Anda di halaman 1dari 14

HUKUM BOIKOT PRODUK YAHUDI

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Masail Fiqhiyah

Dosen Pengampu :
Nanang Abdillah, M.Pd.I

Oleh :
Ali Rohmat Nuruddin (20210102295)
Moch Ramadlan Sofyan Zubayri (20210102260)
Muhammad Miftakhul Aziz (20210102265)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-AZHAR
MENGANTI GRESIK
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT, yang dengan segala
nikmat dan rahmatnya, sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan
sebaik-baiknya. Sholawat serta salam tetap terlimpahkan kepada junjungan kita
bersama Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya menuju arah
terang dan gemilang.
Penulisan makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas kelompok mata
kuliah “Masail Fiqhiyah” semester empat program studi Pendidikan Agama Islam
STAI Al-Azhar Menganti Gresik. Makalah ini telah kami selesaikan dengan baik
berkat kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu kami sampaikan
banyak terima kasih kepada segenap pihak yang telah berkontribusi secara
maksimal dalam penyelesaian makalah ini guna menjelaskan tentang Hukum
Boikot Produk Yahudi.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami pribadi dan
bagi para pembaca, serta dapat dijadikan rujukan untuk penelitian lebih lanjut.
Kami sangat menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, oleh
karena itu kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang berguna agar kami
kedepannya bisa memperbaiki kembali.

Gresik, 15 Juni 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I .......................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
A. Latar Belakang ..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................2
C. Tujuan Masalah .............................................................................................2
BAB II ......................................................................................................................3
PEMBAHASAN ......................................................................................................3
A. Pengertian Boikot ..........................................................................................3
B. Hukum Menggunakan Produk Orang Kafir ..................................................4
C. Hukum Memboikot Produk Yahudi..............................................................6
D. Pendapat Beberapa Ulama Tentang Memboikot Produk Yahudi .................7
BAB III ..................................................................................................................10
PENUTUP..............................................................................................................10
A. Kesimpulan .................................................................................................10
B. Saran ...........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Risalah Islam bukanlah merupakan risalah setempat dan terbatas,
yang khusus bagi satu generasi atau suku bangsa sebagaimana halnya
risalah-risalah yang sebelumnya, tetap ia adalah risalah yang universal yang
mencangkup seluruh umat manusia sampai akhir bumi dan segala isinya ini
diambil oleh Allah SWT.1

Hukum Islam berlaku secara universal sesuai dengan perkembangan


umat manusia yang meliputi tempat, ruang dan waktu yang bertujuan
mewujudkan kemaslahatan dan menolak segala kerusakan. Sebab itulah
Islam memberikan prioritas yang tinggi kepada akal untuk menganalisa
hukum-hukum Syara’ dan meneliti perkembangan dengan berpedoman
kepada nash-nash yang telah ada supaya hukum Islam itu bersifat elastis.2

Disamping itu hukum Islam adalah hukum yang lengkap dan


sempurna yang tidak saja mengatur hubugan manusia dengan tuhannya
dalam bentuk ibadah, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan
manusia yang di sebut dengan muamalah. Manusia tetap berhajat satu sama
yang lainnya, baik yang menyangkut hubungan Ekonomi, Sosial, Politik dan
lain sebagainya.

Muamalah adalah ilmu tentang hukum Syara’ yang mengatur


hubungan manusia dengan manusia lain yang sasarannya adalah harta benda
atau maal, hubungan tersebut sangatlah luas karena mencangkup hubungan
antara sesama manusia baik sesama muslim maupun non muslim.
Muamalah di bolehkan selama tidak ada dalil yang melarangnya dalil yang

1
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Terj:Mahyuddin Syaf, (Bandung, PT Alma'arif 1973), h. 7.
2
Hasbi Sidhiqi, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta, Bulan Bintang 1990), h. 94.

1
dimaksudkan bukan hanya dalil nash tetapi juga berdasarkan argumen yang
secara rasional dapat melarang terjadinya muamalah tersebut yang
disebabkan oleh adanya indikasi membahayakan dan mudharat yang lebih
besar.

Diantaranya prinsip Muamalah adalah tidak boleh merugikan diri


sendiri dan orang lain, setiap transaksi dan hubungan Perdata (Muamalah)
dalam islam tidak boleh menimbulkan kerugian kepada diri sendiri dan
orang lain hal ini didasarkan kepada hadist Nabi Muhammad yang
diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Ad-Dauquthni dan lain dari Abi Al-Khudri
bahwa Rasulullah bersabda: “janganlah merugikan diri sendiri dan
janganlah merugikan orang lain.” dari hadist ini kemudian di buatlah kaidah
kulliyah yang berbunyi kemudharatan harus di hilangkan.3

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian boikot dari segi bahasa ?
2. Apa hukumnya menggunakan produk orang kafir khususnya yahudi ?
3. Apa hukumnya memboikot produk yahudi ?
4. Bagaimana pendapat ulama berkaitan dengan hukum memboikot
produk yahudi ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk memahami makna pengertian kalimat boikot dari segi bahasa.
2. Untuk mengetahui apa hukumnya menggunakan produk orang kafir
khususnya yahudi.
3. Agar lebih dapat mengetahui hukum memboikot produk yahudi.
4. Untuk dapat memahami dan menganalisa pendapat para ulama yang
berkaitan dengan hukum memboikot produk yahudi.

3
Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Muamalat, (Jakarta, Amzah 2010), h. 4.

2
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Boikot

Boikot atau Mahjur berasal dari kata Al-Hajr atau Hajarah artinya
secara bahasa adalah Al-Man’u (terlarang, terdinding, tercegah, dan
terhalang). Idris Ahmad dalam bukunnya fiqh Al-Syafi‘iyah berpendapat
bahwa yang di maksud dengan Mahjur menurut istilah adalah orang-orang
yang terlarang mengendalikan harta bendanya, disebabkan oleh beberapa
hal yang terdapat pada dirinya, yang mengeluarkan pengawasan. Sulaiman
Rasyid berpendapat bahwa yang di maksud dengan Mahjur menurut istilah
adalah orang-orang yang mengendalikan harta bendanya, disebabkan oleh
beberapa hal yang terdapat pada dirinya, yang mengeluarkan pengawasan.
Sulaiman Rasyid juga berpendapat bahwa yang dimaksud dengan Al-Hajri
ialah melarang atau menahan seseorang membelanjakan hartanya, yang
berhak melarangnya ialah wali atau hakim.

Boikot merupakan tindakan untuk tidak menggunakan, membeli,


atau berurusan dengan seseorang atau suatu organisasi sebagai wujud protes
atau sebagai suatu bentuk pemaksaan. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) boikot adalah bersekongkol menolak untuk bekerja sama
(berurusan dagang, berbicara, ikut serta, dan sebagainya) sedangkan
pemboikotan adalah proses atau perbuatan memboikot terhadap sesuatu hal.
Pada dasarnya sebuah pemboikotan akan dilakukan sebagai bentuk protes
atau wujud dari ketidakpuasan dari satu pihak kepada pihak lain yang
dianggap melakukan tindakan yang tidak seharusnya, dimana hal ini dapat
ditunjukkan dalam tindakan penolakan.
4

B. Hukum Menggunakan Produk Orang Kafir


Menggunakan produk orang kafir hukum asalnya boleh. Boleh
membelinya, menjualnya dan memanfaatkannya. Karena ini adalah masalah
muamalah duniawi, sehingga hukum asalnya boleh. Kaidah fiqhiyyah yang
ditetapkan para ulama:
‫األصل في المعامالت اإلباحة حتى يدل الدليل على تحريمه‬

“Hukum asal perkara muamalah adalah mubah (boleh), sampai datang dalil
yang mengharamkannya”.

Bermuamalah dengan orang kafir juga dibolehkan di dalam Al-


Qur’an. Allah SWT berfirman:

‫ار ُك ْم أَ ْن تَبَرُّوهُ ْم‬ ِ ‫َّللاُ ع َِن اله ِذينَ لَ ْم يُقَاتِلُو ُك ْم فِي الد‬
ِ َ‫ِّين َولَ ْم ي ُْخ ِرجُو ُك ْم ِم ْن ِدي‬ ‫ال يَ ْنهَا ُك ُم ه‬
َ‫َّللاَ ي ُِحبُّ ْال ُم ْق ِس ِطين‬
‫َوتُ ْق ِسطُوا إِلَ ْي ِه ْم إِ هن ه‬

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap
orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula)
mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang berlaku adil” (QS. Al Mumtahanah: 8).

