Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

AKIDAH AKHLAK (GHIBAH)

Guru Pembimbing:
Yuyu Krisdiyansah, S.Pd.I

Disusun oleh :
R. Fathiyyah Kusumawardani
Thasya Paramita

XII MIPA 1

KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA KANTOR


KEMENAG KABUPATEN CIREBON
MA NEGERI 2 CIREBON
Jalan Merdeka No.53, Desa Babakan, Kecamatan Ciwaringin, Kabupaten
Cirebon, Jawa Barat 45167
2023
DAFTAR ISI

COVER

DAFTAR ISI................................................................................................... 1

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 2

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 2

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 4

2.1 Pengertian Ghibah ......................................................................... 4

2.2 Hukum Ghibah .............................................................................. 6

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 8

2.1 Simpulan ....................................................................................... 8

2.2 Saran ............................................................................................. 9

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dewasa kini, seiiringi dengan kemajuan teknologi yang semangkin
pesat, penggunaan Smartphone merebak di semua kalangan. Ada yang
menggunakan benda pipih canggih itu untuk kepentingan pekerjaan dan tidak
sedikit pula yang menggunakan benda tersebut sebagai sarana untuk
mengahabiskan waktu. Penggunanya mendapat manfaat jika digunakan
dengan baik, namun apabila dijadikan sebagai sarana menebar aib, tentu
menjadi hal yang negatif.
Jika Smartphone merebak begitu cepat, maka sosial media juga ikut aktif
berpengaruh dalam memperlancar kemajuan telepon genggam canggih
tersebut. Seperti halnya Facebook, jika pada awal keberadaan aplikasi tersebut
banyak digemari remaja, maka dimasa serba Online ini, penguna aplikasi
dengan trend Like-nya itu banyak digandrungi oleh Ibu-ibu rumah tangga.
Tidak hanya sebagai media untuk berjualan, selain juga sebagai wadah ajang
pamer, Ibu-ibu rumah tangga berselancar di jejaring sosial Facebook sebagai
temapat gosip.
Menebar aib, bukanlan hal yang positif dan merupakan perbuatan yang
menyeleweng dari ajaran agama Islam. Islam sendiri berdiri kokoh di atas
pondasi Al Qur‟an dan Hadis sebagai sumber utama dalam tiap ruang lingkup
kehidupan. Al-Qur‟an dan Hadis yang berfungasi sebagai petunjuk bagi umat
manusia agar mereka mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Al-Qur‟an
sebagai sumber tuntunan Islam yang pertama merupakan fiman Allah yang
mengandung mu‟jizat, dan diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw Malaikat
Jibril yang tertulis dalam mushaf, diriwayatkan secara mutawatir, menjadi
ibadah yang membacanya, diawali Surah Al Fatihah dan diakhiri Surah An
Nas.1 Maka semua yang terkandung di dalam Al-Qur‟an bersifat universal,

2
dapat dilaksanakan dalam setiap waktu dan tempat, di setiap kondisi dan
situasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana arti ghibah dalam al-qur'an?
2. Apakah seseorang boleh melakukan ghibah?
3. Bagaimana cara menghapus dosa ghibah?

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ghibah


Ghibah adalah perilaku membicarakan mengenai orang lain di belakang yang
apabila orang yang dibicarakan itu mendengar atau mengetahuinya maka orang itu
tidak menyukainya. Seseorang yang terlalu banyak bergosip dikatakan sebagai
berlidah panjang, yaitu orang yang selalu membicarakan aib orang lain dan tidak
bisa menjaga rahasia orang lain. Orang yang menjadi terget gosip akan merasa
sakit hati ketika mengetahui bagaimana orang lain mendeskripsikannya dengan
buruk.
Ghibah (bahasa Arab: ‫ِغ يَب ة‬, ḡība,'gunjing') yaitu pembicaraan jahat tentang
seseorang yang tidak hadir. Prinsip utamanya adalah kata-kata yang akan
menyakiti hati orang yang dibicarakan. Menurut agama Islam ghibah adalah
sebuah dosa. Istilah ghibah mirip dengan gosip, fitnah dan buhtan. Jika
pembicaraan jahat tentang seseorang tidak benar, maka dosanya disebut buhtan,
yaitu dosa yang lebih besar dari pada ghibah. Dalam agama Islam, ghibah adalah
dosa besar jika dilakukan terhadap seorang muslim yang saleh. Namun, jika
ghibah dilakukan terhadap muslim berdosa, itu tidak selalu merupakan dosa besar.
Dalam Al-Qur'an dan hadits Nabi Muhammad SAW., konsep ghibah
disamakan dengan memakan bangkai saudaranya sendiri:
Al-Qur'an, surah 49 (Al-Hujraat), ayat 12:
‫َٰٓي َأُّي َه ا ٱَّلِذيَن َء اَم ُنو۟ا ٱْج َت ِنُبو۟ا َك ِثيًر ا ِّم َن ٱلَّظ ِّن ِإَّن َب ْع َض ٱلَّظ ِّن ِإْث ٌمۖ َو اَل َت َج َّسُسو۟ا َو اَل َي ْغ َت ب َّبْع ُض ُك م َب ْع ًض ا‬
‫ۚ َأُيِحُّب َأَح ُد ُك ْم َأن َي ْأُك َل َلْح َم َأِخيِه َم ْي ًت ا َفَك ِر ْه ُتُموُهۚ َو ٱَّتُقو۟ا ٱَهَّللۚ ِإَّن ٱَهَّلل َت َّو اٌب َّر ِحيٌم‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari
kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing
sebagian yang lain.

4
Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang
sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang. Pada masa kini, kita
melihat betapa mudahnya seseorang membuka aib orang lain, mencari cari
kesalahan orang lain, menyebarluaskannya dan bahkan menjadikannya sebagai
hiburan, tanpa menyadari akan bahaya dari ucapannya. Mereka berbicara tanpa
bukti dan hanya mengikuti hawa nafsunya saja, mereka tidak menyadari bahwa
semua perkataan yang mereka ucapkan kelak akan dipertanggungjawabkan di
hadapan Allah SWT.
Gibah bisa dilakukan dimana saja, baik ia di pasar, warung, halaman rumah,
dapur, ruangan tamu, tempat kerja, dan bahkan ada orang yang menggibah di
tempat ibadah. Dan mirisnya lagi, hal ini sudah dianggap biasa. Banyak orang
menghabiskan waktu setiap detik untuk membahas berita buruk tentang orang lain
dan yang lain menyimak secara seksama sampai mereka lalai sudah berapa lama
waktu yang dihabiskan untuk sekedar menggibah, sehingga gibah merupakan
kegiatan favorit bagi mereka yang menyukai gibah.
Gibah dapat berubah menjadi fitnah apabila kabar tersebut tidak benar dan
berubah lagi menjadi adu domba yang menghancurkan hubungan manusia. Imam
Nawawi berpendapat bahwa gibah adalah menceritakan tentang seseorang dengan
sesuatu yang dibencinya, baik badan, agama, fisik, perilaku, harta, orang tua,
anak, istri, pembantu, raut muka yang berseri, atau masam, maupun yang
berkaitan dengan penyebutan seseorang, baik secara verbal, tanda, maupun
isyarat.
Rasulullah saw. pernah bersabda dalam sebuah hadis yang artinya, "Dari Jabir
dan Abu Sa'id mereka berkata, Rasulullah saw. pernah bersabda, 'Jauhilah olehmu
gibah karena gibah lebih besar dosanya daripada zina. Ditanyakan kepada
Rasulullah, 'Bagaimana bisa?' Rasulullah menjawab: 'Seorang laki laki berzina
kemudian bertobat, Allah akan mengampuni kepadanya, dan orang yang
mempunyai sifat gibah Allah tidak akan mengampuninya sehingga temannya mau
mengampuninya', (H.R. al-Baihaqi, at-Tabranu, Abu syekh, dan Ibnu Abi Dunya)
5
2.2

6
2.3 Hukum Ghibah
Hukum gibah dibagi menjadi tiga, yaitu haram, mubah, dan wajib:
a. Haram
Hukum asal menggunjing adalah haram, yaitu membicarakan aib sesama
muslim yang dirahasiakan, baik terkait bentuk fisik, perilaku, agama, maupun
duniawi.
b. Boleh
Gibah diperbolehkan saat hendak mencari pemecahan dari suatu masalah yang
tidak dapat dicari solusinya, kecuali dengan membicarakan kesalahan orang
lain. Gibah diperbolehkan dalam memberi contoh kasus sebagai bahan
pendidikan. Gibah juga boleh dilakukan untuk memperbaiki kesalahan dan
bersaksi di pengadilan.
Imam Nawawi dalam Riyadus Shalihin membagi gibah yang dibolehkan
sebagai berikut:
1. At-tazhallum (terzalimi) Orang yang terzalimi boleh menyebutkan
kezaliman seseorang terhadap dirinya.Tentunya hanya bersifat pengaduan
kepada orang yang memiliki qudrah (kapasitas) untuk melaporkan
kezaliman.
2. Isti'anah (meminta pertolongan), yaitu gibah yang dilakukan untuk
mengubah atau menghilangkan kemungkaran.
3. Al-istifa', yaitu meminta fatwa dan nasihat seperti perkataan peminta
nasihat kepada mufti (pemberi fatwa). Contoh: "Saya dizalimi oleh ayah,
saudara, atau suami".
4. At-tahdzir lil muslimin (memperingatkan orang orang Islam) dari
perbuatan buruk seseorang dan memberi nasihat pada mereka.
5. Memberi julukan tertentu pada seseorang apabila yang dikenal dengan
julukannya, bukan nama aslinya.
c. Wajib

7
Gibah hukumnya bisa jadi menjadi wajib. Hal ini berlaku untuk
menyelamatkan seseorang dari bencana atau potensi terjadinya kerusakan
yang besar.
1. Dampak Negatif Gibah
2. Menyebabkan perbuatan dosa.
3. Menimbulkan perasaan dendam.
4. Menjadi pribadi yang suka menggunjing orang lain.
5. Menimbulkan perpecahan dan permusuhan dengan orang lain.
6. Menghancurkan nama baik orang lain.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Ghibah yaitu menyebutkan sesuatu yang sebenarnya tentang seseorang, baik
tentang agamanya, akhlaknya, ataupun tentang yang lain, di saat orang tersebut
tidak hadir atau tidak mendengarkan secara langsung, dan jika ia mengetahui tidak
menyukainya. Menurut Imam An Nawawi bahwasanya boleh melakukan ghibah
berdasarkan dalil yang diriwayatkan dari Aisyah. Sedangkan Yusuf Al Qardhawi
mengatakan tidak boleh melakukan ghibah berdasarkan Hadis Rasulullah Saw
yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas‟ud.
Adapun yang melatar belakangi perbedaan pendapat tentang hukum
melakukan ghibah dalam pandangan Imam An Nawawi dan Yusuf Al Qardhawi
dapat diketahui dari dalil-dalil yang mereka gunakan dalam menguatkan
pendapatnya. Imam An Nawawi menggunakan nash bolehnya menggunjing
orang-orang yang berbuat kerusakan dan orang-orang yang tidak punya pendirian.
Berbeda dengan Yusuf Al Qardhawi yang menggunakan Hadis Nabi Saw yang
menunjukan bahwasanya melakukan perbuatan ghibah sama dengannya memakan
daging saudara sendiri. Maka yang menjadi penyeybab perbedaan pendapat
diantara Imam An Nawawi dan Yusuf Al Qardhawi yaitu bertentanganya dua
dalil.
Adapun dari kedua pendapat tersebut penulis memilih pendapat Yususf Al
Qardhawi, hal ini dikarenakan melihat perkembangan media sosial pada masa
sekarang sangat rentan terhadap kezhaliman. Dengan menjadikan facebook
sebagai salah satu sarana untuk menggunjing orang merupakan perbuatan yang
buruk dan patut untuk dihindari. Oleh karena itu, penulis memilih pendapat Yusuf
Al Qardhawi agar sekiranya dapat dijadikan bahan masukan untuk banyak orang.
Adapun ghibah yang berkembang di media sosial facebook yang ada di
Kecamatan Pulau Rakyat sebagaimana yang dilakukan oleh masyarakat setempat

9
yaitu dengan mengunggah sesuatu yang berisikan gunjingan untuk orang lain atau
pun saling berbalas di kolom komentar.

3.2 Saran
Disarankan kepada Umat Islam agar dapat menhindari untuk tidak melakukan
ghibah dalam keadaan dan kondisi apapun. Karena perbuatan ghibah merupakan
perbuatan yang apabila dilakukan akan menjadikan pelakunya mendapat kerugian.
Hendaknya para pengguna sosial media terutama untuk pengguna facebook
agar lebih hati-hati dalam menulis unggahan dalam bentuk apa pun. Karena pada
masa kini banyak orang yang terjerat di balik jeruji besi karena unggahan di media
sosial.

10

Anda mungkin juga menyukai