Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keperawatan tim dikembangkan pada tahun 1950-an dalam upaya untuk
mengurangi masalah yang berkaitan dengan pengaturan fungsional asuhan
pasien. Banyak orang yang yakin bahwa, meskipun kekurangan staf
keperawatan profesional terus berlanjut, sistem asuhan pasien harus
dikembangkan sehingga dapat mengurangi perawatan yang terpisah yang
menyertai keperawatan fungsional.
Pengembangan metode ini di dasarkan pada falsafah mengupayakan tujuan
dengan menggunakan kecakapan dan kemampuan anggota kelompok. metode
ini juga di dasari atas keyakinan bahwa setiap pasien berhak memperoleh
pelayanan terbaik. selain itu, setiap staf berhak menerima bantuan dalam
melaksanakan tugas memberi asuhan keperawatan yang etrbaik sesuai
kemampuannya, dalam keperawatan, metode tim diterapakan dengan
menggunakan kerja sama tim perawat yang heterogen, terdiri dari perawat
profesional, non pofesional, dan pembantu perawat untuk memberikan asuhan
keperawatan kepada sekelompok pasien. ketua tim (perawat profesional)
memiliki tangguang jawab dalam perencanaan, kelancaran, dan evaluasi dan
asuhan keperawatan untuk semua pasien yang dilakukan oleh tim di bawah
tanggung jawabnya. disamping itu, ketua tim juga mempunyai tugas untuk
melakukan supervisi kepada semua anggota tim dalam implementasi dan
tindakan keperawatan, dan melakukan evaluasi hasil dan asuhan keperawatan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian keperawatan fungsional dan tim?
2. Bagaimana tujuan pemberian metode fungsional dan tim?
3. Bagaimana tugas dan tanggung jawab metode fungsional dan tim?
4. Bagaimna keuntungan dan kerugian metode tim?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian keperawatan fungsional dan tim
2. Untuk mengetahui tujuan pemberian metode fungsional dan tim
3. Untuk mengetahui tugas dan tanggung jawab metode fungsional dan tim
4. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian metode fungsional dan tim

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.

Pengertian Manajemen
Manajamen adalah proses melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang
lain. (P. Siagian, 2000).
Sedangkan manajemen kepearwatan adalah proses pelaksanan pelayanan
keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan
masyarakat. (Gillies, 1989).
Jadi manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus
dilaksanakan

oleh

pengelola

keperawatan

untuk

merencanakakan

mengorganisasikan, menarahkan serta mengawasi sumber-sumber yang


ada, baik sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan
pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan
masyarakat.
2.2.

Fungsi Manjemen
2.2.1.
Perencanaan (planning),
Perancaan merupakan :
- Gambaran apa yang akan dicapai
- Persiapan pencapaian tujuan
- Rumusan suatu persoalan untuk dicapai
- Persiapan tindakan tindakan
- Rumusan tujuan tidak harus tertulis dapat hanya dalam benak
saja
- Tiap-tiap organanisasi perlu perencanaan.
2.2.2.
Pengorganisasian ( Organizing

),

merupakan

pengaturan setelah rencana, mengatur dan menentukan apa tugas


pekerjaannya, macam jenis, unit kerja, alat-alat, keungan dan
fasilitas.
2.2.3.

Penggerak ( Actuating ), menggerakan orang-orang

agar mau atau suka bekerja. Ciptakan suasana bekerja bukan hanya
karna perintah, tetapi harus dengan kesadaran diri sendiri,
termotivasi secara interval.
2.2.4.
Pengendalian / Pengawasan ( Controling ), merupakan
fungsi pengawasan agar tujuan dapat tercapai sesuai deengan

rencana, apakah orang-orangnya, cara dan waktunya tepat.


Pengendalian juga berfungsi agar kesalahan dapat diperbaiki.
2.2.5.
Penilaian ( Evaluasi ), merupakan proses pengukuran
dan perbandingan hasil-hasil pekerjaan yang seharusnya dicapai.
Hakekat penilaian merupakan fase tertentu setelah selesai kegiatan,
sebelum, sebagai korejtif dan pengobatan ditujukan kepada fungsi
organik administrasi dan manajemen.
2.3.

Konsep
Profesional)
2.3.1.

Pengertian

MPKP (Model

Praktik

Keperawatan

Model Praktek Keperawatan Profesional

(MPKP)
Model praktek keperawatan profesional atau MPKP adalah suatu
sistem

(struktur,

proses,

nilai-nilai

profesional)

yang

memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan


keperawatan termasuk lingkungan untuk menunjang asuhan
tersebut. (Hoffart & Woods, 1996 dalam Huber, 2010).
Pengertian lain menyebutkan MPKP adalah salah satu metode
pelayanan keperawatan dari sistem, struktur, proses dan nilai-nilai
profesional,

yang

memfasilitasi

perawat

profesional

yang

mempunyai kemampuan dan tanggung jawab dalam mengatasi


masalah keperawatan dan telah menghasilkan berbagai jenjang
produk keperawatan untuk pemberian asuhan keperawatan
termasuk lingkungan tempat asuhan keperawatan tersebut diberikan
(sitorus & Yulia, 2005).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Model
praktek kepeawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem
(struktur, proses, nilai-nilai profesional) berupa metode pelayanan
yang memfasilitasi perawat profesional dengan kemampuan dan
tanggung jawab yang dimiliki untuk memberikan asuhan
keperawatan termasuk lingkungan tempat asuhan keperawatan itu
diberikan.
2.3.2.

Tujuan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)

Tujuan utama Model Praktek Keperawatan Profesional ini adalah


untuk meningkatkan mutu pelayana keperawatan. Sedangkan
tujuan secara khusus dari MPKP adalah :
a) Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
b) Mengurangi konflik, tumpang tindih,

dan

kekosongan

pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim keperawatan


c) Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan
keperawatan
d) Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan
keputusan
e) Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan
keperawatan bagi setiap tim keperawatan.
2.3.3.

KomponenModel

Praktek

Keperawatan

Profesional

(MPKP)
Hoffart & Woods (1996) menyimpulkan bahwa MPKP terdiri dari
lima komponen (sub sistem) yaitu (Huber, 2010):
a. Nilai nilai profesional (Profesional Values)
Nilai-nilai professional menjadi komponen utama pada praktik
keperawatan

profesional.

Nilai-nilai

professional

ini

merupakan inti dari MPKP. Nilai-nilai seperti penghargaan atas


otonomi klien, menghargai klien, dan melakukan yang terbaik
untuk klien harus tetap ditingkatkan dalam suatu proses
keperawatan.
b. Pendekatan manajemen (Management Approach)
Seorang perawat dalam melakukan asuhan keperawatan untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia harus
pendekatan

penyelesaian

masalah,

melakukan

sehingga

dapat

diidentifikasi masalah klien, dan nantinya dapat diterapkan


terapi keperawatan yang tepat untuk masalah klien.
c. Hubungan profesional (Profesional Relationship)
Asuhan kesehatan yang diberikan kepada klien melibatkan
beberapa anggota tim kesehatan yang mana focus pemberian
asuhan kesehatan adalah klien. Karena banyaknya anggota tim
kesehatan yang terlibat, maka perlu adanya kesepakatan

mengenai hubungan kolaborasi dalam pemberian asuhan


kesehatan tersebut.
d. Sistem pemberian asuhan keperawatan (Care Delivery System)
Dalam perkembangan keperawatan menuju layanan yang
profesional, digunakan beberapa metode pemberian asuhan
keperawatan, misalnya metodekasus, fungsional, tim, dan
keperawatan primer, serta manajemen kasus. Dalam praktik
keperawatan profesional, metode yang paling memungkinkan
pemberian asuhan keperawatan professional adalah metode
yang menggunakan the breath of keperawatan primer.
e. Kompensasi dan penghargaan (Compensation & Reward).
Pada suatu profesi, seorang professional mempunyai hak atas
kompensasi dan penghargaan. Kompensasi yang didapat
merupakan imbalan dari kewajiban profesi yang terlebih
dahulu harus dipenuhi. Kompensasi dan penghargaan yang
diberikan pada MPKP dapat disepakati di setiap institusi
dengan

mengacu

pada

kesepakatan

bahwa

layanan

keperawatan adalah pelayanan profesional.


2.4.

Pilar pilar Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)


Model praktek keperawatan profesional terdiri dari 4 pilar
diantaranya: (Keliat, 2012).
2.4.1.

Pilar I yaitu Pendekatan Manajemen Keperawatan

MPKP mensyaratkan pendekatan manajemen sebagai pilar


praktek keperawatan profesional yang pertama. Pada pilar I terdiri
dari:
1) Perencanaan yaitu kegiatan Model Praktek Keperawatan
Profesional.
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran ddan
penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa
mendatang dalam rangka pencapaian tujuan (siagiran, 2007).

Melalui visis, misi, filosofi dan kebijakan. Sedangkan untuk


jenis perencanaan jangka pendek melalui rencana kegiatan
harian, bulnan, mingguan dan tahunan.
a)

Visi
Merupakan pernyataan singkat yang menyatakan
mengapa organisasi itu terbentuk serta tujuan organisasi
tersebut.

Visi

di

MPKP

adalah

mengoptimalkan

kemampuan kepada klien.


b)

Misi
Merupakan

pernyataan

yang

menjelaskan

tujuan

organisasi dalam mencapai visi yang telah ditetapkan.


c)

Filosofi
Yakni seperangkat nilai-nilai MPKP yang menjadi
rujukan semua kegiatan.

d)

Kebijakan
Pernyataan yang menjadi acuan organisasi dalam

e)

mengambil keputusan.
Rencana jangka pendek di ruang Model Prktek Keperawatan Profesional
Kegiatan yang dlaksanakan oleh perawat sesuai
dengan perannya masing-masing yang dibuat setiap shif.

f)

Rencana harian dibuat sebelum melakukan operan.


Rencana harian kepala ruangan
Melalui:
- Asuhan keperawatan
- Supevisi ketua tim
- Supervisi tenaga selain perawat dan kerja sama dengan
tim lain yang terkait.
Rencana harian ketua tim
-

Menyelenggarakan asuhan keperawatan pasien pada

tim yang menjadi tanggung jawab


Melakukan supervisi perawat pelaksana
Kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain
Alokasi pasien sesuai dengan perawat yang dinas

Rencana harian perawat pelaksana:


-

Pelaksanaan shif sore atau malam

- Memberikan asuhan keperawatan pada pasien.


h) Rencana bulanan kepala ruangan
Akhir bulan kepala ruangan melakukan evaluasi hasil
keempat pilar. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut kepala
ruangan akan membuat rencana bulanan ketua tim.
i) Rencana tahunan kepala ruangan
Akhir tahun kepala ruangan melakukan evaluasi hasil
kegiatan dalam satu tahun yang dijadikan acuan rencana tindak
lanjut serta penyusunan rencana tahunan.
Rencana kegiatan tahunan Model Praktek Keperawatan
Profesional (MPKP):
- Menyusun laporan tahun yanhg berfungsi tentang kinerja
model proketek keperawatan profesional serta evaluasi
-

mutu pelayanan.
Melakukan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing

masing tim.
Pengembangan sumber daya manusia peningkatan jenjang
karis perawat pelaksana menjadi ketua tim dan ketua tim

menjadi kepala ruangan.


- Membuat jadwal-jadwal pelatihan.
2) Pengorganisasian yaitu kegiatan dan tenaga perawat.
Merupakan pengelompokaan aktifitas untuk mencapai tujuan
melalui struktur organisasi MPKP, menyusun daftar dinas,
menyusun daftar alokasi asuhan keperawatan pasien.
Penugasan kelompok tenaga keperawatan
a) Struktur oganisasi
Susunan komponen komponen dalam suatu organisasi, pada
pengertian struktur oganisasi adanya pembagian kerja.
b) Daftar dinass ruangan
Daftar yang berisi jadwal dinas perawat yang bertugas,
penanggung jawab dinas/shif.
c) Daftar pasien

Daftar yang berisi nama pasien, nama dokter, nama perawat


dalam tim, penanggung jawab pasien dan alokasi perawat saan
menjalankan dinas setiap shif.

3) Pengarahan yaitu bentuk tindakan dalam rangka mencapai tujuan


organisasi.
Melalui

pendelegasian,

supervisi,

komunikasi

efektif

mencakup pre dan post konferens serta manajemen konflik.


a) Pendelegasian
Melakukan pekerjaan

melalui

orang

lain

dalam

pengorganisasian, pendelegasian dilakukan agar aktifitas


organisasi tetap berjalan untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan.
Pendelegasian dilakukan melalui proses:
- Buat rencana tugas yang dituntaskan
- Identifikasi keterampilan dan tingkatkan pengetahuan
-

yang diperlakukan untuk melaksanakan tugas


Pilih orang yang mampu melaksanakan tugas yang

didelegasikan
- Evaluasi kerja setelah tugas selesai
- Pendelegasian terdiri dari tugas dan wewenang
b) Supervisi
Proses memastikan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan
tujuan organisasi, dengan cara melakukan pelaksanaan
terhadap pelaksanaan kegiatan.
Penerapan supervisi di MPKP adalah:
- Kepala seksi keperawatan atau konsultan melakukan
-

pengawasan terhadap kepala ruangan.


Kepala ruangan melakukan pengawasan terhadap ketua

tim dan perawat pelaksana.


Ketua tim melakukan pengawasan kepasa perawat
pelaksana.

c) Komunikasi efektif
Fungsi pokok manajemen, komunikasi yang kurang baik
dapat mengganggu kelancaran organisasi dalam mencapai
tujuan organisasi (Swanbrug, 2000)
Penerapan organisasi di Model praktek keperawatan
-

profesional antara lain:


Pre konferens
Komunikasi ketua tim dengan perawat pelaksana setelah
selesai operan untuk rencana kegiatan pada shif tersebut

dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab.


Operan
Komunikasi serah terima anta shif pagi, siang dan malam.
Post konferens
Komunikasi ketua tim dengan perawat pelaksana tentang
hasil kegiatan sepanjang shif sebelum operan kepada shif

berikutnya.
d) Manajemen konflik
Perbedaan pandangan atau ide antara satu orang dengan
orang lain. Perbedaan konflik mudah terjadi demikian juga
diruang MPKP maka perlu dibudidayakan upaya-upaya
mengantisipasi konflik antara petugas tim.
Cara cara penanganan konflik melalui:
Berkolaborasi, yaitu upaya yang ditempuh

untuk

memuaskan kedua belah pihak yang sedang berkonflik.


Cara ini adalah salah satu bentuk kerja sama, berbagai
pihak yang terlibat konflik, didorong menyelesaikan
masalah yang mereka hadapi dengan jalan mencari dan
menemukan persamaan kepentingan dan bukan perbedaan.
Situasi yang diinginkan adalah tidak ada satu pihakpun
yang dirugikan. Istilah lain cara penyelesaian konflik ini

adalah win win solution.


Berkompromi, yaitu cara penyelesaian konflik dimana
semua

pihak

yang

berkonflik

mengorbankan

kepentingannya

demi

terjaminnya

keharmonisan

hubungan kedua belah pihak tersebut. dalam upaya ini


tidak ada salah satu pihak yang menang atau kalah. Istilah
lain cara penyelesaian konflik ini adalah lose lose
solution.

Dimana

masing

masing

pihak

akan

mengorbankan kepentingannya agar hubungan yang


dijalin tetap harmonis.
4) Pengendalian yaitu proses memastikan aktifitas sebenarnya sesuai
dengan aktifitas yang direncanakan. Melalui audit, strukturl, audit
proses dan audit hasil.
Langkah langkah yang harus dilakukan dalam engendalian
meliputi:
a) Menetapkan standar dan menetapkan metode dan pengukuran
prestasi kerja.
b) Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar:
Audit struktur
Berfokus pada sumber daya manusia, lingkungan, peratan,
peralatan standar dan indikator dengan menggunakan

check list ()
Audit proses
Pengukuran pelaksanaan pelayanan keperawatan untuk

menentukan apakah hasil keperawatan tercapai.


Audit hasil
Audit pokok kerja berupa kondisi pasien, kondisi sumber

daya manusia atau indikator mutu.


b. Pilar II yaitu sistem penghargaan pada tenaga keperawatan.
Kemampuan perawat melakukan praktek profesional perlu
dipertahankan dan ditingkatkan melalui manajemen sumber daya
manusia,

sehingga

perawat

mendapatkan

kompensasi

berupa

penghargaan sesuai dengan apa yang dikerjakan (Nursalam, 2007).


Sistem penghargaan ini melalui proses rekruitmen, seleksi kerja,
orientasi, penilaian kinerja dan pengembangan staff perawat.
1) Proses rekruitmen
Penentuan perawat yang dibutuhkan diruang MPKP yang
mempunyai kriteria:
a) Kepala ruangan

Pendidikan minimal S1 keperawatan. Jika belum ada


masa transisi boleh D3 bila diruangan tersebut belum
ada perawat yang berpendidikan S1 dengan syarat

mempunyai jiwa kepemimpinan.


Pengalaman menjadi kepala ruangan minimal 2 tahun
dan bekerja pada area keperawatan minimal 2 tahun.
Sehat jasmani dan rohani
Pernah mengikuti pelatihan antara lain:
o Manajemen bangsal
o Pelatihan
Model
Praktek
Keperawatan

Profesional
o Komunikasi keperawatan
- Lulus tes tulis dan wawancara
b) Ketua tim
- Pendidikan minimal S1 keperawatan. Jika belum ada masa
transisi boleh D3 dengan syarat mempunyai jiwa
kepemimpinan.
Pengalama kerja minimal 2 tahun
Sehat jasmani dan rohani
Pernah mengikuti pelatihan, antara lain:
o Manajemen bangsal
o Pelatihan Model Praktek Keperawatan Profesional
o Komunikasi keperawatan
- Lulus tes tulis dan wawancara
c) Perawat pelaksana
- Pendidikan minimal D3
- Pengalaman kerja minimal 1 tahun
- Sehat jasmani dan rohani
- Pernah mengikuti pelatihan
- Lulus tes tulis dan wawancara.
2) Kerja orientasi
Perawat yang akan bekerja di ruang MPKP harus melalui masa
-

orientasi yang disebut pelatihan awal sebelum bekerja pada unit


kerja MPKP.
3) Penilaian kerja.
Penilaian kinerja di ruang MPKP ditujukan pada kepala ruangan,
ketua tim, perawat pelaksana menggunakan supervsi baik secara
langsung maupun secara tidak langsung.
4) Pengembangan staf

Membantu masing-masing perawat mencapai kinerja sesuai


dengan posisi dan untuk penghargaan terhadap kemampuan
profesional, bentuk pengembangan karir, pendidikan berkelanjutan
dari D3 ke S1.
c. Pilar III yaitu hubungan profesional komunikasi horizontal antara
kepala ruangan dengan ketua tim dan perawat pelaksana serta antara
ketua tim dengan perawat pelaksana. Komunikasi diagonal yang
dilakukan perawat dengan profesi lainnya.
Hubungan profesional di ruang Model Praktek Keperawatan
profesional adalah:
1) Rapat perawat ruangan
2) Pere dan post konferens
3) Rapat tim kesehatan
4) Visit dokter
d. Pilar IV Manajemen asuhan keperawatan, yaitu memberikan asuhan
keperawatan pada pasien secara sistematis dan terorganisir. Manajemen
asuhan keperawatan merupakan pengaturan sumber daya dalam
menjalankan kegiatan kebutuhan klien atau menyelesaikan masalah
klien.
2.5.

Metode Praktik Keperawatan Profesioanal dalam


Keperawatan
2.5.1.

Metode Fungsional

Model Fungsional dikembangakan setelah perang dunia kedua,


dimana jumlah pendidikan keperawatan meningkat dan banyak
lulusan bekerja di rumah sakit dari berbagai jenis program
pendidikan keperawatan. Agar pemanfaatan yang bervariasi tenaga
keperawatan tersebut dapat dimaksimalisari, maka memunculkan
ide untuk mengembangkan model fungsional dalam pelayanan
asuhan keperawatan.
Pada model fungsional, pemberian asuhan keperawatan ditekankan
pada penyelesaian tugas dan prosedur keperawatan. Setiap perawat

diberikan satu atau beberapa tugas untuk dilaksanakan kepada


semua pasien yang dirawat di suatu ruangan. Seorang perawat
mungkin bertanggung jaawb dalam pemberian obat, mengganti
balutan, monitor infus dan sebagainya. Prioritas utama yang
dikerjakan adalah pemenuhan kebutuhan fisik sesuai dengan
kebutuhan pasien dan kurang menekankan kepada pemenuhan
kebutuhan pasien secara holistik, sehingga dalam penerapannya
kualitas asuhan keperawatan sering terabaikan, karena pemberian
asuhan yang terfragmentasi. Komunikasi antara perawat sangat
terbatas, sehingga tidak ada satu perawat yang mengetahui tentang
satu klien secara komprehensif, kecuali mungkin Kepala Ruangan.
Hal ini sering menyebabkan klien kurang puas dengan pelayanan
asuhan keperawatan yang diberikan, karena seringkali klien tidak
mendapat jawaban yang tepat tentang hal-hal yang ditanyakan, dan
kurang merasakan adanya hubungan saling percaya dengan
perawat.
Kepala Ruangan bertanggung jawab untuk mengarahkan dan
mensupervisi.

Komunikasi antar staf sangat terbatas dalam

membahas masalah pasien. Perawat terkadang tidak mempunyai


waktu untuk berdiskusi dengan pasien atau mengobservasi reaksi
obat yang diberikan maupun mengevaluasi hasil tindakan
keperawatan yang diberikan.
Pada model ini Kepala Ruangan menentukan apa yang menjadi
tugas setiap perawat dalam suatu ruangan dan perawat akan
melaporkan tugas-tugas yang dikerjakan kepada Kepala Ruangan.
Dan Kepala Ruangan lah yang bertanggung jawab dalam membuat
laporan pasien.

Dalam model fungsional ini koordinasi antar perawat sangat kurang


sehingga seringkali pasien harus mengulang berbagai pertanyaan
atau permintaan kepada semua petugas yang datang kepadanya,
dan Kepala Ruanganlah yang memikirkan setiap kebutuhan pasien
secara komprehensif. Informasi yang disampaikan bersifat verbal,
yang seringkali terlupakan karena tidak didokumentasikan dan
tidak

diketahui

oleh

staf

lain

yang

memberikan

asuhan

keperawatan.
Dengan menggungkan model ini Kepala Ruangan kurang
mempunyai waktu untuk membantu stafnya untuk mempelajari
cara yang terbaik dalam memenuhi kebutuhan pasien atau dalam
mengevaluasi kondisi pasien dan hasil asuhan keperawatan, kecuali
terjadi perubahan yang sangat mencolok. Dan orientasi model ini
hanya

pada penyelesaian

tugas, bukan kualitas,

sehingga

pendekatan secara holistik sukar dicapai.


Model fungsional mungkin efisien dalam menyelesaikan tugastugas bila jumlah staf sedikit, namun pasien selalu tidak mendapat
kepuasan dari asuhan keperawatan yang diberikan.
Pada

metode

fungsional,

pemberian

asuhan

keperawatan

ditekankan pada penyelesaian tugas atau prosedur. Setiap perawat


diberi satu atau beberapa tugas untuk dilaksanakan kepada semua
klien di satu ruangan. (Sitorus, 2006).
Pada metode ini, kepala ruang menentukan tugas setiap perawat
dalam satu ruangan. Perawat akan melaporkan tugas yang
dikerjakannya kepada kepala ruangan dan kepala ruangan tersebut
bertanggung jawab dalam pembuatan laporan klien. Metode
fungsional mungkin efisien dalam menyelesaikan tugas-tugas

apabila jumlah perawat sedikit, tetapi klien tidak mendapatkan


kepuasan asuhan yang diterimanya. (Sitorus, 2006).
Kelebihan dari metode fungsional adalah:
1) Sederhana
2) Efisien.
3) Perawat terampil untuk tugas atau pekerjaan tertentu.
4) Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah
selesai tugas.
5) Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang
kurangberpengalaman untuk satu tugas yang sederhana.
6) Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff atau
peserta didik yang praktek untuk ketrampilan tertentu.
Namun, Metode ini kurang efektif karena (Sitorus, 2006) :
1) Proritas utama yang dikerjakan adalah kebutuhan fisik dan
kurang menekankan pada pemenuhan kebutuhan holistik.
2) Mutu asuhan keperawatan sering terabaikan karena
pemberian asuhan keperawatan terfragmentasi.
3) Komunikasi antar perawat sangat terbatas sehingga tidak
ada satu perawat yang mengetahui tentang satu klien secara
komprehensif, kecuali mungkin kepala ruangan.
4) Keterbatasan itu sering menyebabkan klien merasa kurang
puas terhadap pelayanan atau asuhan yang diberikan karena
seringkali klien tidak mendapat jawaban yang tepat tentang
hal-hal yang ditanyakan.
5) Klien kurang merasakan adanya hubungan saling percaya
dengan perawat.
Selama beberapa tahun menggunakan metode fungsional beberapa
perawat

pemimpin

keefektifan

metode

(nurse

leader)

tersebut

dalam

mulai

mempertanyakan

memberikan

asuhan

keperawatan profesional kemudian pada tahun 1950 metode tim


digunakan untuk menjawab hal tersebut. (Sitorus, 2006).
2.3.2.

Metode tim

Setelah bertahun-tahun menggunakan Model Fungsional, beberapa


pimpinan keperawatan (nursing leader) mulai mempertanyakan
keefektifan model tersebt dalam pemberian asuhan keperawatan
profesional. Oleh karena adanya berbagai jenis tenaga dalam
keperawatan, diperlukan adanya supervisi yang adekuat, maka pada
tahun 1950 dikembangkan Model Tim dalam pelayanan asuhan
keperawatan.
Model

Tim

merupakan

suatu

model

pemberian

asuhan

keperawatan dimana seorang perawat professional memimpin


sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif (Douglas, 1984).
Konsep model ini didasarkan kepada falsafah bawah sekelompok
tenaga

keperawatan

bekerja

secara

bersama-sama

secara

terkoordinasi dan kooperatif sehingga dapat berfungsi secara


menyeluruh dalam memberikan asuhan keperawatan kepada setiap
pasien.
Model Tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota
kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan
memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan
rasa tanggung jawab perawat yang tinggi, sehingga setiap anggota
tim merasakan kepuasan karena diakui kontribusinya di dalam
mencapai tujuan bersama yaitu mencapai kualitas asuhan
keperawatan yang bermutu. Potensi setiap anggota tim saling
komplementer menjadi satu kekuatan yang dapat meningkatkan
kemampuan kepemimpinan serta timbul rasa kebersamaan dalam
setiap upaya pemberian asuhan keperawatan, sehingga dapat
menghasilkan sikap moral yang tinggi.

Pada dasarnya di dalam Model Tim menurut Kron & Gray (1987)
terkandung dua konsep utama yang harus ada, yaitu:
1. Kepemimpinan
Kemampuan ini harus dipunyai oleh Ketua Tim, yaitu perawat
profesional (Registered Nurse) yang ditunjuk oleh Kepala
Ruangan untuk bertanggung jawab terhadap sekelompok
pasien

dalam

merencanakan

asuhan

keperawatan,

merencanakan penugasan kepada anggota tim, melakukan


supervisi dan evaluasi pelayanan keperawatan yang diberikan.
2. Komunikasi yang efektif
Proses ini harus dilaksanakan untuk memastikan adanya
kesinambungan asuhan keperawatan yang diberikan dalam
rangka memenuhi kebutuhan pasien secara individual dan
membantunya dalam mengatasi masalah. Proses komunikasi
harus dilakukan secara terbuka dan aktif melalui laporan, pre
atau post conference atau pembahasan dalam penugasan,
pembahasan dalam merencanakan dan menuliskan asuhan
keperawatan dan mengevaluasi hasil yang telah dicapai.
Pengajaran dan bimbingan secara insidental perlu dilakukan
yang merupakan bagian dari tanggung jawab Ketua Tim dalam
pembinaan anggotanya.

Dalam model ini Ketua Tim

menetapkan anggota tim yang terbaik untuk merawat setiap


pasien. Dengan cara ini Ketua Tim membantu semua anggota
tim untuk belajar apa yang terbaik untuk pasien yang
dirawatnya berdasarkan kebutuhan dan permasalahan yang
dihadapi pasien.
Dalam pelaksanaan model ini, Ketua Tim dapat memperoleh
pengalaman

praktek

melakukan

kepemimpinan

yang

demokratik dalam mengarahkan dan membina anggotanya.

Pimpinan juga akan belajar bagaimana mempertahankan


hubungan antar manusia dengan baik dan bagaimana
mengkoordinasikan berbagai kegiatan yang dilakukan dengan
beberapa anggota tim secara bersama-sama. Untuk mencapai
kepemimpinan yang efektif setiap anggota tim harus
mengetahui prinsip dasar administrasi, supervisi, bimbingan
dan tehnik

mengajar agar

dapat

dilakukannya

dalam

bekerjasama dengan anggota tim. Ketua Tim juga harus


mampu mengimplementasikan prinsip dasar kepemimpinan.
Tanggung Jawab Kepala Ruangan, Ketua Tim dan Anggota
Tim :
1. Tanggung Jawab Kepala Ruangan
Model Tim akan berhasil baik bila didukung oleh Kepala
Ruangan, yang berperan sebagai menejer di ruangan
tersebut, yang bertanggung jawab dalam:
o Menetapkan standar kinerja yang diharapkan sesuai dengan
standar asuhan keperawatan.
o Membantu staf dalam menetapkan
keperawatan.
o Memberikan kesempatan

kepada

sasaran

ketua

tim

asuhan
untuk

mengembangkan kepemimpinan.
o Mengorientasikan tenaga keperawatan yang baru tentang
fungsi model tim dalam sistem pemberian asuhan
keperawatan.
o Menjadi nara sumber bagi ketua tim
o Mendorong staf untuk meningkatkan kemampuan melalui
riset keperawatan.
o Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semua
staf.
2. Tanggung Jawab Ketua Tim
o Mengkaji setiap pasien dan menetapkan rencana keperawatan.

o Mengkoordinasi rencana keperawatan dengan tindakan medik.


o Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota
tim dan memberikan bimbingan melaui pre atau post
conference.
o Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil
yang diharapkan serta mendokumentasikannya.
3. Tanggung Jawab Anggota Tim
o Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan
yang telah disusun.
o Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang
telah diberikan berdasarkan respon pasien.
o Berpartisipasi dalam setiap memberikan masukan untuk
meningkatkan asuhan keperawatan.
o Menghargai bantuan dan bimbingan dari ketua tim.
Pelaksanaan model tim tidak dibatasi oleh suatu pedoman yang
kaku. Model tim dapat diimplementasikan pada tugas pagi,
sore, dan malam. Apakah terdapat 2 atau 3 tim tergantung
pada jumlah dan kebutuhan serta jumlah dan kualitas tenaga
keperawatan. Umumnya satu tim terdiri dari 3-5 orang tenaga
keperawatan untuk 10-20 pasien.
Berdasarkan hasil penelitian Lambertsonseperti dikutip oleh
Douglas (1984), menunjukkan bahwa model tim bila dilakukan
dengan benar merupakan model asuhan kperawatan yang tepat
dalam meningkatkan pemanfaatan tenaga keperawatan yang
bervariasi

kemampuannya

dalam

memberikan

asuhan

keperawatan. Hal ini berarti bahwa model tim dilaksanakan


dengan tepat pada kondisi dimana kemampuan tenaga
keperawatan bervariasi.

Kegagalan penerapan model ini, jika penerapan konsep tidak


dilaksanakan secara menyeluruh/ total dan tidak dilakukan pre
atau post conference dalam sistem pemberian asuhan
keperawatan untuk pemecahan masalah yang dihadapi pasien
dalam penentuan strategi pemenuhan kebutuhan pasien.
Metode

tim

merupakan

metode

pemberian

asuhan

keperawatan, yaitu seorang perawat profesional memimpin


sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif
dan kolaboratif. Metode tim didasarkan pada keyakinan bahwa
setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam
merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga
menimbulkan rasa tanggung jawab yang tinggi. (Sitorus,
2006).
Pelaksanaan metode tim berlandaskan konsep berikut (Sitorus,
2006) :
1) Ketua tim, sebagai perawat profesional harus mampu
menggunakan berbagai teknik kepemimpinan. Ketua tim
harus

dapat

membuat

keputusan

tentang

prioritas

perencanaan, supervisi, dan evaluasi asuhan keperawatan.


Tanggung jawab ketua tim adalah :
a) Mengkaji setiap klien dan menetapkan renpra
b) Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis
c) Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap
anggota kelompok dan memberikan bimbingan
melalui konferensi
d) Mengevaluasi pemberian askep dan hasil yang dicapai
serta mendokumentasikannya
2) Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas renpra
terjamin. Komunikasi yang terbuka dapat dilakukan
melalui berbagai cara, terutama melalui renpra tertulis

yang merupakan pedoman pelaksanaan asuhan, supervisi,


dan evaluasi.
3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
4) Peran kepala ruangan penting dalam metode tim. Metode
tim akan berhasil baik apabila didukung oleh kepala ruang
untuk itu kepala ruang diharapkan telah :
a) Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf
b) Membantu staf menetapkan sasaran dari unit/ruangan
c) Memberi kesempatan pada ketua tim untuk pengembangan
kepemimpinan
d) Mengorientasikan tenaga yang baru tentang fungsi metode
tim keperawatan
e) Menjadi narasumber bagi ketua tim
f) Mendorong staf untuk meningkatkan kemampuan melalui
riset keperawatan
g) Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka.
Kelebihan metode ini adalah:
a)
b)
c)
d)
e)

Saling memberi pengalaman antar sesama tim.


Pasien dilayani secara komfrehesif
Terciptanya kaderisasi kepemimpinan.
Tercipta kerja sama yang baik .
Memberi kepuasan anggota tim dalam

hubungan

interpersonal
f) Memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbedabeda dengan aman dan efektif.

Kekurangan metode ini:


Kesinambungan asuhan keperawatan belum optimal sehingga pakar
mengembangkan metode keperawatan primer (Sitorus, 2006).
Selain itu:
a) Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang
bukan menjadi tanggung jawabnya.
b) Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk
rapat tim ditiadakan atau trburu-buru sehingga dapat

mengakibatkan kimunikasi dan koordinasi antar anggota


tim terganggu sehingga kelanncaran tugas terhambat.
c) Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman
selalu tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang
mampu atau ketua tim.
d) Akontabilitas dalam tim kabur.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dalam model keperawatan metode fungsional Perawat akan melaporkan
tugas yang dikerjakannya kepada kepala ruangan dan kepala ruangan tersebut
bertanggung jawab dalam pembuatan laporan klien. Metode fungsional

mungkin efisien dalam menyelesaikan tugas-tugas apabila jumlah perawat


sedikit, tetapi klien tidak mendapatkan kepuasan asuhan yang diterimanya.
Keperawatan sebagai suatu profesi adalah salah satu pekerjaan bagian
dari tim kesehatan,yang ikut bertanggung jawab dalam membantu klien
sebagai individu, keluarga, maupun sebagai masyarakat, baik dalam kondisi
sehat ataupun sakit, yang bertujuan untuk tercapainya pemenuhan kebutuhan
dasar klien,dalam mempertahankan kondisi kesehatan yang optimal, dalam
menentukan tindakan keperawatan harus didasarkan pada ilmu pengetahuan,
komunikasi interpersonal serta memiliki keterampilan yang jelas dalam
keahliannya.
3.2. Saran
Untuk perawat :Dalam metode ini memang sangat efisien untuk
menyelesaikan tugas keperawatan namun alangkah baiknya untuk tindakan
keperawatan pada pasien dilakukan dengan sebaik mungkin agar kebutuhan
pasien terpenuhi.

DAFTAR RUJUKAN
Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan dan Aplikasinya, Jakarta: Salemba
Medika
Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan DEPKES RI. 2009. Modul Sistem
pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional. Jakarta: Departemen
Kesehatan
Swanburg, Russel C. 2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan Perawatan Klinis. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai