Anda di halaman 1dari 24

TAUHID RUBUBIYAH, ULUHIYAH, MULKIYAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Ilmu Tauhid dan Ilmu Akhlak Yang Dibimbing

Oleh:

Dosen: Dr. H. Dadan Nurulhaq , M. Ag

DisusunOleh:
Amelia Sopianti (1232070053)
Bahrun Rizal Al mubarok (1232070065)
Lulu Aulia Nopianti (1232070055)

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA/I/C


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG
2023/1445 H

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Tauhid
Rububiyah,Uluhiyah dan mulkiyah tidak lupa kamipun berterima kasih pada
Bapak Dr. H. Dadan Nurulhaq , M. Ag. selaku Dosen mata kuliah Ilmu Tauhid dan Ilmu Akhlak
yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai manfaat Ilmu Tauhid dan Ilmu Akhlak.Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan
makalah ini di waktu yang akan datang.Wassalamualaikum Wr. Wb

Bandung, 15 September 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu tauhid merupakan hal yang paling urgen dalam agama Islam, dimana tauhid
mengambil peranan penting dalam membentuk pribadi-pribadi yang tangguh, selain itu juga
sebagai inti atau akar daripada 'Aqidah Islamiyah Keimanan itu merupakan akidah dan pokok
yang di atasnya berdiri syari'at Islam. Kemudian dari pokok itu keluarlah cabang-cabangnya.

Tauhid ialah mengesakan Allah dan mengakui keberadaan-Nya serta kuat


kepercayaannya bahwa Allah itu hanya satu tidak ada yang lain. Tidak ada sekutu bagi- Nya,
yang bisa menandingi bahkan mengalahkan-Nya.

Manusia berdasarkan fitrah dan akal sehat pasti mengakui bahwasanya Allah itu Maha
Esa. Seorang muslim wajib mengimani akan keesaaan Allah ta'ala dan bahwasannya tidak ada
Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah ta'ala, adapun kalimat tauhid itu sendiri yang
dimaksud ialah La ilaha illah yang berarti tidak ada yang berhak disembah selain Allah.

Di tengah umat Islam sendiri terjadi kontroversi tentang macam-macam tauhid.


Sebagian besar orang hanya mengetahui bahwa ilmu tauhid terbagi menjadi 3 macam yaitu
Tauhid Rububiyah, Uluhiyah, dan Mulkiyah.
A. Kompetensi yang diharapkan

1.
Mampu mengidentifikasi potensi diri untuk dapat menentukan dan

merencanakan suatu usaha.

2.
Mengetahui kelebihan dan kekurangan diri sendiri.

3.
Mampu menjadikan cerminan untuk diri sendiri

B. Uraian Materi
A.) TAUHID RUBUBIYAH

1.) Pengertian

Tauhid rububiyah, rububiyah adalah kata yang dinisbatkan kepada salah satu nama Allah,
yaitu Rabb". Nama ini mempunyai beberapa arti, antara lain: AlMurabbi (pemelihara)al-Nashir
(penolong), al-Malik (pemilik), alMushlih (yang memperbaiki), al-Sayyid (tuan). Dalam
terminologi syari" at Islam, istilah tauhid rububiyyah berarti percaya bahwa hanya Allah satu-
satunya pencipta, pemilik, pengendali alam raya yang dengan takdirnya-Nya la menghidupkan
dan mematikan serta mengendalikan alam dengan sunnah-sunnah-Nya".Dalam pengertian ini
istilah tauhid rububiyah belum terlepas dari akar makna bahasanya.Sebab Allah adalah
pemelihara makhluk, para rasul dan wali-wali-Nyadengan segala spesifikasi yang telah
diberikannya kepada mereka.

2.)Dalil Al-Qur’an dan Hadits Nabi

Salah satu Surat dalam Alquran yang menjabarkan tentang tauhid Rububiyah ini adalah
Surat Al Baqarah ayat 284.

