Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
Banyak diantara kita lebih bersemangat mempelajari dan mengkaji
masalah dunia, bahkan ahli dan pakar di dalamnya. Tiba giliran mempelajari
agama, dan mengkajinya, banyak diantara kita malas dan menjauh, sebab tak ada
keuntungan duniawinya. Bahkan terkadang menuduh orang yang belajar agama
sebagai orang kolot, dan terbelakang. Ini tentunya adalah cara pandang yang
keliru.
Setiap kegiatan ibadah umat Islam pasti melakukan membersihkan terlebih
dahulu mulai dari wudhu, tayamum, ataupun mandi. Dan tidak banyak umat islam
sendiri belum mengerti atapun sudah mengerti, tetapi dalam prakteknya menemui
sebuah masalah ataupun keraguan atas hal yang menimpanya. Disini kami ingin
membahas serta mengulas lagi tentang hal tersebut.
Wudhu merupakan sebuah sunnah (petunjuk) yang berhukum wajib,
ketika seseorang mau menegakkan sholat. Sunnah ini banyak dilalaikan oleh
kaum muslimin pada hari ini sehingga terkadang kita tersenyum heran saat
melihat ada sebagian diantara mereka yang berwudhu seperti anak-anak kecil, tak
karuan dan asal-asalan. Mereka mengira bahwa wudhu itu hanya sekedar
membasuh dan mengusap anggota badan dalam wudhu. Semua ini terjadi karena
kejahilan tentang agama, taqlid buta kepada orang, dan kurangnya semangat
dalam mempelajari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.
Begitu juga sama halnya mengenai seputar tayammum dan mandi janabah.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. MATAN HADITS
Hadits Pertama

ٍ ِ‫وعن َأيِب س ع‬
‫س‬
َ ‫ولَْي‬-
َ َ‫لص اَل ة‬
َّ َ‫ت ا‬ َ ‫ ( َخ َر َج َر ُجاَل ِن يِف َس َف ٍر فَ َح‬:‫ي رض ي اهلل عن ه قَ َال‬
ْ ‫ض َر‬ ِّ ‫يد اَخْلُ ْد ِر‬ َ ََْ

َ‫ض وء‬
ُ ‫َأح ُدمُهَا اَلصَّاَل ةَ َوالْ ُو‬
َ ‫َأع َاد‬
ِ
َ َ‫ص لَّيَا مُثَّ َو َج َدا اَلْ َم اءَ يِف اَلْ َوقْت ف‬ ً ِ‫ص ع‬
َ َ‫يدا طَيِّبً ا ف‬ َ ‫ َفَتيَ َّم َم ا‬-ٌ‫َم َع ُه َم ا َم اء‬
ِِ َ ‫َومَلْ يُعِ ِد اَآْل َخُر مُثَّ َأَتيَا َر ُس‬
‫ت‬
َ ‫َأص ْب‬ َ ‫ول اَللَّ ِه صلى اهلل عليه وسلم فَ َذ َكَرا ذَل‬
َ :‫ِك لَهُ َف َق َال للَّذي مَلْ يُعِ ْد‬
‫َّساِئ ّي‬ ِ ِ
َ ‫ َر َواهُ َأبُو َد ُاو َد و الن‬ ) ‫َأْلجُر َمَّر َتنْي‬
ْ َ‫ك ا‬َ َ‫ ل‬:‫ك َوقَ َال لآْل َخ ِر‬
َ ُ‫صاَل ت‬ َ ْ‫َأجَزَأت‬
َ ‫ك‬ ْ ‫لسنَّةَ َو‬
ُّ َ‫ا‬
Artinya : Daripada Abu Said al-Khudri (r.a), beliau berkata: “
Dua orang lelaki keluar (dari kota Madina) untuk mengadakan suatu
perjalanan. Maka tibalah waktu sholat, sedangkan keduanya tidak
membawa air, lalu mereka bertayam m um dengan debu yang suci,
kemudian me ngerjakan solat. Setelah itu mereka menemukan air dan
waktu sholat itu belum lagi berakhir. Maka salah seorang diantaranya
diulangi solatnya dengan berwudu, sedangkan yang seorang lagi tidak
mengulangi (sholatnya). Kemudian mereka datang menghadap Rasulullah
saw, lalu menceritakan apa yang mereka lakukan kepada baginda.
Mendengar itu, Nabi saw bersabda kepada orang yang tidak mengulangi
sholatnya: “ Engkaulah mengerjakan Sunnah dan sholatmu itu sudah
memadai.” Sedangkan kepada yang satu lagi baginda bersabda: “Engkau
memperoleh ganjaran pahala sebanyak dua kali. ” (Diriwayatkan oleh
Abu Dawud dan al-Nasa’i)1

Kata Mufradat

‫ت اَلصَّاَل َة‬
ْ ‫ضَر‬
َ ‫ فَ َح‬: Maka tibalah waktu sholat

1 Imam Ibnu Hajar al-Asqalany, Bulughul Maram, Tasikmalaya: Pustaka Al-Hidayah, 2008, hal.56

2
ً ِ‫صع‬
‫يدا طَيِّبًا‬ َ : Debu yang suci.

‫ومَلْ يُعِ ِد اَآْل َخُر‬ : Sedangkan yang seorang lagi tidak mengulangi wudlunya

dan tidak pula bersholat.

‫َّس‬
َ ‫ك و الن‬
َ ُ‫صاَل ت‬ َ ْ‫َأجَزَأت‬
َ ‫ك‬ ْ ‫َو‬ : Shalatmu sudah memadai dan tidak perlu lagi

mengqadha’nya lagi. Pengertian “memadai” merupakan


ungkapan yang menunjukkan bahawa perbuatan itu telah
menggugurkan kewajiban mengulangi ibadah.
ِ ‫َأْلجر َمَّر َتنْي‬
ُ ْ َ‫ك ا‬
َ َ‫ل‬ : Bagimu dua pahala, yaitu pahala sholat dengan bersuci

memakai tayammum dan pahala sholat dengan bersuci


menukai wudhu.
Hadits Kedua

‫ض َأ َي ْو َم اَجْلُ ُم َع ِة‬
َّ ‫ول اَللَّ ِه صلى اهلل عليه وسلم َم ْن َت َو‬
ُ ‫ قَ َال َر ُس‬:‫َو َع ْن مَسَُر َة رضي اهلل عنه قَ َال‬
ِِ ِ ِ
‫ي‬
ّ ‫ َر َواهُ اَخْلَ ْم َسةُ َو َح َّسنَهُ اَلتِّْرمذ‬ ‫ض ُل‬ ْ ‫فَبِ َها َون ْع َم‬
َ ْ‫ت َو َم ْن ا ْغتَ َس َل فَالْغُ ْس ُل َأف‬

Artinya : Daripada Samurah ibn Jundub (r.a), beliau berkata:


Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa berwudhu pada hari Jum’at,
maka wuduk sudah memadai dan itu baik, namun barang siapa yang
mandi, maka mandi lebih afdhal (daripada hanya sekadar berwudhu).”
(Diriwayatkan oleh al-Khamsah dan dinilai Hasan oleh al- Tirmidzi)2

