Anda di halaman 1dari 232

STUDI ISLAM II

Fikih Ibadah
Dr. Akhmad Alim, M.A
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
ALIM, Akhmad
STUDI ISLAM II: Fikih Ibadah, Penulis, Dr. Akhmad Alim, M.A; Penyunting, Fathurrohman
Saifuddin, --Cet. 1-Bogor, 2012

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Ketentuan Pidana
(1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan
ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu
juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
(2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil
pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara palling lama 5 (lima) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Pasal 72 UU No.19 Tahun 2002

STUDI ISLAM II: Fikih Ibadah


Penulis : Dr. Akhmad Alim, M.A
Penyunting : Fathurrohman Saifuddin
Penata Letak : Irfan Habibie
Desain Sampul : Faisal
Penerbit : Pustaka Al Bustan
Perum Taman Kenari Blok B5 No 3A Ciluar Bogor
Telepon/Fak: 0251-8650158 Hp: 0817-1945-60
Email: andi_bastoni@yahoo.com
Cetakan : Pertama
Tahun : 2012

ISBN : 978-979-1324-14-4
PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Aku memuji-Nya, Aku memohon


pertolongan dan ampunan kepada-Nya. Aku berlindung kepada Allah
dari kejahatan diri dan dari keburukan perbuatanku. Barangsiapa yang
memperoleh petunjuk Allah, maka tidak seorang pun dapat
menyesatkannya. Dan barangsiapa disesatkan Allah, maka tidak seorang
pun dapat menunjukinya.
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak diibadahi kecuali
Allah semata tanpa sekutu apa pun bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa
Nabi Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya.

Firman Allah SWT:

Hai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-


Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama
Islam.(QS. Ali-Imran : 102)

Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu
dari diri yang satu, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada
keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah
selalu menjaga dan mengawasi kamu.(QS. An-Nisa : 1)

i | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah
perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan
mengampuni bagimu dosa-dosamu.(QS. Al-Ahzab : 70-71)

Manusia modern cenderung melepaskan diri dari keterikatan


dengan Tuhan (al-I‟radh), untuk selanjutnya membangun tatanan yang
berpusat pada manusia (al-qadariyah). Akibatnya, kehidupan manusia
terdominasi oleh hipnotis atmosfer modernitas, yang pada gilirannya
akan membuat manusia lengah dan tidak menyadari bahwa dimensi
spiritualnya terdistorsi, sehingga tidak mengherankan jika akar
spiritualtas tercabut dari panggung kehidupan global.
Munculnya problem spiritual yang menimpa manusia modern
bermula dari hilangnya visi keilahiyan (uluhiyah) yang disebabkan oleh
ulahnya sendiri, yakni bergerak menjauh dari tuntunan Allah dalam
mengatur kehidupan. Menurut Ibn Jauzi penyebab utama krisis
keruhaniyan tersebut, berawal dari dua hal pokok, yaitu menjauh dari
Allah (al-i‟radh), dan menuhankan hawa nafsu (ittiba al-hawa) atau dalam
istilah lain dikenal dengan istilah ―memperturutkan syahwat‖(Ittiba‟ al-
syahawat). Hal itu sebagaimana ditegaskan oleh Allah dalam (QS. Thaha:
124) dan (QS. Maryam: 19), berikut ini:

Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya


penghidupan yang sempit dan Kami akan menghimpunnya pada harikiamat dalam
keadaan buta. (QS. Thaha: 124)

Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat
dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.
(QS. Maryam: 19)

Dari penafsiran ayat tersebut, Ibn Jauzi melihat bahwa ada dua
penyebab pokok, yang membuat rusaknya mental spiritual manusia,
sehingga menyebabkannya terjatuh dalam jurang kehancuran (ghayya),
ii | Studi Islam II
Fikih Ibadah
yaitu (1) berpaling dari Allah (al-i‟radh), dalam hal ini menyia-nyiakan
shalat; karena orang yang meremehkan shalat berarti tanda orang yang
berpaling dari jalinan vertikal yaitu hablumminallah, dan (2)
memperturutkan hawa nafsu (Ittiba‟ al-syahawat), yaitu dengan
melampiaskan segala kesenangan, yang melampaui batas syari‘at, seperti
zina, khamr, dan sejenisnya yang menghalangi seseorang dari jalan
ketaatan kepada Allah.
Untuk itu, tidak ada solusi lain kecuali manusia harus kembali ke
pusat eksistensi tersebut, yaitu kembali kepada Allah (fafirru ilallah) dan
mengendalikan kembali hawa nafsu (dzam al-hawa). Dalam usaha
mencapai hal tersebut, maka dibutuhkan penyucian jiwa (tazkiyah al-nafs)
melalui ibadah kepada Allah. Karena dengan usaha inilah jiwa akan
terbebas dari hal-hal yang mengotorinya dan kembali pada fitrahnya.
Menurut Ali Abduh, ibadah seperti shalat, zakat, membaca Al-Qur‘an,
berdzikir, dan ibadah lainnya, adalah sarana paling efektif untuk
menyucian jiwa seseorang.
Penulisan buku ―Studi Islam 2 : Fikih Ibadah‖ ini diharapkan
dapat menjawab problematika krisis spiritual tersebut, sehingga dapat
memberikan solusi yang memadai. Wallahu A‟lam Bisshawab.

Bogor, 01 Maret 2012


Dr.Akhmad Alim,M.A

iii | Studi Islam II


Fikih Ibadah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI ............................................................................................................. iv
BAB I : IBADAH DAN RUANG LINGKUPNYA........................................... 1
BAB II : FIKIH SHALAT ....................................................................................... 22
BAB III : FIKIH ZAKAT ........................................................................................ 40
BAB IV : FIKIH PUASA ........................................................................................ 63
BAB V : IBADAH HAJI, UMRAH DAN ZIARAH……………………………………..86
BAB VI :FIKIH JENAZAH .................................................................................. 106
BAB VII : DZIKIR,ISTIGHFAR,SHALAWAT, DO‘A .................................. 127
BAB VIII : QIYAMULLAIL DAN TADABUR AL-QUR‘AN ...................... 170
BAB IX : PANDUAN SHALAT SUNNAH ...................................................... 186
BAB X : KHILAFIYAH DALAM IBADAH ....................................................... 200
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 221

iv | Studi Islam II
Fikih Ibadah
BAB I

IBADAH DAN RUANG LINGKUPNYA

1. Ibadah Sebagai Tujuan Penciptaan Jin dan Manusia


Allah SWT tidak menciptakan jin dan manusia sebagai suatu yang
sia-sia. Tetapi, ada tujuan dibalik penciptaan mereka, yang tidak lain
adalah tujuan ubudiyah. Dalam arti menyembah Allah SWT,
mengesakan, mengagungkan, membesarkan, dan mentaati-Nya, dengan
melakukan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Sebagaimana firman-Nya SWT:

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-
Ku. (QS. Az-Zariyat :56)
Dari Mu'azd bin Jabal r.a, ia berkata, "Saya membonceng Nabi
SAW di atas keledai yang dinamakan 'afir, lalu 'Beliau SAW bersabda,
'Wahai Mu'adz, tahukah kamu apa hak Allah SWT terhadap hamba dan
apa hak hamba kepada Allah SWT? Saya menjawab. 'Allah dan Rasul-
Nya yang lebih mengetahui.' Beliau bersabda,: 'Sesungguhnya hak Allah
SWT terhadap hamba adalah bahwa mereka menyembah Allah SWT
dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan hak hamba
terhadap Allah SWT adalah bahwa Dia SWT tidak akan menyiksa orang
yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun. Saya bertanya,
'Wahai Rasulullah, bolehlah saya memberitahukan kepada manusia?'
Beliau menjawab, 'Jangan engkau beritakan kepada mereka, maka
mereka menjadi enggan beramal. (HR.Muttafaqun 'alaih).1
2. Definisi Ibadah
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta
tunduk. Sedangkan menurut syara‘ (terminologi), ibadah adalah sebutan
yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa

1 Muttafaqun 'alaih. HR. al-Bukhari no. 2856 dan Muslim no. 30, lafadz hadits ini dari
riwayat Muslim.
1 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang
bathin.2
Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijri berkata :
Yang berhak disembah hanya Allah SWT semata, dan ibadah
digunakan atas dua hal;Pertama: menyembah, yaitu merendahkan
diri kepada Allah SWT dengan melakukan segala perintah-Nya
dan menjauhi segala larangan-Nya karena rasa cinta dan
mengagungkan-Nya.Kedua: Yang disembah dengannya, yaitu
meliputi segala sesuatu yang dicintai dan diridhahi oleh Allah
SWT berupa perkataan dan perbuatan, yang nampak dan
tersembunyi seperti, doa, zikir, shalat, cinta, dan yang semisalnya.
Maka melakukan shalat misalnya adalah merupakan ibadah
kepada Allah SWT. Maka kita hanya menyembah Allah SWT
semata dengan merendahkan diri kepada-Nya, karena cinta dan
mengagungkan-Nya, dan kita tidak menyembahnya kecuali
dengan cara yang telah disyari'atkan-Nya.3
Dari pengertian di atas dapat dirinci bahwa ibadah mencakup
ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja‘
(mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah
(senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan
dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan
lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati).
Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah
qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah
yang berkaitan dengan amalan hati, lisan dan badan.4
3. Rukun Ibadah
Setiap ibadah yang dikerjakan oleh setiap hamba, harus menenuhi
tiga pilar pokok, yaitu: hubb (cinta), khauf (takut), raja‘ (harapan). Rasa
cinta harus disertai dengan rasa rendah diri, sedangkan khauf harus
dibarengi dengan raja‘. Dalam setiap ibadah harus terkumpul unsur-

2 Ibn Taimiyah,Al „Ubudiyah, Maktabah Darul Balagh, hlm. 6


3 - Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijri, Ringkasan Fiqih Islam, Pustaka
Islamhouse,hlm.17
4 - Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Prinsip Dasar Islam Menutut Al-Qur‟an dan As-Sunnah yang
Shahih, Bogor : Pustaka At-Taqwa Po Box 264 Bogor 16001, Cetakan ke 3
2 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
unsur ini. Allah berfirman tentang sifat hamba-hamba-Nya yang
mukmin:

Dia mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya. (QS.Al-Maa-idah: 54)

Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cinta-nya kepada Allah.(QS.Al-


Baqarah: 165)

Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam


(mengerjakan) kebaikan dan mereka berdo‟a kepada Kami dengan penuh harap dan
cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu‟ kepada Kami. (QS.Al-
Anbiya‘: 90)
Mengenai tiga pilar ini, sebagian Ulama Salaf berkata , ―Siapa yang
beribadah kepada Allah dengan rasa cinta saja, maka ia adalah zindiq,5
siapa yang beribadah kepada-Nya dengan raja‘ saja, maka ia adalah
murji‘.6 Dan siapa yang beribadah kepada-Nya hanya dengan khauf,
maka ia adalah haruriy.7Barangsiapa yang beribadah kepada-Nya dengan
hubb, khauf, dan raja‘, maka ia adalah mukmin muwahhid.‖8
4. Syarat diterimanya ibadah
Melakukan amalan ibadah merupakan sebuah kewajiban bagi
setiap muslim; karena tujuan diciptakannya jin dan manusia adalah
untuk beribadah. Demikian itu sebagaimana yang difirmankan oleh Allah
‗azza wa jalla dalam Al-Qur‘an (QS. Adz Dzariyat : 56).

