Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BERPERILAKU
TERPUJI

Disusun oleh :
1. HERNI PERMATA SARI
2. DIANA SARI
3. LISTIANINGSIH
4. KARYATI
5. MAYA APRIANI
6. MASRINA
7. MELA HENDIKA
8. NEVI LIANI
9. SEPTIANA ANGELIA
10. RIKA INDRIANI

Guru Pembimbing :
ALAMSYAH, S.Pd

SMA NEGERI 02 MUKOMUKO


KECAMATAN IPUH
KEBUPATEN MUKOMUKO
2010
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah Pendidikan Agama Islam
dengan judul : ”Berperilaku Terpuji”.

Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Pelajaran
PAI di SMA Negeri 02 Mukomuko. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Guru Pembimbing yang telah
mengarahkan penulis dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini masih terdapat


banyak kekurangan yang diakibatkan keterbatasan kemampuan penulis sendiri.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan bantuan berupa saran dan kritik
untuk kesempurnaan penyusunan makalah yang akan datang.

Ipuh, Oktober 2010


Penulis
BERPERILAKU TERPUJI

A. PENGERTIAN TAUBAT

1. Taubat

Menurut bahasa, kata taubat berasal dari bahasa Arab taba, yatuuba, taugah
yang berarti kembali. Sementara itu, arti taubat menurut istilah adalah kesadaran
dan penyerahan akan dosa atau kesalahan yang diperbuat dan berminat akan
memperbaikinya. Taubat juga berarti kembali pada agama yang benar.

Taubat merupakan jalan yang dapat menyelamatkan manusia dari kehancuran


setelah mereka melakukan perbuatan dosa dan maksiat. Taubat merupakan
pertanda kelapangan dan kemudahan agama Islam, serta merupakan sumbangan
Islam yang dalam hal pengampunan dosa.

Manusia harus tunduk dan patuh terhadap Tuhannya. Tetapi kenyataannya


menunjukkan bahwa manusia sering membangkang perintah Allah dan melanggar
larangan-Nya. Oleh karena itu kesalahan atau dosa suatu hal yang tidak dapat
dihindari oleh manusia, walau bagaiana pun semangat orang beragama. Al insaanu
mahallul khata’ wananisiyan yaitu manusia tempat salah dan lupa.

Allah Maha Pengampun, dan akan mengampuni orang yang mau bertaubat.
Allah SWT tidak akan mengampuni perbuatan dosa besar kecuali mereka itu
bertaubat. Rasulullah SAW bersabda :
“Tiap anak Adam itu mempunyai kesalahan dan sebaik-baik yang mempunyai
kesalahan itu mereka yang mau bertaubat” (Riwayat Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Agar taubat yang dilakukan oleh seseorang termasuk dalam kategori taubat
yang sebenarnya (taubat nashuha), ia harus memenuhi ketentuan di bawah ini :
a. Menyesali perbuatan dosa yang pernah dilakukan
b. Keinginan yang kuat untuk tidak mengulangi perbuatan dosa.
c. Melakukan perbuatan baik secara terus menerus dan mengurangi perbuatan
jahat dengan perbuatan baik.

Taubat dalam arti menyesali diri terhadap perbuatan dosa di masa lampau
adalah usaha orang yang bertaubat untuk menebus dosa dan kesalahan yang
diperbuatnya pada masa lalu dengan perbuatan baik. Satu hal yang harus diingat,
jika dosa itu berkaitan dengan hak-hak manusia maka selain persyaratan di atas,
orang yang bertaubat itu juga harus minta maaf kepada orang yang ia sakiti. Selain
itu, ia juga harus mengembalikan milik orang tersebut jika ia mengambilnya.

Perbuatan dosa yang dilakukan seseorang dapat membawa akibat buruk bagi
pelakunya. Beberapa kerugian yang diakibatkan oleh perbuatan dosa antara lain
sebagai berikut :
a. Menjauhkan dari pertolongan Allah SWT. Hal ini karena Allah SWT hanya
akan menolong hamba-Nya yang taat.
b. Membuat hidup tidak berkah atau tidak berdaya guna dan tidak bermanfaat.
c. Membuat rusak lingkungan hidup dan penderitaan bagi yang lain.
d. Membuat hati menjadi keras sehingga sulit untuk menerima kebenaran.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh orang yang bertaubat agar
taubatnya diterima Allah SWT. Syarat-syarat itu adalah sebagai berikut :
a. Taubat yang dilakukan seketika itu juga, yaitu setelah sadar bahwa telah
berbuat kesalahan.
b. Jika ada hak orang lain yang harus diselesaikan terlebih dahulu, misalnya
utang.
c. Taubat hendaknya merupakan taubat nasuha, yaitu benar-benar menyesal atas
kesalahan yang diperbuat dan bertekad tidak akan mengulangi lagi.
d. Mengakui dan menyadari bahwa dirinya sangat membutuhkan magfirah atau
ampunan Allah SWT.
e. Mengganti kesalahan dengan kebaikan.