Kata Mufradat

‫َم ْن َت َوضَّأ‬ : Barang siapa yang berwudhu

‫َي ْو َم اَجْلُ ُم َع ِة‬ : Pada hari Jum’at

2 Ibid, hal.63

3
‫فَبِ َها َونِ ْع َمت‬ : Maka wudhu sudah memadai dan itu baik

‫َو َم ْن اِ ْغتَ َس َل‬ : Namun barang siapa yang mandi

َ ْ‫فَالْغُ ْس ُل َأف‬
‫ض ُل‬ : Maka mandi lebih afdhal

B. MAKNA GLOBAL HADITS


Hadits Pertama
Cabang hukum yang memiliki banyak rincian serta beraneka ragam
jenis dan peristiwanya tidak mungkin disebutkan dengan secara terperinci
jelas oleh al- Qur’an dan Sunnah. Dalam menganalisis perkara seperti itu
diperlukan ijtihad dengan cara menyamakan suatu permasalahan yang
mempunyai kemiripan dengan yang lain dan menyesuaikan cabang kepada
pokoknya. Oleh itu, setiap sahabat melakukan ijtihad pada zaman Nabi
saw dan baginda mengakui perbuatan mereka dan menyetujuinya. Antara
contohnya ialah kisah dua orang lekaki yang sedang melakukan suatu
perjalanan lalu keduanya bertayammum dalam perjalanannya karena
persediaan air mereka tidak memadai untuk digunakan berwudlu.
Kemudian salah seorang di antara keduanya mengulangi solatnya,
sedangkan yang seorang lagi tidak, tetapi Nabi saw menyetujui perbuatan
kedua-dua orang sahabat itu. Baginda bersabda kepada orang yang
mengulangi solatnya: “Engkau mendapat ganjaran pahala dua kali ganda”
yakni pahala bersuci dengan debu dan bersuci dengan air. Dan kepada
yang seorang lagi, yaitu orang yang tidak mengulangi sholatnya, baginda
bersabda: “Sholatmu sudah memadai.” Dikatakan demikian karena dia
telah mengerjakan sesuai dengan apa yang diperintahkan kepadanya, ia itu
bertayammum.3

3 Alawi Abbas Al-Maliki, Hasan Sulaiman Al-Nuri, Ibanah Al-Ahkam, Kuala Lumpur: Al-
Hidayah, 2010, hal. 175

4
Hadits Kedua
Oleh karena hari Jum’at adalah hari raya di mana pada hari itu
kaum muslimin berkumpul di rumah-rumah Allah (masjid-masjid) untuk
mengerjakan solat Jumaat dan mendengarkan khutbah dan turut hadir
bersama para malaikat, maka syariat menganjurkan agar memakai
wewangian dan berpakaian paling baik serta tubuh yang bersih dengan
cara mandi. Ini disyariatkan bagi orang yang mampu melakukannya dan ia
lebih utama dan lebih sempurna baginya. Tetapi jika tidak mampu mandi,
maka baginya berwudhu dan orang yang mampu berwudhu pun sudah
dianggap mengikuti amalan Sunnah.4

C. PEMBAHASAN MATERI
1. Pengertian Wudlu
Wudhu menurut bahasa adalah kebersihan, sedangkan menurut
syariah adalah beribadah kepada Allah SWT, dengan membasuh empat
anggota badan dengan cara khusus. Oleh karena itu, orang yang
membasuh anggota tubuhnya untuk diajarkan kepada orang lain. Tidak
dianggap wudlu karena, menurut syariah, harus ada niat untuk ibadah
kepada Allah SWT.5
2. Fardhu Wudhu
Wudhu itu mempunyai Fardhu dan rukun, rukun dari mana
hakikatnya dapat tersusun dan seandainya salah satu diantaranya
ketinggalan, tiadalah wudhu itu terwujud dan tidak dipandang sah menurut
agama.
Perinciannya adalah sebagai berikut :
a. Niat, maksudnya ialah kemauan tertuju terhadap perbuatan,, demi
mengharapkan keridhoan Allah dan mematuhi peraturannya.
b. Membasuh muka.
c. Mencuci kedua tangan hingga siku.

