hakikat tauhid berdasarkan penelitian mereka dari Al Qur’an dan As Sunnah. Berikut penjelasan secara ringkas. Tauhid secara bahasa berasal dari kata wahhada-yuwahhidu-tauhiidan, artinya: menjadikan sesuatu itu hanya satu. Adapun secara istilah syar’i: meng- esakan Alloh ta’ala pada perkara yang khusus untuk-Nya yaitu perkara rububiyah, uluhiyah dan Asma’ wash shifat. Dari penjelasan secara syar’i, maka tauhid terbagi menjadi tiga: 1. Tauhid Rububiyah, yaitu: meng-esakan Alloh dalam perkara penciptaan alam semesta, kekuasaan dan pengaturan, menghidupkan dan mematikan segala sesuatu, serta semua perbuatan Alloh yang dijelaskan dalam Al Qur’an atau hadits, semua ini hanya dimiliki Alloh semata. Dalilnya: َِاَّللُ َرةُّ ْاى َعبىَ َِي بر َك ه ْ َٗ أَال ىَُٔ ْاىخ َْي ُق َ َاألٍ ُر تَب “Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam”. (Al ‘Arof: 54) Dan kata Al Amru dalam ayat terkandung makna: pengaturan dan penguasaan. Adapun, penyandaran penciptaan pada makhluk, itu bukan penciptaan secara hakikatnya, tetapi sebatas perubahan dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain, atau menciptakan sesuatu sebatas kemampuannya berdasarkan idzin dari Alloh , dan bukan penciptaan secara mutlak. Alloh berfirman: َُُ٘اَّللُ َخيَقَ ُن ٌْ َٗ ٍَب ت َ ْع ََي َٗ ه “Dan Allah-lah yang menciptakan kamu serta apa yang kamu perbuat itu". (Ash- Shoffat: 96) 2. Tauhid Uluhiyah, yaitu: mengesakan Alloh dalam beribadah, seluruh jenis per-ibadahan hanya semata-mata ditujukan kepada Alloh semata. Dalilnya: َِصيَِ ىَُٔ اى ِذّي َٗ ٍَب أ ُ ٍِ ُرٗا ِإال ِىيَ ْعبُذُٗا ه ِ اَّللَ ٍُ ْخ ِي “Tidaklah mereka diperintah selain hanya untuk beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus.” (Al bayyinah: 6) Tauhid ini mengharuskan untuk menghambakan diri kepada Alloh semata penuh dengan kehinaan diri, cinta dan penganggungan kepada- Nya.
3. Tauhid Asma’ wash Shifat, yaitu: meyakini dan menetapkan bahwa
hanya milik Alloh semata nama-nama dan sifat yang Alloh terangkan dalam Al Qur’an atau diterangkan oleh Rasululloh. Tanpa menolak, meta’wilkan, menyimpangkan, menyamakan atau mempertanyakan hakikat dari nama atau sifat-Nya yang mulia. Dalilnya: عُ٘ٓ بِ َٖب ُ َٗ ِ هَّللِ األ ْس ََب ُء ْاى ُح ْسَْى فَب ْد “Hanya milik Allah asmaa-ul husna maka mohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu”. (Al Arof:180) Dan firman-Nya: ير ُ ص ِ َس َِي ُي ْاىب ىَ ْي َ َم َِ ْ ِي ِٔ َ ْ ٌءء َٗ ُٕ َ٘ اى ه Tidak ada yang serupa dengan-Nya, dan Dia Maha mendengar dan melihat”. (Asy-Syuaroo:14) Peniadaan akan sesuatu yang serupa dengan Alloh, bersamaan itu Ia tetapkan ia bersifat yang makhluk juga memilikinya, pendengaran dan penglihatan, namun tidak ada kesamaan pada hakikatnya, hanya penamaan yang serupa. Dan ketiga jenis tauhid ini, terkumpul dalam satu ayat: َ َُٔط ِب ْر ِى ِع َببدَ ِت ِٔ ٕ َْو ت َ ْعيَ ٌُ ى س َِيًّب َ ص ْ ض َٗ ٍَب َب ْيَْ ُٖ ََب فَب ْعبُ ْذُٓ َٗا ِ األر ْ َٗ ت ِ س ََ َبٗاَرةُّ اى ه “Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan di antara keduanya, Maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada sesuatu yang sama dengan Dia?”. (Maryam: 65). Sengaja kami cukupkan dengan sedikit dalil-dalinya akan tauhid dari Al Qur’an, sebab sebenarnya Al Qur’an dari awal hingga akhir semua menerangkan tauhid kepada Alloh, baik semua jenis tauhid atau salah satunya. Inilah tauhid dan jenis-jenisnya yang harus diyakini setiap hamba, namun hanya tauhid uluhiyyah yang membuat sesorang benar ke-islamannya, tidak teranggap islamnya jika hanya meyakini tauhid rububiyah dan asma wash shifat tapi tidak uluhiyah, kenapa?, sebab orang musyrik dan syaithon-pun mengakui akan tauhid ini, dalilnya: 1. keyakinan orang-orang musyrik jahiliyah akan tauhid rububiyah: ش َْ َ َٗ ْاىقَ ََ َر ىَيَقُ٘ىُ هِ ه َُ٘اَّللُ فَأَّهى يُؤْ فَ ُن س هخ َر اى ه َ َٗ ض َ األر ْ َٗ ت ِ س ََ َبٗا سأ َ ْىت َ ُٖ ٌْ ٍَ ِْ َخيَقَ اى ه َ ِْ َِٗىَئ “Dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" tentu mereka akan menjawab: "Allah”, maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar)”. (Al Ankabut: 61). Bahkan kaum musyrikin itu menyakini tauhid rububiyah sekaligus Asma wash shifat, Alloh terangkan hal ini dalam Al Qur’an: ٌُ يز ْاى َع ِيي ُ ض ىَيَقُ٘ىُ هِ َخيَقَ ُٖ هِ ْاى َع ِز َ األر ْ َٗ ت ِ س ََ َبٗا سأ َ ْىت َ ُٖ ٌْ ٍَ ِْ َخيَقَ اى ه َ ِْ َِٗىَئ “Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka akan menjawab: "Semuanya diciptakan oleh yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui". (Az-Zukhruf: 9) Dan sepakat para ahli tafsir, mereka dalam ayat adalah kaum musyrikin pada zaman Rasululloh . Lihat, mereka berkeyakinan akan tauhid rububiyah kepada Alloh, bersamaan dengan itu Alloh memerintahkan kepada nabi-Nya: ِّيِ ُمئُُّ ِ هَّلل ُ َٗقَبتِيُ٘ ُٕ ٌْ َحتهى ال ت َ ُنَُ٘ فِتَْْةٌء َٗيَ ُنَُ٘ اى ِذ “Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata- mata untuk Allah.” (Al Anfal: 39) Teryata tetap diperangi, dan belum cukup dengan keyakian itu mereka dikatakan Islam. 2. keyakinan Syaithon akan tauhid Asma wash Shifat, dalilnya adalah: َِقَب َه فَ ِب ِع هزتِ َل أل ْغ ِ٘ َيْه ُٖ ٌْ أ َ ْج ََ ِعي “Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya”. (Shod: 82) Ucapan yang jelas dari syaithon bahwa ia bersumpah dengan Al ‘Izah, yaitu nama dan sifat Alloh , segaligus penetapan rububiyah yaitu kekuasaan bagi Alloh . Tetapi tetap, laknat Alloh padanya hingga hari akhir, Alloh berfirman: ِ َٗ ِإ هُ َعيَي َْل ىَ ْعَْتِ ِإىَى َي ْ٘ ًِ اى ِذ ِّي “Sesungguhnya laknat-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan". (Shod: 78). Jadi, yang paling diutamakan adalah tauhid uluhiyah, penyerahan sepenuhnya seluruh jenis ibadah kepada Alloh, seperti sholat, puasa, haji, nadzar, tawakkal, ketergantungan kita, takut dan sebagainya dari seluruh jenis-jenis ibadah. Maka, bagi yang meyakini tauhid rububiyah, namun juga pergi ke kuburan mencari berkah, atau pergi ke dukun dalam menyelesaikan masalah, bahkan bertawakal kepada jimat-jimat. Semua ini menghilangkan manfaat dari keyakinan tauhid rububiyah itu, bahkan terancam ke- islamannya. Sebab, tauhid uluhiyah-lah inti dari yang Alloh inginkan terhadap hamba-hamba-Nya, dan inilah misi utama diutusnya para Nabi dan Rasul kepermukaan bumi, Alloh berfirman: ٘ت َ غ اجتَِْبُ٘ا ه ُ اىطب ْ َٗ َاَّلل س٘ال أ َ ُِ ا ْعبُذُٗا ه ُ َٗىَقَ ْذ بَعَ َْْب فِ ُم ِّو أ ُ هٍ ٍة َر “Dan sungguh kami telah mengutus kepada setiap ummat seorang Rasul, untuk menyerukan agar mereka beribadah kepada Alloh semata dan menjauhi thoghut (sesembahan selain Alloh)”. (An-Nahl: 36) Dan firman-Nya yang lebih tegas: ِ ٘ح إِىَ ْي ِٔ أَّهُٔ ال إِىََٔ إِال أََّب فَب ْعبُذ ُُٗ ِ ُّ س٘ ٍه إِال ُ س ْيَْب ٍِ ِْ قَ ْب ِي َل ٍِ ِْ َر َ َٗ ٍَب أ َ ْر “Dan tidaklah Kami mengutus seorang Rasulpun sebelum engkau melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Aku, Maka sembahlah Aku". (Al Anbiya: 25). Dan inilah, kandungan inti dari kalimat syahadat Laa ilaha illalloh ( ٔال إى ) إال هللاperhatikan, kata yang digunakan adalah ilah ( ٔ) إى, asal kata dari ilahiyah atau uluhiyah, maka maknanya adalah tidak ada yang berhak disembah atau di-berikan peribadahan selain Alloh, dan makna ini ditunjukkan dari Al Qur’an, firman Alloh : ِ اَّللَ ُٕ َ٘ ْاى َح ُّق َٗأ َ هُ ٍَب َي ْذعَُُ٘ ٍِ ِْ دُٗ ِّ ِٔ ْاى َب بط ُو رَ ِى َل ِبأ َ هُ ه “Demikianlah, karena Sesungguhnya Allah, Dia-lah yang berhak (untuk disembah), dan Sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah Itulah yang batil” . (Luqman: 30). Semoga bermanfaat!. Sumber rujukan: Al Qur’an karim, Al Qoulul Mufid-Ibnu Utsaimin, At Tanbihaat Syarh Aqidah Al Wasithiyah.