“Dia mengampuni siapa saja yang Dia kehendaki, Dia mengazab siapa yang dikehendakiNya.
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

a.) Dalil Al-Qur’an

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫ض ۗ َواِ ْن تُ ْب ُدوْ ا َما فِ ۤ ْي اَ ْنفُ ِس ُك ْم اَوْ تُ ْخفُوْ هُ يُ َحا ِس ْب ُك ْم بِ ِه هّٰللا ُ ۗ فَيَـ ْغفِ ُر لِ َم ْن يَّ َشٓا ُء َويُ َع ِّذبُ َم ْن‬
ِ ْ‫ت َو َما فِى ااْل َ ر‬
ِ ‫ِ َما فِى السَّمٰ ٰو‬
‫هّٰلِل‬

‫يَّ َشٓا ُء ۗ َوا هّٰلل ُ ع َٰلى ُكلِّ َش ْي ٍء قَ ِد ْي ٌر‬

"Milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Jika kamu nyatakan apa yang
ada di dalam hatimu atau kamu sembunyikan, niscaya Allah memperhitungkannya (tentang
perbuatan itu) bagimu. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan mengazab siapa yang Dia
kehendaki. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."

(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 284)


surat Al Ikhlas ayat 1-4. Dalam surat Al Ikhlas tersebut mengatakan bahwa Allah merupakan
Dzat yang tidak bergantung pada apapun atau berdiri sendiri, adalah Dzat yang Esa, maksudnya
tidak beranak dan juga tidak diperanakkan. Allah juga merupakan Dzat yang tidak memiliki
tandingan atau bahkan menyetarakan Allah dalam segi apapun.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫قُلْ ه َُو هّٰللا ُ اَ َح ٌد‬

qul huwallohu ahad

"Katakanlah (Muhammad), Dialah Allah, Yang Maha Esa."

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

َّ ‫هّٰللَا ُ ال‬
‫ص َم ُد‬

allohush-shomad

"Allah tempat meminta segala sesuatu."

‫لَ ْم يَلِ ْد ۙ َولَ ْم يُوْ لَ ْد‬

lam yalid wa lam yuulad

"(Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan."

‫َولَ ْم يَ ُك ْن لَّهٗ ُكفُ ًوا اَ َح ٌد‬

wa lam yakul lahuu kufuwan ahad

"Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia."

surat Al Ankabut ayat 61 juga membahas bahwa Allah merupakan Dzat yang menciptakan bumi,
langit dan juga mengatur jalannya matahari dan bulan yang terbit dan tenggelam sesuai dengan
waktu dan juga tempatnya. Hal ini menunjukkan bahwa tak ada Dzat yang dapat melakukan
semua hal ini selain Allah.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

َ‫س َوا ْلقَ َم َر لَيَقُوْ لُ َّن هّٰللا ُ ۚ فَا َ ٰنّى يُْؤ فَ ُكوْ ن‬ َ ْ‫ت َوا اْل َ ر‬
َ ‫ض َو َس َّخ َر ال َّش ْم‬ َ َ‫َولَِئ ْن َسا َ ْلتَهُ ْم َّم ْن َخل‬
ِ ‫ق السَّمٰ ٰو‬
"Dan jika engkau bertanya kepada mereka, Siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan
menundukkan matahari dan bulan? Pasti mereka akan menjawab, Allah. Maka mengapa mereka
bisa dipalingkan (dari kebenaran)."

b.) Hadits Nabi

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

‫ص َرانِ ِه َأوْ يُ َمجِّ َسانِ ِه‬ ْ ِ‫َما ِم ْن َموْ لُو ٍد ِإاَّل يُولَ ُد َعلَى ْالف‬
ِّ َ‫ط َر ِة فََأبَ َواهُ يُهَ ِّودَانِ ِه َأوْ يُن‬

“Tidaklah setiap anak kecuali dia dilahirkan di atas fitrah, maka bapak ibunyalah yang
menjadikan dia Yahudi, atau menjadikan dia Nasrani, atau menjadikan dia Majusi.” (HR.
Bukhari no. 1358 dan Muslim no. 2658).

3.) Konsep Tauhid Rububiyah

Allah ialah Tuhan pengatur segala sesuatu, Dia pemiliknya, Dia pencipta aturannya dan pemberi
rezekinya. Sesungguhnya Dia yang menghidupkan, yang mematikan, yang memberi manfaat,
yang mendatangkan hukum mudarat dan Dia menerima doa terutama dalam kesukaran.

4.) Contoh Tauhid Rububiyah Dalam Realita

Contohnya seperti menciptakan makhluk, menghidupkan makhluk, mematikan makhluk,


memberi serta membagi rizki kepada seluruh makhluk, mengubah takdir, atau mendatangkan
manfaat dan pertolongan kepada makhluk bahkan menolak dan mendatangkan segala mudharat
atau kerusakan.

B. TAUHID AL-ULUHIYAH (‫)توحيد األلوهية‬

1.) Pengertian
Tauhid uluhiyyah dapat didefinisikan sebagai pengesaan Allah dalam seluruh jenis
ibadah, hanya ditujukan untuk Allah. Kata “ulūhiyyah” (‫ )األلوهية‬bermakna “ibadah”,
sementara kata asal pembentuknya adalah dari “al-ilah” (‫ )اإلله‬yang berarti “yang disembah”.
Maka dari itu, tauhid ini disebut dengan tauhid ibadah (‫)توحيد ال ِعبادة‬.
Tauhid Uluhiyyah dikatakan juga Tauhiidul ‘Ibaadah yang berarti mentauhidkan Allah
Subhanahu wa Ta’ala melalui segala pekerjaan hamba, yang dengan cara itu mereka dapat
mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, apabila hal itu disyari’atkan oleh-Nya,
seperti berdo’a, khauf (takut), raja’ (harap), mahabbah (cinta), dzabh (penyembelihan),
bernadzar, isti’anah (meminta pertolongan), istighatsah (minta pertolongan di saat sulit),
isti’adzah (meminta perlindungan), dan segala apa yang disyari’atkan dan diperintahkan Allah
Azza wa Jalla dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Semua ibadah ini dan
lainnya harus dilakukan hanya kepada Allah semata dan ikhlas karena-Nya, dan ibadah tersebut
tidak boleh dipalingkan kepada selain Allah.
Secara istilah dan bahasa, Tauhid Uluhiyah ini jelas saja merupakan 2 kata yang berbeda dengan
definisi yang berbeda pula. Kata “Tauhid” secara bahasa berarti ‘menjadikan sesuatu satu saja’.
Sementara secara istilah berarti ‘satu-satunya sesembahan yang benar dengan segala
kekhususannya.”

2.) Dalil Al-Qur’an dan Hadist Nabi


Dalil-dalil terkait dengan tauhid uluhiyyah, di antaranya:
a.) Ayat Al-Qur’an

ِ ‫اح ٌد ۖ اَل ِإ ٰلَهَ ِإاَّل ه َُو الرَّحْ ٰ َمنُ الر‬


‫َّحي ُم‬ ِ ‫َوِإ ٰلَهُ ُك ْم ِإ ٰلَهٌ َو‬

“Dan Rabb-mu adalah Allah Yang Maha Esa, tidak ada sesembahan yang diibadahi
dengan benar melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” [Al-Baqarah/2: 163]

Syaikh al-‘Allamah ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah (wafat tahun. 1376
H) berkata: “Bahwasanya Allah itu tunggal Dzat-Nya, Nama-Nama, Sifat-Sifat, dan perbuatan-
Nya. Tidak ada sekutu bagi-Nya, baik dalam Dzat-Nya, Nama-Nama, maupun Sifat-Sifat-Nya.
Tidak ada yang sama dengan-Nya, tidak ada yang sebanding, tidak ada yang setara, dan tidak ada
sekutu bagi-Nya. Tidak ada yang mencipta dan mengatur alam semesta ini kecuali hanya Allah.
Apabila demikian, maka Dia adalah satu-satunya yang berhak untuk diibadahi. Dia (Allah) tidak
boleh disekutu-kan dengan seorang pun dari makhluk-Nya.[3]
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫ْط ۚ اَل ِإ ٰلَهَ ِإاَّل ه َُو ْال َع ِزي ُز ْال َح ِكي ُم‬
ِ ‫َش ِه َد هَّللا ُ َأنَّهُ اَل ِإ ٰلَهَ ِإاَّل هُ َو َو ْال َماَل ِئ َكةُ َوُأولُو ْال ِع ْل ِم قَاِئ ًما بِ ْالقِس‬

“Allah menyatakan bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar
selain Dia, Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga
menyatakan demikian). Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar selain-Nya,
Yang Maha Perkasa lagi Mahabijak-sana.” [Ali ‘Imran/3: 18]

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman mengenai Lata, ‘Uzza dan Manat yang disebut
sebagai tuhan oleh kaum Musyrikin:

ٍ َ‫ِإ ْن ِه َي ِإاَّل َأ ْس َما ٌء َس َّم ْيتُ ُموهَا َأ ْنتُ ْم َوآبَاُؤ ُك ْم َما َأ ْنزَ َل هَّللا ُ بِهَا ِم ْن س ُْلط‬
‫ان‬

“Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapakmu mengada-
adakannya, Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun untuk (menyembah)nya…” [An-
Najm/53: 23]

Setiap sesuatu yang disembah selain Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah bathil, dalilnya
adalah firman Allah Azza wa Jalla:

‫ق َوَأ َّن َما يَ ْد ُعونَ ِم ْن دُونِ ِه ه َُو ْالبَا ِط ُل َوَأ َّن هَّللا َ هُ َو ْال َعلِ ُّي ْال َكبِي ُر‬ َ ِ‫ٰ َذل‬
ُّ ‫ك بَِأ َّن هَّللا َ ه َُو ْال َح‬

“(Kuasa Allah) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Haq
dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang bathil, dan
sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar.” [Al-Hajj/22: 62]

Allah Azza wa Jalla juga berfirman tentang Nabi Yusuf Alaihissallam, yang berkata
kepada kedua temannya di penjara:

‫احبَ ِي السِّجْ ِن َأَأرْ بَابٌ ُمتَفَ ِّرقُونَ خَ ْي ٌر َأ ِم هَّللا ُ ْال َوا ِح ُد ْالقَهَّا ُر َما تَ ْعبُ ُدونَ ِم ْن دُونِ ِه ِإاَّل َأ ْسـ َما ًء َسـ َّم ْيتُ ُموهَا َأ ْنتُ ْم َوآبَــاُؤ ُك ْم َمــا‬
ِ ‫ص‬َ ‫يَا‬
ٍ َ‫َأ ْنزَ َل هَّللا ُ بِهَا ِم ْن س ُْلط‬
‫ان‬

“Hai kedua temanku dalam penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-
macam itu ataukah Allah Yang Mahaesa lagi Maha perkasa? Kamu tidak menyembah selain
Allah, kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-
buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang nama-nama itu…” [Yusuf/12:
39-40]
Diriwayatkan dari Ibnu
Abbas: “Rasulullah bersabda
kepada
Mu’adz bin Jabal letika
mengutusnya ke Yaman:
Engkau akan datang
kepada suatu kaum yang mana
mereka adalah ahli kitab. Jika
engkau
dating kepada mereka, serulah
mereka agar bersaksi bahwa
tiada Tuhan
yang patut diibadahi kecuali
Allah dan Muhammad adalah
Rasul Allah”
(HR. Bukhari, no. 1458,
shahih).
Abu Hurairah berkata:
“Seorang laki-laki datang
kepada Nabi
SAW dalam suatu peperangan,
lantas dia bertanya: ‘Ya
Rasulullah, saya
berperang (jihad) dulu atau
masuk Islam dulu?’ Beliau
menjawab:
‘Masuk Islamlah dulu,
kemudian berperang’” (HR.
Bukhari, sanadnya
shahih).
Ibnu Taimiyah berkata ketika
mengkomentari hadist nomor
dua di
atas: “Apabila seseorang
beriman kepada Rasul dengan
keimanan yang
pasti, dan dia mati sebelum
masuk waktu shalat atasu
sebelum wajibnya
suatau amal apapun, maka dia
mati dengan sempurna iman
yang wajib
atasnya” (Majmu Fatawa,
11/519). Artinya jika ada
seseorang yang pada
mulanya kafir lalu ia
mentauhidkan Allah dengan
meyakini sebenar-
benarnya lalu ia mati sebelum
datang waktu shalat yang
fardhu, orang itu
dihukumi sebagai muslim
dan mati dalam keadaan
Islam. Inilah nilai
penting Tauhid Uluhiyyah
Diriwayatkan dari Ibnu
Abbas: “Rasulullah bersabda
kepada
Mu’adz bin Jabal letika
mengutusnya ke Yaman:
Engkau akan datang
kepada suatu kaum yang mana
mereka adalah ahli kitab. Jika
engkau
dating kepada mereka, serulah
mereka agar bersaksi bahwa
tiada Tuhan
yang patut diibadahi kecuali
Allah dan Muhammad adalah
Rasul Allah”
(HR. Bukhari, no. 1458,
shahih).
Abu Hurairah berkata:
“Seorang laki-laki datang
kepada Nabi
SAW dalam suatu peperangan,
lantas dia bertanya: ‘Ya
Rasulullah, saya
berperang (jihad) dulu atau
masuk Islam dulu?’ Beliau
menjawab:
‘Masuk Islamlah dulu,
kemudian berperang’” (HR.
Bukhari, sanadnya
shahih).
Ibnu Taimiyah berkata ketika
mengkomentari hadist nomor
dua di
atas: “Apabila seseorang
beriman kepada Rasul dengan
keimanan yang
pasti, dan dia mati sebelum
masuk waktu shalat atasu
sebelum wajibnya
suatau amal apapun, maka dia
mati dengan sempurna iman
yang wajib
atasnya” (Majmu Fatawa,
11/519). Artinya jika ada
seseorang yang pada
mulanya kafir lalu ia
mentauhidkan Allah dengan
meyakini sebenar-
benarnya lalu ia mati sebelum
datang waktu shalat yang
fardhu, orang itu
dihukumi sebagai muslim
dan mati dalam keadaan
Islam. Inilah nilai
penting Tauhid Uluhiyyah
b.) Hadits Nabi

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas: “Rasulullah bersabda kepada Mu’adz bin Jabal letika
mengutusnya ke Yaman: Engkau akan datang kepada suatu kaum yang mana mereka adalah
ahli kitab. Jika engkau datang kepada mereka, serulah mereka agar bersaksi bahwa tiada Tuhan
yang patut diibadahi kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah”(HR. Bukhari, no. 1458,
shahih).

Abu Hurairah berkata: “Seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW dalam suatu
peperangan, lantas dia bertanya: ‘Ya Rasulullah, saya berperan (jihad) dulu atau masuk
Islamdulu?’ Beliau menjawab: ‘Masuk Islamlah dulu, kemudian berperang’ (HR. Bukhari,
sanadnya shahih).

Ibnu Taimiyah berkata ketika mengkomentari hadist nomor dua diatas: “Apabila
seseorang beriman kepada Rasul dengan keimanan yangpasti, dan dia mati sebelum masuk
waktu shalat atasu sebelum wajibnyasuatau amal apapun, maka dia mati dengan sempurna iman
yang wajibatasnya” (Majmu Fatawa, 11/519). Artinya jika ada seseorang yang padamulanya
kafir lalu ia mentauhidkan Allah dengan meyakini sebenar-benarnya lalu ia mati sebelum datang
waktu shalat yang fardhu, orang itu dihukumi sebagai muslim dan mati dalam keadaan Islam.
Inilah nilai penting Tauhid Uluhiyyah.

3.) Konsep Tauhid Uluhiyah

Dalam istilah sederhana, tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah SWT dalam
mengerjakan ibadah, seperti berdoa, berkurban, berserah diri, dan berharap, seperti dikutip dari
buku Quran Hadits karya Muhaemin.
Adapun, menurut Latief Mahmud dan Karimullah dalam buku Ilmu Tauhid, tauhid uluhiyah
adalah percaya atau meyakini sepenuhnya bahwa Allah-lah yang berhak menerima semua
peribadatan makhluk dan hanya Allah saja yang berhak disembah.

"Seorang muslim dalam hatinya tertanam tauhid uluhiyah maka segala tindakan, doa, pujian,
harapan, dan perbuatannya semata-mata pengabdian kepada Allah SWT. Hanya Allah saja yang
dituju untuk disembah," jelas keduanya dalam buku tersebut.

Dijelaskan lebih lanjut, tauhid uluhiyah sering diidentikkan dengan tauhid ubudiyah. Sebab,
pengabdian seorang hamba hanya ditujukan kepada Allah SWT semata. Kata uluhiyah di sini
dinisbatkan kepada Allah, sedangkan kata ubudiyah dinisbatkan kepada pengabdian atau
penyembah.

Tauhid uluhiyah bertujuan agar manusia mengetahui bahwa hanya Allah SWT semata yang
berhak disembah dengan benar. Sehingga, hal ini menjadikan manusia tunduk, taat, dan
mengikuti perintah-Nya.

Ayat Al-Qur'an yang menerangkan tentang tauhid uluhiyah adalah surah An Nahl ayat 36. Allah
SWT berfirman,

‫الضـ ٰللَةُ ۗ فَ ِسـ ْيرُوْ ا فِى‬ ْ َّ‫َّسـوْ اًل اَ ِن ا ْعبُـدُوا هّٰللا َ َواجْ تَنِبُــوا الطَّا ُغوْ ۚتَ فَ ِم ْنهُ ْم َّم ْن هَـدَى هّٰللا ُ َو ِم ْنهُ ْم َّم ْن َحق‬
َّ ‫ت َعلَ ْيـ ِه‬ ُ ‫َولَقَ ْد بَ َع ْثنَــا فِ ْي ُكـ ِّل اُ َّم ٍة ر‬
٣٦ - َ‫ض فَا ْنظُرُوْ ا َك ْيفَ َكانَ عَاقِبَةُ ْال ُم َك ِّذبِ ْين‬ ِ ْ‫ااْل َر‬

Artinya: "Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk
menyerukan), "Sembahlah Allah, dan jauhilah tagut", kemudian di antara mereka ada yang
diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka berjalanlah kamu di
bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul)."

4.) Contoh Tauhid Uluhiyah Dalam Realitas

1. Beribadah hanya kepada Allah

kita sebagai hamba Allah harus mengesakan Allah SWT dengan cara beribadah hanya
kepada-Nya. Misalnya seperti berdoa, menyembelih hewan qurban, bernazar, bertawakal,
bertaubat, dan masih banyak lagi. Ibadah tersebut pun juga harus dilaksanakan secara lahiriyah
maupun batiniyah

2. Takut hanya kepada Allah


Sebagai seorang hamba sudah sepatutnya kita hanya tunduk, taat, dan takut hanya kepada
Allah SWT. Karena pada dasarnya seseorang yang mempunyai tingkat keimanan yang tinggi
akan selalu menuntut dirinya agar senantiasa memiliki rasa takut kepada Allah.

3. Mencintai juga karena Allah

Penerapannya dalam kehidupan sehari-hari seperti kita hanya melakukan ibadah hanya
untuk Allah, tidak untuk manusia atau hal lainnya. Ikhlas 100% untuk Allah. Berdoa kepada
Allah, meminta kepada Allah, melibatkan Allah dalam semua aktivitas kita. Tidak mendatangi
dukun, tidak mempercayai ramalan, dan tidak mencontek saat ujian, karena kita meyakini bahwa
Allah Maha Melihat.

C.) TAUHID MULKIYAH

1.) Pengertian

Tauhid mulkiyah adalah mengesakan Allah dalam segala perbuatan-Nya di akhirat. Caranya
adalah menetapkan keesaan Allah dalam kekuasaan-Nya di akhirat, terutama kekuasaan-Nya
dalam menegakkan hari kesudahan, meletakkan segala urusan, menegakkan keadilan dan
membalas semua afal.

2.) Dalil Al-Qur’an dan Hadits

Dalil-dalil terkait dengan tauhid mulkiyah, di antaranya:

a.) Ayat Al-Qur’an

1.Surah Al-fatihah ayat 2

‫اَ ْل َح ْم ُد هّٰلِل ِ َربِّ ْال ٰعلَ ِم ْي‬

Artinya:Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam

*Tafsir*

Yg terkandung didalamnya yaitu Allah taala yg memiliki semua pujian yg diungkapkan Oleh
semua hamba-Nya.

2.Surah Al Mu’minun ayat 116


ُّ ۚ ‫ك ْال َح‬
ِ ْ‫ق ٓاَل اِ ٰلهَ اِاَّل ه ۚ َُو َربُّ ْال َعر‬
‫ش ْال َك ِري ِْم‬ ُ ِ‫فَت َٰعلَى هّٰللا ُ ْال َمل‬

Artinya: “Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenarnya; tidak ada tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia, Tuhan (yang memiliki) ‘Arsy yang mulia.” (QS. Al Mu’minun: 116)

*Tafsir*

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah Mahasuci dari apa yang dituduhkan orang-orang musyrik
kepada-Nya, begitu pula sangkaan bahwa Dia menciptakan manusia secara sia-sia, karena Dia
adalah Tuhan yang sebenarnya. Tiada tuhan melainkan Dia, Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang
mulia.

3.Surah Al Baqarah Ayat 163

ِ ‫َواِ ٰلهُ ُك ْم اِ ٰلهٌ وَّا ِح ۚ ٌد ٓاَل اِ ٰلهَ اِاَّل ه َُو الرَّحْ مٰ نُ الر‬
١٦٣ ࣖ ‫َّح ْي ُم‬

Artinya: “Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada tuhan selain Dia Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang

*tafsir*

Surah Al Baqarah ayat 163 menjelaskan bahwa Allah Tuhan yang Maha Esa, yang Maha
Pemurah, Maha Penyayang. Dialah yang berhak disembah dan tidak boleh mempersekutukan-
Nya dengan menyembah berhala-berhala dan lain sebagainya.

b.) Hadits Nabi

1.Hadits Shahih Al-Bukhari No. 6879

‫صـلَّى هَّللا ُ َعلَ ْيـ ِه‬ َّ ِ‫س َأ َّن نَب‬


َ ِ ‫ي هَّللا‬ ٍ ‫َح َّدثَنَا َع ْب ُد اَأْل ْعلَى بْنُ َح َّما ٍد َح َّدثَنَا يَ ِزي ُد بْنُ ُز َري ٍْع َح َّدثَنَا َس ِعي ٌد ع َْن قَتَــا َدةَ ع َْن َأبِي ْال َعالِيَـ ِة ع َْن ا ْب ِن َعبَّا‬
ُّ‫ت َو َرب‬ ِ ‫السـ َم َوا‬َّ ُّ‫ش ْال َع ِظ ِيم اَل ِإلَـهَ ِإاَّل هَّللا ُ َرب‬
ِ ْ‫ب اَل ِإلَـهَ ِإاَّل هَّللا ُ ْال َع ِظي ُم ْال َحلِي ُم اَل ِإلَـهَ ِإاَّل هَّللا ُ َربُّ ْال َعــر‬
ِ ْ‫َو َسلَّ َم َكانَ يَ ْدعُو بِ ِه َّن ِع ْن َد ْالكَر‬
‫ش ْال َك ِر ِيم‬
ِ ْ‫ْال َعر‬

Telah menceritakan kepada kami Abdul A’la bin Hammad telah menceritakan kepada kami
Yazid bin Zurai’ telah menceritakan kepada kami Sa’id dari Qatadah dari Abul ‘Aliyah dari Ibn
Abbas bahwa nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membaca kalimat-kalimat berikut ketika susah:
‘LAA ILAAHA ILLALLAHUL ‘AZHIIM, LAA-ILAAHA ILLALLAH RABBUL’ARSYIL
‘AZHIIMU, LAA-ILAAHA ILLALLAAH RABBUSSAMAAWAATI WARABBUL’ARSYIL
KARIIM (Tiada sesembahan yang hak selain Allah Yang Maha agung, tiada sesembahan yang
hak selain Allah pemilik arsy yang Agung, tiada sesembahan yang hak selain Allah pemilik
langit dan pemilik arsy yang mulia)

2.Hadits Sunan Ibnu Majah No. 3848

‫صـلَّى هَّللا ُ َعلَ ْيـ ِه َو َسـلَّ َم‬


َ ‫ك قَــا َل َسـ ِم َع النَّبِ ُّي‬ ِ ‫يرينَ ع َْن َأن‬
ٍ ‫َس ب ِْن َمالِـ‬ ِ ‫َح َّدثَنَا َعلِ ُّي بْنُ ُم َح َّم ٍد َح َّدثَنَا َو ِكي ٌع َح َّدثَنَا َأبُو ُخ َز ْي َمةَ ع َْن َأن‬
ِ ‫َس ْب ِن ِسـ‬
‫ـر ِام‬َ ‫ض ُذو ْال َجاَل ِل َواِإْل ْكـ‬ ِ ْ‫ت َواَأْلر‬ َّ ‫ك لَكَ ْال َمنَّانُ بَ ِدي ُع‬
ِ ‫السـ َم َوا‬ َ ‫ك بَِأ َّن لَكَ ْال َح ْم َد اَل ِإلَهَ ِإاَّل َأ ْنتَ َوحْ َد‬
َ ‫ك اَل َش ِري‬ َ ُ‫َر ُجاًل يَقُو ُل اللَّهُ َّم ِإنِّي َأ ْسَأل‬
َ ‫فَقَا َل لَقَ ْد َسَأ َل هَّللا َ بِا ْس ِم ِه اَأْل ْعظَ ِم الَّ ِذي ِإ َذا ُسِئ َل بِ ِه َأ ْعطَى َوِإ َذا د ُِع َي بِ ِه َأ َج‬
‫اب‬

Telah menceritakan kepada kami Ali bin Muhammad telah menceritakan kepada kami Waki’
telah menceritakan kepada kami Abu Khaizamah dari Anas bin Sirin dari Anas bin Malik dia
berkata; “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mendengar seseorang mengucapkan; “Ya
Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu bahwa bagi-Mu segala pujian, tiada ilah
melainkan Engkau yang tidak ada sekutu bagi-Mu, yang Maha memberi, pencipta langit dan
bumi, Yang Maha memiliki keluruhan dan Kemurahan.” Maka beliau bersabda: “Ia telah
memohon kepada Allah dengan nama-Nya yang Agung, yang jika ia meminta sesutu dengan
menyebutnya pasti akan di beri, dan jika berdo’a dengannya pasti akan di kabulkan.”

3.Hadits Shahih Al-Bukhari No. 5581

ِ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْيـ ِه َو َسـلَّ َم اَل يَ ِجـ ُد َأ َحـ ٌد َحاَل َوةَ اِإْل ي َمـ‬
‫ـان‬ َ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ قَا َل قَا َل النَّبِ ُّي‬ ِ ‫ك َر‬ٍ ِ‫َس ْب ِن َمال‬ِ ‫َح َّدثَنَا آ َد ُم َح َّدثَنَا ُش ْعبَةُ ع َْن قَتَا َدةَ ع َْن َأن‬
ُ ‫ـر بَ ْعـ َد ِإ ْذ َأ ْنقَ ـ َذهُ هَّللا ُ َو َحتَّى يَ ُكــونَ هَّللا‬
ِ ‫ار َأ َحبُّ ِإلَ ْي ـ ِه ِم ْن َأ ْن يَرْ ِجـ َع ِإلَى ْال ُك ْفـ‬
ِ َّ‫َحتَّى ي ُِحبَّ ْال َمــرْ َء اَل يُ ِحبُّهُ ِإاَّل هَّلِل ِ َو َحتَّى َأ ْن يُ ْق ـ َذفَ فِي الن‬
‫َو َرسُولُهُ َأ َحبَّ ِإلَ ْي ِه ِم َّما ِس َواهُ َما‬

Adam telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Qatadah dari Anas bin Malik radliallahu
‘anhu dia berkata; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak akan mendapatkan
manisnya iman sehingga ia mencintai seseorang dan ia tidak mencintainya kecuali karena Allah,
dan sehingga ia lebih suka dimasukkan ke dalam api dari pada kembali kepada kekufuran setelah
Allah menyelamatkannya, dan sehingga Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari pada yang lain.”

3.) Konsep Tuhid Mulkiyah

Dalam istilah sederhana, tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah SWT dalam mengerjakan
ibadah, seperti berdoa, berkurban, berserah diri, dan berharap.

4.) Contoh Tauhid Mulkiyah Dalam Realitas


1.) Menegakkan dan menguasai hari pembalasan

Tidak ada keraguan bahwa Allah akan menegakkan hari kiamat, memusnahkan dunia dan
membangkitkan kembali manusia. Pada hari itu, kekuasaan sepenuhnya di tangan Allah.
Sebagaimana diceritakan dalam Al-Quran surat Al-Furqan ayat 26: “Kerajaan yang hak pada hari
itu adalah kepunyaan Tuhan Yang Maha Pemurah

2.) Menegakkan keadilan, membikin perhitungan dan membalas semua afal

Tentang keesaan Allah dalam memberi hukuman dan perhitungan, diceritakan dalam Al-
Quran surat Al-An’am ayat 62: “Kemudian mereka (hamba Allah) dikembalikan untuk Allah,
Penguasa mereka yang sebenarnya.
DAFTAR PUSTAKA

https://kumparan.com/berita-terkini/tauhid-uluhiyah-pengertian-contoh-dan-bentuk-
penyimpangannya-

https://www.gramedia.com/literasi/tauhid-uluhiyah/#google_vignette

https://www.detik.com/hikmah/dakwah/d-6352463/mengenal-tauhid-uluhiyah-dalam-
mengesakan-allah#:~:text=Pengertian%20Tauhid%20Uluhiyah,buku%20Quran%20Hadits
%20karya%20Muhaemin.

https://www.studocu.com/id/document/universitas-islam-negeri-sunan-gunung-djati/ilmu-
tauhid/dalil-uluhiyyah/45278339

https://muslim.or.id/78966-pembagian-tauhid-menurut-para-ulama-ahlussunnah-bag-1.html

https://almanhaj.or.id/3264-tauhid-uluhiyyah.html

https://rumaysho.com/23679-tafsir-surat-al-fatihah-ayat-2-memahami-alhamdulillah.html

https://quran.nu.or.id/al-mu’minun/116

https://tafsir.learn-quran.co/id/surat-2-al-baqarah/ayat-163

https://www.hadits.id/hadits/bukhari/6879

https://hadis.my/det/3538_sn_mewartakan-kepada-kami-abdur-.html

https://www.hadits.id/hadits/bukhari/5581

Anda mungkin juga menyukai