Dan tidaklah Aku ciptakan seluruh jin dan seluruh manusia melainkan untuk
beribadah hanya kepadaKu. (QS. Adz Dzariyat : 56)

5. Zindiq adalah orang yang munafik, sesat dan mulhid.


6. Murji‘ adalah orang murji‘ah, yaitu golongan yang mengatakan bahwa amal bukan
bagian dari iman, iman hanya dalam hati.
7.Haruriy adalah orang dari golongan khawarij yang pertama kali muncul di Harura‘,
dekat Kufah, yang berkeyakinan bahwa orang mukmin yang berdosa besar adalah kafir.
8. Ibn Taimiyah, al-„Ubuudiyyah, tahqiq Syaikh ‗Ali bin Hasan bin ‗Ali ‗Abdul Hamid al-
Halaby al-Atsar, Maktabah Darul Ashaalah 1416 H, hlm.161-162
3 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Agar amalan ibadah yang kita lakukan diterima oleh Allah, maka
harus mengikuti dua syarat, berikut ini:
a. Al-Ikhlash, yaitu berniat ikhlas kepada Allah ‗Azza wa Jalla
b. Al-Ittiba‘, yaitu mengikuti syariat Nabi Muhammad shollallahu
‗alaihi was sallam.9
Dua syarat ini sebagaimana dijelaskan oleh oleh Allah dalam Al-
Qur‘an (QS. Al Kahfi: 110),

Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya, maka hendaklah dia


mengerjakan amal shalih dan janganlah dia mempersekutukan seorangpun dengan
Rabb- nya.(QS. Al Kahfi : 110)
Di dalam ayat ini, Ibnu Katsir menafsirkan, bahwa maksud dari
firman Allah: ( ) adalah amal ibadah yang shaleh merupakan
bekal bagi siapa saja yang ingin berjumpa dengan Allah. Amal ibadah
tersebut tidak akan pernah diterima, kecuali sesuai dengan syariat Allah,
yaitu dengan mengikuti petunjuk Rasulallah Shallallahu ‗alaihi wa
sallam. Sementara maksud dari firman Allah: ( ) adalah
selalu ikhlas dalam beramal, yaitu hanya mencari ridha Allah dan tidak
berbuat syirik pada-Nya. Kemudian Ibn Katsir menegaskan, ―Inilah dua
rukun diterimanya ibadah, yaitu harus ikhlas karena Allah dan
mengikuti petunjuk Rasulullah Shallallahu ‗alaihi wa sallam‖.10
Pendapat Ibn Katsir tersebut, dikuatkan dengan atsar sahabat Ali
bin Abi Thalib, Ibn Mas‘ud, Hasan, Sa‘id bin Zubair, dan sahabat yang
lainnya. Hal itu sebagaimana ditegaskan oleh Sufyan Ats Tsaury berikut
ini:

"

9. Ibnu Rajab, Jami‟ al-‟Ulum wa al-Hikam, tahqiq oleh Syu‘aib Al Arnauth dan Ibrahim
Bajis, Saudi Arabia: Mu‘assassah ar-Risalah, 1419H. , hlm. 12.
10 Ibn Katsir, Tafsir Al-Qur‟an Al-Adzim, Maktabah Darus Salam, Volume III,
hlm. 120-121
4 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Artinya: ―Para ulama berkata: “Tidak akan lurus perkataan kecuali dengan
perbuatan, tidak akan lurus perkataan dan perbuatan kecuali dengan niat dan tidak
akan sempurna perkataan dan perbuatan serta niat kecuali dengan mengikuti sunnah
Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam”.11
Dalam menyikapi dua syarat diterimanya amalan ibadah tersebut,
manusia dibagi menjadi empat golongan. Hal itu sebagaimana yang
dijelaskan oleh Ibnu Qayyim dalam Madarij al-Salikin (1/95-97), yang
kesimpulannya adalah sebagai berikut:
1. Kelompok Muwahid, yaitu orang yang dalam amalannya
menyempurnakan kedua syarat di atas, yakni ikhlas dan mutaba‘ah,
secara terintegrasi. Dengan demikian, mereka adalah orang-orang
menyembah kepada Allah dengan sebenar-benarnya. Karena mereka
mengikhlaskan amalan mereka hanya kepada Allah, dengan
mengikuti syari‘at Rasulullah -Shallallahu alaihi wa ala alihi
wasallam-. Mereka tidak beramal untuk manusia, karena mereka
mengetahui bahwa pujian manusia sama sekali tidak bisa
mendatangkan manfaat, sebagaimana cercaan mereka sama sekali
tidak bisa mendatangkan kejelekan. Akan tetapi mereka
mengikhlaskan ibadah secara zhahir dan batin untuk Allah, serta
mereka jujur dalam mengikuti sunah Nabi Muhammad -Shallallahu
alaihi wa ala alihi wasallam- secara zhahir dan batin.
2. Kelompok Zindiq, yaitu orang yang kehilangan ikhlas dan Ittiba‘
dalam amalannya. Dengan demikian, kelompok ini melakukan
amalan hanya karena makhluk dan kepentingan duniawi, sehingga
mereka tidak lagi mementingkan Ittiba‘ sunah Rasulallah saw dalam
amalannya tersebut.
3. Kelompok Mubtadi‘ah, yaitu orang yang beramal dengan ikhlas, tapi
tanpa Ittiba‘. Hal ini berawal dari kejahilan dalam mengamalkan
syari‘at, sehingga beribadah tanpa berdasarkan ilmu. Akibatnya,
kebanyakan dari mereka terjatuh dalam kebid‘ahan, yaitu amalan-
amalan ibadah yang tidak dicontohkan oleh Rasulallah saw.

11 Ibnu Rajab, Jâmi‟ al-‟Ulûm wa al-Hikam, tahqiq oleh Syu‘aib Al Arnauth dan
Ibrahim Bajis, Saudi Arabia: Mu‘assassah ar-Risalah, 1419H. , hlm. 9, Al-Baghdadi,
Iqtidha‘ Al-Ilm Al-Amal, Beirut: Maktab Al-Islami, 1397H. , hlm. 29, Ibn Bathah Al-
Ukbari, Al-Ibanah, Vol. 2, hlm. 803
5 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Hasilnya, amalan yang mereka lakukan tidak menambah dekat
dengan Allah, tetapi amalan tersebut akan semakin membuat mereka
jauh dari Allah.
4. Kelompok Munafik, yaitu orang yang melakukan Ittiba‘ dalam
amalannya, tetapi meninggalkan keikhlasan. Hal ini disebabkan
karena riya‘ dan mencari tujuan duniawi yang sifatnya fana, sehingga
amalan ibadahnya mengharapkan pujian manusia, dan kedudukan di
sisi mereka. Hasilnya, amalan-amalan tersebut adalah sia-sia di sisi
Allah.12
Dua syarat diterima suatu amalan ibadah tersebut, akan dijelaskan dalam
uraian berikut ini:
1. Al-Ikhlas
a. Pengertian (Ta‘rif)
Ikhlas secara bahasa (lughah) memiliki beberapa makna, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Al-Tashfiyah, Al-tanqiyah, Al-Tahdzib, yaitu memurnikan sesuatu
dari segala macam campuran.
2. Al-Tauhid, yaitu mengesakan
3. Al-Takhshish, yaitu mengkhususkan
4. Al-Najah, yaitu selamat dari sesuatu.
5. Al-Ihsan, yaitu memperbaiki dan menyempurnakan.13
Adapun secara istilah, para ulama berbeda redaksi (ibarah) dalam
menggambarkanya, tetapi pada intinya sama. Ada yang berpendapat,
ikhlas adalah memurnikan tujuan ibadah untuk mendekatkan diri
kepada Allah. Ada pula yang berpendapat, ikhlas adalah mengesakan
Allah dalam beribadah kepadaNya. Ada pula yang berpendapat, ikhlas
adalah menyelamatkan ibadah dari pamer (riya‘) kepada makhluk. Ada

12 Ibnu Qayyim, Bada‟i Al-Fawaid, Mekah: Maktabah Nizar Musthafa, 1416H. ,


Vol. 4, hlm. 952, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Madarij al-Salikin, Vol. I, hlm. 95-97
13 Muhammad Ibn Abi Bakar Al-Razi, Mukhtar Al-Shihah, Madinah
Munawarah: Dar Al-thaibah, 1987, hlm. 184, Ibn Faris, Mu‘jam maqayis Al-Lughah,
Libanon: Dar Al-Fikr, 1415 H. , hlm. 327, hlm. 6, Ibn Hajar Al-Ashqalani, Fath Al-Bari,
Riyadh: Dar Al-Salam, 1418 H. , Vol. 10, hlm. 589
6 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
pula yang berpendapat, ikhlas adalah mensucikan amal dari sifat ujub,
dan segala macam penyakit hati (afat al-qulub).14
Al Harawi mengatakan: ―Ikhlas ialah, membersihkan amal dari
setiap noda. ‖ Ulama Yang lain berkata: ―Seorang yang ikhlas ialah,
seorang yang tidak mencari perhatian di hati manusia dalam rangka
memperbaiki hatinya di hadapan Allah, dan tidak suka seandainya
manusia sampai memperhatikan amalnya, meskipun hanya seberat biji
sawi (dzarrah)‖.15 Sementara Fudhail bin ‗Iyadh berkata: ―Meninggalkan
amal karena manusia adalah riya‘. Dan beramal karena manusia adalah
syirik. Dan ikhlas ialah, apabila Allah menyelamatkan kamu dari
keduanya‖.16 Sa‘id bin Zubair mengatakan: ―ikhlas adalah mensucikan
diri dalam melakukan amal dari segala sifat riya, dan menjadikan amalan
ibadah hanya karena Allah‖.17 Al-Qurthubi berkata:‖ikhlas adalah
memurnikan amalan ibadah dari campuran kepentingan duniawi‖.18 Ibn
Hajar Al-Ashqalani berkata: ―ikhlas bermakna ihsan, yaitu seseorang
melakukan amal ibadah, seakan-akan Ia melihat Allah, atau merasa
bahwa dirinya selalu dilihat oleh Allah‖.19
Dari uraian singkat pendapat para ulama di atas, dapat dikatakan
bahwa ikhlas adalah seseorang berniat dengan amal ibadahnya, hanya
untuk mendekatkan dirinya kepada Allah semata, bukan karena mencari
pujian manusia, atau mencari kepentingan duniawi. Dengan demikian,
seseorang akan selalu memperbaiki amalannya, dengan cara
mentauhidkannya dan tidak mensyirikkan amalan tersebut kepada
selain Allah.

b. Dalil-Dalil tentang Ikhlas

14 Abdul Lathif, Al-Ikhlash Wa Al-Syirk Al-Ashghar, Darul Wathan, 1412 H. ,


www. alabdullatif. islamlight. net, hlm. 5, Al-Ghazali, Ihya‘ Ulum Al-Din, Beirut: Al-
Maktabah Al-Ashriyah, 1420 H. , Vol. 4, hlm. 502
15 Ibid
16 Ibn Qayyim, Madarijus Salikin, Kairo: Darul Hadits, Vol. 2, hlm. 95-96
17 Al-Marwazi, Ta‘dzim Al-Shalat, Madinah Munawarah: Maktabah Al-Dar,
1406 H. , Vol. 2, hlm. 566
18 Al-Qurthubi, Al-Jami‟ li Ahkam Al-Qur‟an, Kairo: Dar Al-Hadist, 1414 H. , Vol.
2, hlm. 151
19 Ibn Hajar Al-Ashqalani, Fath Al-Bari, Riyadh: Dar Al-Salam, 1418 H. , Vol.
10, hlm. 589

7 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Adapun mengenai dalil-dalil yang menjelaskan tentang pentingnya
ikhlas dalam melakukan amalan ibadah, adalah terdapat di dalam Al-
Qur‘an dan Al-Sunah.
Dalil-dalil dari Al-Qur‘an tentang ikhlas adalah sebagai berikut:

Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya, maka hendaklah dia


mengerjakan amal shalih dan janganlah dia mempersekutukan seorangpun dengan
Rabb- nya. (QS. Al Kahfi: 110)

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya. (QS. Al-Bayyinah: 5)

Katakanlah: “Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan


memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama. (QS. Al-Zumar:
11)

Padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus
dibalasnya, Tetapi (Dia memberikan itu semata-mata) Karena mencari keridhaan
Tuhannya yang Maha Tinggi. (QS. Al-Lail: 19 – 20)

Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan


keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan)
terima kasih. (QS. Al-Insaan: 9)

Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan kami tambah


keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia

8 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya
suatu bahagianpun di akhirat. (QS. Asy-Syuuraa: 20)

Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan


kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di
dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat,
kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu. (QS. Hud: 15-16)
Dalil-dalil dari Al-Sunah tentang ikhlas adalah sebagai berikut:
Dari Umamah, ia berkata: Seorang laki-laki datang kepada
Rasulullah Shallallahu ‗alaihi wa sallam seraya berkata, ‖Bagaimanakah
pendapatmu (tentang) seseorang yang berperang demi mencari upah dan
sanjungan, apa yang diperolehnya?‖ Rasulullah Shallallahu ‗alaihi wa
sallam menjawab, ‖Dia tidak mendapatkan apa-apa. ‖ Orang itu
mengulangi pertanyaannya sampai tiga kali, dan Nabi Shallallahu 'alaihi
wa salalm selalu menjawab, orang itu tidak mendapatkan apa-apa (tidak
mendapatkan ganjaran), kemudian Rasulullah Shallallahu ‗alaihi wa
sallam bersabda:

Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla tidak menerima amal perbuatan, kecuali yang
ikhlas dan dimaksudkan (dengan amal perbuatan itu) mencari wajah Allah.20
Dari Amirul Mu‘minin, Abi Hafs Umar bin Al Khathab, dia berkata:
Saya mendengar Rasulullah bersabda:

20 HR Nasa-i, VI/25 dan sanad-nya jayyid sebagaimana perkataan Imam


Mundziri dalam At Targhib Wat Tarhib, I/26-27 no. 9. Dihasankan oleh Syaikh Al
Albani dalam Shahih At Targhib Wat Tarhib, I/106, no. 8.
9 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang
(akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin
mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan)
Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya
atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai
sebagaimana) yang dia niatkan.21
Di dalam Shahih Muslim dari hadits Abu Hurairah, sesungguhnya
Rasulallah saw bersabda, Allah berfirman (hadits qudsi):

Aku tidak membutuhkan sekutu, barangsiapa yang melakukan suatu amal ibadah
yang ia menyekutukan selain-ku bersama-Ku, niscaya Aku meninggalkannya dan
sekutunya.22
2. Al-Ittiba‘
a. Pengertian (Ta‘rif)
Al-Ittiba‘ secara bahasa bersumber dari mashdar ittaba‘a, yang
bermakna al-talwu, al-qafwu, al-i‘timam, yaitu mengikuti sesuatu.
Dikatakan mengikuti sesuatu jika berjalan mengikuti jejaknya dan
mengiringinya. Kata ini berkisar pada makna menyusul, mencari,
mengikuti, meneladani dan mencontoh. Dikatakan Ittiba‘ kepada al-
Qur‘an, bermakna mengikutinya dan mengamalkan kandungannya. Dan
Ittiba‘ kepada Rasul Shallallahu ‗alaihi wa sallam, bermakna meneladani,
mencontoh dan mengikuti sunah-sunahnya.23
Adapun secara istilah syar‘i, Al-Ittiba‘ adalah mengikuti petunjuk
Rasulallah saw dalam melaksanakan amalan ibadah, baik dalam

21 HR. Muslim, no:1907


22 HR. Muslim, no. 29985
23 Ibn Faris, Maqayis Al-Lughah, Vol. I, hlm. 362
10 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
keyakinan (i‘tiqad), perkataan (qauliyah), perbuatan (fi‘liyah) dan di
dalam perkara-perkara yang ditinggalkan.24
Ittiba‘ kepada Rasulallah saw dalam keyakinan akan terwujud
dengan meyakini apa yang diyakini oleh Rasulallah saw. Ittiba‘ kepada
Rasulallah saw dalam perkataan, akan terwujud dengan melaksanakan
kandungan dan makna-makna dari sabda Rasulallah saw. Ittiba‘ kepada
Rasulallah saw dalam perbuatan akan terwujud dengan meneladani
semua apa yang telah dilakukan Rasulullah dalam bentuk sunah fi‘liyah.
Jadi, Ittiba‘ merupakan konsekuensi syahadat yang kedua yaitu
Muhammad Rasulallah, persaksian bahwa Muhammad adalah utusan
Allah. Sebuah ikrar yang di dalamnya terdapat pengakuan atas kerasulan
Muhammad saw. Dengan demikian, syahadat tersebut mengandung
maksud bahwa risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw adalah
benar, sehingga harus diimani dan diamalkan. Oleh karena itu, wajib bagi
seorang muslim untuk iitiba‘ kepada Rasulallah saw, dengan taat
terhadap apa yang diperintahkannya dan membenarkan apa yang
diberitakannya serta menjauhi apa yang dilarang dan diancamnya. Tidak
beribadah kepada Allah kecuali dengan apa yang beliau syariatkan.
b. Dalil-Dalil tentang Al-Ittiba‘
Adapun mengenai dalil-dalil yang menjelaskan tentang pentingnya
Ittiba‘ dalam melakukan amalan ibadah, adalah terdapat di dalam Al-
Qur‘an dan Al-Sunah.
Dalil-dalil dari Al-Qur‘an,

Katakanlah, “Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, niscaya Allah akan


mencintai dan mengampuni dosa-dosa kalian”. Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (QS. Ali Imran: 31)

Maka demi Rabbmu, mereka tidaklah beriman hingga mereka menjadikan kamu
hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa

24 Ibn Qayyim, Al-Fawa;id,Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, 1393H. , hlm.199


11 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka
menerima dengan sepenuhnya. (QS. An-Nisa`: 65)

Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah engkau penuhi panggilan Allah dan
RasulNya, apabila Dia memanggil kepada apa-apa yang menghidupkan kamu. . . (al
Anfaal: 24)

Dan apa yang Rasululah datangkan kepada kalian maka ambillah dan apa yang
dilarang kepada kalian darinya maka jauhilah dan bertaqwalah kepada Allah karena
sesungguhnya Allah sangat keras siksa-Nya. (QS. Al-Hasyr: 7)

Ya Allah, kami beriman dengan apa yang telah engkau turunkan, dan kami telah
mengikuti (Ittiba‟) Rasul, maka catatlah kami dalam golongan orang yang bersaksi.
(QS. Ali Imran: 53)
Dalil-dalil dari Al-Sunah,

Siapa yang taat kepadaku maka dia telah taat kepada Allah dan siapa yang durhaka
kepadaku maka dia telah durhaka kepada Allah. (H. R. Bukhari)

“Semua umatku akan masuk jannah (surga), kecuali orang-orang yang enggan”. Para
shahabat bertanya: Ya Rasulullah siapa orang enggan itu? Rasulullah Shallallahu
„alaihi wa sallam menjawab: “Barang siapa yang mentaatiku maka dia kan masuk
jannah, dan barang siapa yang memaksiatiku maka sungguh dia telah enggan“. (HR.
Bukhari)

Artinya: ―Barangsiapa mengamalkan suatu amalan yang tidak ada asalnya


dari agama kita maka amalan itu tertolak‖. (HR. Muslim)

12 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Siapa saja yang mengadakan perkara baru dalam urusan kami ini apa-apa yang
bukan darinya maka dia tertolak. (HR. Al-Bukhari no. 2550 dan Muslim no.
1717)

Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.25

“Saya berwasiat kepada kalian agar bertakwa kepada Allah, mendengar, dan taat
(kepada pemerintah) walaupun (pemerintah tersebut) seorang budak Habasyi.
Karena sesungguhnya barangsiapa yang tetap hidup di antara kalian, maka dia akan
melihat perselisihan yang sangat banyak. Maka wajib atas kalian (untuk mengikuti)
sunnahku dan sunnah khulafa` yang mendapatkan hidayah dan petunjuk.
Berpegangteguhlah kalian dengannya serta gigitlah ia dengan gigi geraham kalian”.
(HR. Abu Daud no. 4607, At-Tirmidzi no. 2676, dan Ibnu Majah no. 43,
44 dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Al-Irwa` no. 2455)

Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu ‗anhuma dari Nabi shallallahu


alaihi wasallam beliau bersabda:

Amma ba‟du, sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitab Allah, dan sebaik-
baik tuntunan adalah tuntunan Muhammad, dan sejelek-jelek perkara adalah yang
diada-adakan dan setiap yang diada-adakan adalah bid‟ah dan setiap bid‟ah adalah

25 HR. Buhari, no. 631


13 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
kesesatan dan semua kesesatan berada dalam neraka. (HR. Muslim: 6/242, An-
Nasa`i no. 1578)
c. Kriteria Amalan Yang Mutaba‘ah
Ukuran yang menunjukkan bahwa kita telah mewujudkan Ittiba‘
kepada Rasulullah saw dalam ibadah, adalah dengan terwujudnya 6
kriteria, sebagaimana berikut ini:
1. Sebab pelaksanaannya (as-sabab)
Dalam masalah ibadah, sebab pelaksanaannya harus sesuai dengan
apa yang telah ditetapkan oleh syari‘at, maka Siapa saja yang beribadah
dengan sebab yang tidak sesuai dengan tuntunan syari‘at, maka ibadah
tersebut akan berubah menjadi perbuatan bid‘ah. Sebagai contoh,
seseorang solat dua rekaat disebabkan mendengar suara petir, atau
menyembelih hewan qurban sebab menyambut datangnya tahun baru
Masehi.
2. Jenis (an-nau‘/al-jinsu)
Dalam masalah ibadah, jenis yang dipilih harus sesuai dengan apa
yang telah ditetapkan oleh syari‘at, maka apabila ada yang
menyelisihinya, maka dampaknya akan terjadi penyimpangan ibadah.
Misalnya dalam masalah udhiyah (hewan kurban), syari‘at telah
menentukan jenisnya yaitu harus dari jenis bahimatul an‘am (onta, sapi,
domba, dan kambing). Bila ada seseorang yang berkurban (udhiyah)
dengan jenis kuda atau ayam, maka ibadah kurbannya tersebut tidak sah,
bahkan digolongkan dalam amal bid‘ah.
3. Ukuran (al-qadr)
Dalam masalah ibadah, ukurannya harus sesuai dengan apa yang
telah diukur oleh syari‘at, maka apabila ada seseorang yang shalat
Zhuhur 6 raka‘at atau shalat magrib 7 raka‘at, maka shalat Zhuhurnya
dan Magribnya tersebut, tidak diterima karena menyelisihi syari‘at.
4. Sifat (as-sifat)
Dalam masalah ibadah, sifatnya harus sesuai dengan apa yang telah
disifati oleh syari‘at, maka ada orang yang wudhu menyelisihi sifat
wudhu Nabi Muhammad saw, - seperti mendahulukan mencuci kaki
sebelum mencuci wajah atau seseorang yang mengawali shalat dengan
salam, dan mengahiri dengan takbiratul ihram-, maka kedua ibadah

