Dosen Pengampu :
Nanang Abdillah, M.Pd.I
Oleh :
Ali Rohmat Nuruddin (20210102295)
Moch Ramadlan Sofyan Zubayri (20210102260)
Muhammad Miftakhul Aziz (20210102265)
Puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT, yang dengan segala
nikmat dan rahmatnya, sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan
sebaik-baiknya. Sholawat serta salam tetap terlimpahkan kepada junjungan kita
bersama Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya menuju arah
terang dan gemilang.
Penulisan makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas kelompok mata
kuliah “Masail Fiqhiyah” semester empat program studi Pendidikan Agama Islam
STAI Al-Azhar Menganti Gresik. Makalah ini telah kami selesaikan dengan baik
berkat kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu kami sampaikan
banyak terima kasih kepada segenap pihak yang telah berkontribusi secara
maksimal dalam penyelesaian makalah ini guna menjelaskan tentang Hukum
Boikot Produk Yahudi.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami pribadi dan
bagi para pembaca, serta dapat dijadikan rujukan untuk penelitian lebih lanjut.
Kami sangat menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, oleh
karena itu kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang berguna agar kami
kedepannya bisa memperbaiki kembali.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Risalah Islam bukanlah merupakan risalah setempat dan terbatas,
yang khusus bagi satu generasi atau suku bangsa sebagaimana halnya
risalah-risalah yang sebelumnya, tetap ia adalah risalah yang universal yang
mencangkup seluruh umat manusia sampai akhir bumi dan segala isinya ini
diambil oleh Allah SWT.1
1
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Terj:Mahyuddin Syaf, (Bandung, PT Alma'arif 1973), h. 7.
2
Hasbi Sidhiqi, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta, Bulan Bintang 1990), h. 94.
1
dimaksudkan bukan hanya dalil nash tetapi juga berdasarkan argumen yang
secara rasional dapat melarang terjadinya muamalah tersebut yang
disebabkan oleh adanya indikasi membahayakan dan mudharat yang lebih
besar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian boikot dari segi bahasa ?
2. Apa hukumnya menggunakan produk orang kafir khususnya yahudi ?
3. Apa hukumnya memboikot produk yahudi ?
4. Bagaimana pendapat ulama berkaitan dengan hukum memboikot
produk yahudi ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk memahami makna pengertian kalimat boikot dari segi bahasa.
2. Untuk mengetahui apa hukumnya menggunakan produk orang kafir
khususnya yahudi.
3. Agar lebih dapat mengetahui hukum memboikot produk yahudi.
4. Untuk dapat memahami dan menganalisa pendapat para ulama yang
berkaitan dengan hukum memboikot produk yahudi.
3
Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Muamalat, (Jakarta, Amzah 2010), h. 4.
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Boikot
Boikot atau Mahjur berasal dari kata Al-Hajr atau Hajarah artinya
secara bahasa adalah Al-Man’u (terlarang, terdinding, tercegah, dan
terhalang). Idris Ahmad dalam bukunnya fiqh Al-Syafi‘iyah berpendapat
bahwa yang di maksud dengan Mahjur menurut istilah adalah orang-orang
yang terlarang mengendalikan harta bendanya, disebabkan oleh beberapa
hal yang terdapat pada dirinya, yang mengeluarkan pengawasan. Sulaiman
Rasyid berpendapat bahwa yang di maksud dengan Mahjur menurut istilah
adalah orang-orang yang mengendalikan harta bendanya, disebabkan oleh
beberapa hal yang terdapat pada dirinya, yang mengeluarkan pengawasan.
Sulaiman Rasyid juga berpendapat bahwa yang dimaksud dengan Al-Hajri
ialah melarang atau menahan seseorang membelanjakan hartanya, yang
berhak melarangnya ialah wali atau hakim.
“Hukum asal perkara muamalah adalah mubah (boleh), sampai datang dalil
yang mengharamkannya”.