Rasulullah SAW juga memanfaatkan produk orang kafir dan


bermuamalah bisnis dengan orang kafir. Dari Aisyah radhiallahu’anha
beliau berkata:

ٍ ‫ي صلهى َّللاُ عليه وسلهم اشتَرى طعا ًما من يَهو ِديٍّ إلى‬
‫ ورهَنه ِدرعًا من‬، ‫أجل‬ ‫ه‬
‫أن النب ه‬
‫حدي ٍد‬

“Nabi SAW pernah membeli makanan dari orang Yahudi dengan berhutang,
lalu beliau menggadaikan baju perang besinya kepada orang tersebut” (HR.
Bukhari no. 2068).
Dari dalil-dalil di atas, jelas bahwa hukum asal muamalah duniawi
dengan orang kafir itu mubah (boleh), dan tidak boleh mengatakan haram
tanpa dalil. Dan tidak boleh mengharamkan apa yang tidak diharamkan oleh
5

Allah dan Rasul-Nya. Ini termasuk berdusta atas nama Allah. Allah SWT
berfirman:
َ ‫َّللاِ ْال َك ِذ‬
‫ب إِ هن‬ َ ‫ف أَ ْل ِسنَتُ ُك ُم ْال َك ِذ‬
‫ب هَ َذا َح َال ٌل َوهَ َذا َح َرا ٌم لِتَ ْفتَرُوا َعلَى ه‬ ِ ‫َو َال تَقُولُوا لِ َما ت‬
ُ ‫َص‬
َ ‫َّللاِ ْال َك ِذ‬
َ‫ب َال يُ ْفلِحُون‬ ‫اله ِذينَ يَ ْفتَرُونَ َعلَى ه‬
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh
lidahmu secara dusta “ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan
kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-
adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung” (QS. An-Nahl:
116).
Oleh karena itu, barangsiapa yang menyatakan bahwa makanan A,
minuman B, pakaian C itu haram, dia harus mendatangkan dalil shahih dari
Allah dan Rasul-Nya. Jika tidak ada dalil yang menunjukkan haramnya,
maka barang-barang tersebut kembali ke status asalnya yaitu halal dan boleh
digunakan. Oleh karena itu, boleh bagi kita menggunakan produk orang
kafir karena tidak ada dalil dalam Al Qur’an atau pun dari hadits Nabi SAW
yang menunjukkan terlarangnya hal ini. Bahkan ada terdapat beberapa bukti
bahwa Nabi SAW juga pernah menggunakan produk orang kafir dan ini
menunjukkan bolehnya hal ini. Bukti tersebut di antaranya:
[Pertama] Rasulullah SAW pernah memakai baju buatan Yaman
sebagaimana dalam hadits Anas bin Malik bahwasanya Rasulullah SAW
ketika sakit, beliau keluar memakai baju qithriyyah (yaitu baju bercorak dari
Yaman yang terbuat dari katun) (Lihat Mukhtashor Asy Syamail hal. 49.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa riwayat ini shahih). Perlu diketahui
bahwa kebanyakan penduduk Yaman ketika itu adalah orang-orang kafir.
[Kedua] Diceritakan pula bahwa Nabi SAW pernah menggunakan
khuf buatan Habasyah (Ethiopia) yang ketika itu adalah negeri kafir. Hal ini
sebagaimana diceritakan oleh Buraidah:
‫أن النجاشي أهدى النبي صلى َّللا عليه و سلم خفين أسودين ساذجين فلبسهما ثم توضأ‬
‫ومسح عليهما‬
6

“Raja Najasyi pernah memberi hadiah pada Nabi SAW dua buah khuf yang
berwarna hitam yang terlihat sederhana, kemudian beliau menggunakannya
dan mengusap kedua khuf tersebut.” (Lihat Mukhtashor Asy Syamail hal.
51. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa riwayat ini shahih).
Tentunya, hukum boleh ini bisa berubah menjadi haram ketika
terdapat keharaman, seperti menjual produk yang haram semisal: khamr,
daging babi, atau muamalah dalam maksiat kepada Allah seperti kerjasama
transaksi riba, menyewakan rumah untuk pelacuran, dll.
C. Hukum Memboikot Produk Yahudi
Adanya sikap boikot terhadap produk tertentu dari orang kafir itu
muncul karena dinilai adanya maslahat atau dalam rangka memperkecil
mudharat bagi kaum Muslimin. Seperti produk orang kafir yang
produsennya diketahui memiliki peranan dalam menjajah negeri-negeri
kaum Muslimin. Sehingga dengan membeli produknya, dikhawatirkan akan
memperkokoh aksinya dalam menjajah kaum Muslimin. Atau produk-
produk yang diketahui produsennya pendukung LGBT yang
membahayakan masyarakat Islam. Untuk maslahat mempersempit gerakan
dukung maksiat tersebut, maka diboikot produknya. Sebagaimana ini
pernah dilakukan oleh Tsumamah bin Utsal radhiallahu’anhu. Disebutkan
dalam hadits:
:ٌ‫ال لَهُ قَائِل‬َ َ‫ ق‬،َ‫ فَلَ هما قَ ِد َم َم هكة‬،‫صلهى َّللاُ َعلَ ْي ِه َو َسل ه َم َوأَ َم َرهُ أَ ْن يَ ْعتَ ِم َر‬ ‫فَبَ هش َرهُ َرسُو ُل ه‬
َ ِ‫َّللا‬
‫صلهى َّللاُ َعلَ ْي ِه َو َسله َم َو َال َو ه‬
‫َّللاِ َال‬ َ ِ‫َّللا‬ ‫ُول ه‬ِ ‫ت َم َع ُم َح هم ٍد َرس‬ ُ ‫ َولَ ِك ْن أَ ْسلَ ْم‬،‫ َال‬:‫ قَا َل‬، َ‫صبَوْ ت‬
َ
َ ‫يَأْتِي ُك ْم ِم ْن ْاليَ َما َم ِة َحبهةُ ِح ْنطَ ٍة َحتهى يَأْ َذنَ فِيهَا النهبِ ُّي‬
‫صلهى َّللاُ َعلَ ْي ِه َو َسله َم‬

“Rasulullah SAW memberikan kabar gembira kepada Tsumamah dan


memerintahkannya untuk melaksanakan umrah. Ketika Tsumamah sampai
di Makkah (untuk umrah), ada seseorang yang berkata kepadanya: “Apakah
engkau telah murtad (dari agama nenek moyangmu)?”. Tsumamah
mengatakan: “Tidak, justru aku telah masuk agama Islam bersama
Muhammad Rasulullah SAW. Demi Allah, engkau tidak akan mendapatkan
7

gandum dari Yamamah (sampai kepada kaum Quraisy), kecuali diizinkan


masuk oleh Nabi SAW.” (HR. Bukhari no.4372, Muslim no.1764).
D. Pendapat Beberapa Ulama Tentang Memboikot Produk Yahudi
Menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, “Apakah
belum sampai kepadamu bahwa Nabi SAW pernah membeli makanan untuk
keluarganya dari orang Yahudi, ketika Nabi SAW wafat baju besinya
tergadai di tempat orang Yahudi? Apakah belum sampai kepadamu bahwa
Nabi SAW pernah menerima hadiah dari orang Yahudi?”. Jika kita
mengatakan tidak boleh membeli produk mereka maka akan luput dari kita
banyak sekali hal-hal yang bermanfaat, seperti mobil buatan Yahudi dan
hal-hal lain yang bermanfaat yang tidak membuatnya kecuali orang Yahudi.
Memang benar bahwa ada beberapa makanan dan minuman yang kadang
ada unsur mudharat dari orang Yahudi, karena orang Yahudi tidak bisa
dipercaya, karena ini mereka letakkan racun pada daging kambing yang
mereka hadiahkan kepada Rasulullah SAW dan Rasulullah SAW meninggal
dengan mengatakan:

‫اع أَ ْبهَ ِرى ِم ْن َذلِكَ ال ُّس ِّم‬ ُ ‫إِنِّى أَ ِج ُد أَلَ َم الطه َع ِام اله ِذى أَ َك ْل‬
ُ ‫ت بِخَ ْيبَ َر فَهَ َذا أَ َو‬
ِ َ‫ان ا ْنقِط‬
“Tidak henti-hentinya aku merasakan sakit karena makanan yang aku
makan di Khaibar, dan inilah saat terputusnya urat nadiku dari dunia
(maksudnya kematianku) dengan sebab racun itu”

Menurut Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, para Ulama tidak


berfatwa pengharaman pembelian produk-produk Yahudi. Produk-produk
Yahudi tetap datang dan dijual di pasaran kaum Muslimin. Tidaklah
memberikan madharat kepada kaum Yahudi jika engkau tidak membeli
produk-produk mereka. Tidak boleh diboikot produk-produk tertentu
kecuali jika Waliyyul ‘Amr mengeluarkan keputusan. Jika Waliyyul ‘Amr
mengeluarkan keputusan pembolikotan terhadap suatu negeri maka wajib
diboikot.
8

Sedangkan menurut Fatwa Asy-Syaikh Abu Ishaq Al-Huwaini,


beliau mengatakan: “Saya sering katakan bahwa memboikot produk orang
kafir itu disyariatkan. Disyariatkan di sini maksudnya sesuai dengan dalil-
dalil syar’i. Namun saya tidak mewajibkan boikot, atau dengan kata lain
mengatakan bahwa orang tidak melakukannya itu berdosa. Saya hanya
katakan, saya mendukung boikot. Adapun orang yang tidak ikut memboikot
produk ini dan itu, saya tidak bisa katakan ia berdosa besar. Kecuali ketika
pemerintah menetapkan dilarangnya membeli produk ini dan itu, maka
ketika itu saya baru memfatwakan bahwa haram membeli produk ini dan
itu.

Diantara sebagian orang mengira bahwa telah terjadi perselisihan


pendapat di antara Ulama tentang hukum memboikot produk orang kafir.
Namun, jika kita cermati dalam memahami fatwa para ulama di atas,
sebenarnya bisa kita kompromikan penjelasan mereka dalam beberapa poin:

1. Menjual dan membeli produk orang kafir atau pelaku


maksiat, hukum asalnya halal selama produknya halal.
2. Ulama sepakat, tidak diperbolehkan menganggap haram
sesuatu yang halal dan tidak diharamkan oleh syari’at.
3. Memboikot produk orang kafir dan pendukung kemaksiatan
dengan niat untuk mempersempit gerak musuh-musuh Islam,
ini boleh saja. Bahkan termasuk jihad yang utama selama
niatnya bukan mengharamkan yang halal.
4. Jika ada ketetapan boikot dari pemerintah, maka wajib
melakukan boikot.
5. Selama tidak ada ketetapan boikot dari pemerintah, tidak
boleh memaksa orang lain untuk memboikot dan tidak boleh
mencela serta menganggap dosa orang yang tidak ikut
memboikot.
6. Yang berhak memboikot dengan sifat memaksa hanyalah
pemerintah.
9

7. Memboikot produk orang kafir jangan sampai membuat


kaum Muslimin kehilangan banyak manfaat dari produk-
produk yang hanya diproduksi oleh orang kafir atau pelaku
maksiat.
8. Memboikot produk orang kafir atau pelaku maksiat memang
tidak bisa menyeluruh, namun dilakukan sesuai kemampuan.
9. Tidak benar pernyataan orang yang mengatakan bahwa yang
tidak ikut memboikot dan tetap membeli produk orang kafir
adalah pelaku dosa besar. Selama Ulil Amri tidak
mewajibkan boikot.
10. Andaikan seseorang membeli produk orang kafir atau ahli
maksiat, dan tidak memboikot, maka tetap wajib
menjelaskan kekeliruan dan kesesatan mereka.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hukum asal menggunakan produk orang kafir yaitu boleh, karena
ini menyangkut masalah duniawi. Agama Islam tidak melarang atau
membatasi untuk bermuamalah dengan non muslim. Akan tetapi berubah
menjadi haram apabila didalamnya ada unsur melanggar syariat seperti
menjual khamr, menjual daging babi, melegalkan tempat perjudian, dll.
Disamping itu yang berhak memboikot produk mereka adalah pemerintah,
apabila pemerintah mewajibkan memboikot maka kita sebagai warga negara
dan umat Islam haruslah mengikuti fatwa pemerintah dalam hal ini ulil amri
baik MUI ataupun Presiden ini semua dilakukan demi kemaslahatan umat
Islam.

B. Saran
Demikian makalah ini kami buat. Kami sadar makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan dari berbagai pihak demi kebaikan kami yang akan datang.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Wardi Muslich. 2010. Fiqih Muamalat, Jakarta: Amzah.

Hasbi Sidhiqi. 1990. Filsafat Hukum Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Sayyid Sabiq. 1973. Fiqh Sunnah. Bandung: PT Alma’arif.

https://rumaysho.com/997-fatwa-ulama-tentang-hukum-boikot-produk-
yahudi.html

11

Anda mungkin juga menyukai