Anda di halaman 1dari 9

AL-QARD}

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kapita Selekta Fatwa Kontemporer

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. H. A. Faishal Haq, M.Ag

Oleh:

Moch. Zulkarnain Muis


NIM. C96216028

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel


Fakultas Syariah dan Hukum
Jurusan Hukum Publik Islam
Program Studi Perbandingan Mazhab
Surabaya
2019
PEMBAHASAN

A. Definisi Qard}}
Qard}} secara bahasa artinya adalah memotong.1 Kata qard} sendiri ternyata
diadopsi menjadi credo (Romawi), credit (Inggris) dan kredit (Indonesia).2 Secara istilah
qard}} adalah akad pemilikan sesuatu untuk dikembalikan dengan yang sejenis atau
sepadan.3 Qard} memiliki definisi sendiri pada masa perbankan modern, yaitu akad
pinjaman dana kepada nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan
dana yang diterimanya pada waktu yang disepakati.4

Qard}} adalah akad yang memiliki tujuan untuk bertaqarrub kepada Allah
SWT karena memang akad ini bertujuan untuk menolong orang lain untuk memenuhi
kebutuhannya. Hal ini bisa dilihat dari pengembalian hutang dari akad ini orang yang
meminjam (Muqtarid}) tidak memiliki kewajiban untuk memberikan tambahan kepada
pemberi pinjaman (Muqrid}). Hikmah dari disyariatkannya qard} bisa dilihat bagaimana
pemberi hutang yang membantu peminjam hutang untuk memenuhi kebutuhannya.
Qard} bisa menumbuhkan jiwa yang selalu ingin menolong orang lain yang mengalami
kesulitan dan memberikan sifat hati yang halus kepada pemberi hutang.

B. Dasar Hukum Qard}}

Dasar hukum dari qard}} adalah:

‫ض‬
ُ ‫َّللاُ يَق ِب‬ َ ‫سنًا فَيُضا ِعفَهُ لَهُ أَضعافًا َك‬
َّ ‫ثيرة ً ۚ َو‬ ً ‫َّللاَ قَر‬
َ ‫ضا َح‬ َّ ‫ض‬ ُ ‫قر‬ِ ُ‫َمن ذَا الَّذي ي‬
ُ ‫س‬
َ‫ط َوإِلَي ِه تُر َجعون‬ ُ ‫َويَب‬
Artinya:

“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik
(menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran

1
Muhammad Yazid, Hukum Ekonomi Islam (Fiqh Muamalah), (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014), 70.
2
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 46.
3
Moh. Sholihuddin, Hukum Ekonomi dan Bisnis Islam II (Akad Tabarru’ dalam Hukum Islam), (Surabaya: UIN
Sunan Ampel Pers, 2014), 77.
4
Basaria Nainggolan, Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), 161.

1
kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan
(rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (QS. al-Baqarah [2]: 245)

ٌ َ ‫سنًا فَيُضا ِعفَهُ لَهُ َولَهُ أ‬


‫جر َكري ٌم‬ ً ‫َّللاَ قَر‬
َ ‫ضا َح‬ َّ ‫ض‬ ِ ُ‫َمن ذَا الَّذي ي‬
ُ ‫قر‬
Artinya:

“Barangsiapa meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, maka


Allah akan mengembalikannya berlipat ganda untuknya, dan baginya pahala yang mulia”
(QS. al-Hadid [57]: 11)

‫َكور َحلي ٌم‬ َّ ‫سنًا يُضا ِعفهُ لَ ُكم َويَغ ِفر لَ ُكم َو‬
ٌ ‫َّللاُ ش‬ ً ‫َّللاَ قَر‬
َ ‫ضا َح‬ َّ ‫ضوا‬ ِ ُ ‫ِإن ت‬
ُ ‫قر‬
Artinya:

“Jika kamu meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, niscaya
Dia melipatgandakan (balasan) untukmu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha
Mensyukuri, Maha Penyantun.”

