Anda di halaman 1dari 18

Abstrak

Ikhlas merupakan suatu sikap yang sangat dianjurkan dalam Islam, karena dengan
sikap ikhlas bernilai ibadah dan akan orang yang ikhlas akan dicintai oleh Allah
SWT. Namun, dalam realita sekarang sikap ikhlas sudah sulit untuk diaplikasikan
dalam kehidupan muslim sehari-hari sebab masih banyak yang belum paham akan
penting dan keutamaan ikhlas. Tujuan tulisan ini yaitu, agar menyadarkan terhadap
sesama akan pentingnya ikhlas. Metode penulisan yang digunakan adalah metode
pustaka yaitu mencari dan mengumpulkan bahan tulisan dari berbagai sumber, baik
sumber cetak seperti buku maupun sumber online. Tulisan ini membahas tentang
makna, bagaimana proses untuk mencapai keikhlasan serta keutamaan ikhlas. Ikhlas
merupakan perbuatan yang berlandaskan motivasi untuk memperoleh keridhoan
Allah swt. Ikhlas adalah prasyarat utama bagi diterimanya semua amal ibadah.
Tanpa adanya ikhlas, amal ibadah tidak akan sampai kepada Allah dan akan
tergolong sebagai amal yang sia –sia.
Kata Kunci : Ikhlas, Sikap, Ridha

Abstract
Sincere attitude is an attitude that is highly recommended in Islam, because a sincere
attitude has the value of worship and a sincere person will be loved by Allah SWT.
However, in today's reality, sincerity is difficult to apply in Muslim daily life because
there are still many who do not understand the importance and virtue of sincerity. The
purpose of this paper is to make others aware of the importance of sincerity. The
written method used is the library method, which is to find and collect written material
from various sources, both printed sources such as books and online sources. This
paper discusses the meaning, how is the process to achieve sincerity and the virtue of
sincerity. Sincere actions based on motivation to get the pleasure of God Almighty.
Ikhlas is the main prerequisite for the acceptance of all acts of worship. Without
sincerity, acts of worship will not reach Allah and will be classified as futile deeds.
Keywords: Sincerity, Attitude, Pleased
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Amal yang pasti diterima adalah yang dikerjakan dengan ikhlas. Amal
hanya karena Allah semata, dan tidak ada harapan kepada makhluk sedikit pun.
Niat ikhlas bisa dilakukan sebelum amal dilakukan, bisa juga disaat melakukan
amal atau setelah amal dilakukan. Salah satu karunia Allah yang harus disyukuri
adalah adanya kesempatan untuk beramal. Menjadi jalan kebaikan dan
memberikan manfaat kepada orang lain. Karenanya, jangan pernah menunda
kebaikan ketika kesempatan itu datang. Lakukan kebaikan semaksimal mungkin
dan lupakan jasa yang sudah dilakukan. Serahkan segalanya hanya kepada
Allah. Itulah aplikasi dari amal yang ikhlas.
Seseorang yang ikhlas ibarat orang yang sedang membersihkan beras
dari kerikil-kerikil dan batu-batu kecil di sekitar beras. Jika beras itu telah
bersih, beras yang dimasak menjadi nikmat dimakan. Tetapi jika beras itu masih
kotor, ketika nasi dikunyah akan tergigit kerikil dan batu kecil. Demikianlah
keikhlasan, menyebabkan beramal menjadi nikmat, tidak membuat lelah, dan
segala pengorbanan tidak terasa berat. Sebaliknya, amal yang dilakukan dengan
riya’ akan menyebabkan amal tidak terasa nikmat. Pelakunya akan mudah
menyerah dan selalu kecewa. Namun, banyak dari kita yang beribadah tidak
berlandaskan rasa ikhlas kepada Allah SWT, melainkan dengan sikap riya’ atau
sombong agar mendapat pujian dari orang lain. Hal inilah yang dapat
menyebabkan ibadah kita tidak diterima oleh Allah SWT.
Sedemikian pentingnya kedudukan ikhlas dalam amal ibadah, sehingga
dalam al-Qur’an sendiri sebagai sumber utama dalam ajaran Islam-terdapat
banyak ayat yang membicarakan masalah ikhlas dalam berbagai aspeknya. Oleh
karena itu, sesuai dengan tema yang telah ditentukan, kajian dalam tulisan ini
akan berupaya memaparkan konsep ikhlas.
B. Pernyataan Masalah
Pemahaman tentang ikhlas sangat penting karena berkaitan dengan agama
Islam. Selain sebagai prinsip dasar tauhid, ikhlas merupakan salah satu aspek
utama akhlak Qur’ani yang mempunyai pengaruh sangat penting bagi amal
perbuatan manusia dalam kehidupan, baik di dunia maupun di akhirat. Namun,
di era saat ini semakin banyak umat muslim mengabaikan aspek penting ini,
karena penghambaannya hanya kepada kehidupan duniawi. Penghambaan ini
yang menjadikan jarak antara hamba dengan Tuhan semakin jauh, karena
semakin ternodainya tempat kehadiran-Nya, yaitu hati. Oleh sebab itu, perlunya
dikaji lebih dalam mengenai makna ikhlas, bagaimana proses untuk menggapai
ikhlas dan mengapa kita harus ikhlas dikarenakan masih banyak muslim yang
belum sadar akan pentingnya ikhlas untuk kebaikan dunia dan akhirat.

C. Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan ikhlas?
2. Bagaimanakah proses prewujudan ikhlas dimasyarakat beserta contohnya?
3. Mengapa seorang mukmin harus ikhlas?

D. Tujuan
1. Mengetahui makna dari ikhlas.
2. Mengetahui proses perwujudan ikhlas beserta contohnya.
3. Mengetahui manfaat dan keutamaan ikhlas.

E. Metodologi
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah menggunakan
metode pustaka. Metode pustaka merupakan metode dengan cara mencari dan
mengumpulkan bahan tulisan dari berbagai sumber, baik sumber tercetak seperti
buku maupun sumber online.

F. Hasil
Hasil setelah pembahasan makalah ini adalah mahasiswa dapat memahami
makna ikhlas, mengetahui manfaat dan keutamaan ikhlas serta
mengimplementasikan ikhlas di kehidupan sehari –hari.
BAB II
ISI

A. Pengertian Ikhlas
Ikhlas ditinjau dari sisi bahasa berasal dari kholusho, yaitu kata kerja intransitif
yang artinya bersih, jernih, murni, suci, atau bisa juga diartikan tidak ternoda
(terkena campuran). Ikhlas menurut bahasa adalah sesuatu yang murni yang tidak
tercampur dengan hal- hal yang bisa mencampurinya. Dalam al-Qur’an disebutkan:

“Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi
kamu. Kami memberimu minum dari apa yang ada dalam perutnya (berupa) susu
yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang
meminumnya.” (QS. an-Nahl: 66)
Pada ayat di atas Allah swt. telah memberikan pelajaran bagi kita lewat binatang
ternak. Betapa Dia telah memisahkan susu dari bercampurnya kotoran dan darah,
padahal ketiga macam benda tersebut sama-sama berada dalam satu tubuh (perut).
Demikian itulah makna ikhlas, yakni sesuatu yang bersih dan murni dari segala
campuran. Dikatakan bahwa “madu itu murni” jika sama sekali tidak tercampur
dengan campuran dari luar.
Selanjutnya, setelah mengalami penambahan huruf menjadi akhlasho, maka kata
itu berubah menjadi transitif yang berarti membersihkan atau memurnikan. Orang
yang membersihkan atau memurnikan dikatakan sebagai al-mukhlis. Dalam al-
Qur’an disebutkan:

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan


memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus …”
(QS. al-Bayyinah: 5)
Maka, orang yang ikhlas adalah orang yang menjadikan agamanya murni hanya
untuk Allah saja dengan menyembah-Nya dan tidak menyekutukan dengan yang
lain dan tidak’ riya dalam beramal.
Ulama terkenal Abi Qasimy al-Qusyairi berkata, “Ikhlas adalah menjadikan
tujuan taat satu-satunya hanyalah kepada Allah swt. Dia ingin mendekatkan diri
kepada Allah. Bukan untuk mendapat pujian.”
Hasan al-Banna berkata tentang makna ikhlas, “Ikhlas adalah seorang saudara
muslim yang bermaksud dengan kata-katanya, amalnya, dan jihadnya, seluruhnya
hanya kepada Allah, untuk mencari ridha Allah dan balasan yang baik dari Allah
dengan tanpa melihat kepada keuntungan, bentuk, kedudukan, gelar, kemajuan atau
kemunduran. Dengan demikian ia menjadi tentara aqidah dan fikrah dan bukan
tentara keinginan atau manfaat.”
Menurut Sayyid Sabiq, ikhlas adalah, “Menyengajanya manusia dengan
perkataannya, amal, dan jihadnya hanya karena Allah semata-mata, dan karena
mengharap keridhaannya. Bukan karena mengharap harta, sanjungan, pangkat,
kemasyuran, atau maju mundurnya, amalnya terangkat dari kekurangan-kekurangan
dan terangkat dari akhlak yang tercela dan dengan demikian ia mendapatkan
kesenangan Allah.”
Dari beberapa penjelasan tentang makna ikhlas di atas, dapat diambil
kesimpulan bahwa keseluruhannya mengarah pada makna, yakni pengharapan
terhadap ridha Allah semata dan tidak mengiringinya dengan pengharapan terhadap
ridha dari selain Allah. Oleh karena itu, wajarlah jika lawan dari sifat ikhlas disebut
juga syirik kecil, yakni ketika kita menyandingkan makhluk sejajar dengan Allah
sebagai pihak yang dimintai keridhaannya

B. Proses Ikhlas diMasyarakat


Ikhlas dalam amal adalah sesuatu yang sungguh sulit dilakukan. Oleh karena itu,
perlu usaha terus – menrus secara rutin. Terkadang kita bisa terlepas dari riya yang
satu tetapi kemudian muncul riya dalam bentuk lainnya. Riya adalah penyakit hati
yang bisa datang kapan saja, terkadang kedatangannya tanpa disadari. Jangan
sampai kita merasa berhasil menyingkirkan penyakit itu, kemudian tidak mau
beusaha dan berhenti berlatih.
“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahn) karena sesuangguhnya
nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh
Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS.
Yusuf :53). Berikut dikemukakan beberapa kiat agar dapat ikhlas.
1. Bertanya Sebelum Berbuat
Setiap kali hendak melakukan amal apapun adalah meneliti, memeriksa, dan
menimbang suatu perbuatan. Terlebih dahulu kita harus tahu bahwa yang kita
perbuat itu benar dan baik. Kita harus tahu syarat diterimanya amal. Untuk itu,
biasakan berpikir dan berupaya keras memutuskan dengan tepat setiap langkah
yang hendak kita tempuh. Ikhlas itu identik dengan kemantapan, percaya diri,
ketenangan, dan kekokohan jiwa, juga kecerdasan.

2. Menjaga Ikhlas Ketika Beramal


Setelah kita menentukan amal dan menata niat dengan benar, maka awalilah
dengan membaca basmalah. Segala aktivitas kita: mau keluar rumah, jalan-
jalan, memasak, sampai memakai pakaian, seyogyanya kita mulai dengan
mengucap basmalah. Rasulullah saw. bersabda: “Setiap perkara itu punya
keadaan yang mulia. Jika tidak dimulai dengan membaca basmalah maka ia
terputus (berkurang kebaikannya).”
Sabda Beliau ini mengandung maksud bahwa ucapan basmalah yang keluar dari
mulut kita itu hendaknya bukan hanya sekedar ucapan semata, namun ia mampu
mengingatkan hati kita sehingga perbuatan yang kita lakukan benar-benar ikhlas
karena Allah. Karena jika hanya di mulut saja, maka ia sedikit manfaatnya
walaupun itu sudah baik.
Ketika beramal, kita harus selalu menjaga keikhlasan kita. Karena bukannya
tidak mungkin, niat ikhlas yang telah kita bangun sejak awal menjadi rusak di
tengah- tengah kita mengerjakan amal. Bisa jadi karena munculnya keadaan-
keadaan tertentu, kita menjadi lupa, tertipu dan akhirnya rusaklah keikhlasan
tsb. Misalnya karena dilihat orang banyak, diawasi orang yang kita hormati,
didengar oleh teman-teman kita. Karena itu, ada beberapa kesadaran yang harus
selalu kita bangun ketika beramal. Yakni antara lain:
a.) Ketahuilah dan sadarilah bahwa Allah swt. adalah Rabb yang berhak
disembah. Karena Dia-lah pencipta alam semesta, yang telah memberikan
nikmat yang tiada terhitung kepada kita.
Kita adalah makhluk lemah, sedang Dia-lah yang Kuasa.
“Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Mahasuci, Yang
Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelhara,
Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan,
Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan.”(QS. Al-Hasyr: 23).
b.) Konsentrasikan pikiran dan hati kita hanya kepada Allah swt. Sadarlah
bahwa Allah senantiasa mengetahui gerak gerik. Apapun yang dilakukan
kalau konsentrasi kita hanya tertuju kepada Allah, maka kita akan mudah
mencapai ikhlas. Imam Ali ra. berkata, “Orang yang ikhlas adalah orang
yang memusatkan pikirannya agar setiap amalnya diterima oleh Allah.”
c.) Selalu ingatlah pada surga Allah yang luasnya seluas langit dan bumi, yang
disediakan bagi para hamba-Nya yang beriman dan beramal ketaatan
kepada-Nya. Kita beramal bukan untuk mendapatkan kesenangan dunia
yang sedikit dan cepat menghilang, tapi kita beramal untuk meraih surga
Allah swt. yang kekal abadi.
d.) Yakinlah akan besarnya pahala di sisi Allah swt. bagi orang yang beramal
dan berjuang secara ikhlas. Ketika hati kita telah mampu melihat pahala
yang dijanjikan Allah, maka segala sesuatunya akan terasa ringan
e.) Lakukan amal ketaatan dengan perasaan penuh harap akan rahmat Allah
disertai dengan rasa takut dan cemas kalau amalnya tidak diterima Allah.
Al-Qur’an menggambarkan kondisi hati orang yang ikhlas ketika beramal
sebagai orang-orang yang hatinya dipenuhi perasaan takut dan cemas.
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan,
dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka
akan kembali kepada Tuhan mereka.” (QS. al-Mu’minun: 60)
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam
(mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada
Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang
khusyuk kepada Kami.” (QS. al-Anbiyaa: 10)
Ketika Rasulullah saw. ditanya tentang maksud ayat ini, Beliau
menjawab, “Yang dimaksud dengan ayat itu adalah mereka yang shalat,
puasa, bersedekah namun mereka takut tidak diterima oleh Allah.” (HR.
Tirmidzi dengan sanad sahih).
f.) Ingatlah selalu bahwa ajal selalu mengintai. Beramallah kepada Allah
seakan kita akan meninggalkan dunia ini esok hari. Sabda Rasulullah saw.:
“Beramallah kepada Allah seakan engkau melihat-Nya! Anggaplah dirimu
sebagai orang-orang yang telah mati!” (HR. Thabrani dan Baihaqi)
Ketika seseorang selalu mengingat kematian, maka ia akan berusaha
mengikhlaskan setiap ibadah yang ia kerjakan. Ia merasa khawatir ketika ia
berbuat riya’ sementara ajal siap menjemputnya tanpa minta izin terlebih
dahulu. Sehingga ia takut meninggalkan dunia bukan dalam keadaan husnul
khatimah (baik akhirnya) tapi su’ul khatimah (jelek akhirnya).

3. Menjaga pahala setelah beramal


Sesungguhnya keikhlasan itu tidak hanya ada ketika sedang mengerjakan
amal kebaikan, namun keikhlasan harus ada baik sebelum maupun sesudah
melakukan amal kebaikan. Karena bukan berarti ketika kita telah selesai
beramal, lalu kita telah aman dari sesuatu yang bisa merusak amal. Penyakit
berbahaya yang biasa akan muncul setelah amal adalah perasaan ‘ujub,
berbangga diri dengan ibadah dan amal kebaikan.

4. Berlatih dan Jangan Putus Asa!


Dalam berjuang mencapai ikhlas, butuh keseriusan, kegigihan dan
keistiqamahan. Jangan pernah surut melakukan amal ibadah, melakukan
kebajikan sosial, betapa pun kadar keikhlasannya. Karena, untuk sampai pada
derajat ikhlas yang tertinggi, butuh proses yang panjang. Tidak ada sesuatu pun
di dunia ini yang terjadi dengan sendirinya tanpa melalui proses, kecuali bagi
Allah swt. Ikhlas tidak akan datang sendiri. Keikhlasan itu berjenjang dari mulai
tahapan minimalis sampai tahapan maksimalis.
Misalnya pada tahap awal kita bersedekah mungkin ada campuran tidak
ikhlasnya. Tapi tidak mengapa. Jangan mundur dan putus asa. Mau berbagi
dengan orang lain saja itu sudah baik. Jangan takut dan khawatir amal kita akan
sia-sia. Lakukan dan berusahalah untuk ikhlas. Jika bersungguh-sungguh
berlatih ikhlas, Allah Maha tahu dengan kesungguhan dan niat kita.
Allah berjanji dalam al-Qur’an: “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari
keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan
Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat
baik.” (QS. al-’Ankabuut: 69).

5. Selalu Berdoa Kepada Allah


Ketahuilah bahwa hati manusia cepat berubah. Jika saat ini dapat beribadah
dengan ikhlas, bisa jadi beberapa saat kemudian ikhlas tersebut berganti dengan
riya’. Pagi ikhlas, mungkin sore sudah tidak. Hari ini ikhlas, mungkin esok
tidak. Riya’ adalah penyakit yang sulit dideteksi dan kerap muncul tiba-tiba
dalam hati kita. Dan kita tidak akan mampu melakukan sesuatu kecuali dengan
bantuan dan anugerah Allah. Karennya kita harus selalu memohon dan berdoa
kepada Allah SWT untuk senantiasa selalu diberikan keikhlasan.

Maka dapat disimpulkan, untuk dapat mencapai rasa ikhlas adalah dengan
mengosongkan pikiran disaat sedang beribadah kepada Allah SWT. Kita hanya
memikirkan Allah, shalat untuk Allah, zikir untuk Allah, semua amal yang kita
lakukan hanya untuk Allah. Lupakan semua urusan duniawi, kita hanya tertuju pada
Allah. Jangan munculkan rasa riya’ atau sombong di dalam diri. Rasakanlah Allah
berada di hadapan kita dan sedang menyaksikan kita. Insya Allah dengan cara
tersebut keikhlasan dapat dicapai. Dan jangan lupa untuk berdo’a memohon kepada
Allah SWT agar kita dapat beribadah secara ikhlas untuk-Nya, sebagaimana do’a
Nabi Ibrahim a.s, ”Sesungguhnya jika Rabb-ku tidak memberi hidayah kepadaku,
pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.” (QS. al An'aam: 77).

Contoh ikhlas dimasyarakat :


1. Membantu orangtua membersihkan rumah tanpa syarat seperti meminta uan
jajan lebih.
2. khlas dalam memberikan sedekah tanpa meminta imbalan dalam bentuk apapun
3. Berbuat baik kapanpun di manapun tanpa bertujuan untuk memamerkannya di
hadapan orang lain.
4. Tidak mengungkit - ungkit kebaikan yang pernah kita berikan kepada orang
lain.
5. Tidak melakukan suatu kebaikan atau memberi pertolongan dengan tujuan
untuk mendapat pujian orang lain.
6. Ikhlas dalam beribadah semata - mata hanya karena ingin mengharap ridho
Allah dan tidak karena ingin dianggap agamis oleh orang

C. Keutamaan Ikhlas
Ikhlas merupakan buah dari intisari iman. Seseorang tidak dianggap beragama
dengan benar jika tidak disertai keikhlasan. Hal ini termaktub dalam firman Allah
Swt, dalam Q.S. al-An‟am [6]:162 dan Q.S. al-Bayyinah [98]:5.
Amal apa yang mungkin dapat kita kerjakan dengan ikhlas? Semua perintah
Allah merupakan amal ibadah yang dapat kita kerjakan dengan ikhlas selama
mengharapkan keridhaan-Nya. Seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan lainnya, selain
itu juga perbuatan duniawi seperti makan, tidur, nikah, kerja dan olahraga harus
disertai dengan niat mencari ridha Allah Swt.
Amal kebajikan yang dilakukan dengan hati yang ikhlas menurut para salaf-
saleh, akan membuat seorang pejalan ruhani atau ahli ibadah jadi tidak mau
memikirkan tentang masalah ganjaran. Sebab, amal kebajikan yang dilakukan itu
dilandasi oleh rasa senang kepada Allah dan RasulNya. Sedang amal kebajikan
yang dilakukan karena merasa senang kepada allah dan rasul- Nya itu, merupakan
amal ibadah yang tidak memikirkan tentang masalah apakah ia bakal mendapat
ganjaran atau tidak. Ia melakukan ibadah itu karena ia ingin berterimakasih kepada-
Nya. firman Allah:

Artinya : ” Dan (aku telah diperintah): hadapkanlah wajahmu kepada agama dengan
tulus dan ikhlas, dan jangan sekali-kali kamu termasuk orang yang musyrik”
Amirul mukminin ali bin abi thalib berkata, “Janganlah kalian berusaha keras
untuk beramal banyak, tetapi berusahalah agar amal kalian terkabul.” Janganlah kita
bertujuan untuk memperbanyak amal baik. Tapi berusahalah agar amal baik yang
kita lakukan diterima Allah Swt. Karenanya manusia, harus senantiasa menjaga dan
berusaha meraih keikhlasan dalam beramal.kita juga harus berusaha melakukan
tarbiyah islam, serta mendorong para remaja dan orang tua agar beramal secara
ikhlas dan murni karena Allah.
Kedudukan ikhlas sangat penting karena ia menjadi penentu suatu amal. Ikhlas
adalah penentu kualitas. Dalam beribadah yang sifatnya ritual, menjadi bernilai di
mata Allah Swt, jika ia dilakukan semata karenaNya. Kita paham bahwa ibadah itu
mulia, tetapi menjadi sia-sia ketika tidak diniatkan karena Allah Swt. Oleh karena
itu, dengan setiap beribadah atau beramal, kita harus memurnikan niat dengan
hanya karena Allah Swt.

D. Hikmah Yang Dapat Diperoleh


1. Kebahagiaan dan Kepuasan yang Tak Terputus karena Tidak Mengharapkan
Imbalan Apapun dari Manusia
Setiap manusia menginginkan dan mendambakan kehidupan yang bahagia,
menikmati hidup ini tanpa merasa terbebani oleh berbagai masalah. Hal ini
hanya akan dirasakan oleh orang yang sungguh-sungguh berupaya ikhlas,
menjaga setiap amalnya, baik amal ibadah maupun amal saleh dalam kehidupan
bermasyarakatnya, hanya bagi Allah. Mengapa demikian? Karena betapapun
baiknya perbuatan seseorang, jika hal itu tidak dilandasi atas dasar keikhlasan,
maka yang akan muncul kemudian adalah rasa kecewa, menyesal, dan bahkan
sakit hati. Sebagian orang mampu melakukan perbuatan baik, tetapi bukan
karena mereka takut kepada Allah, melainkan ingin mendapatkan kehormatan
dan pujian di mata manusia. Mereka mempunyai tujuan untuk mendapatkan
balasan dan keuntungan dunia, besar maupun kecil.
Contoh: seseorang yang mengirimkan barang dan pakaiannya untuk orang yang
kehilangan tempat tinggal karena bencana alam. Ia mungkin saja membantu
saudaranya atau bersikap baik dan sayang. Ia mungkin hormat dan penuh
toleransi kepada orang yang lebih tua. Jika perlu, ia bisa saja mengorbankan
dirinya, ikut serta dalam kegiatan kemanusiaan. Semua itu adalah perbuatan
yang baik. Tapi jika ia tidak ikhlas, pasti ujung-ujungnya ia akan kecewa dan
merugi. Berbeda dengan hamba yang ikhlas, ia tidak pernah mengharapkan
imbalan atau balasan apapun dari manusia. Dia melakukan amal ibadahnya
murni hanya karena mengharapkan ridha dan pahala dari Allah. Ia hanya
berpikir dan bergantung kepada Allah SWT, yang akan memberi balasan yang
terbaik untuknya. Ia yakin bahwa setiap perbuatannya tidak ada yang kecil
dalam pandangan Rabb-nya.
Sayyidina Ali ra. pernah berkata, “Orang yang ikhlas itu jangankan untuk
mendapatkan pujian, diberikan ucapan terimakasih pun dia sama sekali tidak
akan pernah mengharapkannya, karena setiap kita beramal hakikatnya kita itu
sedang berinteraksi dengan Allah, oleh karenanya harapan yang ada akan
senantiasa tertuju kepada keridhaan Allah semata.” Karena itu, orang yang
ikhlas batinnya akan selalu dipenuhi oleh kebahagiaan, kegembiraan,
ketenangan, dan kepuasan.

2. Tidak Diliputi oleh Ketakutan dan Kekhawatiran


Kebanyakan manusia lebih sering ditimpa ketakutan, kekhawatiran, dan
kegelisahan, daripada merasakan kebahagiaan dan ketenangan. Memang ketika
mendapatkan kenikmatan dunia, maka ia akan bahagia, berbangga diri dan
cenderung lupa diri. Tapi, sebentar saja kebahagiaan itu datang, perasaan takut
dan khawatir segera datang menghantuinya
Contoh : Ketika menduduki jabatan atau kedudukan, ia takut digeser, Mengapa
kegelisahan dan ketakutan itu begitu menguasai jiwanya? Krena mereka kurang
ikhlas dalam menjalani hidup ini. Mereka hanya mengarahkan tujuan dan cita-
citanyanya pada kesenangan dunia yang sudah pasti akan sirna dan menghilang.
Pandangan mereka hanya tertuju pada harta, jabatan, kepopuleran, dan
gemerlapnya perhiasan dunia. Maka, segala sikap, perilaku, dan tindakannya
hanya akan diperuntukkan untuk memperoleh dunia dan mengumpulkannya
yang sebanyak-banyaknya. Kondisi dan keadaan yang demikian ini sangat
berbeda dengan orang yang ikhlas. Walaupun orang yang ikhlas juga bisa
merasa takut dan gelisah, namun ketakutannya itu tidak akan sampai menguasai
hatiny. Ia tidak pernah takut kehilangan dunia, karena ia percaya bahwa dunia
dan segala isinya hanyalah milik Allah. Ia juga tidak akan bersedih jika ditimpa
kesulitan dan kemalangan dunia, karena ia yakin bahwa Allah akan tetap
menyayangi dan mengasihinya. Ia hanya takut jika Allah tidak meridhainya,
memurkainya, dan menimpakan siksa kepadanya. Ia hanya khawatir dan gelisah
memikirkan bagaimana nasibnya kelak di hari pembalasan.

3. Malaikat Akan Menjadi Penolongnya dan Menggembirakannya dengan Janji-


Janji Surga
Tentu sebuah anugerah yang teramat besar tatkala hidup kita di dunia ini
selalu dilindungi, dijaga, dan ditolong oleh para tentara Allah, yaitu para
malaikat Allah yang selalu siap menjaga dan membantu, di manapun dan
kapanpun. Dan semua perlindungan serta penjagaan itu Allah spesialkan kepada
para hamba-Nya yang ikhlas. Allah swt. berfirman dalam al-Qur’an:
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Tuhan kami ialah Allah’
kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun
kepada mereka dengan mengatakan: ‘Janganlah kamu takut dan janganlah
merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan
Allah kepadamu.’”(QS. Fushshilat: 30)
Ayat di atas melukiskan bagaimana penyertaan khusus Allah terhadap para
kekasih-Nya, yakni dengan cara mengutus malaikat yang selalu menjaga,
mengawasi, melindungi, dan menggembirakannya.Makna bahwa para malaikat
menjadi penolong orang mukmin adalah malaikat punya pengaruh pada ruh-ruh
manusia dengan ilham dan mukasyafah keyakinan, sebagaimana syaitan juga
mempunyai pengaruh pada ruh dengan menimpakan was-was dan khayalan
batal. Orang yang ikhlas yakin bahwa Allah akan mencukupinya,
melindunginya, dan ridha padanya, dan itu disebabkan karena ia telah mau rela
dan ikhlas dengan keputusan-Nya.
Ketika Nabi Musa as dan para pengikutnya dikejar Firáun dan bala
tentaranya, para pengikutnya khawatir dan takut mereka dapat dikejar oleh bala
tentara. Tapi, Nabi Musa as dengan tenang berkata, “Sekali – kali tidak akan
tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk
kepadaku “(QS.asy-Syuáraa:62). Kapanpun dan dimanapun seorang hamba,
Allah bisa melihat dan mengawasi, menolong dan melindngi. Orang yang
tujuannya diarahkan pada Allah, maka ia akan selalu bahagia dan gembira
karena cinta pada-Nya.

4. Semua Mahluk akan Mencintai dan Menyayanginya


Orang yang ikhlas akan dicintai oleh banyak manusia. Mengapa? Karena ia
adalah kekasih Allah, hamba yang disayangi Allah. Dan jika Allah menyayangi
hamba-Nya, maka ia memerintahkan kepada seluruh malaikat, setiap penghuni
langit dan bumi agar mereka juga menyayanginya. Dalam hadis yang sahih
dinyatakan: “Sesungguhnya apabila Allah mencintai seorang hamba, maka Dia
menyeru Jibril dan berkata, ‘Wahai Jibril, sesungguhnya Aku mencintai fulan,
maka cintailah ia, maka Jibril pun mencintainya. Kemudian Jibril menyeru
kepada penduduk langit, ‘Sesungguhnya Allah mencintai fulan, maka cintailah
ia.’ Maka penduduk langit pun mencintainya. Kemudian ditanamkanlah
kecintaan padanya di bumi. Dan sesungguhnya apabila Allah membenci seorang
hamba, maka Dia menyeru Jibril dan berkata, ‘Wahai Jibril, sesungguhnya Aku
membenci fulan, maka bencilah ia.’ Maka Jibril pun membencinya. Kemudian
Jibril menyeru kepada penduduk langit, ‘Sesungguhnya Allah membenci fulan,
maka bencilah ia.’ Maka penduduk langit pun membencinya. Kemudian
ditanamkanlah kebencian padanya di bumi.” (HR. Bukhari-Muslim).
Orang yang ikhlas akan cepat disukai dan membuat orang lain merasa
nyaman dengannya. Ia menyadari sepenuhnya bahwa sifat-sifat menipu yang
dilakukan untuk mendapatkan pengaruh pada orang lain akan merusak
ketulusan hatinya. Ia akan merasa nyaman dan damai karena mengetahui bahwa
Allah adalah satu-satunya teman baik dan satu-satunya pelindung. Inilah yang
membuat kebanyakan manusia mencintai dan menyayanginya. Karena
sesungguhnya, watak dasar manusia itu suka dan cinta pada pada ketulusan,
kejujuran, dan keikhlasan.

5. Mampu Menjalani Hidup dengan Penuh Semangat, Gairah, dan Prestasi


Hidup ini akan terasa indah dan nikmat jika kita mampu tetap bersemangat
dan bergairah dalam berusaha dan berjuang mewujudkan setiap cita-cita yang
diinginkan. Dalam menjalani kehidupa, Rasulullah saw. telah mengajarkan
kepada kita: “Beramallah untuk duniamu seakan engkau akan hidup
selamanya. Dan beramallah untuk akhiratmu seakan engkau akan mati besok.”
Ikhlas memiliki daya ubah dan daya gugah yang begitu besar. Keikhlasan
dapat menyemangatkan hidup dan beraktivitas apapun. Karena ikhlas itu
bersikap aktif, bukannya pasif. Ikhlas berbeda dengan pasrah. Ikhlas adalah
menerima ketetapan Allah sambil terus berusaha mencari solusi dalam
menyelesaikan masalah atau problem yang terjadi, bukan berdiam diri.
Sedangkan pasrah sama dengan ngalah, menyerah sebelum berusaha.
Contoh: bila suatu ketika kita tersandung atau terjatuh, kita akan merasakan
sakit. Konsep pemikiran ikhlas dengan aktif mengajak kita menyadari bahwa
kita telah jatuh dan kita sakit karenanya (bukan malah mengingkarinya, bukan
malah menolak sakit tersebut, bukan mencari-cari sebab kejatuhan secara
berlebihan, bukan mencari kambing hitam untuk disalahkan). Ketika kita
mampu menerima kenyataan tersebut dengan tidak meratapinya, maka hal ini
akan membuat sakit hanya sebatas sakit saja. Tidak berkembang menjadi
berlipat-lipat akibat penolakan kita. Tidak berkembang menjadi berkali-kali
akibat ketidakmampuan kita menerima hal tersebut.

6. Tegar, Kuat, dan Tidak Putus Asa dalam Menghadapi Berbagai Persoalan
Hidup
Hidup ini adalah masalah, ujian dan cobaan. Tidak ada seorang pun dalam
kehidupan ini yang tidak menemui masalah. Setiap manusia pasti akan diuji
dengan masalah. Allah swt. berfirman:
“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan
(yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.”
(QS. Al-Anbiyaa: 25)
Hanyalah orang yang ikhlas yang mampu menghadapi hidup ini dengan tetap
tegar, tabah, dan sabar. Kekuatan keyakinan akan indahnya pahala di sisi Allah
swt. bagi orang yang beramal dan berjuang secara ikhlas, akan membuahkan
sikap mental: segala beban dan penderitaan yang didapat saat berjuang
dirasakan ringan, bahkan dirasakan sebagai sesuatu yang nikmat,
menyenangkan, dan membahagiakan. Ia menjalaninya tanpa keluh-kesah.

7. Mampu Mempertahankan, Memelihara, dan Memperkuat Memperkuat


Ukhuwwah Islamiyyah
Orang yang orientasi perbuatannya hanya tertuju pada dunia, ia akan mudah
terjangkiti penyakit iri dan dengki. Adanya perilaku seperti iri dan dengki,
berebut pengaruh dan perhatian orang, saling dendam, melakukan tipu daya,
hilangnya persaudaraan dan silaturahim, timbulnya bermacam konflik dan
permusuhan, semua itu merupakan akibat dari ketidakikhlasan dan
ketidaktulusan. Andai saja seseorang tujuannya ikhlas hanya mengharapkan
keridhaan dan pahala Allah, maka tidak akan timbul sikap saling iri dan dengki,
saling berebut. Karena ridha Allah itu amat luas, tak berbatas. Ketika salah
seorang dari mereka melihat saudaranya rajin berbuat ketaatan dan kebaikan,
maka ia akan ikut bahagia karena ia suka dan senang jika Allah ditaati dan
disembah banyak orang. Kecintaannya itu merupakan tanda bahwa ia benar-
benar mencintai Allah.

8. Surga Terindah Bagi Orang yang Ikhlas


Hanya dengan keikhlasan, surga Allah itu dapat diraih. Rasulullah saw.
pernah menceritakan ada seseorang yang hanya karena menyingkirkan sepucuk
duri dari tengah jalan, maka kepadanya diganjar dengan rahmat oleh Allah swt.,
sehingga meraih surga. Mengapa demikian? Karena pada saat dia memungut
duri itu, hatinya teramat ikhlas. Dia tidak ingin duri itu mencederai para
pengguna jalan. Dia mengharapkan rahmat dan keridhaan Allah semata.
Ada kisah tentang seorang wanita pemaksiat, tapi bisa diampuni dosanya dan
diberikan rahmat oleh-Nya, lantaran memberi minum seekor anjing yang tengah
kehausan. Wanita itu sangat kasihan melihat penderitaan anjing, sehingga
hatinya tergugah untuk memberinya minum, walaupun ia harus turun ke dalam
sumuruntuk mencedok air dengan menggunakan sepatunya. Dua kisah
sebagaimana yang diceritakan dalam hadis yang sahih ini memberikan pelajaran
kepada kita bahwa betapa tingginya dan berharganya nilai sebuah keikhlasan.
Andai saja seseorang dalam satu kesempatan hidupnya sanggup mengerjakan
satu amal saja dengan ikhlas, walaupun amal itu hanya seberat atom, sedangkan
ia orang yang beriman, tentu ia akan masuk surga.
BAB III
KESIMPULAN

Ikhlas adalah melakukan sesuatu perbuatan dengan hati bersih, murni semata-
mata hanya untuk mencari keridhaan Allah dan memurnikan perbuatan dari segala
bentuk kesenangan duniawi, dan tidak dicampuri dengan keinginan atau motivasi-
motivasi yang dapat merusakkan keikhlasan.
Perbuatan yang dilakukan secara ikhlas mencari keridhaan- Nya dapat
mempengaruhi setiap amal perbautan manusia. Dengan keikhlasan manusia dapat
merasakan ketenangan jiwa, kepasrahan terhadap ketentuan Allah, keistiqamahan dalam
beramal, dan menciptakan masyarakat yang aman serta stabilitas kehidupan, sehingga
dapat mengendalikan perbuatan yang batin dan yang bersifat merusak.Ikhlas merupakan
esensi dari ibadah, baik ritual maupun non ritual. Tanpa keikhlasan, ibadah apapun tidak
memiliki nilai sama sekali dihadapan Allah.
Ikhlas dalam amal adalah sesuatu yang sulit dilakukan. Karena itu, perlu usaha
terus-menerus untuk melatih dan mengevaluasi keikhlasan secara rutin.
DAFTAR PUSTAKA

Andirja, Abu Muhsin Firanda, Ikhlas dan Bahaya Riya ( Januari, 2011)
Daud, Miss Rosidah Haji, Skripsi : Ikhlas Dalam Perspektif Al-Quran.(Banda Aceh :
UIN Ar-Ranry , 2017)
Khadijah, Nur, Skripsi : Ikhlas Dalam Beramal menurut Mussafir (Surabaya : UIN
Sunan Ampel, 2018)
Mustafa, Mahmud Ahmad, Dasyatnya Ikhlas. (Penerbit MedPress Digital, 2012)
Sanusi, Mohammad Ruhan, Kuliah Wahidiyah, (Jombang : DPP PSW, 2010)

Anda mungkin juga menyukai