4 Ibid, 155
5 Adil Sa’adi, Abdurrahim, Fiqhun nisa’_Thaharoh sholat, Jakarta Selatan: PT Mizan Publika,
2008, hal, 26

5
d. Mengusap kepala.
e. Mencuci kedua kaki hingga mata kaki.
f. Tertib6
3. Tata Cara Wudhu
Cara Wudhu :
a. Membaca basmalah
b. Membasuh tangan
c. Niat wudhu
d. Berkumur dan membersihkan gigi (3x)
e. Membasuh seluruh muka wajah sampai rata (sela-sela janggut bila
ada) (3x)
f. Membasuh tangan hingga siku merata (3x yang kanan dulu)
g. Membasuh rambut bagian depan sampai rata (3x)
h. Membasuh daun telinga (kuping) hingga merata (3x sebalah kanan
dulu)
i. Membasuh kaki hingga mata kaki sampai rata (3x kanan dahulu)
j. Membaca do’a setelah wudhu.7
4. Hal-hal Yang Membatalkan Wudhu
Ada berapa hal yang menyebabkan batalnya wudhu dan
menghalanginya untuk mencapai faedah yang dimaksud. Sebagai berikut :
a. Sesuatu yang keluar dari salah satu kedua jalan baik depan maupun
belakang (Qubul / Dubur). Termasuk didalamnya :
 Kencing
 Buang air besar
 Angin dubur yakni kentut
 Mani
 Madzi
 Wadi

6 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 1, Bandung: PT Al-Ma’arif, 1993, hal.89


7 Ibid, hal. 90

6
b. Tidur nyenyak hingga tiada kesadaran lagi, tanpa tetapnya pinggul
diatas lantai.
c. Hilang akal, baik karena gila, pingsan, mabuk, kesurupan, ayan, dll.
d. Menyentuh kemaluan tanpa ada batas dengan lawan jenis ataupun
tidak8
5. Pengertian Tayammum
Menurut bahasa, tayammum berarti menuju ke debu. Sedangkan
menurut pengertian syari’at, tayammum ialah mengusap debu ke wajah
dan kedua tangan dengan niat untuk mendirikan sholat atau lainnya.
6. Syarat Tayammum.
a. Telah masuk waktu sholat
b. Memakai tanah berdebu yang bersih dari najis dan kotoran (harus suci)
c. Memenuhi alasan atau sebab melakukan tayammum
d. Sudah berupaya / berusaha mencari air namun tidak ketemu
e. Tidak haid maupun nifas bagi wanita(perempuan)
f. Menghilangkan najis yang melekat pada tubuh
7. Tata Cara Tayammum:
a. Membaca basmalah
b. Renggangkan jari-jari, tempelkan kedebu, tekan-tekan hingga debu
melekat.
c. Angkat kedua tangan lalu tiup telapak tangan untuk menipiskan debu
yang menempel, tetapi tiup kearah berlainan dari sumber debu tadi
d. Niat tayammum :Nawaytuttayammuma Listiba Hatishalaati
Fardhollilahi ta’ala (saya niat tayammum untuk diperbolehkan
melakukan sholat karena Allah ta’ala)
e. Mengusap telapak tangan kemuka secara merata
f. Bersihkan debu yang tersisa ditelapak tangan
g. Ambil debu lagi dengan merenggangkan jari-jari, tempelkan kedebu,
tekan-tekan hingga debu melekat
h. Angkat kedua tangan lalu tiup kearah berlainan dari sumber debu tadi

8 Ibid, hal. 112

7
i. Mengusap debu ke tangan kanan lalu ke tangan kiri9
8. Rukun Tayammum.
a. Niat tayammum
b. Menyapu muka dengan debu atau tanah
c. Menyapu kedua tangan dengan debu / tanah hingga ke siku
d. Mentertibkan rukun-rukun10
9. Sebab-Sebab Diperbolehkan Tayammum
Diperbolehkan tayammum untuk orang yang berhadast kecil
maupun hadast besar, baik dalam waktu mukim ataupun perjalanan. Jika
ditemui salah satu sebab-sebab berikut :
a. Diperbolehkannya tayammum adalah sebagai ganti wudhu jika
seseorang tidak memperoleh air, atau ada tetapi tidak cukup untuk
bersuci.
b. Sakit yang tidak diperbolehkan terkena air menurut dokter / ahli
kesehatan.
c. Jika air sangat dingin dan ada dugaan kuat akan datang bahaya sebab
penggunaannya dengan syarat memanaskan air tersebut, walau dengan
cara diupahkan.
d. Jika air ada didekat seseorang tetapi ia khawatir terhadap keselamatan
diri, kehormatan dan harta atau khawatir akan kehilangan kawan, atau
air terhalang oleh mungsuh yang ditakutinya.
e. Mempunyai air cukup untuk wudhu / mandi besar namun sangat
dibutuhkan untuk memberi minum manusia atau hewan yang dianggap
mulia oleh syariat Islam (haram bila dibunuh)
f. Jika seorang sanggup memakai air, tetapi ia akan habis waktu sholat
bila memakainya untuk berwudhu atau mandi. Maka hendaklah ia
bertayammum dengan mengerjakan sholat, serta tida wajib ia
mengulangnya kembali.11

10. Pengertian Mandi Wajib


9 Ibid, hal. 117
10 Sayyid Sabiq, Op. Cit, hal: 40
11 Sayyid sabiq, Abdullah dkk, Fikih Sunah jilid 1, Jakarta: Mulyaco, 1984, hal.128-130

8
Mandi adalah meratakan atau mengalirkan air keseluruh tubuh.
Sedangkan mandi besar / junub /wajib adalah mandi dengan menggunakan
air suci dan bersih (air mutlak) yang mensucikan dengan mengalirkan air
tersebut keseluruh tubuh mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Tujuan mandi wajib adalah untuk menghilangkan hadast besar yang harus
dihilangkan sebelum melakukan ibadah sholat.
11. Hal-Hal Yang Mewajibkan Mandi Wajib.
Mandi itu diwajibkan atas 5 perkara :
a. Keluar air mani disertai syahwat, baik diwaktu tidur maupun bangun, dari
laki-laki atau wanita.
b. Hubungan kelamin, yaitu memasukan alat kelamin pria ke dalam alat
kelamin wanita, walau tidak sampai keluar air mani.
c. Terhentinya haid dan nifas.
d. Mati, bila seorang menemui ajal wajiblah memandikannya berdasarkan
ijma’.
e. Orang kafir bila masuk Islam.12
12. Sedangkan Syarat-Syarat Mandi Besar Yaitu
Antara lain :
a. Beragama Islam
b. Sudah tamyiz
c. Bersih dari haid dan nifas
d. Bersih dari sesuatu yang menghalangi sampainya air pada seluruh anggota
tubuh seperti cat, lilin dan sebagainya
e. Pada anggota tubuh harus tidak ada sesuatu yang bisa merubah sifat air
untuk mandi seperti minyak wangi dan lainnya
f. Harus mengerti bahwa mandi besar hukumnya fardhu (wajib)
g. Salah satu dari rukun-rukun mandi tidak boleh di I’tikadkan sunah
h. Air yang digunakan harus suci dan mensucikan

13. Tata Cara Mandi Wajib

12 Sayyid Sabiq, Op.Cit ,hal.144-151

9
Hal-hal yang perlu diperhatikan selama mandi karena wajib untuk
dilakukan :
a. Membaca Niat“Nawaitul ghusla lirof’il hadatsil fardlol ilaahita’ala”
b. Membilas / membasuh seluruh badan dengan air (air mutlak yang
menyucikan) dari ujung kaki ke ujung rampbut secara merata.
c. Hilangkan najis bila ada
14. Sunah-Sunah Mandi Wajib
Disunahkan bagi yang mandi memperhatikan perbuatan rosulullah SAW
ketika mandi itu, hingga ia mengerjakan sebagai berikut :
a. Mulai dari mencuci kedua tangan hingga dua kali
b. Kemudian membasuh kemaluan
c. Lalu berwudhu secara sempurna seperti halnya wudhu buat sholat. Dan ia
boleh menangguhkan membasuh kedua kaki sampai selesai mandi, bila ia
mandi itu pasutembaga dll.
d. Kemudian menuangkan air ke atas kepala sebanyak tiga kali sambil
menyela-nyela rambut agar air sampai membasahi urat-uratnya.
e. Lalu mengalirkan air keseluruh badan memulai sebelah kanan lalu sebelah
kiri tanpa mengabaikan dua ketiak, bagian dalam telinga, pusar dan jari-
jari kaki serta mengasah anggota tubuh yang dapat digosok

