Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PEMBAGIAN WARISAN RADD


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Nikah dan Waris
Dosen Pengampu: Dr. Hj. Luthfiyah, M.S.I

Disusun Oleh :

KELOMPOK 8

Muhammad Farhan Thirafi (2103016027)

Moh. Iflahul Karim (2103016028)

Arina Sabila Yumna (2103016029)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2022
PEMBAGIAN WARISAN RADD

A. Latar Belakang
Hukum warisan islam menjelaskan tentang prosedur beserta substansi
dalam hal pembagian waris. Zaman yang semakin berkembang menjadi sebuah
fenomena yang perlu dikaji oleh hukum waris Islam. Problematika baru yang
belum pernah ada di masa lalu sekarang muncul bergantian. Konsep dasar dalam
hukum waris tentunya menjadi hal pokok sebagai landasan guna penyelesaian di
masyarakat.

Kasus kekurangan harta waris (aul) dan kasus kelebihan harta (radd)
bukanlah yang pertama kali dalam kasus islam. Sejauh ini hukum Islam mencoba
memberikan solusi terkait masalah ini. Sehingga jelas bahwa Hukum Waris Islam
senantiasa mengikuti perkembangan zaman. Karena hukum itu bersifat dinamis
sesuai dengan keadaan sosial masyarakat yang ada.

B. LANDASAN HUKUM
1. Dalil Al-Qur’an yaitu QS. Al-Ahzab/33: 25
‫ّٰللاُ ْال ُمؤْ ِم ِنيْنَ ْال ِقتَا َل َۗو َكانَ ه‬
‫ّٰللاُ قَ ِويًّا َع ِزي ًْزا‬ ‫ّٰللاُ الَّ ِذيْنَ َكفَ ُر ْوا ِبغَي ِْظ ِه ْم لَ ْم يَنَالُ ْوا َخي ًْرا َۗو َكفَى ه‬
‫َو َردَّ ه‬
Artinya: Dan Allah menghalau orang-orang kafir itu yang keadaan mereka
penuh kejengkelan, karena mereka (juga) tidak memperoleh keuntungan apa
pun. Cukuplah Allah (yang menolong) menghindarkan orang-orang mukmin
dalam peperangan. Dan Allah Mahakuat, Mahaperkasa1. (QS. Al-Ahzab/33:
25)
2. Radd dalam Kompilasi Hukum Islam

Dalam masalah radd ini, KHI di Indonesia menyatakan bahwa apabila


terjadi kelebihan harta, maka kelebihan tersebut dikembalikan kepada seluruh
ahli waris, tanpa terkecuali kepada suami istri. Hal ini termaktub dalam pasal
193 KHI, “apabila dalam pembagian warisan diantara para ahli waris dzawil
furud menunjukkan pembilang lebih kecil dari pada angka penyebut,
sedangkan tidak ada ahli waris ashabah, maka pembagian harta warisan

1
Al-Quran dan Terjemahan, QS Al-Ahzab: 25
tersebut dilakukan radd, yaitu sesuai dengan hak masing-masing ahli waris,
sedangkan sisanya dibagi secara berimbang diantara mereka.2”

3. Radd dalam Fiqih Klasik

Mengenai radd para ulama berbeda pendapat tentang


pengembaliannya apakah diserahkan kepada ashabul furud atau kepada baitul
mal.

C. PEMBAHASAN

1. Pengertian dari Radd


Radd berasal dari kata “radda-yaruddu-raddan” yang artinya kembali.
Secara etimologi radd artinya “al-‘awd” atau "ar-ruju" artinya kembali, dan
“ash-sharf” artinya menghindarkan. Dan radd berarti juga dengan “arrafashu”,
dan “al-I’adah” artinya mengembalikan.3

Menurut Fatchur Rahman, radd berarti jumlah saham-saham para ahli


waris lebih kecil dari pada asal masalah yang akan dibagi, yang harus
diselesaikan secara tepat agar harta peninggalan yang akan dibagi tidak ada
sisa lebih yang tiada terbagi.4 Dari pengertian tersebut dapat di pahami bahwa
radd adalah suatu masalah kasus perwarisan yang jumlah sahamnya lebih kecil
daripada asal masalahnya. Dan dengan sendirinya, terjadi penambahan kadar
para ahli waris. Masalah radd ada karena tidak ashabah dalam pembagian
waris, maka sesudah dibagikan masing-masing ahli waris masih ada sisa.