‫ضا َم َّرتَي ِْن ِإ َّّل‬ َّ ‫َع ِن اب ِْن َم ْسعُو ٍد أ َ ّن النَّ ِب‬


ُ ‫ " َما ِم ْن ُم ْس ِل ٍم يُ ْق ِر‬:‫ي قَا َل‬
ً ‫ض ُم ْس ِل ًما قَ ْر‬
)‫صدَقَتِ َها َم َّرة ً (أخرجه ابن ماجه‬ َ ‫َكانَ َك‬
Artinya:

“Dari Ibnu Mas’ud bahwa nabi Saw. bersabda: Bukan seorang muslim
(mereka) yang meminjamkan muslim (lainnya) dua kali kecuali yang satunya adalah
(senilai) sedekah” (HR. Ibnu Majah)

:‫ي بِي َعلَى َباب‬ َ ‫ " َرأ َ ْيتُ لَ ْيلَةَ أ ُ ْس ِر‬: ِ‫َّللا‬
َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫ قَا َل‬، ٍ‫َع ْن أَن َِس ب ِْن َمالِك‬
‫ َيا ِج ْب ِري ُل َما‬: ُ‫ فَقُ ْلت‬،‫ض بِث َ َمانِ َيةَ َعش ََر‬
ُ ‫ َو ْالقَ ْر‬،‫صدَقَةُ بِ َع ْش ِر أ َ ْمثَا ِل َها‬
َّ ‫ْال َجنَّ ِة َم ْكتُوبًا ال‬
ُ ‫ َو ْال ُم ْست َ ْق ِر‬،ُ‫سائِ َل يَ ْسأ َ ُل َو ِع ْندَه‬
‫ض‬ َّ ‫ ِِل َ َّن ال‬:‫ قَا َل‬،" ‫صدَقَ ِة‬ َ ‫ض أ َ ْف‬
َّ ‫ض ُل ِمنَ ال‬ ِ ‫بَا ُل ْالقَ ْر‬
)‫ض إِ َّّل ِم ْن َحا َج ٍة" (أخرجه ابن ماجه‬ ُ ‫َّل يَ ْست َ ْق ِر‬
Artinya:

“Dari Anas bin Malik berkata bahwa Rasulullah bersabda: Aku melihat pada
waktu malam isra’ pada pintu langit tertulis: sedekah dibalas sepuluh kali lipat dan qard}
delapan belas kali. Aku bertanya “Wahai Jibril, kenapa qard} lebih utama dari sedekah?”
Ia menjawab: “karena peminta-minta meminta sesuatu dan dia punya, namun peminjam
tidak akan meminjam kecuali adanya kebutuhan” (HR. Ibnu Majah).

2
ِ ‫س َع ْن ُمؤْ ِم ٍن ُك ْربَةً ِم ْن ُك َر‬
‫ب‬ َ َّ‫ " َم ْن نَف‬: ِ‫َّللا‬ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫ قَا َل‬،َ ‫َع ْن أ َ ِبي ُه َري َْرة‬
َّ ‫س َر‬
ُ‫َّللا‬ َّ َ‫س َر َعلَى ُم ْعس ٍِر ي‬َّ َ‫ َو َم ْن ي‬،‫ب يَ ْو ِم ا ْل ِقيَا َم ِة‬
ِ ‫ع ْنهُ ُك ْربَةً ِم ْن ُك َر‬ َّ ‫س‬
َ ُ‫َّللا‬ َ َّ‫الدُّ ْنيَا نَف‬
َّ ‫ َو‬،‫َّللاُ ِفي الدُّ ْن َيا َو ْاْل ِخ َر ِة‬
‫َّللاُ ِفي‬ َّ ُ‫ست َ َره‬ َ ‫ َو َم ْن‬،‫َعلَ ْي ِه ِفي الدُّ ْن َيا َو ْاْل ِخ َر ِة‬
َ ‫ست َ َر ُم ْس ِل ًما‬
)‫َع ْو ِن ْال َع ْب ِد َما َكانَ ْال َع ْبدُ فِي َع ْو ِن أ َ ِخي ِه (أخرجه مسلم‬
Artinya:

“Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah Saw bersabda: barang siapa


melepaskan dari seorang muslim satu kesusahan dari kesusahan-kesusahan dunia, niscaya
Allah melepaskan dia dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. Barang siapa memberi
kelonggaran kepada seorang yang kesusahan, niscaya Allah akan memberikan
kelonggaran di dunia dan di akhirat, dan barang siapa menutupi (aib) seorang muslim,
niscaya Allah menutupi (aib)nya di dunia dan akhirat. Allah selamanya menolong hamba-
Nya selama hamba-Nya mau menolong saudaranya (HR. Muslim)

Ulama juga berijma’ bahwa qard} boleh dilakukan. Kesepakatan ulama ini
didasarkan pada sifat milik manusia yang tidak bisa hidup tanpa adanya bantuan dari
manusia lain. Tidak ada seseorang yang memiliki segalanya, maka pinjam-meminjam
adalah bagian dari kehidupan manusia dan Islam adalah agama yang memperhatikan apa
yang menjadi kebutuhan manusia.5

C. Rukun dan Syarat Qard}}

Qard}} memiliki rukun yang harus dipenuhi untuk keabsahan pelaksanaannya,


yaitu:

1. S}ighat
S}ighat yang dimaksud di sini adalah adanya i>jab dan qabu>l.6
I>jab adalah penjelasan dari pihak yang ingin mengadakan akad dan qabu>l
adalah ucapan yang keluar dari pihak lain yang berakad sebagai bentuk
persetujuan atas akad tersebut.

5
Moh. Sholihuddin, Hukum Ekonomi …, 80
6
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana, 2012), 335.

3
i>jab qabu>l juga dikenal dengan s}ighat al-aqdi, yaitu perkataan yang
menunjukan kehendak kedua belah pihak. Unsur yang harus dipenuhi oleh
sebuah i>jab qabu>l adalah:
a. Terang dalam penjelasannya.
b. Harus bersesuaian antara i>jab dan qabu>l.
c. Menunjukan kesungguhan dari kedua belah pihak untuk
melaksanakan transaksi tersebut7
Contoh dari i>jab adalah “aku menghutangimu”, “Bawa barang ini, tapi nanti
ganti dengan barang sejenis”, atau “Aku berikan ini padamu dengan syarat
kembalikan dengan mengembalikan gantinya”.

2. Para pihak yang melakukan akad Qard}} (Aqid)


Para pihak yang terdapat pada akad Qard}} memiliki syarat harus
ahliyyah dalam melaksanakan akad ini. Ahliyyah yang dimaksud di sini adalah
memiliki kecakapan dalam melakukan kegiatan muamalah berupa baligh dan
berakal. Tidak sah akad yang dilakukan oleh orang yang tidak memiliki
kecakapan dalam bertindak seperti orang gila. A>qid dalam qard} juga harus
mukhtar. Mukhtar artinya memiliki kebebasan memilih dan tidak dipaksa. 8

3. Barang yang dipinjamkan (ma’qud ‘alaih)


Barang yang bisa dijadikan objek dalam akad qard}} adalah segala
barang yang boleh dilakukan jual beli dan bisa dibatasi dengan karakteristik
tertentu. Hal ini dikarenakan peminjaman dalam qard} menuntut pengembalian
barangnya secara sepadan, maka jika barang tersebut tidak memiliki kriteria
tertentu atau ukuran tertentu, maka tidak mungkin untuk melunasi dari pihak
yang berhutang.

D. Perbedaan pendapat tentang Qard}}

Mazhab-mazhab fikih islam memiliki perbedaan pendapat mengenai beberapa


hal tentang qard}}. Beberapa perbedaan pendapat tersebut antara lain adalah:

7
Moh. Sholihuddin, Hukum Ekonomi…, 81
8
Muhammad Yazid, Ekonomi Islam, (Surabaya: Imtiyaz, 2017), 69.

4
1. Perbedaan Definisi
Ulama mazhab Ma>liki memiliki pendapat bahwa qard}} adalah
menyerahkan sesuatu yang bernilai harta kepada orang lain untuk mendapatkan
manfaatnya. Ulama mazhab H}anafi memiliki definisi bahwa qard}} adalah
harta yang diserahkan kepada orang lain untuk diganti dengan harta yang sama.
Ulama mazhab Sha>fi’i juga memiliki pendapat tentang definisi qard}} yaitu
menyerahkan sesuatu untuk dikembalikan lagi dengan sesuatu yang sama. Ulama
mazhab Hambali juga memiliki definisi tentang qard}}, yaitu menyerahkan harta
kepada seseorang untuk dimanfaatkan dan ia wajib mengembalikan dengan harta
serupa sebagai gantinya.9
2. Perbedaan Rukun
Jumhur memiliki pendapat bahwa rukun dari qard}} adalah a>qid,
ma’qu>d alaih, dan s}i>ghat. Ulama mazhab H}anafi pendapat berbeda
mengenai hal ini, mereka berpendapat bahwa rukun memiliki dari qard}} hanya
i>jab dan qabu>l.10
3. Perbedaan syarat dari ma’qu>d ‘alaih
Ma’qu>d ‘alaih dari qard}} memiliki perbedaan pendapat dalam
syaratnya. Jumhur ulama, yaitu mazhab Sha>fi’i, Ma>liki dan Hambali,
berpendapat bahwa ma’qu>d ‘alaih dari qard} boleh sama dengan objek akad
salam, baik dalam bentuk barang yang bisa ditakar dan ditimbang (mawzunat)
ataupun barang yang tidak ada persamaannya di pasaran (qimmiyyat). Ulama
mazhab H}anafi memiliki pendapat berbeda, mereka memberikan keabsahan
menggunakan ma>l mithli namun barang qimmiyat tidak boleh dibuat sebagai
objek qard} karena sulit untuk mengembalikan dengan barang yang setara.11

E. Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang al-Qardh

Dewan Syari’ah Nasional Memutuskan:

9
Moh. Sholihuddin, Hukum Ekonomi … 77.
10
Muhammad Yazid, Ekonomi Islam…, 69.
11
Achmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2010), 278.

5
Menetapkan: Fatwa tentang al-Qardh12

Pertama: Ketentuan Umum al-Qardh

1. Al-Qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah (muqtaridh) yang


memerlukan.
2. Nasabah al-Qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada
waktu yang telah disepakati bersama.
3. Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah.
4. LKS dapat meminta jaminan kepada nasabah bilamana dipandang perlu.
5. Nasabah al-Qardh dapat memberikan tambahan (sumbangan) dengan sukarela
kepada LKS selama tidak diperjanjikan dalam akad.
6. Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya
pada saat yang telah disepakati dan LKS telah memastikan
ketikdakmampuannya, LKS dapat:
a. Memperpanjang jangka waktu pengembalian, atau
b. Menghapus (write off) sebagian atau seluruh kewajibannya.

Kedua: Sanksi

1. Dalam hal nasabah tidak menunjukan keinginan mengembalikan sebagian atau


seluruh kewajibannya dan bukan karena ketidakmampuannya, LKS dapat
menjatuhkan sanksi kepada nasabah.
2. Sanksi yang dijatuhkan kepada nasabah sebagaimana dimaksud butir 1 dapat
berupa – dan tidak terbatas pada - penjualan barang jaminan.
3. Jika barang jaminan tidak mencukupi, nasabah tetap harus memenuhi
kewajibannya secara penuh.

Ketiga: Sumber Dana

Dana al-Qardh dapat bersumber dari:

a. Bagian modal LKS;


b. Keuntungan LKS yang disisihkan; dan

12
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor 19 Tahun 2001 tentang al-Qardh, 2.

6
c. Lembaga lain atau individu yang mempercayakan penyaluran infaqnya kepada
LKS.

Keempat:

1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi
perselisihan di antara para piha, maka penyelesaiannya dilakukan melalui
Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui
musyawarah.
2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian
hari ternhyat aterdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan
sebagaimana mestinya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: Rajawali Pers, 2013.

Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor 19 Tahun 2001 tentang al-Qardh

Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah. Jakarta: Kencana, 2012.

Muslich, Achmad Wardi. Fiqh Muamalat. Jakarta: Amzah, 2010.

Nainggolan, Basaria. Perbankan Syariah di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers, 2016.

Sholihuddin, Moh.. Hukum Ekonomi dan Bisnis Islam II (Akad Tabarru’ dalam Hukum
Islam). Surabaya: UIN Sunan Ampel Pers, 2014.

Yazid, Muhammad. Ekonomi Islam. Surabaya: Imtiyaz, 2017.

Yazid, Muhammad. Hukum Ekonomi Islam (Fiqh Muamalah). Surabaya: UIN Sunan Ampel
Press, 2014.

Anda mungkin juga menyukai