14 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
seperti ini tidak akan diterima, karena menyelisihi sunah Nabi
Muhammad saw.
5. Waktu Pelaksanaannya (al-zaman/al-waqtu)
Dalam masalah ibadah, waktu pelaksanaannya harus sesuai dengan
apa yang telah ditetapkan oleh syari‘at, maka apabila ada orang yang
menyembelih udhhiyahnya sebelum shalat idul Adh-ha, maka tidak
dianggap sebagai udhhiyah. Karena waktu disyari‘atkannya udhhiyah
(menyembelih) di hari Iedul Adhha adalah setelah shalat Ied, bukan
sebelumnya.
6. Tempat Pelaksanaannya (al-makan)
Dalam masalah ibadah, tempat pelaksanaannya harus sesuai
dengan apa yang telah tentukan oleh syari‘at, maka apabila ada orang
yang beri‘tikaf di kamar rumahnya atau pergi melakukan thawaf kepada
Allah di kuburan. Kedua ibadah ini tidak akan diterima, karena i‘tikaf
tempat disyari‘atkannya adalah di masjid. Sedangkan thawaf hanya
diperbolehkan di Ka‘bah.26
d. Urgensi Niat dalam Ibadah
Islam sangat memperhatikan masalah niat, karena niat adalah ruh
amal ibadah dan inti sarinya (lubb). Perbuatan tanpa niat bagaikan jasad
tanpa ruh, sehingga dapat dikatakan amalan tanpa niat ikhlas adalah
tiada bermakna, dan menghilangkan pahala dari kebaikan yang
dilakukan. Bahkan Imam Syafi‘i menegaskan, bahwa niat adalah
mencakup sepertiga ilmu agama ini, dan merangkum 70 (tujuh puluh)
bab fiqih. Lebih dari itu, Ibnu Rajab mengatakan bahwa niat adalah pilar
agama, tanpa niat agama ini akan runtuh.27
Oleh karena itu, niat adalah fondasi dasar (asas) dari amalan
ibadah, yang dapat membedakan antara sah, dan rusaknya suatu ibadah,
atau diterima dan ditolaknya suatu amalan ibadah. Perbuatan bisa
dikatakan sah jika niatnya juga sah, begitu juga sebaliknya, jika niatnya
rusak, maka amalannya juga dikatakan rusak, tentunya hal ini sangat

26 Muhammad bin Shalih bin 'Utsaimin, Al-Ibda' fi Kamaalisy-Syar'i wa


Khothrul-Ibtida', hm. 21-23
27 Ibnu Rajab, Jâmi‘ al-‘Ulûm wa al-Hikam, tahqiq oleh Syu‘aib Al Arnauth
dan Ibrahim Bajis, Saudi Arabia: Mu‘assassah ar-Risalah, 1419H. , hlm. 9
15 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
menentukan kesesuaian dengan balasan yang akan diterima di dunia dan
di akhirat.28
Ibn Qayyim mengibaratkan niat yang ikhlas, bagaikan sebatang
pohon yang tertanam di dalam hati, yang cabang-cabangnya adalah amal-
amal, sedangkan buah-buahannya adalah baiknya kehidupan dunia dan
surga yang penuh dengan kenikmatan di akherat. Sebagaimana buah-
buahan di surga tidak akan akan habis dan tidak terlarang untuk dipetik,
maka buah dari niat yang berupa tauhid dan keikhlasan di dunia pun
akan tetap mengalir. Adapun syirik, kedustaan, dan riya‘ adalah pohon
yang tertanam di dalam hati yang buahnya di dunia adalah berupa rasa
takut, kesedihan, gundah gulana, rasa sempit di dalam dada, dan
gelapnya hati, dan buahnya di akherat nanti adalah berupa buah Zaqqum
dan siksaan yang terus menerus. Allah telah menceritakan kedua macam
pohon ini di dalam surat Ibrahim ayat 24-26 berikut ini,29

Tidakkah kamu kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan


kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang)
ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Rabbnya.
Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka
selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang
telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak)
sedikitpun. (QS. Ibrahim: 24-26)
 Pengertian (Ta‘rif) Tentang Niat
Niat secara lughah berasal dari kata an-nawa ( ), yang bermakna
al-qashdu (bermaksud), al-iradah (berkeinginan), al-azimah (bertujuan),

28 Ibn Qayyim al-Jauziyah, I‘lam al-Muwaq-qi‘in, Kairo: Maktabah Ibn


Taimiyah, Vol. 4, hlm. 250
29 Ibn Qayyim al-Jauziyah, al-Fawa‘id, hlm. 158
16 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
al-ibtigha (mencari).30 Adapun niat menurut istilah syar‘i adalah
keinginan melakukan ketaatan kepada Allah, yang diiringi dengan
melaksanakan perbuatan atau meninggalkannya.31
Dalam Al-Qur‘an banyak menjelaskan masalah niat dalam beberapa
nash dan istilah yang beragam, walaupun niat tidak disebutkan secara
langsung, tetapi substansinya berpusat pada niat, tujuan dan keikhlasan.
Firman Allah swt dalam al-quran surat al-Bayyinah ayat ke-5 dan Surat
al-Zumar ayat 2 dan 11, Surat al-A‘raf ayat 29, Surat al-Ghafir ayat 14 dan
65, dan Surat Luqman ayat 32. Di dalam ayat-ayat tersebut, secara detail
menjelaskan tentang urgensi ikhlas sebagai ruh dari sebuah niat. Niat
juga diungkapkan dengan menggunakan istilah al-iradah (keinginan).
Hal ini dapat dilihat di dalam al-Quran Surat al-Isra‘ ayat 19, al-Furqan
ayat 62, al-Qoshash ayat 19, al-Baqarah ayat 233 dan 228, Surat Hud ayat
88. Di dalam ayat-ayat tersebut al-iradah diungkapkan dalam makna
yang berbeda-beda dalam konteks yang beragam pula, tetapi semua
iradah (keinginan) tersebut dikembalikan pada niat dan tujuan. Niat
juga diungkapkan dengan kata al-ibtigha‘ (tujuan, sasaran atau target).
Misalnya di dalam al-Qur‘an surat an-Nisa‘ ayat 94, at-Tahrim ayat 1, al-
Qashash ayat 55, dan Ala ‗Imran ayat 5 dan ayat 85, dan di dalam surat al-
Ra‘d ayat 22 dan al-Isra‘ ayat 28. Di dalam ayat-ayat tersebut al-ibtigha‘
muncul dalam konteks larangan maupun perintah. Dengan demikian,
perbuatan yang diperintahkan membutuhkan niat, perbuatan yang
dilarang pun juga membutuhkan niat.
Adapun dalam pandangan Al-Sunah, niat selalu dikaitkan dengan
maksud dan tujuan seseorang dalam melakukan amalan ibadah. Jika
tujuannya karena Allah maka hal itu disebut ikhlas, dan jika karena
manusia atau kepentingan duniawi, maka niat tersebut berubah menjadi
riya‘. Selain itu, Rasulallah saw menjadikan niat sebagai salah satu syarat
sahnya suatu amalan, sehingga suatu amalan tiada bernilai pahala jika
tanpa disertai dengan niat. Hal itu sebagaimana yang dijelaskan dalam
hadist Umar bin Khatthab berikut ini.

30 Muhammad Ibn Abi Bakar Al-Razi, Mukhtar Al-Shihah, Madinah


Munawarah: Dar Al-thaibah, 1987, hlm. 687, Ibnu Manzhur, Lisanul ‗Arab, Beirut: Daar
Ihya at Turats al-‘Arabi, Vol. 14, hlm. 343
31 Ibid
17 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Dari Amir al-Mu‟minīn, Abu Hafsh „Umar bin al-Khaththab ra, dia berkata bahwa
ia mendengar Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya setiap amal perbuatan
tergantung pada niatnya dan setiap orang pun (akan dibalas) sesuai dengan yang
diniatkannya. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka
hijrahnya sampai kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barang-siapa yang hijrahnya
karena urusan duniawi yang ingin digapainya atau karena seorang wanita yang ingin
dinikahinya, maka hijrahnya sesuai dengan apa yang diniatkannya tersebut(HR.
Buhari dan Muslim)

 Fungsi Niat (Fawaid al-Niyah) Dalam Ibadah


Fungsi niat dalam amalan ibadah ada dua perkara, yaitu:
1. Pertama: membedakan antara ibadah dengan adat (tamyiz al-‗ibadat
‗an al-‗adat). Misalnya seseorang duduk di masjid untuk istirahat
atau I‘tikaf, hal ini dapat dibedakan dengan niatnya. Demikian juga
menyerahkan harta kepada orang lain, apakah akadnya hibah,
hadiyah, atau wadi‘ah, atau zakat, sodaqah biasa atau sebagai
kaffarat. Semua itu, akan dibedakan dengan niatnya.
2. Kedua, membedakan antara peringkat ibadah yang satu dengan
ibadah yang lainnya (tamyiz mzrztib zl-„ibadat ba‟dhuha min ba‟dhin).
Misalnya macam-macam shalat ada yang fardhu dan ada pula yang
Sunnah, demikian juga apakah bersifat qadha‘ atau ada‘.32
 Waktu Niat dan Tempatnya
Menukil kesepakatan ulama, Ibnu Taimiyyah mengemukakan
bahwa waktu niat itu di awal melakukan amalan ibadah. Adapun tempat

32 Al-Zarkasyi, Al-Mantsur, Kuwait: Wuzarah Al-Auqaf Kuwait, 1405H. ,


Vol. 2, hlm. 285, IbnU Rajab, Jâmi‘ al-‘Ulûm wa al-Hikam, tahqiq oleh Syu‘aib Al
Arnauth dan Ibrahim Bajis, Saudi Arabia: Mu‘assassah ar-Risalah, 1419H. , hlm. 9
18 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
niat adalah di hati, bukan diucapkan dengan lisan,33 kecuali waktu
tertentu yang disunahkan untuk melafazkan niat, seperti ketika haji dan
umrah, dengan mengatakan: "Labbaik Allahumma Hajjan" (Ya Allah, aku
penuhi panggilan-Mu untuk haji), atau "Labbaik Allahumma 'Umratan"
(Ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu untuk umrah), sehingga apa yang
ada dalam hati dikuatkan dengan kata-kata yang dilalazkan. Sebab
Rasulullah Shallallahu ‗alaihi wa sallam melafazkan niat haji dan juga
melafazkan niat umrah. Maka demikian ini sebagai dalil disyari'atkannya
melafazkan niat karena mengikuti Nabi Shallallahu ‗alaihi wa sallam.
Sebagaimana para sahabat juga melafazkan demikian itu seperti
diajarkan oleh Nabi Shallallahu ‗alaihi wa sallam dan mereka
mengeraskan suara mereka.34

 Besar Kecilnya Pahala Amalan Dzahir Tergantung Pada Kualitas


Niatnya
Niat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pahala amalan
dhohir yang kita lakukan, semakin niatnya ikhlas, semakin besar pula
pahala yang akan kita dapatkan. Demikian juga sebaliknya, niat yang
salah akan mempengaruhi rusaknya amalan yang kita lakukan, dan
menghapus pahalanya. Oleh karena itu, menata niat sebelum melakukan
amal adalah amat penting, sehingga amalan yang dilakukan terjaga
pahalanya dan kualitasnya. Lebih jelasnya, kita tadaburi firman Allah
berikut ini:

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan)
Allah, tetapi Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya (QS. Al-Hajj: 37)

Dari ayat di atas, menunjukkan bahwa amalan dzahir yang berupa


penyembelihan hewan qurban, ditentukan oleh kualitas niat dalam
hatinya yang terwujud dalam bentuk ketaqwaan, sehingga bentuk dzahir
berupa daging dan darah hewan qurban tidak sampai pada Allah, tetapi

33 Ibn Taimiyyah, Majmu‘ Fatawa, Vol. 26, hlm. 21-24.


34 Muhammad bin Abdul Aziz Al-Musnad, Fatwa-Fatwa Haji dan Umrah
oleh Ulama-Ulama Besar Saudi Arabia, Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi'i, hlm. 80 83
19 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
niatnya itulah yang sampai pada keridhaan Allah. Ibnu Taimiyyah
rahimahullah berkata:

“Sesungguhnya amalan-amalan lahiriah (dzohir) nilainya menjadi besar atau menjadi


kecil sesuai dengan apa yang ada di hati, dan apa yang ada di hati bertingkat-tingkat.
Tidak ada yang tahu tingkatan-tingkatan keimanan dalam hati-hati manusia kecuali
Allah”.

