Disusun Oleh :
KELOMPOK 8
A. Latar Belakang
Hukum warisan islam menjelaskan tentang prosedur beserta substansi
dalam hal pembagian waris. Zaman yang semakin berkembang menjadi sebuah
fenomena yang perlu dikaji oleh hukum waris Islam. Problematika baru yang
belum pernah ada di masa lalu sekarang muncul bergantian. Konsep dasar dalam
hukum waris tentunya menjadi hal pokok sebagai landasan guna penyelesaian di
masyarakat.
Kasus kekurangan harta waris (aul) dan kasus kelebihan harta (radd)
bukanlah yang pertama kali dalam kasus islam. Sejauh ini hukum Islam mencoba
memberikan solusi terkait masalah ini. Sehingga jelas bahwa Hukum Waris Islam
senantiasa mengikuti perkembangan zaman. Karena hukum itu bersifat dinamis
sesuai dengan keadaan sosial masyarakat yang ada.
B. LANDASAN HUKUM
1. Dalil Al-Qur’an yaitu QS. Al-Ahzab/33: 25
ّٰللاُ ْال ُمؤْ ِم ِنيْنَ ْال ِقتَا َل َۗو َكانَ ه
ّٰللاُ قَ ِويًّا َع ِزي ًْزا ّٰللاُ الَّ ِذيْنَ َكفَ ُر ْوا ِبغَي ِْظ ِه ْم لَ ْم يَنَالُ ْوا َخي ًْرا َۗو َكفَى ه
َو َردَّ ه
Artinya: Dan Allah menghalau orang-orang kafir itu yang keadaan mereka
penuh kejengkelan, karena mereka (juga) tidak memperoleh keuntungan apa
pun. Cukuplah Allah (yang menolong) menghindarkan orang-orang mukmin
dalam peperangan. Dan Allah Mahakuat, Mahaperkasa1. (QS. Al-Ahzab/33:
25)
2. Radd dalam Kompilasi Hukum Islam
1
Al-Quran dan Terjemahan, QS Al-Ahzab: 25
tersebut dilakukan radd, yaitu sesuai dengan hak masing-masing ahli waris,
sedangkan sisanya dibagi secara berimbang diantara mereka.2”
C. PEMBAHASAN
2
Bunyi Kompilasi Hukum Islam Pasal 193,
https://www.researchgate.net/publication/309216806_AHLI_WARIS_PENERIMA_RADD_MENURUT_KO
MPILASI_HUKUM_ISLAM_PASAL_193_DAN_RELEVANSINYA_DENGAN_SOSIAL_KEMASYARAKATA,
diakses pada 14 Oktober 2022
3
Hilmi Arif Arrifqi, “Radd dalam Hukum Waris Islam di Indonesia dan Mesir”, (Skripsi diterbitkan
Jurusan Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Jakarta: 2017), hlm. 44
4
Darmawan, Hukum kewarisan Islam, (Surabaya: Imtiyaz, 2018), hlm. 209
c. Tidak ada ahli waris ashabah
Ketiga ini harus ada, sebab kalau salah satu dari syarat tersebut tidak
ada tentu tidak akan terjadi masalah radd. Misalnya jika para ahli waris dari
seseorang yang mati semuanya terdiri dari ashabah maka harta peninggalan
asal masalahnya adalah sesuai jumlah bilangan ashabah tersebut. Atau
beberapa orang ashabul furud dan seorang ashabah, niscaya tidak akan ada
sisa lebih atau kurang. Demikian juga apabila jumlah saham-saham dari para
ahli waris adalah sebesar jumlah asal masalah, sehingga tidak ada kelebihan
sedikitpun, tentu tidak akan terjadi masalah radd.5
1. Anak perempuan
2. Cucu perempuan keturunan anak laki – laki
3. Saudara kandung perempuan
4. Saudara perempuan seayah
5. Ibu kandung
6. Nenek sahih (ibu dari bapak)
7. Saudara perempuan seibu
8. Saudara laki - laki seibu
5
Hazairin, Hukum Kewarisan Bil (As-shabuni, 1995)ateral Menurut Qur’an Hadis, (Jakarta:
Tritamas, 1964), hlm. 45
4. Ahli Waris yang Tidak Berhak Mendapat Radd
Adapun ahli waris dari ashabul furud yang tidak bisa mendapatkan
radd hanyalah suami dan istri. Hal ini disebabkan kekerabatan keduanya
bukanlah karena nasab, akan tetapi karena kekerabatan sababiyah (karena
sebab), yaitu adanya ikatan tali pernikahan. Dan kekerabatan ini akan putus
karena kematian, maka dari itu mereka (suami dan istri) tidak berhak
mendapatkan radd. Mereka hanya mendapat bagian sesuai bagian yang
menjadi hak masing - masing. Maka apabila dalam suatu keadaan pembagian
waris terdapat kelebihan atau sisa dari harta waris, suami atau istri tidak
mendapatkan bagian sebagai tambahan.6
5. Macam-macam Radd
Macam-macam radd ada empat macam dan masing-masing
mempunyai cara atau hukum tersendiri. Keempat macam tersebut adalah:
Adanya ahli waris pemilik bagian yang sama, tanpa adanya suami atau
istri
Adanya ahli waris pemilik bagian yang sama, dengan adanya suami atau
istri
Adanya ahli waris pemilik bagian yang berbeda, tanpa adanya suami atau
istri
Adanya ahli waris pemilik bagian yang berbeda, dengan adanya suami
atau istri
Ashabul Furud hanya satu orang atau beberapa orang sejenis yang
memiliki bagian yang sama, tanpa suami atau istri. Dalam situasi ini, harta
waris dibagikan berdasarkan jumlah ahli waris. Contoh: Seseorang suami
meninggal dan memiliki ahli waris seorang nenek dan saudari seibu, istrinya
telah meninggal dua bulan yang lalu. Harta yang ditinggalkan sebesar
Rp.10.000.000. Berapa masing-masing yang di dapatkan?
