PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dakwah amar ma'ruf nahi munkar secara praktis telah
berlangsung sejak adanya interaksi antara Allah dengan hambaNya (periode Nabi Adam AS), dan akan berakhir bersamaan
dengan berakhimya kehidupan di dunia ini. Pada awalnya Allah
mengajar Nabi Adam AS nama-nama benda, Allah melarang Nabi
Adam mendekati pohon dan Allah memerintahkan para malaikat
sujud kepada Nabi Adam, semua Malaikat pada sujud kecuali
Iblis, dia enggan dan takabur. Manusia diciptakan oleh Allah
sebagai khalifah di bumi. Berdakwah, beramar makruf dan
bernahi munkar adalah salah satu fungsi strategis kekhalifahan
manusia, fungsi tersebut berjalan terus-menerus seiring dengan
kompleksitas problematka kehidupan manusia dari zaman kezaman, dakwah tidak berada dalam sket masyarakat yang statis,
tetapi
berada
dalam
sket
masyarakat
yang
dinamis
dan
Rumusan Masalah
Mampu mengetahui definisi dakwah
Menganalisis tinjauan dakwah
Meninjau hukum dalam dakwah
Mengetahui subjek dakwah
Mengetahui objek dakwah
Mengetahui macam-macam metode dakwah
Mengetahui tempat dan waktu berdakwah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Dakwah
Definisi dakwah menurut etimologi (bahasa) berasal dari
bahasa arab berasal dari isim masdar yaitu dari fi'il da'a yad'u
du'aan wa dakwatan yang artinya panggilan, ajakan, Sedangkan
menurut terminologi
pengertian diantaranya:
1.
definisi
bahwa
dakwah
adalah
mendorong
yang
mungkar,
agar
mereka
adalah
mendapat
usaha-usaha
4.
islamiyah.3
5.
letjen H.
Sudirman
dalam
tulisannya
yang
berjudul
kenyataan
hidup
sehari-sehari
baik
kehidupan
beberapa
definisi
tersebut
dapat
diambil
suatu
2.
tujuan
tertentu
yaitu
kebahagiaan
dan
Dengan
demikian
target
dakwah
kearah
pencapaian
adalah
utama
merupakan
dakwah.5Tujuan
anak
utama
karimah.6
2.
Untuk keluarga
adalah
terbentuknya
keluarga
yang
dan
bertaqwa
kepada
Allah
yang
senantiasa
didunia
yang
penuh
dengan
keamanan,
ekploitasi
saling
tolong
menolong
saling
hornat
dan
kemampuannya.
Dengan
demikian
bahwa
pertama
seluruh
kaum
muslimin
mereka
wajib
suatu
yang
diharamkan
akan
tetapi
ia
menyampaikan dan
handayani,
berwibawa,tanggung
berpengatahuan ynag
disiplin
jawab,
cukup.
dan
bijaksana,
wira'I
berpandangan
Sedangkan
dan
luas,
kepribadian yang
yang
dua
Maha
besar.
golongan
yaitu
golongan
orang
juga
yang
minum.
2.
Hidayah al-hawaas yaitu hidayah yang menyempurnakan
kepada hidayah yang pertama, dan ini diberikan kepada
manusia dan hewan, akan tetapi hidayah tersebut pertama
diberikan
kepada
hewan
akan
tetapi
sedikit,
kemudian
5.
kepada manusia.
Hidayah Mauunah
dan
Taufiq
yaitu
hidayah
yang
kita
hanya
diperintahkan
untuk
beribadah
dan
meminta
Dakwah
adalah
orang
yang
didakwahi
yaitu
2.
karakteristik
umat
dakwah
yang
sudah
10
sempurna.
Dan
hikmah
bagi
manusia
adalah
dengan
demikian
ini
mencakup
semua
tehnik
11
Dasar-dasar
kelebihan
dari
metode
hikmah
dapat
hadits
yang
berkenaan
dengan
hikmah,
beliau
(dari
yang
dikhawatirkan).
Dalam
hadits
lain
juga
Etimologis, Mauidzah
merupakan
bentukan
dari
memberi
wasiat
agar
taat.
Sedangkan
al-Hasanah
12
hikmah
mauidzah
Hasanah
tanpa
memakai
embel-embel
Epistimologi,
berdebat
sebagai
mana
yang
di
17 Ibid 13
13
contoh
baik
sama
sekali
tidak
tercampuri
oleh
teladan
yang
diberikan
Rasulullah
saw
kepada
18 Ibid 13
14
profaganda,
kampanye,
berpidato
(rhetorika),
saja dan dimana saja kita berada selama hayat masih dikandung
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Definisi dakwah menurut etimologi (bahasa) berasal dari
bahasa arab berasal dari isim masdar yaitu dari fi'il da'a yad'u
du'aan wa dakwatan yang artinya panggilan, ajakan. Tujuan
dakwah yang utama dan departemental itu tidaklah dapat
dicapai dengan melakukan sekali tindakan saja, malainkan harus
dicapai dengan melakukan serangkaian tindakan secara tahap
demi tahap dalam periode tertentu yang ditetapkan dan
16
saja dan dimana saja kita berada selama hayat masih dikandung
badan maka kita wajib menyampaikan risalah agama walaupun
hanya satu ayat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdul fatah, Drs, Rohadi MA, Manajemen Dakwah di Era
Global, CV, Fauzan Inti Kreasi Jakarta, th. 2003.
2. Syukir, Asmuni, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Al-IkhlasIndonesia, th. 1983.
3.
Majlis Tarjih, Pimpinan
Pusat
Muhammadiyah, Bengkel
17
5. Warson,
Ahmad,
Munawwir, Al-Munawwir
Kamus
Arab-
18