1. SEDEKAH
PENGERTIAN SEDEKAH
Sedekah atau shadaqah adalah mengamalkan atau menginfakan harta
di jalan Allah. Namun, kegiatan ini bukan hanya semata-mata
menginfakan harta di jalan Allah atau menyisihkan sebagian uang pada
fakir miskin, tetapi sedekah juga mencakup segala macam dzikir
(tasbih, tahmid, dan tahlil) dan segala macam perbuatan baik lainnya.
Secara umum, hukum sedekah adalah sunnah. Banyak sekali ayat al-
Quran dan hadits Nabi yang menyatakan anjuran kepada setiap hamba
Allah subhanahu wata’ala untuk bersedekah.Imam an-Nawawi
menjelaskan, sedekah itu hukumnya mustahab (dianjurkan). Pada
bulan Ramadhan lebih ditekankan lagi anjurannya. Begitu juga pada
hal-hal yang penting, ketika terjadi gerhana, ketika sedang sakit, ketika
sedang safar, ketika sedang berada di Mekah atau Madinah, ketika
sedang berperang, ketika sedang Haji, ketika berada di waktu-waktu
yang utama seperti sepuluh hari pertama bulan Zulhijjah, hari raya Id,
dan semisalnya. Itulah yang disebutkan oleh al-Bahuti dan ulama fikih
lainnya. (Raudhah ath-Thalibin, Imam an-Nawawi, 2/341; Al-Mughni,
Ibnu Qudamah, 3/82; Kasyaful Qina’, 2/295)
Ada banyak sekali ayat dan hadits yang menyebutkan dalil tentang
sedekah. Berikut ini penulis sebutkan sebagiannya.
ٌ َأرْ ضٌ بِ ْال َعالِيَ> ِة َوَأرْ ض:ض>ا ِن َ ْ َولِي َأر، َأاَل َأ َرى َربَّنَا يَ ْستَ ْق ِرضُ ِم َّما َأ ْعطَانَ>>ا َأل ْنفُ ِس>نَا،ِ ي هَّللا
َّ ِيَا نَب
ًص َدقَة
َ ت َخي َْرهُ َما ْ
ُ َوقَ ْد َج َعل،بِالسَّافِلَ ِة.
“Siapa pun orang mukmin yang memberi makan mukmin lain saat
lapar, Allah akan memberinya makan dari buah surga, siapa pun
mukmin yang memberi minum mukmin lain saat dahaga, Allah akan
memberinya minum pada hari kiamat dengan minuman yang
penghabisannya adalah beraroma wangi kesturi, siapa pun mukmi
yang memberi pakaian mukmin lain saat telanjang, Allah akan
memberi pakaian dari sutera surga.” (HR. At-Tirmizi No. 2449)
Mamnfaat sedekah
ال َ َ وَِإ ْن لَ ْم يَ ُك ْن َأتَ َّمهَا ق،ًت لَهُ تَا َّمة ْ َ فَِإ ْن َكانَ َأتَ َّمهَا ُكتِب،ُصاَل تُه
َ َأ َّو ُل َما يُ َحا َسبُ بِ ِه ْال َع ْب ُد يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة
ثُ َّم،َ ثُ َّم ال َّز َك>>اةُ َك> َذلِك،ُيض>تَه َ ع فَتُ ْك ِملُونَ بِهَا فَ ِر ٍ ا ْنظُرُوا هَلْ تَ ِج ُدونَ لِ َع ْب ِدي ِم ْن تَطَ ُّو:َّهللاُ َع َّز َو َجل
ك َ َ
ِ ت َخذ ا ع َما ُل َعلى ِح َسا
َ ِ ب ذل ْ َأْل ُ ُْؤ
“Amalan yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada Hari
Kiamat adalah shalatnya. Jika dia mendirikannya secara sempurna,
maka ditulis secara sempurna. Jika tidak, Allah azza wajalla berfirman:
‘Lihatlah kalian, apakah kalian mendapatkan amalan sunnah pada
hamba-Ku sehingga bisa menyempurnakan shalat wajibnya?” (HR.
Ahmad No. 16949. Sanad hadits ini shahih)
ِ >ال َم ْعر
،ُوف ْ >ِ َواَأْل ْم> ُر ب،ُالص> َدقَة ِّ الص>اَل ةُ َو
َّ الص>يَا ُم َو ِ >فِ ْتنَةُ ال َّر ُج ِل فِي َأ ْهلِ ِه َو َولَ ِد ِه َو َج
َّ تُ َكفِّ ُرهَ>ا،ار ِه
ْ ْ
َوالنَّ ْه ُي َع ِن ال ُمن َك ِر
Pengertian hibah
Jika dilihat dari sudut pandang hukum bernegara, arti hibah dapat
dipermasalahkan jika wujud pemberiannya berupa uang dengan jumlah
yang banyak atau barang yang sangat bernilai. Dalam hal itu, maka
pengertian prosedur hibah dan pemberiannya harus disertai dengan bukti-
bukti ketetapan hukum resmi secara perdata agar tidak digugat oleh pihak
ketiga, termasuk oleh orang-orang yang termasuk ahli waris di kemudian
hari.
Arab latin:
Artinya:
Syarat-Syarat Hibah
Dilakukan dengan Akta Notaris (Pasal 1687 BW) untuk barang yang bergerak,
dan juga dengan Akta PPAT (Pasal 37 ayat 1 PP No. 24 Tahun 1997) untuk tanah
dan juga bangunan.
Merupakan pemberian yang secara cuma-cuma atau gratis atau tanpa bayaran.
Oleh karena itu, diberikan secara gratis penerimaan hibah tidak menerima
tambahan keuntungan dan karenanya seharunya hibah tidak dikenai pajak. Namun
demikian, dalam UUP ditetapkan bahwa bebas dari PPh hanyalah untuk hibah
dari orang tua ke anak dan dari anak ke orangtua. Jadi, kalau pemberian hibah
dilakukan dengan cara antara saudara kandung, yang juga tetap dikenakan PPh
misalnya jual beli biasa.
Diberikan saat pemberi hibah masih hidup. Pemberi hibah kemudian harus
beritindak secara aktif dalam menyerahkan kepemilikannya terhadap suatu
barang. Jika si pemberi hibah tersebut sudah meninggal dunia, bentuknya pun
adalah hibah wasiat.
Pemberi hibah adalah orang yang pintar dalam bertindak berdasarkan hukum jadi,
pemberi hibah bukan seseorang yang berada di bawah umur atau tidak dalam
pengampunan.
Yang dapat dihibahkan adalah barang yang bergerak dan juga barang yang tidak
bergerak. Barang bergerak, seperti saham, obligasi, deposito, dan juga hak atas
pungutan sewa. Sedangkan barang tidak bergerak adalah tanah atau rumah, kapal
beratnya lebih dari dua puluh ton, dan juga sebagainya.
Pemberian hibah hanyalah demi barang-barang yang telah ada. Misalnya: yeni
beli dua mobil jaguar, dua ratus lembar saham di PT Adaro, serta berencana untuk
membeli rumah di Pondok Indah. Kemudian Yenni berniat untuk menghibahkan
dua mobil Jaguar tersebut kepada Ira dan juga Agi, dua ratus lembar saham
kepada Putri, dan juga rumah baru akan dibeli kepada Nina. Berdasarkan hal
tersebut, yang tidak dapat dibuatkan hibahnya adalah rumah di Pondok Indah
karena kempemilikan atas rumah itu belum ada di tangan Yenni.
Penerimaan hibah sudah ada ( dalam hal ini lahir atau sudah dibenihkan di saat
pemberian hibah itu berdasarkan Pasal 1679. Jadi, seseorang ingin hibahkan
kepada anaknya, anak itu harus minimal sudah lahir atau berada dalam kandungan
ibunya. Tidak boleh untuk anak yang belum tentu ada.
Pemberian hibah yang sifatnya final dan juga tidak dapat ditarik kembali (Pasal
1666 BW).
Hibah: Pengertian, Syarat Hibah, Rukun, Hukum & Manfaat Bag Ijoni kasim 3
Juni 2021Hibah: Pengertian, Syarat Hibah, Rukun, Hukum & Manfaat Bag I2021-
07-05T10:55:38+07:00
Tribratanews.kepri.polri.go.id – Pengertian Hibah secara bahasa atau etimologi
adalah pemberian. Sedangkan pengertian hibah secara istilah atau terminologi
adalah akad yang menjadi kepemilikan tanpa terdapat pengganti ketika masih
hidup dan juga dapat dilakukan dengan sukarela.
Namun, siapa pun orang fakir ia temui maka dapat memberikannya. Walaupun
begitu, umumnya mempunyai kesamaan, yakni berupa derma (pemberian) murni,
yang pelakunya tidak mengharapkan sesuatu darinya.
Hibah adalah mendermakan harta saat sehat atau sedang sakit yang mana tidak
mengkhawatirkan atau pun tidak sakit, tetapi mengakibatkan kematian.
Pengertian Hibah berdasarkan Pasal 1666 dan Pasal 1667 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata Indonesia (BW) artinya adalah:
“Pemberian oleh seseorang kepada orang lainnya, secara cuma-cuma dan tidak
dapat ditarik kembali, atas barang yang bergerak maupun juga untuk barang yang
tidak bergerak di saat pemberi hibah itu masih hidup”.
Syarat-Syarat Hibah
Dilakukan dengan Akta Notaris (Pasal 1687 BW) untuk barang yang bergerak,
dan juga dengan Akta PPAT (Pasal 37 ayat 1 PP No. 24 Tahun 1997) untuk tanah
dan juga bangunan.
Merupakan pemberian yang secara cuma-cuma atau gratis atau tanpa bayaran.
Oleh karena itu, diberikan secara gratis penerimaan hibah tidak menerima
tambahan keuntungan dan karenanya seharunya hibah tidak dikenai pajak. Namun
demikian, dalam UUP ditetapkan bahwa bebas dari PPh hanyalah untuk hibah
dari orang tua ke anak dan dari anak ke orangtua. Jadi, kalau pemberian hibah
dilakukan dengan cara antara saudara kandung, yang juga tetap dikenakan PPh
misalnya jual beli biasa.
Diberikan saat pemberi hibah masih hidup. Pemberi hibah kemudian harus
beritindak secara aktif dalam menyerahkan kepemilikannya terhadap suatu
barang. Jika si pemberi hibah tersebut sudah meninggal dunia, bentuknya pun
adalah hibah wasiat.
Pemberi hibah adalah orang yang pintar dalam bertindak berdasarkan hukum jadi,
pemberi hibah bukan seseorang yang berada di bawah umur atau tidak dalam
pengampunan.
Yang dapat dihibahkan adalah barang yang bergerak dan juga barang yang tidak
bergerak. Barang bergerak, seperti saham, obligasi, deposito, dan juga hak atas
pungutan sewa. Sedangkan barang tidak bergerak adalah tanah atau rumah, kapal
beratnya lebih dari dua puluh ton, dan juga sebagainya.
Pemberian hibah hanyalah demi barang-barang yang telah ada. Misalnya: yeni
beli dua mobil jaguar, dua ratus lembar saham di PT Adaro, serta berencana untuk
membeli rumah di Pondok Indah. Kemudian Yenni berniat untuk menghibahkan
dua mobil Jaguar tersebut kepada Ira dan juga Agi, dua ratus lembar saham
kepada Putri, dan juga rumah baru akan dibeli kepada Nina. Berdasarkan hal
tersebut, yang tidak dapat dibuatkan hibahnya adalah rumah di Pondok Indah
karena kempemilikan atas rumah itu belum ada di tangan Yenni.
Penerimaan hibah sudah ada ( dalam hal ini lahir atau sudah dibenihkan di saat
pemberian hibah itu berdasarkan Pasal 1679. Jadi, seseorang ingin hibahkan
kepada anaknya, anak itu harus minimal sudah lahir atau berada dalam kandungan
ibunya. Tidak boleh untuk anak yang belum tentu ada.
Pemberian hibah yang sifatnya final dan juga tidak dapat ditarik kembali (Pasal
1666 BW).
Syarat-syarat bagi penghibah
Barang yang dihibahkan adalah milik si penghibah; dengan demikian tidaklah sah
menghibahkan barang milik orang lain.
Penghibah bukan orang yang dibatasi haknya disebabkan oleh sesuatu alasan
Penghibah adalah orang yang cakap bertindak menurut hukum (dewasa dan tidak
kurang akal).
Penghibah tidak dipaksa untuk memnerikan hibah.
Syarat-syarat penerima hibah
Penerima hibah haruslah orang yang benar-benar ada pada waktu hibah
dilakukan. Adapun yang dimaksudkan dengan benar-benar ada ialah orang
tersebut (penerima hibah) sudah lahir. Dan tidak dipersoalkan apakah dia anak-
anak, kurang akal, dewasa. Dalam hal ini berarti setiap orang dapat menerima
hibah, walau bagaimana pun kondisi fisik dan keadaan mentalnya. Dengan
demikian memberi hibah kepada bayi yang masih ada dalam kandungan adalah
tidak sah.
3. Hadiah
1. Pengertian Hadiah
Hadiah adalah pemberian sesuatu kepada seseorang dengan maksud untuk
memuliakan atau memberikan penghargaan. Rasulullah SAW. menganjurkan
kepada umatnya agar saling memberikan hadiah. Karena yang demikian itu dapat
memumbuhkan kecintaan dan saling menghormati antar sesama muslim.
Rasulullah SAW. bersabda : artinya “hendaknya kalian saling memberikan
hadiah, niscaya kalian akan saling menyayangi.” (HR. Abu Ya’la)
2. Hukum Hadiah
Hukum hadiah adalah boleh (mubah). Adapun tentang dibolehkan untuk
memberikan hadiah terdapat keterangan yang menjadi dasar hukum hadiah
tersebut.
3. Dasar Hukum Hadiah
a. Al-Qur’an
Firman Allah dalam QS. Al-Maidah ayat 2 :
....)٢ : Y (الماءدة....َو َت َع َاو ُن ْوا َعلَى ْال ِبرِّ َوال َّت ْق َوى
Artinya :
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa,...”
(QS. Al-Maidah : 2)
b. Hadits
Nabi SAW. sendiri pun juga sering menerima dan memberi hadiah kepada sesama
muslim, sebagaimana sabdanya:
صلَّىاللَّه َُعلَي ِْه َو َسلَّ َم َي ْق َباُل ْل َه ِد َّي َة َو ُيثِيب َُعلَ ْي َه
َ ع ْن َعاِئ َش َة َرضِ َياللَّه َُع ْن َها َقالَ ْت َكا َن َر ُسواُل للَّ ِه
Artinya :
“Rasulullah SAW. menerima hadiah dan beliau selalu membalasnya.” (HR. Al-
Bazzar)
Rasulullah saw bersabda:
Artinya: “janganlah menganggap remeh pemberian seorang tetangga, walaupun
hanya berupa kaki kambing. ( H.R. al-Bukhari: 2378 dan Muslim: 1711)
4. Rukun Hadiah
Rukun hadiah dan rukun hibah sebenarnya sama, yaitu :
a. Orang yang memberi, syaratnya orang yang memberi benda itu dan yang
berhak mentasyarrufkannya.
b. Orang yang diberi, syaratnya orang yang berhak memiliki.
c. Barang yang diberikan, syaratnya barang dapat dijual.
d. Ijab qabul.
Syarat hadiah
A) Orang yang memberikan harus sehat akalnya dan tidak dibawah perwalian
orang lain. B) Penerima adalah orang yang meminta-minta. C) Penerima
haruslah orang yang berhak memilikinya. D) Barang atau benda yang
diberikan harus ada guna dan manfaatnya.
Manfaat hadiah
Ternyata, memberi hadiah kepada seseorang memiliki banyak manfaat. Tidak
hanya sekadar memberikan kebahagiaan bagi orang lain, memberi hadiah juga
membawa seseorang memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi. ... Bahkan
memberi hadiah atau saling bertukar hadiah bisa memperlihatkan keintiman yang
jauh lebih baik.