Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

GHIBAH

Tugas ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Studi Fiqih Islami
Dosen Pengampu: Dr.H. Mahmudi Mukson,Lc,M.A

Disusun Oleh:

Muh. Ivan Maulana 21.22.1.0014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-HIKMAH 1 BENDA

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan
lancar tanpa ada hambatan sedikit pun. Shalawat dan salam kami panjatkan kepada
Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, nabi akhir zaman yang telah membawa perubahan dari
zaman kebodohan ke zaman kejayaan. Semoga kita tergolong menjadi ummat beliau
dan mendapatkan pertolongannya kelak di hari akhir.

Pada kesempatan yang berharga ini, kami bersyukur dapat menyelesaikan


karya ilmiah berupa makalah dengan judul “Ghibah” guna memenuhi tugas kelompok
pada mata kuliah ‘Studi Fiqih Islami’, yang diampu oleh Dr.H. Mahmudi
Mukson,Lc,M.A.

Dan tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah mendukung kami dalam segala aspek dari kami memulai mengerjakan sampai
menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu. Kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini, kami harap saran dan kritiknya anda
sekalian guna menyempurnakan segala kekurangan yang ada dalam makalah ini.

Brebes, 29 November 2023

i
Penulis

DAFTAR ISI

Cover

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................2

A. Pengertian Ghibah.............................................................................................2
B. Macam macam Ghibah......................................................................................2
C. Ghibah Yang Diperbolehkan.............................................................................3
D. Obat Ghibah.......................................................................................................4

BAB III PENUTUP.......................................................................................................6

A. Kesimpulan........................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................7

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia memiliki amalan yang mesti dipertanggung jawabakannya


kelak. Setiap amal manusia ada yang nampak ada juga yang tersembunyi. Amal yang
tampak merupakan amal-amalan yang diperbuat dan dapat disaksikan oleh orang lain.
Adapun amal yang tersembunyi merupakan amal yang diperbuat tanpa diketahui oleh
orang lain kecuali dirinya sendiri dan sang pencipta. Ketika seseorang berbuat amal
yang dianggap oleh dirinya tidak akan diketahui oleh siapapun, maka Allah akan
mengungkapnya dan memperlihatkan di hari kiamat kelak, baik amal terpuji atau
amal tercela.1

Jalan kesesatan yang sering manusia perbuat yaitu ghibah. Salah satu alasan
mengapa kebanyakan orang terjerambab dalam persoalan ghibah dibandingkan
dengan jerat kemaksiatanm yang lain, disebabkan oleh kurangnya kepedulian mereka
terhadap perbuatan yang diharamkan ini, meskipun kita sering kali mendengar
berbagai pembahasan dari ayat-ayat dan riwayat-riwayat hadis yang mengingatkan
orang-orang untuk memberikan perhatian terhadapnya. Hal inilah yang kerap disebut
sebagai alasan minimal dari mereka yang biasanya tidak memperdulikan perbuatan
ghibah.2

1
Machasin, Menyelami Kebebasan Manusia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996 hlm. 28
2
Taqiyudin Ibrahim, Stop Bergunjing: Fikih Seputar Ghibah, (Bandung: Citra, 2011), hlm. 17

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ghibah
Menurut Al-Ghazali ghibah adalah mengungkapkan kekurangan dan
keburukan orang lain baik fisik, perilaku, maupun segala sesuatu yang ada pada diri
orang tersebut. Apabila semua yang diungkapkan itu adalah benar maka termasuk
ghibah, namun apabila yang diungkapkan tersebut tidak benar maka hal tersebut
dinamakan dusta.3
Ghibah menurut al-Ghazali tidak hanya dapat melalui lisan, melainkan dengan
perbuatan, isyarat, tulisan, sindiran dan segala tingkah laku yang dapat mengarahkan
pada pengertian keburukan dan aib orang lain.11 Sebagai perbuatan yang dilarang
dan dapat menimbulkan madharat, perilaku ghibah harus dihindari. Agar seseorang
dapat terhindar dari perilaku gibah, terdapat upaya-upaya yang bisa dilakukan.4
B. Macam macam Ghibah
Ketua umum Rabithah Alawiyyah yang juga pengasuh Pondok Pesantren
Sunniyah Salafiyah Pasuruan, Habib Taufiq bin Abdul Qodir Assegaf saat mengisi
kajian Kitab Ihya Ulumuddin yang disiarkan melalui kanal resmi YouTube Sunsal
Media beberapa waktu lalu menjelaskan tentang macam-macam bentuk gibah yatu:
Pertama, gibah dengan lisan yaitu menceritakan kekurangan atau aib orang
lain sehingga diketahui orang banyak. Dampak gibah dengan lisan sangat berbahaya
sebab bisa memprovokasi orang lain sehingga tidak menyukai atau membenci
seseorang.
Kedua, gibah dengan tulisan. Menceritakan aib orang lain dengan tulisan
merupakan gibah. Gibah melalui tulisan bahkan bisa lebih berbahaya dari gibah lisan
sebab gibah melalui tulisan akan bisa tersebar lebih luas.
"Gibah tidak harus dilakukan dengan lafaz dengan mulut. Gibah bisa juga
dalam bentuk tulisan. Lewat medsos menceritakan aib orang lain. Tulisan itu lebih
berbahaya karena bisa turun-temurun," kata Habib Taufiq Assegaf.

3
Tim Penulis UIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Tasawuf (Bandung: Angkasa, 2008) Hlm. 410
4
Tim Penulis UIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Tasawuf. Hlm. 413

2
Ketiga, gibah dengan isyarat. Maksudnya seseorang memberikan isyarat tentang
aib seseorang kepada orang lain. Misalnya seseorang mendapati tamu yang datang ke
rumahnya bertubuh pendek. Kemudian dia memberitahu kepada keluarganya yang
lain dengan mengatakan "Ada tamu segini tubuhnya (sambil memberi isyarat dengan
tangan menunjukkan tinggi tubuh tamu tersebut).
Keempat, gibah menirukan. Seseorang yang menirukan atau mempraktikkan
saudaranya yang mengalami keterbatasan fisik sehingga ditonton orang lain maka itu
termasuk juga dalam gibah. Bahkan dosanya berlipat karena telah mengolok-olok.
Kelima, gibah dengan menampakkan kelebihan diri sebagai isyarat untuk
membuka aib orang lain. Gibah jenis ini rentan menyerang pada ulama atau orang
saleh.
Terkadang seseorang ketika mendapat saudaranya sesama muslim melakukan
suatu aib, lalu dihadapan orang banyak seseorang tersebut membanggakan dirinya
sebagai orang saleh yang terhindar dari melakukan aib tersebut (maksudnya
memberitahu orang lain atau menunjukkan ada pelaku aib yaitu adalah saudaranya).
Keenam, gibah mengiringi pujian. Banyak orang tergelincir dengan
jenis gibah ini. Banyak orang yang memuji saudaranya namun pada akhirnya
menceritakan kekurangan aibnya. Seperti menyebut saudaranya itu pintar, rajin,
namun di akhir menceritakan keburukannya.
Ketujuh, gibah dengan mendengar. Termasuk melakukan gibah ketika
seseorang mendengar orang lain sedang menggibah lalu dirinya justru ikut bercampur
atau mendengarkan dan tidak mencegah atau memberhentikan ghibah itu.
Maka, kendati tidak melakukan gibah dengan mulut, dirinya tetap melakukan
ghibah dengan mendengar. Karena itu ketika mendapati orang yang melakukan gibah,
hendaknya menurut habib Taufiq seorang Muslim segera mencegahnya agar tidak
terjadi gibah.
Kedelapan, menggibah orang yang sudah meninggal. Menggibah orang yang
sudah meninggal termasuk perbuatan dosa. Bahkan akan sulit untuk menghapus
dosanya sebab orang yang digibahi telah meninggal.5
C. Ghibah Yang Di Perbolehkan
Ada beberapa keadaan yang dibolehkan menyebutkan ‘aib/mengghibah orang
lain adalah sebagai berikut:

5
https://islamdigest.republika.co.id/berita/rj9xnr366/delapan-jenis-gibah

3
1- Mengadu tindak kezaliman kepada penguasa atau pada pihak yang berwenang.
Semisal mengatakan, “Si Ahmad telah menzalimiku.”
2- Meminta tolong agar dihilangkan dari suatu perbuatan mungkar dan untuk
membuat orang yang berbuat kemungkaran tersebut kembali pada jalan yang benar.
Semisal meminta pada orang yang mampu menghilangkan suatu kemungkaran, “Si
Rahmat telah melakukan tindakan kemungkaran semacam ini, tolonglah kami agar
lepas dari tindakannya.”
3- Meminta fatwa pada seorang mufti seperti seorang bertanya mufti, “Saudara
kandungku telah menzalimiku demikian dan demikian. Bagaimana caranya aku lepas
dari kezaliman yang ia lakukan.”
4- Mengingatkan kaum muslimin terhadap suatu kejelekan seperti mengungkap
jeleknya hafalan seorang perowi hadits.
5- Membicarakan orang yang terang-terangan berbuat maksiat dan bid’ah terhadap
maksiat atau bid’ah yang ia lakukan, bukan pada masalah lainnya.
6- Menyebut orang lain dengan sebutan yang ia sudah ma’ruf dengannya seperti
menyebutnya si buta. Namun jika ada ucapan yang bagus, itu lebih baik. (Syarh
Shahih Muslim, 16: 124-125).6
D. Obat Ghibah
Ada beberapa macam obat ghibah diantaranya yaitu:
1. Selalu ingat bahwa ghibah dapat mendatangkan kemurkaan Allah.
2. Selalu ingat bahwa ghibah bisa membatalkan kebaikan-kebaikan di hari kiamat.
3. Memindahkan kebaikan-kebaikan kita kepada orang yang digunjing sebagai ganti
dari kehormatan yang telah dinodainya. Hal ini juga bisa menjadi obat penyakit
ghibah.
Jika tidak memiliki kebaikan yang bisa dialihkan, maka keburukan orang yang
digunjing itu akan dialihkan kepada kita.
4. Pelajarilah tentang nash berghibah niscaya lidah kita tidak akan melakuk ghibah
karena takut kepada hukum Allah.
5. Merenungkan cacat diri sendiri sehingga malu jika membicarakan orang lain.
6. Bahwa orang lain merasa sakit karena ghibah yang dilakukannya, sebagaimana dia
akan merasa sakit bila orang lain menggunjingnya.
6
https: //muslim.or.id/21518-ghibah-yang-dibolehkan.html

4
7. Setiap kali mendengar selentingan, cepatlah berkata kepada diri sendiri, apakah
aku mendapat manfaat atau menyeritakan kembali hal ini kepada orang lain?
8. Kurangi nongkrong di tempat yang nikmat untuk bergosip.
9. Pujilah diri sendiri setiap kali berhasil menahan untuk tidak bergosip tentang suatu
hal yang baru Anda ketahui.
10. Rajinlah membaca Alquran, lalu salurkan bahan gosip Anda dengan membahas
sesuatu yang bermanfaat atau berdiskusi. 7

BAB III
7
https://www.islampos.com/10-obat-penyakit-ghibah-222215/

5
PENUTUP

A. Kesimpulan
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan
penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada
umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

6
Machasin, Menyelami Kebebasan Manusia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.

Ibrahim Taqiyudin, Stop Bergunjing: Fikih Seputar Ghibah, Bandung: Citra, 2011.

Tim Penulis UIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Tasawuf Bandung: Angkasa,

2008.

Tim Penulis UIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Tasawuf.

https://islamdigest.republika.co.id/berita/rj9xnr366/delapan-jenis-gibah

https://muslim.or.id/21518-ghibah-yang-dibolehkan.html

https://www.islampos.com/10-obat-penyakit-ghibah-222215/

Anda mungkin juga menyukai