2. Syarat- Syarat Radd


Syarat-syarat Radd yaitu:

a. Adanya ashabul furud


b. Adanya kelebihan saham

2
Bunyi Kompilasi Hukum Islam Pasal 193,
https://www.researchgate.net/publication/309216806_AHLI_WARIS_PENERIMA_RADD_MENURUT_KO
MPILASI_HUKUM_ISLAM_PASAL_193_DAN_RELEVANSINYA_DENGAN_SOSIAL_KEMASYARAKATA,
diakses pada 14 Oktober 2022
3
Hilmi Arif Arrifqi, “Radd dalam Hukum Waris Islam di Indonesia dan Mesir”, (Skripsi diterbitkan
Jurusan Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Jakarta: 2017), hlm. 44
4
Darmawan, Hukum kewarisan Islam, (Surabaya: Imtiyaz, 2018), hlm. 209
c. Tidak ada ahli waris ashabah

Ketiga ini harus ada, sebab kalau salah satu dari syarat tersebut tidak
ada tentu tidak akan terjadi masalah radd. Misalnya jika para ahli waris dari
seseorang yang mati semuanya terdiri dari ashabah maka harta peninggalan
asal masalahnya adalah sesuai jumlah bilangan ashabah tersebut. Atau
beberapa orang ashabul furud dan seorang ashabah, niscaya tidak akan ada
sisa lebih atau kurang. Demikian juga apabila jumlah saham-saham dari para
ahli waris adalah sebesar jumlah asal masalah, sehingga tidak ada kelebihan
sedikitpun, tentu tidak akan terjadi masalah radd.5

3. Ahli Waris yang Berhak Mendapat Radd


Radd dapat terjadi dan melibatkan semua ashabul furud, kecuali suami
dan istri. Artinya, suami atau istri bagaimanapun keadaannya tidak mendapat
bagian tambahan dari sisa harta waris yang ada. Adapun ashhabul furud yang
dapat menerima radd hanya ada delapan orang:

1. Anak perempuan
2. Cucu perempuan keturunan anak laki – laki
3. Saudara kandung perempuan
4. Saudara perempuan seayah
5. Ibu kandung
6. Nenek sahih (ibu dari bapak)
7. Saudara perempuan seibu
8. Saudara laki - laki seibu

Adapun mengenai ayah dan kakek, sekalipun keduanya termasuk


ashabul furud dalam beberapa keadaan tertentu, mereka tidak bisa
mendapatkan radd. Sebab dalam keadaan bagaimanapun, bila dalam
pembagian hak waris terdapat salah satunya ayah atau kakek maka tidak
mungkin ada radd, karena keduanya akan menerima waris sebagai
ashabah.

5
Hazairin, Hukum Kewarisan Bil (As-shabuni, 1995)ateral Menurut Qur’an Hadis, (Jakarta:
Tritamas, 1964), hlm. 45
4. Ahli Waris yang Tidak Berhak Mendapat Radd
Adapun ahli waris dari ashabul furud yang tidak bisa mendapatkan
radd hanyalah suami dan istri. Hal ini disebabkan kekerabatan keduanya
bukanlah karena nasab, akan tetapi karena kekerabatan sababiyah (karena
sebab), yaitu adanya ikatan tali pernikahan. Dan kekerabatan ini akan putus
karena kematian, maka dari itu mereka (suami dan istri) tidak berhak
mendapatkan radd. Mereka hanya mendapat bagian sesuai bagian yang
menjadi hak masing - masing. Maka apabila dalam suatu keadaan pembagian
waris terdapat kelebihan atau sisa dari harta waris, suami atau istri tidak
mendapatkan bagian sebagai tambahan.6

5. Macam-macam Radd
Macam-macam radd ada empat macam dan masing-masing
mempunyai cara atau hukum tersendiri. Keempat macam tersebut adalah:

 Adanya ahli waris pemilik bagian yang sama, tanpa adanya suami atau
istri
 Adanya ahli waris pemilik bagian yang sama, dengan adanya suami atau
istri
 Adanya ahli waris pemilik bagian yang berbeda, tanpa adanya suami atau
istri
 Adanya ahli waris pemilik bagian yang berbeda, dengan adanya suami
atau istri

Hukum Keadaan Pertama

Ashabul Furud hanya satu orang atau beberapa orang sejenis yang
memiliki bagian yang sama, tanpa suami atau istri. Dalam situasi ini, harta
waris dibagikan berdasarkan jumlah ahli waris. Contoh: Seseorang suami
meninggal dan memiliki ahli waris seorang nenek dan saudari seibu, istrinya
telah meninggal dua bulan yang lalu. Harta yang ditinggalkan sebesar
Rp.10.000.000. Berapa masing-masing yang di dapatkan?

6
Muhammad Ali Ash-Shabuni, “Pembagian Waris Menurut Islam”, (Jakarta: Gema Insani Press,
1995)
AM: 6 Harta warisan: Rp.10.000.000

Ahli waris Fardh Siham Bagian Harta

Nenek 1 1 1
x6=1 xRp.10.000.000=
6 2
6
Rp.5.000.000

Saudari seibu 1 1 1
x6=1 xRp.10.000.000=
6 2
6
Rp.5.000.000

Total 2

Hukum Keadaan Kedua

Ashabul furud terdiri dari beberapa ahli waris yang memiliki bagian yang
sama dan dan salah satu dari suami atau istri masih hidup. Contoh: Seorang
suami wafat meninggalkan ahli waris nenek, saudari seibu, dan juga istri
tercinta. Harta waris yang ditinggalkan sebesar Rp.24.000.000. Berapa
masing-masing yang di dapatkan?

AM: 12 Harta warisan: Rp.24.000.000

Ahli waris Fardh Siham Bagian Harta

Nenek 1 1 2
x12=2 xRp.24.000.000=
6 12
6
Rp.4.000.000

Saudari seibu 1 1 2
x12=2 xRp.24.000.000=
6 12
6
Rp.4.000.000

Istri 1 1 3
x12=3 xRp.24.000.000=
4 12
4
Rp.6.000.000

Total 7 Rp.14.000.000
Sisa harta: Rp.24.000.000-Rp.14.000.000= Rp.10.000.000, sisa
harta dibagi lagi, kecuali istri.

Jumlah siham: 2+2=4

𝑆𝑖𝑠𝑎 ℎ𝑎𝑟𝑡𝑎
Perhitungannya: 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖ℎ𝑎𝑚 x siham masing-masing

𝑅𝑝.10.000.000
Nenek = x2= Rp.5.000.000
4

𝑅𝑝.10.000.000
Saudari seibu = x2= Rp.5.000.000
4

Jadi, Nenek mendapatkan: Rp.4.000.000+ Rp.5.000.000= Rp.9.000.000

Saudari seibu: Rp.4.000.000+ Rp.4.000.000= Rp.9.000.000

Istri hanya mendapatkan: Rp.6.000.000, dia tidak mendapatkan radd

Hukum keadaan Ketiga

Ashabul furud terdiri dari beberapa ahli waris yang memiliki bagian yang
berbeda dan suami istri telah meninggal. Contoh: Seorang suami wafat
meninggalkan ahli waris yaitu anak perempuan dan cucu perempuan dari anak
laki-laki. Sedangkan istri dan anak laki-lakinya meninggal ditabrak kereta api,
harta waris sebesar Rp.12.000.000. Berapa masing-masing yang di dapatkan?

AM: 6 Harta warisan: Rp.12.000.000

Ahli waris Fardh Siham Bagian Harta

Anak 1 1 3
x6=3 xRp.12.000.000=
2 4
perempuan 2
Rp.9.000.000

Cucu 1 1 1
x6=1 xRp.12.000.000=
6 4
perempuan dari 6
Rp.3.000.000
anak laki-laki

Total 4 Rp.12.000.000
Hukum keadaan Keempat

Ashabul furud terdiri dari beberapa ahli waris yang memiliki bagian
yang berbeda dan salah satu antara suami atau istri telah meninggal. Contoh:
Seorang suami wafat meninggalkan ahli waris yaitu anak perempuan dan
cucu perempuan dari anak laki-laki dan istri. Sedangkan anak laki-lakinya
meninggal ditabrak kereta api, harta waris sebesar Rp.48.000.000. Berapa
masing-masing yang di dapatkan?

AM: 24 Harta warisan: Rp.48.000.000

Ahli waris Fardh Siham Bagian Harta

Anak 1 1 12
x24=12 xRp.48.000.000=
2 24
perempuan 2
Rp.24.000.000

Cucu 1 1 4
x24=4 xRp.48.000.000=
6 24
perempuan dari 6
Rp.8.000.000
anak laki-laki

Istri 1 1 3
x24=3 xRp.48.000.000=
8 24
8
Rp.6.000.000

Total 19 Rp.38.000.000

Sisa harta: Rp.48.000.000-Rp.38.000.000= Rp.10.000.000, sisa


harta dibagi lagi, kecuali istri.

Jumlah siham: 12+4=16

𝑆𝑖𝑠𝑎 ℎ𝑎𝑟𝑡𝑎
Perhitungannya: 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖ℎ𝑎𝑚 x siham masing-masing

𝑅𝑝.10.000.000
Anak perempuan= x12= Rp.7.500.000
16

𝑅𝑝.10.000.000
Cucu perempuan dari anak laki-laki = 16
x4= Rp.2.500.000
Jadi, Anak perempuan mendapatkan: Rp.24.000.000+ Rp.7.500.000

= Rp.31.500.000

Cucu perempuan dari anak laki-laki: Rp.8.000.000+ Rp.2.500.000=


Rp.10.500.000

Istri hanya mendapatkan: Rp.6.000.000, dia tidak mendapatkan radd

6. Kesimpulan
Radd berasal dari kata “radda-yaruddu-raddan” yang artinya kembali.
Secara etimologi radd artinya “al-‘awd” atau "ar-ruju" artinya kembali, dan
“ash-sharf” artinya menghindarkan. Dan radd berarti juga dengan “arrafashu”,
dan “al-I’adah” artinya mengembalikan.

Syarat-syarat Radd yaitu:

a. Adanya ashabul furud


b. Adanya kelebihan saham
c. Tidak ada ahli waris ashabah

Adapun ahli waris dari ashabul furud yang tidak bisa mendapatkan radd
hanyalah suami dan istri. Yang berhak mendapatkan radd antara lain: anak
perempuan, cucu perempuan keturunan anak laki – laki, saudara kandung
perempuan, saudara perempuan seayah, ibu kandung, nenek sahih (ibu dari
bapak), saudara perempuan seibu, saudara laki - laki seibu.

Macam-macam radd:

 Adanya ahli waris pemilik bagian yang sama, tanpa adanya suami atau
istri
 Adanya ahli waris pemilik bagian yang sama, dengan adanya suami atau
istri
 Adanya ahli waris pemilik bagian yang berbeda, tanpa adanya suami atau
istri
 Adanya ahli waris pemilik bagian yang berbeda, dengan adanya suami
atau istri
7. Daftar Pustaka

Arrifqi, H. A. (2017). Radd dalam Hukum Waris di Indonesia dan Mesir. In


R. d. Mesir. Jakarta: UIN Jakarta.
As-shabuni, M. A. (1995). Pembagian Waris Menurut Islam. Jakarta: Gema
Insani.
Darmawan. (2018). Hukum Kewarisan Islam (p. 209). Surabaya: Imtiyaz.
Hazairin. (1964). Hukum Kewarian Bilateral Menurut Qur'an Hadis (p.
45). Jakarta: Tritamas.
Kompilasi Hukum Islam. (2022, Oktober 22). Retrieved from Bunyi
Kompilasi Hukum Islam:
https://www.researchgate.net/publication/309216806_AHLI_WARIS_PE
NERIMA_RADD_MENURUT_KOMPILASI_HUKUM_ISLAM_PASA
L_193_DAN_RELEVANSINYA_DENGAN_SOSIAL_KEMASYARAK
ATA

Anda mungkin juga menyukai