Anda di halaman 1dari 123

LAPORAN

STASE MANAJEMEN DI RUANG RASYID THALIB


RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4

1. Defri Hs (21219014)
2. Windhi Pratama (21219086)
3. Saidatur Rahma (21219068)
4. Siti Mariatul Fadilah (21219071)
5. Siti Maskanah (21219071)
6. Tiara Imelda (21219076)

Pembimbing Akademik : Yuniza, S.Kep.,Ns.,M. Kep


Pembimbing Klinik : Widia Sari, S.Kep.,Ns

PENDIDIKAN PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena atas
Berkat, Rahmat, dan Ridho-Nya bisa menyelesaikan Laporan Manajemen
Keperawatan di Ruang Rusyid Thalib RS Muhammadiyah Palembang ini tepat
pada waktunya. Laporan ini dapat tersusun dengan bantuan dan dukungan serta
arahan dari berbagai pihak yang terkait dan tidak dapat disebutkan satu persatu.
Dalam kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Direktur Utama RS Muhammadiyah Palembang yang telah memberikan
kesempatan kami untuk praktek klinik stase Manajemen Keperawatan di RS
Muhammadiyah Palembang
2. Bapak Heri Shatriadi CP, M.Kes Ketua STIKes Muhammadiyah Palembang
yang telah memberikan kesempatan kami untuk praktik klinik Stase
Manajemen di RS Muhammadiyah Palembang
3. Ibu Yuniza, S.Kep.,Ns.,M.Kep Selaku Pembimbing Akademik yang banyak
memberikan bimbingan
4. Ibu Merry Martuti, Selaku Kepala Ruangan Rusyid Thalib RS
Muhammadiyah Palembang
5. Ibu Widia Sari, S.Kep., Ns, Selaku Pembimbing Lahan RS Muhammadiyah
Palembang
6. Teman-Teman yang bekerja sama dalam menyelesaikan laporan ini
7. Semua pihak yang tidak dapat disebut satu persatu, terimakasih bantuannya

Semoga Allah SWT membalas dan melimpahkan Rahmat serta Hidayah-


Nya dan menjadikannya sebagai amal jariyah. Akhirnya semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi pembangunan ilmu pendidikan dan ilmu keperawatan serta bagi
semua yang membacanya, Aamiin.
Palembang, Maret 2020

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.....................................................
DAFTAR ISI...............................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................
B. Tujuan............................................................................
1. Tujuan Umum............................................................
2. Tujuan Khusus...........................................................
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan....................................
D. Peserta ..........................................................................
E. Metode Pengambilan Data.............................................
F. Kategori penilaian..........................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum RS Muhammadiyah Palembang.........
B. Unsur Input...........................................................................................
1. Row Input.......................................................................................
2. Instrumen Input...............................................................................
a. Man...........................................................................................
b. Money.......................................................................................
c. Material.....................................................................................
d. Machine....................................................................................
e. Method......................................................................................
C. Proses.............................................................................
1. Proses Pelayanan Keperawatan Sistem Pemberian Pelayanan
Keperawatan Profesional (Instrumen A)........................
2. Standar Asuhan Keperawatan (Instrumen B)............
3. Standar Operasional Prosedur (Instrumen C)............
D. Output............................................................................
E. Efisiensi Ruang Rawat (BOR, LOS, TOI, BTO).................

BAB III RENCANA KEGIATAN


A. Identifikasi Masalah........................................................
B. Skoring...........................................................................
C. Permasalahan.................................................................
D. Analisa SWOT.................................................................
E. POA................................................................................

BAB IV PELAKSANAAN DAN EVALUASI


A. Pengontrolan 5 Moment Cuci Tangan.......................................
B. Pengontrolan Handover........................................................................
C. Pengontrolan Pemberian Obat
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.....................................................................
B. Saran..............................................................................

3
DAFTAR PUSTAKA.....................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen keperawatan merupakan pelaksanaan
pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Manajemen
mengandung tiga prinsip pokok yang menjadi ciri utama
penerapannya yaitu efisiensi dalam pemanfaatan sumber
daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk
mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam pengambilan
keputusan manajerial. Penerapan manajemen keperawatan
memerlukan peran tiap orang yang terlibat di dalamnya
untuk menyikapi posisi masing-masing melalui fungsi
manajemen di rumah sakit (Muninjaya, 2014).
Keberadaan rumah sakit sebagai suatu lembaga yang
menyediakan pelayanan jasa kesehatan seringkali
menimbulkan tekanan psikologis dan ekonmi bagi
konsumennya. Rumah sakit adalah bagian integral dari
suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi
menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif),
penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit
(preventif) kepada masyarakat (WHO, 2012). Rumah sakit
juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan
pusat penelitian medik (Suryanto, 2017).
Salah satu tujuan pelayanan asuhan keperawatan adalah
memelihara kesehatan. Kesehatan adalah sebagai suatu
keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan
hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan (WHO, 2012).
Sejalan dengan WHO pengertian sehat menurut UU Pokok
Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah keadaan

4
yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani (mental),
dan sosial, serta bukan hanya keadaan bebas dari penyakit,
cacat, dan kelemahan. Dan dalam Undang- Undang N0. 23
Tahun 1992, dimensi kesehatan mencakup 4 aspek, yakni:
fisik (badan), mental (jiwa), sosial, dan ekonomi (Kemenkes,
2013).
Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada
individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik dalam
keadaan sakit maupun sehat. Menurut UU No. 38 tahun
2014, perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan
tinggi keperawatan, baik di dalam maupun diluar negeri
yang diakui oleh pemerintah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.Perawat merupakan salah
satu ujung tombak dalam pelayanan kesehatan di rumah
sakit. Perawat dalam kaitannya dengan pelayanan
kesehatan yakni memberikan asuhan keperawatan langsung
pada pasien (Pemerintah Republik Indonesia, 2014 : WHO,
2013).
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan
keperawatan di rumah sakit dirasakan sebagai suatu
fenomena yang harus direspon oleh perawat. Oleh karena
itu pelayanan keperawatan ini perlu mendapat prioritas
utama dalam pengembangan ke masa depan. Perawat harus
mau mengembangkan ilmu pengetahuannya dan berubah
sesuai tuntutan masyarakat, dan menjadi tenaga perawat
yang professional. Pengembangan dalam berbagai aspek
keperawatan bersifat saling berhubungan, saling
bergantung, saling mempengaruhi dan saling
berkepentingan oleh karena itu inovasi dalam pendidikan
keperawatan, praktek keperawatan, ilmu keperawatan dan
kehidupan keprofesian merupakan fokus utama

5
keperawatan Indonesia dalam proses profesionalitas
(Jefferson, 2012).
Pemberian asuhan keperawatan yang baik dan benar
dapat menjadikan kepuasan pasien yang tergantung pada
kualitas pelayanan. Pelayanan adalah semua upaya yang
dilakukan karyawan untuk memenuhi keinginan
pelanggannya dengan jasa yang akan diberikan. Suatu
pelayanan dikatakan baiuk oleh pasien, ditentukan oleh
kenyataan apakah jasa yang diberikan bisa memenuhi
kebutuhan pasien, dengan menggunakan persepsi pasien
tentang pelayanan yang diterima (memuaskan atau
mengecewakan, juga termasuk lamanya waktu pelayanan)
(Marquis, 2009).
Kepuasan dimulai dari penerimaan terhadap pasien dari
pertama kali datang, sampai pasien meninggalkan rumah
sakit. Pelayanan dibentuk berdasarkan lima prinsip service
quality yaitu kecepatan, ketepatan, keramahan dan
kenyamanan pelayanan. Dan pelayanan tersebut harus
dikelola secara professional melalui manajemen
keperawatan (Nursalam, 2011).
Kepuasan pasien tergantung pada kualitas pelayanan. Pelayanan adalah
semua upaya yang dilakukan karyawan untuk memenuhi keinginan
pelanggannya dengan jasa yang akan diberikan. Suatu pelayanan dikatakan
baik oleh pasien, ditentukan oleh kenyataan apakah jasa yang diberikan bisa
memenuhi kebutuhan pasien, dengan menggunakan persepsi pasien tentang
pelayanan yang diterima dengan manajemen keperawatan (Perry & Potter,
2009).
Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus
yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk
merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan serta
mengawasi sumber-sumber yang ada baik sumber daya
manusia, alat maupun dana, sehingga dapat memberikan

6
pelayanan keperawatan yang efektif, baik pada pasien,
keluarga, dan masyarakat. Manajemen keperawatan
meruapakan hal yang sangat penting dalam pelayanan
keperawatan di rumah sakit. Karena hampir semua kegiatan
pelayanan asuhan keperawatan di pengaruhi oleh
manajemen (Triwibowo, 2013).
Manajemen keperawatan di aplikasikan dalam tatanan
pelayanan nyata di rumah sakit, sehingga perawat perlu
memahami bagaimana konsep dan aplikasinya. Salah satu
metode dalam aplikasi pelayanan yang bermutu adalah
dengan metode SP2KP (Sistem Pemberian Pelayanan
Keperawatan Professional). SP2KP adalah sistem pemberian
pelayanan keperawatan proffesional yang merupakan
pengembangan dari MPKP (Model Praktek Keperawatan
Proffesional). Dimana dalam SP2KP ini terjadi kerjasama
profesional antara perawat primer (PP) dan perawat
associate (PA) serta tenaga kesehatan lainnya (Perry &
Potter, 2009).
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang sebagai salah satu
penyelenggara pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian serta usaha
lain di bidang kesehatan, bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan
dan senantiasa berorientasi kepada kepentingan masyarakat. Agar tujuan
tersebut dapat terlaksana, rumah sakit perlu didukung dengan adanya
organisasi yang mantap dan manajemen yang baik dengan berorientasi pada
mutu pelayanan bagi masyarakat. Perawat sebagai bagian integral dari
pelayanan kesehatan, dituntut untuk memiliki kemampuan manajerial yang
tangguh sehingga pelayanan yang diberikan mampu memuaskan kebutuhan
klien. Kemampuan manajerial yang tangguh yang dimiliki perawat dapat
dicapai melalui banyak cara, Untuk mewujudkan hal tersebut perawat
dituntut mempunyai pengetahuan, teori dan konsep yang mendasari
keterampilan manajerial. Salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan

7
manegerial yang handal selain didapatkan dibangku kuliah, harus melalui
pembelajaran, praktikan dilahan praktek diruang Rasyid Thalib.
Berdasarkan pengkajian primer yang kami dapatkan secara singkat
Ruang Rasyid Thalib ini merupakan ruang perawatan anak, terdapat
beberapa masalah yang ditemukan yaitu : belum terlaksananya mencuci
tangan berdasarkan 5 moment, pelaksanaan handover yang belum optimal.
Serta kurangnya kepatuhan perawat dalam pemberian obat IV bolus dan oral
sesuai SOP. Melihat adanya beberapa masalah yang ditemukan maka perlu
diperbaiki dan dikelola secara manajemen keperawatan.
Mahasiswa Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Palembang
dituntut untuk dapat mengaplikasikan langsung pengetahuan managerialnya
di ruang Rasyid Thalib RS Muhammadiyah Palembang. Salah satu cara
untuk meningkatkan keterampilan managerial yang handal selain didapatkan
di bangku kuliah, harus melalui pembelajaran, praktikum dilahan praktek di
ruang Rasyid Thalib. Dengan arahan dari pembimbing lapangan, kerjasama
ruangan, dan bidang keperawatan maupun dari pembimbing akademik
secara intensif diharapkan kami mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang
didapat dan mengelola ruangan keperawatan dengan pendekatan proses
manajemen dan membantu meningkatkan mutu dan kualitas dalam
pelayanan di Ruang Rasyid Thalib Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktik Manajemen Keperawatan selama 2 minggu
dimulai dari 16 Maret s/d 27 Maret 2020 di Ruang Rawat Inap Rasyid
Thalib Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang mahasiswa mampu

8
memahami Manajemen Keperawatan baik pengelolaan sarana maupun
kegiatan keperawatan dalam tatanan klinik.

2. Tujuan Khusus
Secara kelompok dan individu, mahasiswa dapat menunjukkan
kemampuan dalam hal :
a. Melakukan pengkajian dalam proses pengumpulan data di Ruang Rawat
Inap Rasyid Thalib Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
b. Mengidentifikasi, menganalisis data dan memprioritaskan masalah di
Ruang Rawat Inap Rasyid Thalib Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang
c. Mampu melaksanakan POA
d. Mampu membuat analisis SWOT
e. Mampu melakukan pengorganisasian dengan konsep manajemen
keperawatan di Ruang Rawat Inap Rasyid Thalib Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang
f. Memilih dan menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai di ruang
rawat inap dan memilih serta menerapkan gaya pendekatan dan strategi
dalam mempengaruhi orang lain untuk pencapaian tujuan praktek
manajemen keperawatan di Ruang Rawat Inap Rasyid Thalib Rumah
Sakit Muhammadiyah Palembang
g. Melaksanakan role play berperan sebagai kepala ruangan, ketua tim,
dan perawat pelaksana secara bergantian

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Pelaksanaan Praktik Klinik Manajemen Keperawatan Oleh Mahasiswa
Pendidikan Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Palembang dilaksanakan di
Ruang Rawat Inap Rasyid Thalib Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
dari tanggal 16 Maret s/d 27 Maret 2020.

9
D. Peserta
1. Mahasiswa
Praktik Klinik Keperawatan Stase Manajemen Keperawatan
Mahasiswa Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Palembang
terdiri dari 6 mahasiswa yaitu:
a. Defri Hs, S.Kep
b. Windhi Pratama, S.Kep
c. Saidatur Rahma, S.Kep
d. Siti Mariatul Fadilah, S.Kep
e. Siti Maskanah, S.Kep
f. Tiara Imelda, S.Kep

2. Pembimbing
Pembimbing terdiri dari pembimbing akademik dan pembimbing lapangan
a. Pembimbing Akademik, yaitu :
Yuniza, S.Kep.,Ns.,M. Kep
b. Pembimbing Lapangan/Perseptor yaitu :
Widia Sari, S.Kep.,Ns

E. Metode Pengambilan Data


Metode pengambilan data yaitu dengan menggunakan metode kuesioner,
observasi, dan wawancara.
1. Observasi yaitu dengan melihat dan mengobervasi secara langsung seluruh
kegiatan yang ada diruangan.
2. Metode wawancara yaitu pengumpulan data dengan melakukan wawancara
secara lisan kepada narasumber seperti kepala ruangan, ketua tim, perawat
pelaksana, pasien serta keluarga pasien.
3. Study dokumen yaitu pengambilan data dari rekam medik. Kepala
Ruangan.

F. Kategori Penilaian

10
Berdasarkan kesepakatan kelompok, penilaian untuk hasil instrument
dikategorikan menjadi 4 yaitu, sebagai berikut :
1. Sangat Baik : 76 – 100 %
2. Baik : 51 – 75 %
3. Cukup : 26 – 50 %
4. Buruk : 1 – 25 %

BAB II
HASIL PENGKAJIAN

A. Gambaran Umum RS Muhammadiyah Palembang


1. Sejarah Perkembangan Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
Sejak tahun 1965 cita-cita Muhammadiyah yang ingin mendirikan
amal usaha dibidang kesehatan khususnya dalam bentuk rumah sakit yang

11
komprehensif telah menjadi obsesi tokoh-tokoh Muhammadiyah di
Sumatera Selatan.Wacana pendirian rumah sakit tersebut selanjutnya
diaktualisasikan oleh beberapa tokoh Muhammadiyah diantaranya adalah
HM.Sidik Adiem, Djamain St. Marajoko, KH. Masjhur Azhari, HM.
Rasjid Talib, H. Zamhari Abidin, SH, H. Anang Kirom, HM. Soeripto, A.
Sjarkowi Bakri, MH. Fauzi Shomad dan tokoh-tokoh lainnya yang
mendapat sambutan positif dan dukungan penuh dari Bapak H. Abu Jazid
Bustomi dan Bapak MH.Ali Amin, SH selaku Gubernur Kepala Daerah
Provinsi Sumatera Selatan pada saat itu. Akan tetapi karena situasi sosial
politik dan kondisi internal Muhammadiyah khususnya bidang finansial,
akhirnya RSMP baru diresmikan pendiriannya pada tanggal 10 Dzulhijjah
1417 H / 18 April 1997 M oleh Gebernur Sumatera Selatan pada saat itu
yakni Bapak H. Ramli Hasan Basri bersama Ketua Pimpinan Pusat
Muhammadiyah Bapak Prof Dr. HM. Amien Rais, MA. Dan merupakan
satu-satunya amal usaha dibawah langsung PWM Sumatera Selatan.

2. Tujuan, Visi, Misi, dan Motto RSMP


a. Tujuan
“ Meningkatkan derajat kesehatan yang optimal melalui
pendekatan preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif bagi
segenap masyarakat pada umumnya dan warga Muhammadiyah
khususnya dalam mewujudkan keluarga sakinah mawaddah wa
rohmah sebagai bagian dari masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya ”.

b. Visi
“ Terwujudnya Rumah Sakit yang professional dalam pelayanan
dan berkarakteristik Islami ”.

c. Misi
1) Memberikan pelayanan, pendidikan, dan penelitian kesehatan
secara professional, modern dan islami.

12
2) Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien
3) Mewujudkan citra sebagai wahana ibadah dan pengembang
dakwah amar makruf nahi mungkar dalam bidang kesehatan.
4) Menjadi pusat persemaian kader Muhammadiyah dalam
bidang pelayanan, pendidikan dan penelitian kesehatan.

d. Motto
“ Melayani sebagai ibadah dan dakwah ”.

3. Direksi dan Pegawai


a. Direksi
1) Direktur : dr. H. Pangestu Widodo,, MARS
2) Wakil Direktur Pelayanan Medis : dr. Ari Rizaldi, SpOG
3) Wakil Direktur Admin & Keuangan : Mizan, S.E.,AK.,MSi.,CA
4) Wakil Direktur SDM, AIK : Mustofa, S.Ag,, M.Pd.I

b. Pegawai
Keseluruhan pegawai di Rumah Sakit Muhamadiyah Palembang
pada tahun 2020, pegawai rumah sakit muhammadiyah Palembang
berjumlah 426 terdiri dari Dokter Spesialis, Dokter Umum,
Perawat, Bidam, dan Non-medis.

4. Fasilitas dan Pelayanan


Dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat RSMP
mempunyai pelayanan sebagai berikut :
a. Fasilitas Umum
1) Musholla Asy-Syifa
2) Koperasi
3) Bank Muamalat
4) Kantin Umum
5) Area Parkir Kendaraan
6) Pengelolaan ZIS

13
7) Penyelenggaraan Jenazah/ Khusnul Khotinah
b. Pelayanan Khusus
1) Instalasi Gawat Darurat
2) Kamar Operasi
3) Kemoterapi
4) Fisioterapi
c. Pelayanan Penunjang
1) Pelayanan Farmasi
2) Pelayanan Gizi
3) Pelayanan Laboratorium
4) Pelayanan Radiologi
5) Echocardiography
6) Treadmill
7) USG & ECG
8) Bank Darah
9) Ambulance
10) Senam DM
11) Senam Jantung Sehat
d. Pelayanan Rawat Jalan
1) Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam
2) Poliklinik Bedah Ortopedi
3) Poliklinik Bedah Umum
4) Poliklinik Bedah Tumor
5) Poliklinik Bedah Urologi
6) Poliklinik Onkologi Kebidanan dan Penyakit Kandungan
7) Poliklinik Kebidanan & Kandungan
8) Poliklinik Spesialis Anak
9) Poliklinik Spesialis Mata
10) Poliklinik Spesialis THT
11) Poliklinik Syaraf
12) Poliklinik Kulit dan Kelamin
13) Poliklinik Spesialis Jiwa

14
14) Poliklinik Spesialis Jantung
15) Poliklinik Spesialis Gigi
16) Poliklinik Paru
17) Poliklinik Bedah Plastik
18) Poliklinik Penyakit Dalam
e. Pelayanan Rawat Inap
1) Perawatan VIP & VIP Utama
2) Perawatan kelas I,II,III
3) Perawatan penyakit dalam
4) Perawatan anak
5) Perawatan bedah
6) Perawatan ICU/ICCU
7) Perawatan kebidanan
8) Perawatan neonatus / NICU
f. Pelayanan Penunjang
1) Intalasi laboratorium klinik
2) Instalasi radiologi
3) Instalasi kamar bedah
4) Instalasi farmasi (Apotik)
5) Instalasi Gizi
6) Laundry
7) Central Sterilized Suplay Departemen (CSSD)
8) Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPS RS)
9) Instalasi Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan
10) Bank Darah
11) Kasir
12) Hemodialisa
13) Instalasi Rehabilitasi Medis

g. Struktur Organisasi
Bagan 2.1
Struktur Organisasi

15
h. Gambaran Ruang Rasyid Thalib RS Muhammadiyah Palembang
1) Denah Ruangan

Menurut Posma (2001) yang dikutip dari Anggraini (2008),


rawat inap merupakan suatu bentuk perawatan, dimana pasien dirawat
dan tinggal di rumah sakit untuk jangka waktu tertentu. Selama pasien
dirawat, rumah sakit harus memberikan pelayanan yang terbaik
kepada pasien.

16
Menurut Depkes RI (1997) yang dikutip dari Suryanti (2002)
Pelayanan rawat inap merupakan pelayanan terhadap pasien masuk
rumah sakit yang menempati tempat tidur perawatan untuk keperluan
observasi, diagnosa, terapi, rehabilitasi medik dan atau pelayanan
medik lainnya. Karena penyakitnya membutuhkan perawatan yang
intensif dari pekerja medis (dokter, perawat, farmasi, lab).
Ruang rawat yaitu ruang untuk pasien yang memerlukan asuhan
dan pelayanan keperawatan dan pengobatan secara berkesinambungan
lebih dari 24 jam. Untuk tiap-tiap rumah sakit akan mempunyai ruang
perawatan dengan nama sendiri-sendiri sesuai dengan tingkat
pelayanan dan fasilitas yang diberikan oleh pihak rumah sakit kepada
pasiennya.
Standar ruang rawat inap di Rumah Sakit berdasarkan DEPKES
RI (2006) yaitu sebagai berikut :
a. Ruangan pasien rawat inap (Pemisahan ruangan infeksi dan non
infeksi)
b. Ruang pos perawat ( Nurse Station)
c. Ruang Konsultasi
d. Ruang Tindakan
e. Ruang Administrasi
f. Ruang Dokter
g. Ruang Perawat (Ruang Istirahat)
h. Ruang Linen Bersih
i. Ruang Linen Kotor
j. Kamar Mandi / Toilet (Toilet Perawat dan Toilet Pasien)
k. Pantry
l. Gudang

17
Gambar 2.1 Denah Ruang Rasyid Thalib

Aspek Deskripsi Situasi


Ruang Ruang tindakan berada di sebelah kiri pada saat kita
Tindakan masuk dari pintu depan ruang nurse station di dalam
ruangan teradapat 1 bed tindakan perawatan anak, 1
safety box, 1 lemari obat pasien, 1 lemari cairan dan
bahan habis pakai (alat steril), 1 kulkas penyimpanan
obat, 1 dispenser air minum, 1 troli tindakan, dan
beberapa dus cairan infus.
Ruang Ruang nurse station terletak di samping ruang

18
Aspek Deskripsi Situasi
Nurse tindakan, tepatnya berada di sebelah kanan. Di ruang
Station Nurse station terdapat meja nurse station, 1 buah
komputer beserta perangkatnya, 1 buah telephone , 1
lemari status, 4 buah kursi, 1 wastafel, 1 buah
handwash dan 1 botol handrub.

