Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nisa Alifatudzikrillah

NIM : 2103016017
Kelas : PAI 3B
Dosen Pengampu : Dr. Musthofa, M.Ag.

MATERI PENDIDIKAN

RESUME TAFSIR AYAT TARBAWI

Ayat
ْ َ‫ش يُ ْغ ِشى ٱلَّي َْل ٱلنَّهَا َر ي‬
ُ‫طلُبُهۥ‬ ِ ْ‫ض فِى ِستَّ ِة َأي ٍَّام ثُ َّم ٱ ْست ََو ٰى َعلَى ْٱل َعر‬ َ ْ‫ت َوٱَأْلر‬ ِ ‫ق ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬َ َ‫ِإ َّن َربَّ ُك ُم ٱهَّلل ُ ٱلَّ ِذى َخل‬
َ‫ق َوٱَأْل ْم ُر ۗ تَبَا َركَ ٱهَّلل ُ َربُّ ْٱل ٰ َعلَ ِمين‬
ُ ‫ت بَِأ ْم ِر ِٓۦه ۗ َأاَل لَهُ ْٱلخَ ْل‬
ٍ ۭ ‫س َو ْٱلقَ َم َر َوٱلنُّجُو َم ُم َس َّخ ٰ َر‬ َ ‫َحثِيثًا َوٱل َّش ْم‬
Terjemah
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam
enam hari, kemudian Dia bersemayam diatas Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang
yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-
bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah! Menciptakan dan
memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam”. (QS Al-A’raf :
54)

Kata Kunci: Menciptakan, ‘Arsy, Tunduk.


Tafsir
Pertama, Dia Yang Maha Kuasa yang menciptakan langit dan bumi, kemudian
mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan kedua makhluk-Nya dalam satu sistem
yang sangat rapi, lagi hubungan erat melalui pengaturan Tuhan seru sekalian alam.
Kedua, Dia yang menyediakan buat mereka rezeki, antara lain dengan menumbuhkna
tumbuh-tumbuhan yang dapat mereka nikmati. Hal ini dilakukan-Nya dengan cara yang
sangat menakjubkan dan lemah lembut, yaitu dengan menurunkan hujan. Jika demikian,
Dia adalah Tuhan dan tidak ada Tuhan selain-Nya.
Firman-Nya (‫ستَّ ِة َأي ٍَّام‬
ِ ) menjadi bahasan panjang lebar dikalangan mufassir. Ada
yang memahaminya dalam arti enam kali 24 jam. Kendati ketika itu matahari, bahkan alam
raya belum lagi tercipta, dengan alasan ayat ini ditunjukan kepada manusia dan
menggunakan bahasa manusia, sedang manusia memahami sehari sama dengan 24 jam.
Ada lagi yang memahaminya dalam arti, hari menurut perhitungan Allah, sedang menurut
al-Qur’an: “Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut
perhitungan kamu” (QS. Al-Hajj[22]: 47).
ْ ‫ )ثُ َّم‬juga menjadi pembahasan para ulam tidak diketahuI,
€ٰ ‫ت ََو‬€ ‫ٱس‬
Firman-Nya (‫ى‬
memeprcayainya adalah wajib dan menanyakannya adalah bid’ah. “Demikian ucap Imam
Malik ketika makna kata tersebut diatanyakan kepadanya. Ulama-ulama sesudah abad III,
berupaya menjelaskan maknanya dengan mengalihkan makna kata istawa dari makna
dasarnya, yaitu bersemayam ke makna majazi yaitu “berkuasa”, dan dengan demikian
penggalan ayat ini bagiakan mengaskan tentang kekuasaan Allah SWT dalam mengatur
dan mengendalikan alam raya, tetapi tentu saja hal tersebut sesuai dengan kebesaran dan
kesucian-Nya dari segala sifat kekurangan atau kemakhlukan.
ٍ ۭ ‫ ) ُم َس َّخ ٰ َر‬terambil dari kata sakhara yang berarti menundukan sesuatu yang
Kata (‫ت‬
sulit dan berat melalui kekuatan, atau ancaman, atau pengajaran, dan pengaturan tanpa
menerima imbalan dari yang ditundukkan untuk-Nya. Ini berarti, alam raya dan segala
isinya ditundukkan oleh Allah SWT untuk manusia, padahal kalau ditinjau dari segi
kemampuan, manusia sama seklai tidak memilikinya. Lihatlah kuda misalnya yang
demikian kuat, ia ditunggangi manusia dengan mudah, walaupun kekuatan manusia
dibanding dengan kuda tidak ada artinya. Allah SWT yang menundukkan itu, tidak
menuntut atau menerima sedikit imbalanpun dari manusia.
Kata ( َ‫ )تَبَا َرك‬terambil dair kata ( َ‫ )بَا َرك‬yang berarti menetap dan mantap. Ia juga
dipahami dalam arti kebajikan yang banyak. Allah adalah wujud yang berubah, selalu ada
dan menetap lagi banyak kebajikan-Nya. Dari penjelasan ini, terlihat bahwa kata tersebut
tidak tepat bila diartikan Maha Suci, karena ini menafikan Allah dari segala kekurangan,
sedang tabaraka menetapkan bagi-Nya kesempurnaan. Patron kata tabaraka biasanya
mengandung makna upaya menonjolkan, karena itu kata ini ketika dinisbahan kepada
Allah, dapat dipahami dalam arti sangat menonjol kebajikan yang disandang dan
dinampakkan oleh-Nya. Itu semua terhampar dengan jelas dia alam raya.

RESUME SYARAH HADIS TARBAWI


Hadis

ُّ‫ـويُّ خَ ـ ْي ٌر َوَأ َحب‬ ِ َ‫ اَ ْلـ ُمْؤ ِمنُ ْالق‬: ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ ِ‫ قَا َل َرسُوْ ُل هللا‬:‫ي هللاُ َع ْنهُ قَا َل‬ €َ ‫ض‬ِ ‫ع َْن َأبِ ْي هُ َر ْي َرةَ َر‬
، ‫ـز‬ْ ‫ـرصْ عَـلَـى َما يَـ ْنـفَـعُـكَ َوا ْست َِع ْن بِاهللِ َواَل تَـ ْع َج‬ ِ ْ‫ اِح‬، ‫ـي ُكـ ٍّل خَ ـيْـ ٌر‬ €ْ ِ‫ َوف‬،‫ْف‬ ِ ‫ض ِعي‬َّ ‫ِإلَـى هللاِ ِمنَ ْالـ ُمْؤ ِم ِن ال‬
ْ‫ فَِإ َّن لَو‬،‫ قَـ َد ُر هللاِ َو َما َشا َء فَ َع َل‬: ْ‫ َولَـ ِك ْن قُل‬، ‫ت َكانَ َك َذا َو َكـ َذا‬ ُ ‫ لَوْ َأنِـ ّ ْي فَ َع ْل‬: ْ‫ـي ٌء فَـاَل تَقُل‬
ْ ‫صابَكَ َش‬ َ ‫َوِإ ْن َأ‬
ِ َ‫تَـ ْفـتَـ ُح َع َم َل ال َّش ْيط‬
‫ان‬

Terjemah
Dari Abu Hurairah r.a secara marfu’, “Orang mukmin yang kuat lebih baik dicintai Allah
dari pada orang mukmin yang lemah. Masing-masing memiliki sisi kebaikan. Maka
fokuslah pada apa yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah dan
jangan lemah!. Jika ada sesuatu yang menimpamu, maka jangan katakan”, “Andai aku
melakukan ini maka tentu hasilnya seperti ini”, tetapi ucapkanlah, “Ini adalah ketetapan
Allah, apa yang dikehendaki-Nya, maka Dia melakukannya, karena kata-kata “andai” bisa
membuka peluang untuk setan”. (Hadis Shahih diriwayatkan oleh Imam Muslim).

Kata Kunci: mukmin, dicintai, fokus.


Syarah
Seorang mukmin yang kokoh keimanannya, maksudnya bukan kuat fisiknya, lebih
baik dari pda seorang mukmin yang lemah, dan lebih dicintai Allah dari pada seorang
mukmin yang lemah. Seorang mukmin yang kuat dan mukmin yang lemah jika kualitas
keimanannya sama, maka kemanfaatan mukmin yang kuat bisa menjangkau kepada orang
lain. Sedangkan mukmin yang lemah, maka kemanfaatannya hanya untuk dirinya sendiri.
Dengan neraca seperti ini, mukmin yang kuat tentu lebih uatama dari pada mukmin yang
lemah. Namun masing-masing dari keduanya memiliki potensi yang baik, ini dinyatakan
agar tidak menimbulkan kesan bahwa mukmin yang lemah tidak ada kebaikan sama sekali
padanya, tetapi mukmin yang lemah memiliki kebaikan dan tentu tidak diragukan lagi
bahwa ia jauh lebih baik dari pada orang kafir. Kemudian Rasulullah SAW memberi wasiat
kepada umatnya dengan wasiat yang menyeluruh. Beliau memrintahkan mereka untuk
bersungguh-sungguh menghasilkan dan melaksankan hal-hal yang bermanfaat untuk diri
mereka, baik terkait urusan agamanya ataupun dunianya. Jika kepentingan agama dan
kepentingan dunia bertentangan, maka yang harus dikedepankan adalah kepentingan
agama, karena jika agamanya baik, maka dunianya ikut baik.
Dan apabila urusan dunianya baik tetapi dibarengi dengan rusaknya agama, maka
lambat laun duniapun ikut hancur. Hendaklah mereka memohon pertolongan hanya kepada
Allah, meskipun untuk hal yang paling remeh. Dan hendaknya mereka tidak condong
untuk berleha-leha dan bermalas-malasan. Beliau juga mengingatkan agar tidak berandai-
andai saat tujuannya tidak sesuai dengan keinginan dengan berkata, “Andai saya
melakukan ini pasti hasilnya seperti ini”, karena masalah hasil itu hanya menjalankan apa
yang diperintahkan dan Allah yang menentukan hasil akhirnya. Berandai-andai seperti di
atas bisa membuka peluang was-was, sedih, penyesalan, dan gelisah. Tetapi dia
harusmengucapkan hal-hal yang bisa menumbuhkan optimisme baru, “Sesungguhnya ini
adalah ketetapan Allah dan apapun yang dikehendaki-Nya pasti Dia lakukan”.

Kontekstualisasi ayat surat al-A’raf: 54

Kaitannya dengan pendidikan Islam adalah aspek materi pendidikan. Ayat ini
memberikan pencerahan bagi perkembangan dunia pendidikan, khususnya pendidikan
umum seperti bidang astronomi, fisika, dan geografi. Surat tersebut memberikan suatu
dorongan bagi manusia untuk dapat mengembangkan kemampuan ke-intelektualan mereka
dalam mengungkap rahasia penciptaan alam semesta.
Selain itu ayat ini memberikan materi pendidikan ketauhidan bahwa Allah lah yang
menciptakan alam semesta ini selama enam hari lalu Allah bersemayam di ‘Arsy, Allah lah
yang pantas untuk disembah, hak menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah, serta
sebagai bukti kekuasaan Allah yang menafikan pemikir teori Big Bang yang mengatakan
proses penciptaan alam semesta teridiri dari massa yang sangat besar dan massa jenis yang
sangat besar juga. Kemudian adanya reaksi inti mengakibatkan massa tersebut meledak dan
mengembang sangat cepat hingga menjauhi pusat ledakan dahsyat yang terjadi sekitar 13,7
miliar tahun lalu.

Kontekstualisasi Hadis
Agama Islam sangat menganjurkan agar manusia dapat bekerja dengan baik dan
giat. Islam mendorong orang-orang mukmin untuk bekerja keras, karena pada hakikatnya
kehidupan dunia ini merupakan kesempatan yang tidak akan pernah terulang untuk berbuat
kebajikan atau sesuatu yangbermanfaat bagi orang lain. Hal ini sekaligus untuk menguji
orang-orang mukmin, siapakah diantara mereka yang paling baik dan tekun dalam bekerja.
Seorang mukmin juga dianjurkan melakukan sesuatu dengan prestasi yang terbaik, bukan
hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi oorang lain.
Seorang mukmin juga dianjurkan menjadi pribadi yang kuat dan unggul dengan cara
sebagai berikut:
1. Memperkuat keimanan
Keimanan seorang akan membawa pada kemuliaan, baik di dunia maupun di
akhirat. Jika kualitas keimanannya kuat dan selalu diikuti dengan melakukan amal
shaleh, maka ia akan merasakan manisnya iaman.
2. Menggali kemampuan
Seorang mukmin diwajibkan bekerja dengan baik agar menjadi kategori orang yang
kuat dalam berbagai hal, baik dalam keimanan, kejiwaan, keilmuan dan sebagainya.
Karena, jika sudah memiliki kekuatan tersebut, maka mereka akan menjadi orang
yang unggul dan akan menghasilkan prestasi-prestasi dalam hidupnya. Baik prestasi
dalam kehidupan keluarga, maupun dalam hal pekerjaan. Prestasi dalam bekerja
dapat dilihat dari kualitas kerja dan kinerja yang tinggi dan semakin baik.
3. Memperbanyak perbuatan yang bermanfaat
Dalam bekerja, seorang mukmin dianjurkan meraih prestasi yang terbaik dan
bermanfaat, tidak boleh berandai-andai dan tidak boleh hanya merencanakan tanpa
pelaksanaannya.
Maka sudah jelas materi pendidikan pada hadis ini adalah tentang
pendidikan untuk memperkuat keimanan, menggali kemampuan, memperbanyak
perbuatan yang bermanfaat, serta etos kerja untuk menjadi mukmin yang kuat.

Referensi
Khairul Fathoni dan Muhammad Ghozali, Analisis Konsep Produktivitas Kerja
Konvensional dalam Pandangan Islam, Al-Tijarah, Vol. 3, No. 1, Juni 2017 (1-14).
https://hadeethenc.com/id/browse/hadith/10118
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, 2002, Lentera Hati, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai