BAB: I PENDAHULUAN
Nama lengkap: Abdus As-Samad bin Abdur-Rahman bin Abdul Jalil bin
Syaikh Abdul Wahab bin Syaik Ahmad Al-Mahdali. Sedangkan nama yang sering
beliau tulis pada berbagai karya intelektualnya, seperti pada naskah Zatul
UZLAH (KALUT/BERSUNYI)
pandangan yaitu: “Bersunyi sendiri lebih afdhal (lebih baik), dari pada bercampur
dengan manusia”.1
afdhal (lebih baik), dari pada bercampur dengan manusia”. Adapun yang memilih
pendapat ini orang-orang Abid (ahli ibadah) dan orang Zuhud (orang yang
1
Syaikh Abdus Shomad al-Palimbani, Sair al-Salikin ila Ibadati Rabbil Alamin, Juz II,
Al-Haramain, 1779, hlm: 145.
1
meninggalkan persoalan duniawi secara materi). Seperti: Sofian As-Sauri, Ibrahim
Bin Idham, Daud At-Thai, Fadhil Bin Iyas, Sulaiman Al-Kahus, Bishir Al-Hafi.
“Ya Rasulullah apa yang melepaskan dari pada kejahatan itu, Nabi menjawab:
Hendaklah luaskan akan dikau oleh rumahmu yakni diam engkau didalam
rumahmu dan pegang oleh mu atas agama dan menangislah atas kesalahanmu
itu”.
2. Riwayat Saidina Umar “Ambil oleh kamu dari pada kemenangan kamu dari
menjauhi manusia.
kemungkaran dan kedzaliman dimuka bumi ini, dan manusia-manusia yang jauh
dengan manusia lebih afdhal (lebih baik) dari pada bersunyi sendiri”. Alasanya:
berbuat kebajikan dan takutlah atas Allah Swt. Dan jangan kamu bertolong-
2
Ibid,.. hlm: 146.
2
Penjelasannya:
Sya’bi, Ibnu Abi Lail, Kisam Ibnu Uruf, Ibnu Syambramah, Syari’ Ibnu Abdullah,
Ibnu Ayaynah, Ibnu Mubarak, Imam Syafi’ie Imam Ahmad Bin Hambali, dan
B. Syarat-syarat Uzlah
fiqah, kemudian menjauhi akan manusia itu, semestinya bagi orang yang
ilmu fiqih, ilmu tauhid, dan ilmu tasawuf agar dapat memperbaiki ibadanya dan
fardzu puasa dengan syarat yang membatalkan puasa dan barang sebagainya dari
pada segala yang di wajibkan atas fardzuin. Namun bagi orang yang berkehendak
Kata Fadhil Ibnu Iyas, setengah dari pada tanda orang kurang akal, yang
Kata Saidina Abdillah Bin Abbas, bermula yang terlebih afdhal tempat
duduk itu yaitu duduk didalam rumahmu, yang tiada engkau melihat akan
manusia. Dan tiada diliaht oleh manusia akan engkau, dari perkataan kedua
3
Ibid,.. hlm:147-148.
3
pendapat itu, cenderung pada mazhab pertama yang mengatakan bahwa menjauhi
tiada selamat agamanya itu melainkan dengan menjauhi manusia. Maka lebih
C. Faedah-Faedah Uzlah
didalam zikir, pikir, dan jinak hati akan Allah Swt. Dan demikian itu tiada dai
4
Ibid,.. hlm:148.
4
4. Lemah Iman: Mengikut berbuat maksiat jika dia bersama orang
lain.
Ketiga: lepas dari fitnah, bantahan, dan lepas dari berkelahi, kemudian
Keempat: lepas dari menyakiti hati orang lain dan lepas dari disakiti oleh
orang lain karena bercampur dengan manusia. Hal seperti dikatakan perbuatan
Keenam: lepas melihat perangai orang lain yang buruk, dan lepas dari
Pertama: dapat mengajarkan ilmu dan belajar ilmu, namun hal itu ibadah
manfaat dari padanya, seperti memberi sedekah, bantuan sosial dengan hartanya
5
Ibid,.. hlm:149-150.
5
sehingga mendapati pahala akan dia di akhirat kelak. Namun hal itu tiada
Ketiga: dapat mengajarkan adab dan belajar adab, maksudnya ialah belajar
adab yang dapat mensucikan akan hatinya dari segala sifat yang kecelaan
alim dan takwa. Sehingga menunjukan akan dirinya untuk senantiasa takut kepada
Kelima: menghasilkan pahala bagi dirinya dan bagi orang lain sebab
pahala bagi dirinya dan orang lain seperti hadir dalam pengurusan jenazah dan
menjenguk orang yang sakit. Juga hadir ia untuk melaksanakan sholat jama’ah
adalah dengan bercampur dengan manusia lain, ia akan merendahkan dirinya dari
merendahkan akan orang lain. Dengan begitu bersih hatinya dari sifat
baik, maka ia ketahui akan baik buruk dirinya melainkan dengan bercampur
dengan manusia.
6
KESIMPULAN
ibadah kepada Allah. Ada dalam bentuk aktifitas bersunyi sendiri ada juga yang
supaya terhindar dari perbuatan yang dilarang oleh Allah Swt, dan bercampur
dengan manusia perbuatan saling tolong menolong dalam hal kebaikan. Dari dua
aktifitas tersebut adalah cara manusia mengikuti perintah Allah Swt dan sunnah
Rasulullah Saw.
7
RUJUKAN DAN SUMBER-SUMBER KITAB
Syaikh Abdus Shomad al-Palimbani, Sair al-Salikin ila Ibadati Rabbil Alamin,
Juz II, Surabaya: al-Haramain, 1779.
Dalam karyanya Sairu as-Salikin ila ‘Ibadati Rabbi al-‘Alamin (1779 M),
Syaikh Abdus-Samad al-Palimbani mengumpulkan berbagai sumber informasi
untuk digunakan sebagai rujukan untuk menguraikan dan menjelaskan dengan
mengambil contoh masalah dari: