhan utama yang diperlukan pasien di
rumah sakit. Fungsi perawat dalam ronde ini adalah memenuhi semua
kebutuhan pasien. Misalnya ketika ronde dilakukan dimalam hari,
perawat menyiapkan tempat tidur untuk pasien tidur.
d. Teaching rounds menurut Close dan Castledine (2005) dilakukan
antara teacher nurse dengan perawat atau mahasiswa perawat, dimana
terjadi proses pembelajaran. Teknik ronde ini biasa dilakukan oleh
perawat atau mahasiswa perawat. Dengan pembelajaran langsung.
Perawat atau mahasiswa dapat langsung mengaplikasikan ilmu yang
didapat langsung pada pasien.

Daniel (2004) walking round yang terdiri dari nursing round, physician-
nurse rounds atau interdisciplinary rounds. Nursing rounds adalah ronde
yang dilakukan antara perawat dengan perawat. Physician-nurse adalah
ronde pada pasien yang dilakukan oleh dokter dengan perawat, sedangkan
interdisciplinary rounds adalah ronde pada pasien yang dilakukan oleh
berbagai macam tenaga kesehatan meliputi dokter, perawat, ahli gizi serta
fisioterapi, dsb.

7. Kelemahan Ronde Keperawatan


Kelemahan metode ini adalah klien dan keluarga merasa kurang nyaman
serta privasinya terganggu. Masalah yang biasanya terdapat dalam metode
ini adalah sebagai berikut:
1) Berorientasi pada prosedur keperawatan
2) Persiapan sebelum praktek kuarang memadai
3) Belum ada keseragaman tentang laporan hasil ronde keperawatan
4) Belum ada kesempatan tentang model ronde keperawatan
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien di suatu ruangan
sakit, dapat digunakan beberapa metode pemberian asuhan
keperawatan.diantaraya Metode Fungsional, Metode TIM, Metode
Primer,Metode Kasus.
Pada metode fungsional,perawat lebih banyak melakukan satu jenis
pekerjaan yang dilakukan di ruangan sakit,atau dengan kata lain perawat sudah
mendapat tugasnya masing-masing,artinya setiap perawat tidak mengerjakan
semua intervensi pada seorang pasien sakit.
Pada metode tim, klien dan perawat membuat suatu kelompok yang
diketuai/dipimpin oleh seorang perawat yang mempunyai lisensi dan ahli
dalam bidangnya,selain itu ketua tim mempunyai tanggung jawab yang paling
tinggi didalam kelompok.ketua tim bertugas memberi pengarahan, menerima
laporan kemajuan, serta membantu anggota tim yang kesulitan mengerjakan
tugas. Selain itu ketua tim juga yang melaporkan kepada kepala ruangan
tentang kemajuan pelayanan/asuhan keperawatan terhadap klien.
Pada metode primer, seorang pasien akan diberikan
perawatan,pelayanan dan asuhan keperawatan secara total oleh seorang
perawat primer selama 24 jam.dengan kata lain, seorang pasien akan diberikan
asuhan keperawatan oleh 1 perawat yang khusus ditugaskan untuk 1 pasien di
ruangan sakit,
Pada metode kasus seorang perawat akan memberikan perawatan
konstan dalam jangka waktu tertentu .
DAFTAR PUSTAKA

Sitorus, Ratna. 2005. Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah Sakit.


EGC : Jakarta
Swanburg, Russel C.2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan Perawatan Klinis.Jakarta:EGC.
Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional.
Salemba Medika;
Sumijatun (2008) Manajemen Keperawatan Metode Penugasan dalam
library.usu.ac.id
Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta : Salemba Medika
Gillies . 1989. Managemen Keperawatan suatu pendekatan Sistem. EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai