Anda di halaman 1dari 6

NAMA : Abid kurniawan

NPM : 1741010093

UJIAN AKHIR SEMESTER

MATA KULIAH METEDOLOGI DAKWAH

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN INTAN LAMPUNG

1. Berilah Argumentasi yang kuat dengan menggunakan dalil Aqli tentang urgensi kita

mempelajari Metedologi Dakwah berikut manfaatnya bagi para generasi muda sekarang ini!

2. Bagaimana cara berdakwah dengan mereka yang meninggallkan sholat, enggan membayar

zakat serta memiliki kecenderungan suka berdebat? Kemukakan pendapat rekan – rekan!

3. Di zaman akhir ini kita banyak jumpai golongan ahli bid ah yang terkadang membuat kita

geleng – geleng kepala dengan segala argumentasi nya, jika sekarang anda bergaul dengan

mereka yang meyakini bahwa hal baru yang ada disekeliling kita merupakan bid’ah maka

strategi Dakwah apa yang baik untuk bergaul dengan golongan tersebut?

4. Menurut rekan-rekan mahasiswa, bagaimana cara dakwah yang tepat untuk mereka yang suka

mencela saudara seiman? Jelaskan!

5. Sebutkan dan jelaskan anggota Walisongo yang sangat terkenal berikut ajaran dan metode

dakwah yang bisa kita teladani sampai saat ini!

Selamat Mengerjakan
1. Menurut Habib Muhsin, Dakwah adalah sebuah proses penyampaian informasi tentang ajaran
Islam dengan tujuan merubah sikap dan tingkah laku seseorang agar lebih positif. Dimensi
perubahan ke arah kemajuan atau positif adalah karakteristik dasar yang semestinya menjadi
acuan dalam kajian dakwah. “Menebar ujaran kebencian itu bukan dakwah. Dakwah itu berarti
mengajak dan pasti memperlihatkan yang baik terlebih dahulu. K.H. Ahmad Mustofa Bisri atau
akrab dipanggil Gus Mus, dakwah itu diibaratkan dengan kondektur bus. Bagaimana kondektur
bus itu? mereka mempromosikan yang bagus, jika sebaliknya berarti sudah bertentangan dengan
semangat dakwah Rasulullah SAW.” Mengingat, jika dahulu dakwah Islam dilakukan secara
sederhana dengan mendatangi rumah ke rumah untuk memberikan materi pendidikan Islam, saat
ini aktivitas dakwah dilakukan dengan beragam metode, strategi, dan media. Dengan kemajuan
dan kecangihan alat-alat serta media komunikasi yang ada, sekarang konten dakwah generasi
milenial harus banyak unsur virtualnya.

kalangan remaja, maka akan menghasilkan generasi muda yang memiliki


komitmen yang kuat. Mereka adalah para pemuda yang selalu siap
mengemban misi kemanusiaan kepada masyarakat yang ada di
lingkungannya dan siaga dalam memenuhi panggilan yang diserukan
oleh negara. Dakwah untuk remaja dapat disandarkan pada salah satu hadits
Nabi Muhammad SAW yang disampaikan oleh Abu Hurairah sebagai berikut:
ُّ‫لِظ َّإَِل َّلِظ َ َل َ ْم َوي ِ ِّهلِظ يِف ُهَّلال ْ ُم ُّهلِظُي ٌةَ ْعبَس‬
ِ
‫ُه‬: ‫ةَداَبِع يِف ََأشَن ٌّباَشَو ُلِداَعْال ُما َ ِْماْل‬
ْ ‫س ْمال يِف ٌقَّلَ ُعم ُ ُه ْبلَق‬ َ َ ‫يَلَع اَقَّ َرفَتَو ِ ْهيَلَع اَ َع َم ْتجا ِهَّلال يِف اَّبا َ َحت ِن َلَُ َج َرو ِ ِدجا‬
‫ٌلُ َج َرو ِ ِّهبَر‬
ِ
‫ه‬
‫صنَم ُتاَذ ٌةََأ ْرما ُ ْهتَبَلَط ٌلُ َج َرو‬ ْ ِ‫يِّنِإ َالَقَف ٍالَ َم َجو ٍب‬
‫صت ٌلُ َج َرو َهَّلال ُفا َ َخأ‬ َ ‫ىَ ْف َخأ َقَّ َد‬
‫اَ ْنيَع ْتَضاَفَف اًيِالَخ َهَّلال َ َر َكذ ٌلُ َج َرو ُهُنيِ َمي ُقِ ْفنُت اَم ُ ُهالَ ِمش َ َم ْل َعت َ َل ىَّتَح‬
Artinya : “Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah
pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: 1. Pemimpin
yang adil, 2. Pemuda yang tumbuh di atas kebiasaan „ibadah kepada
Rabbnya, 3. Lelaki yang hatinya terpaut dengan masjid, 4. Dua orang
yang saling mencintai karena Allah, sehingga mereka tidak bertemu
dan tidak juga berpisah kecuali karena Allah, 5. Lelaki yang diajak
(berzina) oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik
lalu dia berkata, „Aku takut kepada Allah, 6. Orang yang bersedekah
dengan sembunyi-sembunyi, hingga tangan kirinya tidak mengetahui
apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, 7. Orang yang berdzikir
kepada Allah dalam keadaan sendiri hingga kedua matanya basah
karena menangis.” (HR. Al-Bukhari no. 620 dan Muslim no. 1712)
Hadits di atas secara jelas dapat menjadi penegas bahwa dakwah di
kalangan remaja menjadi penting untuk menjadikan remaja maupun pemuda
sebagai generasi penerus yang terbiasa beribadah. Secara langsung, dalam
hadits tersebut, tujuan dakwah adalah untuk memasukkan remaja ke dalam
salah satu dari tujuh golongan yang masuk surga. Namun secara duniawi,

dengan adanya dakwah di kalangan remaja akan menjadikan remaja sebagai


generasi penerus bangsa dan syiar agama yang berkualitas

2. Menurut saya ialah jika berdakwah kepada masyrakat yang tidak melakukan syariat islam, tidak
perlu kita berdakwah terus menerus di depan mereka,, jika kita melakukanyaa ialah sama aja
menyinggung seorang bahwa kita yang paling benar, berdakwah di jaman sekarang sangat lah
pelan tetapi tepat pada tujuan, di karenakan ketersinggungna kepada yang memilik agama
mayoritas sangatlah besar, tetapi masyrakatnya pun tidak taat, nahh menurut saya berilah
contoh contoh kecil jika merka sedang nongkorng kita lewat depan mereka sambil mengajak ‘’
ayo mass udah adzann’’ dan berdakwahnya pun dengan memberi contoh seperti jikka
masyrakat itu tidak mau membayar jakat, kita beri contoh bahwa membayar jakat bukanlah
suatu hal amal yang kita inginkan, tetapi berbagi terhadap semama sangatlah pekerjaan yang
sangat mulai karna kita bisa membantu satu sama lain yang sudah kesusahaan, dan metode
dakwahnya pun harus dengan pendekatan terlebih dahulu, dan membaca karakter orng
tersebut, dari situ kita tau, jika ia kita dekatkan dengan kebaikan, percayalah lama lama orang
itu akan ikut ke jalan kebaikan juga

3. Memerangi bid’ah dan beragam pemikiran dari luar Islam yang masuk ke dalamnya. Bid’ah
adalah perkara baru yang diada-adakan manusia (dalam perkara agama) tanpa contoh dari
Rasulullah dan salafus shalih. Banyak orang menyangka bahwa suatu amal yang banyak
pengikutnya atau pendukungnya adalah baik dan benar, meskipun hal tersebut tidak memiliki
dasar yang berupa nash dari al-Qur’an maupun As- Sunah. Perlu diketahui bahwa persangkaan itu
salah, sesat dan menyesatkanena bertentangan dengan al-Qur’an dan al-Sunah. Allah berfirman
dalam surah al- Baqarah ayat 147 yang artinya : “kebenaran itu dari Tuhan-Mu sebab itu jangan
sekali-sekali kamu termasuk orang-orang yang ragu”. Jadi kebenaran itu adalah dari Allah dan
hanya Allah-lah yang berhak untuk menentukan benar dan salah. Meskipun manusia bersepakat
tentang kebenaran sesuatu, tetapi jika Allah menyatakan bahwa hal itu salah, maka wajib bagi
kaum muslimin untuk menolak keputusan manusia dan mengikuti kehendak Allah. Kalau
berbicara tentang permasalahan al-haq, maka tentu tidak akan terlepas dengan permasalahan al-
batil. Begitu pula ketika berbicara masalah as-sunah, maka tidak akan terlepas dari masalah
bid’ah. Permasalahan bid’ah bukanlah suatu prmasalahan yang baru di zaman ini saja, tetapi
sudah jauh-jauh sebelumnya dikabarkan oleh Rasulullah. Bid’ah merupakan amalan yang sangat
dibenci oleh para ulama salaf. Bahkan Rasulullah sendiri telah menyatakan bahwa sejelek-jelek
perkara adalah bid’ah yang ditambahkan dalam perkara agama ini, dan amalan tersebut tidak akan
diterima oleh Allah. Oleh karena itu para ulama salaf memerangi perkara bid’ah tersebut mulai
dari yang terkecil samapai kepada yang terbesar. Tidak akan terjadi kebid’ahan yang besar
melainkan dimulai dari kebid’ahan yang kecil. Apabila setiap satu bid’ah dilakukan, pasti akan
ada satu sunah yang ditinggalkan. Ibnu Abbas berkata : “tidaklah akan datang atas manusia ini
suatu masa melainkan mereka mengadakan padanya suatu kebid’ahan dan mematikan suatu
sunah, sehingga bid’ah-bid’ah tersebut akan hidup dan sunah-sunah akan mati”. Suatu perbuatan
tidaklah bisa dikategorikan sebagai perbuatan yang bid’ah, kecuali telah terpenuhi kriteria-
kriterianya. Ada tiga kriteria untuk menilai suatu perbuatan itu termasuk dalam kategori bid’ah
atau tidak. Yang pertama, Al-Ihdats yaitu mendatangkan perkara baru yang dibuat/dikarang, serta
belum ada yang mendahuluinya baik secara mutlak maupun berdasarkan tinjauan dari satu sisi.
Kedua, perkara yang baru tersebut disandarkan pada agama. Maka termasuk bid’ah adalah
bilamana perkara baru yang diada-adakan itu disandarkan pada syari’at dan digabungkan kepada
agama pada satu sisi dari sisi yang ada. Dari kriteria ini, dapat dikeluarkan pengertian bid’ah
segala sesuatu yang dibuat atau diadakan yang bersifat materi, maupun perkara-perkara baru
dalam urusan dunia yang tidak memiliki hubungan dengan urusan agama. Ketiga, tidak adanya
sandaran bagi perkara baru yang diada-adakan tersebut pada dalil syar’i, baik dengan cara
penyandaran yang khusus maupun umum. Kriteria ini mengeluarkan segala perkara baru yang
berkaitan dengan agama, tetapi memiliki landasan dalil syar’i baik secara umum maupun khusus.
Bid’ah yang pertama kali muncul adalah bid’ah kaum khawarij. Bid’ah ini timbul lantaran
buruknya pemahaman mereka terhadap al-Qur’an. Mereka tidak bermaksud menolaknya, akan
tetapi mereka memahaminya dengan pemahaman yang tidak terkandung dalam maknanya.
Mereka menyangka bahwa pelaku

4. ( ‫يا معشر من آمن بلسانه ولم يدخل اإليمان قلبه ال تغتابوا المسلمين وال تتبعوا عوراتهم فإنه من اتبع ع@@وراتهم يتب@@ع هللا عورت@@ه‬
‫ وصححه األلباني ) ومن يتبع هللا عورته يفضحه في بيته‬، 4880 ‫رواه أبو داود برقم‬

“Wahai orang yang beriman dengan lisannya. Sementara keimanan belum masuk ke dalam hatinya.
Janganlah kamu semua mengguncing orang-orang Islam dan jangan mencari-cari aurat (keasalahnya).
Karena barangsiapa yang mencari-cari kesalahan mereka, maka Allah akan perlihatkan kesalahannya.
Dan barangsiapa yang Allah perlihatkan kesalahannya, akan dipermalukan (sampai) di rumahnya.” HR.
Abu Dawud, no. 4880 dishohehkan oleh Al-Albany.

Kemudian kewajiban anda adalah memberikan nasehat kepada mereka agar bertakwa (takut) kepada
Allah Azza Wajalla, menahan dari julukan seperti itu yang dapat memecah belah umat Islam. Dan
kewajiban memberi nasehat dari kesalahan, tidak seharusnya (dilakukan) di muka umum dan menuduh
terhadap niatan atau semisal itu.

Sementara terkait dengan masalah takfir (mudah menfonis kafir kepada orang lain) maka ada
perinciannya. Mengkafirkan kepada orang yang telah Allah dan Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam
kafirkan, maka itu merupakan suatu keharusan. Allah Azza Wajallah telah mengkafirkan beberapa
kelompok dalam kitab-Nya. Sebagaimana firman Ta’ala,
( ‫ ) لقد كفر الذين قالوا إن هللا ثالث ثالثة‬73 : ‫المائدة‬

“Sesungguhnya kafirlah orang0orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah seorang dari yang
tiga". SQ. Al-Maidah: 73. Dan firman-Nya :

( ‫ ) لقد كفر الذين قالوا إن هللا هو المسيح ابن مريم‬72 : ‫المائدة‬

“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera
Maryam". SQ. Al-Maidah: 72.

Sementara menghukumi kafir kepada orang yang tidak dihukumi kafir oleh Allah dan Rasulullah
sallallahu’alaihi wa sallam adalah diharamkan.

Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Sebagaimana tidak diperkenankan menghukumi kafir
kepada orang tertentu sampai dijelaskan syarat-syarat pengkafiran pada dirinya. Seharusnya kita tidak
menjawab pengkafiran kepada orang yang telah dihukumi kafir oleh Allah dan Rasul-Nya. Akan tetapi
kita harus memisahkan antara (orang ) tertentu dan (orang) tidak tertentu (secara umum).” Syarkh Kitabu
Tauhid, 2/271.

Silahkan melihat soal no. 21576 wallahu’alam.

Kemudian, bagi setiap orang yang menuduh, hendaknya dia berikan bukti, “Katakanlah, berikan bukti
nyata kalau sekiranya anda semua benar.” “Kalau mereka tidak mendatangkan para saksi, maka mereka
disisi Allah termasuk golongan para pendusta.”

Permasalahan yang marak diantara orang yang berafiliasi kepada agama –semoga Allah berikan hidayah
kepadanya- mereka menuduh orang dengan tuduhan yang asalnya tidak dianggap dalam syara’ dari
masalah celaan dan yang tidak layak dalam agama. Kemudian mereka tidak mendatangkan bukti hanya
sekedar mengikuti hawa nafsunya. Karena nafsu senang memberikan hukum kepada orang-orang dengan
nilai negative, positif, prestasi, kegagalan dan memberi gelar (jelek).

Seharusnya melawan hawa nafsu dalam hal ini, dan menimbang seseorang dengan timbangan syara’
dengan menyebutkan kebaikannya dan memberi nasehat terhadap kesalahannya.

Wallahulmuwafiq.

5. Raden Qasim (Sunan Drajat)

Nilai teladan : dermawan, jujur, pekerja keras

Kisah keteladanannya adalah cara dakwahnya yang menekankan keteladanan dalam hal perilaku yang
terpuji, kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat. Sunan Drajat juga
berdakwah melalui kesenian. Tembang Macapat Pangkur disebut sebagai ciptaannya.Namun, saat itu
beliau tidak menekankan warga untuk langsung memeluk agama islam melainkan menarik perhatian
melalui kesenian religius.

Anda mungkin juga menyukai