Ruang Ruang linen berada di seberang ruang kepala ruangan,


Linen didalamnya ada 2 lemari linen, dan bantal di tumpuk
diluar lemari.
Toilet Toilet berada di belakang ruangan nurse station
Perawat tepatnya di belakang ruangan kepala ruangan. Di
samping depan pintu toilet terdapat tempat linen kotor,
1 kotak sampak infeksi, 1 kotak sampah noninfeksi,
dan 1 kotak sampah botol cairan infus atau obat.
Gudang Gudang berada di seberang toilet perawat tepatnya
dibelakang ruang linen.
Kamar I Kamar Kelas I terletak di sebelah kiri ruang nurse
(Rasyid station. Di dalam ruangan kelas I terdapat 4 kamar
Thalib 1, 2, yaitu Rasyid Thalib 1, 2, 3, dan 4 pada saat masuk
3, dan 4) masing-masing ruang kamar terdapat 1 bed pasien, 1
kursi, 1 sofa, 1 AC, dan 1 tv. Tersedia 1 toilet untuk 4
kamar.
Kamar Kamar-kamar terletak di sebelah kanan ruang nurse
(Rasyid station di kamar 5, 6, dan 7 terdapat 6 bed pasien 3 di
Thalib 5, 6, bagian sebelah kiri ruangan dan 3 di bagian sebelah
7, dan 8) kanan pasien, 1 lemari dan 1 kursi di samping masing-
masing bed pasien, 1 handrub di masing bed pasien
serta 1 AC. Sedangkan di kamar 8 terdapat 4 bed
pasien 2 di bagian sebelah kiri ruangan dan 2 di bagian
sebelah kanan pasien, 1 lemari dan 1 kursi di samping
masing-masing bed pasien, 1 handrub di masing bed
pasien serta 1 AC dan 1 toilet di setiap ruangan.

19
Aspek Deskripsi Situasi
Kamar Isolasi Kamar 9 terletak di kanan gudang ruang bedah, pada
(Rasyid saat masuk ruangan terdapat bed 3 bed pasien, 1
Thalib 9) lemari dan 1 kursi di samping masing-masing bed
pasien, 1 handrub di masing-masing bed pasien, 1 AC
dan toilet yang berada di luar ruangan.
Ruang Ruang KARU terletak di samping ruang tindakan dan
KARU seberang ruang linen. Di dalam ruang KARU terdapat
1 lemari, 1 meja, 2 kursi dan 1 AC.

Berdasarkan hasil pengkajian di Ruang Rasyid Thalib,


didapatkan point-point ruangan prasarana yang belum maksimal
seperti ruang konsultasi, ruang dokter, ruang coas, ruang administrasi,
ruang linen bersih dan kotor yang kurang memadai, dan ruang pantry
akan tetapi secara keseluruhan bahwa Ruang Rasyid Thalib sudah
cukup memenuhi standar ruang rawat inap berdasarkan teori DEPKES
RI (2006), yang meliputi ruang pos perawat (Nurse Station), ruang
tindakan, ruang perawat (Ruang Istirahat), kamar mandi/toilet dan
gudang.

2) Pengorganisasian Berdasarkan SP2KP


Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk
mencapai tujuan, penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan,
menentukan cara dari pengorganisasian aktivitas yang tepat, baik
vertikel maupun horizontal, yang bertanggungjawab untuk mencapai
tujuan organisasi.
Pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat di ruang SP2KP
menggunakan pendekatan tim, secara vertikal ada kepala ruang, ketua
tim, dan perawat pelaksana. Setiap tim bertanggung jawab terhadap
sejumlah pasien. Pengorganisasian di ruang SP2KP terdiri dari :

20
Bagan 2.2
Pengorganisasian Berdasarkan SP2KP
Struktur Organisasi di Ruang Rasyid Thalib

Kepala Ruangan

KETUA TIM

PJ SHIFT PJ SHIFT PJ SHIFT PJ SHIFT

TIM I TIM II

TIM I TIM II

TIM I TIM II

TIM I TIM II

Bagan 2.3
Struktur Organisasi di Ruang Rasyid Thalib
Kepala Ruangan
Merry Martuti, S.Kep

KETUA TIM
Adika Kodrati, S.st

PJ SHIFT PJ SHIFT PJ SHIFT PJ SHIFT


Mariani, AM.Kp Eniswastuti, Nina Meylia, Echa, AM.Kp
AM.Kp AM.Kp

PERAWAT TIM I PERAWAT TIM II


1. Merisa Triana, AM.Kp 1. Eli Yulianti, S.Kep
2. Rosmega Taty, AM.Kp 21 2. Eka Pranita, AM.Kp
3. Siska A, AM.Kp 3. Herniaty, AM.Kp
4. Estiawati,AM.Kp 4. Fitrini, AM.Kp
Berdasarkan data yang telah didapatkan melalui pengumpulan data
yang dilakukan selama 2 hari mulai tanggal 16-17 Maret 2020 di ruang
Rasyid Thalib RS Muhammadiayah Palembang, data yang didapatkan
tersebut berjalan selaras dengan teori yang ada, pengorganisasian di
ruang Perawatan Rasyid Thlaib menerapkan SP2KP (Sistem Pemberian
Pelayanan Keperawatan Profesional).

B. Unsur Input
1. Row Input
a. Pasien
Pasien adalah orang yang memiliki kelemahan fisik atau
mentalnya menyerahkan pengawasan dan perawatannya, menerima
dan mengikuti pengobatan yang ditetapkan oleh tenaga kesehatan
(Wilhamda, 2012).
Total pasien di ruang rawat inap Rasyid Thalib Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang pada bulan Desember 2019 hingga
Febuari 2020 adalah 305 orang.
Tabel 2.1
Jumlah Pasien Dari Bulan Desember 2019 – Febuari 2020
di Ruang Rasyid Thalib RS Muhammadiyah Palembang
No Bulan Jumlah
1. Desember 2019 110
2. Januari 2020 137
3. Febuari 2020 136
Total 383
Sumber : Data Primer Ruang Rasyid Thalib Tahun 2020

Tabel 2.2
10 Penyakit Terbanyak periode Desember 2019 s/d Febuari
2020 Ruang Rasyid Thalib RS Muhammadiyah Palembang

No Penyakit Desember Januari Febuari Jumlah

1. Gastroentritis 59 18 19 96
2. Typhoid 6 18 21 45

22
No Penyakit Desember Januari Febuari Jumlah

3. Demam Berdarah 10 19 22 51
Dengue
4. Hiperpirexia 8 18 9 35

5. Tanda Demam 7 28 21 56
Berdarah Dengue
6. Typhoid 9 11 9 29
7. Palloticzicis 0 6 15 21
8. Bronkopneumonia 2 7 8 17
9. Kejang Demam 3 7 6 16
Komplex
10. Kejang Demam 6 5 6 17
Simple
Total 110 137 136 381
Sumber : Rekam Medik 2019
Dari data tabel 2.2 dapat dilihat bahwa dari 381 kasus yang terjadi
sebagian besar berasal dari penyakit Gastoentritis 85 (25%) dan data yang
terkecil adalah penyakit Kejang Demam Kimple (4%).

b. Peserta Didik
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur
pendidikan baik pendidikan formal atau pendidikan non formal, pada
jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu (Nursalam, 2008).
Berdasarkan hasil wawancara serta observasi yang telah dilakukan,
menurut kepala ruangan rawat inap Rasyid Thalib, maksimal mahasiswa
yang praktik berjumlah 5 orang dalam satu shift. kompetensi yang harus di
capai oleh mahasiswa praktikkan seperti vital sign, kompress hangat
persiapan pemberian obat baik itu obat oral maupun obat injeksi yang di
sesuaikan dengan kompetensi yang harus di capai berdasarkan buku
panduan yang dibawa oleh praktikkan di ruangan. Mengenai sistem
bimbingan, bimbingan bersama pembimbing lapangan dapat dilakukan
perhari atau bisa juga per tiga hari observasi.

23
2. Instrumental Input
a. MAN (Sumber Daya Manusia)
Perawat adalah seorang yang memberikan pelayanan kesehatan
secara professional dimana pelayanan tersebut berbentuk pelayanan
biologis, psikologis, sosial, spiritual yang ditunjukkan pada individu,
keluarga dan masyarakat ( Depkes RI, 2002). Menurut UU no 38 tahun
2014, perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi
keperawatan, baik di dalam maupun diluar negeri yang diakui oleh
pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pendekatan perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan
Berdasarkan hasil data di ruangan Rasyid Thalib didapatkan
jumlah tenaga pelaksanaan diruang Rasyid Thalib berjumlah 14 orang.
Dengan perincian 1 orang Kepala Ruangan, 1 orang Ketua Tim, 4 orang
PJ shift, 8 orang Perawat Pelaksana.
Dari 14 tenaga perawat yang ada, dilakukan dalam 2 kelompok
tim, yang pelaksanaanya sudah ditentukan oleh Kepala Ruang. Perawat
di Rasyid Thalib dibagi menjadi 3 shift jaga, yaitu :
1) Karu : 1 Orang
2) Katim : 1 Orang
3) Shift Pagi : 4 Orang
4) Shift Sore : 3 Orang
5) Shift Malam : 3 Orang
6) Libur Lepas Malam : Tidak ada
7) Cuti : Tidak ada

Jumlah perawat yang bertugas dalam shift pagi secara menetap


adalah Kepala ruangan, Ketua Tim serta perawat lain sesuai jadwal
shift. Pendekatan dalam perhitungan kebutuhan tenaga perawat di
Rasyid Thalib adalah sebagai berikut :

24
Tabel 2.3
Jumlah Pasien yang Didapatkan Selama Obervasi 2 Hari yang
Dilakukan Pada Tanggal 16 Maret– 17 Maret 2020

Tanggal Jumlah Pasien


16 Maret 2020 16
17 Maret 2020 14
Total 30
Rata-rata 15

Jumlah pasien yang digunakan dalam perhitungan rumus ini


berdasarkan pengkajian pada tanggal 16 Maret - 17 Maret 2020 yang
berjumlah 30 orang pasien.

1) Model Pendekatan dalam Perhitungan Kebutuhan Tenaga


Keperawatan
Beberapa model pendekatan pendapat yang dapat
dilakukan dalam perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan
adalah:
a) Berdasarkan klasifikasi pasien menurut Depkes RI:
Loss day
-
Loss Day = Jumlah hari minggu dalam 1 tahun + cuti + hari besarxjumlah perawat

- Jumlah hari kerja efektif

Non Nursing Job

Non Nursing Job= (jumlah tenaga keperawatan + loss day ) 25


100

 Berdasarkan tingkat ketergantungan rata – rata jumlah jam


perawatan
- Askep minimal 2 jam
- Askep sedang 3,08 jam
- Askep agak berat 4,15 jam
- Askep maksimal 6,16 jam

25
b) Berdasarkan rumus Douglas
Douglas (1984, dalam Minetti Huchinson, 1994)
menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam 1 unit
perawatan berdasarkan klasifikasi klien, dimana masing-
masing kategori mempunyai nilai standar /shift nya, yaitu
sebagai berikut:
Tabel 2.4
Standar Perhitungan Tenaga Perawat Menurut Douglas
Tingkat Jumlah Kebutuhan Perawat
Ketergantungan Pagi Sore Malam
Minimal 0,17 0,14 0,07
Parsial 0,27 0,15 0,10
Total 0,36 0,30 0,20

SSumber: Nursalam, 2011


Sedangkan klasifikasi derajat ketergantungan klien
terhadap keperawatan menurut Douglas berdasarkan
kriteria sebagai berikut:
a) Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1-2 jam
atau 24 jam, dengan kriteria :
- Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan
sendiri
- Makan dan minum dilakukan sendiri
- Ambulasi dengan pengawasan
- Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shiff
- Pengobatan minimal, status psikologi stabil
- Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
b) Perawatan partial memerlukan waktu 3-4 jam atau 24
jam dengan kriteria :

26
- Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
- Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
- Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
- Folley catheter/intake output dicatat
- Klien dengan pemasangan infus, persiapan
pengobatan memerlukan prosedur
c) Perawatan maksimal atau atau total memerlukan waktu
5 – 6 jam / 24 jam dengan kriteria :
- Segalanya diberikan / dibantu
- Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
- Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi
intravena
- Pemakaian suction
- Gelisah / disorientasi
 Menurut Gillies (1982)
Kebutuhan tenaga perawat secara kuantitatif dapat
dirumuskan dengan perhitungan sebagai berikut :
Tenaga Perawat = Jumlah jam perawatan yg dibutuhkan/ tahun
Jumlah jam kerja perawat/tahun x jam kerja perawat/hari

2) Kajian Data
Berdasarkan hasil observasi di ruangan didapatkan jumlah
tenaga medis di ruang Rasyid Tahlid terdiri dari 1 Kepala
ruangan , 1 Ketua tim, 4 PJ shift dan 14 orang perawat
pelaksana dan dibagi menjadi 3 shift jaga yaitu :
- Shift pagi : 07.30 - 14.30 WIB
- Shift sore : 14.00 - 19.30 WIB
- Shift malam : 19.00 - 08:00 WIB
Pendekatan dalam perhitungan kebutuhan tenaga perawat
Ruang perawatan Rasyid Thalid adalah sebagai berikut :
a) Menurut Gillies

27
Jumlah tenaga perawat untuk ruang perawatan bedah kelas
III dengan jumlah tempat tidur adalah 25 TT dapat
dihitung dengan BOR rata-rata dari 1 tahun terakhir adalah
75 %, sebagai berikut:

Berdasarkan Rumus Gillies adalah:


Ruang Perawatan Bedah Kelas III
Tenaga Perawat (TP) = A x B x 365
(365 – C) x jam kerja/hari
Keterangan:
A: Jam efektif / 24 Jam = 4 Jam
B: Sensus harian BOR x TT = 75% x 25
C: jumlah hari libur (52 hari), 365 = jumlah hari kerja
dalam 1 tahun

Untuk Ruang Perawatan Rasyid Thalib dengan jumlah tempat


tidur 29, BOR rata-rata bulan per Januari sampai dengan
Februari 2020 = 75 %. Maka tenaga keperawatan:
4 x (75% x 29) x 365 = 16 Perawat

(365-52) x 6

Jadi jumlah tenaga perawat ruang Perawatan Rasyid


Thalib RS Muhammadiyah Palembang menurut Gillies
(1982) adalah 14 orang.

Tabel 2.5
Analisa Jumlah Tenaga Kerja di Ruang Perawatan
Rasyid Thalib Periode 16-17 Maret 2020
Rumus Jumlah tenaga Jumlah tenaga Keterangan
penyedian yang yang ada saat
tenaga kerja dibutuhkan/hari ini

Gillies 16 orang 14 orang Kurang

Sumber : Hasil observasi mahasiswa profesi Ners STIKES MP 2020

28
Analisis:

Berdasarkan hasil dari tabel 2.5 di atas, dpat di


ketahui perhitungan tenaga perawat yang telah dilakukan
dengan menggunkan formula gillies menunjukkan bahwa
jumlah perawat yang dibutuhkan dalam sehari sebanyak
14 orang sesuai dengan jumlah perawat yang bertugas
diruangan 14 orang, jadi dari hasil perhitungan dan
kenyataan dalam ruangan tidak ada masalah di
ketenagaan.

b) Menurut Rumus Depkes RI 2005


Jumlah pasien yang digunakan dalam perhitungan
rumus ini berdasarkan observasi pada tanggal 16-17 Maret
2020 berjumlah :
Tanggal Jumlah Pasien
16 Maret 2020 16 Orang
17 Maret 2020 14 Orang
Total 30 Orang
Rata-rata 15 Orang

Jumlah jam perawatan/ hari = jumlah klien x rata-rata


perawatan
= 15 x 4 jam = 60 Jam
 Kebutuhan Tenaga = jumlah jam perawatan diruangan/hari

Jam efektif perawat


= 60 : 7
= 8,5 Jadi 8 orang
 Loss Day

( jumlah hari minggu dalam1 tahun+ cuti+hari besar ) x jumlah perawat


Lossday=
Jumlahhari kerja efektif
( 52+12+10 ) x 20
= (52+6+ 13) x 8
286
313
= 355/313 = 1,8 jadi 2 orang

 Non Nursing Job

29
Jumlah klien+lossday x 25
non nursing job=
100
= 15 + 2 x 25
14+ 4 x 25
100nonnursingjob=
100
= 7,5 jadi 7 orang

 Faktor koreksi = loss day + non nursing job


=2+7=9
 Jumlah kebutuhan tenaga
jumlah Tenaga=kebutuhan tenaga +faktor resiko
=8+7
= 15 perawat
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan di ruangan Perawatan Rasyid
Thalid adalah 15 orang.
Tabel 2.6
Analisa Jumlah Tenaga Kerja di Ruang Perawatan
Rasyid Thalib Periode 16 Maret -17 Maret 2020
Rumus Jumlah tenaga Jumlah tenaga Keterangan
Penyediaan yang yang ada saat
Tenaga Kerja dibutuhkan/hari ini
Depkes RI 15 14 Kurang 1
Sumber : Observasi Mahasiswa Profesi Ners STIKes MP Tahun 2020

3) Penghitungan Tenaga Menurut Douglas (1984)


Perhitungan jumlah tenaga perawat menurut douglas
berdasarkan tingkat ketergantungan adalah sebagai berikut,
berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan diruang
Perawatan Rasyid Thalid analisa jumlah tenaga kerja diruangan
didapatkan hasil seperti tabel 2.7 :
Tabel 2.7
Kebutuhan Tenaga Ruangan Berdasarkan Klasifikasi Derajat
Ketergantungan Pasien Periode 16-17 Maret 2020
Tanggal Pasien Ketergantungan
Minimal Partial Total
16 Maret 2020 16 orang 4 12 0
17 Maret 2020 14 orang 4 10 0
Total 30 orang 8 22 0
Rata-Rata 15 4 11 0
Sumber: Hasil Observasi Mahasiswa Ners STIKes MP Tahun 2020

30
Analisis
Dari data tabel 2.7 didapatkan hasil bahwa rata-rata
pasien yang memerlukan bantuan minimal yaitu sebanyak 4
orang, yang memerlukan bantuan partial yaitu sebanyak 22
orang dan yang memerlukan bantuan total sebanyak 0 orang.
Berdasarkan data observasi yang dilakukan selama 2 hari
dari 16-17 Maret 2020 perhitungan tenaga perawat diruang
Perawatan Rasyid Thalid dapat dilihat tabel 2.8 sebagai
berikut:
Tabel 2.8
Perhitungan Tenaga Perawat Menurut Douglas
di Ruang Perawatan Rasyid Thalib
Periode 16-17 Maret 2020
Klasifikas Shift Dinas
i Pagi Siang Malam
Minimal 0,17 x 4 = 0,68 0,14 x 4 = 0,56 0,07 x 4 = 0,28
Parsial 0,27 x 22 = 5,94 0,15 x 22 = 3,3 0,10 x 22 = 2,2
Total 0,36 x 0 = 0 0,30 x 0 = 0 0,20 x 0 = 0
Jumlah 6,6 (7) 3,8 (4) 2,4 (2)
Sumber: Hasil observasi mahasiswa Ners STIKes MP Tahun 2020

Jumlah perawat pagi yang dibutuhkan adalah 7 orang


Jumlah perawat siang yang dibutuhkan 4 orang
Jumlah perawat malam yang dibutuhkan 2 orang
Total perawat yang dibutuhkan dari 3 shift adalah 13 orang

Analisis:
Dari tabel 2.8 di atas Menurut perhitungan douglas
yang dibutuhkan sesuai dengan ketergantungan pasien, tenaga
perawat yang dibutuhkan oleh ruangan Rasyid Thalid adalah
13 orang ditambah 1 orang karu dan 1 orang katim , jadi
totalnya 15 orang . berdasarkan 3 perhitungan tenaga perawat
diatas dapat dilihat pada tabel 2.9 dibawah ini :
Tabel 2.9
Hasil Perhitungan Tenaga Perawat Di Ruang Perawatan
Rasyid Thalid RS Muhammadiyah Palembang
Metode Hasil Tersedia Keterangan

31
perhitungan
Gillies 16 14 Sesuai
Depkes RI 15 14 Tidak Sesuai
Douglas 13 14 Lebih
Sumber : Mahasiswa Profesi Ners STIKes MP Tahun 2020

4) Jumlah Perawat Menurut Jenjang Pendidikan


a) Status Kepegawaian
Tabel 2.10
Jumlah dan Status Kepegawaian di Ruang Perawatan
Rasyid Thalib Periode Tahun 2020
No Nama Jabatan Pendiidkan Masa Status
Terakhir Kerja Kepegawaian
Kepala S1 1997 Pegawai Tetap
1. Merry S.Kep
Ruang Keperawatan
S1 2007 Pegawai Tetap
Widya
2. Kepala Tim Keperawatan
S.Kep.,Ners
Ners
Maryani DIII 2007 Pegawai Tetap
3. PJ Shift
Am.Kep Keperawatan
Nina Meilina, DIII 2007 Pegawai Tetap
4. PJ Shift
Am.Kep Keperawatan
Desy Rukyati 1997 Pegawai Tetap
5. PJ Shift S2 Kesehatan
M.Kes
Eka Pranita DIII 2006 Pegawai Tetap
6. PJ Shift
S.Kep Ns Keperawatan
S1 2011 Pegawai Tetap
Enis Wastuti, Perawat
7. Keperawatan
Am.Kep Pelaksana
Ners
Rosmega Perawat DIII 2011 Pegawai Tetap
8.
TatiAm. Kep Pelaksana Keperawatan
Herniati Am. Perawat DIII 2011 Pegawai Tetap
9.
Kep Pelaksana Keperawatan
Estiawati Am. Perawat DIII 2013 Pegawai Tetap
10.
Kep Pelaksana Keperawatan
Merissa , Perawat S1 2006 Pegawai Tetap
11.
S.Kep Pelaksana Keperawatan
Fitriani Am. Perawat DIII 2013 Pegawai Tetap
12.
Kep Pelaksana Keperawatan
Perawat S1 2015 Pegawai Tetap
13 Siska S,Kep
Pelaksana Keperawatan
14 Eli Yuliantin Perawat S1 2009 Pegawai Tetap

32
Am. Kep Pelaksana Keperawatan

Sumber: Arsip Ruang Perawatan Rasyid Thalib RSMP Tahun 2020

a) Status Kepegawaian
Tabel 2.11
Kualifikasi Status Kepegawaian Tenaga Kesehatan
Di Ruang Rasyid Thalib
No Status Kepegawaian Jumlah %
1 Pegawai tetap 14 100
2 Pegawai kontrak 0 0
Jumlah 14 100
Sumber: Arsip Ruang Rasyid Thalib RSMP Tahun 2020

Berdasarkan tabel 2.14 dapat diketahui bahwa dari


presentase jumlah pegawai tetap 14 orang (100%) dan
pegawai kontrak 0 (0%).

b) Pendidikan Formal
Tabel 2.12
Kualifikasi Pendidikan Formal Tenaga Kesehatan
Di Ruang Rasyid Thalib
No Jenis Pendidikan Jumlah %
1 DIII Keperawatan 7 50
2 S1 Keperawatan 4 28,57
3 Ners 2 14,28
4 S2 Kesehatan 1 7,14
Jumlah 14 100
Sumber: Arsip Ruang Rasyid Thalib RSMP Tahun 2020

Berdasarkan tabel 2.12 dapat diketahui bahwa dari presentase


jumlah keseluruhan perawat diruang perawatan Rasyid Thalib Perawat
yang jenjang pendidikan DIII Keperawatan berjumlah 7 orang (50%),
S1 Keperawatan 4 orang (28,57%), Ners 2 orang (14,28%), dan S2
Kesehatan 1 orang (7,14%). Hal ini menunjukkan bahwa perawat

33
diruang rasyid thalib sudah mengalami kemajuan untuk melanjutkan
kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.Serta jumlah kepegawaian
dengan status pegawai tetap sebanyak (100%), dengan status
kepegawaian yang dimiliki tidak menjadi masalah dan menghambat
kinerja perawat.

5) Jumlah Perawat Berdasarkan Pelatihan Klinis


Keperawatan

Tabel 2.13
Perawat Berdasarkan Pelatihan Klinis di Ruang Rasyid Thalib
No Pelatihan Sudah Belum
1. BHD 14 0
2. Clinical Instruktur 2 12
3. PPGD 1 13
4. Service Excelent 1 13
5. Sosialisasi Komunikasi Efektif 14 0
6. Workshop Injeksi Kering 0 14
7. Perawatan Luka 0 14
8. Perawatan Luka Lanjutan 0 14
9. Sosialisasi PPI 14 0
10. BTCLS 14 0
11. IPCN 0 14
12. Sosialisasi SKP 14 0
13. Sosialisasi Hak Pelayanan & 14 0
Kepuasan Keluarga
14. Whorkshop EKG 13 1
Sumber : Data Primer Ruang Rasyd Thalib 2020

Berdasarkan tabel diatas rata-rata perawat diruang Rasyid


Thalib pernah mengikuti beberapa pelatihan. Pelatihan dan
seminar yang telah dilakukan tidak lain untuk menambah
pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan, dimana semakin
banyak pelatihan yang diikuti maka akan semakin banyak ilmu
yang didapatkan sehingga bisa berbagi dengan perawat lain
sebagai pembelajaran dan meningkatkan kualitas karena kualitas
seseorang tidak hanya dilihat dari data pendidikannya saja.

b. Money

34
1) Kajian Teori
Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 pendapatan
asli daerah adalah sumber keuangan daerah yang digali dari
wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak
daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Salah satu fungsi rumah sakit adalah memberikan pelayanan
kesehatan bagi petugas medis maupun non medis.
Sistem keuangan Rumah Sakit yang merupakan salah satu
kegiatan dari manajemen keuangan adalah sasaran pertama yang
harus diperbaiiki agar dapat memberikan data dan informasi yang
mendukung para manajer Rumah Sakit dalam pengambilan
keputusan maupun pengamatan serta pengendalian kegiatan
rumah sakit.
2) Kajian Data

Berdasarkan hasil pengkajian Rumah Sakit Muhammadiyah


Palembang merupakan rumah sakit swasta, yang pembiayaannya
bersumber dari BPJS dan pasien umum.

c. Material
1) Kajian Teori
Standar peralatan keperawatan adalah penetapan peralatan
keperawatan yang meliputi kebutuhan (jumlah, jenis dan
spesifikasi) serta pengelolaannya dalam upaya mewujudkan
pelayanan keperawatan yang berkualitas (Depkes, 2011).
2) Kajian Data
a) Alat Tenun
Merupakan penetapan kebutuhan alat tenun berdasarkan
jumlah, jenis, dan spesifikasi menjamin tersedianya alat tenun
yang memadai untuk mencapai pelayanan keperawatan.
Tabel 2.14
Standar Alat Tenun di Ruang Rawat Inap

35
No Nama Barang Ratio Pasien Alat
1 Sprei 1:5
2 Taplak meja 1:3
3 Handuk kecil 1:3
4 Sarung bantal 1:6
5 Baju pasien 1:5
6 Perlak 1:5
7 Celana 1:5
Sumber: Depkes, 2012
b) Alat Keperawatan
Penetapan kebutuhan alat keperawatan baik dari segi
jumlah, jenis dan spesifikasi menjamin tersedianya alat
keperawatan yang memadai untuk mencapai tujuan pelayanan
keperawatan :

Tabel 2.15
Standar Alat Keperawatan di Ruang Rawat Inap
No Nama Barang Ratio Pasien alat
1 Stetoskop 2/Ruangan
2 Tensi Meter 2/Ruangan
3 Bak Instrumen Besar 2/Ruangan
4 Bak Instrumen Kecil 2/Ruangan
5 Bengkok 2/Ruangan
6 Standar Infus 1:2
7 Korentang 2/Ruangan
8 Gunting Perban 2/Ruangan
Sumber: Depkes, 2011

c) Alat rumah tangga


Penetapan kebutuhan alat rumah tangga baik dari segi
jumlah, jenis, spesifikasi menjamin tersedianya alat rumah tangga
yang memadai untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan.

Tabel 2.16
Tabel Standar Alat Rumah Tangga
No Nama Barang Ratio Pasien Alat
1 Nampan 1-3/ruangan
2 Plato/piring makan 1:1
3 Piring snack 1:1
4 Gelas 1:2
5 Tatakan dan tutup gelas 1:2
6 Sendok 1:2
7 Garpu 1:2

36
8 Kran air 1:1
9 Baki 5/ruangan
10 Tempat sampah pasien 1:1
11 Senter 2/ruangan
Sumber :Depkes, 2011

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dari tanggal 16-17


Maret 2020 didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 2.17
Inventaris dan Non Inventaris Di Ruang Rasyid Thalib
No Nama Barang Jumlah Hasil Keterang
Pengkajian an
1 AC 1 PK 5 Baik
2 Baki injeksi 2 Baik
3 Bascom Steinlis 3 Baik
4 Bed Tidur 29 Baik
5 Dispenser 1 Baik
6 Ember besar 2 Baik
7 Gunting drain 1 Baik
8 Gunting perban 1 Baik
9 Jam dinding 5 Baik
10 Kaligrafi 1 Baik
11 Kursi 3 Baik
12 Kursi pasien 29 Baik
13 Lampu Rontgen 1 Baik
14 Lemari 31 Baik
15 Nampan Steinlis 2 Baik
16 Pinset anatomi 2 Baik
17 Pinset cirugi 2 Baik
18 Pispot 2 Baik
19 Regulator 3 Baik
20 Rong sparol 2 Baik
21 Senter 1 Baik
22 Sky oksigen Baik
besar/kecil 3+3
23 Steteskop Baik
dewasa / kecil 1-Jan
24 Tansi 1 Baik
25 Telpon 1 Baik
26 Termometer air Baik
biasa 1
27 Tiang infuse 32 Baik
28 Tong sampah Baik
aluminium 4
29 Tong sampah non 1 Baik

37
No Nama Barang Jumlah Hasil Keterang
Pengkajian an
medis
30 Troly Steinleis 1 Baik
31 Tromol besar 1 Baik
32 Urinal 2 Baik
33 Unit Komputer 1 Baik
34 UPS 1 Baik
35 Stavolt 1 Baik
36 Meja computer 1 Baik
37 Bascom Steinlis 6 Baik
38 Kaligrafi 3 Baik
39 Timbangan Bayi 1 Baik
40 Timbangan Biasa 1 Baik
41 Tensimeter Anak 1 Baik
42 Minor Set 1 Baik
44 Tensi air raksa 1 Baik
45 Stetoskop Baik
dewasa/anak 1
Sumber : Data Observasi Co-Ners Mahasiswa STIKES MP 2020

Dari hasil observasi yang dilakukan alat medis diruang


Rasyid Thalib pada tanggal 16-17 Maret 2020, hampir semua
peralatan medis tersedia dengan kondisi baik.Semua fasilitas yang
tersedia terkait inventaris alat kesehatan atau medis sudah
mencukupi kebutuhan sehari-hari yang digunakan sehingga tidak ada
kekurangan jumlah saat digunakan.

Tabel 2.18
Inventaris Linen Bersih Di Ruang Rasyid Thalib
No Nama Alat Jumlah Kondisi Keterangan
1 Laken Pasien Baik Standar
2 Perlak Baik Standar
3 Sarung Bantal Baik Standar
4 Selimut Lurik Baik Standar
5 Selimut Hijau Baik Standar
Sumber : Data Inventaris Ruang Rasyid Thalib Tahun 2020
Hasil observasi yang kami lakukan, didapatkan hasil semua
peralatan linen dalam kondisi baik dan penggunaanya pun sesuai
dengan fungsi dan kegunaannya. Semua fasilitas yang tersedia sudah
mencukupi kebutuhan sehari-hari yang digunakan sehingga tidak ada

38
kekurangan jumlah saat digunakan, namun tidak menutup
kemungkinan jika barang rusak atau tidak layak pakai akan ditarik
dari pemakainya. Berarti dengan kesimpulan, alat tenun diruang
Rasyid Thalib sesuai standar.
d. Machine
1) Kajian Data
Mesin adalah alat mekanik atau elektrik yang mengirim
atau mengubah energi untuk melakukan membantu pelaksanaan
tugas manusia. Biasanya membutuhkan sebuah masukan sebagai
pelatuk, mengirim energi yang telah diubah menjadi sebuah
keluaran yang melakukan tugas yang telah di setel, machine atau
mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau menghasilkan
keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.

2) Kajian Data
Tabel 2.19
Inventaris Mesin Yang Ada Di Ruang Rasyid Thalib
No Nama Alat Jumlah Spesifikas Kondisi
i
1 Mesin EKG 1 Btl Baik
2 Mesin Suction 1 Trade Mark Baik
3 Komputer 1 LG Baik
4 Printer 1 Epson Baik
5 Kulkas 1 Polytron Baik
6 Kipas Angin 9 LG Baik
7 AC 7 Panasonic Baik
8 AC 3 Sharp Tidak Berfungsi
Sumber : Data Inventaris Ruang Rasyid Thalib Tahun 2019

Analisa
Berdasarkan tabel di atas invertaris mesin banyak dalam
kondisi baik dan dapat berfungsi baik. Tapi ada satu AC yang
sedang rusak. Sebaiknya AC diperbaiki dengan segera agar tidak
menganggu kenyamanan.

e. Method
1) Standar Asuhan Keperawatan

39
Menurut Marr dan Biebing (2008) standar adalah suatu
tingkat kinerja yang secara umum dikenal sebagai sesuatu yang
diterima, adekuat, memuaskan dan digunakan sebagai tolak ukur
atau titik acuan yang digunakan sebagai pembanding. Sedangkan
menurut Schroeder (2007) standar adalah nilai atau acuan yang
menentukan level praktek terhadap staf atau suatu kondisi pada
pasien atau sistem yang telah ditetapkan untuk dapat diterima
sampai pada wewenang tertentu.
Standar perawatan adalah uraian tingkat asuhan
keperawatan yang kompeten seperti yang diperlihatkan oleh
proses keperawatan yang mencakup semua tindakan penting yang
dilakukan oleh perawat dalam memberikan perawatan dan
membentuk dasar pengambilan keputusan klinik (Retnariska,
2012).
Di Indonesia, standar keperawatan dipakai sebagai
pedoman dan instrumentasi penerapan standar asuhan
keperawatan yang disusun oleh Depkes yaitu:
a) Standar I pengkajian keperawatan
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang
lengkap dan dikumpulkan secara terus menerus, tentang
keadaannya untuk menentukan kebutuhan asuhan keperawatan,
data kesehatan harus bermanfaat bagi semua anggota tim
kesehatan. Komponen pengkajian keperawatan meliputi kumpulan
data yang harus menggunakan format yang baku, sistematis, diisi
sesuai item yang tersedia, aktual dan valid.
b) Standar II diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status
kesehatan pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan norma
kehidupan pasien, dan diagnosa keperawatan dihubungkan dengan
penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien dan
komponennya terdiri dari masalah, penyebab dan tanda atau gejala.
c) Standar III perencanaan atau intervensi keperawatan

40
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan komponennya meliputi prioritas masalah, tujuan
asuhan keperawatan dan rencana tindakan.

d) Standar IV implementasi keperawatan


Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan tindakan
yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi
secaramaksimal yang mencangkup aspek peningkatan, pencegahan
dan pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan keluarga.
e) Standar V evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis,
terencana untuk menilai perkembangan pasien dan menilai hasil
dari setiap tindakan keperawatan yang sudah dilakukan.
f) Standar VI dokumentasi keperawatan
Dokumentasi keperawatan dilakukan secara individu oleh
perawat selama dirawat inap maupun rawat jalan yang digunakan
sebagai informasi, komunikasi dan laporan. Dokumentasi dibuat
setelah tindakan dilakukan sesuai dengan pelaksanaan proses
keperawatan setiap mencatat harus mencantumkan inisial atau
paraf atau nama perawat, menggunakan formulir yang baku, dan
disimpan sesuai peraturan yang berlaku.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, di ruang


Rasyid Thalib mempunyai prosedur tetap untuk semua tindakan
perawatan dan SAK ( Standar Asuhan Keperawatan). Prosedur
tetap keperawatan di Ruang Anak mengacu pada prosedur tetap
yang diterbitkan oleh Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.
Standar ini diperlukan untuk menentukan mutu pelayanan,
bagaimana kegiatan-kegiatan akan dikerjakan dan seberapa baik
kegiatan-kegiatan tersebut dikerjakan.

41
2) Standar Operasional Prosedur
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, di ruang
rawat inap Rasyid Thalib, mempunyai standar operasional
prosedur, seperti SOP Timbang Terima Antar Shift, Komunikasi
Terapeutik.
C. PROSES

1. Proses Pelayanan Keperawatan Sistem Pemberian Pelayanan


Keperawatan Profesional (Instrumen A)
a. Kajian Teori
Pengaturan mengenai pelayanan kesehatan di Indonesia secara
tersirat terdapat dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit, Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan.
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan
sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi yang
mencakup sub sistem pelayanan kesehatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun
masyarakat (Depkes RI, 2009).
Sistem pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan,
dimana selalu mengalami perubahan mendasar dalam memasuki abad
21 ini. Perubahan tersebut merupakan dampak dari perubahan
kependudukan dimana masyarakat semakin berkembang yaitu lebih
berpendidikan, lebih sadar akan hak dan hukum, serta menuntut dan
semakin kritis terhadap berbagai bentuk pelayanan keperawatan serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini. Untuk
mengatasi perubahan tersebut maka sistem pelayanan keperawatan
harus dituntut profesional (Kuntoro, 2010).
SP2KP adalah sistem pemberian pelayanan keperawatan
profesional yang merupakan pengembangan dari MPKP ( Model
Praktek Keperawatan Profesional) dimana dalam SP2KP ini terjadi

42
kerjasama profesional antara perawat primer (PP) dan perawat asosiet
(PA) serta tenaga kesehatan lainnya (Perry, Potter. 2009).
SP2KP atau Sistem Pelayanan Keperawatan Profesional
adalah kegiatan pengelolaan asuhan keperawatan disetiap unit ruang
rawat di rumah sakit. SP2KP ini merupakan suatu sistem pemberian
asuhan keperawatan di ruang rawat yang dapat memungkinkan
perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang professional
bagi pasien. SP2KP ini memiliki sistem pengorganisasian yang baik
dimana semua komponen yang terlibat dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan diatur seara professional (Sitorus, 2011)
Keperawatan sebagai pelayanan atau asuhan profesional
bersifat humanistis menggunakan pendekatan holistik, dilakukan
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi pada kebutuhan
objektif klien, mengacu pada standar profesional keperawatan dan
menggunakan etika keperawatan sebagai tuntutan utama.
Profesionalisasi keperawatan merupakan proses dinamis dimana
profesi yang telah terbentuk mengalami perubahan dan perkembangan
karakteristik sesuai dengan tuntutan profesi dan kebutuhan masyarakat
(Nursalam, 2011).

1) Kepala ruangan
Menurut Terry (2013) manajer adalah orang yang
melakukan kegiatan manajemen.Manajer dalam manajemen
keperawatan terdapat beberapa tingkat dimana kepala ruangan
merupakan firstline manajer dikatakan sebagai manajer operasional
yang merupakan pemimpin langsung mengelola sumber daya di
unit perawatan menghasilkan pelayanan yang bermutu dan penting
dalam keberhasilan layanan pasien Soejitno (2005, dalam verawati,
2014).
Kepala ruangan adalah seorang tenaga perawatan
profesional yang diberi tanggung jawab dan wewenang dalam

43
mengelola kegiatan pelayanan keperawatan di satu ruang rawat
(Depkes, 1994 dalam Hutahaen, 2009).
Bagi perawat diruang rawat inap, kepala ruangan adalah
pemimpin yang dapat menggerakkan perawatnya untuk dapat
melaksanakan asuhan keperawatan dengan baik (Mulyono, 2013).
Peranan kepala ruangan sangat penting dalam menentukan
kualitas pelayanan keperawatan di ruangan.Salah satu peran
manajer ruangan dalam menjalankan tugas dan wewenangnya pada
manajemen pelayanan keperawatan adalah fungsi pengarahan.
Pengarahan atau koordinasi merupakan fungsi manajerial untuk
mengarahkan staf dalam melaksanakan tugas yang telah
direncanakan meliputi kegiatan menciptakan suasana yang
memotivasi, membina komunikasi organisasi, menangani konflik,
memfasilitasi kolaborasi, pendelegasian, dan supervisi (Marquis &
Huston, 2010).
Agar pengelolaan ruang perawatan dapat dilakukan dengan
baik maka kepala ruangan dituntut memiliki kemampuan
manajerial dan kemampuan profesional dalam mengatur
terlaksananya pelayanan perawatan dimana manajer atau kepala
ruangan mengatur dan merencanakan manajemen ruangan untuk
pengelolaan pasien yang pada umumnya berhubungan dengan
pelaksanaan fungsi manajemen Arwani & Supriyatno (2006).
Seperti fungsi dalam manajerial yang lain maka fungsi dari
kepala ruang juga meliputikomponen-komponen yang sama yaitu
planning, organizing, actuating dan contolingterhadap staf, sarana,
dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant dan
Massey dalam Nursalam, 2009).
Tugas pokok kepala ruangan adalah mengawasi dan
mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan di ruang rawat
yang berada di wilayah tanggung jawabnya. Adapun fungsi
manajemen keperawatan kepala ruangan adalah:
a) Perencanaan (Planning)

44
Menurut Nursalam (2013) tugas kepala ruangan dalam hal
perencanaan :
1) Menunjuk ketuatim yang akan bertugas di ruangan masing-
masing
2) Mengikuti serah terima pasien pada shifsebelumnya
3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien : gawat,
transisi danpersiapan pulang, bersama ketua tim
4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan
berdasarkan aktivitas dan kebutuhan pasien bersama ketua
tim, mengatur penugasan serta penjadwalan.
5) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
6) Mengikutivisite dokter untuk mengetahui kondisi,
patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan,program
pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang
tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan,
termasuk kegiatan membimbing pelaksanaan asuhan
keperawatan, membimbing penerapan proses keperawatan
dan menilai asuhan keperawatan, mengadakan diskusi
untuk pemecahan masalah serta memberikan informasi
kepada pasien atau keluarga yang baru masuk
8) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan
diri
9) Membantu membimbing peserta didik keperawatan
10) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah
sakit

b) Pengorganisasian (Organizing)
1) Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan
di ruang rawat
2) Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan
tenaga lain sesuai dengan kebutuhan dan

45
ketentuan/peraturan yang berlaku (bulanan, mingguan,
harian).
3) Melaksanakan program orientasi kepada tenaga
keperawatan satu atau tenaga lain yang bekerja di ruang
rawat
4) Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga
perawatan untuk melaksanakan asuhan perawatan sesuai
standart
5) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara
bekerja sama dengan sebagai pihak yang terlibat dalam
pelayanan ruang rawat
6) Mengenal jenis dan kegunaan barang peralatan serta
mengusahakan pengadaannya sesuai kebutuhan pasien agar
tercapainya pelayanan optimal
7) Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat,
dan bahan lain yang diperlukan di ruang rawat
8) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan
agar selalu dalam keadaan siap pakai
9) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan inventaris
peralatan
10) Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan
keluarganya meliputi tentang peraturan rumah sakit, tata
tertib ruangan, fasilitas yang ada dan cara penggunaannya
11) Mendampingi dokter selama kunjungan keliling untuk
memeriksa pasien dan mencatat program
12) Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di
ruang rawat untuk tingkat kegawatan, injeksi dan non
injeksi, untuk memudah pemberian asuhan keperawatan
13) Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat
untuk mengetahui keadaan dan menampung keluhan serta
membantu memecahkan masalah berlangsung

46
14) Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindungi
selama pelaksanaan pelayanan berlangsung
15) Memberikan penyuluhan kesehatan terhadap
pasien/keluarga dalam batas wewenangnya
16) Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan
terlindungi serlama pelaksanaan pelayanan berlangsung
17) Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan data
pelayanan asuhan keperawatan dan kegiatan lain yang
dilakukan secara tepat dan benar
18) Mengadakan kerja sama yang baik dengan kepala ruang
rawat inap lain, seluruh kepala seksi, kepala bidang, kepala
instansi, dan kepala UPF di rumah sakit
19) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik
antara petugas, pasien dan keluarganya, sehingga memberi
ketenangan.

c) Pergerakan (Actuating)
1) Melalui komunikasi yaitu mengawasi dan berkomunikasi
langsung dengan perawat primer mengenai asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien
2) Melalui supervisi :
a) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati
sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan dan
memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan yang
ada saat ini.
b) Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar
hadir, membaca dan memeriksa rencana keperawatan
serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses
keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan),
mendengar laporan dari perawat primer.

d) Evaluasi (Controlling)

47
1) Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan
yang telah ditentukan
2) Melaksanakan penilaian terhadap upaya peningkatan
pengetahuan dan keterampilan di bidang perawatan
3) Melaksanakan penilaian dan mencantumkan ke dalam
Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai (DP3)
bagi pelaksana keperawatan dan tenaga lain di ruang yang
berada di bawah tanggung jawabnya untuk berbagai
kepentingan (naik pangkat/golongan, melanjutkan sekolah)
4) Mengawasi dan mengendalikan pendayagunaan peralatan
perawatan serta obat–obatan secara efektif dan efisien,
mengawasi pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan
kegiatan asuhan keperawatan serta mencatat kegiatan lain
di ruang rawat.

2) Perawat Primer
Perawat primer adalah metode pemberian asuhan
keperawatan dilakukan oleh perawat primer yang
bertanggungjawab selama 24 jam terus menerus terhadap beberapa
pasien, selama pasien dirawat dampai pasien pulang. Ketika
perawat primer tidak hadir, perawat asosiate melaksanakan asuhan
sesuai rencana (Gilies, 2009).
Karakteristik Perawat Primer
a) Perawat primer mempunyai tanggung jawab untuk asuhan
keperawatan pasien selama 24 jam sehari, dari penerimaan
sampai pemulangan.
b) Pengkajian kebutuhan asuhan keperawatan, kolaborasi dengan
pasien dan profesional kesehatan lain, dan menyusun rencana
perawatan, semua ini ada ditangan perawat primer.
c) Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan didelegasikan oleh
perawat primer kepada perawat sekunder selama shift lain.

48
d) Perawat primer berkonsultasi dengan perawat kepala dan
penyelia.
Keuntungan Keperawatan Primer
a) Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi
meningkatkan motivasi, tanggung jawab, dan tanggung gugat.
b) Menjamin kontinuitas perawatan sesuai perawat primer
memberikan atau mengarahkan perawatan sepanjang
hospitalisasi.
c) Membuat ketersediaan peningkatan pengetahuan psikososial
pasien dan kebutuhan fisik, karena perawat primer melakukan
pengkajian riwayat dan fisik, mengembangkan rencana
perawatan, dan melaksanakannya sebagai kesatuan antara
pasien dan pekerja kesehatan lain.
d) Meningkatkan pelaporan dan kepercayaan antara perawat dan
pasien yang akan memungkinkan pembentukan hubungan
terapeutik.
e) Memperbaiki komunikasi informasi pada dokter.
f) Menghilangkan pembantu perawat dari administrasi perawatan
pasien langsung.
g) Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran
manajer operasional: untuk menghadapi masalah staf dan
penugasan dan memotivasi serta mendukung staf
Kerugian Keperawatan Primer
Keperawatan primer dikatakan memerlukan seluruh staf menjadi
RN, yang meningkatkan pengaturan staf dan biaya. Sebagai contoh,
uang dihemat bila tugas bukan keperawatan dilakukan oleh
kategori personel lain dan tidak diambil alih oleh RN.
Kelebihan Keperawatan Primer
a) Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau
diterapkan.
b) Memungkinkan asuhan keperawatan yang komprehensif
dengan pertanggungjawaban yang jelas.

