Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PENTINGNYA PENERAPAN ASMA’UL HUSNA AL-‘ADL DALAM


KEHIDUPAN BERMASYARAKAT

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi

Tugas Mata Kuliah Agama Islam

Disusun Oleh :
Nama : Farellya Salwa Nahiza
NIM : 215090500111054
Kelas : 1IJ
Dosen Pengampu : Dr. Mukhlis Fahruddin, M. Si

PROGRAM STUDI STATISTIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021
A. Latar Belakang
Allah SWT adalah dzat yang maha mulia, kemuliaan Allah tiada
bandingnya, tak terbatas, dan bersifat kekal. Allah SWT menciptakan alam semesta
ini tanpa bantuan dari makhluk lain dan untuk kepentingan manusia, maka dari itu
kita sebagai hamba Allah hendaknya senantiasa selalu memuliakan-Nya, dengan
cara selalu menaati segala sesuatu yang telah diperintahkan-Nya serta menjauhi apa
pun yang telah dilarang-Nya. Kemampuan Allah SWT tersebut merupakan bentuk
perwujudan dari salah satu Asmaul Husna yaitu Al- Aziz yang berarti Yang Maha
Mulia atau Yang Maha Perkasa. Allah memiliki 99 Asma’ul Husna, di antaranya
adalah Ar Rahman, Ar Rahim, Al Malik, Al Quddus, As Salaam, Al Mu’min, Al
Muhaimin, dan lainnya.
Allah SWT memperintahkan semua umat-Nya untuk hanya mengabdi atau
beribadah kepada-Nya. Namun, bagaimana mungkin kita menyembah Allah SWT
jika tidak mengenal-Nya. Proses mengenali Allah yang demikian itulah yang dikenal
dengan istilah ma’rifatullah. Allah SWT telah memberikan banyak kemudahan
kepada para hamba-Nya untuk mengenal Allah SWT. Menurut Sayid Sabiq, ada dua
cara untuk mengenal Allah, yaitu mengenal Allah melalui ciptaaan-Nya, dan yang
kedua mengenal Allah SWT melalui nama-nama dan sifat-Nya. Kita harus mengenal
nama – nama Allah SWT dan menerapkannya dalam kehidupan sehari – hari karena
banyak sekali manfaat yang akan kita peroleh, diantaranya mendapat kebaikan dan
perlindungan dari berbagai keburukan yang dapat menimpa, medapat manfaat
kebaikan dan kemuliaan dari sifat – sifat Asma’ul Husna yang disebutkan,
menambah amalan kebaikan yang bisa menjadi kunci keberkahan, mendapatkan
keterangan hati dan dilindungi dari kegelapan hati, dan masih banyak lagi.

B. Kajian Teori
Asmaul Husna merupakan dua kalimat yang berasal dari bahasa Arab yang
memiliki maksud nama yang baik / indah (Ghazali,2008). Asmaul Husna merupakan
istilah yang terkait dengan nama nama Allah Swt. Dalam Bahasa Arab, Asma’ul
Husna berasal dari kata al-asma yang artinya “nama” dalam bentuk jamak, dan al-
isma adalah bentuk tunggalnya. Sedangkan Al-husna sendiri berarti “yang paling
baik”. Sehingga secara istilah, Asmaul Husnya dapat diartikan nama – nama Allah
SWT yang terbaik atau terindah. Asmaul Husna ini tidak hanya mengacu pada nama
– nama, tetapi juga mencakup sebutan, gelar, hingga sifat – sifat Allah SWT. Dengan
mengenali Asmaul Husna serta memahaminya adalah salah satu cara untuk
mengenal Allah. Dengan demikian, ia akan membantu untuk memperkasakan
keimanan seseorang itu kepada Allah (Al-sayyid, 2000). Istilah Asmaul Husna ini
dikenalkan melalui firman Allah dalam Q.S. Thaha / 20:8 yang berbunyi :