ار ُك ْم أَ ْن تَبَرُّوهُ ْم ِ َّللاُ ع َِن اله ِذينَ لَ ْم يُقَاتِلُو ُك ْم فِي الد
ِ َِّين َولَ ْم ي ُْخ ِرجُو ُك ْم ِم ْن ِدي ال يَ ْنهَا ُك ُم ه
ََّللاَ ي ُِحبُّ ْال ُم ْق ِس ِطين
َوتُ ْق ِسطُوا إِلَ ْي ِه ْم إِ هن ه
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap
orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula)
mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang berlaku adil” (QS. Al Mumtahanah: 8).
ٍ ي صلهى َّللاُ عليه وسلهم اشتَرى طعا ًما من يَهو ِديٍّ إلى
ورهَنه ِدرعًا من، أجل ه
أن النب ه
حدي ٍد
“Nabi SAW pernah membeli makanan dari orang Yahudi dengan berhutang,
lalu beliau menggadaikan baju perang besinya kepada orang tersebut” (HR.
Bukhari no. 2068).
Dari dalil-dalil di atas, jelas bahwa hukum asal muamalah duniawi
dengan orang kafir itu mubah (boleh), dan tidak boleh mengatakan haram
tanpa dalil. Dan tidak boleh mengharamkan apa yang tidak diharamkan oleh
5
Allah dan Rasul-Nya. Ini termasuk berdusta atas nama Allah. Allah SWT
berfirman:
َ َّللاِ ْال َك ِذ
ب إِ هن َ ف أَ ْل ِسنَتُ ُك ُم ْال َك ِذ
ب هَ َذا َح َال ٌل َوهَ َذا َح َرا ٌم لِتَ ْفتَرُوا َعلَى ه ِ َو َال تَقُولُوا لِ َما ت
ُ َص
َ َّللاِ ْال َك ِذ
َب َال يُ ْفلِحُون اله ِذينَ يَ ْفتَرُونَ َعلَى ه
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh
lidahmu secara dusta “ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan
kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-
adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung” (QS. An-Nahl:
116).
Oleh karena itu, barangsiapa yang menyatakan bahwa makanan A,
minuman B, pakaian C itu haram, dia harus mendatangkan dalil shahih dari
Allah dan Rasul-Nya. Jika tidak ada dalil yang menunjukkan haramnya,
maka barang-barang tersebut kembali ke status asalnya yaitu halal dan boleh
digunakan. Oleh karena itu, boleh bagi kita menggunakan produk orang
kafir karena tidak ada dalil dalam Al Qur’an atau pun dari hadits Nabi SAW
yang menunjukkan terlarangnya hal ini. Bahkan ada terdapat beberapa bukti
bahwa Nabi SAW juga pernah menggunakan produk orang kafir dan ini
menunjukkan bolehnya hal ini. Bukti tersebut di antaranya:
[Pertama] Rasulullah SAW pernah memakai baju buatan Yaman
sebagaimana dalam hadits Anas bin Malik bahwasanya Rasulullah SAW
ketika sakit, beliau keluar memakai baju qithriyyah (yaitu baju bercorak dari
Yaman yang terbuat dari katun) (Lihat Mukhtashor Asy Syamail hal. 49.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa riwayat ini shahih). Perlu diketahui
bahwa kebanyakan penduduk Yaman ketika itu adalah orang-orang kafir.
[Kedua] Diceritakan pula bahwa Nabi SAW pernah menggunakan
khuf buatan Habasyah (Ethiopia) yang ketika itu adalah negeri kafir. Hal ini
sebagaimana diceritakan oleh Buraidah:
أن النجاشي أهدى النبي صلى َّللا عليه و سلم خفين أسودين ساذجين فلبسهما ثم توضأ
ومسح عليهما
6
“Raja Najasyi pernah memberi hadiah pada Nabi SAW dua buah khuf yang
berwarna hitam yang terlihat sederhana, kemudian beliau menggunakannya
dan mengusap kedua khuf tersebut.” (Lihat Mukhtashor Asy Syamail hal.
51. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa riwayat ini shahih).
Tentunya, hukum boleh ini bisa berubah menjadi haram ketika
terdapat keharaman, seperti menjual produk yang haram semisal: khamr,
daging babi, atau muamalah dalam maksiat kepada Allah seperti kerjasama
transaksi riba, menyewakan rumah untuk pelacuran, dll.
C. Hukum Memboikot Produk Yahudi
Adanya sikap boikot terhadap produk tertentu dari orang kafir itu
muncul karena dinilai adanya maslahat atau dalam rangka memperkecil
mudharat bagi kaum Muslimin. Seperti produk orang kafir yang
produsennya diketahui memiliki peranan dalam menjajah negeri-negeri
kaum Muslimin. Sehingga dengan membeli produknya, dikhawatirkan akan
memperkokoh aksinya dalam menjajah kaum Muslimin. Atau produk-
produk yang diketahui produsennya pendukung LGBT yang
membahayakan masyarakat Islam. Untuk maslahat mempersempit gerakan
dukung maksiat tersebut, maka diboikot produknya. Sebagaimana ini
pernah dilakukan oleh Tsumamah bin Utsal radhiallahu’anhu. Disebutkan
dalam hadits:
:ٌال لَهُ قَائِلَ َ ق،َ فَلَ هما قَ ِد َم َم هكة،صلهى َّللاُ َعلَ ْي ِه َو َسل ه َم َوأَ َم َرهُ أَ ْن يَ ْعتَ ِم َر فَبَ هش َرهُ َرسُو ُل ه
َ َِّللا
صلهى َّللاُ َعلَ ْي ِه َو َسله َم َو َال َو ه
َّللاِ َال َ َِّللا ُول هِ ت َم َع ُم َح هم ٍد َرس ُ َولَ ِك ْن أَ ْسلَ ْم، َال: قَا َل، َصبَوْ ت
َ
َ يَأْتِي ُك ْم ِم ْن ْاليَ َما َم ِة َحبهةُ ِح ْنطَ ٍة َحتهى يَأْ َذنَ فِيهَا النهبِ ُّي
صلهى َّللاُ َعلَ ْي ِه َو َسله َم
اع أَ ْبهَ ِرى ِم ْن َذلِكَ ال ُّس ِّم ُ إِنِّى أَ ِج ُد أَلَ َم الطه َع ِام اله ِذى أَ َك ْل
ُ ت بِخَ ْيبَ َر فَهَ َذا أَ َو
ِ َان ا ْنقِط
“Tidak henti-hentinya aku merasakan sakit karena makanan yang aku
makan di Khaibar, dan inilah saat terputusnya urat nadiku dari dunia
(maksudnya kematianku) dengan sebab racun itu”
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum asal menggunakan produk orang kafir yaitu boleh, karena
ini menyangkut masalah duniawi. Agama Islam tidak melarang atau
membatasi untuk bermuamalah dengan non muslim. Akan tetapi berubah
menjadi haram apabila didalamnya ada unsur melanggar syariat seperti
menjual khamr, menjual daging babi, melegalkan tempat perjudian, dll.
Disamping itu yang berhak memboikot produk mereka adalah pemerintah,
apabila pemerintah mewajibkan memboikot maka kita sebagai warga negara
dan umat Islam haruslah mengikuti fatwa pemerintah dalam hal ini ulil amri
baik MUI ataupun Presiden ini semua dilakukan demi kemaslahatan umat
Islam.
B. Saran
Demikian makalah ini kami buat. Kami sadar makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan dari berbagai pihak demi kebaikan kami yang akan datang.
10
DAFTAR PUSTAKA
https://rumaysho.com/997-fatwa-ulama-tentang-hukum-boikot-produk-
yahudi.html
11