49
c) Memungkinkan penerapan proses keperawatan.
d) Memberikan kepuasan kerja bagi perawat.
e) Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga yang menerima
asuhan keperawatan.
f) Lebih mencerminkan.
g) Menurunkan dana perawatan
Kekurangan Keperawatan Primer
a) Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional
b) Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain karena lebih
banyak menggunakan perawat profesional.
c) Perawat harus mampu mengimbangi kemajuan teknologi
kesehtan maupun kedokteran.
d) Perawat anggota dapat merasa kehilangan kewenangan

3) Perawat Pelaksana
Perawat pelaksana adalah seorang perawat yang diberi
wewenang dan ditugaskan untuk memberikan pelayanan perawatan
langsung pada klien. Uraian tugas perawat pelaksana adalah
sebagai berikut:
a) Memberikan pelayanan keperawatan secara langsung
berdasarkan proses keperawatan dengan sentuhan kasih sayang:
1. Menyusun rencana perawatan sesuai dengan masalah klien
2. Melaksanakan tindakan keprawatan sesuai dengan rencana
3. Mengevaluasi tindakan perawatan yang telah diberikan
4. Mencatat atau melaporkan semua tindakan perawatan dan
respon klien pada catatan perawatan
b) Melaksanakan program medik dengan penuh tanggung jawab:
1) Pemberian obat
2) Pemeriksaan laboratorium
3) Persiapan klien yang akan dioperasi
4) Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental,
sosial, dan spiritual klien

50
5) Memelihara klien dan lingkungan
6) Mengurangi penderitaan klien dengan memberi rasa
aman,nyaman dan ketenangan
7) Pendekatan dan komunikasi terapeutik
c) Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk
menghadapi tindakan keperawatan dan pengobatan atau
diagnosis
d) Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai dengan
kemampuannya
e) Memberikan pertolongan segera pada klien gawat atau
sakaratul maut
f) Membantu kepala rungan dalam penatalaksanaan ruangan
secara administrative
1) Menyiapkan data klien baru, pulang, atau meninggal
2) Sensus harian atau formulir
3) Rujukanharian atau formulir
g) Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada diruangan
menurut fungsinya supaya siap pakai
h) Menciptakan dan memelihara kebersihan, keaamanan,
kenyamanan, dan keindahan ruangan
i) Melaksanakan tugas dinas pagi, sore, malam, atau hari libur
secara bergantian sesuai jadwal tugas
j) Memberi penyuluhan kesehatan sehubungan dengan
penyakitnya (PKMRS)
k) Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik secara
lisan maupun tulisan
l) Membuat laporan harian klien

4) Meeting Morning
a) Pengertian
Suatu pertemuan yang dilakukan di pagi hari sebelum
dimulainya operan tugas jaga antara shift malam ke shift pagi.

51
b) Tujuan
Koordinasi intern ruang perawatan (wahana informasi dan
komunikasi) Kebijakan :
1) Dilakukan disemua ruang rawat inap/instalasi yang ada
kaitannya dengan pelayanan keperawatan agar tercapai
dalam memberikan askep yang optimal dan tepat
2) Dilakukan tiap pagi hari sebelum operan jaga. Waktu
pelaksana kurang lebih 15 menit
3) Diikuti oleh perawat jaga malam, perawat jaga pagi,
pramusaji, tenaga, administrasi ruang dan house keeping
c) Prosedur
1. Persiapan
1) Karu mempersiapkan materi dan informasi mengenai
kegiatan-kegiatan non keperawatan di ruang tersebut
2) Karu menyiapkan tempat untuk melakukan morning
meeting
3) Mempersiapkan salah satu staf untuk menjadi notulen
4) Morning meeting diikuti oleh seluruh staf yang jaga
pagi dan malam
2. Pelaksanaan
1) Karu membuka meeting morning dilanjutkan dengan
doa bersama
2) Spiritual corner (membacabassmallah dan Quran)
3) Melakukan repetitive magic power (budaya kerja dan
keyakinan dasar) dibacakan oleh salah satu peserta
ditirukan oleh semua peserta meeting morning
4) Karu memberikan informasi dan arahan kepada staf
dengan materi yang telah disiapkan sebelumnya
5) Karu melakukan klasrifikasi apa yang telah
disampaikan kepada staf
6) Memberikan kesempatan kepada staf untuk
mengungkapkan permasalahan yang muncul di ruangan

52
7) Bersama-sama staf mendiskusikan pemecahan masalah
yang dapat di tempuh
8) Karu memberi motivasi dan reinforcement kepada staf
3. Penutup
a) Karu menutup meeting morning
b) Karu dan peserta meeting morning menandatangani
notulensi
c) Meeting morning dilanjutkan dengan operan jaga

Indikator SP2KP indikator pelayanan manajerial pelayanan


keperawatan standar pelayanan minimal (SPM) bidang pelayanan
keperawatan 2013 RSUP DR. Wahidin Sudirohusodo berdasarkan
kepmenkes Nomor 836 tahun 2005 dan modul pelatihan SP2KP
meliputi Pre-onferene dan Post-onferene.
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 16-17
Maret 2020 didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 2.20
Presentase Proses Pelaksanaan Meeting Morning
Di Ruang Rasyid Thalib RS Muhammadiyah Palembang
Periode 16-17 Maret 2020
N= 8
Variabel yang dinilai Observasi
Ya Tidak
Karu menyiapkan tempat untuk melakukan
4 4
meeting morning.
Karu membuka meeting morning dilanjutkan
8 0
dengan doa bersama
Karu memberikan informasi dan arahan kepada
staff serta melakukan klarifikasi apa yang telah 8 0
disampaikan kepada staff.
Memberikan kesempatan staf untuk
mengungkapkan permasalahan yang muncul di 8 0
ruangan.
Bersama-sama staff mendiskusikan pemecahan
6 2
masalah yang dapat tempuh
Karu memberi motivasi dan reinforcement
5 3
kepada staff
Karu menutup meeting morning 0 8
Karu dan peserta meeting morning 0 8
menandatangani notulen, Selanjutnya

53
dilanjutkan dengan operan jaga.
Jumlah 39 27
Persentase 60 % 40 %
Sumber :Observasi Mahasiswa Profesi Ners STIKes MP 2020
Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di ruangan
rawat inap Rasyid Thalib selama tiga hari dalam 3 shift kerja pagi,
didapatkan bahwa panduan tetap (SOP) belum ada tetapi
pelaksanaan kegiatan meeting morning di ruangan rawat inap
Rasyid Thalib sudah ada beberapa point variabel yang dinilai telah
terlaksanakan seperti: karu menyiapakan tempat untuk melakukan
meeting morning, karu membuka meeting morning dilanjutkan
dengan doa bersama, karu memberikan informasi dan arahan
kepada staff serta melakukan klarifikasi apa yang telah
disampaikan kepada staff, memberikan kesempatan staff untuk
mengungkapkan permasalahan yang muncul di ruangan, bersama-
sama staff mendiskusikan pemecahan masalah yang dapat di
tempuh, karu memberi motivasi dan reinforcement kepada staff.
Sehingga didapatkan hasil berdasarkan penilaian dalam
pelaksanaan kegiatan meeting morning diruang Rasyid Thalib
sebesar 60% dikategorikan cukup.

5) Pre conference
Pre conference, yaitu kegiatan pertemuan katim dan anggota tim
setelah membaca laporan shift sebelumnya untuk menyusun
rencana kegiatan askep shift lanjutannya. Pre-conferene dilakukan
untuk memperjelas rencana yang akan dilakukan dan pembagian
tugas tim keperawatan sehingga pelayanan atau asuhan yang
diberikan lebih optimal, efesien dan efektif
1. Persiapan
a) Ketua tim menyiapkan ruangan
b) Ketua tim menyiapkan rekam medik dan buku laporan shift
pasien dalam tanggung jawabnya

54
2. Pelaksanaan
a) Ketua tim/PJ membuaka pre conference
b) Ketua Tim/PJ menjelaskan tujuan dilakukannya post
conference
c) Ketua Tim/PJ menjelaskan tentang hasil tindakan asuhan
keperawatan yang telah dilakukan
d) Ketua Tim/PJ mendiskusikan dengan anggota tentang
masalah yang ditemukan dalam pemberian asuhan
keperawatan pada pasien dan mencari upaya penyelesaian
masalah
e) Ketua Tim/PJ memberikan reinforcement positif pada
nggota tim
f) Ketua Tim/PJ menyimpulkan hasil pre conference
g) Ketua Tim/PJ mengklarifikasi informasi pasien sebelum
melakukan tindakan operan tugas jaga shift berikutnya

Berdasarkan observasi selama 2 hari, presentase proses


pelaksaan pre conferencedi Ruang Rasyid Thalibdapat dilihat tabel
di bawah ini.
Tabel 2.21
Presentase Proses Pelaksanaan Pre Conference
di Ruang Rasyid Thalib Pada Tanggal 16-17 Maret 2020
N=4
Observasi
No Aktivitas
Ya Tidak
Persiapan
1 PJ menyiapkan ruangan 3 1
2 PJ menyiapkan rekam medic dan buku laporan 3 1
shift pasien dalam tanggung jawabnya
Pelaksanaan
1 PJ membuka pre conference dengan salam dan 4 0
berdoa jika belum dilakukan.
2 PJ menjelaskan tujuan dilakukannya pre 0 4
conference
3 PJ memandu pelaksanaan pre conference 4 0
4 PJ menjelaskan masalah keperawatan pasien, 3 1
keperawatan dan rencana keperawatan yang

55
Observasi
No Aktivitas
Ya Tidak
menjadi tanggung jawabnya
5 PJ membagi tugas kepada anggota Tim dengan 2 2
memperhatikan keseimbangan kerja
6 Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan 3 1
asuhan pasien/tindakan
7 PJ memotivasi untuk memberikan tanggapan dan 2 2
penyelesaian masalah yang sedang didiskusikan
8 PJ mengklarifikasi kesiapan anggota Tim untuk 3 1
melaksanakan asuhan keperawatan kepada
pasien yang menjadi tanggung jawabnya
9 PJ memberikan reinforcement positif pada
anggota Tim 2 2
10 PJ menyimpulkan hasil pre conference 3 1
Penutup
11 PJ mengakhiri pre conference 4 0
12 PJ mendokumentasikan pre conference 4 0
Jumlah 37 16
Jumlah Persentase 66% 34%
Presentase 100%
Sumber : observasi mahasiswa profesi Ners STIKes MP 2020

Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di ruangan rawat
inap Rasyid Thalib selama tiga hari dalam 3 shift kerja pagi,
didapatkan bahwa panduan tetap (SOP) belum ada tetapi pelaksanaan
kegiatan preconference di ruangan rawat inap Rasyid Thalib sudah ada
beberapa point variabel yang dinilai telah terlaksanakan kecuali
seperti: PJ menyiapkan rekam medic dan buku laporan shift pasien
pasien dalam tanggung, PJ menjelaskan tujuan dilakukannya pre
conference. Didapatkan hasil penilaian kepala tim pada saat
preconference sebesar 66% dan termasuk dalam kategori sangat baik,
hal ini menyatakan bahwa kepala tim diruangan Rasyid Thalib sudah
baik dalam kegiatan pre confrence.

6) Post Conference

56
Post conference, yaitu kegiatan pertemuan katim dan anggota
tim pada akhir shift atau telah melakukan askep atau mencatat
dibuku laporan untuk disampaikan pada operan shift berikutnya.
Post-conferene dilakukan untuk memperjelas hasil askep yang
dilakukan da evaluasi dari tindakan tugas tim keperawatan
sehingga pelayanan atau asuhan keperawatan yang diberikan lebih
optimal, efisien dan efektif.
1. Persiapan
a) Ketua tim menyiapkan ruangan
b) Ketua tim menyiapkan rekam medik dan buku laporan shift
pasien dalam tanggung jawabnya
2. Pelaksanaan
a) Ketua tim/PJ membuaka post conference
b) Ketua Tim/PJ menjelaskan tujuan dilakukannya post
conference
c) Anggota Tim menjelaskan tentang hasil tindakan/ hasil
asuhan keperawatan yang telah dilakukan.
d) Ketua Tim/PJ menjelaskan tentang hasil tindakan asuhan
keperawatan yang telah dilakukan
e) Ketua Tim/PJ mendiskusikan dengan anggota tentang
masalah yang ditemukan dalam pemberian asuhan
keperawatan pada pasien dan mencari upaya penyelesaian
masalah
f) Ketua Tim/PJ memberikan reinforcement positif pada
nggota tim
g) Ketua Tim/PJ menyimpulkan hasil post conference
h) Ketua Tim/PJ mengklarifikasi informasi pasien sebelum
melakukan tindakan operan tugas jaga shift berikutnya
Berdasarkan observasi selama 2 hari, presentase proses
pelaksaan post conference di Ruang Rasyid Thalib dapat dilihat
tabel di bawah ini

57
Tabel 2.22
Presentase Proses Pelaksanaan Post Conference Di Ruang Rasyid Thalib
Pada Tanggal 16-17 Maret 2020
N=4
Observasi
No Aktivitas Ya Tidak
A. Persiapan
1. PJ menyiapkan ruangan post conference 3 1
2. PJ menyiapkan rekam medic pasien 3 1
dalam tanggungjawabnya
B. Pelaksanaan
1. PJ membuka post conference 3 1
2. PJ menjelaskan tujuan dilaksanakannya 0 4
post conference
3. Anggota Tim menjelaskan tentang hasil 3 1
tindakan/ hasil asuhan keperawatan yang
telah dilakukan.
4. Mendiskusikan masalah yang telah 3 1
ditemukan dalam memberikan ASKEP
pada pasien dan mencari upaya
penyelesaian masalah
5. PJ memberi reinforcement pada Anggota 3 1
Tim
6. PJ menyimpulkan hasil post conference 3
7. PJ mengklarifikasi informasi pasien 3 1
sebelum melakukan operan jaga shift
jaga berikutnya
C. Penutup
11 Mengakhiri post conference dengan doa 3 1
12. Mendokumentasikan post conference 3 1
Jumlah 30 14

Jumlah presentase% 68% 32%

Persentase 100%

Sumber :Observasi mahasiswa profesi Ners STIKes MP 2020

58
Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di ruangan rawat
inap Rasyid Thalib selama tiga hari dalam 3 shift kerja pagi,
didapatkan bahwa panduan tetap (SOP) belum ada tetapi pelaksanaan
kegiatan postconference di ruangan rawat inap Rasyid Thalib sudah
ada beberapa point variabel yang dinilai telah terlaksanakan kecuali
seperti: PJ menjelaskan tujuan dilaksanakannya postconference.
Didapatkan hasil penilaian kepala tim pada saat postconference sebesar
68% dan termasuk dalam kategori sangat baik, hal ini menyatakan
bahwa kepala tim diruangan Rasyid Thalib sudah baik dalam kegiatan
postconfrence.

7) Handover
Friesen (2008) menyebutkan tentang definisi dari handover
adalah transfer tentang informasi (termasuk tanggung jawab dan
tanggung gugat) selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan
yang mencakup peluang tentang pertanyaan, klarifikasi dan
konfirmasi tentang pasien. Selain itu juga meliputi mekanisme
transfer informasi yang dilakukan, tanggung jawab utama dan
kewenangan perawat dari perawat sebelumnya ke perawat yang
akan melanjutnya perawatan.
Operan sering disebut dengan timbang terima atau
handover. Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan
menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien
(Nursalam, 2011). Timbang terima harus dilakukan seefektif
mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap
tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah
dan yang belum dilakukan serta perkembangan pasien saat
itu.Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga
kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
sempurna. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, timbang

59
terima (handover) dilakukan oleh perawat primer keperawatan
kepada perawat primer (penanggung jawab) dinas sore atau dinas
malam secara tertulis dan lisan (Rohmah, 2012).
Berdasarkan pengetian diatas dapat disimpulkan bahwa
operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima
sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien.
1. Tujuan Timbang Terima ( Handover)
Ada beberapa tujuan kenapa timbang terima itu dilakukan yaitu:
a) Menyampaikan kondisi dan data keadaan pasien (data
fokus).
b) Menyampaikan hal yang sudah /belum dikerjakan dalam
asuhan keperawatan kepada pasien.
c) Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindak
lanjuti oleh perawat dinas berikutnya
d) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya
(Urrahman, 2009).
2. Manfaat Timbang Terima ( Handover)
Menurut Friesen (2008), manfaat Timbang Terima ( Handover)
bagi perawat adalah:
a) Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
b) Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar
perawat
c) Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien
dilaksanakan secara berkesinambungan
d) Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara
paripurna.
Sedangkan bagi pasien, manfaat yang didapat pasien
bisa menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang
belum terungkap. Pasien merasa puas dengan pelayanan yang
diberikan karena setiap perkembangan yang terjadi maupun
tindakan yang akan dilakukan diinformasikan dengan jelas
kepada pasien/keluarga (Notoadmojo, 2005).

60
Berdasarkan observasi selama 2 hari, presentase proses
pelaksaan handover di Ruang Rasyid Thalib dapat dilihat tabel
di bawah ini.
Tabel 2.23
Presentase Proses Pelaksanaan Handover Di Ruang Rasyid Thalib
Pada Tanggal 16-17 Maret 2020
N=8
Orientasi
No Variabel Ya Tidak
Tahap Persiapan
1. Menyiapkan rekam medis pasien 8
2. Laporan/pencatatan tentang pasien 8
kritis
3 Permintaan tindakan pasien cito 8
Tahap Pelaksanaan
4 Melakukan doa bersama 8
5. Melaporkan
1) jumlah pasien berdasarkan tingkat 8
ketergantungan
a. Minimal care
b. Parsial care
c. Total care
2) Nama pasien kritis (total) beserta 8
diagnosa,intervensi,implementasi,
dan evaluasi
3) Perintah tindakan pasien cito 8
6. PJ shift yang selesai bertugas memberi 8
wewenang secara tertulis tentang
subjektif, Objektif, analisis dan
Planning (SOAP) pasien kritis (Total
Care)
7. PJ Shift yang akan bertugas menerima 8
semua laporan dan kedua PJ shift
menandatangani laporan di dalam buku
registrasi
8 Kedua PJ shift dan anggotanya 8
bersama sama mengunjungi pasien
9 Mencuci tangan handrub sebelum 2 6
kontak dengan pasien
10. Mengucapkan salam kepada pasien 2 6
dan keluarga
11. Perawat yang akan bertugas
1). Memperkenalkan diri kepada
pasien, menyebutkan nama panggilan
dan memastikan dia yang akan 2 6

61
Orientasi
No Variabel Ya Tidak
merawat
2) membawa buku catatan pasien
kritis, pasien nyeri berat, pasien risiko 2 6
jatuh
3) Memberikan kesempatan pasien
dan keluarga untuk bertanya
12. Berpamitan kepada pasien 2 6
13. Mengucapkan “Assalamu’alaikum” 2 6
14. Mencuci tangan dengan Hand rub 3 5
15. PJ shift yang akan bertugas bersama 11
anggotanya menelaah rekam medis
16. Edukasi tentang
1) Bantuan Hidup Dasar 0 11
2) Sasaran Keselamatan Pasien 11
3) Hand Hygien Jalur Evakuasi 0 11
4) SPO 0 11
0
17. Penyampaian Informasi dan masalah 3 8
yang terjadi misalnya Alkes dan SDM
18. Ikut dalam penutupan proses timbang 11
terima
Jumlah 120 93
Persentase (%) 56,3% 43,6%
Persentase Total (%) 100%
Sumber :Observasi mahasiswa profesi Ners STIKes MP 2020

Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan diruang
Rasyid Thalib didapatkan hasil handover sebesar 56,3 %, dan
termasuk dalam kategori penilaian cukup baik , hal ini menyatakan
bahwa Handover ruang Rasyid Thalib sudah dilaksanakan dengan
cukup baik.

b. Kajian Data
1) Kepala ruang
Berdasarkan observasi pelaksanaan uraian tugas kepala ruang di
ruangan Rasyid Thalib kami sampaikan pada tabel berikut:

62
Tabel 2.24
Pelaksanaan Uraian Tugas Kepala Ruang Di Ruang Rasyid Thalib
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
Periode 16-17 Maret 2020
N=1

No Variabel yang dinilai


Ya Tidak
1 Membagi staf ke dalam tim sesuai dengan 1 0
kemampuan dan beban kerja

2 Membuat jadwal dinas koordinasi dengan tim 1 0


3 Menyiapkan materi tentang permasalahan pasien 1 0
dan ruangan yang ada pada hari tersebut termasuk
laporan permasalahan dinas malam
4 Kepala ruang melakukan meeting morning untuk 1 0
menindaklanjuti masalah yang ada yang diawali
dan diakhiri dengan doa
5 Membagi pasien ke dalam tim sesuai dengan 1 0
kemampuan dan beban kerja
6 Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas 1 0
ketua tim dan anggota tim
7 Melakukan supervisi dan memberi motivasi 1 0
seluruh staf keperawatan untuk mencapai kinerja
optimal

8 Memberikan reinforcement positif kepada semua 0 1


staf termasuk pada saat mengakhiri meeting
morning kepada dinas malam dan dinas pagi
9 Berperan serta sebagai konsultan 1 0
10 Melakukan pengawasan kedisiplinan tugas staf 1 0
melalui daftar hadir yang ada di ruang
Jumlah 9 1
Jumlah Persentase 90% 10%
Presentase 100%
Sumber :Observasi Mahasiswa Profesi Ners STIKes MP 2020

Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan diruangan rawat inap
Rasyid Thalib selama tiga hari dalam 3 shift kerja, didapatkan hasil
penilaian dalam pelaksanaan beberapa uraian tugas kepala ruangan
dikategorikan sudah baik, dengan persentase nilai sebesar 90 %. Dari
uraian 10 kegiatan kepala ruangan hanya ada beberapa hal yang tidak
dapat terlaksanakan seperti : Tidak menyiapkan materi tentang
permasalahan pasien dan ruangan yang ada pada hari tersebut, Kepala

63
ruangan sudah memberikan reinforcement positif kepada semua staf
teteapi tidak ada pengakhiran kegiatan meeting mornig kepada shift malam
dan shift pagi, karena meeting mornig tidak dilakukan selama observasi.

2) Kepala Tim
Berdasarkan observasi pelaksanaan uraian tugas kepalatimdi ruangan
Rasyid Thalib kami sampaikan pada tabel berikut:

Tabel 2.25
Pelaksanaan UraiannTugas Kepala Tim Di Ruang Rasyid Thalib
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
Periode 16-17 Maret 2020
N=1
Observasi
No Variabel Yang Dinilai
Ya Tidak
1 Bertugas pada pagi hari 1 0
2 Bersama Perawat Pelaksana 1 0
menerima operan tugas jaga dari yang
Perawat Pelaksana tugas malam.
3 Bersama Perawat Pelaksana 1 0
melakukan konfirmasi/supervise
tentang kondisi pasien segera setelah
selesai operan tugas jaga malam.
4 Bersama Perawat Pelaksana 1 0
melakukan do’a bersama sebagai awal
dan akhir tugas dilakukan setelah
selesai operan tugas jaga malam.
5 Melakukan pre conference dengan 1 0
semua Perawat Pelaksana yang ada
dalam grupnya setiap awal dinas pagi.
6 Membagi tugas atau pasien kepada 1 0
Perawat Pelaksana sesuai kemapuan
dan beban kerja.
7 Melakukan pengkajian, menetapkan 1 0
masalah atau diagnose dan
perencanaan keperawatan kepada
semua pasien yang menjadi tanggung
jawab ada bukti di rekam
keperawatan.
8 Memonitor dan membimbing tugas 1 0
Perawat Pelaksana.

9 Membantu tugas Perawat Pelaksana 1 0


untuk kelancaran pelaksanaan asuhan

64
Observasi
No Variabel Yang Dinilai
Ya Tidak
pasien.
10 Mengoreksi, merevisi, dan 1 0
melengkapi catatan asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh
Perawat Pelaksana yang ada di bawah
tanggung jawabnya.
11 Melakukan evaluasi hasil kepada 1 0
setiap pasien sesuai tujuan yang ada
dalam perencanaan asuhan
keperawatan dan ada bukti dalam
rekam keperawatan.
12 Melaksanakan post conference pada 1 0
setiap akhir dinas dan menerima
laporan akhir tugas jaga dari perawat
pelaksana untuk persiapan operan
tugas jaga berikutnya.
13 Mendampingi perawat pelaksana 1 0
dalam operan tugas jaga kepada
anggota tim yang tugas jaga
berikutnya.
14 Memperkenalkan perawat pelaksana 1 2
yang ada dalam satu grup atau yang
akan merawat selama pasien dirawat
atau kepada pasien/keluarga baru.
15 Mendelegasikan tugas kepada 1 0
perawat pelaksana pada sore malam
libur.
16 Melaksanakan pendelegasian tugas PJ 1 0
ruang bila pagi hari tidak bertugas.
17 Menyelenggarakan diskusi kasus 0 1
dalam pertemuan dalam rutin
keperawatan di ruangan minimal
sebulan sekali.
18 Melakukan bimbingan klinik 0 1
keperawatan kepada Perawat
Pelaksana minimal seminggu sekali
(ronde keperawatan/bed side
teacshing).
Jumlah 60 2
Jumlah Persentase 93,7% 6,6%
Persentase 100%
Sumber :Observasi Mahasiswa Profesi Ners STIKes MP 2020

Analisa

65
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan diruangan rawat inap
Rasyid Thalib selama tiga hari dalam 2 shift kerja, didapatkan hasil
penilaian dalam pelaksanaan uraian tugas kepala timdikategorikan sangat
baik, dengan persentase nilai sebesar 93,7%.

3) Perawat Asosiatif (Perawat Pelaksana)


Berdasarkan observasi pelaksanaan uraian tugas perawat asosiatif
diruangan Rasyid Thalib kami sampaikan pada tabel berikut:

Tabel 2.26
Presentase Uraian Tugas Perawat Asosiatif Di Ruang Rasyid Thalib
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
Periode 16-17 Maret 2020
N=9
Observasi
No Variabel yang dinilai
Ya Tidak
1. Mengerjakan semua tugas yang diberikan 9
kepala ruang
2. Menerima sesuai SPO di rumah sakit 9
3. Melakukan pengkajian keperawatan 9
4. Menganalisis data pasien sesuai bio 9
5. Menetapkan diagnose keperawatan 9
berdasarkan masalah yang dirumuskan
6. Menyusun rencana keperawatan berdasarkan 9
data hasil pengkajian keperawatan
7. Bekerjasama dengan tim kesehatan lain dalam 9
menyusun perencanaan keperawatan
8. Melakukan tindakan keperawatan berdasarkan 6 3
SOP
9. Memperkenalkan diri setiap bertemu pasien 5 4
dan mendengarkan setiap keluhan pasien
10. Memberikan penjelasan pada klien sebelum 5 4
melakukan tindakan keperawatan
11. Mengutamakan keselamatan klien dalam 9
memberikan asuhan keperawatan dan
melakukan dokumentasi keperawatan

12. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan 9


berdasarkan tujuan
13. Melakukan discharge planning pada pasien 9
pulang
14. Melakukan operan dengan penanggung jawab 9
shift berikutnya
15 Mengikuti setiap pertemuan yang diadakan 9
ruangan dan bekerjasama serta membantu

66
Observasi
No Variabel yang dinilai
Ya Tidak
sesama rekan kerja
16. Memberikan dukungan terhadap atasan ketika 9
melaksanakan tugas atau pekerjaan
Jumlah 133 11
Jumlah persentase % 92% 8%
Presentase 100%
Sumber : Observasi Mahasiswa Profesi Ners STIKes MP 2020

Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan diruangan rawat
inapRasyid Thalib selama tiga hari dalam 3 shift kerja, didapatkan hasil
penilaian dalam pelaksanaan uraian tugas perawat asosiatif dikategorikan
sangat baik, dengan persentase nilai sebesar 92%. Dari uraian 16 kegiatan
perawat asosiatif, hanya ada beberapa hal yang tidak dapat terlaksanakan
sepenuhnya.

2. Standar Asuhan Keperawatan (Instrumen B)


a. KajianTeori
Standar adalah suatu tingkat kinerja yang secara umum
dikenal sebagai sesuatu yang diterima, adekuat, memuaskan dan
digunakan sebagai tolak ukur atau titik acuan yang digunakan sebagai
pembanding (Marr dan Biebing, 2001).Standar praktik keperawatan
adalah norma atau penegasan tentang mutu pekerjaan seseorang
perawat yang dianggap baik, tepat dan benar yang dirumuskan sebagai
pedoman pemberian asuhan keperawatan serta sebagai tolak ukur
dalam penilaian penampilan kerja seorang perawat (Nursalam, 2002).
Dasar hukum Standar Profesi Keperawatan adalah UU
Kesehatan RI No. 23 tahun 1992 pasal 53, ayat 1: “tenaga kesehatan
memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugasnya
berkewajiban standar profesi dan pasien”. Standar Asuhan
Keperawatan (SAK) RS Muhammadiyah Palembang disusun
berdasarkan standar asuhan keperawatan internasional. Standar acuan
yang dipakai adalah Standarized nursing language yaitu NANDA

67
(North American Nursing Diagnosis Association) taksonomi II untuk
diagnose keperawatan, NOC (Nursing Outcome Classification) untuk
tujuan dan outcome yang ingin dicapai, dan NIC (Nursing
Intrevension Classification) untuk rencana tindakan/intervensinya.
Di Indonesia, standar keperawatan dipakai sebagai pedoman
dan instrumentasi penerapan standar asuhan keperawatan yang
disusun oleh Depkes yaitu:
a. Standart I pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan berisi tentang data anamnesa,
observasi yang paripurna dan lengkap serta dikumpulkan secara
terus menerus tentang keadaan pasien untuk menentukan asuhan
keperawatan sehingga data keperawatan harus bermanfaat bagi
semua anggota tim. Data pengkajian meliputi pengumpulan data,
pengelompokan data, dan perumusan masalah.
b. Standart II diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon pasien yang
dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisis
dan dibandingkan dengan norma kehidupan pasien, dan
komponennya terdiri dari masalah penyebab dan gejala (PES)
bersifat actual dan potensial dan dapat ditanggulangi perawat.
c. Standart III perencanaan atau intervensi keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnose
keperawatan komponennya meliputi prioritas masalah, tujuan
asuhan keperawatan dan rencana tindakan.
d. Standart IV implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan tindakan
yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi
secara maksimal yang mencangkup aspek peningkatan, pencegahan
dan pemulihan kesehatan dengan mengikut sertakan keluarga.
e. Standart V evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis,
terencana untuk menilai perkembangan pasien.

68
f. Standart VI dokumentasikeperawatan
Dokumentasi keperawatan dilakukan secara individu oleh
perawat selama dirawat inap maupun rawat jalan yang digunakan
sebagai informasi, komunikasi dan laporan. Dokumentasi dibuat
setelah tindakan dilakukan sesuai dengan pelaksanaan proses
keperawatan setiap mencatat harus mencantumkan inisial atau
paraf atau nama perawat, menggunakan formulir yang baku, dan
disimpan sesuai peraturan yang berlaku.

b. Kajian Data
Berdasarkan Observasi yang dilakukan, penilaian Asuhan
keperawatan di Ruang Rasyid Thalib RS Muhammadiyah Palembang
kami sampaikan dalam tabel berikut
Tabel 2.27
Penilaian Asuhan Keperawatan Di Ruang Rasyid Thalib
Muhammadiyah Palembang Periode 16-17 Maret 2020
N= 9
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
Pengkajian
Mencatat data yang dikaji sesuai dengan
1
pedoman pengkajian 9 0
2 Data dikelompokan (Bio-Psiko-sosial-spiritual) 9 0
Data yang dikaji sejak pasien masuk sampai
3
pulang 9 0
Masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan
4 antara status kesehatan dengan norma dan pola
fungsi kehidupan 9 0
Diagnosa
Diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang
1
telah dirumuskan 7 2
2 Diagnosa keperawatan mencerminkan PES 7 2
Merumuskan diagnosa keperawatan
3
aktual/potensial 9 0
Intervensi
1 Berdasarkan diagnosa keperawatan 9 0
2 Disusun menurut urutan prioritas 9 0
Rumusan tujuan mengandung komponen pasien
3
perubahan perilaku, kondisi pasien atau criteria 9 0
Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan
4
kalimat perintah, terinci dan jelas 9 0
5 Rencana tindakan menggambarkan keterlibatan 0

69
No Aspek yang dinilai Ya Tidak

pasien/keluarga 9
Rencana tindakan menggambarkan kerjasama,
6
dengan tim kesehatan lain 9 0
Implemetasi
Tindakan dilaksanakan mengacu pada rencana
1
keperawatan 9 0
Perawat mengobservasi respon pasien terhadap
2
tindakan keperawatan 7 2
3 Revisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi 6 3
Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat
4
ringkas dan jelas 9 0
Evaluasi
1 Evaluasi mengacu pada tujuan 9 0
2 Hasil evaluasi dicatat 9 0
Catatan Asuhan Keperawatan
1 Menulis pada format yang baku 9 0
Pencatatan dilakukan sesuai dengan tindakan
2
yang dilaksanakan 9 0
Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, istilah
3
yang baku dan benar 9 0
Setiap melakukan tindakan, perawat
4 mencantumkan paraf/nama jelas, dan tanggal
dilakukannya tindakan. 9 0
Berkas catatan keperawatan di simpan sesuai
5
dengan ketentuan yang baku 9 0
Total 228 9
Presentase 95% 5%
Sumber:Depkes RI, 2015
Analisa
Berdasarkan hasil penilaian evaluasi proses asuhan
keperawatan di ruang Rasyid Thalib sebesar 95% dilakukan.
Berarti asuhan keperawatan yang dilakukan di ruang Rasyid
Thalib sudah dilakukan dengan sangat baik namun ada beberapa
hal yang perlu ditingkatkan lagi. Berdasarkan data yang
didapatkan maka dapat dianalisis sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil data, dalam pengangkatan diagnosa
keperawatan di ruang Rasyid Thalib masih ada yang tidak
berdasarkan masalah yang telah dirumuskan.

70
2. Selain itu intervensi yang digunakan ada beberapa tidak
berdasarkan diagnosa keperawatan.
3. Untuk urutan intervensi sudah bagus namun ada beberapa
intervensi yang tidak dicantumkan sesuai prioritas yang ada.
4. Dan juga ada beberapa tindakan keperawatan di ruang
Rasyid Thalib yang tidak mengacu pada rencana
keperawatan

1) Peningkatan Komunikasi Yang Efektif


Suatu komunikasi yang tidak efektif adalah hal paling sering
disebutkan sebagai penyebab dalam kasus-kasus sentinel. Suatu
komunikasi harus tepat pada waktunya, akurat, komplit, tidak rancu dan
dimengerti oleh sang penerima informasi. Penelitian menunjukkan bahwa
penundaan dalam menanggapi hasil yang penting dapat mempengaruhi
secara negative hasil akhir pasien. Menerapkan sebuah proses/ prosedur
untuk perintah yang disampaikan melalui telpon (lisan), atau
penyampaian hasil uji klinis penting, yang harus diverifikasi dengan
“mengulang” selengkap-lengkapnya perintah ataupun hasil uji klinis
yang diterima, yang harus dilakukan oleh orang yang menerima
informasi tersebut.
a. Kajian Data
Selama observasi 2 hari komunikasi yang efektif sudah baik. Namun
masih ada keluarga yang tidak dijelaskan tentang kondisi dan
perkembangan pasien serta kurang tersampainya pendidikan
kesehatan tentang cuci tangan, resiko jatuh ataupun penjelasan obat
yang akan diberikan pada pasien. Observasi yang dilakukan selama 2
hari dari 16-17 Maret 2020, Komunikasi yang efektif di Ruang
Rasyid Thalib Muhammadiyah Palembang, dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :

71
Tabel 2.28
Pelaksanaan Peningkatan Komunikasi yang Efektif
di ruang Rasyid Thalib Periode 16-17 Maret
RS Muhammadiyah Palembang
Tahun 2020
N = 14
No Variabel Ya Tidak
1 Keluarga mendapatkan penjelaskn 14 0
tentang kondisi pasien
2 Keluarga dijelaskan tentang tata 9 5
tertib ruangan
3 Keluarga pasien diberikan 9 5
penjelasan tentang perkembangan
pasien
4 Dokumentasi perawat di R.M 14 0
5 Dokumentasi medis di R.M 14 0
Jumlah 60 10
Persentase (%) 86% 14%
Persentase total (%) 100 %
Sumber: Hasil observasi mahasiswa Ners STIKes MP Tahun 2020

Analisa
Berdasarkan observasi yang dilakukan, didapatkan
persentase komunikasi yang efektif sebesar 86% dengan kategori
sangat baik. Ini menunjukkan bahwa perawat di ruang Rasyid
Thalib sudah sangat baik dalam melakukan komunikasi
teraupetik yang efektif kepada pasien. Komunikasi bagian penting
dalam menunjang keberhasilan proses kesembuhan pasien.
Komunikasi yang salah, berdampak pada kesalahan tindakan yang
akan dilakukan dan memicu terjadinya konflik pasien dan perawat,
karena komunikasi bagian akses informasi yang diperoleh pasien,
dan hak pasien yang harus diperoleh.

2) Proses Pemberian Obat


Perawat harus cermat, terampil dan tepat saat memberikan
obat, tidak sekedar memberikanterapi untuk diminum (oral) atau
injeksi obat melalui pembuluh darah (parenteral), namun juga
mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat tersebut.

72
Pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat sangat penting
dimiliki oleh perawat.Perawat memiliki peran yang utama dalam
meningkatkan dan mempertahankan kesehatan klien dengan
mendorong klien untuk lebih proaktif jika membutuhkan
pengobatan.
Perawat berusaha membantu klien dalam membangun
pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan,
mengkonsultasikan setiap obat yang diorder dan turut serta
bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan tentang
pengobatan bersama dengan tenaga kesehatanlain.Perawat dalam
memberikan obat juga harus memperhatikan kejelasan resep obat
yang diberikan, hitungan dosis obat yang diberikan tepat/sesuai resep
dan selalu menggunakan prinsip 6 benar.Begitu banyaknya pasien
yang berobat ke rumah sakit, banyaknya petugas kesehatan dari
berbagai disiplin ilmu, dan begitu banyaknya prosedur tindakan,
memungkinkan terjadinya berbagai potensi kesalahan terutama
dalam pemberian pengobatan. Untuk mencegah hal ini, diperlukan
beberapa cara, yaitu :
1. Mensosialisasikan dan meningkatkan kewaspadaan obat Look
Alike Sound Alike (LASA) atau istilah bahasa indonesia, nama
Obat Rupa Ucapan dan Mirip (NORUM).
2. Menerapkan double check dan counter sign setiap distribusi
dan pemberian obat.
3. Perhatikan agar obat high alert berada di tempat yang aman.
4. Perhatikan prinsip 6 benar dalam pemberian obat, yaitu:Benar
obat, Benardosis, Benar waktu pemberian, Benar cara dan
tempat pemberian (route), Benar pasien dan Benar
dokumentasi.

a. Kajian data
Observasi yang dilakukan selama 2 hari, penatalaksanaan
pemberian obat di ruang sangat baik. Namun ada beberapa variable

73
yang kurang yaitu perawat tidak memberikan nama jenis obat
tambahan yang di driff pada infus pasien.Observasi yang dilakukan
untuk mengetahui pengukuran instrumen pastient safety dalam hal
pemberian obat di RuangRasyid Thalib Rumah SakitUmum
Muhammadiyah Palembang, dapat sebagaimana dilihat padatabel
sebagai berikut :

Tabel 2.29
Pengukuran Instrument Patient Safety :Pemberian Obat
Di Ruang Rasyid Thalib Periode 16-17 Maret RS
MuhammadiyahPalembang tahun 2020
N = 11
No Variabel Ya Tidak
1 Tersedianya loker pemisahan obat 11 0
antar pasien
2 Pemberian label nama pasien dan 11 0
dosis pada obat pasien
3 Pemisah obat norum (nama obat, 11 0
rupa dan ucapan mirip)
4 Penyimpan obat sesuai indikasi 11 0
tempat penyimpanan
5 Tersedia obat-obat emergency 11 0
6 6 benar dalam pemberian obat 11 0
(benar obat, dosis, waktu, cara,
pasien, dokumentasi)
7 Pemberian nama obat dan drif pada 11 0
botol infuse.
8 Menjelaskan manfaat obat yang 6 5
diberikan pada pasien
9 Perawat menjelaskan efek samping 2 9
pemberian obat yang telah
diberikan kepada pasien
Jumlah 85 14
Persentase (%) 85 % 13
Persentase total (%) 100%
Sumber: Hasil observasi mahasiswa Ners STIKes MP Tahun 2020

Analisa
Pemberian obat dengan prinsip 6 benar serta penjelasan
oleh tenaga perawat pada pasien maupun keluarga tentang manfaat
dan efek samping dari obat yg diberikan telah dilakukan dengan
sangat baik, pencapaian persentase keseluruhan dari item penilaian

74
dalam penatalaksanaan pemberian obat mencapai 87%. Hasil
observasi pada poin (8) didapatkan bahwa sudah sebagian besar
perawat sudah menjelaskan manfaat pemberian obat kepada pasien
tetapi sebagian besar pula perawat tidak memjelaskan efek
samping pemberian obat yang telah diberikan.

3) Resiko Infeksi Nasokomial


Infeksi diartikan sebagai adanya suatu organisme pada jaringan
atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun
sistemik. Menurut Karen adams & janet M. Corrigan (2009) Infeksi
nasokomial atau infeksi yang diperoleh dari rumah sakit adalah
infeksi yang tidak diderita pasien saat masuk ke rumah sakit
melainkan setelah ± 72 jam berada ditempat tersebut. Infeksi ini
terjadi bila toksin atau agen penginfeksi menyebabkan infeksi lokal
atau sistemik.
Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh
penderita maupun luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh
mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan
berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau
auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection)
disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan
dari satu pasien ke pasien lainnya (soeparman, 2006).
Contoh penyebab terjadinya infeksi nasokomial apabila dokter atau
perawat mengelola seorang pasien yang menderita infeksi karena
mikroorganisme patogen tertentu kemudian mikroorganisme dapat
ditularkan ketika terjadi kontak. Selanjutnya, pasien kelolaan lain
berpotensi tertular dari perawat dan dokter yang sebelumnya
berkontakan dengan pasien infeksi.
a. Kajian Data
Setelah dilakukan observasi selama tiga hari tentang resiko
infeksi nosokomial di ruang data diperoleh 83% telah tercapai.

75
Observasi yang dilakukan untuk mengetahui Pengukuran
Instrument Patient Safety Resiko Jatuh di Ruang Rumah Sakit
Bantul Periode 16-17 Maret 2020 Ruang Rasyid Thalib Rumah
Sakit Muhammadiyah Palembang dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 2.30
Pengukuran Instrument Pasien Safety : Resiko Infeksi
Nosokomial di Ruang Rasyid Thalib Periode 16-17 Maret 2020
n = 14
No Variabel Ya Tidak
1. Perawat dapat melakukan cuci 2 12
tangan 6 langkah dengan benar
2. Perawat mencuci tangan ditempat 2 12
yang sudah disediakan
3. Handsrub tersedia 14 0
4. Handuk / tissue untuk mengelap 14 0
setelah cuci tangan tersedia
5. Mempunyai tempat sampah 14 0
infeksius
6. Mempunyai tempat sampah non 14 0
infeksius
7. Mempunyai tempat kotor linen 14 0
8. Mempunyai tempat pembuangan 14 0
benda tajam
9. Petugas mencuci tangan 6 langkah 3 11
benar sebelum prosedur aseptic
10. Perawat menjelaskan langkah cuci 1 13
tangan kepada keluarga
Jumlah 88 52
Persentase (%) 63 % 37%
Persentase Total (%) 100%
Sumber: Hasil observasi mahasiswa Ners STIKes MP Tahun 2020

Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan disimpulkan
bahwa pencegahan infeksi nosokomial kurang dengan persentase
63%. Namun mayoritas perawatbelum melakukan cuci tangan
dengan cara 6 langkah walaupun sudah ada tempat untuk
melakukan cuci tangan. Kemudian perawat sebagian sudah
menjelaskan langkah cuci tangan kepada keluarga pasien. Hal ini
akan berdampak buruk pada pasien dan perawat itu sendiri, karena

76
resiko penyebaran mikroorganisme tetap dapat terjadi baik dari
keluarga pasien yang tidak mendapatkan edukasi yang dapat
menularkan infeksi maupun dari tenaga perawat yang tidak benar
dalam mencuci tangan.

1) Resiko Jatuh
Menurut Soehatman Ramli (2010), risiko merupakan
kombinasi darikemungkinan dan keparahan dari suatu kejadian.
Besarnya risiko ditentukan olehberbagai faktor, seperti besarnya
paparan, lokasi, pengguna, kuantitif serta kerentananunsur yang
terlibat.Risiko adalah kemungkinan, bahaya, kerugian, akibat
kurang menyenangkandari sesuatu perbuatan, usaha, dan
sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia,2006).
Falls atau pasien jatuh merupakan insiden di RS yang
sering terjadi dan dapatmengakibatkan cedera serius dan
kematian.Pasien jatuh merupakan adverse event kedua terbanyak
dalam institusi perawatan kesehatan setelah kesalahan
pengobatan/medication erors (AHRQ). Insiden pasien jatuh tidak
hanyaberdampak kepada fisik pasien tetapi juga dampak
keuangan yang ditanggungpasien dan rumah sakit (RS).
Penilaian resiko jatuh menggunakan skala Morse untuk
pasien dewasa dan skala Humpty Dumpty untuk pasien anak-
anak. Penilaian meliputi berbagai aspek seperti riwayat jatuh,
menggunaan alat bantu jalan, kebiasaan berjalan, kebiasaan
berkemih, penyakit dan obat yang dikonsumsi, dan lain-lain.
Penilaian terhadap resiko jatuh diharapkan dapat mengurangi
resiko jatuh dan meningkatkan kewaspadaan terhadap pasien
beresiko jatuh.
Dengan mengenali resiko jatuh maka akan dapat
diprediksi resiko jatuh seseorang, dan dilakukan tindakan
pencegahan yang sesuai. Oleh karena itu, memahami resiko jatuh,
melakukan tindakan pencegahan, dan penanganan pasien jatuh,

77
merupakan langkah yang harus dilakukan untuk menurunkan
resiko jatuh dan cidera pada pasien yang dirawat.

a. Kajian Data
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di ruangan Rasyid
Thalib selama 3 hari dari tanggal 16-17 Maret 2020 didapatkan hasil
tentang pasien safety dengan masalah resiko jatuh yang
menunjukkan bahwa semua perawat mengerti tentang pengkajian
resiko jatuh dan pernah melakukan identifikasi pasien resiko jatuh
akan tetapi untuk mengaplikasikannya masih ada perawat yang
belummengaplikasikannya seperti penangan pasien dengan benar
terkait resiko jatuh dan masih ada yang tidak melakukan pemberian
tanda/label resiko jatuh pada tempat tidur pasien.Hasil
observasitentang resiko jatuh di Ruang Rasyid Thalib Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.31
Pengukuran Instrument Patient Safety Resiko Jatuh
di Ruang Rasyid ThalibPeriode 16-17 Maret 2020
n = 14
No Variabel Ya Tidak
1 Perawat mengerti tentang pengkajian 14 0
resiko jatuh (Humpty Dumpty)
2 Perawat sudah pernah melakukan 14 0
pengidentifikasian resiko jatuh
3 Perawat antusias dalam melaksanakan 14 0
pengidentifikasian resiko jatuh
4 Perawat mau mengaplikasikan kembali 14 0
pengidentifikasian resiko jatuh
5 Perawat sudah menjelaskan tentang resiko 5 9
jatuh kepada pasien
6 Perawat sudah menanggani pasien dengan 14 0
benar terkait dengan resiko jatuh
7 Perawat sudah memasang label atau tanda 0 14
resiko jatuh pada pasien
Jumlah 75 23
Persentase (%) 77% 23%
Persentase Total (%) 100 %
Sumber: Hasil Observasi Dan Wawancara Mahasiswa Ners Stikes MP
Tahun 2020

78
Analisa
Setelah dilakukananalisa dari hasil observasi, didapatkan
persentase pencegahan pasien resiko jatuh sebanyak 100%, angka
tersebut menunjukan bahwa proses penatalaksanaan pasien resiko
jatuh di ruang Rasyid Thalib sangat baik.

4. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)


a. Kajian Teori
1) APP (Alat Perawatan Peralatan)
a) Tangani peralatan yang tercemar dengan benar untuk
mencegah kontak langsung dengan kulit atau membran
mukosa/ selaput lender.
b) Cegah terjadinya kontaminasi pada pakaian atau
lingkungan
c) Cuci dan desinfeksi (pembasmian hama penyakit)peralatan
bekas pakai sebelum di gunakan kembali

2) Linen (perlak)
a) Tangani linen (perlak) kotor dengan menjaga jangan terkena
kulit atau membrane mukosa Jangan merendam/membilas linen
kotor diwilayah ruang perawatan
b) Jangan mengibaskan linen dan melekatkan linen kotor di lantai
c) Segera ganti linen yang tercemar/terkena darah / cairan tubuh
d) Penggantian plastik linen terbagi atas 5 warna :
1. Putih : linen non infeksius
2. Kuning: linen infeksius
3. Hitam : limbah non infeksius
4. Merah : linen pasca digunakan untuk radioaktif
5. Ungu : linen pasca digunakan untuk yang mengandung
cytotoki.

79
a. Kajian Data
Berdasarkan Hasil Observasi 2 hari pada 16-17 Maret 2020
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.32
Pengkajian Data Pengendalian Infeksi Periode
16-17 Maret 2020
n=9
No Variabel Ya Tidak
Membuang sampah infeksiusdi 9 0
1
tempat sampah berwarna kuning
Membuang sampah non infeksius 9 0
2
di tempat sampah berwarna hitam
Mengumpulkan linen infeksius di 0 0
3
dalam kantong bewarna kuning
Mengumpulkan linen non infeksius 0 0
kedalam kantong bewarna
4
putih/tempat linen kotor non
infeksius
Membuang jarum,vial,ampul ke 9 0
5
dalam tempat sampah tajam
Ketatan pengunjung pada jam 9 0
6 kunjungan (Pagi : jam 10.00-14.00
dan Sore : jam 16.00-21.00 )
Perawat mengajarkan etika batuk 5 4
7 dan bersin kepada keluarga dan
pasien
Jumlah 41 4
Persentase (%) 92 % 8%
Persentase total (%) 100%
Sumber: Hasil observasi mahasiswa Ners STIKes MP Tahun 2020

Analisa
Berdasarkan data yang didapat mahasiswa dari hasil
observasi selama tiga hari dengan sampel 9 orang perawat bahwa
pengendalian infeksi masih sangatbaik sebanyak 92% tetapi dalam
mengumpulkan linen infeksius dan non infeksius belum ditempatkan
pada kantong yang sesuai dengan tempat yang seharusnya.

a. Kajian Teori
Proses terjadinya infeksi bergantung kepada interaksi anatar
suseptibilitas oejamu, agen infeksi (pathogenesis, virulensi dan

80
dosis) serta cara penularan. Identifikasi faktor resiko pada penjamu
dan pengendalian terhadap infeksi tertentu dapat mengurangi
insiden terjadinya infesi (HAIs), baik pada pasien atau pun pada
petugas kesehatan. Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi
terdiri dari :
1) Peningkatan daya tahan penjamu, dapat pemberian imunisasi
aktif (vaksinasi hepatitis B), atau pemberian imunisasi pasif
(immunoglobin).
2) Memutus mata rantai penularan
3) Tindakan pencegahan paska pajanan Post Exposure Praphylaxis
(PEP)terhadap petugas kesehatan.
Adapun 9 Pilar PPI adalah sebagai berikut :
1) Kebersihan tangan
2) Penggunaan APD
3) Penatalaksanaan strilisasi alat
4) Penatalaksanaan linen
5) Penggolahan sampah
6) Kesehatan Karyawan
7) Etika Batuk
8) Tindakan lumbal fungsi
9) Teknik menyuntuk yang aman

b. Kajian Data
1) Penggunaan APD
Hasil observasi di ruang Perawatan Rasyid Thalib yang
dilakukan pada tanggal 16-17 Maret 20202 untuk penilaian
terhadap penggunaan APD yang diperoleh adalah sebagai
berikut :

81
Tabel 2.33
Penilaian Terhadap Penggunaan APD di Ruang Rasyid Thalib
Periode 16-17 Maret 2020
N=10
No Variabel Ya Tidak
1 Perawat memakai APD 3 7
2 Apakah APD tersebut mengganggu 5 5
aktivitas anda
3 Apakah APD tersebut menimbulkan 10 0
bahaya tambahan
4 Apakah di rumah sakit terdapat peraturan 10 0
yang mewajibkan anda untuk
menggunakan APD
5 Jika ada, apakah peraturan itu sudah 10 0
diketahui oleh semua Pekerja
6 Apakah dengan peraturan tersebut 10 0
keselamatan dan kesehatan anda menjadi
lebih terjaga
7 Apakah anda perlu menggunakan APD 3 7
pada saat bekerja
Total 51 19
Presentase 82% 18%
Sumber data : Hasil Observasi Mahasiswa Ners Stikes Muhammadiyah 2019

Analisa :
Berdasarkan tabel diatas, hasil observasi yang dilakukan
disimpulkan bahwa penggunaan APD dilakukan dengan kategori
kurang. Dari hasil observasi sebesar 82% yaitu didapat dari poin
perawat yang sudah melakukan penggunaan APD pada saat
memberikan tindakan keperawatan kepada pasien. Akan tetapi poin
kurang pada instrument perawat memakai APPD. Hal ini tidak sesuai
dengan penelitian Annishia (2011) bahwa pentingnya ketersediaan APD
yang memadai dan pentingnya ditegakkan suatu peraturan yang
sifatnya mengikat dan harus sehingga mendorong perawat agar
berprilaku aman.

2) Pembuangan Sampah

Berdasarkan hasil observasi di ruang Rasyid Thalid yang


dilakukan pada tanggal 16 Maret -17 Maret 2020 untuk penilaian

82
terhadap pembuangan sampah data yang diperoleh adalah sebagai
berikut

Tabel 2.34
Penilaian Terhadap Pembuangan Sampah Di Ruang Rasyid Thalib yang
dilakukan pada tanggal 16-17 Maret 2020
N: 10
No Variabel Ya Tidak
1 Apakah tersedia tempat sampah di ruangan √ -
2 Apakah tersedia tempat sampah infeksi √ -
dengan kantong warna kuning
3 Apakah tersedia tempat sampah non infeksi √ -
dengan kantong warna hitam
4 Apakah tersedia tempat sampah untuk benda √ -
tajam
5 Apakah pembuangan sampah infeksi di √ -
kantong warna kuning
6 Apakah pembuangan sampah non infeksi di √ -
kantong warna hitam
8 Apakah seluruh tempat sampah terdapat label √ -
untuk sampah infeksi atau non infeksi
Total 7 0
Persentase 100% 0%
Sumber data : Hasil Observasi Mahasiswa Ners Stikes Muhammadiyah 2019

Analisa :
Berdasarkan tabel diatas. hasil observasi yang dilakukan
disimpulkan bahwa pembuangan sampah di ruang Rasyid Thalib
yang dilakukan pada tanggal 16-17 Maret 2020 dilakukan dengan
baik. Dari hasil observasi sebesar 100% yaitu didapat dari poin
ketepatan dalampembuangan sampah tajam, infeksi, dan non infeksi
dan pemberian label sampah infeksi dan non infeksi. Hal ini
didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hapsari
(2010) bahwa peningkatan dalam pengolahan sampah akan
mencipta lingkungan RS yang sehat dan meningkatkan citra Rumah
Sakit.

3) Lima Momen Kebersihan Tangan

83
Berdasrakan hasil observasi di ruang Rsyid Thalib yang
dilakukan pada tanggal 16-17 Maret 2020 untuk penilaian terhadap 5
momen kebersihan tangan data yang diperoleh adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.35
Penilaian Kepatuhan Perawat Terhadap 5 Momen Kebersihan Tangan
di Ruang perawatan Rasyid Thalib
Periode 16-17 Maret 2020
N=10
No Variabel Ya Tidak
1 Perawat melakukan kebersihan tangan 2 8
sebelum kontak dengan pasien
2 Perawat melakukan kebersihan tangan 2 8
sebelum melakukan tindakan aseptic
3 Perawat melakukan kebersihan tangan 8 2
setelah terkena cairan tubuh pasien
4 Perawat melakukan kebersihan tangan 7 3
setelah kontak dengan pasien
5 Perawat melakukan kebersihan tangan 2 8
setelah kontak dengan lingkungan
sekitar pasien
Total 21 29
Persentase 42% 58%
Sumber data : Hasil Observasi Mahasiswa Ners Stikes Muhammadiyah 2019

Analisa
Berdasarkan tabel diatas hasil observasi yang dilakukan
disimpulkan bahwa penatalaksanaan 5 moment kebersihan tangan
di ruang Rasyid Thalib dilakukan dengan kategori kurang. Dari
hasil observasi sebesar 42% yaitu didapat dari poin, perawat masih
kurang patuh terhadap cuci tangan sebelum ke pasien dan sesudah
kontak dengan pasien maupun lingkungan pasien. Menurut teori
centers for disease control (CDC), kebersihan tangan menjadi hal
yang penting karena tangan petugas kesehatan merupakan pelaku
yang paling sering untuk terkena infeksi nasokomial. Hal ini akan
berhasil saat kepatuhan dan kesadaran para tenaga medis dalam
mencuci tangan dilakukan secara optimal.

6. Mutu Pelayanan Keperawatan


1. Kepuasan Pasien

84
a. Kajian Teori
Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi
setiap orang. Semua orang ingin dilayani dan mendapatkan kedudukan
yang sama dalam pelayanan kesehatan. Dalam Undang Undang Dasar
Tahun 1945 Pasal 28 dan Pasal 34 menyatakan negara menjamin
setiap warga negara mendapatkan hidup sejahtera, tempat tinggal,
kesehatan dan pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia (Info Askes,
2010).
Pelayanan kesehatan terkait dengan pelayanan di rumah sakit.
Rumah sakit dinyatakan berhasil, tidak hanya pada kelengkapan
fasilitas yang diunggulkan, melainkan juga sikap dan layanan sumber
daya manusia merupakan elemen yang berpengaruh signifikan
terhadap pelayanan yang dihasilkan dan dipersepsikan pasien ataupun
keluarga pasien. Bila elemen tersebut diabaikan maka dalam waktu
yang tidak lama, rumah sakit akan kehilangan banyak pasien dan
dijauhi oleh keluarga calon pasien. Pasien/keluarga pasien akan
beralih ke Rumah Sakit lainnya yang memenuhi harapan pasien, hal
tersebut dikarenakan pasien merupakan asset yang sangat berharga
dalam mengembangkan industri rumah sakit (Diah, 2009).
Pasien adalah aset utama yang harus mendapat pelayanan
sebuah rumah sakit yang akan mempengaruhi eksistensi rumah sakit
tersebut. Kepuasan keluarga merupakan keadaan dimana keinginan,
harapan dan kebutuhan keluarga terpenuhi oleh rumah sakit.
Kepuasan keluarga terhadap pelayanan keperawatan dapat
dipengaruhi dari komunikasi perawat memberikan pelayanan, sikap
empati, keramahan dan ketanggapan kepada keluarga, komunikasi dan
pertanggungjawaban terhadap pelayanan yang diberikan (Ifada, 2008)
Kepuasan keluarga pasien tergantung pada kualitas pelayanan. Oleh
sebab itu, manajemen suatu pelayanan kesehatan perlu menganalisis
sejauh mana mutu pelayanan yang diberikan.Seiring dengan
banyaknya pelayanan kesehatan yang telah berdiri dan memberikan

85
berbagai macam alternatif kepada konsumennya, untuk memilih
sesuai dengan harapan yang menyebabkan persaingan yang ketat.
b. Kajian Data
Observasi dilakukan selama 2 hari dari tanggal 16-17 Maret
2020, Penilaian kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan diruang
Rasyid Thalib dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 2.36
Penilaian Kepuasan Pasien Terhadap Mutu Pelayanan di Ruang
Rasyid Thalib Periode 16-17 Maret 2020
N = 14
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Perawat menyambut dengan ramah ketika saudara/i 14 0
datang
2 Perawat memperkenalkan diri kepada pasien 10 4
3 Perawat menjelaskan sarana dirungan yang dapat 8 4
dimanfaatkan
4 Perawat menjelaskan aturan-aturan yang berlaku 8 4
saat ini selama perawatan
5 Perawat menanyakan masalah-maslah yang 11 3
saudra/i alami terkait dengan kondisi kesehatan
saudara/i
6 Perawat menjelaskan kegiatan yang harus dilatih 11 3
untuk dilakukan secara mandiri
7 Perawat segera menangggapi keluhan saudara/i 14 0
8 Perawat mendampingi saudara/i ketika dilakukan 13 1
pemeriksaan dokter
9 Perawat menjaga privasi saudara saat melakukan 14 0
tindakan keperawatan
10 Perawat memberikan pengamanan pada bed agar 11 3
tidak jatuh/memberikan tanda resiko jatuh
11 Perawat menggunakan sarung tangan saat 7 7
melakukan tindakan
12 Perawat bersikap sopan 14 0
13 Perawat berpenampilan rapi 14 0
14 Perawat menjelaskan kegiatan yang harus saudara/i 10 4
dilakukan dirumah
15 Perawat menjelaskan obat-obatan yang harus 10 4
diteruskan dirumah
16 Perawat menjelaskan obat yang akan diberikan 9 5
17 Perawat identitas obat sesuai dengan nama dan 12 2
No.kamar saudara/i
18 Perawat menjelaskan obat pada waktu control 14 0
Jumlah 218 44
Prosentase 84,3 % 15,7%

86
Sumber :Observasi Mahasiswa Profesi Ners STIKes MP 2020

Analisa
Berdasarkan pengkajian yang telah kami lakukan selama 2 hari
diruang Rasyid Thalib mengenai kepuasan pasien terhadap mutu
pelayanan diruangan tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 84,3 %,
yang berarti penilalaian kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan
diruang Rasyid Thalib baik.

2) Kepuasan Kerja Perawat


Kepuasan kerja merupakan sikap positif terhadap pekerjaan
pada diri seseorang.Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal
yang bersifat individual. Setiap individu akan memiliki tingkat
kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang
berlaku pada dirinya. Biasanya orang akan merasa puas atas kerja
yang telah atau sedang dijalankan, apabila apa yang dikerjakan
dianggap telah memenuhi harapan, sesuai dengan tujuannya
bekerja. Apabila seseorang mendambakan sesuatu, berarti yang
bersangkutan memiliki suatu harapan dan dengan demikian akan
termotivasi untuk melakukan tindakan kearah pencapaian harapan
tersebut. Jika harapan tersebut terpenuhi, maka akan dirasakan
kepuasan. Kepuasan kerja menunjukkan kesesuaian antara harapan
seseorang yang timbul dan imbalan yang disediakan pekerjaan,
sehingga kepuasan kerja juga berkaitan erat dengan teori keadilan,
perjanjian psikologis dan motivasi (Robbins & Judge, 2009).
Dalam Nursalam (2009) faktor yang mempengaruhi kepuasan
kerja, yaitu:
a. Motivasi
Rowland (1997) menyatakan fungsi manager meningkatkan
kepuasan kerja staf didasarkan pada faktor motivasi yang
meliputi: keinginan untuk peningkatan percaya bahwa gaji
yang diterima sudah mencukupi, memiliki kemampuan
pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai yang diperlukan,

87
umpan balik, kesempatan untuk mencoba, instrumen
penampilan untuk promosi, kerjasama dan peningkat
penghasilan.
Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan,
menyalurkan dan memelihara prilaku sesorang. Motivasi
adalah subjek yang membingungkan, karena motif tidak dapat
diamati atau diukur secara langsung tetapi harus disimpulkan
dari perilaku sesorang( Handoko, 2003).
Kebutuhan seseorang untuk mencapai prestasi merupakan
kunci dalam suatu motivasi dan kepuasan kerja. Jika seseorang
bekerja, maka kebutuhan pencapaian prestasi tersebut berubah
sebagai dampak dari beberapa faktor dalam organisasi:
program pelatihan, pembagian dan jenis tugas yang diberikan,
tipe supervisi yang dilakukan perubahan pola motivasi dan
faktor lain. Seseorang memilih suatu perkaryaan didasarkan
pada kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki. Motivasi
akan menjadi masalah apabila kemampuan yang dimiliki tidak
dimanfaatkan dan dikembangkan dalam melaksanakan
tugasnya.
Motivasi seseorang akan timbul apabila mereka diberikan
kesempatan untuk mencoba dan mendapat umpan balik dari
hasil yang diberikan. Oleh karena itu , penghargaan psikis
sangat diperlukan agar seseorang merasa dihargai dan
diperhatikan serta dibimbing bila melakukan suatu kesalahan.
b. Lingkungan
Faktor lingkungan memegang peranan penting dalam
mendukung motivasi kerja untuk pencapaian kepuasan kerja
yang meliputi: komunikasi, potensial pertumbuhan,
kebijaksanaan individu, upah/gaji, kondisi kerja yang kondusif.

c. Peran Manajer

88
Peran dirumuskan sebagai suatu rangkaian prilaku yang
teratur yang timbul karena suatu jabatan tertentu, kepribadian
sesorang juga amat mempengaruhi bagaimana peran harus
dijalankan. Peran timbul karna seorang manajer memahami
bahwa ia bekerja tidak sendirian. Dia mempunyai lingkungan
yang setiap saat perlu berinteraksi dengan beraneka ragam
perbedaan yang ada di lingkung sekitarnya tetapi perannya
harus dimainkan dengan tidak membuat perbedaan antara satu
dengan yang lain (Thoha, 2008).
Kepuasan kerja staf dapat juga dilihat dari terpenuhinya
kebutuhan fisik dan psikis, dimana kebutuhan psikis tersebut
dapat terpenuhi melalui peran manajer dalam memperlakukan
stafnya.Hal ini perlu ditanamkan kepada manajer agar
diciptakan suatu keterbukaan dan memberikan kesempatan
kepada staf untuk melaksanakan tugas sebaik-baiknya. Ada
dua belas kunci utama dalam kepuasan kerja, yaitu: input,
hubungan manajer dan staf, disiplin kerja, lingkungan tempat
kerja, istirahat dan makan yang cukup, diskriminasi, kepuasan
kerja, penghargaan penampilan, klarifiksi kebijakan,
mendapatkan kesempatan, pengambil keputusan dan peran
manajer (Nursalam, 2009).

Kajian Data
Observasi dilakukan selama 2 hari dari tanggal 16-17
Maret 2020, Kepuasan Kerja Karyawan Di Ruang Rasyid Thalib
dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 2.37
Kepuasan Kerja Karyawan di Ruang Rasyid Thalib

89
Periode 16-17 Maret 2020
N = 14
No Pernyataan Obsevasi
Ya Tidak
1 Gaji Salery
Saya puas dengan sistem pemberian gaji di 8 6
tempat saya bekerja
Gaji yang terima sesuai dengan tingkat 8 6
pendidikan saya
2 Kondisi Kerja
Saya merasa puas dengan kondisi lingkungan 14 0
kerja saya
Kondisi kerja sangat menyenangkan dan 14 0
nyaman
3 Kebijakan Rumah Sakit
Saya merasa tidak puas dengan cara rumah 8 6
sakit menerapkan kebijakan yang berlaku
Sanksi yang diterapkan oleh rumah sakit tidak 12 2
merugikan karyawan
4 Hubungan Antar Pribadi
Tingkat kebersamaan diantara rekan kerja lebih 14 0
memuaskan saya
Rekan kerja saya di rumah sakit ini 14 0
menyenangkan
5 Supervisi
Komunikasi dengan atasan sangat baik 14 0
Atasan membantu dalam permasalahan yang 14 0
menyangkut pekerjaan
6 Prestasi
Saya puas dengan prestasi kerja saya saat ini 14 0
Saya mendapatkan pengakuan yang 14 0
selayaknya atas prestasi kerja saya
7 Pengakuan
Saya sangat dihargai di tempat kerja 14 0
Atasan saya sangat menghargai hasil kerja 14 0
saya
8 Pekerjaan itu sendiri
Pekerjaan yang saya lakukan tidak sesuai 12 2
dengan job descrption
Saya bisa menyelesaikan tugas-tugas saya 14 0
selama jam kerja
9 Tanggung Jawab
Saya merasa puas dengan tingkat tanggung 14 0
jawab dalam pekerjaan yang saya emban
Sebagai perawat saya bertanggung jawab atas 14 0
pekerjaan yang diberikan kepada saya

90
No Pernyataan Obsevasi
Ya Tidak
10 Promosi/ Pengembangan Karier
Saya puas karena mendapat pelatihan yang 14 0
sesuai untuk mendukung pelaksanaan
pekerjaan saya
Kenaikan posisi/ promosi/ gaji ditandai 14 0
dengan adil dengan memperhatikan masa
kerja, kinerja dan kemampuan.
Jumlah 258 22
Prosentase 92,1% 7,9%
Sumber Observasi Mahasiswa Pendidikan Profesi Ners Tahun 2020
Analisa
Dari tabel diatas dapat dilihat setelah kami melakukan
pengkajian selama 2 hari bahwa untuk kepuasan kerja perawat di
rumah sakit menunjukkan tingkat kepuasan perawat yang bekerja di
ruang Rasyid Thalib sebesar 92,1%, yang berarti kepuasan kerja
karyawan di ruang Rasyid Thalib sangat baik.

3) Kepuasan Keluarga
a. Kajian Data
Observasi dilakukan selama 2 hari dari tanggal 16-17 Maret
2020, Kepuasan Keluarga Pasien Di Ruang Rasyid Thalib dapat
dilihat dari tabel berikut:
Tabel 2.38
Kepuasan Keluarga Pasien di Ruang Rasyid Thalib
Periode 13-15 Februari 2019
N = 10
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Perawat bersikap sopan dan berpenampilan rapi 10 0
2. Perawat menggali informasi dari keluarga 8 2
3. Perawat memberikan informasi mengenai 9 1
masalah yang dihadapi pasien
4. Perawat memberikan informasi mengenai 9 1
tindakan yang akan dilakukan kepada pasien
(inform consent)

5. Perawat menjelaskan perkembangan pasien 8 2


6. Perawat melakukan penyuluhan kepada keluarga 7 3
mengenai cara perawatan yang harus dilakukan
keluarga dirumah

91
No Pertanyaan Ya Tidak
7. Perawat menyiapkan keperluan pulang pasien 10 0
yang meliputi jadwal kegiatan harian dan sisa
obat
8. Perawat menjelaskan waktu control 10 0
9. Perawat memberikan pesanan pulang yang 10 0
mudah di mengerti
10. Perawat memberikan penjelasan rujukan yang 10 0
bisa digunakan bila ada yang perlu dikonsulkan
11. Perawat membantu keluarga untuk konsul dokter 10 0
Jumlah 101 9
Presentase 91% 9%
Sumber : Observasi Mahasiswa Co Ners Tahun 2019
Analisa
Berdasarkan tabel diatas setelah kami melakukan
pengkajian selama 2 hari bahwa keluarga pasien merasakan puas
terhadap pelayanan di ruang Rasyid Thalib dengan presentasi 91%
(sangat baik), dalam hal ini keluarga pasien mengatakan puas
karena mendapatkan informasi mengenai masalah yang dihadapi
pasien dan pelayan yang biak terhadap asuhan keperawatan.

3. Standar Operasional Prosedur ( Instrumen C)


a. Kompress Hangat
Kompres hangat adalah sepotong balutan kasa yang dilembabkan
dengan cairan hangat yang telah diprogramkan.Panas dapat
meingkatkan vasodilatasi dan evaporasi panas dari permukaan kulit
(Potter & Perry 2007).Setelah dilakukan observasi pada 2 orang
perawat tentang pengompressan hangat didapatkan hasil sebagai
berikut:

Tabel 2.39
Kompress Hangat
di Ruang Rasyd Thalid Periode 16-17 Maret 2020
N= 3
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
1 Perawat menyiapkan alat 3 0

92
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
2 Perawat melakukan kebersihan tangan 1 2
3 Mengucapkan salam 3 0
4 Memastikan identitas pasien 3 0
5 Perkenalkan diri 3 0
6 Menjelaskan prosedur tindakan 3 0
7 Memakai APD 3 0
8 Mengukur suhu tubuh pasien 3 0
9 Membasahi kain pengompres dengan air hangat, 3 0
diamkan selama 5 menit (diulangi beberapa kali)
10 Memeras kain pengompres hangat 3 0
11 Membereskan alat 3 0
12 Melakukan salam 3 0
13 Melakukan kebersihan tangan sesuai prosedur 3 0
14 Dokumentasi 3 0
15 Memperhatikan pasien safety 3 0
Jumlah 43 2
Jumlah Persentase 95% 5%
Persentase 100%

Analisa
Berdasarkan data dari tabel yang didapatkan hasil
dalam Penatalaksanaan Kompress Hangat didapatkan nilai
presentase sebesar 95% dan termasuk dalam kategori penilaian
sangat baik.

a. Pemasangan Infus
Pemasangan infus merupakan sebuah teknik yang digunakan untuk
memungsi vena secara transcutan dengan menggunakan stilet tajam
yang kaku dilakukan dengan teknik steril seperti angeocateter atau
dengan jarum yang disambungkan dengan spuit (Eni K, 2016). 
Setelah dilakukan pengkajian tentang Pemasangan Infus
didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 2.40
Penatalaksanaan Pemasangan Infus
di Ruang Rasyid Thalib Periode 16-17 Maret 2020
N= 3

93
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
1 Mencuci tangan 3 0
2 Persiapan alat dan menggantungkan botol 3 0
cairan pada tiang infuse
3 Mengdesinfeksikan tutup botol dengan 3 0
alcohol swab
4 Menghubungkan infuse set, dan mengalirkan 3 0
cairan kedalam selang infuse, kemudian
selang infuse di klem
5 Mengeluarkan gelembung-gelembung udara 3 0
dari selang infuse
6 Mengatur posisi pasien, dan menentukan 3 0
tempat yang akan dipasang infuse
7 Menggunakan handscoon 2 1
8 Membendung dengan tourniquet bagian 3 0
atasnya. Yang akan dipasang iv catheter
9 Mendesinfektan kulit sekitar yang akan 3 0
dipasang infuse
10 Menusukkan IV Cath kedalam vena dengan 3 0
lubang jarum mengarah keatas, bila darah
mengalir menandakan ajrum masuk kedalam
vena, tourniquet dilepaskan, tekan bagian
atasnya dari tempat tusukan, menarik jarum iv
kateter
11 Hubungkan infuse set dengan iv kateter, 3 0
kencangkan sambungan kemudian di klem
dilonggarkan untuk melihat kelancaran cairan
12 Fiksasi menggunakan hansaplast di bagian 3 0
tusukan
13 Fiksasi bagian selang infuse dengan plester 3 0
14 Atur tetesan sesuai order dokter 3 0
15 Membuang sampah pada tempatnya 3 0
16 Melepaskan handscoon 3 0
17 Membuang handscoon pada tempatnya 3 0
18 Berpamitan dengan pasien 3 0
19 Mengucapkan salam 2 1
20 Mencuci tangan 2 1
21 Dokumentasi 3 0
Jumlah 54 3
Jumlah Persentase 96,4% 3,6%
Persentase 100%

Analisa

94
Berdasarkan data dari tabel yang didapatkan hasil dalam
Penatalaksanaan pemasangan infus didapatkan nilai presentase sebesar
96,4% dan termasuk dalam kategori penilaian sangat baik.

b. Pemberian Obat Oral

Pemberian Obat Oral adalah suatu tindakan keperawatan yang


dilakukan berupa memasukkan obat melalui mulut yang bermanfaat
untuk memperbaiki status kesehatan seseorang (Andara,2013).
Berdasarkan hasil pengkajian tentang Pemberian Obat Oral
didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 2.41
Pemberian Obat Oral di Ruang Rasyid Thalib
Periode 16-17 Maret 2020
N= 3
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
1 Ucapkan salam 0 3
2 Perkenalkan diri 1 2
3 Pastikan identitas pasien 2 1
4 Sampaikan tujuan dan prosedur 0 3
5 Ikuti prinsip : benar obat, benar pasien, benar 3 0
dosis, benar waktu, benar cara pemberian,
benar indikasi dan dokumentasi
6 Tentukan kemampuan pasien untuk menelan 3 0
sirup/tablet
7 Cek kemampuan interaksi obat dan 3 0
kontraindikasi
8 Catat alergi pada klien sebelum memberikan 3 0
tiap obat
9 Yakinkan bahwa obat yang akan diberikan 3 0
sesuai aturan
10 Cek tanggal kedaluwarsa pada wadah obat 3 0
11 Informasikan pada pasien efek obat yang 3 3
diharapkan dan kemungkinan efek yang tidak
diharapkan
12 Bantu pasien untuk menelan obat 2 1
13 Monitor pasien dari kemungkinan aspirasi dan 3 0
efek terapi
14 Informasikan pasien dan anggota keluarga 1 2
bagaimana cara pemberian obat
15 Dokumentasikan pemberian obat dan respon 3 0
pasien
Jumlah 24 21

95
Jumlah Persentase 53% 47%
Persentase 100%

Analisa
Berdasarkan data dari tabel yang didapatkan hasil
dalam Penatalaksanaan pemberian obat oral didapatkan nilai
presentase sebesar 53% dan termasuk dalam kategori
penilaian sangat baik.

c. Pemberian Obat IV
Memberikan obat melalui suntikan kedalam pembuluh darah vena
melalui port injeksi pada infuse set.Berdasarkan hasil pengkajian tentang
Pemberian Obat melalui injeksi intravena bolus didapatkan hasil sebagai
berikut:
Tabel 2.42
Pemberian Obat Injeksi Intravena Bolus di Ruang Rusyd Thalib
Periode 16-17 Maret 2020
N= 3
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
1 Ucapkan salam 3 3
2 Perkenalkan diri 1 2
3 Pastikan identitas pasien 2 1
4 Sampaikan tujuan dan prosedur 0 3
5 Ikuti prinsip : benar obat, benar pasien, benar 3 0
dosis, benar waktu, benar cara pemberian,
benar indikasi dan dokumentasi
6 Atur posisi port Injeksi pada daerah yang bebas 1 2
dan aman
7 Bersihkan daerah penyuntikan dengan alcohol 0 3
swab
8 Tusukan jarum kedalam port Injeksi yang telah 0 0
tersedia dalam infuse set (karet khusus)
9 Hentikan aliran infuse dengan cara di klem dan 2 1
lakukan aspirasi, pastikan jalur IV line baik
dengan adanya darah saat dilakukan aspirasi
10 Masukan obat perlahan-lahan sampai habis 1 2
11 Cabut jarum setelah obat masuk semua 3 0
12 Buang spuit dan jarum bekas pada bengkok 1 2
13 Buka klem infuse dan atur kembali tetesan 3 0
infuse
14 Rapikan pasien dan Bereskan alat 2 1

96
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
15 Dokumentasikan pemberian obat dan respon 3 0
pasien
Jumlah 25 20
Jumlah Persentas 55% 45%
Persentase 100%

Analisa
Berdasarkan data dari tabel yang didapatkan hasil dalam
Penatalaksanaan pemberian obat melalui injeksi intravena bolus
didapatkan nilai presentase sebesar 55% dan termasuk dalam kategori
penilaian sangat baik.

d. Pengukuran Pernapasan
Pengukuran pernapasan adalah menghitung jumlah pernapasan
(inspirasi yang diikuti ekspirasi) dalam satu menit. Setelah dilakukan
pengkajian tentang pelaksanaan pengukuran pernafasan hasil sebagai
berikut:
Tabel 2.43
Mengukur Pernafasan di Ruang Rasyid Thalib
Periode 16-17 Maret 2020
N= 3
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
1 Arloji tangan dengan petunjuk detik 3 0
Buku catatan
2 Melakukan Kebersihan Tangan dan Bismillah 2 1
3 Memperkenalkan diri 3 2
4 Menghitung pernafasan dengan 3 0
memperhatikan irama nafas selama satu menit
5 Melakukan cuci tangan 3
6 Kebersihan tangan 3 0
7 Dokumentasikan hasilnya dalam buku catatan 3 0
dan rekam medik pasien.
Jumlah 20 3
Jumlah Persentase 87% 13%
Persentase 100%

Analisa

97
Berdasarkan tabel yang ada diatas didapatkan hasil bahwa
pelaksanaan perhitungan pernafasan diruang Rasyid Thalib cukup
baik dilakukan dengan persentase diruang Rasyid Thalib adalah 87%.

e. Pengukuran Nadi
Pengukuran nadi adalah menghitung jumlah denyut nadi (irama,
frekuensi dan kekuatan).Berdasarkan hasil pengkajian tentang
Pengukuran nadi didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 2.44
Mengukur Nadi di ruang Rasyid Thalib
Periode 16-17 Maret 2020
N= 3
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
1 Arloji tangan dengan petunjuk detik dan 3 0
Buku catatan
2 Perawat melakukan kebersihan tangan 2 1
3 Mengucapkan salam 3 0
4 Perkenalkan diri 3 2
5 Memastikan identitas klien 3 0
6 Menjelaskan prosedur tindakan 2 1
7 Hitung denyut nadi dengan menggunakan 3 0
arloji
8 Tempelkan jari telunjuk dan jari tengah diatas 3 0
arteri klien selama satu menit
9 Membereskan alat 3 0
10 Mengucapkan salam 3 0
11 Melakukan kebersihan tangan sesuai prosedur 1 2
12 Dokumentasikan hasil perhitungan pada buku 3 0
catatan
Jumlah 32 6
Jumlah Persentase 84,2 15,7%
%
Persentase 100%

Analisa
Berdasarkan tabel yang ada diatas didapatkan hasil bahwa
pelaksanaan perhitungan nadi diruang Rasyid Thalib cukup baik
dilakukan dengan persentase diruang Rasyid Thalib adalah 84,2%.

D. Output

98
Hasil Penilaian Mutu Pelayanan mulai dari instrument A, B, dan C
di Ruang Rasyid Thalib Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
periode 16-17 Maret 2020.
1. Rentang kendali
Berdasarkanobservasi yang kami lakukan, rentang kendali di
Ruang Rasyid Thalib Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang periode
16-17 Maret 2020, dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 2.45
Hasil Penilaian Mutu Pelayanan (Instrumen A,B,C)
di Ruang Rasyid Thalib Periode 16-17 Maret 2020
Tercapai Target yang harus di
No Aspek
(%) capai
1 Instrumen A 72,8% >70%
2 Instrumen B 81,8% >70%
3 Instrumen C 76% >70%
Total %
Sumber: Data Observasi Mahasiswa Ners STIkes MP 2020

Analisa
Berdasarkan tabel di atas hasil penilaian mutu
pelayanan yang meliputi: instrument Adengan presentase hasil
sebesar 72,8%, yang berarti asuhan keperawatan yang telah
dilakukan di ruang Rasyid Thalib telah memenuhi standar dan
sudah dilakukan dengan sangatbaik. Instrumen B
hasilpresentasi 81,8% yang berarti timbal balik tenaga
perawat, pasien dan keluarga perawat terhadap mutu pelayanan
sudah sangatbaik, Sedangkan instrumen C didapatkan hasil
presentase sebesar 76%, yang berarti semua tindakan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat sudah termasuk
sangat baik sesuai dengan prosedur atau SOP yang ada di
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang. Jadi dapat
disimpulkan bahwa mutu pelayanan yang ada di ruang Rasyid
Thalib sudah baik dan telah memenuhi target standar
pelayanan mutu rumah sakit.
2. Efisiensi Ruang Rawat (BOR, LOS, TOI, BTO)

99
a. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)
Menurut Depkes RI (2006), BOR adalah presentase pemakaian
tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan
gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah
sakit.Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85%.

jumlah hari perawatan dirumah sakit


BOR= × 100 %
( jumlah tempat tidur × jumlah hari dalam satu periode)

b. Kajian Data
1) Kajian data selama 2 hari
Jumlah hari perawatan di rumah sakit pada tanggal 16 Maret =
16 pasien dan tanggal 17 Maret = 14 pasien, Dengan jumlah tempat
tidur 29.
16+14 30
BOR= × 100 %= ×100 %=34 %
29 ×3 87

3. ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanyapasiendirawat)


a. Kajian Teori
Menurut Depkes RI (2006) ALOS adalah rata-rata lama
rawatseorangpasien. Indikator ini disamping memberikan
gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu
pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat
dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara
umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari.
jumlah lama dirawat
ALOS=
jumlah pasienkeluar (hidup+mati)

b. Kajian Data

100
a. Kajian data selama 2
hari
Pada tanggal 16 Maret 2020 terdapat 2 orang pasien
pulang. An.A pulang dengan lama dirawat 6 hari, An.Y pulang
dengan lama hari perawatan 4 hari
Jumlah lama dirawat 6+4= 10
Pada tanggal 17 Maret 2020 terdapat 2 orang pasien pulang
An. H pulang dengan lama dirawat 4 hari, An. R pulang dengan
lama dirawat 5 hari. Jumlah lama dirawat 4+5= 9
10+ 9 19
ALOS= = =4,7=5 hari
2+ 2 4

E. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)


a. Kajian Teori
Menurut Depkes RI (2006), TOI adalah rata-rata hari
dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi
berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi
pada kisaran 1-3 hari.
( jumlah tempat tidur × periode )−hari perawatan
TOI =
jumlah pasienkeluar (hidup +mati)

b. Kajian Data
1) Kajian data selama 2 hari
Jumlah hari perawatan tanggal 16-17 Maret 2020 = 23 hari
Jumlah pasien keluar tanggal 16-17 Maret 2020 = 4 orang
Periode 16-17 Maret 2020 = 2 hari
Jumlah tempat tidur ruang Rasyid Thalib = 29 TT
( 16 ×2 )−6 26
TOI = = =6,5=6 hari
4 4

101
Tabel 2.46
Efisiensi Ruang Rawat Inap di Ruang Rasyid Thalib
Periode 16-17 Maret 2020
No Indikator Hasil
1 BOR 34 %
2 LOS 5 Hari
3 TOI 6 Hari
Sumber :Observasi Mahasiswa Profesi Ners

Analisa
BOR (Bed Occupancy Rate) pemakaian tempat tidur
ruang Rasyid Thalib Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang selama 2 hari adalah 34 % dimana untuk
pemakaian tempat tidak sesuai dengan standar Depkes yaitu
60%- 85%.
LOSS (Average Length of Stay) lama rata-rata hari
perawatan pasien di ruang Rasyid Thalib sebesar 5 hari,
dimana lama rata-rata hari perawatan tidak sesuai dengan
standar Depkes yaitu 6-9 hari. Hal ini dimungkinkan
kebanyakan pasien diruang Rasyid Thalib yang kebanyakan
lama perawatan hanya 4-5 hari di ruangan untuk
diobservasi dan kondisi pasien yang cepat membaik.
TOI (Turn Over Interval) menunjukan waktu rata-
rata satu tempat tidur kosong di ruang Rasyid Thalib adalah
6 hari, dimana hal ini tidak sesuai dengan Depkes yaitu 1-3
hari. Hal ini dapat terjadi karena tidak setiap hari ada pasien
yang harus menjalani operasi atau terapi lain, jadi secara
berkesinambungan dalam rentang tiga hari ada pasien
pulang dan ada pasien masuk sehingga rata-rata tempat
tidur kosong 6 hari.

102
2) Identifikasi Masalah
a. Input
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan pada poin input
tidak ditemukan permasalahan dari man, money, material,
machine, metodh.
b. Proses
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan ternyata pada tahap
proses ditemukan masalah:
Tabel 2.47
Identifikasi Masalah
No MASALAH C A R L TOTAL RANK
Proses Pelayanan Keperawatan (SP2KP)
1. TugasKepala Ruangan : 90% 3 2 4 3 72 14
2. Tugas Kepala Tim/Pj : 93,7% 4 2 3 3 48 17
3 Tugas Perawatan Sosiatif : 92% 2 2 3 3 36 16
4. Meeting Morning : 60% 2 2 2 2 16 6
5. Pre Conference : 66% 2 3 3 2 36 7
6. Post Conference : 68% 2 3 3 1 18 8
7. Handover : 56,3% 1 2 1 2 4 4
Keselamatan Pasien (Patient Safety)
7. Pemberian Obat : 87% 2 3 2 2 24 13
8. Komunikasi Efektif : 86% 1 3 3 2 2 12
9 Resiko Jatuh : 77% 4 4 4 4 256 9
10 Resiko Infeksi Nosokomial: 63% 2 2 3 5 20 5
Standar Asuhan Keperawatan (Instrument A)
Penilaian Asuhan Keperawatan : 95
11 4 4 4 3 192 18
%
Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi (PPI)
12 PPI Secara Umum : 92% 3 4 5 4 240 16
13 Penggunaan APD : 82% 4 2 1 1 8 10
14 Pembungan Sampah : 100% 5 4 3 3 180 20
17 Lima Momen Cuci Tangan : 42% 2 1 1 1 2 1
Instrument B
Kepuasan Pasien Terhadap Mutu
18 3 3 4 4 144 9
Pelayanan : 84,3%
19 Kepuasan Kerja Karyawan : 92,1% 3 3 4 4 144 16
20 Kepuasan Keluarga Pasien : 91% 3 4 4 3 144 15
Standar Operasional Prosedur (SOP)
21 Pemasangan IVFD: 96,4% 4 4 4 4 256 17
22 Kompress Hangat : 95% 5 4 4 3 240 19
23 Pemberian Obat Oral : 53%% 3 2 1 2 12 2
Pemberian Obat IV Bolus : 55%
24 3 2 1 1 6 3

103
No MASALAH C A R L TOTAL RANK
25 Pengukuran Respirasi : 87% 3 3 3 4 108 13
26 Pengukuran Nadi : 84,2% 2 2 4 3 58 11

2. Output

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan pada poin output tidak


ditemukan permasalahan.
3. Prioritas Masalah

Berdasarkan hasil pengkajian data maka ditemukan 3 masalah


dengan 5 sub masalah, sehingga di lakukan penyusunan prioritas masalah
dilanjutkan dengan planning of actiondan dapat dilihat pada table.
Prioritas masalah dilakukan dengan metode C.A.R.L (Capability,
Accesbility, Readness, Leverage) dengan menggunakan skor nilai 1-5.
Kriteria C.A.R.L tersebut mempunyai arti :
C : Ketersediaan sumber daya (Dana dansarana/peralatan)
A : Kemudahan,masalah yang diatasi atau tidak diatasi.
Kemudahan dapat didasarkan pada ketersediaan metode/cara/
teknologi serta penunjang pelaksanaan seperti peraturan.
R : Kesiapan dari tenaga kesehatan maupun kesiapan sasaran
seperti keahlihan/ kemampuan dan motivasi.
L : Seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain
dalam pemecahan yang dibahas.
Nilai total merupakan hasil perkalian C x A x R x L, urutan
rangking atau prioritas adalah nilai tertinggi sampai dengan nilai terendah.

Tabel 2.48
Prioritas Masalah Berdasarkan CARL Di Ruang Rasyid Thalib RS
Muhammadiyah Palembang Tahun 2020
No MASALAH A R L TOTAL RANK
Lima momen cuci
1 1 1 2 1
tangan 42%
Handover 56,3% 2 1 2 4 2
Pemberian Obat IV
2 1 1 6 3
Bolus 55%
Pemberian Obat Oral
2 1 2 12 4
53%

104
BAB III
MASALAH DAN PERENCANAAN IDENTIFIKASI MASALAH

A. Identifikasi Masalah
Masalah yang dpat di identifikasi dari hasil pengkajian di ruang Perawatan
Anak Rasyid Thalib Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang sebagai berikut:
1. Input (Masukan)
a. Man (Sumber Daya Manusia)
1) Kuantitas
Jumlah perawat diruangan Rasyid Thalib didapatkan jumlah
tenaga pelaksanaan berjumlah 14 orang. Dengan perincian 1 orang
Kepala Ruangan, 2 orang Ketua Tim, 2 orang PJ shift,9 orang
Perawat Pelaksana. Latar belakang pendidikan S1 Ners 2 orang,
S1ada 4 orang, DIII Keperawatan ada 7 orang dan S2 ada 1 orang,
kemudian perhitungan tentang kebutuhan tenaga perawat dengan
menggunakan pendekatan Gillies kebutuhan perawat di ruang
Perawatan Rasyid Thalib yaitu berjumlah 14 orang perawat sesuai
dengan perawat yang tersedia diruangan, Berdasarkan hasil
perhitungan tenaga perawat yang telah dilakukan dengan
menggunakan formula Depkes RI menunjukan bahwa jumlah
perawat yang dibutuhkan dalam sehari sebanyak 21 orang
sedangkan jumlah perawat yang bertugas diruang Rasyid Thalib
berjumlah 14 orang. Jadi dari hasil perhitungan dan kenyataan
dalam ruangan dikatakan cukup.
2) Kualitas
Jumlah tingkat pendidikan rata-rata memiliki pendidikan S2
Kesehatan sebanyak (7,14), S1 Keperawatan sebanyak (28,57%),
DIII keperawatan sebanyak (50%), dan berpendidikan sarjana
keperawatan Profesi Ners sebanyak (14,28%). Hal ini menunjukkan
bahwa perawat di ruang Rasyid Thalib sudah mengalami kemajuan

105
untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.Serta
jumlah kepegawaian dengan status pegawai tetap sebanyak (100%),
dengan status kepegawaian yang dimiliki tidak menjadi masalah
dan menghambat kinerja perawat.
b. Material (Materi)
Sebagian besar alat-alat medis atau keperawatan yang tersedia di
ruang Rasyid Thalib sudah memenuhi standar. Dari hasil observasi yang
dilakukan alat medis diruang Rasyid Thalib pada tanggal 17 Maret
2020, hampir semua peralatan medis tersedia dengan kondisi
baik.Semua fasilitas yang tersedia terkait inventaris alat kesehatan atau
medis sudah mencukupi kebutuhan sehari-hari yang digunakan sehingga
tidak ada kekurangan jumlah saat digunakan.
c. Money
Sumber dana yang didapatkan berasal dari tarif pasien,
penggolongan keuangan dibangsal sepenuhnya diatur secara sentral oleh
bidang keuangan RS Muhammadiyah Palembang. Adanya tunjangan
kesehatan seluruh pegawai Instalasi Rawat Inap berasal dari asuransi
jaminan kesehatan nasional/BPJS. Perencanaan dan pengadaan
kebutuhan RS dimasukkan dalam program kerja yang disusun setiap
akhir tahun.
d. Method (Metode)
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, di ruang Rasyid
Thalib mempunyai prosedur tetap untuk semua tindakan perawatan dan
SAK ( Standar Asuhan Keperawatan). Prosedur tetap keperawatan di
Ruang Anak mengacu pada prosedur tetap yang diterbitkan oleh Rumah
Sakit Muhammadiyah Palembang.Standar ini diperlukan untuk
menentukan mutu pelayanan, bagaimana kegiatan-kegiatan akan
dikerjakan dan seberapa baik kegiatan-kegiatan tersebut dikerjakan.

106
2. Proses
Tabel 3.1
Identifikasi Hasil Analisa Sub Masalah
Hasil yang di
No Sub Masalah Hasil Kriteria
inginkan
1 Proses Pelayanan Keperawatan (SP2KP)
Pelaksanaan tugas Kepala 90% Baik
100%
Ruang
Pelaksanaan tugas Ketua 93% Baik
100%
Tim
Pelaksanaan tugas perawat 92% Baik 100%
pelaksana
Timbang Terima 56,3% Baik 100%
2 Pre Conference 66% Cukup 100%
3 Post conference 68% Cukup 100%
4 Meeting morning 60% kurang 100%
Standar Asuhan Keperawatan (Instrumen A)
5 SAK 95% Baik 100%
6 Kepuasan Keluarga (Instrumen B)
Kepuasan Keluarga 91% Baik 100%
7 Kepuasan Karyawan 92,1% Baik 100%
8 Standar Prosedur Operasional (Instrumen C)
Pemberian Pemasangan IVFD 96,4 % Baik 100%

Merapikan Tempat Tidur 100% Baik 100%


9 Keselamatan Pasien (Patien Safety)
Identifikasi pasien 100 % Baik 100%
Peningkatan komunikasi yang 85 % Baik
100%
efektif
Pemberian Obat 89 % Baik 100%
Resiko Infeksi 63,3 % Cukup 100%
Resiko Jatuh 77 % Baik 100%

PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi)


Penggunaan APD 82 % Baik 100%
Pembuangan sampah 100% Baik 100%
penatalaksanaan linen 100 % Baik 100%
Lima momen kebersihan
42 % Kurang 100%
tangan

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa untuk pengelompokkan


masalah yang harus diseslesaikan dapat dilihat di tabel di bawah ini.

107
Keterangan :
1. Kategori baik > 75 %
2. Kategori cukup 60-75 %
3. Kategori kurang <60 %
Dengan keterangan :
Apabila kriteria dengan kategori baik >75% tapi salah satu poin yang
penting didalam instrumen tidak dilaksanakan maka akan dijadikan masalah.

3. Output
a. BOR (Bed Occupancy Ratio) di ruang Anak Rasyid Thalib Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang selama 2 hari adalah 34 % dimana untuk
pemakaian tempat tidak sesuai dengan standar Depkes yaitu 60%- 85%.
b. AVLOS (Average Length of Stay) menunjukan lama rata-rata hari
perawatan pasien di ruang Rasyid Thalib secara umum nilai ALOS yang
ideal antara 6-9 hari. Hal ini dimungkinkan kebanyakan pasien diruang
Rasyid Thalib yang kebanyakan lama perawatan hanya 4-5 hari di
ruangan untuk diobservasi dan kondisi pasien yang cepat membaik.
c. TOI (Turn Over Interval) menunjukan waktu rata-rata satu tempat tidur
kosong di ruang Rasyid Thalib adalah 6 hari, dimana hal ini tidak sesuai
dengan Depkes yaitu 1-3hari.

B. SKORING

Berdasarkan hasil pengkajian data ditemukan beberapa masalah dan


dilanjutkan dengan planning of action dan disusun dalam bentuk tabel.Prioritas
masalah dilakukan dengan metode C.A.R.L (Capability, Accesbility, Readness,
Leverage) dengan menggunakan skor nilai 1-5 dengan indikator 1: sangat
kurang, 2: kurang, 3: cukup, 4: baik, 5: sangat baik. Kriteria C.A.R.L tersebut
mempunyai arti.
C : Ketersediaan sumber daya (Dana dan sarana/peralatan)

108
A : Kemudahanmasalah yang diatasi atau tidak diatasi.
Kemudahan dapat didasarkan pada ketersedian metode/
cara/ teknologi serta penunjang pelaksanaan seperti
R : peraturan atau juklk.
Kesiapan dari tenaga kesehatan maupun kesiapan sasaran
L : seperti keahlihan/ kemampuan dan motivasi.
Seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain
dalam pemecahan yang dibahas.

Nilai total merupakan hasil perkalian C x A x R x L, urutan rangking atau


prioritas adalah nilai tertinggi sampai dengan nilai terendah.

Tabel 3.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan CARL
Di Ruang Rasyid Thalib Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
No MASALAH A R L TOTAL RANK
Lima momen cuci
1 1 1 2 1
tangan 42%
Handover 56,3% 2 1 2 4 2
Pemberian Obat IV
2 1 1 6 3
Bolus 55%
Pemberian Obat Oral
2 1 2 12 4
53%

109
C. PERMASALAHAN
1. PPI (Kepatuhan Lima Moment kebersihan tangan)
Proses pelaksanaan Pengendalian dan Pencegahan Infeksi (PPI)
belum optimal yaitu penerapan lima momen cuci tangan oleh perawat
dengan persentase 42%.

2. Handover
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan Standar Operasional
Prosedur (SOP) belum terlaksana secara optimal salah satunya yaitu
kurangnya perawat yang tidak melakukan handover keliling ke setiap
ruangan dengan presentase (56,3%).

3. Pemberian Obat
Dalam pelaksanaan Standar Operasional Prosedur (SOP) belum
terlaksana secara optimal salah satunya yaitu kurang optimalnya
penerapan double check saat akan mendelegasikan pemberian obat
dengan pasien dan tidak tersedianya label nama pasien untuk
memisahkan obat antar pasien di loker obat dengan presentase (13%),
belum optimalnya dalam memberikan obat oral di jam klien meminum
obat dan ada jam minum obat pagi/siang/malam yang lalai diberikan
dengan presentase (53%), juga dalam memberikan obat bolus masih ada
yang tidak mengidentifikasi pasien, Aturan posisi port Injeksi pada
daerah yang bebas dan aman dengan presentase (55%) .

110
D. Analisa SWOT
4 Tabel 3.2
Analisa SWOT
No Elemen Strengths Weaknesses Oppo
(kekuatan) (kekurangan) (pe
1 Pengaplikasian 1. Telah tersedianya 1. Masih ditemukan perawat 1. Dukungan
pencegahan fasilitas cuci tangan yang tidak melakukan cuci dalam
infeksi (cuci seperti handscrub di tangan lima momen kepatuhan
tangan 5 moment) pintu masuk setiap sebelum melakukan cuci tangan
belum optimal ruangan pasien, di tindakan. 2. Dukungan
beberapa tem pat tidur 2. Ditemukan perawat yang untuk salin
dan ruangan tindakan. mencuci tangan ketika dan
2. Adanya washtafel, akan melakukan pentignya 5
sumber air mengalir tindakan/kontak pasien, cuci tangan
yang cukup, dan sabun setelahnya memakai
cuci tangan. handscone, tetapi ketika
3. Tersedianya poster berpindah kepasien lain
dinding cara mencuci dan melakukan kontak,
tangan 6 langkah. tidak mengganti
handscone dan tidak
melakukan cuci tangan
kembali.

2 Pelaksanaan Penatalaksanaan handover Penatalaksanaan handover Pen


handover belum 1. Telah tersedianya 1. Masih ditemukan handover
optimal fasilitas cuci tangan perawat yang tidak Dukungan k
1. Pelaksanaan seperti handscrub di melakukan handover dalam
handover pintu masuk setiap keliling ke setiap kepatuhan me
sesuai SPO ruangan pasien dan di ruangan terima
belum sesuai bed pasien. 2. Ditemukan perawat
2. Telah tersedianya yang hanya melakukan
ruangan yang cukup handover sesama
untuk handover perawat tidak berkeliling
3. Rekam medis yang ke ruangan pasien
lengkap
3 Standar 1. Telah tersedianya SOP 1. Masih ditemukannya 1. Dukungan k
Operasional Pemberian Obat. loker obat tidak diberi dalam
Prosedur 2. Telah tersedianya SOP label nama pasien untuk kepatuhan
1. Pemberian Keamanan obat yang memisahkan obat antar melakukan
Obat bolus perlu di waspadai pasien obat di
2. Pemberian 3. Adanya SOP Pemberian 2. Masih ditemukannya memberikan
Obat oral obat Per oral perawat tidak pasien untu
3. Penerapan 4. Adanya SOP Pemberian menjelaskan tujuan dan obat antar pa
dalam obat Per bolus manfaat saat melakukan 2. Peran maha
memberikan injeksi pada pasien. manajemen
prinsip 6 obat 3. Masih ditemukannya terhadap ino

111
No Elemen Strengths Weaknesses Oppo
(kekuatan) (kekurangan) (pe
perawat yang tidak
mengetahui prosedur
penggunaan obat high
alert
4. Masih ditemukannya
perawat yang salah
dalam memberikan obat
oral di jam klien
meminum obat dan ada
jam minum obat
pagi/siang/malam yang
lalai diberikan

E. POA (Planning Of Action)


Tabel 3.3
POA (Planning Of Action)
No Masalah Sub Rank Target Uraian Kegiatan
Masalah
1 Pengendali Kepatuhan 1 Perawat belum 1. Koordinasi dengan 16
an dan lima momen mengoptimalkan lima kepala ruangan
pencegahan cuci tangan momen cuci tangan 2. Siapkan materi dan
Infeksi sebelum dan diruangan, dari 42% bahan  yang akan
(PPI) sesudah naik 58% menjadi diperlukan saat
kontak 100% dengan kriteria sosialisasi
dengan hasil: Perawat mampu 3. Siapkan tempat dan
pasien melaksanakan cuci atur waktu
42% tangan lima momen 4. Sosialisasi dengan
perawat ruangan
tentang lima momen

112
No Masalah Sub Rank Target Uraian Kegiatan
Masalah
cuci tangan
5. Implementasi sesuai
SOP
6. Melakukan evaluasi
Pendokumentasian
Standar Handover 2 Perawat menerapkan 1. Koordinasi kepala
Operasional 56,3% prinsip SOP ruangan 1
Prosedur Handover dari 56,3% 2. Siapkan materi dan
naik 44,7% menjadi bahan yang akan
100% dengan diperlukan saat
kriteria hasil: Perawat sosialisasi
melakukan handover 3. Siapkan tempat dan
sesuai SOP atur waktu
4. Sosialisasi dengan
perawat ruangan
5. Implementasi
handover
6. Evaluasi
Pendokumentasian

4 Standar Penerapan 3 Perawat dapat 1. Koordinasi dengan 16


Operasional prinsip 6 menerapkan prinsip 6 kepala ruangan
Prosedur benar dalam benar pemberian obat 2. Siapkan materi dan
pemberian dalam pelayanan bahan yang
obat 13% Asuhan Keperawatan diperlukan saat
sehari-hari dan sosialisasi
memberikan label 3. Siapkan tempat dan
nama pasien untuk atur waktu
memisahkan obat pertemuan untuk
antar pasien di loker sosialisasi
obat dari 13% Naik 4. Siapkan materi
87% menjadi 100%. tentang prinsip 6
Untuk obat injeksi benar pemberian obat
intravena bolus dari 5. Evaluasi pemahaman
55% naik menjadi perawat
55% menjadi 100%. denganmemberikan
Sedangkan obat oral pertanyaan
dari 52% naik menjadi 6. Pendokumentasian
53% menjadi 100%. sosialisasi dengan
Dengan kriteria hasil: foto dan tanda
Perawat dapat tangan peserta
mamahami fungsi dan sosialsisasi
manfaat obat bolus iv 7. Implementasi sesuai
dan obat oral dengan SOP
prinsip 8. Evaluasi
6 benar pemberian 9. Dokumentasi

113
No Masalah Sub Rank Target Uraian Kegiatan
Masalah
obat, serta
Perawat dapat
menerapkan prinsip 6
benar pemberian obat

114
115
BAB IV
PELAKSANAAN DAN EVALUASI

Berdasarkan Plan of Action (PoA) yang telah disusun, berikut ini adalah
laporan pelaksanaan kegiatan di Rasyid Thalib Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang dilaporkan pelaksanaan dan evaluasi berikut:

A. Pengontrolan 5 Moment Cuci Tangan


1. Pelaksanaan
Untuk meningkatkan kepatuhan pelaksanaan 5 moment Cuci
Tangan, penulis melaksanakan pengontrolan 5 moment Cuci Tangan
yang dilakukan pada tanggal 24 Maret 2020. Adapun target yang ingin
dicapai yakni 100% dengan penanggung jawab Kelompok 4. Langkah-
langkah untuk mencapai target sebagai berikut
Tabel 4.1
Jadwal Kegiatan Pengontrolan 5 Moment Cuci Tangan di
Perawatan Ruang Rasyid Thalib Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang Tahun 2020
No Tanggal
Keterangan
Uraian kegiatan Pelaksanaan
24 Maret 2002
Koordinasi dengan kepala ruangan terkait
1 dalam pelaksanaan SOP Cuci Tangan √
perawat di ruang Rasyid Thalib
Menyarankan agar SOP Cuci Tangan
2 yang dilakukan perawat sesuai SPO yang √
berlaku
Mencari literature terkait pelaksanaan √
3
SOP Cuci Tangan di ruang Rasyid Thalib
Melakukan simulasi SOP Cuci Tangan di √
4
Rasyid Thalib
100 %

Keterangan :
X : Rencana Pelaksanaan
√ : Pelaksanaan

116
Analisa
Kegiatan pengontrolan pelaksanaan SOP Cuci Tangan di ruang
Rasyid Thalib dilaksanakan tepat waktu sesuai dengan apa yang
direncanakan dalam uraian tugas.

2. Evaluasi
Berdasarkan evaluasi dari tanggal 24 Maret 2020 yang dilakukan
oleh Kelompok 4 yang ditujukan kepada perawat di ruang rawat inap
Rasyid Thalib Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang dapat dilihat
dari tabel dibawah ini.

B. Pengontrolan Handover
1. Pelaksanaan
Untuk meningkatkan penerapan Handover tanggal 24 Maret 2020
adapun target yang ingin dicapai yaitu 100%. Penanggung jawab dari
pelaksanaan Maret 2020 yaitu Kelompok 4.
Analisa
Kegiatan pengontrolan pelaksanaan komunikasi yang efektif di
ruang Rasyid Thalib dilaksanakan tepat waktu sesuai dengan apa yang
direncanakan dalam uraian tugas.

2. Evaluasi
Berdasarkan evaluasi dari tanggal 24 Maret 2020 yang dilakukan oleh
Kelompok 4 yang ditujukan kepada perawat di ruang Rasyid Thalib
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
Tabel 4.2
Pengkajian Pelaksanaan Handover Di Ruang Perawatan
Rasyid Thalib Pada Tanggal 24 Februari 2019
N=8
Orientasi
No Variabel Ya Tidak
Tahap Persiapan
1. Menyiapkan rekam medis pasien 8
2. Laporan/pencatatan tentang pasien kritis 8

117
Orientasi
No Variabel Ya Tidak
3 Permintaan tindakan pasien cito 8
Tahap Pelaksanaan
4 Melakukan doa bersama 8
5. Melaporkan
a. jumlah pasien berdasarkan tingkat 8
ketergantungan
b. Minimal care
c. Parsial care
d. Total care
e. Nama pasien kritis (total) beserta 8
diagnosa,intervensi,implementasi, dan
evaluasi
f. Perintah tindakan pasien cito 8
6. PJ shift yang selesai bertugas memberi 8
wewenang secara tertulis tentang subjektif,
Objektif, analisis dan Planning (SOAP)
pasien kritis (Total Care)
7. PJ Shift yang akan bertugas menerima 8
semua laporan dan kedua PJ shift
menandatangani laporan di dalam buku
registrasi
8 Kedua PJ shift dan anggotanya bersama 8
sama mengunjungi pasien
9 Mencuci tangan handrub sebelum kontak 7 1
dengan pasien
10. Mengucapkan salam kepada pasien dan 6 2
keluarga
11. Perawat yang akan bertugas
1) Memperkenalkan diri kepada pasien,
menyebutkan nama panggilan dan
memastikan dia yang akan merawat 6 2
2) Membawa buku catatan pasien kritis,
pasien nyeri berat, pasien risiko jatuh
3) Memberikan kesempatan pasien dan 5 3
keluarga untuk bertanya
12. Berpamitan kepada pasien 8
13. Mengucapkan “Assalamu’alaikum” 8
14. Mencuci tangan dengan Hand rub 8
15. PJ shift yang akan bertugas bersama 8
anggotanya menelaah rekam medis

16. Edukasi tentang


1) Bantuan Hidup Dasar 8
2) Sasaran Keselamatan Pasien 7 1
3) Hand HygienJalur Evakuasi 8
4) SPO 8
17. Penyampaian Informasi dan masalah yang 8
terjadi misalnya Alkes dan SDM
18. Ikut dalam penutupan proses SOP Cuci 8

118
Orientasi
No Variabel Ya Tidak
Tangan
Jumlah 183 8
Persentase (%) 95,8% 4,1%
Persentase Total (%) 100%

Analisa
Berdasarkan perhatikan tabel diatas pelaksanaan SOP Handover telah
tercapai hasil diperoleh adalah 95,8%. Perawat di ruang Rasyid Thalib telah
melaksanakan SOP Handover sesuai dengan SPO yang berlaku.

3. Faktor pendukung
Untuk pelaksanaan mengenai SOP Handover di ruang rawat inap
Rasyid Thalib Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang yang menjadi
faktor pendukung yakni dukungan dari kepala ruang, kajian literatur terkait
SOP Handover, draft SPO yang berlaku dan staf perawat yang ada di ruang
rawat inap Rasyid Thalib Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.

4. Faktor penghambat
SOP Handover di Rasyid Thalib telah melaksanakan Handover di
nurse station, kemudian dilanjutkan dengan mengunjungi pasien, namun
kadang kala perawat yang bertugas kurang disiplin waktu.

5. Kesinambungan
Berdasarkan SPO yang berlaku di ruang rawat inap RasyidThalib
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang, urutan SOP Handover yang harus
di lakukan oleh perawat yang berjaga pada saat itu kepada perawat jaga
selanjutnya ialah yang pertama dilakukan SOP Handover di nurse station
kemudian dilanjutkan SOP Hanover langsung mengunjungi pasien dan di
akhiri dengan diskusi di nurse station. SOP Handover seharusnya dilakukan
pada setiap pertukaran jaga, dan dihadiri oleh seluruh perawat yang berjaga
pada saat itu serta perawat yang berjaga pada shift selanjutnya.

119
C. Hasil Pengontrolan Pemberian Obat
1. Pelaksanaan
Untuk meningkatkan penerapan SOP Pemberian Obat tanggal 24 Maret
2020 adapun target yang ingin dicapai yaitu 100%. Penanggung jawab dari
pelaksanaan SOP Pemberian Obat yaitu Kelompok 4.

Analisa
Kegiatan pengontrolan pelaksanaan komunikasi yang efektif di ruang
Rasyid Thalib dilaksanakan tepat waktu sesuai dengan apa yang
direncanakan dalam uraian tugas.

2. Evaluasi
Berdasarkan evaluasi dari tanggal 24 Maret 2020 yang dilakukan oleh
Kelompok 4 yang ditujukan kepada perawat di ruang Rasyid Thalib
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
Tabel 4.3
Evaluasi Pemberian Obat di Ruang Rasyid Thalib
Orientasi
No Variabel Ya Tidak
Tahap Persiapan
1. Menyiapkan rekam medis pasien 8
2. Menyiapkan obat yang akan digunakan 8
3 Menggunakan double check untuk obat 8
High Alert
4. Mempersiapkan APD
Tahap Pelaksanaan
4 Mencuci Tangan 8
5. Melakukan doa 8
6. Menyiapkan alat 8
7 Memakai APD 8
8. Melakukan infomkonsen 8
9. mmengecek kembali nama pasien melalu 8
gelang dan tanya jawab
10. Memberi tahu kegunaan obat tersebut 7 1
11. Berpamitan kepada pasien 8
12. Mengucapkan “Assalamu’alaikum” 8
13. Mencuci tangan dengan Hand rub 8
Mencuci tangan menggunakan sabun dan
air mengalir

120
Orientasi
No Variabel Ya Tidak
14. Merapikan alat 8
15. Dokumentasi tindakan keperawatan 8

1
Jumlah 119 8
Persentase (%) 80,8% 4,1%
Persentase Total (%) 100%

Analisa
Berdasarkan perhatikan tabel diatas pelaksanaan SOP Pemberian
Obat telah tercapai hasil diperoleh adalah 80,8%. Perawat di ruang Rasyid
Thalib telah melaksanakan SOP Pemberian obat sesuai dengan SPO yang
berlaku.

3. Faktor pendukung
Untuk pelaksanaan mengenai SOP Pemberian obat di ruang rawat
inap Rasyid Thalib Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang yang
menjadi faktor pendukung yakni dukungan dari kepala ruang, kajian
literatur terkait SOP Pemberian obat.

4. Faktor penghambat
SOP Pemberian obat di Rasyid Thalib terkadang obat yang diberikan
tidak dilakukan 2 orang hanya satu orang dan kadang tidak melakukan
double check.

5. Kesinambungan
Pelaksanaan SOP Pemberian obat sudah dilaksanakan dengan baik dan
diharapkan perawat d iruang Rasyid Thalib dapat terus menjalankan
pelaksanaan SOP Pemberian dengan lebih baik lagi .Dukungan dari kepala
ruang maupun perawat membantu dalam berjalannya program ini

121
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Kesimpulan umum bahwa praktek manajemen sudah dilaksanakan di ruang
Rasyid Thalib Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang dari tanggal 16
Maret – 27 Maret 2020.
2. Lima moment cuci tangan persentase sebelumnya 42% naik menjadi 100%,
sudah mencapai target.
3. Handover persentase sebelumnya 56,3% naik menjadi 95,8%, dikategorikan
sudah sangat baik tetapi belum mencapai target.
4. Pemberian obat IV bolus dan oral 55% naik menjadi 80,8%, dikategorikan
sudah sangat baik tetapi belum mencapai target.

B. Saran
1. Menerapakan 5 moment cuci tangan sangat penting dilakukan untuk
mencegah kerjadian yang tidak diinginkan, dan merupakan perlindungan
diri dari penyebaran penyakit.
2. Pelaksanaan handover antar shift harus dilakukan sesuai SOP yang berlaku
di ruang rawat inap Rasyid Thalib Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang, yang di mulai dengan timbang terima di nurse station,
kemudian dilanjutkan timbang terima langsung di ruangan pasien dan
kemudian kembali lagi ke nurse station.
3. Melakukan pemberian obat dengan menerapkan prinsip 6 benar itu sangat
penting karena apabila pemberian obat pada pasien salah akan terjadi akibat
yang fatal karena setiap pasien memiliki obat dan dosis masing-masing,
dalam pemberian obat Komunikasi tetap harus dilakukan walaupun pasien
tidak sadar, terutama menanyakan pasien untuk mencocokan obat dengan
identitas pasien.

122
DAFTAR PUSTAKA

Brown, Montague. (1997). Manajemen Perawatan Kesehatan. Jakarta : EGC


DepkesRI (2003), Indonesia sehat 2010. Jakarta : Departemen Kesehatan R.I
Depkes RI. 2006. Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI
Depkes RI, 2011. Indikator Kinerja Rumah Sakit, Direktorat Jendral Pelayanan
Medik. Jakarata.
Gillies, D. A., (1994), Nursing management  : A system approach, Third edition,
Philadelphia: WB. Saunders Company.
Kron & Gray, (1987), The management of patiEnt care putting leadershipskill to
work, Philadelphia: WB. Saunders Company.
Kuntoro, Agus. (2010). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta : Nuha
Medika
Marguis & Huston. (2000). Leadership role and management in nursing:  theory
and application, Philadelphia: Lippincott.
Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan  Aplikasi Dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2013). Konsep Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Potter, Perry. (2009). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice.
Edisi 7.Vol. 3.Jakarta : EGC
Satrianegara, M. Fais dan Siti Saleha. (2009). Buku Ajar Organisasi dan
Manajemen Pelayanan Kesehatan Serta Kebidanan. Jakarta : Salemba
Medika.
Schroeder, Richard G, Clark, Myrtlew. Dan Cathey, Jack M. (2007). Financial
Accounting Theory and Analysis, (7th ed.). United States of America: John
Wiley & Sons, inc.
Sitorus, Ratna&Panjaitan, R. (2011). Manajemen Keperawatan: Manajemen
Keperawatan di Ruang Rawat. Jakarta: Sagung Seto.
Suarli dan Bahtiar, Yanyan. (2002). Manajemen Keperawatan. Jakarta : Erlangga
Suryanti. 2002. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Lamanya Waktu Proses
Pendaftaran Pasien Rawat Inap di RS Pondok Indak. Tesis. Jakarta:
FKMU

123

Anda mungkin juga menyukai