Fikih Ibadah
Dr. Akhmad Alim, M.A
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
ALIM, Akhmad
STUDI ISLAM II: Fikih Ibadah, Penulis, Dr. Akhmad Alim, M.A; Penyunting, Fathurrohman
Saifuddin, --Cet. 1-Bogor, 2012
ISBN : 978-979-1324-14-4
PENGANTAR
Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu
dari diri yang satu, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada
keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah
selalu menjaga dan mengawasi kamu.(QS. An-Nisa : 1)
i | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah
perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan
mengampuni bagimu dosa-dosamu.(QS. Al-Ahzab : 70-71)
Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat
dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.
(QS. Maryam: 19)
Dari penafsiran ayat tersebut, Ibn Jauzi melihat bahwa ada dua
penyebab pokok, yang membuat rusaknya mental spiritual manusia,
sehingga menyebabkannya terjatuh dalam jurang kehancuran (ghayya),
ii | Studi Islam II
Fikih Ibadah
yaitu (1) berpaling dari Allah (al-i‟radh), dalam hal ini menyia-nyiakan
shalat; karena orang yang meremehkan shalat berarti tanda orang yang
berpaling dari jalinan vertikal yaitu hablumminallah, dan (2)
memperturutkan hawa nafsu (Ittiba‟ al-syahawat), yaitu dengan
melampiaskan segala kesenangan, yang melampaui batas syari‘at, seperti
zina, khamr, dan sejenisnya yang menghalangi seseorang dari jalan
ketaatan kepada Allah.
Untuk itu, tidak ada solusi lain kecuali manusia harus kembali ke
pusat eksistensi tersebut, yaitu kembali kepada Allah (fafirru ilallah) dan
mengendalikan kembali hawa nafsu (dzam al-hawa). Dalam usaha
mencapai hal tersebut, maka dibutuhkan penyucian jiwa (tazkiyah al-nafs)
melalui ibadah kepada Allah. Karena dengan usaha inilah jiwa akan
terbebas dari hal-hal yang mengotorinya dan kembali pada fitrahnya.
Menurut Ali Abduh, ibadah seperti shalat, zakat, membaca Al-Qur‘an,
berdzikir, dan ibadah lainnya, adalah sarana paling efektif untuk
menyucian jiwa seseorang.
Penulisan buku ―Studi Islam 2 : Fikih Ibadah‖ ini diharapkan
dapat menjawab problematika krisis spiritual tersebut, sehingga dapat
memberikan solusi yang memadai. Wallahu A‟lam Bisshawab.
iv | Studi Islam II
Fikih Ibadah
BAB I
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-
Ku. (QS. Az-Zariyat :56)
Dari Mu'azd bin Jabal r.a, ia berkata, "Saya membonceng Nabi
SAW di atas keledai yang dinamakan 'afir, lalu 'Beliau SAW bersabda,
'Wahai Mu'adz, tahukah kamu apa hak Allah SWT terhadap hamba dan
apa hak hamba kepada Allah SWT? Saya menjawab. 'Allah dan Rasul-
Nya yang lebih mengetahui.' Beliau bersabda,: 'Sesungguhnya hak Allah
SWT terhadap hamba adalah bahwa mereka menyembah Allah SWT
dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan hak hamba
terhadap Allah SWT adalah bahwa Dia SWT tidak akan menyiksa orang
yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun. Saya bertanya,
'Wahai Rasulullah, bolehlah saya memberitahukan kepada manusia?'
Beliau menjawab, 'Jangan engkau beritakan kepada mereka, maka
mereka menjadi enggan beramal. (HR.Muttafaqun 'alaih).1
2. Definisi Ibadah
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta
tunduk. Sedangkan menurut syara‘ (terminologi), ibadah adalah sebutan
yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa
1 Muttafaqun 'alaih. HR. al-Bukhari no. 2856 dan Muslim no. 30, lafadz hadits ini dari
riwayat Muslim.
1 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang
bathin.2
Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijri berkata :
Yang berhak disembah hanya Allah SWT semata, dan ibadah
digunakan atas dua hal;Pertama: menyembah, yaitu merendahkan
diri kepada Allah SWT dengan melakukan segala perintah-Nya
dan menjauhi segala larangan-Nya karena rasa cinta dan
mengagungkan-Nya.Kedua: Yang disembah dengannya, yaitu
meliputi segala sesuatu yang dicintai dan diridhahi oleh Allah
SWT berupa perkataan dan perbuatan, yang nampak dan
tersembunyi seperti, doa, zikir, shalat, cinta, dan yang semisalnya.
Maka melakukan shalat misalnya adalah merupakan ibadah
kepada Allah SWT. Maka kita hanya menyembah Allah SWT
semata dengan merendahkan diri kepada-Nya, karena cinta dan
mengagungkan-Nya, dan kita tidak menyembahnya kecuali
dengan cara yang telah disyari'atkan-Nya.3
Dari pengertian di atas dapat dirinci bahwa ibadah mencakup
ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja‘
(mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah
(senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan
dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan
lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati).
Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah
qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah
yang berkaitan dengan amalan hati, lisan dan badan.4
3. Rukun Ibadah
Setiap ibadah yang dikerjakan oleh setiap hamba, harus menenuhi
tiga pilar pokok, yaitu: hubb (cinta), khauf (takut), raja‘ (harapan). Rasa
cinta harus disertai dengan rasa rendah diri, sedangkan khauf harus
dibarengi dengan raja‘. Dalam setiap ibadah harus terkumpul unsur-
Dan tidaklah Aku ciptakan seluruh jin dan seluruh manusia melainkan untuk
beribadah hanya kepadaKu. (QS. Adz Dzariyat : 56)
"
9. Ibnu Rajab, Jami‟ al-‟Ulum wa al-Hikam, tahqiq oleh Syu‘aib Al Arnauth dan Ibrahim
Bajis, Saudi Arabia: Mu‘assassah ar-Risalah, 1419H. , hlm. 12.
10 Ibn Katsir, Tafsir Al-Qur‟an Al-Adzim, Maktabah Darus Salam, Volume III,
hlm. 120-121
4 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Artinya: ―Para ulama berkata: “Tidak akan lurus perkataan kecuali dengan
perbuatan, tidak akan lurus perkataan dan perbuatan kecuali dengan niat dan tidak
akan sempurna perkataan dan perbuatan serta niat kecuali dengan mengikuti sunnah
Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam”.11
Dalam menyikapi dua syarat diterimanya amalan ibadah tersebut,
manusia dibagi menjadi empat golongan. Hal itu sebagaimana yang
dijelaskan oleh Ibnu Qayyim dalam Madarij al-Salikin (1/95-97), yang
kesimpulannya adalah sebagai berikut:
1. Kelompok Muwahid, yaitu orang yang dalam amalannya
menyempurnakan kedua syarat di atas, yakni ikhlas dan mutaba‘ah,
secara terintegrasi. Dengan demikian, mereka adalah orang-orang
menyembah kepada Allah dengan sebenar-benarnya. Karena mereka
mengikhlaskan amalan mereka hanya kepada Allah, dengan
mengikuti syari‘at Rasulullah -Shallallahu alaihi wa ala alihi
wasallam-. Mereka tidak beramal untuk manusia, karena mereka
mengetahui bahwa pujian manusia sama sekali tidak bisa
mendatangkan manfaat, sebagaimana cercaan mereka sama sekali
tidak bisa mendatangkan kejelekan. Akan tetapi mereka
mengikhlaskan ibadah secara zhahir dan batin untuk Allah, serta
mereka jujur dalam mengikuti sunah Nabi Muhammad -Shallallahu
alaihi wa ala alihi wasallam- secara zhahir dan batin.
2. Kelompok Zindiq, yaitu orang yang kehilangan ikhlas dan Ittiba‘
dalam amalannya. Dengan demikian, kelompok ini melakukan
amalan hanya karena makhluk dan kepentingan duniawi, sehingga
mereka tidak lagi mementingkan Ittiba‘ sunah Rasulallah saw dalam
amalannya tersebut.
3. Kelompok Mubtadi‘ah, yaitu orang yang beramal dengan ikhlas, tapi
tanpa Ittiba‘. Hal ini berawal dari kejahilan dalam mengamalkan
syari‘at, sehingga beribadah tanpa berdasarkan ilmu. Akibatnya,
kebanyakan dari mereka terjatuh dalam kebid‘ahan, yaitu amalan-
amalan ibadah yang tidak dicontohkan oleh Rasulallah saw.
11 Ibnu Rajab, Jâmi‟ al-‟Ulûm wa al-Hikam, tahqiq oleh Syu‘aib Al Arnauth dan
Ibrahim Bajis, Saudi Arabia: Mu‘assassah ar-Risalah, 1419H. , hlm. 9, Al-Baghdadi,
Iqtidha‘ Al-Ilm Al-Amal, Beirut: Maktab Al-Islami, 1397H. , hlm. 29, Ibn Bathah Al-
Ukbari, Al-Ibanah, Vol. 2, hlm. 803
5 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Hasilnya, amalan yang mereka lakukan tidak menambah dekat
dengan Allah, tetapi amalan tersebut akan semakin membuat mereka
jauh dari Allah.
4. Kelompok Munafik, yaitu orang yang melakukan Ittiba‘ dalam
amalannya, tetapi meninggalkan keikhlasan. Hal ini disebabkan
karena riya‘ dan mencari tujuan duniawi yang sifatnya fana, sehingga
amalan ibadahnya mengharapkan pujian manusia, dan kedudukan di
sisi mereka. Hasilnya, amalan-amalan tersebut adalah sia-sia di sisi
Allah.12
Dua syarat diterima suatu amalan ibadah tersebut, akan dijelaskan dalam
uraian berikut ini:
1. Al-Ikhlas
a. Pengertian (Ta‘rif)
Ikhlas secara bahasa (lughah) memiliki beberapa makna, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Al-Tashfiyah, Al-tanqiyah, Al-Tahdzib, yaitu memurnikan sesuatu
dari segala macam campuran.
2. Al-Tauhid, yaitu mengesakan
3. Al-Takhshish, yaitu mengkhususkan
4. Al-Najah, yaitu selamat dari sesuatu.
5. Al-Ihsan, yaitu memperbaiki dan menyempurnakan.13
Adapun secara istilah, para ulama berbeda redaksi (ibarah) dalam
menggambarkanya, tetapi pada intinya sama. Ada yang berpendapat,
ikhlas adalah memurnikan tujuan ibadah untuk mendekatkan diri
kepada Allah. Ada pula yang berpendapat, ikhlas adalah mengesakan
Allah dalam beribadah kepadaNya. Ada pula yang berpendapat, ikhlas
adalah menyelamatkan ibadah dari pamer (riya‘) kepada makhluk. Ada
7 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Adapun mengenai dalil-dalil yang menjelaskan tentang pentingnya
ikhlas dalam melakukan amalan ibadah, adalah terdapat di dalam Al-
Qur‘an dan Al-Sunah.
Dalil-dalil dari Al-Qur‘an tentang ikhlas adalah sebagai berikut:
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya. (QS. Al-Bayyinah: 5)
Padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus
dibalasnya, Tetapi (Dia memberikan itu semata-mata) Karena mencari keridhaan
Tuhannya yang Maha Tinggi. (QS. Al-Lail: 19 – 20)
8 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya
suatu bahagianpun di akhirat. (QS. Asy-Syuuraa: 20)
Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla tidak menerima amal perbuatan, kecuali yang
ikhlas dan dimaksudkan (dengan amal perbuatan itu) mencari wajah Allah.20
Dari Amirul Mu‘minin, Abi Hafs Umar bin Al Khathab, dia berkata:
Saya mendengar Rasulullah bersabda:
Aku tidak membutuhkan sekutu, barangsiapa yang melakukan suatu amal ibadah
yang ia menyekutukan selain-ku bersama-Ku, niscaya Aku meninggalkannya dan
sekutunya.22
2. Al-Ittiba‘
a. Pengertian (Ta‘rif)
Al-Ittiba‘ secara bahasa bersumber dari mashdar ittaba‘a, yang
bermakna al-talwu, al-qafwu, al-i‘timam, yaitu mengikuti sesuatu.
Dikatakan mengikuti sesuatu jika berjalan mengikuti jejaknya dan
mengiringinya. Kata ini berkisar pada makna menyusul, mencari,
mengikuti, meneladani dan mencontoh. Dikatakan Ittiba‘ kepada al-
Qur‘an, bermakna mengikutinya dan mengamalkan kandungannya. Dan
Ittiba‘ kepada Rasul Shallallahu ‗alaihi wa sallam, bermakna meneladani,
mencontoh dan mengikuti sunah-sunahnya.23
Adapun secara istilah syar‘i, Al-Ittiba‘ adalah mengikuti petunjuk
Rasulallah saw dalam melaksanakan amalan ibadah, baik dalam
Maka demi Rabbmu, mereka tidaklah beriman hingga mereka menjadikan kamu
hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa
Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah engkau penuhi panggilan Allah dan
RasulNya, apabila Dia memanggil kepada apa-apa yang menghidupkan kamu. . . (al
Anfaal: 24)
Dan apa yang Rasululah datangkan kepada kalian maka ambillah dan apa yang
dilarang kepada kalian darinya maka jauhilah dan bertaqwalah kepada Allah karena
sesungguhnya Allah sangat keras siksa-Nya. (QS. Al-Hasyr: 7)
Ya Allah, kami beriman dengan apa yang telah engkau turunkan, dan kami telah
mengikuti (Ittiba‟) Rasul, maka catatlah kami dalam golongan orang yang bersaksi.
(QS. Ali Imran: 53)
Dalil-dalil dari Al-Sunah,
Siapa yang taat kepadaku maka dia telah taat kepada Allah dan siapa yang durhaka
kepadaku maka dia telah durhaka kepada Allah. (H. R. Bukhari)
“Semua umatku akan masuk jannah (surga), kecuali orang-orang yang enggan”. Para
shahabat bertanya: Ya Rasulullah siapa orang enggan itu? Rasulullah Shallallahu
„alaihi wa sallam menjawab: “Barang siapa yang mentaatiku maka dia kan masuk
jannah, dan barang siapa yang memaksiatiku maka sungguh dia telah enggan“. (HR.
Bukhari)
12 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Siapa saja yang mengadakan perkara baru dalam urusan kami ini apa-apa yang
bukan darinya maka dia tertolak. (HR. Al-Bukhari no. 2550 dan Muslim no.
1717)
“Saya berwasiat kepada kalian agar bertakwa kepada Allah, mendengar, dan taat
(kepada pemerintah) walaupun (pemerintah tersebut) seorang budak Habasyi.
Karena sesungguhnya barangsiapa yang tetap hidup di antara kalian, maka dia akan
melihat perselisihan yang sangat banyak. Maka wajib atas kalian (untuk mengikuti)
sunnahku dan sunnah khulafa` yang mendapatkan hidayah dan petunjuk.
Berpegangteguhlah kalian dengannya serta gigitlah ia dengan gigi geraham kalian”.
(HR. Abu Daud no. 4607, At-Tirmidzi no. 2676, dan Ibnu Majah no. 43,
44 dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Al-Irwa` no. 2455)
Amma ba‟du, sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitab Allah, dan sebaik-
baik tuntunan adalah tuntunan Muhammad, dan sejelek-jelek perkara adalah yang
diada-adakan dan setiap yang diada-adakan adalah bid‟ah dan setiap bid‟ah adalah
14 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
seperti ini tidak akan diterima, karena menyelisihi sunah Nabi
Muhammad saw.
5. Waktu Pelaksanaannya (al-zaman/al-waqtu)
Dalam masalah ibadah, waktu pelaksanaannya harus sesuai dengan
apa yang telah ditetapkan oleh syari‘at, maka apabila ada orang yang
menyembelih udhhiyahnya sebelum shalat idul Adh-ha, maka tidak
dianggap sebagai udhhiyah. Karena waktu disyari‘atkannya udhhiyah
(menyembelih) di hari Iedul Adhha adalah setelah shalat Ied, bukan
sebelumnya.
6. Tempat Pelaksanaannya (al-makan)
Dalam masalah ibadah, tempat pelaksanaannya harus sesuai
dengan apa yang telah tentukan oleh syari‘at, maka apabila ada orang
yang beri‘tikaf di kamar rumahnya atau pergi melakukan thawaf kepada
Allah di kuburan. Kedua ibadah ini tidak akan diterima, karena i‘tikaf
tempat disyari‘atkannya adalah di masjid. Sedangkan thawaf hanya
diperbolehkan di Ka‘bah.26
d. Urgensi Niat dalam Ibadah
Islam sangat memperhatikan masalah niat, karena niat adalah ruh
amal ibadah dan inti sarinya (lubb). Perbuatan tanpa niat bagaikan jasad
tanpa ruh, sehingga dapat dikatakan amalan tanpa niat ikhlas adalah
tiada bermakna, dan menghilangkan pahala dari kebaikan yang
dilakukan. Bahkan Imam Syafi‘i menegaskan, bahwa niat adalah
mencakup sepertiga ilmu agama ini, dan merangkum 70 (tujuh puluh)
bab fiqih. Lebih dari itu, Ibnu Rajab mengatakan bahwa niat adalah pilar
agama, tanpa niat agama ini akan runtuh.27
Oleh karena itu, niat adalah fondasi dasar (asas) dari amalan
ibadah, yang dapat membedakan antara sah, dan rusaknya suatu ibadah,
atau diterima dan ditolaknya suatu amalan ibadah. Perbuatan bisa
dikatakan sah jika niatnya juga sah, begitu juga sebaliknya, jika niatnya
rusak, maka amalannya juga dikatakan rusak, tentunya hal ini sangat
Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan)
Allah, tetapi Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya (QS. Al-Hajj: 37)
Janganlah kalian mencela para sahabatku, kalau seandainya salah seorang dari
kalian berinfaq emas sebesar gunung Uhud maka tidak akan menyamai infaq mereka
(kurma atau gandum sebanyak-pen) dua genggam tangan atau segenggam
tangan.(HR. Bukhari, no 3673 dan Muslim, no 221)
Al-Baydhawi mensyarah hadist ini, seraya berkata:
36 Redaksi ini sebagaimana dikutip oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Baari, Vol.
7, hlm. 34
21 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
BAB II
FIKIH SHALAT
22 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
jasadnya. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, "Itulah
perumpamaan shalat lima waktu di mana Allah Ta‘ala menghapuskan
kesalahan dengannya‖.37
Shalat juga merupakan pesan terakhir, yang diwasiatkan Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam pada umatnya, saat beliau menghadapi
sakaratul maut adalah: ―Jagalah shalat, jagalah shalat dan budak-budak
yang kalian miliki‖.
2. Ancaman bagi orang yang meninggalkan shalat
Orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja, maka ia telah
kufur. Ini adalah pendapat jumhur ulama. Hal itu berdasarkan dalil
berikut ini :
Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah radhiallahu ‗anhu, bahwa
Rasulullah shallallahu ‗alaihi wa sallam bersabda
Perjanjian antara kita dan mereka adalah shalat, barangsiapa yang meninggalkannya
maka benar benar iatelah kafir. (HR.Abu Daud, Turmudzi, An Nasa'i, Ibnu
Majah dan Imam Ahmad)
Rasulullah shallallahu ‗alaihi wa sallam telah berwasiat:
37 Shahih Bukhari 1/184 no: 528 dan shahih Muslim 1/463 no: 667
23 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Janganlah kamu berbuat syirik kepada Allah sedikitpun, dan janganlah kamu sengaja
meninggalkan shalat, barangsiapa yang benar-benar dengan sengaja meninggalkan
shalat maka ia telah keluar dari Islam.
Adapun kosekwensi hukum yang berlaku karena kufur (keluar
dari Islam), yaitu :
a. Kehilangan haknya sebagai wali, karena syarat perwalian adalah
harus Islam dan adil.
b. Kehilangan haknya untuk mewarisi harta kerabatnya. Hal itu
berdasarkan hadits Nabi yang diriwayatkan dari Usamah bin Zaid
radhiallahu ‗anhu, Rasulullah shallallahu ‗alaihi wa sallam bersabda:
Tidak boleh seorang muslim mewarisi orang kafir, dan tidak boleh orang kafir
mewarisi orang muslim. (HR.Bukhari dan Muslim)
c. Dilarang baginya untuk memasuki kota Makkah dan tanah haram.
Berdasarkan firman Allah subhaanahu wa ta‘aala:
Hai orang orang yang beriman, sesungguhnya orang- orang musyrik itu najis, maka
janganlah mereka mendekati Al Masjidil Haram sesudah tahun ini … (QS. At
Taubah: 28)
d. Diharamkan makan hewan sembelihannya. karena salah satu syarat
penyembelihannya adalah bahwa penyembelihnya harus seorang
muslim, adapun orang murtad, paganis, Majusi, dan sejenisnya, maka
sembelihan mereka tidak halal.
e. Tidak boleh dishalatkan jenazahnya dan tidak boleh dimintakan
ampunan dan rahmat untuknya. Berdasarkan firman Allah
subhaanahu wa ta‘aala:
24 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Dan janganlah kamu sekali-kali menshalatkan (jenazah) seorang yang mati di antara
mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburannya, sesungguhnya
mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya, dan mereka mati dalam keadaan
fasik. (QS. At -Taubah: 84)
f. Dilarang menikah dengan wanita muslimah. Karena orang kafir tidak
boleh menikahi wanita muslimah, berdasarkan nash dan ijma‘. Allah
subhaanahu wa ta‘aala berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, apabila perempuan perempuan yang beriman datang
berhijrah kepadamu, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka, Allah lebih
mengetahui tentang mereka, jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar)
beriman, maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka)
orang-orang kafir, mereka tidak halal bagi orang-orang kafir itu, dan orang-orang
kafir itu tidak halal bagi mereka … (QS. Al Mumtahanah: 10)
g. keutamaan shalat berjamaah
Pahala shalat berjama`ah melebihi pahala shalat sendirian dua
puluh tujuh derajat.
:
Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda : Shalat berjama`ah lebih utama
daripada shalat sendirian dua puluh tujuh derajat.(HR.Buhari Muslim)
Pahala shalat berjamaah melampui pahala shalat malam
25 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
.
Dari Utsman bin `Affan berkata: Saya telah mendengar
Rasulullah s.a.w. bersabda:
Barangsiapa yang shalat Isya dengan berjama`ah maka seakan-akan ia shalat
seperdua malam, dan barangsiapa yang shalat Shubuh dengan berjama`ah maka
seakan-akan ia shalat sepanjang malam. (HR. Muslim)
Setiap langkah yang diayunkan seorang muslim untuk
menegakkan shalat berjama`ah terhitung disisi Allah sebagai
pahala dan ganjaran baginya. Tidaklah setiap ayunan langkahnya
melainkan terangkat baginya satu derajat dan dihapuskan satu
dosa untuknya. Sebagaimana hadits yang terdapat di dalam
shahihain.
:
Dari Abu Hurairah r.a.berkata: Rasululah n bersabda: Pahala shalat seseorang yang
berjamaah melebihi pahala shalat sendirian di rumahnya dan dipasarnya dua puluh
lima kali lipat. Yang demikian itu apabila ia berwudhu` dengan sebaik-baiknya,
kemudian ia pergi menuju masjid, tidak ada tujuan lain kecuali untuk shalat
berjama`ah maka tidaklah setiap langkah yang diayunkannya melainkan terangkat
baginya satu derajat dan dihapuskan untuknya satu dosa, apabila ia melakukan
shalat berjama`ah maka para malaikat senantiasa mendoakannya selama ia masih
26 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
berada di tempat shalatnya dan juga ia belum berhadats. Para Malaikat berdoa :
“Allahumma shalli `alaihi, Allahummarhamhu (Ya Allah, Ampunilah dia dan
rahmatilah).” Dan tetap ia dianggap shalat selama ia menunggu waktu shalat
berikutnya tiba. (HR.Buhari)
Seseorang yang istiqamah shalat berjama`ah dijamin terlepas dari
sifat nifaq.
.
Dari Ibnu Mas`ud berkata: Barangsiapa yang ingin bertemu dengan
Allah kelak (dalam keadaan) sebagai seorang muslim, maka hendaklah dia
memelihara shalat setiap kali ia mendengar panggilan shalat. Sesungguhnya Allah
telah mensyariatkan sunnanal huda (jalan-jalan petunjuk) dan sesungguhnya shalat
berjama`ah merupakan bagian dari sunnanil huda. Apabila kamu shalat sendirian di
rumahmu seperti kebiasaan shalat yang dilakukan oleh seorang mukhallif (yang
meninggalkan shalat berjama`ah) ini, berarti kamu telah meninggalkan sunnah
nabimu, apabila kamu telah meninggalkan sunnah nabimu, berarti kamu telah
tersesat. Tiada seorang pun yang bersuci (berwudhu`) dengan sebaik-baiknya,
kemudian dia pergi menuju salah satu masjid melainkan Allah mencatat baginya
untuk setiap langkah yang diayunkannya satu kebajikan dan diangkat derajatnya
satu tingkat dan dihapuskan baginya satu dosa. Sesungguhnya kami berpendapat,
tiada seorang pun yang meninggalkan shalat berjama`ah melainkan seorang munafik
27 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
yang jelas-jelas nifak. Dan sesungguhnya pada masa dahulu ada seorang pria yang
datang untuk shalat berjama`ah dengan dipapah oleh dua orang laki-laki sampai ia
didirikan di dalam barisan shaff shalat berjama`ah. (HR. Muslim)
Orang yang shalat berjama`ah terbebas dari segala perangkap
syaithan
28 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Dari Abdullah bin Mas`ud berkata : Saya bertanya kepada
Rasulullah s.a.w.: “Apakah amal yang paling disukai Allah ?”, jawab Rasulullah s.a.w.:
“Shalat pada waktunya”. Saya bertanya : “Kemudian apa lagi ?”, jawab Rasulullah
s.a.w.: “Berbakti kepada kedua orang tua”. Saya bertanya : “Kemudian apa lagi ?”,
jawab Rasulullah s.a.w.: “Berjihad di jalan Allah”. Berkata Abdullah bin Mas`ud
, “Rasulullah s.a.w. menyampaikan semuanya itu kepadaku, seandainya aku
meminta penjelasan lebih dari itu, niscaya beliau akan menambahkannya.” (HR. Al
Bukhari)
Berjalan menuju masjid untuk berjamaah bisanya dilakukan
dengan tenang
.
Dari Abu Qatadah berkata : Ketika kami sedang shalat bersama-
sama Rasulullah s.a.w., tiba-tiba kami mendengar suara hiruk pikuk. Maka
Rasulullah s.a.w. bersabda : “Apa yang terjadi dengan kalian”, jawab mereka : “Kami
tergesa-gesa hendak shalat”. Sabda Rasulullah s.a.w. : “Jangan kalian lakukan itu,
apabila kamu pergi shalat, berjalanlah dengan tenang. Apa yang kamu dapati dalam
shalat ikutilah, dan apa yang kamu ketinggalan, sempurnakanlah kemudian”. (HR.
Muslim)
Allah menjadi saksi atas setiap orang yang memelihara shalat
berjama`ah di masjid dengan penuh keimanan.Firman Allah SWT
:
29 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. At-
Taubah : 18)
.
Dari Abu Hurairah r.a.bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda :Apabila Imam
membaca “Amin”, maka ucapkan pula “Amin” olehmu. Barangsiapa yang ucapan
“Amin”nya berbarengan dengan ucapan “Amin”nya malaikat, diampuni segala
dosanya yang telah lalu. (HR. Bukhari dan Muslim)
h. Hikmah shalat berjamaah
Disyariatkannya shalat berjamaah, tentu memiliki banyak hikmah.
Diantaranya adalah sebagaimana berikut :
Pertama: Mamperlihatkan syiar Islam, yaitu syi‘ar shalat, sebab
seandainya manusia tetap melaksanakan shalat di rumah mereka maka
tidak ada yang mengetahui bahwa di sana ada syari‘at shalat.
Kedua: Menjalin kasih sayang sesama manusia, sebab saling
bertemu dengan manusia dan saling berjabatan tangan akan melahirkan
rasa kasih sayang dan saling mencintai. Diriwayatkan oleh Imam Muslim
di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad
shalallahu ‗alai wasallam bersabda: Kalian tidak akan masuk surga
sehingga kalian beriman, dan tidak akan beriman sehingga kalian saling
mencintai, tidakkah aku tunjukkan kepada kalian suatu amalan yang
apabila kalian kerjakan maka kalian akan saling mencintai?. Sebarkanlah
salam di antara kalian‖.38
Ketiga: Terbentuknya rasa persamaan sesama manusia. Sebab di
dalam mesjid akan berkumpul orang yang paling kaya di samping orang
yang paling miskin, seorang penguasa bersebelahan dengan rakyat,
seorang hakim berjejer bersama orang yang dihakimi dan anak-anak atau
38 Muslim: no: 54
30 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
remaja berdampingan dengan orang yang sudah tua, dengan ini maka
akan tercipta rasa persamaan, oleh karena itulah Rasulullah shalallahu
‗alai wasallam memerintahkan untuk meluruskan shaf. Dan Nabi
Muhammad shalallahu ‗alai wasallam bersabda: Luruskanlah shaf dan
janganlah kalian bershaf bengkok sehingga hati-hati kalian menjadi
berselisih‖.39
Keempat: Akan terbentuk rasa peka dengan keadaan orang lain.
Peka dengan keadaan orang-orang fakir dan orang-orang yang sakit serta
keadaan orang yang meremehkan shalat. Sebab jika keadaan orang yang
fakir diketahui oleh jama‘ah mesjid maka mereka akan bersedeqah
kepadanya dan menghiburnya, begitu juga jika seseorang tidak
menghadiri shalat berjama‘ah maka para jama‘ah akan mengetahui jika
dia sakit, sehingga dengan ini para jama‘ah akan membantunya, atau jika
ada salah seorang jama‘ah yang meremehkan shalat berjama‘ah maka
mereka akan menasehatinya dengan segera.40
i. Hukum shalat berjamaah
Shalat berjama`ah hukumnya wajib, ini pendapat mayoritas ulama.
Kewajiban ini berlaku atas setiap muslim laki-laki, baik ia dalam
keadaan menetap maupun dalam perjalanan, dalam keadaan aman
maupun dalam keadaan genting. Hal itu berdasarkan dalil-dalil dari Al
Qur`an dan As Sunnah dan pendapat Ahlu Ilmi. Diantara dalil-dalil
tersebut adalah :
Firman Allah SWT yang memerintahkan Nabi-Nya untuk
mendirikan shalat berjama`ah di dalam keadaan yang genting :
Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak
mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka
( )
Demi Allah yang jiwaku ada ditangan-Nya, rasanya aku ingin menyuruh
mengumpulkan kayu bakar, dan kuperintahkan mengumandangkan adzan untuk
mendirikan shalat, kemudian aku instruksikan seseorang untuk mengimami jama`ah
shalat. Selanjutnya aku berbalik menuju orang-orang yang tidak shalat berjama`ah,
lalu aku bakar mereka bersama rumah-rumah mereka. (HR.Buhari Muslim)
32 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
( .)
Dari Abu Hurairah katanya seorang laki-laki buta datang
kepada Rasulullah s.a.w., lalu bertanya : “Ya Rasulullah, aku ini buta. Tidak
ada orang yang akan menuntunku pergi ke masjid (untuk shalat berjama`ah). Lalu dia
memohon kepada Rasulullah s.a.w.agar membolehkannya shalat di rumahnya. Mula-
mula Rasulullah s.a.w.membolehkannya, tetapi setelah orang itu pergi belum begitu
jauh, dia dipanggil kembali oleh Rasulullah s.a.w.seraya bertanya : “Apakah adzan
dan shalat terdengar sampai kerumahmu ?”. Jawab orang buta itu : “Terdengar, ya
Rasulullah !. Sabda Nabi saw : “Kalau begitu, penuhilah panggilan adzan tersebut !”.
(HR.Buhari Muslim)
( )
Dari Ibnu Mas`ud berkata: Barangsiapa yang ingin bertemu dengan
Allah kelak (dalam keadaan) sebagai seorang muslim, maka hendaklah dia
memelihara shalat setiap kali ia mendengar panggilan shalat. Sesungguhnya Allah
telah mensyariatkan sunnanal huda (jalan-jalan petunjuk) dan sesungguhnya shalat
berjama`ah merupakan bagian dari sunnanil huda. Apabila kamu shalat sendirian di
rumahmu seperti kebiasaan shalat yang dilakukan oleh seorang mukhallif (yang
meninggalkan shalat berjama`ah) ini, berarti kamu telah meninggalkan sunnah
33 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
nabimu, apabila kamu telah meninggalkan sunnah nabimu, berarti kamu telah
tersesat. Tiada seorang pun yang bersuci (berwudhu`) dengan sebaik-baiknya,
kemudian dia pergi menuju salah satu masjid melainkan Allah mencatat baginya
untuk setiap langkah yang diayunkannya satu kebajikan dan diangkat derajatnya
satu tingkat dan dihapuskan baginya satu dosa. Sesungguhnya kami berpendapat,
tiada seorang pun yang meninggalkan shalat berjama`ah melainkan seorang munafik
yang jelas-jelas nifak. Dan sesungguhnya pada masa dahulu ada seorang pria yang
datang untuk shalat berjama`ah dengan dipapah oleh dua orang laki-laki sampai ia
didirikan di dalam barisan shaff shalat berjama`ah.(HR. Muslim)
j. Adab shalat berjamaah di masjid
Memilih pakaian yang bagus. Allah Ta‘ala berfirman
Hai anak adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid. (Al
A‘raf: 31).
Berwudhu dari rumah terlebih dahulu, sebagaimana diterangkan
oleh Nabi shallallahu ‗alaihi wa sallam.
Barangsiapa yang bersuci dari rumahnya kemudian berjalan ke salah satu rumah dari
rumah-rumah Allah (masjid) untuk menunaikan salah satu dari kewajiban-kewajiban
yang Allah wajibkan, maka kedua langkahnya salah satunya akan menghapus dosa
dan langkah yang lainnya akan mengangkat derajatnya. (HR. Muslim 1553)
Membaca doa menuju masjid.Rasulullah shallallahu ‗alaihi wa
sallam mengajarkan kita untuk mengucapkan doa. Dari Anas bin
Malik, bahwa Nabi shallallahu ‗alaihi wa sallam bersabda:
34 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Jika seorang laki-laki keluar dari rumahnya lalu mengucapkan:
“Bismillahi tawakkaltu „alallaahi, laa haula wa laa quuwata illa billah” (Dengan
nama Allah aku bertawakal kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali
dengan izin Allah). „ Beliau bersabda, “Maka pada saat itu akan dikatakan
kepadanya, „Kamu telah mendapat petunjuk, telah diberi kecukupan, dan mendapat
penjagaan‟, hingga setan-setan menjauh darinya. Lalu setan yang lainnya berkata
kepadanya (setan yang akan menggodanya, pent.), “Bagaimana (engkau akan
mengoda) seorang laki-laki yang telah mendapat petunjuk, kecukupan, dan
penjagaan.” (HR. Abu Daud no. 595, At-Tirmizi no. 3487)
Ketika hendak menuju masjid, dianjurkan membaca :
Allahummaj‟al fii qolbi nuura wa fii bashari nuura wa fii sam‟i nuura wa „an
yamiinihi nuura wa „an yasaarii nuura wa fauqi nuura wa tahti nuura wa amaami
nuura wa khalfi nuura waj‟al lii nuura (Ya Allah jadikanlah cahaya dalam hatiku,
cahaya dalam penglihatanku, cahaya dalam pendengaranku, cahaya dari kananku,
cahaya dari kiriku, cahaya dari belakangku, dan jadikanlah untukku cahaya. (HR.
Muslim 763)
Berdoa Ketika Masuk Masjid sebagaimana terdapat dalam
hadits Abu Sa‘id radhiyallahu ‗anhu:
35 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Seandainya orang yang lewat di depan orang yang shalat mengetahui (dosa) yang
ditanggungnya, niscaya ia memilih untuk berhenti selama 40 ( tahun), itu lebih baik
baginya daripada lewat di depan orang yangsedang shalat. (HR. Bukhari 510 dan
Muslim 1132)
Melaksanakan Shalat Dua Rakaat Sebelum Duduk.Rasulullah
shallallhu ‗alaihi wa sallam bersabda :
Jika salah seorang dari kalian masuk masjid, maka hendaklah dia shalat dua rakaat
sebelum dia duduk. (H.R. Bukhari 537 dan Muslim 714)
Menghadap Sutrah41 Ketika Shalat. Dalil yang menunjukkan
disyariatkannya shalat menghadap sutrah terdapat dalam sabda
Nabi shallallahu ‗alaihi wa sallam berikut :
Apabila kalian mendengar adzan maka ucapkanlah seperti yang sedang diucapkan
muadzin. (HR. Bukhari 611 dan Muslim 846)
41 - Yang dimaksud denagan sutrah adalah pembatas dalam shalat, bisa berupa tembok,
tiang, orang yang sedang duduk/sholat, tongkat, tas, dll. Sutrah disyariatkan bagi imam
dan bagi orang yang shalat sendirian.
36 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Apabila muadzin mengatakan, “Allahu Akbar Allahu Akbar”, maka hendaklah
kalian yang mendengar menjawab, “Allahu Akbar Allahu Akbar.” Kemudian muadzin
mengatakan, “Asyhadu An Laa Ilaaha Illallah”, maka dijawab, “Asyhadu An Laa
Ilaaha Illallah.” Muadzin mengatakan setelah itu, “Asyhadu Anna Muhammadan
Rasulullah”, maka maka dijawab, “Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah.” Saat
muadzin mengatakan, “Hayya „Alash Shalah”, maka maka dijawab “Laa Haula wala
Quwwata illa billah.” Saat muadzin mengatakan, “Hayya „Alal Falah”, maka maka
dijawab “Laa Haula wala Quwwata illa billah.” Kemudian muadzin berkata, “Allahu
Akbar Allahu Akbar”, maka dijawab, “Allahu Akbar Allahu Akbar.” Dan muadzin
berkata, “Laa Ilaaha illallah”, maka dijawab, “La Ilaaha illallah” Bila yang
menjawab adzan ini mengatakannya dengan keyakinan hatinya niscaya ia pasti
masuk surga.(HR. Muslim. 848)
Ketika selesai mendengarkan adzan, dianjurkan membaca doa
yang diajarkan Nabi shallallahu ‗alaihi wa sallam dalam hadits berikut :
37 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Tidak Keluar dari Masjid Tanpa Uddzur. Hal ini sebagaiamana
dikisahkan dalam sebuah riwayat dari Abu as Sya‘tsaa
radhiyallahu‘anhu, beliau berkata :
Kami pernah duduk bersama Abu Hurairah dalam sebuah masjid. Kamudian
muadzin mengumandangkan adzan. Lalu ada seorang laki-laki yang berdiri kemudian
keluar masjid. Abu Hurairah melihat hal tersebut kemudian beliau berkata : “
Perbuatan orang tersebut termasuk bermaksiat terhadap Abul Qasim” (Nabi
Muhammad) shallallahu „alaihi wa sallam(H.R Muslim 655)
Memanfaatkan Waktu Antara Adzan dan Iqomah. Yaitu dengan
mengisi shalat sunnah qabliyah, membaca al quran, berdizikir,
atau berdoa. Waktu ini merupakan waktu yang dianjurkan
untuk berdoa, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu‘alaihi
wa sallam:
Doa di antara adzan dan iqamah tidak tertolak. (HR. Tirmidzi, 212, ia berkata:
―Hasan Shahih‖)
Menempati shaf yang utama. Bagi laki-laki yang paling depan,
adapun bagi wanita yang paling belakang. Imam Muslim
meriwayatkan dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah shallallahu
‗alaihi wa sallam bersabda,
Sebaik-baik shaf laki-laki adalah yang pertama dan seburuk-buruknya adalah yang
terakhir. Sebaik-baik shaf wanita adalah yang terakhir dan seburuk-buruknya adalah
yang pertama. (H.R.Muslim 440)
Merapikan dan merapatkan shaf shalat. Sebagaimana yang
dijelaskan di dalam hadits dari sahabat Abu Abdillah Nu‘man bin
38 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Basyir, beliau berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu
‗alaihi wa sallam bersabda :
Jika salah seorang di antara kalian masuk masjid, maka hendaknya dia
membaca, “Allahummaftahli abwaaba rahmatika” (Ya Allah, bukalah pintu-pintu
rahmat-Mu). Dan apabila keluar, hendaknya dia mengucapkan, “Allahumma inni as-
aluka min fadhlika (Ya Allah, aku meminta kurnia-Mu). (HR. Muslim. 713)
39 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
BAB III
FIKIH ZAKAT
1. Definisi Zakat
Zakat secara bahasa memiliki banyak arti yang saling berdekatan, yaitu:
Zakat berarti ― ‖ berarti bertambah atau tumbuh. Makna
seperti dapat kita lihat dari perkataan ‗Ali bin Abi Tholib,
Dan kami menghendaki, supaya Rabb mereka mengganti bagi mereka dengan anak
lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu. (QS. Al-Kahfi: 81)
Zakat juga berarti ― ‖ mensucikan. Sebagaimana firman Allah
Ta‘ala,
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan mensucikan mereka. (QS. At Taubah: 103).42
Adapun secara istilah syar‘i, zakat berarti penunaian kewajiban
pada harta yang khusus, dengan cara yang khusus, dan disyaratkan
ketika dikeluarkan telah memenuhi haul (masa satu tahun) dan nishob
(ukuran minimal dikenai kewajiban zakat). Zakat pun kadang
dimaksudkan untuk harta yang dikeluarkan. Sedangkan muzakki adalah
istilah untuk orang yang memiliki harta dan mengeluarkan zakatnya.43
Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta
manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan
berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang
berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya). (QS: Ar-
rum: 39).
Nabi bersabda:
Barang siapa bersedekah dengan dengan sepadan satu butir kurma, dari hasil kerja
yang baik(halal), dan Allah tidak menerima kecuali yang baik, maka Allah SWT akan
mengambilnya dengan tangan kananya, kemudian mengembangkanya untuk
pemiliknya sebagaimana salah seorang dari kalian mengembangkan hingga
menjadi seperti gunung. (HR: Bukhori, Muslim).
Allah SWT menghapus dosa-dosa dengan zakat, sebagaimana
sabda Rosul saw:
42 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Dan sedekah itu dapat memadamkan dosa sebagaimana air memadamkan
api. (HR.Tirmidzi)
b. Fungsi Akhlakiyah
Memasukan muzakki ke dalam barisan orang-orang dermawan
yang pemurah.
Zakat mengharuskan muzakki memiliki sifat penyayang kepada
saudara-saudaranya yang tidak punya, dan para penyayang itu
disayang Allah.
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan[658] dan mensucikan[659] mereka. (QS: At-Taubah: 103)
c. Fungsi Ijtimaiyyah
Zakat mengokohkan ikatan-ikatan cinta antara kaya dan miskin,
karena jiwa sesungguhnya diciptakan dengan kecenderungan
mencintai orang yang berbuat baik kepadanya.
….agar harta itu jangan hanya beredar di tangan orang-orang yang kaya saja
diantara kalian.. (QS. Al-Hasyr:7)
43 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Zakat dapat menutupi kebutuhan fakir miskin yang
mayoritas di kebanyakan negeri.
Zakat dapat memperkokoh kaum muslimin dan
meninggikan derajat mereka, karena itu salah satu dari
sasaran zakat adalah jihad fi sabilillah, seperti yang akan
kamisebutkan insyaa Allah.
Zakat dapat menghapus rasa iri dengki dan cemburu dari
dalam dada kaum fakir miskin, orang miskin jika melihat
orang-orang kaya menikmati hartanya tanpa ia dapat
mengambil manfaat sedikit pun darinya, terkadang
tumbuh dalam dirinya rasa cemburu dan permusuhan
terhadap orang-orang kaya akibat mereka tidak
memberikan perhatian terhadap haknya, tidak pula
memenuhi kebutuhanya, jika orang kaya memberikan
sebagian hartanya kepada si miskin pada setiap putaran
tahunya, maka semua perasaan ini akan lenyap dan
tumbuhlah rasa cinta dan kebersamaan.
Zakat dapat menumbuhkan harta dan memperbanyak
berkah, sebagaimana dalam hadits, bahwa Nabi saw
bersabda:
.
“Tidaklah zakat itu dapat mengurangi harta”
Di dalam pembayaran zakat terdapat perluasan daerah harta,
karena suatu harta jika dicairkan sebagian darinya, maka akan
meluas jangkauanya, dan banyak orang yang mengambil manfaat
darinya, berbeda jika harta hanya berputar di antara orang-orang
kaya saja sedang orang-orang miskin tidak mendapatkan
sedikitpun darinya.
3. Kewajiban Berzakat
Zakat adalah satu kewajiban dari kewajiban-kewajiban Islam, ia
adalah salah satu dari rukun-rukunya, dan termasuk rukun yang
terpenting setelah syahadat dan solat, Kitab dan sunnah serta ijma' telah
menunjukan kewajibanya.
44 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Dalil yang menyatakan wajibnya zakat di antaranya terdapat dalam
ayat,
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku‟lah beserta orang-orang yang
ruku. (QS. Al-Baqarah: 43). Perintah zakat ini berulang di dalam Al
Qur‘an dalam berbagai ayat sampai berulang hingga 32 kali.
Begitu juga dalam sabda Nabi shallallahu ‗alaihi wa sallam ketika
memerintahkan pada Mu‘adz yang ingin berdakwah ke Yaman,
… Jika mereka telah mentaati engkau (untuk mentauhidkan Allah dan menunaikan
shalat ), maka ajarilah mereka sedekah (zakat) yang diwajibkan atas mereka di mana
zakat tersebut diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan kemudian
disebar kembali oleh orang miskin di antara mereka.(HR.Buhari)
Dari nash-nash di atas telah jeas bahwa hokum zakat adalah wajib.
Maka barang siapa mengingkari kewajibanya maka ia adalah kafir dan
murtad dari Islam harus diminta agar bertaubat, jika tidak bertaubat
dibunuh, dan barang siapa kikir dengan enggan mengeluarkan zakat atau
mengurangi sesuatu derinya maka ia termasuk orang-orang dzolim yang
berhak atas sangsi dari Allah SWT, Allah SWT berfirman:
Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan
kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka.
Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan
itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah
segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang
kamu kerjakan. (QS: Ali-Imron: 180).
4. Hukum Orang yang Enggan Menunaikan Zakat
45 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Orang yang enggan menunaikan zakat ada dua keadaan, yaitu karena
inkar, dan bakhil.
Pertama: Orang yang mengingkari kewajiban zakat. Sebagaimana
yang sudah maklum bahwa bahwa zakat adalah bagian dari
rukun Islam. Para ulama bersepakat (berijma‘) bahwa siapa yang
menentang dan mengingkari rukun tarsebut, termasuk di
dalamnya kewajiban zakat, maka ia telah kafir dan murtad dari
Islam. Karena ini adalah perkara ma‘lum minad diini bid doruroh,
yaitu sudah diketahui akan wajibnya. Imam Nawawi
rahimahullah berkata, ―Barangsiapa mengingkari kewajiban
zakat di zaman ini, ia kafir berdasarkan kesepakatan para
ulama.‖47 Pendapat ini juga dikuatkan oleh Ibnu Hajar berkata,
―Adapun hukum asal zakat adalah wajib. Siapa yang menentang
hukum zakat ini, ia kafir.‖48
Kedua: Orang yang enggan menunaikan zakat karena bakhil,
bukan karena inkar, maka hukum orang yang seperti ini adalah
fasik, karena telah melakukan maksiat, yaitu melanggar perintah
yang telah ditetapkan oleh Allah.
5. Ancaman bagi yang enggan menunaikan zakat
Ancaman siksa yang amat berat. Allah SWT berfirman:
Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada
jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat)
siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu
dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan)
kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka
rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu. (QS: At-Taubah:
34,35).
Siapa saja yang memiliki emas atau perak tapi tidak mengeluarkan zakatnya
melainkan pada hari kiamat nanti akan disepuh untuknya lempengan dari api neraka,
lalu dipanaskan dalam api neraka Jahannam, lalu disetrika dahi, rusuk dan
punggungnya dengan lempengan tersebut. Setiap kali dingin akan disepuh lagi dan
disetrikakan kembali kepadanya pada hari yang ukurannya sama dengan lima puluh
ribu tahun. Kemudian ia melihat tempat kembalinya apakah ke surga atau ke neraka.
(HR.Muslim)
Dan dalam riwayat yang sohih dari Rosulullah saw, ia berkata: "
Barang siapa Allah berikan kepadanya harta, lalu ia tidak menunaikan
zakatnya, maka akan ditampilkan dihadapanya pada hari kiamat seekor
ular jantan yang memiliki dua bisa, ular itu menjulurkan mahkota
kepalanya karena penuh dengan racun bisa, lalu memakaikan kalung
kepadanya, kemudian memegang kedua tulang rahangnya, kemudian
mengatakan: Aku adalah hartamu, aku adalah harta simpananmu,
Kemudian Nabi saw membaca:
Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan
kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka.
Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan
itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. (QS: Ali-Imran: 180)
Dalam sohih Bukhori dari Abu Hurairoh r.a. ia berkata;
Rosulullah saw bersabda:
47 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Barang siapa Allah berikan kepadanya harta, lalu ia tidak menunaikan zakatnya,
maka akan ditampilkan dihadapanya pada hari kiamat seekor ular jantan yang
memiliki dua bisa, ia menjulurkan mahkota kepalanya karena penuh dengan racun
bisa, ular itu memakaikan kalung kepadanya, kemudian memegang kedua tulang
rahangnya, kemudian mengatakan: Aku adalah hartamu, aku adalah harta
simpananmu.
Diriwayatkan dari Abu Dzar radhiyallahu ‗anhu, ia berkata, ―Aku
datang menemui Rasulullah shalallahu ‗alaihi wa sallam yang sedang
berlindung di bawah naungan Ka‘bah. Beliau bersabda, ‗Merekalah
orang-orang yang paling merugi, demi Rabb Pemilik Ka‘bah‘. Beliau
mengucapkannya tiga kali. Abu Dzar berkata, ―Aku pun menjadi sedih,
aku menarik nafas lalu berkata, ‗Ini merupakan peristiwa yang buruk
pada diriku. Aku bertanya, Siapakah mereka? Ayah dan ibuku menjadi
tebusannya?‘‖ Nabi shalallahu ‗alaihi wa sallam menjawab,
Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezki
yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada
lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa'at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang
yang zalim.(QS Al Baqarah: 254)
b. Dimiliki secara sempurna. yang dimaksud dengan syarat ini
adalah harta tersebut dibawah control dan kekuasaan pemiliknya
dan tidak berkaitan dengan hak orang lain.
c. Termasuk harta yang berkembang secara hakiki atau secara
hukum. Yang bertambah secara hakiki seperti: hewan ternak,
biji-bijian dan buah-buahan, dan harta perdagangan. Yang
bertambah secara hukum seperti: emas dan perak jika tidak
diperdagangkan. Sebab meskipun keduanya tidak bertambah,
Tidak zakat bagi perak di bawah 5 uqiyah51, tidak ada zakat bagi unta di bawah 5
ekor dan tidak ada zakat bagi tanaman di bawah 5 wasaq.52 (HR.Buhari)
e. Telah mencapai haul. Artinya harta yang dikenai zakat telah
mencapai masa satu tahun atau 12 bulan Hijriyah. Nabi
shallallahu ‗alaihi wa sallam bersabda,
Dan tidak ada zakat pada harta hingga mencapai haul.( HR. Abu Daud)
51 - Satu uqiyah sama dengan 40 dirham. Jadi nishob perak adalah 5 uqiyah x 40
dirham/uqiyah = 200 dirham (Lihat Syarh ‗Umdatul Ahkam, Syaikh Sa‘ad Asy Syatsri, 1:
376).
52 - Satu wasaq sama dengan 60 sho‘. Jadi nishob zakat tanama adalah 5 wasaq x 60
sho‘/wasaq = 300 sho‘ (Lihat Syarh ‗Umdatul Ahkam, Syaikh Sa‘ad Asy Syatsri, 1: 376).
Satu sho‘ kira-kira sama dengan 3 kg. Sehingga nishob zakat tanaman = 300 sho‘ x 3
kg/sho‘ = 900 kg.
50 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Syarat ini berlaku bagi zakat pada mata uang dan hewan ternak.
Sedangkan untuk zakat hasil pertanian tidak ada syarat haul. Zakat
pertanian dikeluarkan setiap kali panen.
Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak
berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun
dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah
dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya
di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin).(QS. Al-
An‘am: 141).
f. Lebih dari kebutuhan pokok. Yang dimaksud dengan kebutuhan
pokok adalah apabila kebutuhan tersebut dikeluarkan, maka
seseorang bisa jadi akan celaka, seperti nafkah, tempat tinggal,
dan pakaian. 53 Dalilnya firman Allah :
Mereka bertanya tentang apa yang harus diinfaqkan (dizakatkan), katakan : yang
lebih dari kebutuhan… (QS.Al-Baqarah :219)
53 - Ibid
54 - Ali Asshabuni, Shaffatus tafasir, Beirut : Dar Ihya al-turast Al-Arabi, 1993,
Vol.1,hlm.140
51 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Untuk lebih jelasnya akan diperinci dalam uraian berikut ini :
1. Zakat Atsman (emas, perak dan mata uang)
Dalil Ketentuan Zakat Emas dan Perak, sebagaimana
diriwayatkan dari ‗Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‗anhu,
Nabi shallallahu ‗alaihi wa sallam bersabda,
Bila engkau memiliki dua ratus dirham dan telah berlalu satu tahun (sejak
memilikinya), maka padanya engkau dikenai zakat sebesar lima dirham. Dan engkau
tidak berkewajiban membayar zakat sedikit pun –maksudnya zakat emas- hingga
engkau memiliki dua puluh dinar. Bila engkau telah memiliki dua puluh dinar, dan
telah berlalu satu tahun (sejak memilikinya), maka padanya engkau dikenai zakat
setengah dinar. Dan setiap kelebihan dari (nishob) itu, maka zakatnya disesuaikan
dengan hitungan itu.(HR.Buhari)
Dari sahabat Abu Sa‘id Al Khudri radhiyallahu ‗anhu, ia
menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‗alaihi wa sallam bersabda,
Tidaklah ada kewajiban zakat pada uang perak yang kurang dari lima uqiyah
(HR.Buhari)
Dan pada hadits riwayat Abu Bakar radhiyallahu ‗anhu
dinyatakan,
Dan pada perak, diwajibkan zakat sebesar seperempat puluh (2,5 %). (HR. Bukhari
no. 1454)
Nishob zakat emas
Nishob zakat emas adalah 20 mitsqol atau 20 dinar. Satu dinar setara
dengan 4,25 gram emas. Sehingga nishob zakat emas adalah 85 gram
emas (murni 24 karat). Jika emas mencapai nishob ini atau lebih dari itu,
maka ada zakat. Jika kurang dari itu, tidak ada zakat kecuali jika
seseorang ingin bersedekah sunnah.
52 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Kadar zakat emas
Besaran zakat emas adalah 2,5% atau 1/40 jika telah mencapai nishob.
Contohnya, emas telah mencapai 85 gram, maka besaran zakat adalah
85/40 = 2,125 gram. Jika timbangan emas adalah 100 gram, besaran zakat
adalah 100/40 = 2,5 gram.
Nishob zakat perak
Nishob zakat perak adalah 200 dirham atau 5 uqiyah. Satu dirham setara
dengan 2,975 gram perak. Sehingga nishob zakat perak adalah 595 gram
perak (murni). Jika perak telah mencapai nishob ini atau lebih dari itu,
maka ada zakat. Jika kurang dari itu, tidak ada zakat kecuali jika
seseorang ingin bersedekah sunnah.
