Materi Pembelajaran
Materi
65
karena mereka orang yang menganiaya diri sendiri
(zhalim), suka berbuat kerusakan (fajir), dan kekacauan
(fasid). Mereka ini mengenyampingkan etika atau mengikuti
nilai-nilai negatif yang merusak kehidupan.
66
Kedua, Tuhan yang dipercayai lebih daripada yang
lain, manusia lalu menaruh kepercayaan kepada-Nya
adalah Tuhan yang memang pantas dipercaya dan
Tuhan yang serba Maha dan bukan “Tuhan” yang
biasa-biasa saja.
67
relegius berupa Islam dalam arti pasrah atas keharusan
sunnatullah kepada manusia.
68
pertolongan)dan orang-orang yang meminta-minta;
dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan
shalat, dan menunaikan zakat; serta orang-or- ang
yang menepati janji apabila ia berjanji, dan orang-
orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan
dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang
benar (imannya); dan mereka itulah orang- orang
yang bertakwa”(Q.S. Al-Baqarah ; 177).
69
mengetahui lagi Maha Mengenal”(Q.S. Al-Hujurat:
13).
70
sebagai Amanah Allah SWT yang harus
dilakukan secara profesional.
Keempat, hidup terasa lebih indah, ringan dan
sukses karena semua perbuatannya semata-
mata menghadap ridha Allah SWT SWT ,
tidak untuk pamrih dari sesama manusia.
71
Bersyukur karena mendapatkan nikmat dan karunia
lebih mudah dilakukan walaupun hanya sedikit yang
mau melakukannya, namun bersyukur dalam
mendapat musibah lebih sedikit lagi dan lebih sedikit
lagi yang mampu melakukannya sebagaimana
Allah SWT berfirman:
72
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),
maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. Dan
Musa berkata: “Jika kamu dan orang-orang yang
ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat
Allah SWT) maka sesungguhnya Allah SWT Maha
Kaya lagi Maha Terpuji” (Q.S. Ibrahim; 7-8).
73
h. Taubat, taubat secara harfiah adalah kembali kejalan
Tuhan atau perbuatan terpuji. Dalam pengertian istilah
taubat itu adalah sikap penuh keyakinan dan kesadaran
akan kebenaran jalan Tuhan dan bertekad untuk
kembali kejalan Tuhan (yang lurus) setelah
sebelumnya tersesat di jalan kenistaan disertai penuh
harap akan ampunan dan kasih-Nya. Taubat
mempunyai dimensi: (a) menyadari kebenaran jalan
ilahi sebagai jalan hidup terpuji, (b) menyesali
kesalahannya yang menyebabkan hidupnya tercela, dan
(c) bertaubat tidak mengulangi lagi kesalahan itu dan
kembali ke jalan kebenaran.
74
“Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun
kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya,
niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras
atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada
kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan
berbuat dosa”(Q.S. Hud:52).
75
Kehidupan organisasi (pemerintah maupun bisnis) akan
sangat indah apabila dimanaje oleh orang-orang yang
karakternya dibentuk oleh pendidikan etika. Penampilannya
akan santun, ramah dan menyejukan dari pada mereka yang
kering etikanya karena tidak terbiasa dalam pendidikan.
Mereka yang kering etika ini boleh jadi tidak menyadari,
karena mereka tidak tahu apa sebabnya. Yang merasakan
kesenjangan etika itu adalah orang-orang yang dilayaninya,
misalnya dalam ungkapan menyebalkan.
Etika terhadap sesama ini dapat di kelompokkan dalam tiga
kategori:
76
a. Budaya dan Etika yang berhubungan dengan sifat
pribadi
Umat Islam hendaknya dapat mewarisi sifat pribadi yang
dicontohkan Rasulullah SAW sebagaimana maksud
hadis
berikut ini:
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk
menyempurnakan akhlak”
77
Al-Qur’an mengatakan bahwa hakekat kehidupan ini
adalah menjaga amanah dan yang tidak mampu
menjaga amanah adalah pada hakekatnya bukan
manusia (insan) atau makhluk yang tidak diberi ruh
oleh Tuhan seperti langit, bumi dan gunung (Q.S.
Al-Ahzab: 72). Segala apa yang ada di bumi yang
dipercayakanAllah SWT kepada manusia untuk
mengelolanya dan yang dipercayakan manusia lain
kepada dirinya adalah amanah. Anak, istri,
binatang piaraan, sawah, ladang, pekerjaan dan
jabatan semuanya adalah amanah yang harus dijaga
dan dipelihara sesuai dengan permintaan/perjanjian
yang memberikan amanah yaitu Allah SWT dan
sesama manusia.
78
4. Khalifah mempunyai banyak arti tergantung
konteks pemakaiannya. Khalifah yang dimaksud
disini adalah bukan dalam arti politik, tetapi
dalam arti genitiknya sebagaimana yang
dimaksud Al-Qur’an bahwa manusia adalah
makhluk yang diberi amanah, kepercayaan oleh
Tuhan untuk mengelola bumi atau sebagai wakil
Allah SWT dimuka bumi, sebagaimana firman
Allah SWT:
79
Kalau Tuhan saja menghormati manusia atas
dasar potensinya dalam mengelola alam adalah
suatu keniscayaan bagi manusia untuk bersikap
yang sama.
Kehadiran manusia di muka bumi mengemban
tugas suci yaitu sebagai pengelola (manajer) dan
pemimpin (leader) kehidupan diri
dan lingkungannya, bukan sekedar mencari
makan atau mengumpulkan harta kekayaan.
Kedudukan manusia sebagai
khalifah mengharuskan manusia untuk
memiliki rasa tanggung jawab, percaya diri,
berpikir dan berjiwa besar dan berpandangan
jauh ke depan, sehingga mampu melahirkan
gagasan dan tindakan strategis yang fungsional
bagi diri dan lingkungannya.
80
adalah suatu sikap batin yang kokoh tak
tergoyahkan kepada kebenaran dan cita-cita
walaupun harus menghadapi kesulitan, rintangan,
cobaan, dan ujian. Sikap istiqamah ini menghiasi
diri orang yang beriman dengan kokoh. Ia berani
mengatakan; Qul al-haq walau kaana murran
(katakanlah kebenaran itu walau pahit), walaupun
dihadapan pemimpin yang lalim. Istiqamah adalah
kunci keberhasilan dalam hidup sebagaimana
firman Allah SWT:
81
sebenarnya mereka sangat membutuhkan. Sikap
ini merupakan refleksi dari rasa malu yaitu malu
kepada Allah SWT yang telah memberikan
karunianya yang tak terhingga.
82
1. Silaturrahmi adalah pertalian rasa cinta kasih antar
sesama manusia, khususnya antar saudara, kerabat,
handai taulan, tetangga, dan mitra kerja. Hubungan
dan komunikasi antar sesama manusia ini harus
dibangun atas dasar cinta kasih. Dengan cinta
kasih semua persoalan, semua masalah dapat
diselesaikan dengan win-win solution dan happy
ending (khusnul khatimah). Dalam silaturrahmi
terdapat misi kemanusiaan yang harmonis seperti:
cinta kasih (rahmah), perdamaian (ishlah),
kerukunan dan kebersamaan (ukhuwah) dan
seterusnya.
83
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu di sisi Allah SWT
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah SWT Maha mengetahui lagi
Maha Mengenal”. (Q.S. Al-Hujurat:13).
84
“Orang-orang beriman itu sesung guhnya
bersaudara, sebab itu damaikanlah
(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu
itu dan takutlah terhadap Allah SWT, supaya
kamu mendapat rahmat. Hai orang-orang yang
beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi
yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan
jangan pula sekumpulan perempuan
merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang
direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka
mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil
dengan gelaran yang mengandung ejekan,
seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan)
yang buruk sesudah iman dan barangsiapa
yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-
orang yang zalim. Hai orang-orang yang
beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka
85
(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka
itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan
orang dan janganlah menggunjingkan satu sama
lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka
memakan daging saudaranya yang sudah mati?
Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan
bertakwalah kepada Allah SWT. Sesung guhnya
Allah SWT Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang”. (Q.S. Al-Hujurat: 10-12).
86
4. Tawadhu (rendah hati) adalah merendahkan
kemuliaan yang dimiliki terhadap orang lain yang
lebih rendah dan tetap menjaga diri terhadap orang
lain yang lebih tinggi. Sikap rendah hati berasal
dari ketundukan kepada yang haq dari manapun
datangnya dan bukan ketundukan karena silau
terhadap dunia.
87
“… dan di atas tiap-tiap orang yang ber
pengetahuan itu ada lagi yang Maha
Mengetahui”. (Q.S. Yusuf: 76).
88
c. Budaya dan Etika yang berhubungan dengan
aktivitas pekerjaaan
89
Bekerja dalam perspektif Islam adalah bekerja yang
terbaik (ahsanu amala). Sebagaimana firman
Allah SWT berikut ini:
90
“..dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada
Allah SWT, sesungguhnya Allah SWT amat berat
siksa-Nya”. (Q.S. Al-Maidah: 2).
91
6. Al-Wafa adalah menepati janji apaila seseorang
berjanji setiap orang yang berjanji akan dimintai
pertanggungjawaban oleh manusia dimana ia
berjanji dan di akhirat nanti oleh Tuhan,
sebagaimana dijelaskan oleh firman Allah SWT
berikut:
Ringkasan
92
Tuhan memuji hamba-Nya yang mempunyai sikap etis
terhadap Tuhan-Nya, karena dengan itu ia dapat
mengembangkan etika positif bagi kehidupannya.
Sebaliknya Allah SWT S W T sangat membenci orang-
orang kafir (kafirun) dan munafiq (munafiqun).
Evaluasi
Senarai
93
keragaman budaya, agama, bahasa, adat istiadat, peradaban,
suku bangsa dan politik.
94
Al-Wafa adalah menepati janji apaila seseorang berjanji
setiap orang yang berjanji akan dimintai
pertanggungjawaban oleh manusia.
Daftar Referensi
95