‫هّٰللَا ُ ٓاَل ا ِٰل َه ِااَّل ه ۗ َُو َل ُه ااْل َسْ َم ۤا ُء ْالحُسْ ٰنى‬


Artinya : “Dialah Allah, tidak ada tuhan selain Dia, yang mempunyai nama –
nama yang terbaik”
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah SWT yang menurunkan Al-Qur’an
merupakan Maha Kuasa tempat manusia meminta dan merupakan pencipta serta
pemilik alam ini. Allah SWT mempunyai nama – nama terbaik yang menununjukkan
kesempurnaan, keagungan, serta keperkasaan-Nya. Selain itu, juga masih banyak
dijumpai ayat – ayat tentang Asmaul Husna di dalam Al-Qur’an. Diantaranya :
 Q.S. Al-A’raf / 7:180 yang berbunyi :

‫ٕى ۗ ٖه‬Uِِٕ ‫َوهّٰلِل ِ ااْل َسْ َم ۤا ُء ْالحُسْ ٰنى َف ْادع ُْوهُ ِب َه ۖا َو َذرُوا الَّ ِذي َْن ي ُْل ِح ُد ْو َن ف ِْٓي اَسْ َم ۤا‬
‫َسيُجْ َز ْو َن َما َكا ُن ْوا َيعْ َملُ ْو َن‬
Artinya : “ Dan Allah memiliki Asma'ul-husna (nama-nama yang terbaik),
maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebutnya Asma'ul-husna itu dan
tinggalkanlah orang-orang yang menyalahartikan nama-nama-Nya. Mereka
kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”
 Q.S. Al – Isra’ / 17:110 yang berbunyi :

‫قُ ِل ْادعُوا هّٰللا َ اَ ِو ْادعُوا الرَّ حْ ٰم ۗ َن اَ ًّيا مَّا َت ْدع ُْوا َف َل ُه ااْل َسْ َم ۤا ُء ْالحُسْ ٰن ۚى َواَل‬
‫ك َس ِب ْياًل‬ َ ِ‫ِت ِب َها َوا ْب َت ِغ َبي َْن ٰذل‬ْ ‫ِك َواَل ُت َخاف‬
َ ‫صاَل ت‬ َ ‫َتجْ َهرْ ِب‬
Artinya : Katakanlah (Muhammad), “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman.
Dengan nama yang mana saja kamu dapat menyeru, karena Dia mempunyai
nama-nama yang terbaik (Asma‘ul husna) dan janganlah engkau
mengeraskan suaramu dalam salat dan janganlah (pula) merendahkannya
dan usahakan jalan tengah di antara kedua itu.”
Selain itu, dalam sebuah Hadist Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah
menyebutkan bahwa Allah SWT memiliki 99 nama.

:‫هللا صلى هللا عليه وسلم‬ ِ ‫ َقا َل َرسُو ُل‬:‫عن أبي ه َُري َْر َة رضي هللا عنه َقا َل‬
‫ وهو‬،‫الج َّن َة‬
َ ‫أح ٌد إال د ََخ َل‬
َ ‫ظها‬ُ ‫اح ِد ًة ال َيحْ َف‬ ٌ ‫ُون اسمًا م‬
َ ‫ِئة إِال َو‬ َ ‫هلل ِتسْ َع ٌة َو ِتسْ ع‬
ِ "
‫الو ْت َر‬
َ ُّ‫َو ْت ٌر ُيحِب‬
Artinya : Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah
SWT memiliki sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu, siapa yang
'menghitungnya', maka dia masuk surga."
Al-Adl merupakan salah satu dari 99 Asmaul Husna Allah SWT. Dalam
Bahasa Indonesia, Al-Adl berarti maha adil. Sedangkan Al-Adl dalam kamus Lisan
al-Arab diartikan dengan “sesuatu yang lurus”, “menyamakan sesuatu dengan yang
lain”, “seimbang”, “benar dan lurus”, dan “mengimbangi sesuatu”. Al-Adl dalam
Asmaul Husna menunjukkan bahwa keadilan Allah SWT adalah sempurna. Baik
semua yang diciptakan maupun yang ditentukan-Nya merupakan keadilan yang
sempurna, namun terkadang masih banyak yang belum menyadari keadilan Allah
SWT terhadap makhlukNya. Ada beberapa ayat Al – Qur’an yang menjelaskan
tentang Al-Adl, diantaranya :
 Q.S. Al-Ma’idah / :8 yang berbunyi

ُ‫ش َهد َۤا َء ِب ْال ِقسْ ۖطِ َواَل َيجْ ِر َم َّن ُك ْم َش َن ٰان‬ ُ ِ ‫ٰ ٓيا َ ُّي َها الَّ ِذي َْن ٰا َم ُن ْوا ُك ْو ُن ْوا َق َّوا ِمي َْن هّٰلِل‬
‫َق ْو ٍم َع ٰ ٓلى اَاَّل َتعْ ِدلُ ْوا ۗ ِاعْ ِدلُ ْو ۗا ه َُو اَ ْق َربُ لِل َّت ْق ٰو ۖى َوا َّتقُوا هّٰللا َ ۗاِنَّ هّٰللا َ َخ ِب ْي ۢ ٌر‬
‫ِب َما َتعْ َملُ ْو َن‬
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak
keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.
Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah
kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan”
 Q.S. Al Hujurat / :9 yang berbunyi :

‫ت ِاحْ ٰدى ُه َما‬ ْ ‫ٕى َف ٰت ِن م َِن ْالم ُْؤ ِم ِني َْن ا ْق َت َتلُ ْوا َفاَصْ لِح ُْوا َب ْي َن ُه َم ۚا َف ِا ۢنْ َب َغ‬Uِِٕ ‫َو ِانْ َط ۤا‬
‫ت‬ ْ ‫َع َلى ااْل ُ ْخ ٰرى َف َقا ِتلُوا الَّ ِتيْ َت ْب ِغيْ َح ٰ ّتى َت ِف ۤيْ َء ا ٰ ِٓلى اَ ْم ِر هّٰللا ِ ۖ َف ِانْ َف ۤا َء‬
‫ط ْوا ۗاِنَّ هّٰللا َ ُيحِبُّ ْال ُم ْقسِ طِ ي َْن‬ ُ ِ‫َفاَصْ لِح ُْوا َب ْي َن ُه َما ِب ْال َع ْد ِل َواَ ْقس‬
Artinya : “Dan apabila ada dua golongan orang-orang mukmin berperang,
maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat
zalim terhadap (golongan) yang lain, maka perangilah (golongan) yang
berbuat zalim itu, sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah. Jika
golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara
keduanya dengan adil, dan berlakulah adil. Sungguh, Allah mencintai orang-
orang yang berlaku adil”
 Q.S. An – Nahl / 16:90 yang berbunyi
‫ئ ذِى ْالقُرْ ٰبى َو َي ْن ٰهى َع ِن ْال َفحْ َش ۤا ِء‬ ْ ‫هّٰللا‬
ِ ‫ان َو ِا ْي َت ۤا‬
ِ ‫اِنَّ َ َيأ ُم ُر ِب ْال َع ْد ِل َوااْل ِحْ َس‬
ُ ‫َو ْال ُم ْن َكر َو ْال َب ْغي َيع‬
‫ِظ ُك ْم َل َعلَّ ُك ْم َت َذ َّكر ُْو َن‬ ِ ِ
Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan)
perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”

Beberapa ayat Al – Qur’an tersebut menjelaskan bahwa keadlian merupakan


kekuatan dan fitrah kemanusiaan yang diberikan oleh Allah kepada manusia untuk
selalu ditegakkan dalam kehidupan di dunia. Perintah untuk menegakkan keadilan
ditempatkan oleh Allah pada posisi yang sama dengan perintah untuk menegakkan
shalat dan saksi yang jujur. Oleh karena itu keadlian harus menjadi sifat yang
menetap dan mandarah daging dalam jiwa setiap insan, karena tanpa keadilan
mustahil masalah – masalah sosial dan sistem kemasyarakatan akan tegak berdiri.

C. Implementasi dalam kehidupan sehari-hari


Keadilan perlu dan harus ditegakkan dalam kehidupan sehari – hari dengan
tujuan untuk memelihara hak – hak masyarakat dan untuk menghormati harkat
kemanusiaan manusia. Bahkan kemanusiaan tidak akan berarti tanpa adanya
keadilan. Berperilaku adil dapat diartikan memperlakukan orang yang salah sebagai
pihak yang salah dan memperlakukan orang yang benar sebagai pihak yang benar.
Terwujudnya keadilan memang memiliki konsekwensi, seperti pihak yang salah akan
menderita dan pihak yang benar bahagia. Pentingnya menegakkan keadilan, Ibn
Jarir al-Thabari mengutip Riwayat dari Qatadah bahwa nabi menyuruh berlaku adil
dan Rasul telah mempraktekkannya sampai akhir hayatnya. Adil merupakan “neraca
Allah” di bumi, dengan keadilan itu orang teraniaya bisa dibela, dan yang lemah
dapat dibantu.
Keadilan merupakan pemihakan kepada manusia. Tanpa keadilan,
kemanusiaan tidak akan berarti apa – apa. Oleh karena itu keadilan harus bisa
diimplementasikan di kehidupan sehari – hari. Keadilan dapat meliputi berbagai
bidang apapun yang selalu berhadapan dengan kehidupan manusia, seperti bidang
hukum, bidang ekonomi, komunikasi, dan juga interaksi sosial. Contoh
pengimplementasian Al – Adl yang pertama dalam bidang hukum. Atas dasar
keadilan, supremasi hukum harus ditegakkan pada setiap individu masyarakat,
apapun statusnya. Keadilan dalam bidang hukum harus ditegakkan tanpa
memandang bulu, tanpa membedakan satu sama lain, tanpa memandang pekerjaan,
jabatan, kaya atau miskin, tua atau muda, suku, dan lain sebagainya. Jika seseorang
terbukti melakukan kesalahan maka orang tersebut harus dihukum sesuai dengan
peraturan yang berlaku, namun sebaliknya jika seseorang tidak terbukti melakukan
kesalahan maka orang tersebut harus dibela. Begitu pula dalam hal kesaksian,
seseorang harus memberikan saksi sesuai dengan apa yang terjadi tanpa
menambahkan atau melebih-lebihkan hal apapun. Namun, saat ini
pengimplementasian Al – Adl dalam bidang ini sudah semakin luntur. Contohnya
saja di Indonesia yang semakin marak dengan kasus korupsi. Para pemerintah atau
pejabat negara dengan sengaja mengambil uang rakyat yang bukan haknya dan
mereka gunakan untuk kepentingan pribadi. Kasus lainnya adalah suap menyuap
dan penyogokkan, misalnya memperoleh jabatan dengan cara membayar melalui
orang dalam, atau diringankannya hukuman seorang pejabat yang tebukti bersalah
di hadapan hukum dengan cara menyogok hakim dengan uang.
Contoh pengimplementasian Al – Adl yang kedua dalam bidang ekonomi.
Saat berdagang seorang pedagang harus bersikap adil dan jujur. Dalam transaksi
jual beli, alat yang paling umum digunakan adalah takaran dan timbangan. Kedua
alat ini merupakan simbol dari bidang ekonomi yang harus mendapat perhatian
khusus sekaligus simbol dari betapa rentannya bidang ekonomi dipermainkan dan
dibelokkan dari nilai – nilai keadilan. Dalam Islam tidak dikehendaki adanya
kesetimpangan ekonomi antara satu individu dengan individu lainnya, oleh karena itu
monopoli (al-ihtikar) atau apapun istilahnya sama sekali tidak dibenarkan.
Selanjutnya pengimplementasian Al-Adl dalam bidang interaksi sosial,
bermasyarakat, dan keluarga. Setiap mukmin selalu dituntut untuk berlaku adil
terhadap sesamanya dan berperan aktif dalam mendamaikan dua belah pihak atau
kelompok yang saling bertikai secara adil. Dalam menegakkan keadilan, pihak
pendamai boleh memerangi salah satu kelompok yang berbuat aniaya sehingga
mereka kembali kepada perintah Allah sebagaimana hal ini telah diungkap dalam
surat Al-Hujurat ayat 9. Begitu pula dalam hal komunikasi yang lebih terfokus pada
setiap perkataan atau ucapan yang dikemukakan dalam persaksian, penetapan
hukum, atau dalam pergaulan sehari – hari. Perkataan atau ucapan-ucapan itu harus
mengandung kebenaran dan keadilan, sekalipun akan merugikan kaum kerabat
sendiri. Banyak sekali pengimplementasian sifat Al-Adl yang bisa kita lakukan dalam
kehidupan sehari-hari, diantaranya seperti memberikan perlakuan yang sama
kepada semua orang, tidak membeda-bedakan atau pilih kasih dalam berteman,
menjadi bagian dari solusi bukan bagian dari masalah agar mendapat ketenangan
dan kedamaian hidup, tidak melakukan keberpihakan saat menjadi seseorang yang
dipercaya untuk memutuskan suatu perkara, berani mengakui kesalahan saat
berbuat salah dan selalu bersikap sportif. Sedangkan contoh dari
pengimplementasian Al-Adl di lingkungan keluarga diantaranya, orang tua harus
bersikap adil kepada anak-anaknya dan tidak pilih kasih, misalnya dalam memberi
uang saku, orang tua harus memberi uang saku seusai dengan kebutuhan masing-
masing anaknya.
Selain itu juga ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk meneladani
Asmaul Husna Al-Adl dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya dengan selalu
berbaik sangka (suudzon) kepada Allah. Terkadang kita masih mengeluh terhadap
apapun yang terjadi pada diri kita dan kadang kita langsung berpikir bahwa Allah
tidak adil, padahal sejatinya Allah maha pemilik keadilan dan Allah Maha Mengetahui
apa yang terbaik untuk diri kita, sehingga kita harus senantiasa bersyukur kepada
Allah akan segala keputusan-Nya yang adil. Dengan demikian, bisa saja rahasia
keadilan Allah akan terungkap dan membuat kita bahagia atas keadilan-Nya. Kita
juga harus bersikap, berbicara, serta bertingkah laku dengan baik terhadap semua
orang, dan juga tidak melakukan sesuatu yang didasari rasa dendam, marah, atau
mementingkan kepentingan sendiri. Hal tersebut harus dilakukan agar perbuatan kita
tidak merugikan orang lain, sehingga kita akan memberikan hak-hak orang lain
sesuai dengan hak yang mereka miliki. Menegakkan keadilan merupakan
perwujudan pengabdian kita kepada Allah, Sang Maha Adil.

D. Kesimpulan
Asma’ul Husna terdiri dari dua kata, yaitu asma yang berarti nama – nama, dan
Husna yang berarti baik atau indah. Sehingga Asmaul Husna dapat diartikan sebagai
nama-nama yang baik lagi indah yang hanya dimiliki oleh Allah SWT. Kita harus
mengenal nama – nama Allah SWT dan menerapkannya dalam kehidupan sehari –
hari karena banyak sekali manfaat yang akan kita peroleh. Pemahaman dan
penghayatan terhadap Asmaul Husna bukan saja dapat membantu makhluk
mengenal akan penciptanya, akan tetapi dapat mendorong meperbaiki akhla
kkepribadian seseorang selaras dengan makna Asmaul Husna itu sendiri. Al-Adl
merupakan salah satu dari 99 Asmaul Husna Allah SWT. Dalam Bahasa Indonesia,
Al-Adl berarti maha adil. Al-Adl dalam Asmaul Husna menunjukkan bahwa keadilan
Allah SWT adalah sempurna. Keadlian merupakan kekuatan dan fitrah kemanusiaan
yang diberikan oleh Allah kepada manusia untuk selalu ditegakkan dalam kehidupan
di dunia. Keadilan dapat meliputi berbagai aspek dan bidang, mulai dari hukum,
ekonomi, individu, interaksi sosial, bermasyarakat, dan keluarga. Dengan demikian
ada begitu banyak sekali pengimplementasian sifat Al -Adl yang bisa kita wujudkan
di kehidupan sehari – hari. . Oleh karena itu keadlian harus menjadi sifat yang
menetap dan mendarah daging dalam jiwa setiap insan, karena tanpa keadilan
mustahil masalah – masalah sosial dan sistem kemasyarakatan akan tegak berdiri.
DAFTAR PUSTAKA

Suryadinata, M. 2000. Al–‘Adl dalam perspektif Al-Qur’an, (online),


(http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/refleksi/article/view/14389), diakses pada 11 Oktober
2021.

Taufik, Ahmad., dan Iim Halimah. 2019. Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Kelas X Sekolah Menengah Atas / Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta : Direktorat
jenderal Pendidikan Islam Kementrian Agama RI.

Rosyadah, Indriani. 2019. Penafsiran tentang keadilan menurut wahbah al-zuhayli dalam
tafsir al-wasith: Telaah akar kata al-'adl, al-qist dan al-mizan, (online),
(http://digilib.uinsgd.ac.id/32557/) , diakses pada 11 Oktober 2021.

Anda mungkin juga menyukai