Kadar zakat perak
Besaran zakat perak adalah 2,5% atau 1/40 jika telah mencapai nishob.
Contohnya, 200 dirham, maka zakatnya adalah 200/40 = 5 dirham. Jika
timbangan perak adalah 595 gram, maka zakatnya adalah 595/40 = 14,875
gram perak.
Zakat mata uang
Mata uang wajib dizakati karena fungsinya sebagai alat tukar
sebagaimana emas dan perak yang ia gantikan fungsinya saat ini. Hukum
mata uang ini pun sama dengan hukum emas dan perak karena kaedah
yang telah ma‘ruf ―al badl lahu hukmul mubdal‖ (pengganti memiliki
hukum yang sama dengan yang digantikan).
Yang mejadi patokan dalam nishob mata uang adalah nishob
emas atau perak. Jika mencapai salah satu nishob dari keduanya, maka
ada zakat. Jika kurang dari itu, maka tidak ada zakat. Jika kita
perhatikan yang paling sedikit nishobnya ketika ditukar ke mata uang
adalah nishob perak. Patokan nishob inilah yang lebih hati-hati dan lebih
menyenangkan orang miskin. Besaran zakat mata uang adalah 2,5% atau
1/40 ketika telah mencapai haul.
Contoh perhitungan zakat mata uang:
Simpanan uang yang telah mencapai haul adalah Rp.10.000.000,-
Harga emas saat masuk haul = Rp.500.000,-/gram (perkiraan).
Nishob emas = 85 gram x Rp.500.000,-/gram = Rp.42.500.000,-.
Harga perak saat masuk haul = Rp.5.000,-/gram (perkiraan).
Nishob perak = 595 gram x Rp.5.000,-/gram = Rp.2.975.000,-.
53 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Yang jadi patokan adalah nishob perak. Simpanan di atas telah
mencapai nishob perak, maka besar zakat yang mesti dikeluarkan
= 1/40 x Rp.10.000.000,- = Rp.250.000,-.55
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi
untuk kamu. (QS. Al-Baqarah: 267)
Yang dimaksud ( ) ‗hasil usaha kalian‘ pada ayat di atas
adalah perdagangan.hal itu sebagaimana yang ditegaskan oleh imam
Buhari dalam shahihnya, dn juga dikuatkan oleh Ibnul Arabi dalam
tafsirnya.56
b. Syarat zakat barang dagangan
Barang tersebut dimiliki atas pilihan sendiri dengan cara yang
mubah baik lewat jalan cari untung (mu‘awadhot) seperti jual
beli dan sewa atau secara cuma-cuma (tabaru‘at) seperti
hadiah dan wasiat.
Barang tersebut bukan termasuk harta yang asalnya wajib
dizakati seperti hewan ternak, emas, dan perak. Karena tidak
boleh ada dua wajib zakat dalam satu harta.
Barang tersebut sejak awal dibeli diniatkan untuk
diperdagangkan.
Nilai barang tersebut telah mencapai salah satu nishob dari
emas atau perak, Kalau mencapai nishob, maka dikeluarkan
zakat sebesar 2,5% atau 1/40.
Telah mencapai haul (melalui masa satu tahun hijriyah).
c. Rumus zakat perdagangan
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi
untuk kamu. (QS. Al-Baqarah: 267)
Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak
berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun
dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah
dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya
.
Dari Tholhah bin Yahya, dari Abu Burdah, dari Abu Musa dan Mu‟adz bin Jabal
berkata bahwa Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam mengutus keduanya ke
Yaman dan memerintahkan kepada mereka untuk mengajarkan agama. Lalu beliau
bersabda, “Janganlah menarik zakat selain pada empat komoditi: gandum kasar,
gandum halus, kismis dan kurma. (HR.Baihaqi)
Dari Al Harits dari Ali, beliau mengatakan:
Zakat (pertanian) hanya untuk empat komoditi: Burr (gandum halus), jika tidak ada
maka kurma, jika tidak ada kurma maka zabib (kismis), jika tidak ada zabib maka
sya‟ir (gandum kasar). (HR.Ibn Abi Syaibah)
Dari Thalhah bin Yahya, beliau mengatakan: Saya bertanya
kepada Abdul Hamid dan Musa bin Thalhah tentang zakat pertanian.
Keduanya menjawab,
Tanaman yang diairi dengan air hujan atau dengan mata air atau dengan air tada
hujan, maka dikenai zakat 1/10 (10%). Sedangkan tanaman yang diairi dengan
mengeluarkan biaya, maka dikenai zakat 1/20 (5%). (HR.Buhari)
4. Zakat Hewan Ternak
Ada tiga jenis hewan ternak yang wajib dizakati, yaitu:
Unta dan berbagai macam jenisnya.
Sapi dan berbagai macam jenisnya, termasuk kerbau.
57 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Kambing dan berbagai macam jenisnya, termasuk
kambing kacang (ma‘iz) dan domba.
Hewan ternak dapat dibagi menjadi empat macam:
Hewan ternak yang diniatkan untuk diperdagangkan.
Hewan seperti ini dikenai zakat barang dagangan walau
yang diperdagangkan cuma satu ekor kambing, satu ekor
sapi atau satu ekor unta.
Hewan ternak yang diambil susu dan digembalakan di
padang rumput disebut sa-imah. Hewan seperti ini
dikenai zakat jika telah mencapai nishob dan telah
memenuhi syarat lainnya.
Hewan ternak yang diberi makan untuk diambil susunya
dan diberi makan rumput (tidak digembalakan). Seperti
ini tidak dikenai zakat karena tidak termasuk hewan yang
diniatkan untuk diperdagangkan, juga tidak termasuk
hewan sa-imah.
Hewan ternak yang dipekerjakan seperti untuk memikul
barang dan menggarap sawah. Zakat untuk hewan ini
adalah hasil upah dari jerih payah hewan tersebut jika
telah mencapai haul dan nishob.
Syarat wajib zakat hewan ternak:
Ternak tersebut ingin diambil susu, ingin
dikembangbiakkan dan diambil minyaknya. Jadi, ternak
tersebut tidak dipekerjakan untuk membajak sawah,
mengairi sawah, memikul barang atau pekerjaan
semacamnya. Jika ternak diperlakukan untuk bekerja,
maka tidak ada zakat hewan ternak.
Ternak tersebut adalah sa-imah yaitu digembalakan di
padang rumput yang mubah selama setahun atau
mayoritas bulan dalam setahun. Yang dimaksud padang
rumput yang mubah adalah padang rumput yang tumbuh
dengan sendirinya atas kehendak Allah dan bukan dari
hasil usaha manusia.
58 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Telah mencapai nishob, yaitu kadar minimal dikenai zakat
sebagaimana akan dijelaskan dalam tabel. Syarat ini
sebagaimana berlaku umum dalam zakat.
Memenuhi syarat haul (bertahan di atas nishob selama
setahun).
Dalil wajibnya zakat hewan ternak
Mengenai zakat pada kambing yang digembalakan (dan diternakkan) jika telah
mencapai 40-120 ekor dikenai zakat 1 ekor kambing. (HR.Buhari)
59 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
ZAKAT SAPI
Nishob (jumlah Kadar wajib zakat
sapi)
ZAKAT KAMBING/DOMBA
Nishob (jumlah Nishob (jumlah kambing)
kambing)
60 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk
mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. ( QS: At-Taubah: 60).
Mereka itu ada delapan golongan:
Pertama: fakir, yaitu mereka yang tidak mendapatkan sesuatu
yang mencukupi separuh dari kebutuhanya, jika seseorang tidak
memiliki sesuatu yang ia dapat nafkahkan untuk diri sendiri dan
keluarganya selama setengah tahun, maka ia adalah fakir, ia diberi
dari zakat sesuatu yang mencukupi dirinya dan keluarganya
selama setahun.
Kedua: Miskin, mereka adalah orang-orang yang memiliki harta,
namun tidak dapat memenuhi kebutuhanya selama setahun
penuh, maka mereka diberi sesuatu yang dapat menyempurnakan
kekurangan untuk nafkah setahun. Jika seseorang tidak memiliki
uang namun ia memiliki sumber pendapatan, seperti profesi, atau
gaji, atau investasi yang dapat memberikan kecukupan padanya,
maka ia tidak diberi zakat, sebagaimana Nabi saw bersabda:
.
Tidak ada bagian bagi orang kaya, tidak pula bagi oarng yang kuat dan
berpenghasilan.
Ketiga: Amil, yaitu orang-orang yang mendapat tugas dari
penguasa negara untuk mengumpulkan zakat dari para muzakki,
dan membaginya kepada orang-orang yang berhak dan
menjaganya, mereka ini diberi zakat sepadan dengan pekerjaanya
meski meraka kaya.
Keempat: Muallaf, mereka adalah para pemimpin kabilah yang
tidak memiliki iman yang kuat, mereka diberi zakat untuk
menguatkan keimanan mereka, sehingga mereka menjadi
penyeru-penyeru islam dan tauladan yang baik.Jika seseorang
lemah keislamanya, namun ia bukan kepala kabilah yang ditaati
dan hanya orang awam, apakah diberi zakat agar menguatkan
imanya.Sebagian ulama memandang perlu untuk diberi zakat,
karena kepentingan agama lebih besar dari pada kepentingan
tubuh, orang yang fakir diberi zakat agar menjadi makanan
61 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
tubuhnya, maka memberi makan hati dengan keimanan jauh
lebih bermanfaat, sebagian ulama yang lain berpendapat tidak
diberi zakat, karena kepentingan menguatkan imanya adalah
kepentingan pribadi yang khusus denganya.
Kelima: Budak, termasuk di dalamnya memerdekakan budak dari
uang zakat, dan membantu para budak yang ingin membeli
dirinya, dan membebaskan tawanan islam.
Keenam: Orang-orang yang berhutang, yaitu orang-orang yang
tidak memiliki sesuatu yang dapat menutupi hutangnya, mereka
diberi dari zakat sesuatu yang dapat menutupi hutangnya baik
sedikit maupun banyak, meski mereka kaya makanan, maka jika
ada seseorang yang memiliki pemasukan yang mencukupi untuk
makanan buat dirinya dan keluarganya, namun ia memiliki
hutang yang ia tidak mampu membayarnya, maka ia diberi zakat
untuk sekedar menutupi hutangnya, dan tidak boleh
menggugurkan hutang kepada fakir yang berhutang lalu
menggantinya dari uang zakat.
Ketujuh: Fi sabilillah, yakni jihad fi sabilillah, para mujahid dapat
diberi zakat sejumlah yang dapat menyukupi mereka dalam
berjihad, dan digunakan untuk membeli peralatan jihad. Dan
termasuk dalam sabilillah adalah: menuntut ilmu syar'i, pelajar
ilmu syar'I dapat diberi uang zakat agar bisa menuntut ilmu dan
membeli kitab yang diperlukan, kecuali jika ia memiliki harta
yang dapat mencukupinya dalam memenuhi kebutuhan itu.
Kedelapan: Ibnu sabil, yaitu musafir yang perjalananya terputus,
ia dapat diberi zakat agar dapat sampai ke negerinya.60
FIKIH PUASA
1. Fadhilah Puasa
Puasa memiliki banyak manfaat, baik secara fisik maupun mental. Di
antara keutamaan itu akan diuraikan dalam perspektif wahyu dan sain
modern, berikut ini :
a. Manfaat Puasa perspektif wahyu
Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta‟ala mewajibkan ibadah puasa
ini kepada semua umat manusia, sejak Nabi Adam Alaihissalam
sampai Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam
Barangsiapa yang puasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala
niscaya diampuni dosanya yang terdahulu.
Shalat lima waktu, shalat Jum'at hingga Jum'at berikutnya merupakan penebus dosa
yang ada di antaranya, apabila dijauhi dosa-dosa besar.
Pahala puasa akan dibalas langsung oleh Allah Shubhanahu wa
ta‟alla, dengan lipatan tak terhingga. Dalam Shahihain, dari Abu
)61( HR. Al-Bukhari 38, Muslim 760, at-Tirmidzi 683, Ahmad 2/241.
)62( HR. Muslim 233, at-Tirmidzi 214, Ibnu Majah 1086 dan Ahmad 2/400.
63 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Hurairah radhiyallahu „anhu, Rasulullah shallallahu „alahi wa sallam
bersabda:
Allah Shubhanahu wa ta‟alla berfirman: setiap amal ibadah anak cucu Adam adalah
untuknya kecuali puasa, maka ia adalah untuk -Ku dan Saya yang membalasnya.
Puasa merupakan perisai. Apabila salah seorang darimu berpuasa maka janganlah ia
mengucap kata-kata kotor dan membuat gaduh. Maka jika seseorang mencelanya
atau memusuhinya maka hendaklah ia berkata: sesungguhnya Saya puasa. Demi diri
Muhammad yang berada di tangan -Nya, sungguh bau mulut orang yang puasa lebih
wangi di sisi Allah Shubhanahu wa ta‟alla dari pada aroma minyak kesturi. Bagi
orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan: apabila ia berbuka, ia bahagia dengan
berbukanya dan apabila ia bertemu Rabb-nya ia senang dengan puasanya.
Setiap amal perbuatan manusia adalah untuk -Nya, kebaikan dilipat gandakan
sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat. Firman Allah Shubhanahu wa ta‟alla:
kecuali puasa maka ia untuk -Ku dan Saya yang membalasnya, dia meninggalkan
syahwat dan makanan karena Saya.
Puasa merupakan perisai, maksudnya pemelihara dan penutup
orang yang puasa dari perbuatan sia-sia. Karena itulah beliau
)63( HR. Al-Bukhari 1805, Muslim 1151, at-Tirmidzi 764, an-Nasa`i 2216, Ibnu Majah
1638 dan Ahmad 2/273.
)64( HR. At-Tirmidzi 764 dan Ibnu Majah 1638
64 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
bersabda: "Apabila salah seorang darimu berpuasa maka janganlah ia
mengucap kata-kata kotor dan membuat gaduh. Dan menjaganya pula
dari api neraka. Karena itulah imam Ahmad meriwayatkan
dengan isnad yang hasan, dari Jabir radhiyallahu „anhu, bahwa Nabi
Muhammad shallallahu „alahi wa sallam bersabda:
Puasa adalah perisai yang hamba menjadikannya sebagai tameng dari api neraka.
Puasa dan al-Qur`an memberi syafaat bagi hamba di hari kiamat. Puasa berkata:
Wahai Rabb, Saya menghalanginya makan dan syahwat, maka berilah syafaatku
padanya. Dan al-Qur`an berkata: 'Saya menghalanginya tidur di malam hari maka
berilah syafaatku padanya.' Beliau bersabda: maka keduanya memberi syafaat.
67 - Dr. Abdul Jawwad Ash-Shawi, Terapi Puasa : Manfaat Puasa ditinjau dari Sains
Modern, Jakarta :Pepublika,2007
66 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Perang Badar Kubro terjadi di pagi bulan Ramadhan, yang
memisahkan antara hak dan batil, sehingga Islam dan
pembelanya Allah menang dalam melawan syirik dan
pembelanya.
Pada bulan Ramadhan terjadi Fathul Mekkah
(pembebasan Mekkah), di mana Allah menolong rasul-
Nya sehingga manusia masuk agama Allah dengan
berbondong-bondong.
Pada bulan Ramadhan dibukakan pintu surga dan rahmat,
pintu neraka ditutup dan syaitan dibelenggu.
Bau mulut orang yang berpuasa lebih baik di sisi Allah
daripada bau minyak misk.
Malaikat memintakan ampun untuk orang yang berpuasa
hingga dia berbuka puasa.
Terdapat di dalam hadits bahwa ibadah nafilah (sunnah)
di bulan Ramadhan menyamai pahala faridhah (ibadah
wajib) di bulan lain, sedangkan faridhah (ibadah wajib) di
bulan Ramadhan menyamai pahala 70 faridhah pada bulan
yang lain.
Pada bulan Ramadhan diturunkan rahmat, dosa
dihapuskan dan doa dikabulkan.
Ia merupakan bulan kesabaran, dan ganjaran pahala
kesabaran adalah surga.
Orang yang berpuasa diampuni dosanya pada akhir malam
Ramadhan, hal itu sebagaimana seorang pekerja yang
mendapat upah setelah usai dari pekerjaannya. 68
3. Adab-adab puasa dan sunnah-sunnahnya
Makan sahur dan mengakhirkannya.
Menyegerakan berbuka, sebagaimana sabda Rasulullah -
shalallah alaihi wasalam-,
Tidak ada wadah yang diisi penuh oleh anak Adam yang lebih buruk
daripada perutnya. (HR. Ahmad 17649)
Bersedekah dengan ilmu, harta, kedudukan, tenaga dan akhlak.
Nabi shalallah alaihi wasalam adalah orang yang paling dermawan
dengan kebaikan, terlebih lagi di bulan Ramadhan.
4. Hukum-hukum puasa
a. Diantara hukum-hukum puasa
Dalam ibadah puasa ada puasa yang harus dilakukan secara
tatabu' (berurutan), seperti: pusa Ramadhan, puasa kafarah qotlul
khata‟ (penebus dosa pembunuhan yang tidak disengaja), puasa
kafarah zhihar (penebus dosa menyerupakan istri dengan ibu),
kafarah jima (penebus dosa berhubungan badan) di siang
68 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Ramadhan dan yang lainnya. Ada pula puasa yang tidak
mengharuskan tatabu' (berurutan) seperti qodho (mengganti)
puasa Ramadhan, puasa 10 hari bagi yang berhaji ketika tidak
memiliki hadyi (hewan sembelihan) dan yang lainnya.
Puasa tatawu' (sunah) menutupi kekurangan puasa wajib.
Terdapat larangan menyendirikan puasa hari Jumat dan hari
Sabtu yang bukan puasa wajib. Dilarang juga berpuasa sebulan
penuh di luar Ramadhan dan puasa wishol (menyambung puasa
pada malam harinya). Diharamkan puasa pada dua hari raya
dan hari tasyrik ( tanggal 11-13 Zulhijah, kecuali bagi jamaah haji
yang tidak memiliki hewan sembelihan untuk bayar hadyu -
pent).
Masuknya bulan Ramadhan ditetapkan dengan melihat hilal
(bulan baru) atau menyempurnakan bilangan hari di bulan
Syaban menjadi 30 hari. Adapun menentukan masuknya bulan
dengan hisab (penghitungan) tidaklah sunah.
Puasa diwajibkan atas setiap muslim, balig, berakal, mukim,
mampu, tidak terdapat penghalang seperti haid dan nifas (bagi
wanita).
Anak kecil yang berumur 7 tahun diperintahkan jika mampu.
Sebagian ulama menyebutkan bahwa yang berumur lebih dari
sepuluh tahun dipukul jika meninggalkannya sebagaimana
halnya shalat.
Jika orang kafir masuk Islam, anak kecil menjadi balig, orang
gila sembuh di siang Ramadhan, mereka diharuskan menahan
diri dari apa-apa yang membatalkan puasa sampai matahari
tenggelam, tetapi tidak diharuskan mengganti puasa hari itu
dan hari-hari sebelumnya.
Orang gila tidak diwajibkan berpuasa. Jika sesekali sadar
kemudian kumat lagi, dia harus berpuasa saat sadarnya, sama
halnya dengan orang yang pingsan.
Siapa yang meninggal di pertengahan bulan Ramadhan, tidak
ada kewajiban baginya atau keluarganya memuasai sisa hari
setelahnya.
69 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Siapa yang tidak tahu hukum wajibnya puasa Ramadhan, atau
tidak tahu haramnya makan atau berjima (bersetubuh) di siang
Ramadhan, Jumhur Ulama (kebanyakan ulama) menganggapnya
sebagai uzur, itu pun bila sebab kebodohan/ketidaktahuannya
memang dapat dimaklumi (tinggal di pedalaman misalnya–
pent). Adapun orang yang tinggal di tengah-tengah kaum
muslimin dan sangat mungkin baginya bertanya dan belajar,
maka tidak ada uzur baginya.
70 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
tetap, seperti: petugas pos, supir mobil sewa, awak pesawat dan
para pegawai. Sekalipun safar (perjalanan) mereka setiap hari.
Wajib bagi mereka mengqodho (mengganti puasa yang ditinggal).
Demikian pula para pelaut yang memiliki tempat tinggal di
darat.
Jika musafir tiba di tempat tujuan siang hari, lebih terjaga jika
dia imsak (menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang
dilarang ketika berpuasa) sebagai penghormatan terhadap
bulan Ramadhan. Tetapi wajib baginya mengqodho
(mengganti), baik ia imsak ataupun tidak.
Jika mulai puasa di negerinya, kemudian bersafar ke negeri lain
yang puasanya dimulai sebelum atau sesudahnya, maka
hukumnya mengikuti negeri yang dia datangi.
c. Puasa orang yang sakit
Setiap penyakit yang menyebabkan seseorang keluar dari batas
sehat boleh berbuka puasa. Adapun sesuatu yang ringan seperti
pilek atau sakit kepala, tidak boleh berbuka karenanya. Jika
menurut dokter atau dia mengetahui dan amat yakin jika
berpuasa justru akan menyebabkan sakit atau memperparah
penyakitnya atau menunda kesembuhan penyakitnya, boleh
baginya berbuka, bahkan makruh baginya berpuasa
Jika puasa dapat menyebabkan pingsan, boleh berbuka dan
wajib menggantinya. Jika tersadar sebelum matahari tenggelam
atau setelahnya, maka puasanya sah jika pagi harinya dia
berpuasa. Jika pingsannya sejak fajar sampai magrib, Jumhur
Ulama berpendapat puasanya tidak sah. Sedangkan qodho
(mengganti puasa) bagi yang pingsan, menurut Jumhur Ulama
adalah wajib, sekalipun pingsannya berlangsung lama.
Bila lapar dan haus yang sangat membuatnya kelelahan dan
dikhawatirkan dapat membinasakan atau merusak indranya
secara yakin, bukan wahm (dugaan), maka boleh berbuka, dan ia
harus mengganti puasanya. Pekerja berat tidak boleh berbuka,
kecuali jika puasa memudaratkan aktifitasnya dan
dikhawatirkan akan membahayakan dirinya, ia boleh berbuka
71 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
dan mengganti puasanya. Ujian sekolah bukanlah uzur yang
dibolehkan untuk berbuka.
Penyakit yang dapat sembuh, ditunggu kesembuhannya
kemudian mengqhodo (mengganti puasanya). Tidak boleh
diganti dengan ith'âm (memberi makan). Bila penyakitnya
kronis dan sulit sembuh, demikian pula orang tua yang sudah
lemah, mengganti puasanya dengan memberi makan orang
miskin setiap harinya setengah sho' (kurang lebih 1-1,5 kg ) dari
makanan pokok negerinya.
Siapa yang sakit kemudian sembuh dan mampu berpuasa tetapi
tidak mengqodho (mengganti puasa yang tertinggal semasa
sakit) hingga meninggal dunia, menggantinya dengan memberi
makan satu orang miskin dari hari yang tidak dipuasainya yang
dikeluarkan dari hartanya. Jika salah seorang dari keluarganya
berkenan berpuasa untuknya hal itu sah.
d. Puasa orang tua, lemah dan pikun
Orang tua yang sudah hilang kekuatannya tidak diharuskan
berpuasa. Ia boleh berbuka jika puasa membebani dan
memberatkannya. Adapun yang sudah tidak bisa membedakan
dan sampai pada batasan pikun, tidak wajib baginya atau
keluarganya sesuatu pun karena sudah tidak ada kewajiban
atasnya.
Siapa yang memerangi dan mengepung musuh di negerinya dan
puasa membuatnya lemah dalam berperang, boleh baginya
berbuka sekalipun tanpa safar. Jika berbuka dibutuhkan
sebelum perang, dia boleh berbuka.
Jika sebab berbukanya lahiriah, seperti sakit, tidak mengapa
berbuka terang-terangan. Siapa yang sebab berbukanya tidak
lahiriah seperti haid, yang utama baginya berbuka dengan tidak
terang-terangan, menghindari tuduhan/prasangka.
e. Niat puasa
Disyaratkan niat dalam puasa fardhu. Demikian pula puasa
wajib, seperti: qodho (mengganti) dan kafarah (penebusan dosa).
72 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Niat boleh dilakukan di bagian malam manapun sekalipun
sesaat sebelum fajar.
Niatnya tempatnya di dalam hati.
Nafilah mutlak (sunah yang tidak terikat waktunya) tidak
disyaratkan niat di malam harinya. Sedangkan nafilah mu'ayyan
(sunah yang terikat waktunya) yang lebih hati-hati
meniatkannya sejak malam hari.
Siapa yang disyari'atkan untuk berpuasa wajib seperti qodho,
nazar dan kafarah haruslah menyempurnakannya. Tidak boleh
berbuka tanpa uzur. Adapun puasa nafilah/sunah, pengamalnya
memerintah dirinya sendiri, jika berkehendak dapat berpuasa
atau berbuka, sekalipun tanpa uzur.
Bagi seseorang yang tidak tahu akan masuknya bulan
Ramadhan kecuali setelah terbit fajar, diharuskan imsak
(menahan diri dari apa-apa yang membatalkan puasa) di hari
itu. Dia harus mengqodho (mengganti) menurut Jumhur Ulama).
Orang yang di penjara atau dalam tahanan, jika menyaksikan
masuknya bulan Ramadhan atau mengetahui dari pemberitaan
orang yang tepercaya, wajib atasnya berpuasa. Jika tidak, dia
boleh berijtihad untuk dirinya sendiri (menentukan awal bulan
Ramadhan) dan beramal dengan perkiraan kuatnya.
f. Ifthor (berbuka) dan imsak (menahan)
Jika seluruh lingkaran matahari telah tenggelam, orang yang
puasa berbuka. Jangan pedulikan akan adanya cahaya merah
yang tersisa di langit.
Jika terbit fajar, wajib bagi orang yang berpuasa untuk imsak
(menahan) seketika itu juga, sama saja apakah ia telah
mendengar azan ataupun tidak. Adapun berhati-hati dengan
imsak (menahan) sebelum fajar dalam waktu tertentu seperti 10
menit atau yang sepertinya itu adalah bid'ah.
Negeri yang malam dan siangnya 24 jam, bagi kaum muslimin di
sana wajib untuk berpuasa sekalipun siangnya panjang.
g. Pembatal puasa
73 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Pembatal puasa (selain haid dan nifas) tidaklah membatalkan
kecuali dengan 3 syarat:Dia melakukannya dengan pengetahuan
bukan karena jahil, ingat dan tidak lupa, sadar dan tidak
terpaksa atau dipaksa. Di antara pembatal itu adalah: jima
(bersetubuh), menyengaja muntah, haid/nifas, dibekam, makan
dan minum.
Di antara pembatal puasa ada yang semakna dengan makan dan
minum, seperti: obat-obatan dan tablet melalui oral (mulut),
injeksi/infus makanan dan transfusi darah. Sedangkan suntikan
yang tidak mengandung unsur makanan dan minuman, hanya
sekedar pengobatan, tidaklah membatalkan pusa. Cuci darah
tidak membatalkan puasa. Pendapat kuat mengenai suntik
biasa, tetes mata dan telinga, cabut gigi dan pengobatan luka,
semua itu tidaklah membatalkan. Spray penyakit asma juga
tidak membatalkan. Periksa darah tidak membatalkan puasa.
Obat kumur tidak membatalkan puasa selama tidak ditelan.
Pembiusan ketika pengobatan gigi dan rasanya masuk sampai
ditenggorokan tidak membatalkan puasanya.
Siapa yang sengaja makan atau minum pada siang Ramadhan
tanpa uzur, maka dia telah melakukan dosa besar. Wajib
bertobat dan mengganti puasanya.
Jika lupa makan atau minum, hendaknya meneruskan
puasanya, karena sesungguhnya Allahlah yang telah
memberinya makan dan minum. Jika melihat orang lain yang
makan dan minum karena lupa hendaklah mengingatkannya.
Jika dia perlu berbuka demi menolong orang yang dalam
bahaya, boleh baginya berbuka dan mengganti puasanya.
Siapa yang diwajibkan berpuasa, kemudian berjima
(bersetubuh) di siang Ramadhan dengan sengaja dan sadar,
maka dia telah merusak puasanya, wajib bertobat dan
menyempurnakan puasanya hari itu. Dia juga harus mengqodho
74 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
dan menunaikan kafarah mugholazoh69. Demikian juga yang
melakukan zina, sodomi, atau bersetubuh dengan hewan.
Siapa yang hendak berjima (bersetubuh) dengan istrinya dengan
terlebih dahulu membatalkan puasanya dengan makan, maka
maksiatnya lebih besar. Dia telah melecehkan kesucian bulan
dua kali, dengan makan dan bersetubuh. Menunaikan kafarah
mugholazoh lebih ditekankan.
Jika masuk subuh dan dia bangun dalam keadaan junub, hal itu
tidak merusak puasanya. Boleh mengakhirkan mandi junub,
haid dan nifas setelah terbit fajar. Dia harus bersegera mandi
semata karena untuk melakukan shalat.
Jika orang yang puasa tidur kemudian mimpi basah, maka
puasanya tidak batal dan tetap menyelesaikan puasanya.
Siapa yang istimna (onani) di siang Ramadhan dengan sesuatu
yang mungkin baginya untuk tidak melakukannya, seperti
memegang dan mengulang-ulang pandangan, haruslah
bertaubat kepada Allah dan berimsak (menahan) sisa hari itu
dan menggantinya di hari lain.
Siapa yang tiba-tiba muntah tidak harus mengganti puasanya.
Siapa yang sengaja muntah hendaknya mengganti puasanya.
Jika muncul mual seolah akan muntah tetapi kemudian kembali
normal secara sendirinya, puasanya tidak batal. Adapun ludah
dan dahak jika menelannya sebelum sampai kemulutnya,
puasanya tidak batal, tetapi jika dia menelannya setelah sampai
di mulutnya maka puasanya batal. Makruh mencicipi makanan
tanpa hajah.
Apa yang terjadi pada orang yang puasa, seperti luka, mimisan,
masuk ke air, adanya rasa bensin di tenggorokkan karena
mencium baunya tanpa sengaja, tidaklah membatalkan puasa.
Turunnya tetes mata ke tenggorokan, memakai minyak rambut,
memulas kulit dengan hana dan mendapatkan cita rasa baunya
di tenggorokan tidaklah mengapa. Tidak batal puasa karena
69Membebaskan budak, jika tidak ada puasa dua bulan berturut-turut, jika tidak
mampu puasa maka dengan memberi makan 60 orang miskin.
75 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
memakai hinna (pacar kuku), celak, dan minyak rambut.
Demikian pula penggunaan krim pelembab kulit. Tidak
mengapa mencium bau minyak wangi dan bukhur (wewangian
yang dibakar), akan tetapi berhati-hati dari sampainya asap ke
tenggorokan.
Untuk kehati-hatian bagi orang yang puasa adalah tidak
berbekam. Khilaf (beda pendapat) dalam hal ini cukup kuat.
Rokok termasuk pembatal puasa. Ia bukanlah sesuatu yang
dapat dijadikan uzur untuk tidak berpuasa.
Berendam di air dan memakai pakaian basah untuk
mendinginkan tubuh tidak mengapa bagi yang berpuasa.
Jika makan, minum atau jima (bersetubuh) dengan sangkaan
masih malam, lalu sadar bahwa fajar sudah terbit, tidak ada
apa-apa baginya.
Jika berbuka dengan sangkaan matahari telah tenggelam
padahal belum, haruslah mengqodho (mengganti) menurut
Jumhur Ulama (kebanyakan ulama).
Jika terbit fajar sedang di mulutnya masih ada makanan atau
minuman, para ahli fikih telah sepakat untuk mengeluarkannya
dan sah puasanya.70
70 Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah, Nabi -shalallahu alaihi wasallam- bersada:
ًُْعلَى يَدِيِ فَال َيضَ ْعًُ حَتَّى يَ ْقضِيَ حَاجَ َتًُ مِى
َ ُإِذَا سَمِعَ أَحَدُ ُكمْ الىِّدَاءَ ََاإلِوَاء
“Jika salah seorang di antara kalian mendengar kumandang azan sementara wadah makanan masih
ada di tangannya, janganlah meletakkannya hingga selesai dari hajatnya.”
[HR. Ahmad 10910 dan Abu Dawud no. 2352. Disahihkan oleh al-Albani dalam Sahih
Abu Dawud]
Ketika Syaikh bin Baz -rahimahullah- ditanya apakah boleh minum sebelum usainya
azan, beliau menjawab:
Jika orang yang berpuasa tidak mengetahui bahwa itu adalah azan subuh, tetapi
seperti kebiasaan orang-orang yang mengandalkan jam dan penanggalan, tidak
mengapa ia minum. Ia boleh memakan dan meminum apa yang ada di tangannya
meskipun azan berkumandang, karena azan yang dikumandangkan adalah dugaan
masuknya waktu subuh, bukan kepastian subuh. Muazin mengabarkan apa yang dia
lihat di jam atau penanggalan. Bisa jadi waktu subuh sudah benar-benar keluar dan
bisa jadi juga belum. Allah mewajibkan imsak (menahan) dengan tabayun (melihat
lansung). Hendaknya bagi seorang mukmin untuk menjaga agar berhenti dari makan
sahur sebelum fajar atau sebelum azan hingga tidak jatuh dalam subhat (keraguan).
Akan tetapi jika sempat makan sesuatu yang ringan bersamaan dengan azan atau
76 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
h. Hukum berpuasa bagi wanita
Anak perempuan yang baru baligh tetapi karena malu tidak
berpuasa, baginya taubat, mengganti hari yang terlewati dan
memberi makan satu orang miskin setiap harinya sebagai
kafarah (penebus dosa) jika belum menggantinya hingga tiba
Ramadhan berikutnya. Sama halnya dengan hukum wanita
yang tetap berpuasa ketika haid karena malu dan tidak
mengganti puasanya.
Istri tidak boleh berpuasa –selain Ramadhan- ketika suaminya
ada bersamanya, kecuali suaminya mengizinkan. Jika suaminya
sedang bersafar tidak mengapa.
Wanita haid jika melihat lendir putih –cairan putih yang keluar
dari rahim seusai haid- ini diketahui oleh wanita, berarti dia
telah bersih. Hendaknya meniatkan puasa pada malamnya dan
berpuasa setelahnya. Jika masih belum bersih pada waktunya,
diperiksa dengan diusap dengan kapas atau yang sepertinya,
jika bersih hendaknya berpuasa. Wanita haid atau nifas jika
darahnya berhenti pada malam hari kemudian berniat puasa
tetapi belum mandi hingga terbit fajar, menurut mazhab
seluruh ulama puasanya sah.
Wanita yang tahu bahwa haidnya akan datang esok hari,
hendaknya tetap terus dalam niat puasanya dan tidak berbuka
sampai mendapatkan darah.
Yang utama bagi wanita haid adalah tetap pada tabiatnya dan
ridha dengan apa yang telah Allah gariskan atasnya. Hendaknya
tidak memakai apa-apa yang mencegah haid.
Jika wanita hamil mengalami persalinan dan janinnya sudah
berbentuk, maka ia nifas dan tidak berpuasa. Jika janinnya
belum berbentuk, itu adalah mustahadhah (darah penyakit),
atasnya berpuasa jika mampu.
minum ketika azan, yang nampak adalah tidak mengapa jika tidak mengetahui waktu
fajar benar-benar telah terbit.
[Transkripsi dari fatwa Syaikh Abdul Aziz bin Bâz di acara Nûrun Ala ad-Darb] –
pent.
77 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Wanita nifas jika sudah bersih sebelum 40 hari, berpuasa dan
mandi untuk shalat. Jika melebihi 40 hari hendaknya
meniatkan puasa dan mandi. Darah yang masih keluar setelah
40 hari dianggap istihadhah (darah penyakit).
Darah istihadhah (darah penyakit) tidak berpengaruh pada
keabsahan puasa.
Pendapat yang kuat adalah mengkiaskan wanita hamil dan
menyusui dengan orang sakit; boleh berbuka dan tidak ada
kewajiban atasnya selain qodho (mengganti). Sama saja apakah
khawatir akan dirinya atau anaknya.
Wanita yang wajib berpuasa, jika disetubuhi oleh suaminya
pada siang Ramadhan dengan keridhaannya, maka hukumnya
sama seperti hukum suaminya. Adapun jika dipaksa, atasnya
berusaha menolak dan tidak ada kafarah baginya.71
5. Kesalahan-Kesalahan Dalam Berpuasa
Banyak kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh orang yang sedang
menunaikan ibadah puasa, baik yang disadari atau tiadak. Diantara
kesalahan itu adalah :
Menyia-nyiakan waktu di bulan Ramadhan
Bulan ramadhan adalah bulan yang mulia, yang di dalamnya banyak
keutamaan-keutamaan. Namun sangat disayangkan, kebanyakan orang
tidak meresponya dengan amal kebaikan. Bahkan justeru sebaliknya,
ramadhan diisi dengan amalan sia-sia. Padahal semua itu akan
dipertanggungjawabkan kelak. Rasulullah shallallahu ‗alaihi wasallam
bersabda :‖ Tidak akan melangkah dua kaki seorang hamba pada hari
kiamat sehingga dia akan ditanya tentang umurnya di manakah dia
manfaatkan, tentang ilmunya apakah yang telah diperbuatnya, tentang
hartanya dari mankah dia dapatkan dan ke manakah disalurkan dan
tentang badannya pada apakah dipergunakan".72 Dalam hadist yang lain
Rasulullah mengingatkan orang yang rugi, karena menyia-nyiakan
kesempatan di bulan ramadhan, sehingga selesairamadhan, ia tidak
mendapatkan apa-apa. Rasulullah saw bersabda :
Perjajian antara kami dengan mereka adalah shalat, barangsiapa yang meninggalkan
shalat sungguh dia telah kafir. (HR. An-Nasai, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah
dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)
Tidak meninggalakan perkataan dusta dan ghibah. Tentang
kesalahan ini Rasulullah Shalallahu ‗alaihi wasallam bersabda :
79 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
tuma‘ninah, belum sempurna dari satu gerakakn sudah pindah
pada gerakan shalat yang lainnya. Lalu Rasulullah shallallah
‗alaihi wasallam menyuruh untuk mengulang shalatnya. Orang
yang shalat wajib untuk menyempurnakan gerakan shalatnya,
tuma‘ninah dalam ruku, sujud dan gerkan shalat lainnya.
Rasulullah shallallah ‗alaihi wasallam bersabda :
Wahai sekalian muslim, tidak ada shalat bagi orang yang tidak meluruskan tulang
punggunya ketika ruku dan sujud. (HR. Ibnu Abi Syaibah, Ibnu Majah dan
Ahmad)
Berlebih-lebihan dalam makan dan minum
73 - Syamsuddin Arif, Puasa: Tazkiyatun Nafs dan Jasad, Jurnal pemikiran Islam,
Islamia, (Insists-Republika) edisi 19 Juli 2012
80 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
ditetapkan dalam syariat Islam (yakni preskripsi al-Qur‘an dan tradisi
Rasulullah) dianggap nihil.
Ditilik dari sudut semantik, lafaz ‗shiyam‘ yang dipakai al-Qur‘an
untuk ‗puasa‘ asalnya mengandung arti bertahan atau menahan diri, dari
kata kerja reflexif: shama–yashumu. Namun, dalam konteks syariat
Islam, puasa (shiyam) yang dimaksud ialah menahan diri dari makan-
minum dan kegiatan seksual sejak terbit fajar hingga terbenam matahari,
dengan niat ibadah kepada Allah tentunya. Khusus di bulan suci
Ramadhan, puasa merupakan kemestian perorangan (fardhu ‗ayn) setiap
individu yang berakal dan tumbuh dewasa, dengan beberapa
pengecualian yang diuraikan detilnya dalam buku-buku fikih. Di luar
bulan suci Ramadhan, kaum Muslim juga dibolehkan dan dianjurkan
berpuasa secara suka rela (tathawwu‗) berdasarkan petunjuk Rasulullah
saw, disamping puasa denda dan kompensasi (qadha) sesuai dengan
aturan yang berlaku.
a. Multifungsi Puasa
Seperti halnya yang lain, puasa adalah ibadah multifungsi dan
multidimensi.
Yang pertama boleh kita namakan fungsi konfirmatif.
Jangan mengaku orang Islam dan beriman kalau tidak
puasa di bulan suci Ramadhan tanpa alasan yang
dibenarkan. Berpuasa merupakan bukti pengukuh
keislaman dan keimanan anda.
Kedua, fungsi purifikatif. Orang yang berpuasa
sesungguhnya mensucikan dirinya . Puasa adalah
instrumen pembersih kotoran-kotoran jiwa, seperti
halnya shalat. Orang yang berpuasa tidak hanya menolak
yang haram dan menjauhi yang belum-tentu-halal dan
belum-tentu-haram. Jangankan yang syubhat dan yang
haram, sedangkan yang jelas halal pun tak dijamahnya.
Puasa berfungsi mematahkan dua syahwat sekaligus:
yakni syahwat perut dan syahwat kemaluan. Demikian
kata Imam ar-Razi dalam kitab tafsirnya (Mafatih al-
Ghayb, cetakan Darul Fikr Lebanon 1426/2005, juz 4, jilid
2, hlm. 68). Syah Waliyyullah ad-Dihlawi menambahkan:
81 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
puasa itu ibarat tiryaq penawar bagi racun-racun syaitan,
semacam detoxifikasi spiritual. Dengan puasa anda
memukul naluri kebinatangan (al-bahimiyyah) yang
mungkin selama ini menguasai diri anda. Puasa sejati
melumpuhkan syaitan dan membuka gerbang malakut
(Hujjatullah al-Balighah, cetakan Kairo 1355 H, juz 1, hlm.
48-50). Itulah sebabnya mengapa dalam suatu riwayat
disebutkan bahwa mereka yang berhasil menamatkan
puasa sebulan Ramadhan disertai iman dan pengharapan
bakal dihapus dosa-dosanya sehingga kembali suci fitri
bagaikan bayi baru dilahirkan dari rahim ibunya.
Ketiga, fungsi iluminatif. Para awliya‘ dan orang-orang
shaleh diketahui amat suka berpuasa karena, seperti
dituturkan oleh Syekh Abdul Wahhab as-Sya‗rani dalam
kitabnya, mereka justru memperoleh pencerahan batin
(ghayat an-nuraniyyah) dan peneguhan rohani serta
berbagai kebajikan yang berlimpah tatkala mereka
berpuasa (Tanbih al-Mughtarrin, cetakan Damaskus hlm.
55). Hal karena puasa menaikkan status mereka ke derajat
malaikat yang penuh taat dan hampa maksiat. Hasilnya
semakin dekat mereka kepada Allah, sumber hakiki segala
ilmu dan hikmah manusia. Puasa menjernihkan ruang
komunikasi spiritual antara alam nasut dengan alam
malakut. Di saat berpuasa, sinyal-sinyal makrifat akan
lebih jelas, lebih mudah dan lebih banyak dapat
ditangkap.
Keempat,fungsi preservatif. Selain mensucikan jiwa dan
mencerahkan nurani, ibadah puasa juga berdampak
positif terhadap kesehatan tubuh kita. Sebuah hadis yang
disandarkan kepada Rasulullah menyatakan:
―Berpuasalah, niscaya anda sehat‖ (shumu, tashihhu),
riwayat Imam at-Thabarani dari Abi Hurayrah r.a. dan Ibn
‗Adiyy dari Sayyidina ‗Ali dan Ibn ‗Abbas r.a. Meskipun
jalur transmisi hadis ini masih diperdebatkan, kebenaran
matan atau isinya sudah banyak dibuktikan secara medis.
82 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Kalau kita makan tiga kali sehari maka rata-rata tiap 8
jam lambung kita mendapat tugas baru. Padahal makanan
di ditampung dan dicerna oleh lambung selama 4 jam,
diolah sampai diserap oleh usus selama 4 jam. Ini berarti
perut kita terus-menerus bekerja tanpa istirahat sama
sekali. Nah, puasa memberikan interval waktu bagi organ-
organ pencernaan tersebut untuk merenovasi sel-sel yang
rusak dan memberikan kesempatan energi tubuh
memenuhi kebutuhan organ-organ lainnya. Benarlah
sabda Rasulullah: ―Segala sesuatu ada zakatnya. Zakatnya
tubuh adalah puasa (li-kulli syay‘in zakah, wa zakatul
jasad as-shawmu)‖, hadis riwayat Imam Ibn Majah dari
Abi Hurayrah r.a. (no. 1745). Bukankah zakat itu makna
dasarnya bersih dan tumbuh, sehingga puasa berarti
tazkiyatun nafs plus tazkiyatul jasad.
Penelitian mutakhir Hari Basuki dan Dwi Prijatmoko (2005) dari
FKG Universitas Jember menyimpulkan bahwa puasa selama bulan
Ramadhan dapat menurunkan risiko kardiovaskuler melalui perubahan
komposisi tubuh, tekanan darah dan plasma kolesterol. Tidak ada yang
perlu dikhawatirkan dari puasa walaupun di musim panas yang waktu
siangnya lebih panjang dari dari waktu malam, seperti di Eropa atau
Australia. Sebagaimana ditegaskan A. J. Carlson, Profesor Fisiologi di
Universitas Chicago Amerika Serikat, seorang manusia normal yang
sehat bisa bertahan hidup 50 hingga 75 hari tanpa makanan, asalkan
tidak terkena unsur-unsur toksik dan atau tekanan emosi. Cadangan
lemak dalam tubuh manusia diyakini lebih dari cukup untuk
memberinya tenaga untuk bekerja selama beberapa minggu.
Di atas itu semua, puasa merupakan ibadah transformatif. Puasa
sebagaimana disyariatkan niscaya mengubah diri anda menjadi orang
bertaqwa. La‗allakum tattaqun, firman Allah dalam kitab suci al-Qur‘an
(2:183). Kalau latihan militer bisa mengubah seseorang yang asalnya
lemah lembut lagi penuh kasih sayang menjadi keras dan bengis tak
mengenal belas kasihan, maka latihan Ramadhan dapat mengubah
seseorang yang tadinya fasiq (banyak melanggar hukum Allah) atau
munafiq menjadi shaleh dan bertaqwa kepada Allah. Dan ini logis kalau
83 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
kita ingat bahwa puasa itu merupakan ibadah rahasia, bukan ibadah
publik yang dapat disaksikan oleh orang lain seperti halnya sholat, zakat
dan haji. Hanya Allah dan kita sendiri sebagai pelakunya yang
mengetahui apakah kita berpuasa ataukah tidak.
Dampak transformatif ini juga terkait dengan kecerdasan emosi.
Daniel J. Goleman (1995) mengutip penelitian seorang psikolog terhadap
sejumlah anak-anak TK usia 4 tahun. Anak-anak ini dipanggil satu per
satu oleh guru mereka ke dalam sebuah ruangan dan disuguhkan
sepotong kue lezat di atas meja. Sang guru berkata: ―Bu Guru akan keluar
sebentar dan kamu boleh makan kue ini, tetapi kalau kamu tunggu
beberapa menit sampai Bu Guru datang, kamu akan dapat dua
(ditambah sepotong lagi).‖ Empat belas tahun kemudian, setamatnya
mereka dari sekolah menengah, anak-anak yang dulunya langsung
makan kue tersebut ditemukan rendah prestasinya, labil emosinya,
cenderung suka bertengkar dan sulit mencapai target yang dikehendaki,
sementara mereka yang sabar menunggu sampai Bu Guru datang dan
karenanya mendapat imbalan dua potong kue, ditemukan lebih baik
prestasinya, mempunyai emosi yang stabil, lebih berdikari dan mampu
mengendalikan diri dalam keadaan tertekan sekalipun. Begitu pula orang
seperti Imam as-Syafi‗i dan para ilmuan hebat lainnya sukses dalam
karirnya berkat banyak puasa.
b. Multidimensi Puasa
Dalam salah satu kitabnya yang terkenal, Imam al-Ghazali
menguraikan beberapa dimensi puasa yang baik diketahui jika kita
menghendaki hasil optimal sebagaimana tersebut di atas, dan bukan
sekadar hasil minimal yaitu gugurnya kewajiban dan tetapnya identitas
diri sebagai mukmin-muslim. Menurutnya, ada tiga dimensi puasa.
Pertama, dimensi eksoterik, dimana anda menahan diri dari
makan-minum dan kegiatan seksual. Beliau menyebutnya shawm
al-bathn wa l-farj. Dimensi ini penting karena menjadi syarat
minimal puasa.
Kedua, dimensi semi-esoterik, dimana seseorang itu tidak hanya
berpuasa perut dan kemaluannya, tetapi juga panca indera dan
anggota badan lainnya. Yakni apabila ia mengunci penglihatan,
84 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
pendengaran, dan kaki tangannya dari segala yang haram dan
syubhat. Imam al-Ghazali mengistilahkannya shawm al-jawarih.
Yang ketiga adalah dimensi esoterik, dimana anda berpuasa total,
mencekik syahwat badaniah dan syahwat batiniah sekaligus.
Namanya shawm al-qalb, yaitu apabila hati dan akal pikiran pun
berpuasa dari pelbagai keinginan, kerinduan, dan harapan kepada
sesuatu dan sesiapa jua melainkan Allah. Menurut Imam al-
Ghazali, seyogyanya puasa kita merangkum tiga dimensi
tersebut.74
Wahai Rasulullah, apakah wanita juga wajib berjihad?” Beliau shallallahu „alaihi wa
sallam menjawab, “Iya. Dia wajib berjihad tanpa ada peperangan di dalamnya, yaitu
dengan haji dan „umroh.(HR. Ibnu Majah)
Menghapus dosa di antara dua umrah. Dari Abu Hurairah, ia
berkata, Rasulullah shallallahu ‗alaihi wa sallam bersabda,
Antara umrah yang satu dan umrah lainnya, itu akan menghapuskan dosa di antara
keduanya. Dan haji mabrur tidak ada balasannya melainkan surga. (HR. Bukhari
no. 1773 dan Muslim no. 1349)
Umrah menghilangkan kefakiran dan menghapus dosa. Dari
Abdullah, Rasulullah shallallahu ‗alaihi wa sallam bersabda,
86 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Ikutkanlah umrah kepada haji, karena keduanya menghilangkan kemiskinan dan
dosa-dosa sebagaimana pembakaran menghilangkan karat pada besi, emas, dan
perak. Sementara tidak ada pahala bagi haji yang mabrur kecuali surga.(HR. An
Nasai)
2. Keutamaan Ibadah Haji
Keutamaan haji banyak disebutkan dalam Al Qur‘an dan As Sunnah.
Berikut beberapa di antaranya:
Haji merupakan amalan yang paling afdhol. Dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‗anhu, ia berkata,
»
Nabi shallallahu „alaihi wa sallam ditanya, “Amalan apa yang paling afdhol?” Beliau
shallallahu „alaihi wa sallam menjawab, “Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.” Ada
yang bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau shallallahu „alaihi wa sallam
menjawab, “Jihad di jalan Allah.” Ada yang bertanya kembali, “Kemudian apa lagi?”
“Haji mabrur”, jawab Nabi shallallahu „alaihi wa sallam.(HR. Bukhari no. 1519)
Jika ibadah haji tidak bercampur dengan dosa (syirik dan
maksiat), maka balasannya adalah surge. Dari Abu Hurairah,
Rasulullah shallallahu ‗alaihi wa sallam bersabda,
Dan haji mabrur tidak ada balasan yang pantas baginya selain surga. (HR. Bukhari
no. 1773 dan Muslim no. 1349)
Haji termasuk jihad fii sabilillah (jihad di jalan Allah). Dari
‗Aisyah radhiyallahu ‗anha, ia berkata,
87 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Wahai Rasulullah, kami memandang bahwa jihad adalah amalan yang paling afdhol.
Apakah berarti kami harus berjihad?” “Tidak. Jihad yang paling utama adalah haji
mabrur”, jawab Nabi shallallahu „alaihi wa sallam. (HR. Bukhari no. 1520)
Haji akan menghapuskan kesalahaan dan dosa-dosa. Dari Abu
Hurairah, ia berkata bahwa ia mendengar Nabi shallallahu ‗alaihi
wa sallam bersabda,
Siapa yang berhaji ke Ka‟bah lalu tidak berkata-kata seronok dan tidak berbuat
kefasikan maka dia pulang ke negerinya sebagaimana ketika dilahirkan oleh ibunya.
(HR. Bukhari no. 1521).
Haji akan menghilangkan kefakiran dan dosa. Dari Abdullah bin
Mas‘ud, Rasulullah shallallahu ‗alaihi wa sallam bersabda,
Orang yang berperang di jalan Allah, orang yang berhaji serta berumroh adalah
tamu-tamu Allah. Allah memanggil mereka, mereka pun memenuhi panggilan. Oleh
karena itu, jika mereka meminta kepada Allah pasti akan Allah beri.(HR. Ibnu
Majah no 2893)
3. Alternatif Ibadah Haji
88 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Dalam melakukan ibadah haji terdapat tiga cara, yaitu: Tamattu,
Qiran dan Ifrad.
Haji Tamattu‘ ialah berihram untuk umrah pada bulan-bulan
haji (Syawwal, Dzulqaidah dan sepuluh hari pertama bulan
Dzulhijjah), dan diselesaikan umrahnya pada waktu-waktu
itu. Kemudian berihram untuk haji dari Mekkah atau
sekitarnya pada hari Tarwiyah (tgl. 8 Dzulhijjah) pada tahun
umrahnya tersebut.
Haji Qiran ialah, berihram untuk umrah dan haji sekaligus,
dan terus berihram (tidak tahallul) kecuali pada hari nahr (tgl.
10 Dzulhijjah). Atau berihram untuk umrah terlebih dahulu,
kemudian sebelum melakukan thawaf umrah memasukkan
niat haji.
Haji Ifrad ialah, berihram untuk haji dari miqat atau dari
Mekkah bagi penduduk Mekkah, atau dari tempat lain di
daerah miqat bagi yang tinggal disitu, kemudian tetap dalam
keadaan ihramnya sampai hari nahr, selanjutnya melakukan
thawaf, sa‘i, mencukur rambut dan bertahallul.
Ibadah haji yang lebih utama ialah haji Tamattu‘, karena Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan hal itu dan menekankannya
kepada para shahabat.
4. Cara Melaksanakan Umrah75
Apabila telah sampai di miqat, maka mandi dan memakai wangi-
wangian jika hal itu memungkinkan, kemudian memakai pakaian
ihram (sarung dan selendang), lebih utama berwarna putih. Bagi
wanita boleh mengenakan pakaian yang ia sukai, asal tidak
menampakkan perhiasan. Setelah itu berniat ihram untuk umrah
seraya mengucapkan:
75 - Lihat Bimbingan Haji dan Umrah, Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah
89 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Kusambut panggilan-Mu untuk melaksanakan umrah. Kusambut panggilan-
Mu yaa Allah, ku sambut panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, ku sambut
panggilan-Mu, sesungguhnya segala puji, nikmat, dan kerajaan adalah milik-
Mu, tiada sekutu bagi-Mu .
Bagi kaum pria hendaknya mengucapkan talbiah ini dengan suara
keras, sedangkan bagi wanita hendaknya mengucapkannya
dengan suara pelan.
Kemudian memperbanyak membaca talbiyah, dzikir dan istighfar
serta menganjurkan berbuat baik dan mencegah kemunkaran.
Apabila telah sampai di Mekkah, maka thawaf di Ka‘bah
sebanyak tujuh putaran, mulai dari Hajar Aswad sambil bertakbir
dan selesai di Hajar Aswad pula. Disunahkan zikir serta doa yang
kehendaki. Antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad sebaiknya
membaca:
Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat,
dan lindungilah kami dari siksa api neraka .
Kemudian setelah thawaf, shalat dua rakaat di belakang maqam
Ibrahim walaupun agak jauh dari tempat tersebut jika hal itu
mungkin, jika tidak mungkin, maka dlakukan di tempat lain di
dalam masjid.
Kemudian keluar menuju Safa dan naik ke atasnya sambil
menghadap Ka‘bah, kemudian membaca tahmid serta takbir tiga
kali sambil mengangkat kedua tangan, membaca doa dan
mengulanginya setiap doa tiga kali sesuai sunnah Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu ucapkanlah:
90 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Tiada Tuhan yang patut disembah selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu
bagi-Nya, hanya bagi-Nya segala kerajaan dan hanya bagi-Nya segala puji,
Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tiada Tuhan yang patut disembah
selain Allah Yang Maha Esa, yang menepati janji-Nya dan memenangkan
hamba-Nya serta telah menghancurkan golongan kafir sendirian
Kemudian melakukan sa‘i umroh sebanyak tujuh kali putaran
dengan berjalan cepat di antara tanda hijau dan berjalan biasa
sebelum dan sesudah tanda tersebut, kemudian naik ke atas
Marwa, lalu bacalah takbir dan tahmid tiga kali apabila mungkin
sebagaimana yang anda lakukan di Safa.
Dalam thawaf ataupun Sa‘i, tidak ada bacaan zikir wajib yang
khusus untuk itu. Akan tetapi dibolehkan bagi yang melakukan
thawaf atau sa‘i untuk membaca zikir dan do‘a atau bacaan Al
Quran yang mudah baginya, dengan mengutamakan bacaan-
bacaan zikir dan doa yang bersumber dari tuntunan Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam.
5. Bila telah selesai melakukan sa‘i, maka mencukur dengan bersih
(gundul) atau cukup memendekkannya. Dengan demikian
selesailah rangkaian umrah dan selanjutnya diperbolehkan
melakukan hal-hal yang tadinya menjadi larangan ihram. Apabila
kita melakukan haji Tamattu, maka wajib bagi menyembelih
hewan pada hari Nahr, yaitu seekor kambing atau sepertujuh
onta/sapi, jika tidak mendapatkannya, maka wajib melakukan
puasa sepuluh hari; tiga hari di waktu haji, dan tujuh hari setelah
pulang ke tanah air.
6. Cara Melaksanakan Haji
a. Hari Tarwiyah (Tanggal delapan Dzul Hijjah)
* Amalan yang dilakukan :
91 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
2. Disunnahkan bagi yang hajinya tamattu' untuk ihram haji
sebelum tergelincir matahari.
3. Niat ihram untuk haji dengan mengucapkan: Labbaika Hajjan (Ya
Allah aku sambut panggilan-Mu untuk menunaikan ibadah haji).
Jika ia khawatir ada halangan untuk menyempurnakan hajinya,
maka hendaklah ia mengucapkan syarat :
Jika aku terhalang oleh sesuatu, maka tempat tahallulku adalah di tempat
aku terhalangi
92 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
1. Menuju Arafah setelah terbitnya matahari pada tanggal sembilan
Dzul Hijjah.
2. Tinggal sementara di Masjid Namirah hingga tergelincirnya
matahari jika hal ini mudah dilakukan. Jika tidak, maka tidak
mengapa, karena hukumnya adalah sunnah.
3. Shalat Dzuhur dan Ashar secara jamak dan qashar (jamak
takdim) seperti yang dilakukan Nabi agar tersedia banyak
waktu untuk berada di Arafah dan berdoa.
4. Disunnahkan bagi jamaah haji ketika di Padang Arafah untuk
bersungguh-sungguh dalam dzikir, berdoa dan merendahkan diri
pada Allah Ta'ala. Ketika berdoa, hendaklah mengangkat kedua
tangan. Jika ia bertalbiyah atau membaca Al-Qur'an maka itu juga
baik.
5. Berada di Padang Arafah hingga terbenamnya matahari.
6. Berbuat kebaikan pada sesama jamaah haji dengan memberikan
minuman dan membagi makanan.
c. Malam Muzdalifah
* Amalan yang dilakukan:
93 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
melakukan Shalat Fajar, kemudian menuju Masy'aril haram76 lalu
mengesakan Allah dan bertakbir dan berdoa apa yang ia inginkan
sampai langit terlihat kuning sekali. Jika tidak mudah baginya
menuju Masy'aril Haram, maka hendaklah ia berdoa di tempatnya.
Berdasarkan sabda nabi saw : "Aku berada di sini dan Muzdalifah
seluruhnya adalah mauqif".
d. Hari Kurban (tanggal sepuluh Dzul Hijjah)
* Amalan yang dilakukan:
Allah Maha Besar, Ya Allah, ini adalah dari Engkau dan untuk-Mu, dengan
menyebut nama Allah
Hendaknya mengarahkan (hewan yang disembelih) ke arah
kiblat.
76Yang dimaksud adalah Quzah, yaitu gunung yang sangat terkenal di Muzdalifah.
Hadits ini merupakan hujjah/alasan para ulama fikih bahwa Masy'ar il Haram adalah
Quzah. Jumhur ulama tafsir dan sejarah serta ulama hadits berkata: Masy'aril Haram
adalah seluruh wilayah Muzdalifah. Lihat Syarah Muslim oleh Imam Nawawi
rahimahullah.
94 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
5. Jika sudah selesai menyembelih, menggundul rambut atau
memendekkannya. Menggundul adalah lebih utama. Tidak
cukup hanya memendekkan sebagian rambut kepala, bahkan
mesti meratakannya seperti halnya menggundul. Adapun bagi
wanita, memendekkan (ujung rambut) sebesar ujung jari.
6. Setelah melempar Jumrah 'Aqabah dan menggundul atau
memendekkan rambut, dibolehkan bagi orang yang sedang ihram
melakukan apa saja kecuali berhubungan badan dengan istri.
Inilah yang dinamakan tahallul awwal.
7. Disunnahkan setelah tahallul awal, untuk membersihkan diri,
memakai wewangian dan menuju ke Mekkah untuk melakukan
Thawaf Ifadhah. Thawaf ini dinamakan (Thawaf Ziarah) yang
merupakan rukun yang tidak sempurna haji melainkan
dengannya. Setelah itu maka dihalalkan melakukan semuanya
termasuk berjima' (dengan istri).
8. Sa'i antara Shafa dan Marwah bagi jamaah haji yang tamattu',
ifrad dan qiran dan belum thawaf qudum.
9. Jika ia mendahulukan kurban sebelum lempar jumrah atau
mencukur rambut, maka hal itu dibolehkan, walaupun yang
lebih utama adalah melempar, kemudian menyembelih, lalu
mencukur rambut dan thawaf.
e. Hari-hari Tasyriq (Tanggal 11, 12, 13 Dzul Hijjah)
* Amalan yang dilakukan :
1. Para jamaah haji kembali menuju Mina pada Hari Raya setelah
thawaf dan sa'i. Mereka tinggal di sana sampai selesai hari-hari
tasyriq dan malam-malamnya. Bagi mereka yang hendak
meninggalkan Mina pada tanggal dua belas, maka wajib baginya
menginap malam sebelas dan malam dua belas. Adapun malam
tiga belas bagi mereka yang ingin tetap tinggal.
2. Melempar jumrah yang tiga, dimulai dari jumrah yang kecil
(Sughra), sedang(Wustha) kemudian yang besar (Aqabah).
Melempar pada setiap jumrah tujuh kerikil secara berurutan dan
bertakbir pada setiap lemparan. Lempar jumrah dilakukan
setelah tergelincirnya matahari.
95 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
3. Disunnahkan setelah melempar untuk ke samping kanan dan
menghadap kiblat lalu berdoa dalam waktu yang lama sambil
mengangkat kedua tangan. Ini dilakukan di Jumrah Sughra
(kecil) dan Wustha (tengah). Dan tidak dilakukan di Jumrah
'Aqabah.
4. Thawaf Wada', inilah amalan haji yang terakhir.
5. Memanfaatkan hari-hari (haji) dalam rangka ketaatan pada Allah
yaitu dengan membaca Al-Qur'an, dzikir dan takbir dll.
7. Kewajiban-Kewajiban Bagi Yang Sedang Ihram
Diwajibkan bagi yang sedang berihram untuk haji dan umrah hal-hal
berikut:
Melaksanakan apa yang diwajibkan Allah kepadanya, seperti
kewajiban shalat pada waktunya secara berjamaah.
Menjauhi apa yang dilarang Allah, berupa: rafats (berkata
buruk, bercumbu mesra dengan istri), fusuq (melanggar
perintah agama), jidal (berbantah-bantahan) dan perbuatan
maksiat lainnya.
Menghindari ucapan atau perbutan yang mengganggu dan
menyakiti sesama muslim.
Menjauhi larangan-larangan ihram, yaitu:
a. Mencabut rambut atau memotong kuku. Sedangkan bila
rambut atau kuku itu lepas dengan tidak disengaja di saat
Ihram, maka ia tidak dikenakan denda apa-apa.
b. Mempergunakan wangi-wangian di badannya atau
pakaiannya, begitu juga pada makanan dan minumannya.
Adapun jika ada sisa wangi-wangian yang ia pergunakan
saat sebelum ihram, maka tak mengapa.
c. Membunuh binatang buruan atau menghalaunya, atau
membantu orang yang berburu, selagi ia masih dalam
keadaan ihram.
d. Memotong pepohonan atau mencabut tanaman yang
masih hijau di tanah haram, begitu juga memungut barang
96 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
temuan, kecuali jika bermaksud untuk
mengumumkannya, karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam melarang semua perbuatan tersebut. Larangan-
larangan ini berlaku pula bagi yang tidak berihram.
e. Meminang atau melangsungkan akad nikah, baik untuk
dirinya maupun untuk orang lain, begitu juga
mengadakan hubungan dengan istri atau menjamahnya
dengan syahwat selama ia dalam keadaan ihram.
Larangan-larangan tersebut di atas berlaku bagi pria dan wanita.
Khusus bagi pria ada larangan-larangan sebagai berikut:
a. Mengenakan tutup kepala yang melekat. Adapun
menggunakan payung atau berteduh di bawah atap
kendaraan, atau membawa barang-barang di atas kepala,
tidaklah mengapa.
b. Memakai kemeja dan semacamnya yang berjahit untuk
menutupi seluruh badan atau sebagiannya, begitu juga
jubah, sorban, celana dan sepatu, kecuali jika tidak
mendapatkan sarung lalu dia memakai celana, atau tidak
mendapatkan sandal kemudian mengenakan sepatu, maka
tak mengapa baginya.
Sedangkan bagi wanita diharamkan saat ihram untuk menggunakan
sarung tangan dan menutup mukanya dengan cadar atau kerudung.
Tetapi bila ia berhadapan muka dengan kaum pria yang bukan mahram,
maka ia wajib menutup mukanya dengan kerudung atau semacamnya,
sebagaimana kalau ia tidak dalam ihram.
Apabila seseorang yang berihram mengenakan pakaian yang berjahit,
atau menutup kepalanya, atau mempergunakan wangi-wangian, atau
mencabut rambutnya, atau memotong kukunya karena lupa atau tidak
mengetahui hukumnya, maka ia tidak dikenakan fidyah. Dan hendaklah
segera ia menghentikan perbuatan-perbuatan tadi di saat ia ingat atau
mengetahui hukumnya.
97 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Bagi yang sedang berihram, boleh mengenakan sandal, cincin,
kacamata, alat bantu pendengaran (earphone), jam tangan, ikat pinggang
biasa, ikat pinggang bersaku untuk menyimpan uang dan surat-surat.
Diperbolehkan menggganti pakaian ihram dan mencucinya, serta
mandi dan membasuh kepala. Apabila lantaran mandi dan membasuh
tadi terdapat rambut yang rontok tanpa disengaja, maka ia tak
dikenakan apa-apa, begitu juga halnya bila ia terkena luka.
8. Berziarah ke Masjid Nabawi
Disunnahkan bagi anda pergi ke Madinah kapan saja, dengan
niat ziarah ke Masjid Nabawi dan shalat di dalamnya. Karena
shalat di Masjid Nabawi lebih baik dari seribu kali shalat di
masjid lain, kecuali Masjidil Haram sebagaimana sabda Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
Ziarah ke Masjid Nabawi ini sama sekali tidak ada
hubungannya dengan ibadah haji, oleh karena itu tidak perlu
berihram maupun membaca talbiyah.
Apabila anda telah sampai di Masjid Nabawi, masuklah
dengan mendahulukan kaki kanan, bacalah:
Bismillahirrahmaanirrahim dan shalawat untuk nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wa sallam dan mohonlah kepada Allah agar Dia
membukakan untuk anda segala pintu rahmat-Nya, dan
bacalah:
Aku berlindung kepada Allah yang Maha Agung kepada wajah-Nya yang
Maha Mulia, dan kepada kekuasaan-Nya Yang Maha Dahulu (qadim),
dari godaan setan yang terkutuk. Ya Allah, bukakanlah bagiku segala
pintu rahmat-Mu
Doa ini juga dianjurkan untuk dibaca setiap masuk masjid-
masjid yang lain.
98 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Setelah memasuki masjid Nabawi, segeralah anda melakukan
shalat tahiyatul masjid. Afdhalnya, shalat ini dilakukan di
Raudhah, jika tak mungkin, lakukanlah di tempat lain di dalam
masjid itu.
Kemudian tujulah makam Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam, dan berdirilah di depannya menghadap ke arahnya,
kemudian ucapkanlah dengan sopan:
99 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
ucapkanlah salam dan berdoa untuk mereka, karena Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menziarahi mereka dan
berdoa untuk mereka, dan beliaupun mengajarkan para
shahabat, apabila mereka berziarah agar mengucapkan:
“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang diketahui, barang siapa yang
menetapkan niatnya dalam bulan-bulan itu untuk mengerjakan haji, maka
tidak boleh rafats, fusuq dan berbantah-bantahan selama mengerjakan haji.”
(QS.Al-Baqarah : 197)
77 - Rafats adalah semua bentuk kekejian dan perkara yang tidak berguna. Termasuk di
dalamnya bersenggama, bercumbu atau membicarakannya, meskipun dengan pasangan
sendiri selama ihram.
78 - Fusuq adalah keluar dari ketaatan kepada Allah, apapun bentuknya. Dengan kata
lain, segala bentuk maksiat adalah fusuq yang dimaksudkan dalam hadits di atas.
80 - Ibnu Rajab al-Hanbali, Lathâiful Ma'ârif Fîma Li Mawâsimil 'Am Minal Wazhâif,
al-Maktabah asy-Syâmilah., 1/68.
MIQOT
Catatan:
1. Miqot ada dua, yaitu miqat zamani dan miqat makani. Miqot zamani yaitu bulan-
bulan haji, mulai dari bulan Syawwal, Dzulqo‘dah, dan Dzulhijjah. Miqot makani
yaitu tempat mulai berihram bagi yang punya niatan haji atau umroh. Ada lima
tempat: (1) Dzulhulaifah (Bir ‗Ali), miqot penduduk Madinah (2) Al Juhfah,
miqot penduduk Syam, (3) Qornul Manazil (As Sailul Kabiir), miqot
penduduk Najed, (4) Yalamlam (As Sa‘diyah), miqot penduduk Yaman, (5)
Dzat ‗Irqin (Adh Dhoribah), miqot pendudk Irak. Itulah miqot bagi penduduk
daerah tersebut dan yang melewati miqot itu.
2. Penduduk Makkah yang ingin berihram haji atau umrah, maka hendaklah ia ke
tanah halal, yaitu di luar tanah haram dari arah mana saja.
3. Tidak boleh bagi seseorang yang berhaji atau berumroh melewati miqot tanpa
ihram. Jika melewatinya tanpa ihram, maka wajib kembali ke miqot untuk
berihram. Jika tidak kembali, maka wajib baginya menunaikan dam (fidyah),
namun haji dan umrahnya sah. Jika ia berihram sebelum miqot, maka haji dan
umrahnya sah, namun dinilai makruh.
FIKIH JENAZAH
81 Hadits Shahih, diriwayatkan oleh imam Ahmad, Tirmidzi, Nasai, Ibnu Majah dan
Hakim. Kemudian, hadits ini dianggap shahih oleh imam al Dzahabi.
82 HR. Muslim
83 HR. Muttafaq ‗Alaihi
107 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia
meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-
bapak dan karib kerabatnya secara ma'ruf. (ini adalah)
kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.‖84
Wasiat ini tidak lebih dari sepertiga harta yang hendak
diwariskan. Bahkan, akan lebih baik lagi apabila kurang
dari satu per tiganya. Dalam kitab ―Shahihain‖ dikatakan
bahwa Sa‘ad bin Abi Waqqash berkata: ―Wahai
Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki harta yang
berlimpah. Tidak ada satu-pun yang menjadi pewaris
hartaku. Kecuali, putriku semata wayang. Apakah aku
harus mewasiatkan tiga per dua harta tersebut?‖ Maka,
Rasulullah-pun menjawab: ‗Tentu saja tidak.‖ Kemudian,
Sa‘ad bin Abi Waqqash bertanya lagi: ―Dengan setengah
harta tersebut?‖ Rasulullah-pun menjawab: ‗Bukan‖, Sa‘ad
bertanya lagi: ―Mungkin dengan satu per tiga hartaku?‘
Maka Rasulullah menjawab: ―Ya, satu per tiga. Dan itu-
pun lebih dari banyak.‖ Kemudian, Rasulullah Shallallahu
‗Alaihi Wasallam meneruskan: ―Wahai Sa‘ad, lebih baik
kamu membiarkan ahli warismu dalam keadaan kaya.
Dari pada kamu membiarkan mereka miskin dan
meminta-minta kepada orang lain.‖ Dalam kitab ―Shahih
Bukhari‖ disebutkan bahwasanya Ibnu Abbas
Radhiyallahu ‗Anhuma berkata: ―Seandainya manusia
memberikan kurang dari satu per tiga sampai satu per
empat, maka Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam akan
berkata: ―Satu per tiga. Itu-pun, sudah lebih dari banyak.‖
Wasiat harta tidak berlaku bagi orang yang telah
mendapatkan harta warisan. Rasulullah bersabda:
―Sesungguhnya Allah telah memberikan hak kepada orang
yang berhak mendapatkannya. Oleh karena itu, tidak ada
wasiat bagi orang yang mendapatkan hak waris.‖85
92 HR. Muslim
93 Hadits Hasan yang diriwyatkan Ahmad (5/233) dan Abu Dawud (3116)
94 HR. Muslim dalam kitab: ―Iman‖
95 HR. Muslim
112 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
telah kabur.96 Maka, Rasulullah-pun berkata: ―Ketika ruh
manusia dicabut, maka pandangan mata akan mengikutinya.‖
Seketika itu juga, keluarganya menjerit histeris. Kemudian,
Rasulullah Shallalâhu ‗Alaihi Wasallam melanjutkan kembali
perkataannya: ―Janganlah kalian mendoakan diri kalian, kecuali
dengan yang baik-baik. Karena para malaikat akan mengamini
apa yang kalian ucapkan.‖ Kemudian, Rasulullah melanjutkan
kembali perkataannya: ―Ya Allah, ampunilah Abu Salamah dan
angkatlah derajatnya ke dalam golongan orang-orang yang
mendapatkan petunjuk. Dan ampunilah seluruh dosa yang telah
dilakukannya di masa lalu. Ya Allah, Tuhan semesta alam,
ampunilah kami dan dia. Luaskanlah ia di alam kuburnya dan
berikanlah cahaya di dalamnya.97
b. Kerabat dan keluarga orang yang meninggal hendaknya bersabar
dan rela dengan ketentuan Allah. Menyerahkan segala keputusan
kepada Allah dan kembali kepada kehendak-Nya. Allah
berfirman dalam al Quran: ―Dan sungguh akan Kami berikan
cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang
yang apabila ditimpa musibah. Mereka mengucapkan: "Innaa
lillahi wa innaa ilaihi raaji'uun." Mereka itulah yang mendapatkan
keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya. Dan
mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.‖98
Rasulullah Shallalâhu ‗Alaihi Wasallam bersabda: ―Seorang
muslim yang tertimpa suatu musibah, kemudian berkata:
―Sesungguhnya kami hanya milik Allah dan akan kembali kepada
Allah. Oleh karena itu, berikanlah pahala atas semua musibah
yang aku terima. Dan tinggalkanlah sisi baik dari musibah
96 Dikatakan pandangan orang yang tengah sakaratul maut telah memudar. Artinya,
seseorang yang melihat sesuatu. Akan tetapi, ia tidak terfokus pada pandangannya
tersebut.
97 HR. Muslim
98 QS. Al Baqarah: 155-157
113 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
tersebut. Niscaya Allah akan meninggalkan sisi baik dari musibah
tersebut.‖99
c. Diperbolehkan untuk menangis dalam batas kewajaran, tanpa
menjerit dan berteriak-teriak. Sebagaimana terdapat dalam
hadist Anas Radhiyallahu ‗Anhu, ia berkata: ―Kami masuk ke
rumah Abu Saif100 bersama Rasulullah Shallalâhu ‗Alaihi
Wasallam. Pada saat itu, Rasulullah Shallalâhu ‗Alaihi Wasallam
mengangkat tubuh Ibrahim dan menciumnya. Tidak lama
berselang, kami masuk kembali ke kamarnya dan Ibrahim
menghembuskan nafasnya yang terakhir. Maka, kedua mata
Rasulullah terlihat berkaca-kaca dan mengalirkan air mata.
Abdurrahman bin ‗Auf-pun berkata kepada Rasulullah: ―Wahai
Rasulullah?!‖ Rasulullah menjawab: ―Bin ‗Auf, air ini adalah
rahmat dari Allah.‖ Kemudian, beliau meneruskan: ―Mata akan
mengalirkan air, hati akan melahirkan kesedihan. Dan kita tidak
akan berbicara, kecuali yang diridloi oleh Allah Subhânahu
Wata‘âla. Dan kami akan merasa sedih dengan kepergianmu,
Ibrahim.‖101 Ibnu Bathal dan ulama lainnya berkata: ―Hadits ini
menjelaskan bahwa menangis dan bersedih diperbolehkan oleh
agama. Tentunya, kesedihan yang diwarnai dengan aliran air
mata dan kelembutan hati dan bukan kesedihan yang diwarnai
kemurkaan terhadap keputusan Allah.102
d. Dilarang meratapi Jenazah, dengan merobek-Robek
pakaian,mencakar-cakar wajah, dan lain sebagainya. Dari Ibnu
Mas‘ud Radhiyallahu ‗Anhu, bahwasanya Rasulullah Sallallahu
‗Alaihi Wasallam bersabda: ―Bukan termasuk ke dalam golongan
kami orang-orang yang memukul-mukul pipi, merobek-robek
pakaian dan berdoa dengan doa-doa di zaman Jahiliyyah.‖103
Dalam hadist lain, dari Umar bin Khattab Radhiyallahu ‗Anhu,
bahwasanya Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam bersabda:
99 HR. Muslim
100 Suami pengasuh Ibrahim, putra Rasulullah Saw.
101 HR. Muttafaq ‗Alaihi
102 Lihat: ―Fathul Bari‖ (3/208).
103 Hadits Shahih yang diriwayatkan Abu Dawud dan Baihaqi.
114 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
―Seorang jenazah akan disiksa di dalam kuburnya, hanya karena
ratapan terhadapnya.‖104
e. Memberitahukan Berita Kematian. Hal itu bertujuan untuk
memberitahukan pihak keluarga jenazah, kerabat, sahabat-
sahabatnya dan orang-orang yang sudah selayaknya diberi tahu.
Dengan harapan, semua elemen masyarakat tersebut dapat bahu
membahu dalam mengurus jenazah, mengkafani, menshalatkan
dan mengantarkannya ke tempat peristirahatan terakhir. Karena,
Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam sendiri telah
mengumumkan kematian raja Najasyi pada hari kematiannya
kepada orang-orang. Kemudian, beliau keluar menuju masjid
untuk melaksanakan shalat ghaib bersama masyarakat muslim.
Sebagaimana Rasulullah juga mengumumkan kematian Zaid,
Ja‘far dan Ibnu Rawahah sebelum datangnya berita kematian
mereka dalam peperangan Mu‘tah.105
f. Menyelesaikan Hutang Orang Yang Meninggal. Adapun yang
berkewajiban melunasinya adalah pihak keluarga dan kerabat
terdekat. Pelunasannya diambilkan dari harta si mayit, atau iuran
dari pihak keluarga apabila si mayit tidak meninggalkan harta
sedikit pun. Karena, Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam telah
memberitahukan bahwa seorang jenazah tidak dapat masuk ke
dalam surga hanya karena dirinya memiliki hutang.‖106 Dan
Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam juga pernah tidak mau
menshalatkan seorang jenazah. Sampai hutang-hutangnya
dilunasi. Atau, ada seseorang yang berjanji untuk menyelesaikan
seluruh hutang-hutangnya tersebut.107 Apabila tidak ada satu-
pun orang yang dapat menutupi hutang si jenazah, maka pada
kesempatan ini yang berkewajiban menutup seluruh hutangnya
adalah kas negara —seandainya ia berada dalam wilayah negara
Islam— hal tersebut sesuai dengan sabda Rasulullah Sallallahu
‗Alaihi Wasallam: ―Barang siapa yang meninggalkan harta, maka
108 Yang dimaksud di atas adalah keluarga. Ibnu Atsir mengatakan bahwa asal mula
kalimat (Dhaya‟) adalah (Dha‟a), (Yadhi‟u), (dhaya‟an). Dan kalimat keluarga (al „Iyal)
mempergunakan bentuk infinitif, seperti anda berkata: ―Barang siapa yang mati dan
meninggalkan kemiskinan (faqran). Maka, kalimat kemiskinan (faqran) di sini berarti
orang-orang yang fakit (Fuqara).
109 HR. Muslim dari Jabir Radhiyallahu „Anhu.
110 Yang dimaksud dengan pakaian ‗Ashab adalah: Pakaian yang telah dipintal terlebih
dahulu sebelum ditenun. Dan ‗Ashab itu sendiri merupakan nama tumbuhan yang
tumbuh di Yaman. Dimana tumbuhan tersebut dipergunakan untuk bahan pakaian.
Dan nabi telah menganjurkan kaum perempuan mempergunakan bahan ini, agar
mereka terjauh dari berhias.
111 Karena, tujuan di dalamnya hanyalah untuk menghilangkan bau yang tidak enak dan
bukan untuk berhias diri dan mempergunakan wewangian.
116 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
dengan sabda Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam: ―Apabila
salah seorang dari kalian meninggal dunia, maka janganlah kalian
membiarkannya. Dan percepatlah proses penguburannya.‖112
i. Memandikan Jenazah.Para ulama telah bersepakat atas
diwajibkannya memandikan jenazah seorang muslim.113 Adapun
orang yang mati syahid tidak perlu dimandikan. Hal tersebut
sesuai dengan perintah Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam
untuk menguburkan para syuhada dalam perang Uhud begitu
saja, tanpa memandikan mereka terlebih dahulu. Bahkan,
seandainya orang yang mati syahid tersebut dalam keadaan
junub,114 maka mereka juga tetap tidak perlu dimandikan.
Dikisahkan bahwa Handhalah bin Abu Amir keluar menuju
medan perang Uhud. Padahal, pada saat itu ia dalam keadaan
junub. Ketika ia mati syahid, Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi
Wasallam bersabda: ―Sahabat kalian tengah dimandikan oleh
malaikat.‖115 Begitu pula ketika Hamzah bin Abdul Muthallib
dan Handhalah bin Rahib syahid di medan Uhud. Dan pada saat
itu, mereka juga dalam keadaan junub. Rasulullah Sallallahu
‗Alaihi Wasallam bersabda: ―Aku melihat para malaikat tengah
memandikan keduanya.‖116 Adapun tata cara memandikan
jenazah adalah sebagaimana diriwayatkan dari Ummu Athiyah, ia
berkata: ―Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam masuk ke dalam
ruangan kami ketika putri-putrinya meninggal dunia. Kemudian,
beliau berkata: ‗Mandikanlah mereka sebanyak tiga sampai lima
kali. Atau, lebih dari itu jika kalian menganggap itu perlu. Akan
lebih baik lagi dengan mempergunakan air dan tumbuh-
112 HR. Thabrani dari Ibnu Umar. Al Hafidz, dalam kitab: ―Al Fath‖ (3/219) mengatakan
bahwa hadits ini diriwayatkan oleh Thabrani dengan isnad hasan.
113 Lihat: ―Bidayah al Mujtahid‖, milik: Ibnu Rusyd (1/226)
114 Selesai melakukan hubungan biologis dengan istrinya dan belum mandi wajib.
115 Hadits ini adalah hadits shahih yang diriwayatkan Ibnu Hibban, Hakim dan
Baihaqi. Kemudian, hadits ini diperkuat keshahihannya oleh imam Hakim dan disetujui
oleh imam Dzahabi.
116 Hadits ini adalah hadits Hasan yang diriwayatkan imam Thabrani dalam kitab: ―Al
Mu‟jam al Kabir‖ (11/391), No: 12094). Dan Haitsami dalam kitab: ―Al Mujma‟‖ hadits ini
diriwayatkan Thabrani dalam kitab: ―Al Kabir‖ dengan isnad yang shahih.
117 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
tumbuhan yang dapat membuat kesat.117 Setelah itu, berikanlah
kamper (kapur barus). Seandainya kalian telah selesai melakukan
semuanya, maka beritahukanlah kepadaku.‖ Setelah kami selesai
memandikan, maka Rasulullah-pun mengadzankan keduanya
dan menyelesaikan seluruh haknya. Setelah itu, Rasulullah
berkata: ‗Segeralah tutup dan berikan kain kafan kepada
keduanya.‖ Sedangkan dalam riwayat lain dikatakan: ―Mulailah
dengan membasuh tempat-tempat yang diwajibkan dalam
berwudlu.‖ Sedangkan dalam kalimat lain dikatakan:
―Mandikanlah mereka. Seandainya kalian menganggap perlu,
maka mandikanlah sebanyak tiga, lima, tujuh atau lebih dari itu.‖
Dan di dalam hadits tersebut juga, Ummu ‗Athiyah berkata:
―Maka kami-pun mengepang rambut jenazah menjadi tiga bagian.
Setelah itu, kami meletakkannya di bagian belakang.‖118
j. Mengkafani Jenazah. Yang Disunnahkan Ketika Mengkafani
Jenazah adalah dengan memperhatikan hal berikut:
Disunnahkan agar kain kafan yang digunakan masih
bagus. Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam bersabda:
―Apabila salah seorang di antara kalian mengkafankan
saudara laki-lakinya, hendaknya ia mengkafani jenazah
saudaranya tersebut dengan sebaik-baiknya.‖119
Hendaknya, kain kafan yang dipergunakan masih baru.
Sebagaimana hadits yang diriwayatkan Abu Dawud, Ibnu
Hibban dan Hakim yang berasal dari hadits Abu Sa‘id.
Yaitu, ketika ajal datang menjemputnya, ia mencari kain
kafan yang masih baru. Kemudian, ia mempergunakannya.
Setelah itu, ia berkata: ―Saya mendengar Rasulullah
Sallallahu ‗Alaihi Wasallam bersabda: ‗Sesungguhnya
setiap jenazah akan dibangkitkan dengan kain kafan yang
dipergunakannya ketika meninggal dunia.‖120
117 Dalam hadits disebutkan sebuah nama tumbuhan bernama daun Shidr
118 HR. Bukhari (1253), HR. Muslim (2133), HR. Ahmad (5/84), HR. Abu Dawud (3142,
3146), HR. Nasa‘i (4/28-29) dan HR. Ibnu Majah (1458).
119 Lihat: ―Tharhu al Tatsrib‖ (3/273-275)
120 Hadits ini merupakan hadits shahih yang diriwayatkan Hakim (1/340). Kemudian,
hadits ini dianggap shahih dan disetujui oleh imam Dzahabi.
118 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Hendaknya kain yang dipergunakan sebagai kafan
berwarna putih. Hal tersebut sesuai dengan perkataan
Aisyah Radhiyallahu ‗Anha: ―Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi
Wasallam dikafani dengan mempergunakan tiga lapis
kain berwarna putih.‖121 Dan sesuai dengan sabda
Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam: ―Pakailah pakaian
kalian yang berwarna putih. Karena itulah pakaian yang
paling bagus. Dan pergunakanlah kain berwarna putih
tersebut sebagai kafan kalian ketika datang kematian.‖122
Imam Nawawi berkata: ―Sabda Rasulullah: ‗Kain
berwarna putih‘ merupakan dalil yang menunjukkan
bahwa mempergunakan kain kafan putih merupakan
perbuatan yang dianjurkan. Dan pendapat ini telah
menjadi kesepakatan.‖123
Hendaknya kain tersebut terbuat dari bahan katun. Hal
tersebut sesuai dengan perkataan Aisyah Radhiyallahu
‗Anha: ―Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam dikafani
dengan mempergunakan tiga lapis kain berwarna putih
yang berasal dari daerah Suhul dan terbuat dari
katun.‖124 Imam Nawawi berkata: ―Riwayat tersebut
menunjukkan adanya anjuran untuk mempergunakan
kain kafan yang terbuat dari bahan katun.‖125
Hendaknya kain yang dipergunakan sebagai kafan
berjumlah ganjil. Hal tersebut sesuai dengan perkataan
Aisyah Radhiyallahu ‗Anha: ―Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi
Wasallam dikafani dengan mempergunakan tiga lapis
kain kafan.‖
Hendaknya kain kafan tersebut dibubuhi wewangian. Hal
tersebut sesuai dengan sabda Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi
Wasallam: ―Apabila kalian membubuhkan wewangian
126 Hadits ini merupakan hadits shahih yang diriwayatkan Ahmad (3/331), Ibnu Abi
Syaibah (4/92), Ibnu Hibban (752), Hakim (1/355), Baihaqi (3/405). Hadits ini dianggap
shahih oleh Hakim dan disepakati oleh imam Dzahabi.
120 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
dengan keluarga yang lebih baik, istrinya dengan istri yang lebih baik. Masukkanlah
ia ke dalam surga, peliharalah ia dari siksa kubur dan siksa api neraka.
Setelah membaca takbir yang keempat, hendaknya membaca doa
seperti di bawah ini:
129 Hadits ini merupakan hadits shahih yang diriwayatkan Ahmad (3/118, 204), Abu
Dawud (3194), Tirmidzi (1034), Ibnu Majah (1494), Thayalisi (2149) dan Baihaqi (4/32)
130 Hadits ini merupakan hadits shahih yang diriwayatkan Ahmad (5/36), Abu Dawud
(3182), Nasa‘i (4/43) dan Hakim (1/355). Hadits ini dianggap shahih oleh imam
Dzahabi. Dan yang dimaksud dengan gerakan pasir adalah cara berjalan yang cepat.
131 HR. Muttafaq ‗Alaihi yang diambil dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu „Anhu.
122 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Diriwayatkan dari Ibnu Umar dan Ibnu Abbas: ―Bahwasanya
Rasulullah Shallallahu ‗Alaihi Wasallam menarik jenazah dari
bagian kepalanya sebanyak satu tarikan.‖132
Disunnahkan mengarahkan jenazah di kuburnya pada arah
kiblat.
Meletakkan jenazah di dalam kubur hendaknya berkata:
―Bismillahi Wa ‗Ala Sunnati Rasulillah Shallallahu ‗Alaihi
Wasallam‖133 yang artinya: ―Dengan menyebut nama Allah dan
mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu ‗Alaihi Wasallam.‖
Disunnahkan untuk membacakan istighfar untuk jenazah.
Tepatnya, ketika selesai proses penguburan. Dari Utsman
Radhiyallahu ‗Anhu, ia berkata: ―Apabila Rasulullah Shallallahu
‗Alaihi Wasallam selesai menguburkan jenazah seseorang, beliau
berdiri di atas kuburan dan berkata: ―Mohonkanlah ampunan dan
penetapan bagi jenazah ini. Karena, pada saat ini ia tengah
ditanya.‖134
3. Hal yang berhubungan dengan pasca penguburan
a. Takziyyah. Yang dimaksud dengan takziyyah adalah berusaha
untuk menghibur keluarga yang terkena musibah, agar mereka
untuk menyerahkan seluruh bencana yang mereka rasakan
kepada Allah Subhaanahu Wataala. Hal itu sebagaimana yang
dilakukan oleh Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam ketika
bertakziah. Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam bersabda:
‗Sesungguhnya hanya milik Allah-lah seluruh yang diambil-Nya,
dan hanya milik Allah-lah yang diberikan-Nya. Dan segala
sesuatu miliknya akan memiliki akhir. Oleh karena itu,
hendaknya kamu bersabar dan mawas diri.‖135 Adapun
keutamaan takziyah ini sebagaimana disebutkan dalam hadist
yang diriwayatkan dari Abdullah bin Muhammad bin Abi Bakar
Bin Amr bin Hazm dari ayahnya dari kakeknya dari Rasulullah
Sallallahu ‗Alaihi Wasallam, beliau bersabda: ―Tidak ada satu-pun
136 Hadits ini merupakan hadits hasan yang diriwayatkan imam Ahmad, Nasa‘I, Ibnu
Hibban dan Hakim. Hadits ini kemudian dinilai shahih dan disepakati oleh imam
Dzahabi.
137 Lihat: ―Fatawa Syaikh Husnaini Makhluf‖ (2/260), Cet: Daar al I‘tisham
138 QS. Al Hasyr: 10
139 HR. Bukhari
124 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Akan tetapi, ia tidak berwasiat. Apakah aku dapat
menggantikannya untuk menshadaqahkan harta tersebut
untuknya?‘ Maka Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam
menjawab: ‗Tentu saja.‘140
Menghajikan dan Mempuasakan Orang Yang Telah Meninggal
Dunia. Dari Buraidah bin Hashib Radhiyallahu ‗Anhu, ia berkata:
―Ketika aku duduk bersama dengan Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi
Wasallam, datanglah seorang perempuan menemui beliau, ia
berkata: ―Aku telah bershadaqah untuk ibuku dengan
membebaskan seorang budak perempuan. Dan ibuku telah
meninggal‘ maka, Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam
bersabda: ‗Engkau pasti akan mendapatkan pahala dan semoga
Allah mengembalikan harta warisan itu kepadamu.‘ Perempuan
itu kembali berkata: ‗Wahai Rasulullah, ia memiliki hutang puasa
selama satu bulan, apakah aku dapat menggantikan puasanya?‘
Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam-pun bersabda: ‗Puasalah
untuknya‘ Perempuan itu kembali berkata: ‗Ibuku juga belum
berhaji sama sekali. Apakah aku dapat menghajikannya?‘ Maka
Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam menjawab: ‗Berhajilah
untuknya.‖141
Ziarah Kubur. Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam
mengajarkan kepada kita untuk melakukan ziarah kubur. Setelah
sebelumnya beliau melarang perbuatan tersebut. Dari Buraidah
bin Hashib Radhiyallahu ‗Anhu, ia berkata: ―Rasulullah Sallallahu
‗Alaihi Wasallam bersabda: ‗Sesungguhnya aku telah melarang
kalian untuk melakukan ziarah kubur. Akan tetapi, sekarang,
berziarahlah. Karena, perbuatan tersebut akan mengingatkan
kalian pada hari akhirat.‖142 Adapun doa yang dibaca adalah,
143 HR. Ibn Majah, Juz I hlm. 94. Dan lafal yang dikurung adalah milik Imam Muslim,
Sahih Muslim, Juz II hlm. 671
126 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
BAB VII
DZIKIR,ISTIGHFAR,SHALAWAT, DO’A
Dan sesungguhnya dzikir kepada Allah itu adalah urusan yang amat besar. Dan Allah
mengetahui apa yang kalian kerjakan. (QS. Al-Ankabut: 45)
Dalam bahasa hadist, dzikir disebut sebagai ―khairul a‘mal‖
(amalan terbaik), ―azka a‘mal‖ (amalan tersuci), ―arfa‘ a‘mal (amalan
tertinggi). Sebagaimana sabda Rasulallah saw,
Inginkah kalian aku beritahu amalan kalian yang terbaik dan tersuci serta tertinggi
pada derajat kalian, ia lebih baik dari berinfak emas dan perak dan lebih baik dari
kalian menjumpai musuh lalu kalian memenggal kepalanya dan mereka memenggal
kepala kalian? Mereka menjawab: ya, lalu rasulullah menjawab: amalan tersebut
adalah dzikrullah. (HR. Tirmidzi)144
Ayat dan hadist tersebut menjelaskan tentang urgensi dzikir,
bahwa dzikir adalah pilar kehidupan seorang mukmin, karena dengan
dzikir, jiwa seseorang akan senatiasa hidup. Sebaliknya, tanpa dzikir
kehidupan seseorang serasa mati, karena kosong dari nilai-nilai ilahi.
Rasulullah saw pernah menggambarkan perumpamaan orang yang
Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Allah dan orang yang tidak berdzikir,
adalah seumpama orang yang hidup dan mati. (HR. Bukhari)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, bahwa
zikir bagi hati laksana makanan bagi tubuh. Maka sebagaimana tubuh
tidak akan merasakan kelezatan makanan ketika menderita sakit.
Demikian pula hati tidak akan dapat merasakan manisnya iman apabila
hatinya melupakan dzikir, dan terpedaya oleh cinta dunia. Apabila hati
seseorang telah disibukkan dengan mengingat Allah, senantiasa
memikirkan kebenaran, dan merenungkan ilmu, maka dia telah
diposisikan hati sesuai dengan tempatnya.145
Maka dari itu dzikir adalah ruh kehidupan, sehingga kebutuhan
manusia terhadap dzikir lebih penting dari kebutuhannya terhadap
nafasnya sendiri. Oleh sebab itu, Allah perintahkan kita agar
memperbanyak dzikir kepada-Nya, sebagai upaya menyambung tali
munajat yang akan mempererat hubungan spiritual kita kepada Allah,
sehingga kehidupan kita lebih bermakna dan mencapai tujuannya. Allah
berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir
yang sebanyak-banyaknya. (QS. Al-Ahzaab:41)
Maka ingatlah kalian kepada-Ku niscaya Aku juga akan mengingat kalian. (QS. al-
Baqarah: 152)
Orang mukmin yang memenuhi panggilan Allah agar senantiasa
berdzikir, maka kehidupannya akan selalu diisi dengan dzikir, sehingga
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia.
Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Ali Imran: 191)
Rasulallah saw bersabda: ”Al mufarridun telah mendahului dalam kebaikan, ” mereka
bertanya, ”Siapakah al mufarridun, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, ”Laki-laki
dan perempuan yang banyak berdzikir.146
Dalam ayat dan hadist tersebut, Allah menyebutkan Karakter
mukmin dan komunitas yang cinta dzikir, dan Allah selalu memuji
mereka, bahkan Allah memerintahkan agar karakter tersebut dijadikan
contoh dalam kehidupan. Allah berfirman,
Dan janganlah kamu termasuk golongan mereka-mereka yang melupkan Allah (tidak
berdzikir). (QS. Al-A'raf:204)
Dan janganlah kamu menjadi termasuk orang-orang yang melupakan Allah, maka
Allah pun akan melupakan mereka. (QS. Al-Hasyr:19)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-harta kalian dan anak-anak kalian
melalaikan kalian dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka
mereka itulah orang-orang yang rugi. (QS. Al-Munafiqun: 9)
2. Fadhilah dzikir
Keutamaan dan faedah dzikir sangatlah banyak, bahkan Ibnu
Qayyim menyebutkan lebih dari seratus keutamaan berdzikir dalam
kitabnya yang bertajuk Al Waabil Ashshoyyib Wa Raafi‘ Al kalimi Al
Thoyyib. Diantara keutamaan dan faedah dzikir tersebut adalah:
a. Dzikir sebagai obat yang dapat memberikan ketenangan bagi hati
seseorang. Semakin rutin seseorang dalam melakukan dzikir, maka
semakin tenang hatinya. Hal itu dikarenakan dzikir merupakan
vitamin ruhani yang dapat mengendalikan hati seseorang sehingga
dapat terkendali. Dengan demikian, hati yang terkendali akan
mencapai puncak ketenangan. Allah telah menjelaskan dalam Al-
Qur'an, bahwa hati dapat menjadi tenang dan tentram dengan
melakukan amalan dzikir,
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan dzikir
kepada Allah. Ingatlah bahwa hanya dengan dzikrullah hati menjadi tenang. (QS.
Arra‘du:28)
130 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Rasulullah Shallallahu ‗alaihi wa sallam bersabda,
Tidaklah ada suatu kaum yang duduk untuk berdzikir kepada Allah ta‟ala melainkan
malaikat akan meliputi mereka dan rahmat akan menyelimuti mereka, dan akan
turun kepada mereka ketenangan, dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di
hadapan para malaikat yang ada di sisi-Nya. (HR. Muslim)
b. Dzikir dapat mengusir syetan dan melindungi orang yang berdzikir
darinya, sebagaimana sabda Rasululloh Shallallahu‘alaihi Wasallam:
Barangsiapa yang berpaling dari dzikir (Rabb) Yang Maha Pemurah (al-Qur‟an),
Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi
teman yang selalu menyertainya. (QS. Az Zukhruf:36).
c. Dzikir menghapus dosa dan dapat menyelamatkan dari adzab Allah,
karena dzikir merupakan satu kebaikan yang besar dan kebaikan
131 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
menghapus dosa dan menghilangkannya. Tentunya hal ini dapat
menyelamatkan orang yang berdzikir dari adzab Allah sebagaimana
sabda Rasulullah Shallallahu‘alaihi Wasallam:
Dan kaum lelaki yang banyak mengingat Allah demikian pula kaum perempuan, maka
Allah persiapkan untuk mereka ampunan dan pahala yang sangat besar. (QS. Al-
Ahzab: 35)
Aku berjumpa dengan Ibrohim pada malam isra‟ dan mi‟roj, lalu ia berkata: “Wahai
Muhammad, sampaikan salamku kepada umatmu dan beritahulah mereka bahwa
syurga memiliki tanah yang terbaik dan air yang paling menyejukkan. Syurga itu
dataran kosong (Qai‟aan) dan tumbuhannya adalah (dzikir) Subhanallahi Wala
ilaha illa Allah wallahu Akbar. (HR. Tirmidzi)147
f. Dzikir adalah kunci kemenangan
Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian bertemu dengan pasukan musuh maka
tegarlah kalian dan ingatlah kepada Allah dengan sebanyak-banyaknya, mudah-
mudahan kalian mendapatkan kemenangan. (QS. Al-Anfal: 45)
g. Dzikir sebagai barometer keimanan
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang yang apabila disebutkan
nama Allah maka bergetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka
ayat-ayat mereka maka bertambahlah keimanan mereka. (QS. Al-Anfal: 2)
dan mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (QS. Al-Nisa‘: 106)
Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Hak) melainkan Allah
dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki
dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu.
(QS. Muhammad: 19).
Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya.
(Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan
2. Fadhilah Istighfar
a. Istighfar dapat menghapus dosa
148 Atabik Luthfi, Tafsir Tazkiyah, Jakarta: Gema Insani, 2009, hlm. 68
149 Ibid
150 Ibid
135 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Dan barangsiapa yang mengerjakankejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia
mohon ampun kepadaAllah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi
MahaPenyayang. (QS. An-Nisa: 110)
Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya.
(Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan
136 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan
Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan)
keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan
ditimpa siksa hari kiamat. (QS. Huud:3)
d. Istighfar sebab bertambahnya kekuatan jasmani dan rohani
Dan (dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah
kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan
menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan
berbuat dosa. (QS. Hud:52)
e. Istighfar adalah benteng dari bencana. Allah SWT berfirman:
Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamuberada di antara
mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akanmengazab mereka, sedang mereka meminta
ampun. (QS. Al-Anfal: 33).
f. Istighfar adalah akan mendatangkan rahmat Allah
Maha Suci Engkau, ya Allah, aku memuji -Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang
berhak disembah kecuali Engkau, aku minta ampun dan bertaubat kepada-Mu. (HR.
Tirmudzi, no. 3433)
Aku meminta ampun kepada -Mu Ya Allah, Yang tiada tuhan yang berhak disembah
selain Dia, Dialah Yang Maha Hidup dan Yang berdiri sendiri, dan aku bertaubat
kepada -Nya. (HR. Abu Dawud no: 1517)
b. Riwayat Ibnu Umar radhiyallahu‘anhuma berkata: ―Sesungguhnya
kami benar-benar menghitung dzikir Rasulullah shollallahu ‘alaih wa
sallam dalam satu kali majelis (pertemuan), beliau mengucapkan 100
kali (istighfar dalam majelis): ―Ya Rabb, ampunilah aku, terimalah
taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Menerima Taubat dan Maha
Penyayang. ‖ (HR Abu Dawud 1295)
Ya Allah! Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali
Engkau, Engkau-lah yang mencip-takan aku. Aku adalah hamba -Mu. Aku akan setia
pada perjanjianku dengan -Mu semampuku. Aku berlindung kepada -Mu dari
kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat -Mu kepadaku dan aku mengakui
dosaku, oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa
kecuali Engkau. ”Barangsiapa yang membacanya pada waktu siang dengan penuh
keyakinan lalu dia meninggal pada siang hari itu sebelum memasuki waktu sore maka
138 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
dia termasuk penghuni surga, dan barangsiapa yang membacanya pada waktu malam
dengan penuh keyakinan dan dirinya meninggal sebelum memasuki waktu pagi maka
dia termasuk penghuni surga. (HR. Bukhari)
Barangsiapa yang mengucapkan shalawat kepadaku satu kali maka Allah akan
bershalawat baginya sepuluh kali, dan digugurkan sepuluh kesalahan (dosa)nya, serta
ditinggikan baginya sepuluh derajat/tingkatan (di surga kelak). (HR an-Nasa‘i
(no. 1297), Ahmad (3/102 dan 261), Ibnu Hibban (no. 904) dan al-Hakim
(no. 2018))
b. Berselawat akan mendatangkan cahaya hidup
152Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Jala‟ul Afham fii Fadhl Al-Shalat Ala Muhammad
Khair Al-Anam, Maktabah Misykah Al-Islamiyah, hlm. 176-182
143 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
kalian sampai kepadaku di mana pun kalian berada. (HR. Ahmad dan Abu
Dawud)
Mendapatkan syafa‘at pada hari kiamat
Dari Abdullah bin Amru bin Ash RA bahwasanya ia mendengar Nabi SAW bersabda,
“Jika kalian mendengar adzan oleh muadzin, maka ucapkanlah seperti apa yang ia
ucapkan, kemudian bacalah shalawat untukku. Sesungguhnya barangsiapa
mengucapkan satu kali shalawat kepadaku niscaya Allah mengucapkan shalawat
kepadanya sebanyak sepuluh kali. (HR. Ahmad no. 6568, Muslim no. 384, Abu
Daud no. 523, Tirmidzi no. 3614, An-Nasai no. 678)
Barangsiapa yg bersholawat untukku di waktu pagi sepuluh kali & di waktu sore
sepuluh kali, maka ia berhak mendapatkan syafa‟atku. (HR. Thabarani)
c. berselawat pada hari jum‘at memiliki keutamaan khusus
Terhinalah seorang yang aku (namaku) disebut disisinya namun ia tidak mau
bershalawat untukku. (HR. Tirmidzi)
b. Orang yang tidak mau berselawat disebut sebagai orang bakhil
Orang yang paling bakhil adalah seseorang yang jika namaku disebut ia tidak
bersholawat untukku. (HR. Nasa‘i, Tirmidzi dan Thabaraniy)
c. Orang yang tidak mau berselawat akan dijauhkan dari jalan surga
Bila salah seorang di antara kalian sholat (berdoa) maka hendaklah ia memulainya
dengan pujian dan sanjungan kepada Allah lalu bersholawat untuk nabi, kemudian
berdoa setelah itu dengan apa saja yang ia inginkan. (H. R. Abu Daud, Tirmidzi,
Ahmad dan Hakim)
Doa itu terhalangi, hingga orang yang berdoa itu bersholawat untuk nabi sollallohu
„alaihi wa sallam. (H. R. Thabarani)
b. Ketika menyebut, mendengar dan menulis nama beliau:
Sesungguhnya di antara hari-hari yang paling afdhal adalah hari Jum‟at, maka
perbanyaklah sholawat untukku pada hari itu, karena sholawat kalian akan sampai
kepadaku. (H. R. Abu Daud, Ahmad dan Hakim)
146 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
d. Ketika masuk dan keluar masjid:
Dari Fatimah -Radhiyallahu ‗Anha- berkata: ―Rasulullah sollallohu
‗alaihi wa sallam bersabda: ―Bila anda masuk mesjid, maka ucapkanlah:
Ya Alloh berilah rahmat kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi
Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi rahmat kepada Nabi Ibrahim dan
keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Terpuji lagi Maha
Agung. Dan berilah barakah kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi
Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi barakah kepada Nabi Ibrahim dan
keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Terpuji lagi Maha
Agung. (HR. Bukhari dan Muslim)
Abu Mas‟ud Al-Badry r. a berkata, ” Ketika kami berada di majlis Sa‟d bin Ubadah,
tiba – tiba Rasululloh SAW dating kepada kami. Lalu ditanya oleh Basyr bin Sa‟ad, ”
148 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Alloh menyuruh kami membaca shalawat atamu wahai Rasululloh, maka
bagaimakan cara membaca shalawat itu? Rasululloh dia sejenak, hingga kami merasa
khawatir kalau – kalau pertanyaan itu salah, tetapi kemudian beliau bersabda, ”
Bacalah, ”, ” Ya Alloh berilah rahmat kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga
Nabi Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi rahmat kepada Nabi Ibrahim
Dan berilah barakah kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi
Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi barakah kepada Nabi Ibrahim dan
keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Terpuji lagi Maha
Agung” Dan mengenai sungguh telah kami ketahui. (H. R. Muslim)
Doa adalah ibadah. (HR. Abu Daud, no. 1479, Tirmizi, no. 3247)
».
Barang siapa diantara kalian telah dibukakan baginya pintu doa, pasti dibukakan
pula baginya pintu rahmat, dan tidaklah Allah diminta sesuatu yang Dia berikan
lebih Dia senangi dari pada diminta kekuatan. ” Dan Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda: “sesungguhnya doa itu bermanfaat baik terhadap apa yang
terjadi maupun belum terjadi, maka hendaklah kalian berdoa. (HR. At-Tirmidzi,
no. 3548)
c. Doa adalah senjata dan kekuatan ruhani
Ya Allah wujudkanlah untuk kami apa yang engkau janjikan, ya Allah berikanlah
kepada kami apa yang engkau janjikan, ya Allah jika sekumpulan kaum muslimin ini
binasa, maka tidak ada yang akan menyembah engkau di muka bumi ini. ” Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam terus melantunkan doa seraya membentangkan kedua
Barang siapa tidak mau meminta kepada Allah, niscaya Dia akan marah kepadanya
(HR. Ahmad, no. 9699)
3. Adab-adab berdoa
Agar doa kita mustajabah, maka hendaklah kita menjaga adab-
adab dalam berdo‘a, yang diantaranya adalah:
a. Membuka doa dengan hamdalah dan pujian bagi Allah SWT dan
salawat atas nabi saw.
Sebagaimana hadits fadhalah bin Ubaid: Tatkalah Rasulullah saw
duduk, tiba-tiba masuk seorang laki-laki lalu berdoa: ―Allahumaghfirli
warhamni. ‖ Maka Rasulullah saw bersabda:
Maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: “Bahwa tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang zalim . (QS: Al-Anbiya‘: 87).
c. Bersungguh-sungguh dalam berdoa dan berketetapan hati dalam
meminta
Sabda Rasul saw:
:
Jika salah seorang dari kalian berdoa, maka hendaknya berketetapan hati dalam
meminta, dan janganlah mengatakan: Ya Allah jika engkau mau berilah aku, karena
sesungguhnya tidak ada yang bisa memaksa Allah. (HR: Bukhari Muslim).
d. Berwudhu, menghadap kiblat dan mengangkat tangan ketika berdoa
Nabi saw keluar ke tempat salat untuk minta hujan, lalu beliau berdoa dan meminta
hujan, kemudian menghadap kiblat dan membalik selempangnya.
Dan sebagaimana hadits Abu Musa Al-Asy‘ari, tatkala Rasulullah
saw selesai dari perang hunain – Abu Musa mengatakan: Beliau
meminta air lalu berwudhu, kemudian mengangkat kedua tanganya
seraya berdoa:‖ Ya Allah ampunilah Ubaid bin Amir. ‖ Dan aku melihat
putih ketiaknya. (HR: Bukhari Muslim).
e. Merendahkan suara dalam berdoa
Allah SWT berfirman:
Berdoalah kepada Tuhanmu dengan merendah diri dan suara yang lembut,
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (QS. Al-
A‘raf: 55).
Wahai manusia, sayangilah diri kalian, sesungguhnya kalian tidak berdoa kepada
yang tuli dan tidak pula yang jauh, kalian berdoa kepada Yang Maha Mendengar dan
Dekat, dan Dia selalu menyertaimu. (HR: Bukhari)
f. Menghadap ke arah kiblat
Dari Badr bin Zaid dia berkata, Nabi -shallallahu alaihi wasallam- pernah
keluar ke lapangan ini untuk meminta hujan, maka beliau berdoa dan shalat istisqa`,
kemudian beliau menghadap ke kiblat dan membalik kain yang beliau pakai. (HR.
Bukhari, no. 6343)
g. Mengangkat kedua tangan ketika berdoa
Dari Salman -radhiallahu ‗anhu- dia berkata: Rasulullah -shallallahu
alaihi wasallam- bersabda, “Sesungguhnya Rabb kalian -Tabaraka wa Ta‟ala-
Maha Malu lagi Maha Pemurah kepada hamba-Nya, Dia malu kepada hamba-Nya
154 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
tatkala dia mengangkat kedua tangannya kepada-Nya lantas Dia
mengembalikannya dalam keadaan kosong. ” (HR. Abu Daud no. 1488)
h. Berwudhu sebelum berdoa, jika memungkinkan.
Dalam hadits Abu Musa Al-Asy‘ari, bawa Rasulullah -shallallahu
alaihi wasallam- meminta air lalu berwudhu kemudian beliau
mengangkat kedua tangannya lalu berdoa, “Ya Allah, ampunilah Ubaid Abu
Amir. ” (HR. Bukhari)
i. Memilih waktu-waktu yang dianjurkan dan saat-saat yang mulia.
Seperti saat-saat setelah shalat, saat azan, antara azan dan qamat,
sepertiga malam terakhir, hari jumat, hari arafah, saat turun hujan,
saat sujud, saat berangkat menyerbu musuh dalam jihad fisabililah,
dll.
j. Tidak mendoakan jelek kepada diri, keluarga dan harta
Nabi saw bersabda:
Janganlah kalian mendoakan jelek terhadap diri kalian, jangan pula terhadap anak-
anak dan harta kalian, jangan sampai kalian mendapati satu saat Allah diminta satu
permintaan lalu Dia mengabulkan untuk kalian. (HR: Muslim).
Kemudian Nabi menyebutkan seorang laki-laki yang lusuh lagi kumal karena lama
bepergian mengangkat kedua tanganya ke langit tinggi-tinggi seraya berdoa: Ya
Rabbi, ya Rabbi (Wahai Tuhanku), sementara makanannya haram, minumannya
haram, pakaiannya haram dan dagingnya tumbuh dari yang haram, maka
bagaimana mungkin doanya bisa terkabulkan?. (HR. Muslim, no. 1015)
Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, jauhkan azab jahanam dari kami,
sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal. Sesungguhnya jahanam itu
seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman. (QS. Al-Fur‘qan: 65-66).
2
Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami
sebagai penyenang hati (kami) dan jadikanlah kami imam orang-orang yang
bertakwa. (QS. Al-Fur‘qan:74).
Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman
lebih dahulu dari kami, dan janganlah engkau membiarkan kedengkian dalam hati
kami terhadap orang-orang yang beriman; ya Tuhan kami, sesungguhnya engkau
Maha Penyantun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Hasyr: 10)
4
156 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Ya Tuhanku, berilah ampun dan berilah rahmat, dan engkau adalah pemberi rahmat
Yang Paling baik”. (QS. Al-mukminun: 118).
5
Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Al-Baqarah: 201).
6
Ya Tuhan kami, janganlah engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah,
Ya Tuhan kami janganlah engkau bebankan kepada kami beban yang berat
sebagaimana engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan
kami, janganlah engkau pikulkan kepada kami apa yang kami tak sanggup
memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkau
penolong kami, maka yolonglah kami terhadap kaum yang kafir. (QS. Al-Baqarah:
286).
7
Ya Tuhan kami, janganlah engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan
sesudah engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat
dari sisi engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia). (QS.
Ali-Imran: 8).
8
Ya Tuhanku aku berlindung kepada engkau dari bisikan-bisikan setan. (QS Al-
Mukminun: 97)
Ya Tuhan kami, janganlah engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang
kafir. Dan ampunilah kami ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkau, Engkaulah Yang
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Mumtahanah: 5).
Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya
Engkau Maha Pendengar doa. (QS Ali Imran: 38)
Ya Tuhan kami, terimalah dari pada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah
Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS Al-Baqarah: 127).
Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang
mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat). (QS Ibrahim: 41).
Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa
kami dan peliharalah kami dari siksa neraka. (QS Ali-Imran: 16).
Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas kaum yang berbuat
kerusakan itu. (QS Al-Ankabut: 30).
Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat
dan Engkau adalah Pemberi rahmat Paling Baik. (QS Al-Mukminun: 109).
Ya Tuhan kami, sempurnakan bagi kami cahaya kami, dan ampunilah kami,
sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS AT-Tahrim: 8).
Ya Tuhan kami, kami telah beriman maka catatlah kami bersama orang-orang yang
menjadi saksi (atas kebenaran al-qur‟an dan kenabian Muhamad saw). (QS Al-
Maidah: 83).
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran serta siksa kubur,
Tiada Tuhan yang yang patut disembah selain Engkau.
Ya Allah, Engkaulah Tuhanku. Tiada Tuhan yang patut disembah selain Engkau, Kau
ciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu dan aku tetap pada sumpah dan janjiku
kepada-Mu sekuat tenagaku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang aku
perbuat. Aku datang kepada-Mu menyatakan pengakuan akan segala nikmat-Mu
yang Kau limpahkan kepadaku. Dan aku datang kepada-Mu mengakui segala dosaku,
maka ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kembali ke masa hidup yang terhina.
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang telah ku perbuat dan yang
belum ku perbuat. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang telah ku ketahui
dan yang belum ku ketahui.
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari pekerjaan buruk, perbuatan munkar, hawa
nafsu jahat dan penyakit membinasakan. Aku berlindung kepada-Mu dari
cengkraman hutang dan penindasan lawan, serta kegembiraan musuh melihatku.
Ya Allah, aku mohon kepada-Mu ketetapan hati dalam segala urusan, keteguhan
kehendak menuju kebenaran. Aku mohon agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu,
mengabdi kepada-Mu dengan baik. Aku mohon kepada-Mu kesucian hati, kejujuran
kata. Aku mohon kepada-Mu kebaikan yang Engkau ketahui dan aku berlindung
kepada-Mu dari kejahatan yang Engkau ketahui, aku mohon ampunan-Mu dari
segala kejahatanku yang Engkau ketahui, karena Engkaulah yang mengetahui segala
yang ghaib.
Ya Allah, ilhamkanlah petunjuk kepadaku dan jagalah aku dari kejahatan diriku.
Ya Allah, aku mohon kepada-Mu agar aku dapat berbuat segala kebajikan, dan
meninggalkan segala kemunkaran, serta mencintai orang-orang miskin. Aku mohon
kepada-Mu limpahan ampunan dan rahmat kepadaku. Aku mohon, apabila Engkau
Ya Allah, aku mohon kepada-Mu agar aku dapat mencintaimu, mencintai hamba-Mu
yang mencintai-Mu, dan mencintai segala perbuatan yang mendekatkanku menuju
cinta-Mu.
Ya Allah, aku mohon kepada-Mu segala pembuka kebaikan, penutupnya dan semua
yang mendatangkannya, awalnya dan akhirnya, lahirnya dan bathinnya, dan aku
mohon derajat yagn tinggi dalam syorga.
Ya Allah, aku mohon kepada-Mu agar Kau tinggikan namaku, Kau hapus dosaku,
Kau sucikan hatiku, dan Kau pelihara kamaluan-ku, serta Kau ampuni dosaku dan
ku mohon kepada-Mu derajat yang tinggi dalam syorga.
Ya Allah, aku mohon kepada-Mu segala yang mendatangkan rahmat-Mu, segala yang
menimbulkan ampunan-Mu, ku mohon keberuntungan dari segala kebajikan,
keselamatan dari berbagai kejahatan dan keberuntungan memperoleh sorga serta
keselamatan dari api neraka.
Ya Allah, aku mohon kepada-Mu rahmat dari-Mu, yang dengannya Kau tunjuki
hatiku, dengannya Kau satukan segala perkaraku, dengannya Kau kumpulkan
urusan-urusanku yang berserakan, dengannya Kau pelihara diriku dikala ku tiada.
Dengannya Kau angkat derajatku dikala aku ada, dengannya kau cerahkan wajahku,
dengannya kau sucikan perbuatanku, dengannya kau ilhamkan jalanku yang terang,
dengannya Kau hindarkan diriku dari segala cobaan, dan dengannya Kau jaga diriku
dari berbagai kejahatan.
Ya Allah, aku mohon kepada-Mu kesehatan, kesucian jiwa, pekerti yang baik, dan
keridhaan hati menghadapi takdir. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari
kejahatan diriku dan dari kejahatan setiap yang melata di atas bumi yang hanya
Engkaulah penuntunnya. Sesungguhnya Tuhanku selalu berada di jalan yang lurus.
Rabb kita turun ke langit dunia pada setiap malam pada sepertiga malam yang
terakhir, kemudian berfirman: “Barang siapa berdoa kepada-Ku akan Aku kabulkan,
barang siapa meminta kepada-Ku akan Aku beri, barang siapa memohon ampun
kepadaku akan Aku ampuni. (HR. Bukhari: 1145 dan Muslim: 758. )
"
Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda, “Kerjakanlah Qiyamul Lail sebab ia
merupakan kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kamu pada zaman dahulu. Ia juga
merupakan jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah ta‟aala, sebagai penebus amal
keburukan-keburukanmu, pencegah dosa dan penangkal penyakit pada badan.(HR.
Tirmidzi)
Allah berfirman,
154 Hadits shahih, riwayat Tirmidzi (no. 3579), Abu Dawud (no. 1277), dan
An-Nasa‘i (no. 572), dari jalur ‗Amru bin Abasah radhiyallahu‘anhu
171 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam (karena qiyamullail); Dan di akhir-akhir
malam mereka memohon ampun (kepada Allah). Dan pada harta-harta mereka ada
hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.
(Adz-Dzaariyaat: 17-19)
Tradisi qiyamullail tersebut harus kita teladani dan dijaga agar
tetap lestari dan istiqamah. Karena ketika tradisi ini diabaikan, maka
yang terjadi adalah lemahnya jiwa dan mundurnya kekuatan kaum
muslimin. Oleh karena itu Rasulullah saw telah mengingatkan hal itu
dalam sabdanya, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abdullah bin ‗Amr
bin al-‗Ash, ia berkata, ―Rasulullah Shallallahu ‗alaihi wa sallam berkata
kepadaku:
Wahai 'Abdullah, janganlah engkau seperti si fulan. Dulu dia biasa mengerjakan
shalat malam, sekarang dia meninggal-kan shalat malam. (Muttafaq 'alaih)
3. Fadhilah Qiyamullail
Qiyamullail memiliki keutamaan yang banyak dalam Islam,
diantaranya adalah,
a. Qiyamullail adalah pilar calon penghuni syurga
Allah Ta‘ala berfirman:
Setan mengikat tengkuk kepala seseorang dari kalian saat dia tidur dengan tiga tali
ikatan, dimana pada tiap ikatan tersebut dia meletakkan godaan, “Kamu mempunyai
malam yang sangat panjang maka tidurlah dengan nyenyak. ” Jika dia bangun dan
mengingat Allah maka lepaslah satu tali ikatan, jika dia berwudhu maka lepaslah tali
yang lainnya, dan jika dia mendirikan shalat maka lepaslah seluruh tali ikatannya
sehingga pada pagi harinya dia akan merasakan semangat dan kesegaran yang
menenteramkan jiwa. Namun bila dia tidak melakukan itu, maka pagi harinya
jiwanya menjadi jelek dan menjadi malas beraktifitas. (HR. Al-Bukhari no. 1142
dan Muslim no. 776)
Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajjudlah kamu sebagai suatu
ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat
yang terpuji. (Qs. al-Isra‘: 79)
"
Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda, “Kerjakanlah Qiyamul Lail sebab ia
merupakan kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kamu pada zaman dahulu. Ia juga
merupakan jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah ta‟aala, sebagai penebus amal
keburukan-keburukanmu, pencegah dosa dan penangkal penyakit pada badan. (HR.
irmidzi)
Qiyamullail adalah bagian dari pendidikan jiwa (tarbiyah ruhiyah)
yang akan membentuk kekuatan ruhani pada diri seseorang, sehingga
terbentuklah pribadi yang tangguh dan optimis. Pribadi yang tangguh
akan selalu berjiwa besar, dan pantang menyerah, serta tidak mudah
putus asa dalam menghadapi cobaan. Dengan demikian, seberat apapun
beban cobaan yang dihadapinya, akan terasa menjadi lebih ringan. Hal
itu sebagaimana yang terjadi pada diri Rasulallah saw, yaitu ketika pada
masa awal dalam mengemban risalah kenabian, Rasulullah dihadapkan
dengan cobaan yang amat berat, sehingga salah satu solusi yang
ditawarkan oleh Allah adalah qiyamullail. Korelasinya adalah dengan
qiyamullail ruhani akan menjadi kuat dan tangguh, sehingga mampu
menghadapi segala cobaan, walaupun cobaan itu berat, akan menjadi
155 Penjelasan lebih lanjut, silahkan baca Mohammad Sholeh, Terapi Salat
Tahajjud: Menyembuhkan Berbagai Penyakit, Penerbit Hikmah Populer, 2007.
Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Rabb negeri ini (Mekah) yang
telah menjadikannya suci dan kepunyaan-Nya-lah segala sesuatu, dan aku
diperintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri". Dan
supaya aku membacakan al-Qur'an (kepada manusia). (QS. an-Naml:91-
92)
Dari penjelasan ayat di atas, memerintahkan pada kita kaum
muslimin agar senantiasa akrab dengan bacaan Al-Qur‘an; karena di
dalamnya mengandung kebaikan di dunia dan akhirat. Lebih dari itu,
membaca Al-Qur‘an dan kegiatan menghafalnya, merupakan faktor
penting untuk menjaga keutuhan dan keaslian al-Qur`an dari perubahan
dan campur tangan manusia, seperti yang menimpa kitab-kitab
sebelumnya. Demikian juga, tilawah Al-Qur‘an juga mendorong dalam
membentuk persatuan kaum muslimin secara bahasa, memperkuat
persatuan agama Islam, dan memudahkan sarana komunikasi di antara
mereka serta memperkokoh barisan mereka.
Suara yang lirih berupa ucapan tasbih (Subhanallah), tahlil (Laa Ilaaha
Illallah), dan bacaan Al Quran seperti dengungannya lebah.157
Di dalam Atsar yang lain, dari Utsman bin Affan berkata: Jikalau
hati kamu bersih niscaya kamu tidak pernah kenyang dari membaca
Kalamullah. " Itulah penyebab mereka selalu membaca al-Qur`an dan
menjaga wirid bacaan (hizib) mereka. Hasan al-Bashri rahimahullah
157 Hadist diriwayatkan oleh AL-Darimi, no. 5771, dalam Ali Ibn Sulthon
Muhammad Al-Qari, Mirqat Al Mafatih Syarh Misykat Al Mashabih, Beirut: Dar AL-Fikr,
2002.
179 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
berkata: "Carilah kenikmatan dalam tiga perkara: shalat, al-Qur`an dan
doa. Jika kamu mendapatkannya maka pujilah Allah SWT atas hal itu,
dan jika kamu tidak mendapatkannya maka ketahuilah bahwa pintu
kebaikan telah ditutup atasmu. "158
Imam an-Nawawi rahimahullah berkata: "Sepantasnya seseorang
menjaga rutinitas dan memperbanyak membaca al-Qur`an. Para salaf
mempunyai kebiasaan yang bervariasi dalam mengkhatamkan al-Qur`an.
Ibnu Abi Daud meriwayatkan dari sebagian salaf bahwa di antara mereka
ada yang mengkhatamkan setiap dua bulan, ada yang setiap bulan, ada
yang setiap sepuluh hari. Dan dari sebagian mereka ada yang
mengkhatamkan setiap delapan hari, dan dari kebanyakan mereka
adalah mengkhatamkan al-Qur`an setiap tujuh malam. Dan dari sebagian
mereka ada yang mengkhatamkan setiap tiga hari. Dan yang terbaik
bahwa hal itu berbeda menurut tugas dan kewajiban seseorang. Apabila
dengan pelan ia bisa memahami makna dan tafsirnya secara baik, maka
hendaklah ia membaca menurut kadar yang ia bisa mendapatkan
kesempurnaan pemahaman yang dia baca. Demikian pula orang yang
sibuk menyebarkan ilmu (mengajar, berdakwah dan sejenisnya) maka
hendaklah membatasi diri agar tidak mengurangi tugas utamanya. Dan
jika bukan seperti golongan di atas dan tidak punya tugas yang lain,
maka hendaklah ia memperbanyak membacanya sebatas kemampuannya
yang tidak menyebabkan rasa bosan.159
3. Keutamaan membaca Al-Qur‘an
Adapun di antara keutamaan membaca al-Qur`an adalah
sebagaimana berikut:
a. Pembaca Al-Qur‘an adalah manusia yang terbaik
»
Abu Hurairah radhiyallahu „anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu
„alaihi wasallam bersabda: “Maukah salah seorang dari kalian jika dia kembali ke
rumahnya mendapati di dalamnya 3 onta yang hamil, gemuk serta besar?” Kami (para
shahabat) menjawab: “Iya”, Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam bersabda: “Salah
seorang dari kalian membaca tiga ayat di dalam shalat lebih baik baginya daripada
mendapatkan tiga onta yang hamil, gemuk dan besar. ” (HR. Muslim).
d. Membaca Al Quran adalah perdagangan yang tidak pernah merugi
Tidak boleh ghibthah (menginginkan sesuatu yang dimiliki orang lain) kecuali dalam
dua hal: (pertama) orang yang diberikan Allah SWT keahlian tentang al-Qur`an,
maka dia melaksanakannya (membaca dan mengamalkannya) malam dan siang hari.
Dan seorang yang diberi oleh Allah SWT kekayaan harta, maka ia infakkan
sepanjang hari dan malam. (Muttafaqun alaih)
f. al-Qur`an memberi syafaat di hari kiamat
Bacalah al-Qur`an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat memberi syafaat
bagi ahlinya (yaitu orang yang membacanya, mempelajari dan mengamalkannya).
(HR. Muslim)
g. Dikumpulkan bersama para malaikat
160 Ibrahim Muhammad Ali, Riyadl Al-Insi Fii Tazkiyah Al-Nafs, Aman:
Jam‘iyyah Al-Muhafadzah, 2005, hlm. 39, Miqdad Yaljin, Jawanib al-Tarbiyyah al-
Islamiyyah, Riyadh: Jami'ah AIImam, 1997, him. 24
183 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Tazkiyatun nafs merupakan bagian dari keimanan (sathrul
iman).161 Bahkan dalam Al-Qur‘an disebutkan, bahwa tazkiyatun nafs
merupakan kunci keselamatan, dan kebahagiaan. Allah berfirman,
Dia-lah (Allah) yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul di antara
mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan
mengajarkan mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan sesungguhnya mereka
sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (QS. Al-Jumu‘ah: 2)
161Ali Ibn Abduh Ibn Syakir Abu Humaidi, Tazkiyah Al-Nafs Fii Al-Islam Wa Fii
Falsafah Al-Uhra, Mekah: Universitas Ummul Qura, 2009, hlm. 13
184 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Dalam hadist Nabi162 perintah tazkiyatun nafs sejajar dengan
perintah tilawah Al-Qur‘an. Hal itu tampak jelas ketika Nabi saw
menyebut keutamaan mensucikan diri sebagai bagian dari keimanan
(sathrul iman), kemudian mensejajarkannya dengan amalan tilawah Al-
Qur‘an. Bahkan orang yang dalam hatinya tidak terisi Al-Qur‘an,
bagaikan rumah yang runtuh. Artinya jiwa yang tidak diisi dengan Al-
Qur‘an akan mudah rusak dan hancur.163
162 Hal itu sebagaimana terdapat dalam hadis Muslim dalam kitab Thaharah,
bab fadl al-wudhu, yang berbunyi:
، َالصالة وُر، َالحمد هلل تمألن أَ تمأل الميزان مابيه السمُاث َاألرض، الطٍُر شطراإليمان
َ كل الىاس تغدَ فبائع وفسً فمعتقٍا أ، َالقرآن حجت لك أَ عليك، َالصبر ضياء، َالصدقت برٌان
”مُبقٍاBersuci adalah separuh keimanan dan Alhamdulillah itu memenuhi timbangan,
Subhanallah dan Alhamdulillah itu dapat memenuhi atau mengisi penuh apa-apa yang
ada diantara langit-langit dan bumi. Shalat adalah cahaya; sedekah adalah tanda
keimanan bagi yang memberikannya; sabar adalah cahaya; al-Quran adalah hujjah
untuk kebahagiaanmu – jikalau mengikuti perintah-perintahnya dan menjauhi
larangan-larangannya – dan dapat pula sebagai hujjah atas kemalanganmu – jikalau
tidak mengikuti perintah-perintahnya dan suka melanggar larangan-larangannya.
Setiap orang itu pada pagi harinya menjual dirinya kepada Allah berarti ia
memerdekakan dirinya sendiri dari siksa Allah Ta'ala dan ada yang merusak dirinya
sendiri pula karena tidak menginginkan keridhaan Allah Ta'ala. ― (HR. Muslim)
163Ali Ibn Abduh Ibn Syakir Abu Humaidi, Tazkiyah Al-Nafs Fii Al-Islam
Wa Fii Falsafah Al-Uhra, Mekah: Universitas Ummul Qura, 2009, hlm. 13
164 HR. at-Tirmidzi 2910
185 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
BAB IX
165 - Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijri, Ringkasan Fiqih Islam, Pustaka
Islamhouse,2012
186 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Macam-Macam Shalat Sunah
1. Sunah Rawatib
Shalat sunat rawatib adalah shalat yang mengiringi shalat wajib
yang lima waktu (baik sebelum atau sesudahnya). Ada dua pendapat
mengenai jumlah rakaat shalat sunah rawatib:
a. Pendapat pertama berdasarkan hadits nabi riwayat Bukahri
Muslim, shalat rawatib dilakukan sesudah shalat wajib berjumlah
sepuluh rakaat
Barang siapa yang berwudu dengan sempurna kemudian shalat dua rakaat syukur
wudhu disertai ikhlash yang tulus (hatinya tidak terganggu oleh urusan dunia
sedikitpun), maka ia diampuni dosanya bagaikan seorang bayi yang lahir dari perut
ibunya. (HR.Bukhari Muslim).
3. Shalat Tahajud
Firman Allah SWT :
Dan pada sebagian malam hari, bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan
bagimu, mudah-mudahan Rab-mu mengangkat kamu ke tempat tertingi. ( QS. Al-
Isra (17):79).
Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya (karena banyaak shalat malam), sedang
mereka berdoa kepada Rab-nya dengan rasa takut dan penuh harap. (QS. Al-Sajdah
ayat 6).
Sabda Nabi Muhammad SAW diantarnya:
Rasulullah SAW ditanya oleh shahabat, “Ya Rasulullah disaat manakah waktu yang
paling didengar oleh Allah SWT”? Sabda Rasulullah SAW:“waktu tengah malam
Sesungguhnya dari sebagian malam itu ada suatu saat, tidak memohon seorang
hamba kepada suatu kebaikan keciali Allah SWT akan memberinya.
Jika seorang hamba melakukan dosa, kemudian berwudhu dengan wudhu yang
sempurna, kemudian berdiri untuk shalat dua rakaat, kemudian memohon ampun dari
segala dosa, niscaya Allah memberi ampun padanya. (HR.Imam Abu dawud).167
Syarat-Syarat Taubat
167 (HR. Imam Abu dawud. Sunan Abu Dawud Juz II hlm. 86. Sunan Al Turmudzi,
Juz II hlm. 257. Imam Al-Albani berepndapat bahwa hadits tersebut shahih dalam
shahih Abu dawud, Al-Albani Juz I, hlm. 282).
168 (Aly Al-Shabuny, Tafsir Shafwah al-Tafasir, Dar al-Fiqr, Beirut Ibanon, (tt). Juz
III, hlm. 410).
169 (Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Dar al-Fiqr, Beirut, Libanon, hdits no. 1384,
Juz I hlam. 441).
190 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dengan pengetahuan-Mu. Aku
memohon nasib yang baik kepada-Mu, aku memohon dari karunia-Mu yang agung,
karena Engkau yang Maha Kuasa, sedangkan aku tak kuasa (apapun). Engkau Yang
Maha Mengetahui, sedangkan aku tidak mengetahaui. Engkaulah Yang Maha
mengetahui segala yang ghaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa sesunguhnya
perkara ini…..adalah baik bagiku dalam agama, kehidupan, sekarang atau nanti,
maka berikanlah ia untuk-ku, dan mudahkanlah ia bagiku, kemudian berkahkanlah ia
padaku. Namun jika Engkau mengetahui bahwa sesunguhnya urusan ini…….adalah
buruk bagiku dalam agama, kehidupan, sekarang atau nanati, maka singkirkanlah ia
dariku. Berilah aku penggantinya yang lebih baik, dimana saja ia berada, kemudian
ridailah aku padanya”.Ya Allah sesungguhnya segala sesuatu itu ada dalam
kekuasaan-Mu dan tertutup dari padaku. Aku tidak mengetahui apa yang harus aku
pilih untuk diriku, maka pilihkanlah apa yang baik bagiku. Bawalah aku ke pada
sesuatu yang amat baik dan terpuji akibatnya dalam agama, dunia dan ekherat.
Sesungguhnya Engkau atas segala sesuatau adalah Maha Kuasa.
Shalat Maghrib adalah witirnya shalat diwaktu siang, maka berwitirlah kamu pada
waktu malam, (HR. Imam Ahmad dari Ibn Umar RA).
Rasulullah SAW bersabda: ―Akhirilah shalat malam
kamu dengan witir‖.172
Sabda Nabi SAW lainnya yang artinya: ―Hendaklah kalian shalat
witir pada saat shalat malam, karena sesungguhnya Allah adalah witir
(Tunggal). Allah mencintai yang menunggalkan-Nya‖.(HR.Imam
Muslim).
9. Shalat isyraq
Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"
Barang siapa shalat Subuh berjama‟ah, lalu duduk berdzikr mengingat Allah sampai
matahari terbit. Setelah itu ia shalat dua rak‟at, maka ia akan mendapatkan pahala
seperti satu kali hajji dan umrah secara sempurna, sempurna dan sempurna. (HR.
Tirmidzi)
Shalat ini dikerjakan pada waktu dhuha di bagian awalnya ketika
matahari terbit setinggi satu tombak (jarak antara terbit
matahari/syuruq dengan setinggi satu tombak kira-kira ¼ jam).
Pada pagi hari setiap persendian kamu harus bersedekah; setiap tasbih adalah
sedekah. Setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan Laailaahaillallah)
adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, amar ma‟ruf adalah sedekah, nahi
mungkar juga sedekah dan hal itu bisa terpenuhi oleh dua rak‟at yang dikerjakannya
di waktu Dhuha.(HR. Muslim)
Apabila salah seorang di antara kamu shalat Jum‟at, maka kerjakanlah setelahnya
empat rak‟at. (HR. Muslim). Bisa juga ia kerjakan hanya dua rak‘at karena
Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam pernah melakukannya.
174 Hadits berasal dari Abdillah bin Jaed, ia berkata; saya melihat Rasuulah
SAW keitka akan melaksanakan shlat istisqa, beliau pertama kalinya mengahadap
kepada para jamaah (shahabat) lalu memalingkan badannya mengahadap kiblat sambil
memohon kepada Allah. Kemudian beliau membalikan selendangnya, kemudian shalat
istisqa dua rakaat sambil mengeraskan bacaannya‖. (Imam Bukhari, Al-Tajrid al-Sharih,
hadits no. 522, hlm.167).
175 HR. Imam Bukhari, Fathul Bari, Juz II hlm. 518.
176 HR. Imam Bukhari, Shahih Bukhari Juz I hlm. 224. Dan Shahih Muslim Juz II,
hlm. 614.
177HR. Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Juz I hlm. 224. Imam Muslim, Shahih
Muslim, Juz II hlm. 614.
199 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
BAB X
178- Kholili Hasib, Fiqhul Khilaf dan Adil dalam Menyikapi Perbedaan,
http://hidayatullah.com
200 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
(penyesatan), takfir (pengkafiran) dan tafsiq (menghukumi fasik).
Dalam berdakwah, mereka tidak pula sombong atau memaksakan diri
agar pendapatnya wajib diikuti semua umat.179
Adab itu pernah dicontohkan oleh Imam Malik. Dikisahkan
bahwa Harun al-Rasyid menyarankan agar Imam Malik mempopulerkan
kitabnya, al-Muwatta‘, dengan cara digantungkan di Ka‘bah. Harun al-
Rasyid melihat keilmuan Imam Malik tiada yang menandingi pada
waktu itu, sehingga dengan cara itu sang Khalifah ingin madzhab Imam
Malik diikuti semua penduduk negeri. Akan tetapi, Imam Malik secara
diplomatis menjawab: ‖Jangan Tuan lakukan itu. Sebab sahabat
Rasulullah SAW saja sudah berselisih dalam masalah furu‘. Lagi pula,
umat Islam sudah tersebar di berbagai negeri, sedang sunnah sudah
sampai pada mereka, dan mereka juga punya Imam yang diikuti. Harun
al-Rasyid pun berkomentar:‖Semoga Allah SWT memberi taufiq
kepadmu, wahai Abi Abdillah‖ (diriwayat oleh al-Suyuthi dalam al-
Inshaf fi Asbabi al-Ikhtilaf).
Beda hasil ijtihad di kalangan sahabat juga tidak memicu saling
penyesatan dan pengkafiran. Contoh tentang hukum berdiri ketika ada
jenazah lewat. Sebagian sahabat memandangnya hukum itu untuk
menghormati malaikat, bukan jenazah. Sehingga ini berlaku untuk
jenazah yang muslim maupun kafir. Sahabat lainnya berpandangan
bahwa hal itu dikarenakan kengerian kematian. Sebagaian lagi menilai
hukum itu berlaku khusus untuk jenazah kafir dengan alasan Rasulullah
SAW pernah beridiri ketika dilewati jenazah Yahudi karena takut
jenazah tersebut melebihi kepalanya. Semua hukum ini berjalan di
kalangan sahabat dan tabi‘in. Tiada seorang pun saling menyesatkan.
Karena semua berdasar dari riwayat yang dipercaya.
Kompromi dan saling menerima pendapat seperti tersebut tidak
terjadi jika perbedaannya itu menyangkut persoalan yang prinsip dalam
akidah. Sebab, dalil-dalil yang jelas, dan pasti (qath‘iy) dalam akidah
tidak pernah berubah. Ajaran bahwa Nabi terakhir adalah nabi
Muhammad SAW tidak pernah berubah. Jumlah shalat wajib juga tidak
akan dikurangi atau ditambahi. Barang siapa yang mengubah, maka tidak
boleh dibiarkan karena menyesatkan. Orang-orang yang mengaku Nabi
179 - Ibid
201 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
SAW seperti Musailamah al-Kadzdzab, Thulaihah al-Asadi, Sajah binti
Al-Harits at-Tamimiya, dan lain-lain tidak pernah diakui ajarannya oleh
para sahabat sebagai ijtihad, tapi penyesatan. Ketika Imam Syafi‘i ditanya
tentang aliran Syi‘ah, yang secara prinsip akidah menurut beliau berbeda,
beliau mengkritiknya dengan sangat keras, dan berkata: ―Kelompok ini
adalah golongan terjelek.‖ (baca al-Manaqib jilid I).
Fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa ada aturannya dalam
mengelola perbedaan. Para ulama memberi nama Fiqhul Khilaf (Fikih
Perbedaan). Biasanya Fiqhul Khilaf juga diikuti dengan kajian Fiqhul
I‘tilaf (Fikih Persatuan) untuk menjelaskan mekanisme, dan konsep-
konsep yang tepat dalam menentukan sikap, hal-hal apa saja yang bisa
masuk toleransi dan prinsip-prinsip apa saja yang tidak bisa
dikompromikan. Oleh sebab itu, memahami apa itu konsep ikhltilaf
mutlak dibutuhkan.180
B. Pembagian Khilafiyah
Secara umum ikhtilaf itu dibagi menjadi dua yaitu; Ikhtilafu al-
Tanawwu‘ (perbedaan fariatif) dan Ikhtilafu al-Tadlad (perbedaan
kontradiktif). 181
1. Ikhtilaf Tanawwu‘ adalah jika perbedaan itu tidak saling
kontradiktif antara satu dengan yang lainnya. Masing-masing
dari pendapat tersebut mempunyai kesamaan makna namun
redaksinya berbeda, sebagaimana halnya dengan qira‘ah sab‘ah.
Di antara contoh ikhtilaf tanawwu‘ adalah perbedaan dalam
adzan jum‘at, bacaan do'a iftitah, tasyahhud, qunut shubuh, dan
bacaan basmalah dalam fatihah, yang kesemuanya disyari‘atkan.
Dalam masalah ijtihad seperti ini, tidak diperkenankan saling
berselisih (tanazu‘). Lebih-bebih sampai memicu tadlil (saling
menyesatkan) dan takfir (mengkafirkan). Karena menurut Ibn
jarir At-Thabari, semua itu sifatnya adalah alternative (takhyir),
pilihan yang tidak perlu dipertentangkan.
2. Ikhtilaf Tadhad yaitu perbedaan yang kontrdiktif yang tidak
mungking dipertemukan, karena antra pendapat yang satu
dengn yang lainnya sling bersebrangan. Dalam perbedaan seperti
180 - Ibid
181 - Ibn Taimiyah, Raf‘ al-Malam An Aimmah al-A‘lam,
202 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
ini tidak sepatutnya ditoleransi, karena kebenaran hanya ada
pada salah satu dari pendapat tersebut. Contoh dalam ikhtilaf
tadhod ini kebanyakan terjadi pada masalah-masalah aqidah,
bukan masalah-masalah furuiyyah. Oleh karena itu ahlu sunnah
tidak boleh memberikan toleransi pada syi‘ah, khawarij,
mu‘tazilah, murji‘ah, paham pluralisme,liberalisme dan
sejenisnya. Karena paham mereka itu telah keluar dari jalur
sunah, oleh sebab itu Ibn Rusyd dalam Bidayatul Mujtahid
memasukkan semua fikih para ulama madhab empat, bahkan
madhab dhahiriyyah, tsauriyyah, thabariyyah, dan madhab fikih
lainnya, akan tetapi Ibn Rusyd tidak mewadahi madhab syiah,
murjiah, mu‘tazilah dan sejenisnya, karena madhab ini dianggap
telah keluar dari jalur sunah dan penyebab iftiraq (perpecahan)
di tubuh umat Islam.182
C. Perbedaan Antara Ikhtilaf (perbedaan) dan Iftiraq
(perpecahan)
Membedakan antara Ikhtilaf (perbedaan) dan Iftiraq (perpecahan)
termasuk perkara yang sangat penting. Karena mayoritas manusia -
terlebih para du'at dan sebagian penuntut ilmu yang belum matang
dalam medalami ilmu agama- tidak dapat membedakan antara
permasalahan khilafiyah dengan perpecahan. Akibatnya, terjadi
ketimpangan dalam menghukumi suatu masalah.183
Oleh sebab itu, sudah sewajarnya mengetahui perbedaan antara
ikhtilaf dan iftiraq ini. Agar dapat menempatkat suatu hukum sesuai
pada tempatnya. Paling tidak, ada lima perbedaan yang dapat dijadikan
pijakan, yaitu :
Iftiraq adalah bentuk perselisihan yang sangat tajam. Bahkan
dapat dikatakan sebagai buah dari perselisihan. Banyak sekali
kasus yang membawa perselisihan ke muara perpecahan, meski
kadang kala perselisihan tidak mesti berujung kepada
perpecahan. Jadi, perpecahan adalah sesuatu yang lebih dari
sekedar perselisihan. Tentu saja, tidak semua ikhtilaf
182 - Lihat Ibn Rusyd, Bidayat al-Mujtahid, Dar Al-Syuruq, 2011, Ibn Taimiyah, Raf‘ul
Malam An Aimmah al-A‘lam, Maktabah Waqfiyyah.
183 - Nashir bin Abdul Karim Al-'Aql, Sebab-Sebab Perpecahan Umat dan Cara
Penanggulangannya,Pustaka Islamhouse,2009, hlm.4
203 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
(perselisihan) disebut perpecahan. Namun setiap perpecahan
sudah pasti ikhtilaf. Banyak sekali persoalan yang diperdebatkan
kaum muslimin termasuk kategori ikhtilaf, dimana masing-
masing pihak yang berbeda pendapat tidak boleh memvonis kafir
atau mengeluarkan salah satu pihak dari Ahlus Sunnah wal
Jama'ah.
Iftiraq hanya terjadi pada permasalahan prinsipil, yaitu masalah
ushuluddin yang tidak boleh diperselisihkan. Yakni masalah-
masalah ushuluddin yang ditetapkan oleh nash yang qath'i, ijma
atau sesuatu yang telah disepakati sebagai manhaj (pedoman
operasional) Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Siapa saja yang
menyelisihi masalah di atas, maka ia termasuk orang yang
berpecah dari Al-Jama'ah. Adapun selain itu, masih tergolong
perkara ikhtilaf.
Ikhtilaf bersumber dari sebuah iijtihad yang disertai niat yang
lurus. Dalam hal ini, mujtahid yang keliru mendapat satu pahala
karena niatnya yang jujur mencari kebenaran. Sementara
mujtahid yang benar mendapat pahala lebih banyak lagi. Kadang
kala pihak yang salah juga pantas dipuji atas ijtihadnya. Adapun
bila ikhtilaf tersebut bermuara kepada perpecahan, tidak
diragukan lagi hal itu tercela. Sementara perpecahan yang tidak
berpangkal dari ijtihad atau niat yang tulus. Pelakunya sama
sekali tidak mendapat pahala bahkan mendapat cela dan dosa.
Maka dapat kita katakan bahwa perpecahan itu berpangkal dari
bid'ah, menuruti hawa nafsu, taqlid buta dan kejahilan.
Iftiraq tidak terlepas dari ancaman dan siksa serta kebinasaan.
Tidak demikian halnya dengan ikhtilaf walau bagaimanapun
bentuk ikhtilaf yang terjadi diantara kaum muslimin, baik akibat
perbedaan dalam masalah-masalah ijtihadiyah, atau akibat
mengambil pendapat keliru yang masih bisa ditolerir, atau akibat
memilih pendapat yang salah karena ketidaktahuannya terhadap
dalil-dalil sementara belum ditegakkan hujjah atasnya, atau
karena uzur, seperti dipaksa memilih pendapat yang salah
D. Solusi Khilafiyah
Solusi dari masalah khilafiyah adalah dengan jalan kembali kepada
tuntunan Allah.
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Artinya : Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai-berai. (QS.Ali Imran : 103)
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Artinya : Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka
ikutilah dia ; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-
jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. (QS.Al-An'am : 153)
184 - Ibid
205 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
“Sungguh aku telah meninggalkan ditengah-tengah kalian, satu hal yang bila kalian berpegang
teguh dengannya, niscaya selama-lamanya kalian tidak akan tersesat, bila kalian benar-
benar berpegang tegunh dengannya, yaitu kitab Allah (Al Qur‟an).” (HR. Muslim.)
E. Contoh Khilafiyah
a. Qunut Shubuh
Dalam masalah hukum qunut shalat shuh, para ulama berbeda
menjadi tiga pendapat, yaitu :
Pendapat pertama , qunut shubuh disunnahkan secara terus-
menerus. Ini adalah pendapat Malik, Ibnu Abi Laila, Al-Hasan bin
Shalih, dan Imam Syafi ‘iy.
Pendapat kedua , qunut shubuh tidak disyariatkan karena sudah
mansukh ‗ terhapus hukumnya‘. Ini adalah pendapat Abu
Hanifah, Sufyan Ats-Tsaury, dan lain-lainnya dari ulama Kufah.
Pendapat ketiga , qunut pada shalat shubuh tidaklah
disyariatkan kecuali pada qunut nazilah yang boleh dilakukan
pada shalat shubuh dan pada shalat-shalat lainnya. Ini adalah
pendapat Imam Ahmad, Al-Laits bin Sa‘d, Yahya bin Yahya Al-
Laitsy, dan ahli fiqih dari para ulama Ahlul Hadits.
Adapun dalil-dalil yang dijadikan argumentasi dari masing-masing
pendapat adalah sebagaimana berikut :
Dalil Pendapat Pertama
185 - Diriwayatkan oleh ‗Abdurrazzaq dalam Al-Mushannaf 3/110 no. 4964, Ahmad
3/162, Ath-Thahawy dalam Syarh Ma‘ani Al Atsar 1/244, Ibnu Syahin dalam Nasikhul
Hadits Wa Mansukhih no. 220, Al-Hakim dalam Al-Arba‘in sebagaimana dalam
Nashbur Rayah 2/132, Al-Baihaqy 2/201 dan dalam Ash-Shugra ` 1/273, Al-Baghawy
dalam Syarhus Sunnah 3/123-124 no. 639, Ad-Daraquthny dalam Sunan -nya 2/39, Al-
Maqdasy dalam Al-Mukhtarah 6/129-130 no. 2127, Ibnul Jauzy dalam At-Tahqiq no.
689-690 dan Al-‗Ilal Al-Mutanahiyah no. 753, dan Al-Khatib Al-Baghdady dalam
Mudhih Auwan Al-Jama‘ Wa At-Tafriq 2/255 dan Al-Qunut sebagaimana dalam At-
Tahqiq 1/463.
206 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Dalil Pendapat Kedua
.
Dari Abu Mijlaz, beliau berkata, „ Saya shalat Shubuh bersama Ibnu „Umar lalu
beliau tidak qunut.‟ Maka saya berkata, „ Apakah lanjut usia yang menahanmu
(melakukan qunut)?‟ Ibnu „Umar berkata, „ Saya tidak menghafal hal tersebut dari
para shahabatku. (HR.Thabrani)
Solusi khilafiyah
Dari perbedaan pendapat diatas, sudah semestinya kita harus
bersikap bijaksana. Jika posisi kita sebagai makmum, sudah sepatutnya
untuk mengikuti imamnya dalam perkara ijtihadiyah ini. Maka jika
imam melakukan qunut, hendaknya dia juga melakukan qunut bersama
imam. Dan jika imam tidak melakukan qunuth maka janganlah
melakukan qunuth. Dikarenakan Nabi shallallahu alaihi Wasallam
bersabda: ―‖Imam itu dijadikan untuk diikuti.‖‖ Dan beliau bersabda:
―‖Janganlah kalian menyelisihi imam-imam kalian.‖‖ Dan juga telah
shahih dari beliau Shallallahu alaihi Wasallam bahwa beliau bersabda:
―‖Mereka (para imam) shalat untuk kalian, maka jika mereka benar,
maka (pahala itu) untuk kalian dan juga untuk mereka, dan jika mereka
salah, maka (pahala) bagi kalian dan (dosa) atas mereka‖. Adapun
mendahului imam, maka itu tidak diperbolehkan. Maka jika imam
melakukan Qunut, tidak boleh bagi makmum untuk mendahuluinya,
maka dia harus mengikutinya. Inilah sikap yang dipegang oleh para
186- Diriwayatkan oleh Tirmidzy no. 402, An-Nasa`i no. 1080 dan dalam Al-Kubra no.
667, Ibnu Majah no. 1242, Ahmad 3/472 dan 6/394, Ath-Thayalisy no. 1328, Ibnu Abi
Syaibah dalam Al-Mushannaf 2/101 no. 6961, Ath-Thahawy 1/249, Ath-Thabarany
8/8177-8179, Ibnu Hibban sebagaimana dalam Al-Ihsan no. 1989, Baihaqy 2/213, Al-
Maqdasy dalam Al-Mukhtarah 8/97-98, Ibnul Jauzy dalam At-Tahqiq no. 677-678.
.
Ulama lain berpendirian bahwasanya basmalah tidak dikeraskan dalam shalat,
riwayat ini adalah yang tetap (meyakinkan) dari khalifah empat dan Abdullah bin
Mughaffal dan sekelompok ulama salaf, tabi‟in dan khalaf. Ini menjadi pilihan
madzhab Abu Hanifah, ats-Tsauri dan Ahmad bin Hanbal.
Dari Anas bin Malik, “ Bahwasanya Nabi SAW dan Abu Bakar, Umar radhiyallahu
„anhuma mereka semua membuka (bacaan) shalat dengan
alhamdulillahirabbil‟alamin. (HR.Buhari)
( )
Adapun hukum masalah, maja madzhab kami bahwasanya basmalah itu satu ayat
yang sempurna dari awal surat al-Fatihah tanp ada perselisihan. ( al-Majmu‘
Syarh al-Muhadzab : 3/333)
Ibnu Katsir menjelaskan siapa saja yang memegang pendapat ini
dalam tafsirnya 1/117 :
( )
Imam asy-Syafi‟i berpendapat bahwasanya basmalah dikeraskan beserta al-Fatihah
dan surat(an), ini juga menjadi pendapat segolongan dari kalangan sahabat dan
tabi‟in dan para imam kaum muslimin zaman dahulu dan kemudian. Yang
mengeraskan basmalah dari kalangan sahabat di antaranya Abu Hurairah, Ibnu
Umar, Ibnu Abbas dan Mu‟awiyah…
Menurut Imam Malik : Basmalah tidak dibaca secara keseluruhan, baik dibaca keras
maupun pelan-pelan
Sedang Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya mengatakan 1/96:
.
Kesimpulan madzhab Malik dan sahabatnya, bahwasanya basmalah bukan termasuk
surat al-Fatihah dan juga surat selainnya, basmalah tidak dibaca dalam shalat
fardhu dan juga selainnya baik secara sirr maupun jahr, namun boleh dibaca dalam
shalat sunat. Pendapat inilah yang masyhur dari Imam Malik menurut sahabat-
sahabatnya.
)
(
“Kami tidak mengetahui ada hadis yang sahih dan sharih mengenai
mengeraskan basmalah yang menunjukkan atas itu. Namun dalam hal ini
luas dan mudah, tidak seyogyanya dijadikan bahan pertikaian. Jika imam
mengeraskan basmalah di suatu saat supaya makmum tahu bahwa ia
membacanya hal ini tidak apa-apa, namun yang lebih utama dan yang lebih
sering adalah membacanya dengan pelan sebagai bentuk pengamalan
terhadap hadis-hadis yang sahih “ ( Fatawa Islamiyyah : 1/479)
Pendapat senada dikemukakan oleh ulama kontemporer
yang berpandangan seperti ini misalnya Syeikh Fauzan:
(
“Dan mungkin dikatakan : Bahwa Nabi SAW mengeraskan basmalah di
suatu waktu dan mensirrkannya di waktu yang lain. Sepanjang persoalan itu
masalah khilafiyyah maka tidak boleh bersikap ta‟ashub dengan pendapat
188 - Badrudin Syubki, Rakaat Shalat Tarawih Pendapat Empat Madzhab, Bogor :
PUSKI UIKA
216 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Madzhab Malik melaksnakan 39 rakaat sesuai riwayat ahli Madinah.
Sedangkan pelaksanaan shalat tarawih di Masjid Mekkah dan Madinah
sa‘at ini adalah tetap mengacu kepada pendapat Madzhbab resmi
pemerintah saudi Arabia, yaitu Hanbali dengan pelaksanaaan 20 rakaat.
Dan pada malam ke-20 Ramadhan hingga akhir bulan, di kedua mesjid
tersebut juga dilaknakan shalat qiyamullail (shalat tengah malam)
sebanyak 10 raka‘at dimulai sekitar fukul 00 wib hingga menjelang sahur.
Karena ada hadits yang menjeksakan tentang shalat malam bulan
ramdhan (qiyamurramadhan), maka ada juga yang berpendapat bahwa
pelaksnaan shalat tarawih juga mengacu kepada shalat malam
sebagaimana telah dilaksnakan oleh rasulullah saw. Pendapat ini
kemudian diikuti oleh beberapa ulama mutakhirin. Adapun jumlah
rakaat shalat malam rasulullah saw adala sbb:
Shalat malam 11 rtakaat terdiri dari 4 rakaat x 2+3 raka‘at witir.
(HR. Imam Bukhari)
11 rakaat terdiri dari 4 raka‘at x 2+2 rakaat witir + 1 rakaat witirt.
(HR. Muslim dari Aisyah ra).
11 rakaat terdiri dari 2 raka‘at x 4 & 2 rakaat witir + 1 raka‘at wtir
(HR. Muslim).
8 raka‘at + raka‘at witir (HR Ibnu Hibban).
8 rakaat + 3 rakaat wiitir= 11 rakaat.
Hadits yang menjelaskan Nabi SAW melaksanakan qiyamur
Ramadhan delapan rakaat ditambah tiga (sebelas rakaat) adalah berasal
dari riwayat Imam Malik dari Abi Sa‘id al-Maqbari dari Abi Salamah bin
Abdur Rahman. Abi Salamah bertanya kepada Aisyah: ―Bagaimana shalat
Rasulullah Saw di bulan ramadhan?‖. Jawab Aisyah:
.
“Rasulullah SAW tidak menambah shalatnya sebelas rakaat, baik di bulan ramadhan
atau yang lainnya. Rasulullah SAW pertama shalat empat rakaat”.Kata Aisyah
217 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
kepada Abi Salamah:“Engkau (wahai Abi Salamah) jangan bertanya tentang baik
dan panjangnya shalat rasulullah empat rakaat itu”. Kemudian Rasulullah shalat lagi
empat rakaat. Kata Aisyah: “Engkau jangan bertanya lagi (hai Abi salamah) tentang
baik dan panjangnya shalat empat rakaat itu”. Kemudian Rasulullah shalat witir tiga
rakaat. Aku (kata Aisyah) bertanya kepada Rasulullah: “Ya Rasulullah! apakah
engkau tidur sebelum witir?” Rasulullah menjawab: “Wahai Aisyah sesungguhnya
kedua mataku tidur, namun hatiku tidak pernah tidur”.
Hadist riwayat Aiyah itu bukan menunjukkan shalat tarawih,
akan tetapi maksudnya shalat qiyamulail atau (mungkin) shalat tahajjud,
karena jika shalat yang delapan rakaat diartikan shalat tarawih, maka
berarti di bulan syawal dan yang lainnya juga, boleh ada shalat tarawih.
Bahkan Syekh Jaenuddin al-Malyabary dalam kitab Fah al-Mu‘in
mengatakan:
.
“Jika shalat tarawih dilakukan empat rakaat dengan satu kali bacaan salam, maka
hukmnya tidak shah, berbeda dengan shalat sunat dhuhur, ashar dan dhuha”.
Namun Muhammad Syatha al-Dimyathi mengatakan kata-kata:
―maksudnya empat rakaat atau lebih, misalnya delapan
rakaat, dua belas rakaat, enam belas rakaat atau dua puluh rakaat yang
dinyatakan tidak shah,
.
Tidak shah shalat tarawih empat rakaat atau lebih dengan satu kali salam, jika
dilakukan dengan sengaja dan mengetahui hukumnya. Dan jika tidak tahu hukumnya
dan tidak sengaja, maka shalat itu menjadi shah seperti shalat sunah muthlak
lainnya”.
Namun perbedaan pendapat ini, hanya dalam bilangan jumlah
rakaat shalat tarawih, bukan perbedaan dalam subtansi shalat
qiyamullail di bulan ramadhan. Karenanya Imam Taqyuddin al-Subky
membuat kaidah fiqh (ushul fiqh) dalam kitab Jam‘ul Jawami‘:
T
anggal 10 Desember 2011, bisa dikatakan hari yang sangat istimewa bagi
Dr.Akhmad Alim. Anak kampung ini berhasil lulus mempertahankan
disertasi doktomya dan menjadi seorang Doktor termuda serta tercepat
di Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor dengan predikat cum laude.
Salah satu pengujinya yaitu Prof.Dr.Ahmad Tafsir, pakar pendidikan dari
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Jati Bandung memuji Disertasi dan
keilmuannya.―UIKA kini memiliki pakar tentang Ibn Jauzi,‖ kata Prof.Ahmad
Tafsir.
Pada sidang terbuka tersebut, Ahmad Alim mempertahankan
Disertasinya yang berjudul ―Pendidikan Jiwa Ibn Jauzi dan Relevansinya
terhadap Pendidikan Spiritual Manusia Modern‖. Ia menjawab semua
pertanyaan para penguji dengan tangkas dan lancar. Tim penguji
Disertasi terdiri atas Prof.Dr.KH.Didin Hafidhuddin,MS,
Prof.Dr.H.Ahmad Tafsir, Prof.Dr.H.Didin Saifudin Bukhari,MA,
Dr.H.Adian Husaini,Msi, dan Dr.H.Ibdalsyah,MA.
Melalui Disertasi ini, Dr.Alim menawarkan solusi Pendidikan Jiwa
berdasarkan konsep yang disusun oleh seorang ulama besar bernama Ibn
Jauzi. Memang, untuk menyelesaikan disertasinya, Alim harus bekerja
keras. Dia melakukan penelitian di berbagai perpustakaan, termasuk di
Universitas Islam Madinah dan Universitas Ummul Qura Mekkah. ―Saya
sudah mengecek, belum ada yang menulis masalah ini,‖ papar Alim.
Dr.Akhmad Alim, sehari-hari lebih akrab dipanggil Ustadz Alim.
Maklum, sembari menyelesaikan program doktoralnya, ia juga dipercaya
oleh Prof.Dr.KH.Didin Hafidhuddin,MS, menjadi pengasuh Pondok
Pesantren Mahasiswa dan Sarjana (PPMS) Ulil Albaab Bogor -sebuah
pesantren yang didirikan oleh Mohammad Natsir, tahun 1987.
Akhmad Alim selama ini sudah dikenal "haus ilmu". Sejarah
pendidikannya tidak terlepas dari nadzar sang ibunya sendiri, yang
merupakan seorang perempuan yang buta huruf. Sang Ibu adalah seorang
anak yatim piatu sejak kecil. Kakak-kakaknya diambil dan diasuh orang,
sedang ia sendiri tidak, sehingga Ia hidup sebatangkara. Karena tidak ada
biaya, ia keluar sekolah ketika kelas dua SD. Semenjak itu, ia mencari