“FASIK”
DISUSUN OLEH :
DOSEN PENGAMPU :
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah ini
sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Sholawat serta salam selalu
saya curahkan pada Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW. Dan juga saya
berterima kasih pada bapak Lukman Nul Hakim, MA selaku Dosen mata kuliah
yang telah memberikan tugas ini kepada saya.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan.Semoga makalah sederhana ini
dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan di masa depan.
ii
DAFTAR PUSTAKA
A. Kesimpulan ........................................................................................ 12
B. Saran ................................................................................................... 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan Jiwa dalam Psikologi dikenal dengan istilah kesehatan
mental. Kesehatan jiwa dalam kajian ini didasarkan pada sumber literatur
Islam, tepatnya sufisme atau tasawuf. Jiwa dalam tasawuf merupakan
entitas halus, tak nampak tapi keberadaannya diakui ada. Jiwa berada pada
dimensi esoteris atau batin manusia. Jiwa sendiri memiliki tingkatan-
tingkatan, mulai dari yang terendah yang disebut dengan nafs ammarah,
kemudian nafs lawwamah, sebagai jiwa yang menyesali perbuatannya,
hingga jiwa yang tentram atau nafs muthmainnah.1
Al-Qur'an sebagai sumber ajaran Islam yang menempati posisi
sentral dalam kehidupan kaum muslimin, bukan saja dalam pengembangan
ilmu-ilmu keislaman tapi juga berbicara tentang peristiwa dan fenomena
alam yang menunjukkan. kemukjizatannya sebagai sebuah kitab suci.
Namun, dalam memahami pesan-pesan Al-Qur'an tersebut bukanlah hal
yang mudah, oleh karena itu tidak dapat dipungkiri bahwa pemahaman
tentang Al-Qur'an melalui interpretasinya, memiliki peranan yang sangat
penting untuk kemajuan umat, sekaligus penafsiran tersebut dapat
mencerminkan perkembangan dan corak pemikiran umat Islam terhadap
Al-Qur'an.
Dalam masalah fasik ini umat Islam telah mengalami suatu masa
folemik yang panjang yang akhirnya merugikan diri sendiri, sebagaimana
dijelaskan dalam perkembangan ilmu Kalam dengan adanya dua golongan
yang saling bertentangan mengenai penafsiran fasik ini, mereka adalah
golongan Mu’tazilah yang dalam inti ajarannya mengatakan bahwa, orang
yang fasik tidak dapat disebut mukmin dan tidak dapat pula dikategorikan
1
Mustafa, Sahidi. Konsep Jiwa dalam Al-quran. Jurnal Tasfiyah, Vol.8, No.2 (2018)
1
sebagai orang kafir, ia tidak dapat disebut mukmin karena telah melanggar
prinsip keimanan dengan melakukan dosa besar.2
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian studi pustaka yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi dan data dengan menggunakan
berbagai sumber perpustakaan seperti dokumen, buku, jurnal, sejarah dan
lain-lain. (Mardalis, 1999). 3
2
Supriadi, KARAKTERISTIK PENAFSIRAN ZAMAKHSYARI TERHADAP AYAT-AYAT FASIK, Jurnal Asy-
Syukriyyah Vol. 12 (2014) hal 27
3
Kumala Sari, PENELITIAN KEPUSTAKAAN DALAM PENELITIAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
BAHASA INDONESIA LIBRARY. JURNAL BORNEO HUMANIORA, (2021) hal. 60
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Fasik
Fasiq ( ) انفسقberasal dari akar kata فسقا- يفسقatau يفسق – فسق
Secara etimologis (bahasa) dalam ungkapan orang Arab, fasiq () انفسق
maknanya adalah keluar dari sesuatu ( )الخر و خ عن اتشي ءatau keluar
(menyimpang) dari perintah) (ا ال مرالخر و خ عن. Dikatakan pula misalnya
"("فسق فالن ما لةsi Fulan mengeluarkan hartanya) jika ia menghabiskan atau
membelanjakannya. Sehingga secara etimologis (bahasa), fasiq( ) انفسق
maknanya adalah keluar )( (الخر و جHanafi 2013).4
Kata fasik secara mendasar berarti keluar dari ketentuan syari’at,
keluar dari ketaatan terhadap Allah, keluar dari jalan yang benar,
meninggalkan printah Allah, atau keluar dari pentunjuk Allah. fasik
merupakan panggilan atau sebutan bagi mereka yang sudah mengakui dan
mentaati hukum-hukum agama kemudian melanggarnya, baik secara
keseluruhan maupun sebagian.5
Fasik didefinisikan sebagai orang yang banyak berbuat maksiat,
meninggalkan perintah Allah Swt, keluar dari jalan benar dan agama.
Fasik juga didefinisikan dengan orang yang melakukan dosa besar atau
sering melakukan dosa kecil. Sementara itu, secara terminologis (istilah),
menurut alJurjani, orang fasik adalah orang yang menyaksikan, tetapi
tidak meyakini dan melaksanakan. Sedangkan Al-Manzhur lebih lanjut
menjelaskan bahwa fasik ( ) انفسقbermakna maksiat, meninggalkan
perintah Allah Swt, dan menyimpang dari jalan yang benar. Fasik juga
berarti menyimpang dari agama dan cendrung pada kemaksiatan (Hanafi
4
Hafizzullah, Tri Yuliana Wijayanti, Rosiska Juliarti, RESPON AL-QURAN TERHADAP KARAKTER
ORANG FASIK, hal. 29-31
5
Supriadi, KARAKTERISTIK PENAFSIRAN ZAMAKHSYARI TERHADAP AYAT-AYAT FASIK, Jurnal Asy-
Syukriyyah Vol. 12 (2014)
3
2013). Seseorang yang berbuat fasik adalah orang-orang yang terus
menerus melakukan dosa besar, menganggap dosa besar adalah hal yang
biasa, dan menolak untuk meninggalkan dosa besar, maka mereka dapat
tertutup serta mati hatinya sehingga bisa menjadi munafik dan kafir.6
Fasik mempunyai makna penting yang khusus dari titik pijakan
pemikiran Islam, karena kata ini memiliki peran yang sangat signifikan
dalam teologi, sebagai suatu istilah yang mempunyai makna definitif
Mitrtakib Kabiran "seseorang yang telah melakukan dosa besar" atau juga
yang melakukan dosa kecil dengan terusmenerus. Untuk member! batasan
atau kriteria yang pasti tentang kefasikan seseorang tidak mudah, bahkan
sulit sekali, di dalam Al-Qur'an kata fasik muncul dalam berbagai konteks,
terkadang kata fasik dihubungkan langsung dengan kekafiran dan
kedurhakaan (Q.S. Al-Hujurat: 7) dan terkadang digandengkan dengan
kebodohan dan percekcokan (Q.S. AI-Baqarah: 197).
Fasik berbeda dengan kafir (Q.S. Al-Hujurat; 7) fasik lebih umum
dari kafir, fasik mungkin saja terjadi disebabkan oleh dosa kecil atau dosa
besar, sedangkan kafir tidak mungkin terjadi apabila hanya disebabkan
oleh dosa-dosa kecil, dengan demikian dapat dikatakan bahwa setiap kafir
pasti lasik, tetapi belum tentu setiap fasik digolongkan kafir.7
Dalam teologi Islam berkembang tiga pendapat mengenai
persoalan fasik ini, pertama pendapat yang mengatakan bahwa seorang
mukmin yang telah melakukan dosa besar atau maksiat tidak lagi dapat
disebut sebagai mukmin, karena ia dapat disebut fasik, maka ia dapat
disebut pula kafir, karena tidak lagi pantas disebut mukmin, di sini
pengertian fasik identik dengan kafir.
Pendapat kedua mengatakan bahwa seorang mukmin yang
melakukan dosa besar, misalnya berzina, melakukan fitnah besar atau
korupsi yang dapat merugikan masyarakat, ia bisa disebut fasik tetapi
tidak bisa disebut kafir apabila masih mengakui kerasulan Muhammad
6
ibid
7
Ensiklopedi Hukum Islam, 1999: 321
4
SAW. Namun ia tidak pula pantas disebut mukmin, sebab sebutan mukmin
hanya bisa diberikan kepada mereka yang beriman, beramal saleh dan
tidak pernah melakukan dosa besar, posisi seorang fasik berada di bawah
mukmin tetapi masih di atas kafir.
Sedangkan pendapat ketiga mengatakan bahwa, seseorang mukmin
yang melakukan kefasikan itu masih tetap dapat diakui sebagai mukmin,
tetapi mukmin yang fasik, pendapat ini hanya bisa masuk surga jika dosa
yang telah diperbuatnya diampuni oleh Allah SWT. Dalam Al-Qur'an, kata
fasik memiliki hubungan yang sangat dekat terhadap kekufuran atau
konsep-konsep yang cukup beragam yang merujuk pada sifat
pembangkang terhadap ketaatan kepada Allah SWT.8 Untuk lebih jelas,
tentang fasik ini akan dikemukakan beberapa definisi konseptual fasik,
diantaranya adalah:
1. Ibnu Katsir fasik ialah keluar dan ketaatan kepada Allah dan
Rasul-Nya, dan keluar dari jalan yang lurus masuk pada
kesesatan.
2. M. Bin Jarir Ath-Thabari fasik adalah keluar dari keimanan
kepada kekufuran kepada Allah dan dari ketaatan kepada
kemaksiatan.
3. Ahmad Musthafa al-Maraghi fasik adalah istilah yang dipakai
untuk menunjukkan keluar dari garis ketaatan yang telah
ditentukan oleh hukumhukum Syara' secara mutlak.
4. Choiriddin Hadhiri fasik adalah perbuatan orang-orang yang
keluar atau menyimpang dari ketentuan hukum Allah, padahal
hati mereka sebenarnya mengetahui dan meyakini kebenaran
hukum Allah yang dilanggar tersebut.
5. Ibnu Mandhur fasik ialah kemaksiatan dan meninggalkan
petintah Allah dan Rasul-Nya keluar dari jalan yang benar
(lurus).
8
Rahardjo, M. Dawam. 1996. Ensiklopedi Al-Qur'an. Jakarta: PARAMADINA.
5
6. Dalam Ensiklopedi Islam, fasik ialah orang yang tidak
mentaati aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Allah,
ketidaktaatan ini dapat berbentuk kedurhakaan, meninggalkan
perintah-perintah-Nya serta keluar dari jalan yang benar. Kata
fasik juga digunakan untuk menunjukkan perbuatan dosa besar
atau terus menerus melakukan desa kecil.9
9
Mustafa, Sahidi. Konsep Jiwa dalam Al-quran. Jurnal Tasfiyah, Vol.8, No.2 (2018) hal.30
6
hidup dan kedudukan yang terpandang atau uang yang banyak. Namun,
Allah SWT mengingatkan seorang muslim untuk tidak mengikuti mereka,
apalagi jika kemudian ia menjauhi saudara-saudara mu’min yang telah
jelas kesholehannya dan kemudian mendekat kepada orang-orang fasik
seperti itu.10
Fasik, yang melibatkan tindakan-tindakan yang melanggar norma
moral atau etika, dapat menyebabkan konsekuensi emosional yang
merugikan. Individu yang terlibat dalam perilaku fasik, seperti manipulasi,
kekerasan, atau eksploitasi terhadap orang lain, mungkin mengalami stres,
kecemasan, dan depresi sebagai hasil dari pertentangan antara tindakan
mereka dan nilai-nilai moral internal. Perasaan bersalah dan malu yang
mungkin timbul juga dapat menjadi beban psikologis yang berat,
mempengaruhi harga diri dan kesehatan jiwa secara keseluruhan.
Sementara itu, menjadi korban perilaku fasik juga dapat menyebabkan
trauma psikologis yang berpotensi berdampak jangka panjang pada
kesehatan jiwa seseorang.
Dalam lingkungan sosial, perilaku fasik dapat menciptakan
dinamika yang tidak stabil dan merugikan, menghambat kemampuan
individu untuk membentuk hubungan sosial yang sehat. Isolasi sosial,
kesulitan mempercayai orang lain, dan perasaan ketidakamanan mungkin
muncul sebagai hasil dari terlibat dengan individu fasik atau menjadi
korban perilaku tersebut. Penting untuk diingat bahwa kesehatan jiwa yang
baik melibatkan keseimbangan antara relasi interpersonal yang sehat,
harga diri yang positif, dan kemampuan untuk mengatasi stres dan konflik.
Oleh karena itu, mengidentifikasi, mengatasi, dan mendapatkan dukungan
profesional untuk mengatasi perilaku fasik adalah langkah penting dalam
memelihara kesehatan jiwa yang optimal.11
10
Sri Tanti, TERAPI PENYAKIT JIWA PERSPEKTIF AL-QUR’ÂN (ELABORASI AYAT-AYAT TENTANG
SYIFÂ’ DALAM AL-QUR’ÂN) (2017)
11
Abdul Mujib, Nuansa – Nuansa Psikologi Islam. Jakarta : Raja Grafindo PersadaAn-Najjar, 2002,
hal.39.
7
C. Ayat-Ayat Tentang Fasik Dalam Al-Qur’an
Kefasikan terbagi menjadi dua macam, yaitu: Pertama, kefasikan
yang membuat seseorang keluar dari agamanya, yakni kufur, kerena itu
orang kafir juga disebut orang fasik. Allah Subhanahu Wa Ta'ala
berfirman:
ٰٓ
ۗ عن اَمر َربه َ َس ۗ كَا نَ منَ الجن فَف
َ َسق َ س َجد ُْۤوا ا َ ْۤال ابلي
َ ََوا ذ قُلنَا لل َملئكَة اس ُجدُوا ال دَ َم ف
ّٰ س لل
ظلمينَ بَدَ ًال َ عدُو ۗ بئَ اَفَت َـتَخذُونَه َوذُريَت َْۤه اَوليَا ٰٓ َء من دُوني َوهُم لَـ ُكم
"Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, Sujudlah
kamu kepada Adam! Maka mereka pun sujud kecuali Iblis. Dia adalah dari
(golongan) jin, maka dia mendurhakai perintah Tuhannya. Pantaskah
kamu menjadikan dia dan keturunannya sebagai pemimpin selain Aku,
padahal mereka adalah musuhmu? Sangat buruklah (Iblis itu) sebagai
pengganti (Allah) bagi orang yang zalim." (QS. Al-Kahf 18: Ayat 50)
Dalam ayat lain Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
سقُوا فَ َمأوٮ ُه ُم النَا ُر ُكلَ َم ْۤا اَ َرا
َ ََوا َ َما الَذينَ ف
َب النَا ر الَذي ُكنتُم به تُكَذبُون َ د ُْۤوا اَن يَخ ُر ُجوا من َه ْۤا اُعيدُوا في َها َو قي َل لَ ُهم ذُوقُوا
َ عذَا
"Dan adapun orang-orang yang fasik (kafir), maka tempat kediaman
mereka adalah Neraka. Setiap kali mereka hendak keluar darinya, mereka
dikembalikan (lagi) ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka,
Rasakanlah azab Neraka yang dahulu kamu dustakan." (QS. As-Sajdah 32:
Ayat 20)
Kedua, kefasikan yang tidak membuat seseorang keluar dari
agamanya sehingga oang-orang fasik dari kaum muslimin disebut al-„ashi
(pelaku maksiat) Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
ُ صنت ث ُ َم لَم َيأتُوا با َ ر َب َعة
ش َهدَآٰ َء فَا َ َوا لَذينَ َير ُمونَ ال ُمح
َش َها دَة ً اَبَدًا ۚ َوا ُ ولٰٓئكَ هُ ُم الفسقُون
َ جلدُوهُم ثَمنينَ َجلدَة ً َو َال ت َقبَلُوا لَ ُهم
"Dan orang-orang yang menuduh perempuan-perempuan yang baik
(berzina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka
8
deralah mereka delapan puluh kali, dan janganlah kamu terima kesaksian
mereka untuk selama-lamanya. Mereka itulah orang-orang yang
fasik,"(QS. An-Nur 24: Ayat 4)
Keberpalingan orang fasik dengan alasan tidak adanya bukti yang
diturunkan Allah Swt, bersama para Nabi yang dapat meyakinkan mereka.
Padahal Yang Maha Kuasa lagi Bijaksana mengutus para rasul dan Nabi
Muhammad Saw menjadi pembawa kabar gembira bagi yang patuh dan
pemberi peringatan bagi yang durhaka. Allah Subhanahu Wa Ta'ala
berfirman:
َ ضةً فَ َما فَوقَ َها ۗ فَا
َ ب َمث َ ًال َما بَعُو
َ ا َن اّللّٰ َ َال يَست َح ْۤي اَن يَضر
َما الَذينَ ا َمنُوا فَ َيعلَ ُمونَ اَنَهُ ال َحـق من َربهم ۚ َوا َ َما َالذينَ َكف َُروا فَ َيقُولُونَ َما ذَ ْۤا ا َ َرا
َدَ اّللّٰ ُ بهذَا َمث َ ًال ۘ يُضل به كَثي ًرا َويَهدي به كَثي ًرا ۗ َو َما يُضل ب ْۤه ا َال الفسقين
"Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk
atau yang lebih kecil dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka
tahu bahwa itu kebenaran dari Tuhan. Tetapi mereka yang kafir berkata,
Apa maksud Allah dengan perumpamaan ini? Dengan (perumpamaan) itu
banyak orang yang dibiarkan-Nya sesat, dan dengan itu banyak (pula)
orang yang diberi-Nya petunjuk. Tetapi tidak ada yang Dia sesatkan
dengan (perumpamaan) itu selain orang-orang fasik,"(QS. Al-Baqarah 2:
Ayat 26)
Ingkar kepada ayat-ayat Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Allah Subhanahu
Wa Ta'ala berfirman:
ََولَقَد اَنزَ لن َْۤا الَيكَ ايت بَينت ۚ َو َما يَكفُ ُر ب َه ْۤا ا َال الفسقُون
"Dan sungguh, Kami telah menurunkan ayat-ayat yang jelas kepadamu
(Muhammad) dan tidaklah ada yang mengingkarinya selain orang-orang
fasik."(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 99)
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
َفَ َمن ت ََولّٰى َبعدَ ذلكَ فَا ُ ولٰٓئكَ هُ ُم الفسقُون
"Maka barang siapa berpaling setelah itu, maka mereka itulah orang yang
fasik."(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 82)
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
9
َ طا ات َينهُ ُحك ًما َوعل ًما َونَجَينهُ منَ القَر يَة الَتي كَا نَت تَع َم ُل الخَبٰٓئ
ث ۗ انَ ُهم كَا ً َولُو
10
َس ُهم ۗ اُولٰٓئكَ هُ ُم الفسقُون ُ ََو َال تَ ُكونُوا كَا لَذينَ ن
َ ُسوا اّللّٰ َ فَا َ نسٮ ُهم اَنف
"Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah,
sehingga Allah menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah
orang-orang fasik."(QS. Al-Hasyr 59: Ayat 19)
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
ْۤيا َ ي َها الَذينَ ا َمنُ ْۤوا ان َجا ٰٓ َء ُكم فَا سق بنَبَا فَتَبَ َينُ ْۤوا اَن تُصيبُوا قَو ًما ب َج َها
َعلى َما َفعَلتُم ندمين َ لَة فَتُصب ُحوا
"Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang
kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu
tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang
akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu."(QS. Al-Hujurat 49: Ayat 6)
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
ُ صنت ث ُ َم لَم يَأتُوا با َ ربَعَة
ش َهدَآٰ َء فَا َ َوا لَذينَ يَر ُمونَ ال ُمح
َش َها دَة ً ا َ َبدًا ۚ َوا ُ ولٰٓئكَ هُ ُم الفسقُون
َ جلدُوهُم ثَمنينَ َجلدَة ً َو َال ت َقبَلُوا لَ ُهم
"Dan orang-orang yang menuduh perempuan-perempuan yang baik
(berzina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka
deralah mereka delapan puluh kali, dan janganlah kamu terima kesaksian
mereka untuk selama-lamanya. Mereka itulah orang-orang yang fasik,"
(QS. An-Nur 24: Ayat 4)
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
َ ّٰ علَيهم اَست َغفَرتَ لَ ُهم اَم لَم ت َست َغفر لَ ُهم ۗ لَن يَغف َر اّللّٰ ُ لَ ُهم ۗ ا َن
َاّلل َال يَهدى القَو َم الفسقين َ س َوآٰء
َ
"Sama saja bagi mereka, engkau (Muhammad) mohonkan ampunan untuk
mereka atau tidak engkau mohonkan ampunan bagi mereka, Allah tidak
akan mengampuni mereka; sesungguhnya Allah tidak akan memberi
petunjuk kepada orang-orang yang fasik."(QS. Al-Munafiqun 63: Ayat 6)
Dan masih banyak lagi ayat-ayat Al-Qur’an yang membahas tentang fasik.
Kata fasik dalam al Quran disebutkan berkali kali, kurang lebih ada 45 dalam
berbagai surat.12
12
Supriadi, KARAKTERISTIK PENAFSIRAN ZAMAKHSYARI TERHADAP AYAT-AYAT FASIK, Jurnal Asy-
Syukriyyah Vol. 12 (2014) hal 27
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fasik didefinisikan sebagai orang yang banyak berbuat maksiat,
meninggalkan perintah Allah Swt, keluar dari jalan benar dan agama.
Dalam lingkungan sosial, perilaku fasik dapat menciptakan dinamika yang
tidak stabil dan merugikan, menghambat kemampuan individu untuk
membentuk hubungan sosial yang sehat.
Fasik, yang melibatkan tindakan-tindakan yang melanggar norma
moral atau etika, dapat menyebabkan konsekuensi emosional yang
merugikan. Individu yang terlibat dalam perilaku fasik, seperti manipulasi,
kekerasan, atau eksploitasi terhadap orang lain, mungkin mengalami stres,
kecemasan, dan depresi sebagai hasil dari pertentangan antara tindakan
mereka dan nilai-nilai moral internal. Kata fasik dalam al Quran
disebutkan berkali kali, kurang lebih ada 45 dalam berbagai surat.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari akan kekurangan
pembahasan yang atas kurang lengkapnya referensi dan kurang
komprehensifnya pembahasan terlebih minimnya pengetahuan penulis.
Maka dari itu untuk selanjutnya kami secara terbuka menerima saran
maupun kritik untuk perbaikan dalam makalah ini.
12
DAFTAR PUSTAKA
13