Taubat mempunyai beberapa hikmah atau keutamaan, diantaranya :


a. Mendapatkan rahmat dari Allah SWT.
b. Bebas dari kesalahan, lapang dari kesempitan, murah rezeki.
c. Membersihkan jiwa.
d. Meningkatkan keimanan.
e. Sumber kekuatan.
f. Terhindar dari azab Allah SWT.

2. Contoh Perilaku Taubat

Manusia tidak luput dari salah dan dosa, maka jika sadar akan kesalahan-
kesalahannya dan ingin bertaubat kepada Allah jangan ditunda-tunda. Akan keliru
besar jika menunda-nunda taubatnya, karena dengan penundaan itu berarti ia
menggantungkan urusannya kepada hidup yang akan datang yang tidak berada
dalam kekuasaannya.

Taubat harus dilakukan segera setelah sadar akan dosa-dosa yang telah
dikerjakannya, sebelum pintu taubat ditutup. Taubat tidak hanya sekedar di mulut
saja, akan tetapi taubat yang dilakukan harus merupakan apa yang dinamakan
taubat nasuha. Taubat nasuha yaitu taubat secara sungguh-sungguh untuk tidak
melakukan atau mengulangi perbuatan dosa lagi untuk selama-lamanya.

3. Membiasakan Perilaku Bertaubat Dalam Kehidupan Sehari-Hari.

Dosa kecil dapat berkembang menjadi dosa besar karena dosa kecil itu
dikerjakan secara terus menerus, menganggap kecil pada dosa yang dilakukan,
bahkan dosa kecil itu dilakukan dengan senang hati.

B. PENGERTIAN RAJA’

Raja’ menurut Bahasa Arab berarti mengharap. Raja’ adalah sikap mengharap
ridha, rahmat dan pertolongan Allah SWT serta yakin bahwa hal itu dapat diraih.
Mengharap atau harapan menurut Al-Gazali, adalah kegembiraan hati karena menanti
harapan yang kita senangi. Harapan yang kita nantikan harus disertai dengan usaha dan
do’a. harapan yang tidak disertai usaha dan do’a dapat menjadikan seseorang
mengkhayal atau berangan-angan atau angan-angan disebut gurur.

Jika mengharap ridha, rahmat dan pertolongan Allah SWT, kita harus memenuhi
ketentuan Allah SWT. Jika tidak pernah melakukan sholat ataupun ibadah-ibadah lainnya
jangan harap akan meraih ridha, rahmat dan pertolongan Allah SWT.
Sayyidina Ali r.a. berkata, “Sesungguhnya orang alim yang benar ialah yang tidak
membuat orang-orang putus asa terhadap rahmat Allah yang tidak membuat orang
merasa aman dari hukuman Allah”.

Oleh karena itu, para ulama adalah pewaris para nabi. Ulama adalah dokter-dokter
hati yang memberikan nasehat yang mendatangkan harapan (raja’) bagi setiap orang
sakit.

Berikut ini akan dibahas yang termasuk sifat raja’, yaitu optimis, dinamis, berpikir
kritis dan mengendalikan diri.

1. Optimis
Optimis memungkinkan seseorang melewati setiap warna kehidupan dengan
lebih indah dan membuat suasana hati lebih terang. Rasa optimis dapat
menghilangkan penderitaan batin seseorang dan harapannya dapat timbul kembali.
Tidak ada faktor yang mampu mengurangi beban permasalahan dalam kehidupan
ini, sebagaimana daya yang terkandung dalam gairah optimisme.
Rona kebahagiaan akan tampak di wajah orang yang optimis, tidak saja
ketika ia menikmati kepuasan hidup, juga sepanjang hidupnya baik dalam situasi
positif maupun negatif.
Percaya kepada diri sendiri adalah sikap yang sangat penting dalam mencapai
usaha atau cita-cita. Agar keyakinan menjadi kuat, perlu disertai dengan semangat
percaya diri dengan membuang rasa takut dan ragu. Menghargai dan percaya diri
sangat diperlukan agar dapat menemukan jati diri yang seutuhnya sehingga usaha
meraih cita-cita dapat berhasil.

2. Dinamis

Dinamis adalah sikap untuk terus berkembang, berpikir cerdas, penuh kreasi
dan rajin beradaptasi dengan lingkungan. Orang yang bersikap dinamis tidak akan
mudah merasa puas dengan prestasi-prestasi yang diperoleh, tetapi akan berusaha
terus-menerus untuk meningkatkan kualitas diri.
Orang yang dinamis akan jauh dari sifat malas, berpangku tangan menunggu
bintang jatuh dan hujan emas. Sikap dinamis menurut kreativitas dan mengisi
waktu luang dengan kegiatan positif, menciptakan kreasi baru serta tidak
membiasakan diri berperilaku konsumtif.
Perhatikan juga enam resep sikap dinamis, seperti yang disampaikan K.H.
Mawardi Labbay El Sulthan berikut :
a. Mengingat keutamaan, menahan amarah, dan menyadari terpujinya sifat
pemaaf, seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadits.
b. Mengingat pedihnya siksa Allah SWT serta sadar bahwa kekuasaan Allah
lebih besar dari pada kekuasaan diri kita. Sadar bahwa kita juga sedang
mengharap ampunan Allah supaya di hari akhir nanti tidak mendapat siksa.
c. Ingatlah, akibat dari permusuhan, iri, dan dengki yang dapat menyebabkan
pertikaian berkepanjangan.
d. Bercerminlah supaya kita melihat rupa yang jelek, tak ubahnya seperti seekor
anjing yang buta yang sedang mengamuk.
e. Melakukan semua hal yang dapat menyembuhkan dendam dan dengki.

3. Berpikir Kritis

Berpikir kritis adalah proses berpikir secara sistematis, cermat, serta teliti
dalam mengkritisi setiap persoalan. Berpikir merupakan kerja akal dan akal
merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Dengan akal, manusia
dilebihkan dari makhluk Allah yang lain. Oleh karena itu, akal merupakan bagian
yang paling penting dan strategis dalam mengkaji berbagai fenomena dan gejala
alam untuk mendukung dan membuktikan kemahakuasaan Allah SWT.
Allah SWT memuji orang-orang yang menggunakan akalnya secara kritis,
bahkan Allah SWT menempatkan orang yang beriman dan berilmu pengetahuan
beberapa derajat lebih tinggi.

4. Mengendalikan Diri

Mengendalikan diri adalah kemampuan seseorang dalam menguasai dirinya


terhadap berbagai kondisi yang dihadapinya. Pengendalian diri merupakan hal-hal
yang penting dalam kehidupan. Orang yang mampu melakukan pengendalian diri
memiliki unsur sebagai berikut :

a. Sabar
Sabar merupakan faktor yang dominan dalam mendukung seseorang
untuk mampu mengendalikan diri. Tanpa sikap sabar seseorang mustahil
mampu melakukan pengendalian diri. Sikap sabar ini memang sangat disukai
oleh Allah SWT.

b. Tenang
Ketenangan seseorang dalam menghadapi berbagai persoalan dalam
kehidupan adalah merupakan kunci dalam menumbuhkan sikap pengendalian
diri. Tidak mungkin terjadi sikap pengendalian diri tanpa didukung sikap
yang tenang.

c. Tawakal
Tawakal merupakan bagian yang paling strategis dalam pengendalian
diri dan merupakan hal yang harus ditumbuhkan. Agar sikap pengendalian
diri terus tumbuh dan berkembang dengan baik. Allah SWT mengingatkan
kita untuk selalu bertawakal dalam menghadapi berbagai persoalan
kehidupan.
Rasulullah SWT diutus ke dunia untuk menyempurnakan akhlak
manusia yang pada saat itu sangat rusak akhlaknya.

5. Mengenali Diri Sendiri

Salah satu cara dalam mengharap keridhaan Allah SWT, ialah dengan
berusaha mengenali dirinya sendiri. Barangsiapa yang mengenal dirinya tentu akan
mengenal Tuhannya. Seorang mukmin yang mengenal dirinya tentu akan
menyadari bahwa dirinya adalah makhluk Allah yang harus selalu tunduk pada
ketentuan-ketentuan-Nya (Sunnatullah). Hal ini sesuai dengan maksud dan tujuan
diciptakannya umat manusia yakni semata-mata untuk menghambakan diri pada
Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai