Anda di halaman 1dari 8

AIK

BID'AH, KHURAFAT, DAN TAHAYUL

Disusun Oleh:
 Wildan Laksana 192170053
 Farih Nu’man Hakim 1921700
 Muhammad Abid K. H. 192170075

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PURWOREJO
2019
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul:
“BID’AH, KHURAFAT DAN TAHAYUL”
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Allah
SWT. dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini penulis
menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik
dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,
saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.

BAB I
PENDAHULUAN
Di era globalisasi yang telah maju dalam segala bidang terutama di bidang IPTEK ini, masih saja
manusia dihadapi dengan masalah krisis, seperti krisis moneter, krisis pangan, krisis bahan bakar
dan yang patut kita renungkan adalah krisis iman yang merupakan penyebab manusia
menyimpang dari ketauhidan. Krisis iman dikarenakan kurangnya nutrisi rohani serta kurangnya
fungsi tauhid dalam kehidupan sehari-hari manusia. Kebanyakan manusia hanya mementingkan
kepentingan dunia dibanding kepentingan akhirat. Sehingga yang terealisasi hanyalah sifat-sifat
manusia yang berbau duniawi, seperti hedonism, fashionism, kepuasan hawa nafsu, dan lain-lain.
Hanya sedikit manusia yang dapat memanfaatkan fungsi dan menempatkan peran tauhid secara
benar. Padahal, jika, masyarakat modern saat ini menempatkan tauhid dalam kehidupan sehari-
harinya, InsyaAllah, akan tercipta masyarakat yang damai, aman, dan terjauh dari sifat-sifat
tercela, seperti korupsi, kolusi, nepotisme, penipuan, dan tindakan-tindakan yang melanggar
hukum agama, maupun hukum perdata dan pidana Negara yang sedang marak melanda di
Negara kita Indonesia.
Pada dasarnya manusia dari sejak lahir berada dalam fitrahnya yaitu, bertauhid. Namun sesuai
perkembangan lingkungan dan orang tuanyalah yang menentukan selanjutnya. Banyak orang
yang beriman namun tanpa didasari pengetahuan yang memadai. Mereka beribadah namun ada
saja yang masih menyimpang dari ketauhidan.
Berangkat dari uraian diatas kami berupaya untuk menjelaskan mengenai hal-hal yang
menyimpang dari ketauhidan yang kita kenal dengan istilah Tahayul, Bid`ah dan Churafat yang
banyak melanda umat manusia. Sebagai umat Muslim kita harus paham dan waspada terhadap 3
hal tersebut agar kita tidak melakukan ibadah yang sia-sia apalagi sampai menyimpang dari
ketauhidan dan agar kita selamat di dunia maupun di akherat nanti.
BAB II
PEMBAHASAN
A. BID’AH
Arti bid’ah menurut bahasa ialah segala macam apa saja yang baru, atau mengadakan sesuatu
yang tidak berdasarkan contoh yang sudah ada. Sedangkan arti bid’ah secara istilah adalah
mengada-adakan sesuatu dalam agama Islam yang tidak dijumpai keteranganya dalam al-Qur’an
dan al-Sunnah. Secara bahasa berasal dari kata “Al bida’” yang berarti: Menciptakan,
menjadikan atau menemukan sesuatu tanpa contoh sebelumnya. [6]
Adapun definisi Bid'ah yaitu: Cara yang diada-adakan dalam masalah agama yang berlawanan
dengan syariat, dengan tujuan membuat aturan dan berlebihan dalam beribadah kepada Allah.
Sedangkan untuk masalah perangkat/urusan dunia, manusia diperbolehkan untuk
mengeksplorasi, selama tidak ada larangannya dalam Islam.
Dengan kata lain Bid’ah adalah suatu amalan yang diada-adakan atau menambah amalan dalam
ritual ibadah, padahal tidak dicontohkan oleh Rasulullah Saw.
Didalam Hadist Rasulullah bersabda:
“Barang siapa yang mengada-ngadakan dalam urusan kami yang bukan dari ajarannya maka
amalannya tertolak.”[7]
1. Macam-macam bid’ah
Bila dilihat dari segi ushul fikih (kaidah-kaidah hukum Islam) bid’ah dapat dibedakan menjadi
dua jenis, yaitu:
a). Bid’ah dalam ibadah saja, yaitu segala sesuatu yang diada-adakan dalam soal ibadah kepada
Allah swt yang tidak ada contohnya sama sekali dari rasulullah baik dengan cara mengurangi
atau menambah-nambah aturan yang sudah ada.
b). Bid’ah meliputi segala urusan yang sengaja diada-adakan dalam agama, baik yang berkaitan
dengan urusan ibadah, aqidah maupun adat. Perbuatan yang diada-adakan itu seakan-akan urusan
agama, yang dipandang menyamai syari’at Islam, sehingga mengerjakanya sama dengan
mengerjakan agama itu sendiri.
2. Macam-Macam Bid’ah yang lain :
1. Bid’ah Qouliyah I’tiqodiyah: bid’ah yang bersifat pemikiran dan akidah. Contoh: Pernyataan
bahwa Ali bin Abu Thalib lebih utama dari Nabi Muhammad SAW.
2. Bid’ah fil ‘Ibaadah :
a.) bid’ah fie ushulil ‘ibadah (membuat ibadah yang tidak ada dasar dalam syariat :
sholat/puasa tertentu di luar syariat, perayaan-perayaan dsb.)
b.) bid’ah fie ziaadatil ‘ibaadah (menambahkan sesuatu pada ibadah yang telah
disyariatkan : menambah rakaat sholat dll).
c.) bid’ah dalam pelaksanaan ibadah yang disyariatkan sehingga tidak sesuai dengan
anjuran atau sunnah Nabi : dzikir bersama dengan suara keras/merdu;
memperketat diri dalam suatu ibadah sampai keluar dari batas sunnah.
d.) bid’ah dengan mengkhususkan waktu tertentu dalam melaksanakan ibadah yang
disyariatkan: puasa dan tahajjud nisfu sya’ban.
Semua bentuk bid’ah di atas sangat tercela dan tidak boleh dilakukan. Aisyah ra menyebutkan
bahwa Rasulullah saw pernah berabda: “Barang siapa mengada-adakan sesuatu dalam urusan
agama, maka ia ditolak, tidak diterima, dan bid’ah namanya” (HR Bukhari dan Muslim). Dalam
kesempatan lain Rasulullah saw berkhutbah di atas mimbar dan bersabda: “Amma ba’du,
sesungguhnya sebenar-benar keterangan ialah kitab allah dan sebaik-baik pedoman ialah
pedoman Muhammad dan sejelek-jelek urusan adalah hal-hal yang baru, itulah yang disebut
bid’ah dan segala bid’ah itu sesat’. Oleh Imam Nasa’i ditambah “dan segala yang sesat itu di
neraka”. (HR Muslim riwayat dari jabir bin Abdullah).

B. KHURAFAT
Kata khurafat berasal dari bahasa arab: al-khurafat yang berarti dongeng, legenda, kisah, cerita
bohong, asumsi, dugaan, kepercayaan dan keyakinan yang tidak masuk akal, atau akidah yang
tidak benar. Mengingat dongeng, cerita, kisah dan hal-hal yang tidak masuk akal di atas
umumnya menarik dan mempesona, maka khurafat juga disebut “al-hadis al-mustamlah min al-
kidb”, cerita bohong yang menarik dan mempesona.
Sedangkan secara istilah, khurafat adalah suatu kepercayaan, keyakinan, pandangan dan ajaran
yang sesungguhnya tidak memiliki dasar dari agama tetapi diyakini bahwa hal tersebut berasal
dan memiliki dasar dari agama. Dengan demikian, bagi umat Islam, ajaran atau pandangan,
kepercayaan dan keyakinan apa saja yang dipastikan ketidakbenaranya atau yang jelas-jelas
bertentangan dengan ajaran al-Qur’an dan Hadis nabi, dimasukan dalam kategori khurafat.
1. Asal usul Khurafat
Menurut Ibn Kalabi, awal cerita khurafat ini berasal dari Bani ‘Udrah atau yang lebih popular
dikenal dengna Bani Juhainah. Suatu ketika ada salah seorang dari Bani Juhainah ini pulang ke
kampung halamannya. Kedatangannya mengundang banyak anggota bani Juhainah untuk datang
sekedar melihatnya karena sudah lama tak pulang kampung. Ketika banyak orang berkerumun
untuk mengunjunginya, ia banyak bercerita tentang banyak hal yang ada kaitanya dengan
wilayah keagamaan, seperti yang pernah ia lihat dan ia rasakan selema kepergianya. Cerita-cerita
yang dikemukakan, memang sulit diterima oleh akal, namun cerita yang disampaikan sungguh
amat mempesona para hadirin yang mendengarnya.
Meskipun cerita itu tidak bisa diterima oleh akal, namun tidak sedikit di antara hadirin yang
mendengarkan secara seksama, meskipun secara diam-diam mereka mencoba merenungkan
kebenarannya. Setibanya di rumah masing-masing, mereka mendiskusikan cerita tersebut dengan
sanak keluarga dan tetangga terdekat. Akhirnya cerita-ceruita itu berkembang dan tersebar di
seluruh masyarakat bani Juhainah. Dalam perkembangannya kemudian, cerita-cerita yang tak
masuk akal dan tidak didasarkan pada sumber al-Qur’an maupun Sunnah itu, oleh masyarakat
dianggap sebagai sebuah cerita bernilai religius dan mempunyai dasar dari agama.
Khurafat ini berkembang dengan pesat seirama dengan pembudayaan apa yang disebut dengan
taklidisme (ajaran yang bersikap ikut-ikutan). Dengan bersikap taklid, tanpa mengembangkan
sikap kritis dalam menerima kebenaran cerita, pendapat, fatwa dan sejenisnya yang berkaitan
dengan wilayah keagamaan, akan menimbulkan bentuk-bentuk perbuatan yang menyimpang dari
ajaran Islam. sikap kritis yang dibutuhkan adalah melihat sejauhmana cerita, pendapat, fatwa,
dan sejenisnya itu disimpulkan dari sumber Islam yang otentik. Jika sikap ini tidak
dikembangkan, maka munculnya penyimpangan dari ajaran Islam tampaknya tidak terhindarkan
lagi.
Khurafat, seperti disebutkan di atas, banyak ditemukan dalam masyarakat kita dalam semua
bidang kehidupan manusia. Khurafat tidak hanya menyangkut sesuatu (benda) yang dianggap
mempunyai legitimasi Islam, tetapi juga menyangkut diri manusia sendiri, yang kesemuanya
diyakini mempunyai dan memiliki kekuatan magis padahal yang mempunyai kekuatan seperti itu
hanya Allah semata. Contoh khurafat yang popular di Indonesia, misalnya tentang kewalian dan
kekeramatan seseorang. Cerita yang dikategorikan khurafat yang sampai saat ini masih
berkembang di masyarakat, misalnya tentang Syaikh Abdul Qadir Jailani, adalah kepiawaiannya
berduel dengan malaikat. Dalam duel itu, Abdul Qadir Jailani dikisahkan mampu memenangkan
duel. Kisah duel antara Abdul Qadir jailan dan malaikat ini bermula dari pencabutan nyawa
seseorang. Kematian ini memunculkan rasa iba dalam diri Abdul Qadur Jailani terhadap yang
ditinggalkanya. Rasa iba ini menggerekan hatinya untuk mencoba berdialog dengan malaikat
yang mencabut nyawa tadi, agar seorang yang dicabut nyawanya tersebut dapat dianulir
mengingat keluarganya amat terpukul dengan kematianya. Upaya dialog Abdul Qadir Jailani
sebagai jalan terakhir untuk mengembalikan orang yang mati tadi tidak membuahkan hasil.
Akhirnya terjadilah duel, dan dalam duel tersebut dimenangkan oleh Abdul Qadir Jailani.
Kekalahan malaikat ini mengharuskannya untuk mengembalikan nyawa kepada yang telah
dicabut nyawanya tadi. Akhirnya hiduplah kembali orang tersebut, dan kembalinya orang ini
sangat membahagiakan keluarganya.
2. Bentuk-bentuk Khurafat
Djarnawi hadikusuma, dalam salah satu bukunya “Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Bid’ah dan
Khurafat”, menjelaskan beberapa perilaku yang bisa dikategorikan sebagai perbuatan khurafat,
yaitu:
1) Mempercayai bahwa berjabat tangan dengan orang yang pernah berjabat tangan dengan
orang yang secara berantai sampai kepada orang yang pernah berjabat tangan dengan
Rasulullah akan masuk surga.
2) Mendapatkan barakah dengan mencucup tangan para ulama. Demikian itu dikerjakan
dengan kepercayaan bahwa berkah Allah kepada ulama itu akan berlimpah kepadanya.
3) Mempercayai beberapa ulama tertentu itu keramat serta menjadi kekasih Allah sehingga
terjaga dari berbuat dosa. Andakata pun berbuat dosa, maka sekedar sengaja diperbuatnya
untuk menyembunyikan kesucianya tidak dengan niat maksiat.
4) Memakai ayat-ayat al-Qur’an untuk azimat menolak bala’, pengasihan dan sebagainya.
5) Mengambil wasilah (perantara) orang yang telah mati untuk mendo’a kepada Allah.
Mereka berziarah ke kuburan para wali dan ulama besar serta memohon kepada Allah
agar do’a (permohonan) orang yang berziarah kuburnya itu dikabulkan. Ada yang
memohon dapat jodoh, anak, rizki, pangkat, keselamatan dunia akhirat dan sebagainya.
Mereka percaya dengan syafa’at (pertolongan) arwah para wali dan ulama itu,
permohonan atau doa mesti dikabulkan Allah karena wali dan ulama itu kekasih-nya.

C. TAHAYUL
Kata tahayul berasal dari bahasa Arab, al-tahayul yang bermakna reka-rekaan, persangkaan, dan
khayalan. Sementara secara istilah, tahayul adalah kepercayaan terhadap perkara ghaib, yang
kepercayaan itu hanya didasarkan pada kecerdikan akal, bukan didasarkan pada sumber Islam,
baik al-Qur’an maupun al-hadis.
Bila ditengok ke masa lampau, di berbagai negara, khusus timur tengah, kepercayaan model
tahayul ini pernah berkembang pesat. Pada zaman Persi misalnya, sudah ada agama zoroaster.
Menurut agama ini, ada Tuhan baik dan Tuhan buruk (jahat). Api dilambangkan sebagai Tuhan
yang baik. Sedang angin topan dilambangkan sebagai Tuhan yang jahat. Kepercayaan ini
berkembang dengan keharusan untuk menghormatinya, yang kemudian diwujudkan dengan
sajian atau dengan penyembahan melalui cara tertentu terhadap sesuatu yang menjadi pujaanya
yang dirasa mempunyai kekuatan tertentu.
Di Indonesia, tahayul berkembang dan menyebar dengan mudah, tidak bisa dilepaskan dari
pengaruh agama dan kepercayaan lama. Adanya beberapa bencana alam menimbulkan korban
menjadikan manusia berfikir untuk selalu baik dan menyantuni alam yang direalisasikan dalam
suatu bentuk pemujaan dengan harapan bahwa sang alam tidak akan marah dan mengamuk lagi.
Kepercayaan animisme dan dinamisme merupakan suatu aliran kepercayaan yang ditimbulkan
dari keadaan di atas, seperti kepercayaan pada pohon besar, atau keris yang dianggap
mempunyai kekuatan tertentu atau benda-benda lainya. Kepercayaan kepercayaan itu terus
berlanjut dan berkembang bersama perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu yang menggunakan
mistik (kebatinan) sebagai salah satu aliranya.
Contoh-Contoh Tahayul
1. Kepercayaan ini sebenarnya sudah ada sejak zaman Jahiliyah. Ketika itu mereka
menganggap bulan Safar sebagai bulan yang sarat dengan kejelekan. Kepercayaan atau
tahayul ini sebenarnya sudah dihilangkan oleh Islam melalui perdebatan Rasulullah
dengan orang Badui pada sat itu. Dan di dalam HR Bukhari dan Muslim Rasulullah
bersabda, yang artinya: “Tidak ada ‘adwa, thiyarah, hamah, dan safar”.
2. Begitu juga dengan fenomena Kesurupan, ketika belakangan ini sering terjadi kasus
kesurupan massal, juga individual, orang menyebutnya ”kemasukan setan, jin, atau
makhlus halus”. Ini juga tahayul! Karena menurut para ahli, kesurupan adalah fenomena
psikologis, tidak ada kaitan sama sekali dengan makhluk halus. Kesurupan adalah
semata-mata fenomena alami yang bisa terjadi pada manusia dan tidak pandang bulu di
belahan dunia mana pun. Terutama di masyarakat yang tingkat kesulitan hidupnya tinggi.
Fenomena kesurupan berkaitan dengan masalah stress hidup dan beban hidup
masyarakat. Dalam masyarakat yang penuh ketidakpastian, kesulitan ekonomi yang
sangat membebani para korban, dan ketidak menentuan masa depan, turut andil bagian
dalam memperbesar terjadinya kesurupan. Pada kasus anak-anak sekolah, mereka yang
terkena rata-rata kehidupan ekonominya susah, mikirin beban pelajaran, ditambah dengan
mikirin buku yang tidak terbeli dan SPP yang belum dibayar otomatis membuat sang
anak menjadi sangat stress dan berusaha untuk ditahan. Pada puncaknya, jika sang anak
tidak mampu untuk menahan ini, maka akan meledak dan terjadilah kesurupan.
Kesurupan adalah fenomena biasa dalam dunia psikologi dan fisiologi. Apa yang terjadi
pada mereka hanyalah masalah psikis yang disebut trance disorder. Orang yang
mengalami hal ini akan bisa spontan teriak-teriak dan bahkan berkata-kata yang tidak
biasanya dilakukan. Ini disebut dengan munculnya sifat ganda, karena pada dasarnya
setiap manusia mempunyai karakter lebih dari satu.Dalam keadaan trance, seseorang
akan memunculkan karakter yang lain yang biasanya tidak ditampakkan. Singkatnya,
fenomena trance alias kesurupan ini bukanlah hal aneh. Ini adalah fenomena alam
biasa ,yang disebabkan oleh tekanan jiwa.[5]
3. Di daerah Kalimantan, kalau kita bangun tidur jika pada salah satu bagian tubuh kita
berwarna agak kebiruan, mereka bilang, pada saat kita tidur. ada kuyang (Sejenis
Vampire wanita) yang mengisap darah kita. Padahal secara medis, bagian tubuh yang
kebiruan itu disebabkan karena aliran darah kita tidak lancar akhirnya terjadilah
penggumpalan.

KESIMPULAN
Setelah membaca dan menganalisis makna tauhid, pembagian tauhid, arti pentingnya
mempelajari tauhid, dan kewajiban bertauhid,kami dapat menarik kesimpulan bahwa:
a.) Kewajiban manusia hanya menyembah kepada Allah SWT saja.
b.) Sesungguhnya tauhid tertanam pada jiwa manusia secara fitrah. Namun sesuai perkembangan
lingkungan dan orang tuanyalah yang menentukan selanjutnya.
c.) Aplikasi Tauhid bahwasanya berilmu dan mengetahui serta mengenal tauhid itu adalah
kewajiban yang paling pokok & utama sebelum mengenal yang lainnya serta beramal (karena
suatu amalan itu akan di terima jika tauhidnya benar).
d.) Disebabkan banyaknya orang beramal namun tanpa didasari pengetahuan agama yang
memadai, maka sangatlah penting memahami ajaran agama sesuai tuntunan Al Qur`an dan
Hadist.
e.) Sebab terkangkit penyakit TBC (Tahayul, Bid`ah dan Churafat) karena kurangnya
pemahaman agama.
f). Memberantas bid'ah lebih sulit daripada memberantas kemaksiatan, karena pelaku maksiat
sebenarnya menyadari bahwa yang dilakukannya salah, sedangkan ahli bid'ah merasa yang
dilakukannya benar. Sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah, dan sebaik-baik petunjuk ialah
petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara ialah perkara yang
diada-adakan (dalam agama), dan setiap perkara yang diada-adakan (dalam agama) ialah bid’ah,
sedang setiap bid’ah itu sesat dan setiap yang sesat itu di Neraka
g.) Mengembalikan ajaran Islam kepada unsur aslinya, dengan bersumberkan Al-Qur’an dan
Hadist, dan membuang segala Tahayul, Bid`ah dan Churafat.
DAFTAR PUSTAKA
https://docs.google.com/file/d/0B89sLDwW_ulzX3JnTV9rVGk2ZlE/edit?
usp=drive_web&pli=1
http://ushuluddinsh.blogspot.com/2011/03/penyakit-tbc-tahayul-bidah-dan-khurafat.html
http://ghoffar.staff.umy.ac.id/?p=107
http://lindaintang2.blogspot.com/2014/04/tahayul-bidah-dan-khurafat-tbc.html

Anda mungkin juga menyukai