6
Muhammad Ali Ash-Shabuni, “Pembagian Waris Menurut Islam”, (Jakarta: Gema Insani Press,
1995)
AM: 6 Harta warisan: Rp.10.000.000
Nenek 1 1 1
x6=1 xRp.10.000.000=
6 2
6
Rp.5.000.000
Saudari seibu 1 1 1
x6=1 xRp.10.000.000=
6 2
6
Rp.5.000.000
Total 2
Ashabul furud terdiri dari beberapa ahli waris yang memiliki bagian yang
sama dan dan salah satu dari suami atau istri masih hidup. Contoh: Seorang
suami wafat meninggalkan ahli waris nenek, saudari seibu, dan juga istri
tercinta. Harta waris yang ditinggalkan sebesar Rp.24.000.000. Berapa
masing-masing yang di dapatkan?
Nenek 1 1 2
x12=2 xRp.24.000.000=
6 12
6
Rp.4.000.000
Saudari seibu 1 1 2
x12=2 xRp.24.000.000=
6 12
6
Rp.4.000.000
Istri 1 1 3
x12=3 xRp.24.000.000=
4 12
4
Rp.6.000.000
Total 7 Rp.14.000.000
Sisa harta: Rp.24.000.000-Rp.14.000.000= Rp.10.000.000, sisa
harta dibagi lagi, kecuali istri.
𝑆𝑖𝑠𝑎 ℎ𝑎𝑟𝑡𝑎
Perhitungannya: 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖ℎ𝑎𝑚 x siham masing-masing
𝑅𝑝.10.000.000
Nenek = x2= Rp.5.000.000
4
𝑅𝑝.10.000.000
Saudari seibu = x2= Rp.5.000.000
4
Ashabul furud terdiri dari beberapa ahli waris yang memiliki bagian yang
berbeda dan suami istri telah meninggal. Contoh: Seorang suami wafat
meninggalkan ahli waris yaitu anak perempuan dan cucu perempuan dari anak
laki-laki. Sedangkan istri dan anak laki-lakinya meninggal ditabrak kereta api,
harta waris sebesar Rp.12.000.000. Berapa masing-masing yang di dapatkan?
Anak 1 1 3
x6=3 xRp.12.000.000=
2 4
perempuan 2
Rp.9.000.000
Cucu 1 1 1
x6=1 xRp.12.000.000=
6 4
perempuan dari 6
Rp.3.000.000
anak laki-laki
Total 4 Rp.12.000.000
Hukum keadaan Keempat
Ashabul furud terdiri dari beberapa ahli waris yang memiliki bagian
yang berbeda dan salah satu antara suami atau istri telah meninggal. Contoh:
Seorang suami wafat meninggalkan ahli waris yaitu anak perempuan dan
cucu perempuan dari anak laki-laki dan istri. Sedangkan anak laki-lakinya
meninggal ditabrak kereta api, harta waris sebesar Rp.48.000.000. Berapa
masing-masing yang di dapatkan?
Anak 1 1 12
x24=12 xRp.48.000.000=
2 24
perempuan 2
Rp.24.000.000
Cucu 1 1 4
x24=4 xRp.48.000.000=
6 24
perempuan dari 6
Rp.8.000.000
anak laki-laki
Istri 1 1 3
x24=3 xRp.48.000.000=
8 24
8
Rp.6.000.000
Total 19 Rp.38.000.000
𝑆𝑖𝑠𝑎 ℎ𝑎𝑟𝑡𝑎
Perhitungannya: 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖ℎ𝑎𝑚 x siham masing-masing
𝑅𝑝.10.000.000
Anak perempuan= x12= Rp.7.500.000
16
𝑅𝑝.10.000.000
Cucu perempuan dari anak laki-laki = 16
x4= Rp.2.500.000
Jadi, Anak perempuan mendapatkan: Rp.24.000.000+ Rp.7.500.000
= Rp.31.500.000
6. Kesimpulan
Radd berasal dari kata “radda-yaruddu-raddan” yang artinya kembali.
Secara etimologi radd artinya “al-‘awd” atau "ar-ruju" artinya kembali, dan
“ash-sharf” artinya menghindarkan. Dan radd berarti juga dengan “arrafashu”,
dan “al-I’adah” artinya mengembalikan.
Adapun ahli waris dari ashabul furud yang tidak bisa mendapatkan radd
hanyalah suami dan istri. Yang berhak mendapatkan radd antara lain: anak
perempuan, cucu perempuan keturunan anak laki – laki, saudara kandung
perempuan, saudara perempuan seayah, ibu kandung, nenek sahih (ibu dari
bapak), saudara perempuan seibu, saudara laki - laki seibu.
Macam-macam radd:
Adanya ahli waris pemilik bagian yang sama, tanpa adanya suami atau
istri
Adanya ahli waris pemilik bagian yang sama, dengan adanya suami atau
istri
Adanya ahli waris pemilik bagian yang berbeda, tanpa adanya suami atau
istri
Adanya ahli waris pemilik bagian yang berbeda, dengan adanya suami
atau istri
7. Daftar Pustaka