Dimensi Fiqh
Hadits Pertama
a. Menyegerakan sholat dengan mengerjakannya pada awal waktu.
b. Disyariatkan bertayammum ketika tidak ada air.
c. Boleh berijtihad pada zaman Nabi saw ketika tidak berada di hadapan
baginda.
d. Setiap perkara penting hendaklah dirujuk kepada pemimpin.
e. Orang yang ditanya dituntut untuk menjawab soalan si penanya dengan
jawaban yang memuaskannya.

10
f. Orang yang telah bersolat dengan tayammum, lalu dia menemukan air
sesudah dia mengerjakan solat tidak wajib mengulangi solatnya, meskipun
waktu solat itu masih belum berakhir.
g. Tayammum menjadi batal dengan adanya air sebelum mengerjakan solat.
Jika air ditemukan sesudah masuk dalam solat, maka seseorang tidak
boleh membatalkannya
Pemakalah berpendapat hendaknya kita tidak menunda-nunda
untuk melaksanakan sholat. Tentunya dengan berwudhu terlebih dahulu
atau bertayammum jika tidak ada air.
Hadits Kedua
Keutamaan mandi pada hari Jum’at. Hadis ini memansukh hukum
wajib yang terkandung pada hadis sebelum ini. Inilah rahasia
menyebutkan hadist ini sesudahnya
Pemakalah berpendapat hendaknya sebelum melaksanakan sholat
Jum’at selain berwudhu alangkah baiknya mandi terlebih dahulu dan
memakai wangi-wangian.

11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam melaksanakan ibadah hendaknya kita harus dalam keadaan
suci, baik dari hadast maupun najis. Dalam syariat islam telah dianjurkan
ketika akan melaksanakan ibadah terlebih dahulu harus berwudhu atau
tayammum (jika tidak ada air). Dan apabila berhadast besar, maka
diwajibkan untuk mandi besar sebelum melaksanakan ibadah.
Wudhu menurut bahasa adalah kebersihan, sedangkan menurut
syariah adalah beribadah kepada Allah SWT, dengan membasuh empat
anggota badan dengan cara khusus.
Menurut bahasa, tayammum berarti menuju ke debu. Sedangkan
menurut pengertian syari’at, tayammum ialah mengusap debu ke wajah
dan kedua tangan dengan niat untuk mendirikan sholat atau lainnya.
Mandi adalah meratakan atau mengalirkan air keseluruh tubuh.
Sedangkan mandi besar / junub /wajib adalah mandi dengan menggunakan
air suci dan bersih (air mutlak) yang mensucikan dengan mengalirkan air
tersebut keseluruh tubuh mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Tujuan mandi wajib adalah untuk menghilangkan hadast besar yang harus
dihilangkan sebelum melakukan ibadah sholat.

12
DAFTAR PUSTAKA

Adil sa’adi, Abdurrahim, Fiqhun nisa’_Thaharoh sholat, Jakarta Selatan: PT


Mizan Publika, 2008.
Alawi Abbas Al-Maliki, Hasan Sulaiman Al-Nuri, Ibanah Al-Ahkam, Kuala
Lumpur: Al-Hidayah,2010.
Imam Ibnu Hajar al-Asqalany, Bulughul Maram, Tasikmalaya: Pustaka Al-
Hidayah, 2008.
Muhamad Dainuri, Kajian Kitab Kuning Terhadap Ajaran Islam, Magelang: Sinar
Jaya Offset, 1996.
Sayyid Sabiq, Abdullah dkk, Fikih Sunah jilid 1, Jakarta: Mulyaco, 1984.
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 1, Bandung: PT Al-Ma’arif, 1993.

13

Anda mungkin juga menyukai