“Sesungguhnya amalan-amalan berbeda-beda tingkatannya sesuai dengan perbedaan


tingkatan keimanan dan keikhlasan yang terdapat di hati. Dan sungguh ada dua
orang yang berada di satu shaf sholat akan tetapi perbedaan nilai sholat mereka
berdua sejauh antara langit dan bumi”.35
Salah satu rahasia kenapa Allah menjadikan sedikit infaq yang
dikeluarkan oleh para sahabat Nabi lebih tinggi nilai pahalanya, dari
pada beribu-ribu ton emas yang kita sedekahkan. Hal itu dikarenakan,
kualitas niat para sahabat sangatlah tinggi, sementara kualitas niat kita
tidak sebanding dengan niat mereka. Nabi Muhammad Shallallahu ‗alaihi
wa sallam pernah bersabda,

Janganlah kalian mencela para sahabatku, kalau seandainya salah seorang dari
kalian berinfaq emas sebesar gunung Uhud maka tidak akan menyamai infaq mereka
(kurma atau gandum sebanyak-pen) dua genggam tangan atau segenggam
tangan.(HR. Bukhari, no 3673 dan Muslim, no 221)
Al-Baydhawi mensyarah hadist ini, seraya berkata:

35 Ibn Taimiyah, Minhaj alSunnah, Vol. 6, hl. 136-137


20 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
“Makna hadits ini adalah salah seorang dari kalian meskipun menginfakan emas
sebesar gunung Uhud maka tidak akan meraih pahala dan karunia sebagaimana yang
diraih oleh salah seorang dari mereka (para sahabat) meskipun hanya menginfakan
satu mud makanan atau setengah mud. Sebab perbedaan tersebut adalah karena
(mereka) yang lebih utama (yaitu para sahabat) disertai dengan keikhlasan yang lebih
dan niat yang benar‖.36
Walhasil, niat yang berkualitas akan mempengaruhi kualitas suatu
amalan ibadah yang kita amalkan. Dengan demikian, niat adalah bagian
yang amat penting dalam struktur amal, sehingga baik tidaknya amal
adalah ditentukan pada niat pelakunya.

36 Redaksi ini sebagaimana dikutip oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Baari, Vol.
7, hlm. 34
21 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
BAB II

FIKIH SHALAT

1. Kedudukan Shalat dalam Islam


Islam telah mengagungkan kedudukan shalat, menempatkannya
dalam posisi yang mulia yaitu sebagai rukun Islam yang paling agung
setelah dua kalimat syahadat. Dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma
bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam
bersabda, "Islam itu didirikan atas lima pondasi, bersaksi bahwa tiada
Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah
Shubhanahu wa ta‘alla dan bersaksi bahwa Muhammad Shalallhu‘alaihi
wa sallam adalah utusan Allah Shubhanahu wa ta‘alla, mendirikan
shalat, menunaikan zakat , berhaji dan melaksnakan puasa ramadhan‖.
Shalat juga merupakan ibadah pertama yang akan
dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Shubhanahu wa ta‘alla pada
hari kiamat. Dari Abdullah bin Qarth radhiallahu anhu bahwa Nabi
Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Amal ibadah yang
pertama yang akan dihisab oleh Allah pada hari kiamat adalah shalatnya,
jika shalatnya baik maka baiklah seluruh amalannya yang lain dan jika
shalatnya rusak maka rusaklah seluruh amalannya yang lain‖.
Shalat juga sebagai pembeda antara seorang muslim dengan orang
yang kafir. Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu anhu bahwa Nabi
Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Di antara seseorang
dan kesyirikan serta kekafiran adalah meninggalkan shalat‖.
Shalat juga sebagai tameng yang melindungi seseorang dari
kemaksiatan. Allah berfirman : "dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat
itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. (QS. Al-
Ankabut: 45)
Shalat juga sebagai alat yang dapat menghapuskan dosa. Dari Abi
Hurairah radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa
sallam bersabda: Bagaimanakah pendapat kalian jika ada sebuah sungai
di hadapan pintu salah seorang di antara kalian dan dia mandi padanya
lima kali sehari, maka apakah akan ada daki yang tertinggal pada
badannya?.Para shahabat berkata: Tidak ada daki yang tertinggal pada

22 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
jasadnya. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, "Itulah
perumpamaan shalat lima waktu di mana Allah Ta‘ala menghapuskan
kesalahan dengannya‖.37
Shalat juga merupakan pesan terakhir, yang diwasiatkan Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam pada umatnya, saat beliau menghadapi
sakaratul maut adalah: ―Jagalah shalat, jagalah shalat dan budak-budak
yang kalian miliki‖.
2. Ancaman bagi orang yang meninggalkan shalat
Orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja, maka ia telah
kufur. Ini adalah pendapat jumhur ulama. Hal itu berdasarkan dalil
berikut ini :
 Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah radhiallahu ‗anhu, bahwa
Rasulullah shallallahu ‗alaihi wa sallam bersabda

Sesungguhnya (batas pemisah) antara seseorang dengan kemusyrikan dan kekafiran


adalah meninggalkan shalat. (HR. Muslim).
 Diriwayatkan dari Buraidah bin Al Hushaib radhiallahu ‗anhu, ia
berkata: aku mendengar Rasulullah shallallahu ‗alaihi wa sallam
bersabda:

Perjanjian antara kita dan mereka adalah shalat, barangsiapa yang meninggalkannya
maka benar benar iatelah kafir. (HR.Abu Daud, Turmudzi, An Nasa'i, Ibnu
Majah dan Imam Ahmad)
 Rasulullah shallallahu ‗alaihi wa sallam telah berwasiat:

37 Shahih Bukhari 1/184 no: 528 dan shahih Muslim 1/463 no: 667
23 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Janganlah kamu berbuat syirik kepada Allah sedikitpun, dan janganlah kamu sengaja
meninggalkan shalat, barangsiapa yang benar-benar dengan sengaja meninggalkan
shalat maka ia telah keluar dari Islam.
Adapun kosekwensi hukum yang berlaku karena kufur (keluar
dari Islam), yaitu :
a. Kehilangan haknya sebagai wali, karena syarat perwalian adalah
harus Islam dan adil.
b. Kehilangan haknya untuk mewarisi harta kerabatnya. Hal itu
berdasarkan hadits Nabi yang diriwayatkan dari Usamah bin Zaid
radhiallahu ‗anhu, Rasulullah shallallahu ‗alaihi wa sallam bersabda:

Tidak boleh seorang muslim mewarisi orang kafir, dan tidak boleh orang kafir
mewarisi orang muslim. (HR.Bukhari dan Muslim)
c. Dilarang baginya untuk memasuki kota Makkah dan tanah haram.
Berdasarkan firman Allah subhaanahu wa ta‘aala:

Hai orang orang yang beriman, sesungguhnya orang- orang musyrik itu najis, maka
janganlah mereka mendekati Al Masjidil Haram sesudah tahun ini … (QS. At
Taubah: 28)
d. Diharamkan makan hewan sembelihannya. karena salah satu syarat
penyembelihannya adalah bahwa penyembelihnya harus seorang
muslim, adapun orang murtad, paganis, Majusi, dan sejenisnya, maka
sembelihan mereka tidak halal.
e. Tidak boleh dishalatkan jenazahnya dan tidak boleh dimintakan
ampunan dan rahmat untuknya. Berdasarkan firman Allah
subhaanahu wa ta‘aala:

24 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Dan janganlah kamu sekali-kali menshalatkan (jenazah) seorang yang mati di antara
mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburannya, sesungguhnya
mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya, dan mereka mati dalam keadaan
fasik. (QS. At -Taubah: 84)
f. Dilarang menikah dengan wanita muslimah. Karena orang kafir tidak
boleh menikahi wanita muslimah, berdasarkan nash dan ijma‘. Allah
subhaanahu wa ta‘aala berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, apabila perempuan perempuan yang beriman datang
berhijrah kepadamu, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka, Allah lebih
mengetahui tentang mereka, jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar)
beriman, maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka)
orang-orang kafir, mereka tidak halal bagi orang-orang kafir itu, dan orang-orang
kafir itu tidak halal bagi mereka … (QS. Al Mumtahanah: 10)
g. keutamaan shalat berjamaah
 Pahala shalat berjama`ah melebihi pahala shalat sendirian dua
puluh tujuh derajat.
:

Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda : Shalat berjama`ah lebih utama
daripada shalat sendirian dua puluh tujuh derajat.(HR.Buhari Muslim)
 Pahala shalat berjamaah melampui pahala shalat malam

25 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
.
Dari Utsman bin `Affan berkata: Saya telah mendengar
Rasulullah s.a.w. bersabda:
Barangsiapa yang shalat Isya dengan berjama`ah maka seakan-akan ia shalat
seperdua malam, dan barangsiapa yang shalat Shubuh dengan berjama`ah maka
seakan-akan ia shalat sepanjang malam. (HR. Muslim)
 Setiap langkah yang diayunkan seorang muslim untuk
menegakkan shalat berjama`ah terhitung disisi Allah sebagai
pahala dan ganjaran baginya. Tidaklah setiap ayunan langkahnya
melainkan terangkat baginya satu derajat dan dihapuskan satu
dosa untuknya. Sebagaimana hadits yang terdapat di dalam
shahihain.
:

Dari Abu Hurairah r.a.berkata: Rasululah n bersabda: Pahala shalat seseorang yang
berjamaah melebihi pahala shalat sendirian di rumahnya dan dipasarnya dua puluh
lima kali lipat. Yang demikian itu apabila ia berwudhu` dengan sebaik-baiknya,
kemudian ia pergi menuju masjid, tidak ada tujuan lain kecuali untuk shalat
berjama`ah maka tidaklah setiap langkah yang diayunkannya melainkan terangkat
baginya satu derajat dan dihapuskan untuknya satu dosa, apabila ia melakukan
shalat berjama`ah maka para malaikat senantiasa mendoakannya selama ia masih

26 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
berada di tempat shalatnya dan juga ia belum berhadats. Para Malaikat berdoa :
“Allahumma shalli `alaihi, Allahummarhamhu (Ya Allah, Ampunilah dia dan
rahmatilah).” Dan tetap ia dianggap shalat selama ia menunggu waktu shalat
berikutnya tiba. (HR.Buhari)
 Seseorang yang istiqamah shalat berjama`ah dijamin terlepas dari
sifat nifaq.

.
Dari Ibnu Mas`ud berkata: Barangsiapa yang ingin bertemu dengan
Allah kelak (dalam keadaan) sebagai seorang muslim, maka hendaklah dia
memelihara shalat setiap kali ia mendengar panggilan shalat. Sesungguhnya Allah
telah mensyariatkan sunnanal huda (jalan-jalan petunjuk) dan sesungguhnya shalat
berjama`ah merupakan bagian dari sunnanil huda. Apabila kamu shalat sendirian di
rumahmu seperti kebiasaan shalat yang dilakukan oleh seorang mukhallif (yang
meninggalkan shalat berjama`ah) ini, berarti kamu telah meninggalkan sunnah
nabimu, apabila kamu telah meninggalkan sunnah nabimu, berarti kamu telah
tersesat. Tiada seorang pun yang bersuci (berwudhu`) dengan sebaik-baiknya,
kemudian dia pergi menuju salah satu masjid melainkan Allah mencatat baginya
untuk setiap langkah yang diayunkannya satu kebajikan dan diangkat derajatnya
satu tingkat dan dihapuskan baginya satu dosa. Sesungguhnya kami berpendapat,
tiada seorang pun yang meninggalkan shalat berjama`ah melainkan seorang munafik

27 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
yang jelas-jelas nifak. Dan sesungguhnya pada masa dahulu ada seorang pria yang
datang untuk shalat berjama`ah dengan dipapah oleh dua orang laki-laki sampai ia
didirikan di dalam barisan shaff shalat berjama`ah. (HR. Muslim)
 Orang yang shalat berjama`ah terbebas dari segala perangkap
syaithan

Dari Abu Darda berkata : Saya telah mendengar Rasulullah


s.a.w. bersabda :Tidaklah dari tiga orang yang berada di sebuah perkampungan
maupun sebuah dusun dan mereka tidak mendirikan shalat berjama`ah di dalamnya,
melainkan syaithan telah menguasai diri mereka. Maka hendaklah atas kamu
bersama jama`ah, sesungguhnya srigala hanya menerkam kambing yang terpisah dari
kawannya. (HR. Abu Daud)

Dari Abu Hurairah r.a.bahwa Rasulullah s.a.w.bersabda :Siapa yang datang


ke masjid pagi-pagi atau setelah matahari tergelincir (maksudnya lebih awal dari
waktu shalat), Allah menyediakan baginya tempat di surga setiap kali dia datang.
(HR.Buhari Muslim)
 Melakukan shalat berjamaah berarti ia merealisasikan shalat
pada waktunya.

28 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Dari Abdullah bin Mas`ud berkata : Saya bertanya kepada
Rasulullah s.a.w.: “Apakah amal yang paling disukai Allah ?”, jawab Rasulullah s.a.w.:
“Shalat pada waktunya”. Saya bertanya : “Kemudian apa lagi ?”, jawab Rasulullah
s.a.w.: “Berbakti kepada kedua orang tua”. Saya bertanya : “Kemudian apa lagi ?”,
jawab Rasulullah s.a.w.: “Berjihad di jalan Allah”. Berkata Abdullah bin Mas`ud
, “Rasulullah s.a.w. menyampaikan semuanya itu kepadaku, seandainya aku
meminta penjelasan lebih dari itu, niscaya beliau akan menambahkannya.” (HR. Al
Bukhari)
 Berjalan menuju masjid untuk berjamaah bisanya dilakukan
dengan tenang

.
Dari Abu Qatadah berkata : Ketika kami sedang shalat bersama-
sama Rasulullah s.a.w., tiba-tiba kami mendengar suara hiruk pikuk. Maka
Rasulullah s.a.w. bersabda : “Apa yang terjadi dengan kalian”, jawab mereka : “Kami
tergesa-gesa hendak shalat”. Sabda Rasulullah s.a.w. : “Jangan kalian lakukan itu,
apabila kamu pergi shalat, berjalanlah dengan tenang. Apa yang kamu dapati dalam
shalat ikutilah, dan apa yang kamu ketinggalan, sempurnakanlah kemudian”. (HR.
Muslim)
 Allah menjadi saksi atas setiap orang yang memelihara shalat
berjama`ah di masjid dengan penuh keimanan.Firman Allah SWT
:

Hanyalah yang memakmurkan mesjid-mesjid Allah ialah orang-orang yang beriman


kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat
dan tidak takut (kepada siapapun) selain Allah, maka merekalah orang-orang yang

29 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. At-
Taubah : 18)

 Berharap agar ―amin‖ yang diucapkan dapat berbarengan dengan


―aminnya‖ imam dan ―aminnya‖ para malaikat.

.
Dari Abu Hurairah r.a.bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda :Apabila Imam
membaca “Amin”, maka ucapkan pula “Amin” olehmu. Barangsiapa yang ucapan
“Amin”nya berbarengan dengan ucapan “Amin”nya malaikat, diampuni segala
dosanya yang telah lalu. (HR. Bukhari dan Muslim)
h. Hikmah shalat berjamaah
Disyariatkannya shalat berjamaah, tentu memiliki banyak hikmah.
Diantaranya adalah sebagaimana berikut :
Pertama: Mamperlihatkan syiar Islam, yaitu syi‘ar shalat, sebab
seandainya manusia tetap melaksanakan shalat di rumah mereka maka
tidak ada yang mengetahui bahwa di sana ada syari‘at shalat.
Kedua: Menjalin kasih sayang sesama manusia, sebab saling
bertemu dengan manusia dan saling berjabatan tangan akan melahirkan
rasa kasih sayang dan saling mencintai. Diriwayatkan oleh Imam Muslim
di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad
shalallahu ‗alai wasallam bersabda: Kalian tidak akan masuk surga
sehingga kalian beriman, dan tidak akan beriman sehingga kalian saling
mencintai, tidakkah aku tunjukkan kepada kalian suatu amalan yang
apabila kalian kerjakan maka kalian akan saling mencintai?. Sebarkanlah
salam di antara kalian‖.38
Ketiga: Terbentuknya rasa persamaan sesama manusia. Sebab di
dalam mesjid akan berkumpul orang yang paling kaya di samping orang
yang paling miskin, seorang penguasa bersebelahan dengan rakyat,
seorang hakim berjejer bersama orang yang dihakimi dan anak-anak atau

38 Muslim: no: 54
30 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
remaja berdampingan dengan orang yang sudah tua, dengan ini maka
akan tercipta rasa persamaan, oleh karena itulah Rasulullah shalallahu
‗alai wasallam memerintahkan untuk meluruskan shaf. Dan Nabi
Muhammad shalallahu ‗alai wasallam bersabda: Luruskanlah shaf dan
janganlah kalian bershaf bengkok sehingga hati-hati kalian menjadi
berselisih‖.39
Keempat: Akan terbentuk rasa peka dengan keadaan orang lain.
Peka dengan keadaan orang-orang fakir dan orang-orang yang sakit serta
keadaan orang yang meremehkan shalat. Sebab jika keadaan orang yang
fakir diketahui oleh jama‘ah mesjid maka mereka akan bersedeqah
kepadanya dan menghiburnya, begitu juga jika seseorang tidak
menghadiri shalat berjama‘ah maka para jama‘ah akan mengetahui jika
dia sakit, sehingga dengan ini para jama‘ah akan membantunya, atau jika
ada salah seorang jama‘ah yang meremehkan shalat berjama‘ah maka
mereka akan menasehatinya dengan segera.40
i. Hukum shalat berjamaah
Shalat berjama`ah hukumnya wajib, ini pendapat mayoritas ulama.
Kewajiban ini berlaku atas setiap muslim laki-laki, baik ia dalam
keadaan menetap maupun dalam perjalanan, dalam keadaan aman
maupun dalam keadaan genting. Hal itu berdasarkan dalil-dalil dari Al
Qur`an dan As Sunnah dan pendapat Ahlu Ilmi. Diantara dalil-dalil
tersebut adalah :
 Firman Allah SWT yang memerintahkan Nabi-Nya untuk
mendirikan shalat berjama`ah di dalam keadaan yang genting :

Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak
mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka

39 Shahih Muslim: no: 432


40 - Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi, Shalat Jamaah, Pustaka
Islamhouse,2010,hlm.8
31 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang
shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan seraka'at), maka hendaklah mereka
pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan
yang kedua yang belum bershalat, lalu bershalatlah mereka denganmu, dan hendaklah
mereka bersiap siaga dan menyandang senjata. (QS. An-Nisa‘ :102)
Ayat ini menegaskan bahwa dalam keadaan kecamuk perang,
Allah masih mewajibkan untuk tetap melakukan shalat dengan cara
berjamaah. Apalagi dalam keadaan aman, tentu shalat yang dilakukan
dengan berjamaah akan lebih wajib.
 Firman Allah SWT :

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ruku'lah bersama orang-


orang yang ruku'.(QS. 2:43)
Ayat ini merupakan nash yang menunjukan hukum wajibnya
shalat berjama`ah, indikasinya adalah dikaitkan dengan lafadz akhir
ayat tersebut yang berbunyi: ―Warka`uu ma`ar raaki`iin‖. Yang artinya
perintah melaksanakan shalat bersama orang-orang yang mendirikan
shalat.
 Terdapat dalam hadist-hadist, sebagaimana diriwayatkan dari
Abu Hurairah bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda :

( )
Demi Allah yang jiwaku ada ditangan-Nya, rasanya aku ingin menyuruh
mengumpulkan kayu bakar, dan kuperintahkan mengumandangkan adzan untuk
mendirikan shalat, kemudian aku instruksikan seseorang untuk mengimami jama`ah
shalat. Selanjutnya aku berbalik menuju orang-orang yang tidak shalat berjama`ah,
lalu aku bakar mereka bersama rumah-rumah mereka. (HR.Buhari Muslim)

32 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
( .)
Dari Abu Hurairah katanya seorang laki-laki buta datang
kepada Rasulullah s.a.w., lalu bertanya : “Ya Rasulullah, aku ini buta. Tidak
ada orang yang akan menuntunku pergi ke masjid (untuk shalat berjama`ah). Lalu dia
memohon kepada Rasulullah s.a.w.agar membolehkannya shalat di rumahnya. Mula-
mula Rasulullah s.a.w.membolehkannya, tetapi setelah orang itu pergi belum begitu
jauh, dia dipanggil kembali oleh Rasulullah s.a.w.seraya bertanya : “Apakah adzan
dan shalat terdengar sampai kerumahmu ?”. Jawab orang buta itu : “Terdengar, ya
Rasulullah !. Sabda Nabi saw : “Kalau begitu, penuhilah panggilan adzan tersebut !”.
(HR.Buhari Muslim)

( )
Dari Ibnu Mas`ud berkata: Barangsiapa yang ingin bertemu dengan
Allah kelak (dalam keadaan) sebagai seorang muslim, maka hendaklah dia
memelihara shalat setiap kali ia mendengar panggilan shalat. Sesungguhnya Allah
telah mensyariatkan sunnanal huda (jalan-jalan petunjuk) dan sesungguhnya shalat
berjama`ah merupakan bagian dari sunnanil huda. Apabila kamu shalat sendirian di
rumahmu seperti kebiasaan shalat yang dilakukan oleh seorang mukhallif (yang
meninggalkan shalat berjama`ah) ini, berarti kamu telah meninggalkan sunnah

33 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
nabimu, apabila kamu telah meninggalkan sunnah nabimu, berarti kamu telah
tersesat. Tiada seorang pun yang bersuci (berwudhu`) dengan sebaik-baiknya,
kemudian dia pergi menuju salah satu masjid melainkan Allah mencatat baginya
untuk setiap langkah yang diayunkannya satu kebajikan dan diangkat derajatnya
satu tingkat dan dihapuskan baginya satu dosa. Sesungguhnya kami berpendapat,
tiada seorang pun yang meninggalkan shalat berjama`ah melainkan seorang munafik
yang jelas-jelas nifak. Dan sesungguhnya pada masa dahulu ada seorang pria yang
datang untuk shalat berjama`ah dengan dipapah oleh dua orang laki-laki sampai ia
didirikan di dalam barisan shaff shalat berjama`ah.(HR. Muslim)
j. Adab shalat berjamaah di masjid
 Memilih pakaian yang bagus. Allah Ta‘ala berfirman

Hai anak adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid. (Al
A‘raf: 31).
 Berwudhu dari rumah terlebih dahulu, sebagaimana diterangkan
oleh Nabi shallallahu ‗alaihi wa sallam.

Barangsiapa yang bersuci dari rumahnya kemudian berjalan ke salah satu rumah dari
rumah-rumah Allah (masjid) untuk menunaikan salah satu dari kewajiban-kewajiban
yang Allah wajibkan, maka kedua langkahnya salah satunya akan menghapus dosa
dan langkah yang lainnya akan mengangkat derajatnya. (HR. Muslim 1553)
 Membaca doa menuju masjid.Rasulullah shallallahu ‗alaihi wa
sallam mengajarkan kita untuk mengucapkan doa. Dari Anas bin
Malik, bahwa Nabi shallallahu ‗alaihi wa sallam bersabda:

34 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Jika seorang laki-laki keluar dari rumahnya lalu mengucapkan:
“Bismillahi tawakkaltu „alallaahi, laa haula wa laa quuwata illa billah” (Dengan
nama Allah aku bertawakal kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali
dengan izin Allah). „ Beliau bersabda, “Maka pada saat itu akan dikatakan
kepadanya, „Kamu telah mendapat petunjuk, telah diberi kecukupan, dan mendapat
penjagaan‟, hingga setan-setan menjauh darinya. Lalu setan yang lainnya berkata
kepadanya (setan yang akan menggodanya, pent.), “Bagaimana (engkau akan
mengoda) seorang laki-laki yang telah mendapat petunjuk, kecukupan, dan
penjagaan.” (HR. Abu Daud no. 595, At-Tirmizi no. 3487)
 Ketika hendak menuju masjid, dianjurkan membaca :

Allahummaj‟al fii qolbi nuura wa fii bashari nuura wa fii sam‟i nuura wa „an
yamiinihi nuura wa „an yasaarii nuura wa fauqi nuura wa tahti nuura wa amaami
nuura wa khalfi nuura waj‟al lii nuura (Ya Allah jadikanlah cahaya dalam hatiku,
cahaya dalam penglihatanku, cahaya dalam pendengaranku, cahaya dari kananku,
cahaya dari kiriku, cahaya dari belakangku, dan jadikanlah untukku cahaya. (HR.
Muslim 763)
 Berdoa Ketika Masuk Masjid sebagaimana terdapat dalam
hadits Abu Sa‘id radhiyallahu ‗anhu:

Jika salah seorang di antara kalian memasuki masjid, maka ucapkanlah,


„Allahummaftahlii abwaaba rahmatik‟ (Ya Allah, bukakanlah pintu-pintu rahmat-
Mu). Jika keluar dari masjid, ucapkanlah: „Allahumma inni as-aluka min fadhlik‟ (Ya
Allah, aku memohon pada-Mu di antara karunia-Mu).(HR. Muslim 713)
 Tidak Lewat di Depan Orang yang Sedang Shalat. Rasulullah
shallallahu ‗alaihi wa sallam bersabda:

35 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Seandainya orang yang lewat di depan orang yang shalat mengetahui (dosa) yang
ditanggungnya, niscaya ia memilih untuk berhenti selama 40 ( tahun), itu lebih baik
baginya daripada lewat di depan orang yangsedang shalat. (HR. Bukhari 510 dan
Muslim 1132)
 Melaksanakan Shalat Dua Rakaat Sebelum Duduk.Rasulullah
shallallhu ‗alaihi wa sallam bersabda :

Jika salah seorang dari kalian masuk masjid, maka hendaklah dia shalat dua rakaat
sebelum dia duduk. (H.R. Bukhari 537 dan Muslim 714)
 Menghadap Sutrah41 Ketika Shalat. Dalil yang menunjukkan
disyariatkannya shalat menghadap sutrah terdapat dalam sabda
Nabi shallallahu ‗alaihi wa sallam berikut :

Apabila salah seorang di antara kalian shalat, hendaknya ia shalat dengan


menghadap sutrah dan mendekatlah padanya. (HR. Abu Daud 698. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih sebagaimana dalam
Shahihul Jaami‘ 651)
 Menjawab panggilan adzan. Rasulullah shallallahu ‗alihi wa
sallam bersabda:

Apabila kalian mendengar adzan maka ucapkanlah seperti yang sedang diucapkan
muadzin. (HR. Bukhari 611 dan Muslim 846)

41 - Yang dimaksud denagan sutrah adalah pembatas dalam shalat, bisa berupa tembok,
tiang, orang yang sedang duduk/sholat, tongkat, tas, dll. Sutrah disyariatkan bagi imam
dan bagi orang yang shalat sendirian.
36 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Apabila muadzin mengatakan, “Allahu Akbar Allahu Akbar”, maka hendaklah
kalian yang mendengar menjawab, “Allahu Akbar Allahu Akbar.” Kemudian muadzin
mengatakan, “Asyhadu An Laa Ilaaha Illallah”, maka dijawab, “Asyhadu An Laa
Ilaaha Illallah.” Muadzin mengatakan setelah itu, “Asyhadu Anna Muhammadan
Rasulullah”, maka maka dijawab, “Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah.” Saat
muadzin mengatakan, “Hayya „Alash Shalah”, maka maka dijawab “Laa Haula wala
Quwwata illa billah.” Saat muadzin mengatakan, “Hayya „Alal Falah”, maka maka
dijawab “Laa Haula wala Quwwata illa billah.” Kemudian muadzin berkata, “Allahu
Akbar Allahu Akbar”, maka dijawab, “Allahu Akbar Allahu Akbar.” Dan muadzin
berkata, “Laa Ilaaha illallah”, maka dijawab, “La Ilaaha illallah” Bila yang
menjawab adzan ini mengatakannya dengan keyakinan hatinya niscaya ia pasti
masuk surga.(HR. Muslim. 848)
Ketika selesai mendengarkan adzan, dianjurkan membaca doa
yang diajarkan Nabi shallallahu ‗alaihi wa sallam dalam hadits berikut :

Barangsiapa yang setelah mendengar adzan membaca doa : Allahumma Robba


hadzihid da‟wattit taammah was shalatil qaaimah, aati muhammadanil wasiilata wal
fadhiilah wab‟atshu maqaamam mahmuudanil ladzi wa „adtahu “(Ya Allah pemilik
panggilan yang sempurna ini dan shalat yang didirikan berilah Muhammad wasilah
dan keutamaan dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji yang telah Engkau
janjikan padanya) melainkan dia akan mendapatkan syafaatku pada hari
kiamat.(HR. Bukhari 94)

37 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
 Tidak Keluar dari Masjid Tanpa Uddzur. Hal ini sebagaiamana
dikisahkan dalam sebuah riwayat dari Abu as Sya‘tsaa
radhiyallahu‘anhu, beliau berkata :

Kami pernah duduk bersama Abu Hurairah dalam sebuah masjid. Kamudian
muadzin mengumandangkan adzan. Lalu ada seorang laki-laki yang berdiri kemudian
keluar masjid. Abu Hurairah melihat hal tersebut kemudian beliau berkata : “
Perbuatan orang tersebut termasuk bermaksiat terhadap Abul Qasim” (Nabi
Muhammad) shallallahu „alaihi wa sallam(H.R Muslim 655)
 Memanfaatkan Waktu Antara Adzan dan Iqomah. Yaitu dengan
mengisi shalat sunnah qabliyah, membaca al quran, berdizikir,
atau berdoa. Waktu ini merupakan waktu yang dianjurkan
untuk berdoa, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu‘alaihi
wa sallam:

Doa di antara adzan dan iqamah tidak tertolak. (HR. Tirmidzi, 212, ia berkata:
―Hasan Shahih‖)
 Menempati shaf yang utama. Bagi laki-laki yang paling depan,
adapun bagi wanita yang paling belakang. Imam Muslim
meriwayatkan dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah shallallahu
‗alaihi wa sallam bersabda,

Sebaik-baik shaf laki-laki adalah yang pertama dan seburuk-buruknya adalah yang
terakhir. Sebaik-baik shaf wanita adalah yang terakhir dan seburuk-buruknya adalah
yang pertama. (H.R.Muslim 440)
 Merapikan dan merapatkan shaf shalat. Sebagaimana yang
dijelaskan di dalam hadits dari sahabat Abu Abdillah Nu‘man bin

38 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Basyir, beliau berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu
‗alaihi wa sallam bersabda :

Hendaknya kalian bersungguh- sungguh meluruskan shaf-shaf kalian atau Allah


sungguh-sungguh akan memperselisihkan di antara wajah-wajah kalian. (HR.
Bukhari 717 dan Muslim 436)
 Jangan mendahului gerakan imam.Sebagaimana dijelaskan dalam
hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‗anhu :

Sesungguhnya imam hanya untuk diikuti, maka janganlah menyelisihnya. Apabila ia


ruku‟, maka ruku‟lah. Dan bila ia mengatakan „sami‟allahu liman hamidah‟, maka
katakanlah,‟Rabbana walakal hamdu‟. Apabila ia sujud, maka sujudlah. Dan bila ia
shalat dengan duduk, maka shalatlah kalian dengan duduk semuanya. (H.R.
Bukhari 734)
 Berdoa ketika keluar masjid. Dari Abu Humaid atau dari Abu
Usaid dia berkata: Rasulullah shallallahu ‗alaihi wa sallam
bersabda:

Jika salah seorang di antara kalian masuk masjid, maka hendaknya dia
membaca, “Allahummaftahli abwaaba rahmatika” (Ya Allah, bukalah pintu-pintu
rahmat-Mu). Dan apabila keluar, hendaknya dia mengucapkan, “Allahumma inni as-
aluka min fadhlika (Ya Allah, aku meminta kurnia-Mu). (HR. Muslim. 713)

39 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
BAB III

FIKIH ZAKAT

1. Definisi Zakat
Zakat secara bahasa memiliki banyak arti yang saling berdekatan, yaitu:
 Zakat berarti ― ‖ berarti bertambah atau tumbuh. Makna
seperti dapat kita lihat dari perkataan ‗Ali bin Abi Tholib,

Ilmu itu semakin bertambah dengan diinfakkan.


 Zakat berarti ― ‖, yang lebih baik. Sebagaimana dapat kita
lihat pada firman Allah Ta‘ala,

Dan kami menghendaki, supaya Rabb mereka mengganti bagi mereka dengan anak
lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu. (QS. Al-Kahfi: 81)
 Zakat juga berarti ― ‖ mensucikan. Sebagaimana firman Allah
Ta‘ala,

Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. (QS. Asy-Syams: 9)

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan mensucikan mereka. (QS. At Taubah: 103).42
Adapun secara istilah syar‘i, zakat berarti penunaian kewajiban
pada harta yang khusus, dengan cara yang khusus, dan disyaratkan
ketika dikeluarkan telah memenuhi haul (masa satu tahun) dan nishob
(ukuran minimal dikenai kewajiban zakat). Zakat pun kadang
dimaksudkan untuk harta yang dikeluarkan. Sedangkan muzakki adalah
istilah untuk orang yang memiliki harta dan mengeluarkan zakatnya.43

42 - Al-Mu‘jam Al-Wasith, Mesir : Dar Al-Maarif, 1972,Vo.1,hlm.396


43 - Ibid
40 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Hubungan antara definisi zakat secara bahasa dan istilah sangat
erat, yaitu pokok harta itu akan tumbuh dengan bertambah barokah
ketika dikeluarkan dan juga orang yang mengeluarkan akan
mendapatkan berkah dengan do‘a dari orang yang berhak menerima
zakat tersebut. Harta lain yang tersisa juga akan bersih dari syubhat,
ditambah dengan terlepasnya dari kewajiban-kewajiban yang berkaitan
dengan harta tersebut.44
2. Fungsi Zakat
Zakat merupakan ibadah maliyah (harta), yang memiliki tiga fungsi
sekaligus, yaitu fungi diniyah (keagamaan), khuluqiyyah (akhlak) dan
ijtimaiyyah(sosial) yang memiliki posisi sangat penting, setrategis dan
mentukan, baik dilihat dari ajaran Islam maupun dari sisi pembangunan
kesejahteraan umat.45 Fungsi zakat ini akan dirinci dalam uraian
berikut:46
a. Fungi diniyah
 Menegakan satu rukun dari rukun-rukun islam yang
menjadi sentral kebahagiaan hamba di dunia dan di
akhirat.
 Zakat dapat mendekatknan hamba kepada Tuhannya dan
menambah keimananya, seperti ketaatan-ketaatan yang
lain.
 Zakat adalah pintu surga bagi orang yang
menunaikannya. Rasulullah shallallahu ‗alaihi wa sallam
bersabda,

44 - Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam PerekonomianModern, Jakarta : Disertasi UIN


Syarif Hidayatullah, 2001, hlm.17
45 - Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam PerekonomianModern, Jakarta : Disertasi UIN
Syarif Hidayatullah, 2001, hlm.1
46 - Muhamad bin Soleh al-Utsaimin, Zakat dan Faedah-Faedahnya, Puataka
Islamhouse,2010,hlm.8
41 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Sesungguhnya di surga terdapat kamar yang luarnya dapat terlihat
dari dalamnya dan dalamnya dapat terlihat dari luarnya.”
Kemudian ada seorang badui berdiri lantas bertanya, “Kepada
siapa (kamar tersebut) wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Bagi
orang yang berkata baik, memberi makan (di antaranya lewat
zakat, pen), rajin berpuasa, shalat karena Allah di malam hari di
saat manusia sedang terlelap tidur.(HR.Tirmidzi)
 Pahala dan keberkahan yang besar yang diperoleh dari
menunaikan zakat, Allah SWt berfirman:

Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. (Al-Baqoroh: 276).


Dan berfirman:

Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta
manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan
berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang
berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya). (QS: Ar-
rum: 39).
Nabi bersabda:

Barang siapa bersedekah dengan dengan sepadan satu butir kurma, dari hasil kerja
yang baik(halal), dan Allah tidak menerima kecuali yang baik, maka Allah SWT akan
mengambilnya dengan tangan kananya, kemudian mengembangkanya untuk
pemiliknya sebagaimana salah seorang dari kalian mengembangkan hingga
menjadi seperti gunung. (HR: Bukhori, Muslim).
 Allah SWT menghapus dosa-dosa dengan zakat, sebagaimana
sabda Rosul saw:

42 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Dan sedekah itu dapat memadamkan dosa sebagaimana air memadamkan
api. (HR.Tirmidzi)
b. Fungsi Akhlakiyah
 Memasukan muzakki ke dalam barisan orang-orang dermawan
yang pemurah.
 Zakat mengharuskan muzakki memiliki sifat penyayang kepada
saudara-saudaranya yang tidak punya, dan para penyayang itu
disayang Allah.

Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga dia mencintai


saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri. (HR.Buhari)
 Terbukti bahwa ketika jiwa memberikan kontribusinya secara
financial bagi kepentingan kaum muslimin, akan menjadikan
dada terasa lapang dan jiwa terasa lega, dan mengharuskan
seseorang menjadi dicintai karena telah memberikan manfaat
bagi saudaranya.
 Bahwa zakat itu dapat mensucikan akhlak pelakunya dari sifat
kikir dan pelit, sebagaimana Firman-Nya:

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan[658] dan mensucikan[659] mereka. (QS: At-Taubah: 103)

c. Fungsi Ijtimaiyyah
 Zakat mengokohkan ikatan-ikatan cinta antara kaya dan miskin,
karena jiwa sesungguhnya diciptakan dengan kecenderungan
mencintai orang yang berbuat baik kepadanya.

….agar harta itu jangan hanya beredar di tangan orang-orang yang kaya saja
diantara kalian.. (QS. Al-Hasyr:7)

43 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
 Zakat dapat menutupi kebutuhan fakir miskin yang
mayoritas di kebanyakan negeri.
 Zakat dapat memperkokoh kaum muslimin dan
meninggikan derajat mereka, karena itu salah satu dari
sasaran zakat adalah jihad fi sabilillah, seperti yang akan
kamisebutkan insyaa Allah.
 Zakat dapat menghapus rasa iri dengki dan cemburu dari
dalam dada kaum fakir miskin, orang miskin jika melihat
orang-orang kaya menikmati hartanya tanpa ia dapat
mengambil manfaat sedikit pun darinya, terkadang
tumbuh dalam dirinya rasa cemburu dan permusuhan
terhadap orang-orang kaya akibat mereka tidak
memberikan perhatian terhadap haknya, tidak pula
memenuhi kebutuhanya, jika orang kaya memberikan
sebagian hartanya kepada si miskin pada setiap putaran
tahunya, maka semua perasaan ini akan lenyap dan
tumbuhlah rasa cinta dan kebersamaan.
 Zakat dapat menumbuhkan harta dan memperbanyak
berkah, sebagaimana dalam hadits, bahwa Nabi saw
bersabda:
.
“Tidaklah zakat itu dapat mengurangi harta”
 Di dalam pembayaran zakat terdapat perluasan daerah harta,
karena suatu harta jika dicairkan sebagian darinya, maka akan
meluas jangkauanya, dan banyak orang yang mengambil manfaat
darinya, berbeda jika harta hanya berputar di antara orang-orang
kaya saja sedang orang-orang miskin tidak mendapatkan
sedikitpun darinya.
3. Kewajiban Berzakat
Zakat adalah satu kewajiban dari kewajiban-kewajiban Islam, ia
adalah salah satu dari rukun-rukunya, dan termasuk rukun yang
terpenting setelah syahadat dan solat, Kitab dan sunnah serta ijma' telah
menunjukan kewajibanya.

44 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Dalil yang menyatakan wajibnya zakat di antaranya terdapat dalam
ayat,

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku‟lah beserta orang-orang yang
ruku. (QS. Al-Baqarah: 43). Perintah zakat ini berulang di dalam Al
Qur‘an dalam berbagai ayat sampai berulang hingga 32 kali.
Begitu juga dalam sabda Nabi shallallahu ‗alaihi wa sallam ketika
memerintahkan pada Mu‘adz yang ingin berdakwah ke Yaman,

… Jika mereka telah mentaati engkau (untuk mentauhidkan Allah dan menunaikan
shalat ), maka ajarilah mereka sedekah (zakat) yang diwajibkan atas mereka di mana
zakat tersebut diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan kemudian
disebar kembali oleh orang miskin di antara mereka.(HR.Buhari)
Dari nash-nash di atas telah jeas bahwa hokum zakat adalah wajib.
Maka barang siapa mengingkari kewajibanya maka ia adalah kafir dan
murtad dari Islam harus diminta agar bertaubat, jika tidak bertaubat
dibunuh, dan barang siapa kikir dengan enggan mengeluarkan zakat atau
mengurangi sesuatu derinya maka ia termasuk orang-orang dzolim yang
berhak atas sangsi dari Allah SWT, Allah SWT berfirman:

Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan
kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka.
Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan
itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah
segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang
kamu kerjakan. (QS: Ali-Imron: 180).
4. Hukum Orang yang Enggan Menunaikan Zakat
45 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Orang yang enggan menunaikan zakat ada dua keadaan, yaitu karena
inkar, dan bakhil.
 Pertama: Orang yang mengingkari kewajiban zakat. Sebagaimana
yang sudah maklum bahwa bahwa zakat adalah bagian dari
rukun Islam. Para ulama bersepakat (berijma‘) bahwa siapa yang
menentang dan mengingkari rukun tarsebut, termasuk di
dalamnya kewajiban zakat, maka ia telah kafir dan murtad dari
Islam. Karena ini adalah perkara ma‘lum minad diini bid doruroh,
yaitu sudah diketahui akan wajibnya. Imam Nawawi
rahimahullah berkata, ―Barangsiapa mengingkari kewajiban
zakat di zaman ini, ia kafir berdasarkan kesepakatan para
ulama.‖47 Pendapat ini juga dikuatkan oleh Ibnu Hajar berkata,
―Adapun hukum asal zakat adalah wajib. Siapa yang menentang
hukum zakat ini, ia kafir.‖48
 Kedua: Orang yang enggan menunaikan zakat karena bakhil,
bukan karena inkar, maka hukum orang yang seperti ini adalah
fasik, karena telah melakukan maksiat, yaitu melanggar perintah
yang telah ditetapkan oleh Allah.
5. Ancaman bagi yang enggan menunaikan zakat
 Ancaman siksa yang amat berat. Allah SWT berfirman:

Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada
jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat)
siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu
dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan)
kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka
rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu. (QS: At-Taubah:
34,35).

47 - Imam Nawawi, Syarh Muslim, 1: 205.


48 - Imam Ibn Hajar, Fathul Bari, 3: 262.
46 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
 Harta yang tidak dizakati akan berubah menjadi adzab baginya.
Rasullah saw bersabda :

Siapa saja yang memiliki emas atau perak tapi tidak mengeluarkan zakatnya
melainkan pada hari kiamat nanti akan disepuh untuknya lempengan dari api neraka,
lalu dipanaskan dalam api neraka Jahannam, lalu disetrika dahi, rusuk dan
punggungnya dengan lempengan tersebut. Setiap kali dingin akan disepuh lagi dan
disetrikakan kembali kepadanya pada hari yang ukurannya sama dengan lima puluh
ribu tahun. Kemudian ia melihat tempat kembalinya apakah ke surga atau ke neraka.
(HR.Muslim)
Dan dalam riwayat yang sohih dari Rosulullah saw, ia berkata: "
Barang siapa Allah berikan kepadanya harta, lalu ia tidak menunaikan
zakatnya, maka akan ditampilkan dihadapanya pada hari kiamat seekor
ular jantan yang memiliki dua bisa, ular itu menjulurkan mahkota
kepalanya karena penuh dengan racun bisa, lalu memakaikan kalung
kepadanya, kemudian memegang kedua tulang rahangnya, kemudian
mengatakan: Aku adalah hartamu, aku adalah harta simpananmu,
Kemudian Nabi saw membaca:

Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan
kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka.
Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan
itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. (QS: Ali-Imran: 180)
Dalam sohih Bukhori dari Abu Hurairoh r.a. ia berkata;
Rosulullah saw bersabda:

47 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Barang siapa Allah berikan kepadanya harta, lalu ia tidak menunaikan zakatnya,
maka akan ditampilkan dihadapanya pada hari kiamat seekor ular jantan yang
memiliki dua bisa, ia menjulurkan mahkota kepalanya karena penuh dengan racun
bisa, ular itu memakaikan kalung kepadanya, kemudian memegang kedua tulang
rahangnya, kemudian mengatakan: Aku adalah hartamu, aku adalah harta
simpananmu.
Diriwayatkan dari Abu Dzar radhiyallahu ‗anhu, ia berkata, ―Aku
datang menemui Rasulullah shalallahu ‗alaihi wa sallam yang sedang
berlindung di bawah naungan Ka‘bah. Beliau bersabda, ‗Merekalah
orang-orang yang paling merugi, demi Rabb Pemilik Ka‘bah‘. Beliau
mengucapkannya tiga kali. Abu Dzar berkata, ―Aku pun menjadi sedih,
aku menarik nafas lalu berkata, ‗Ini merupakan peristiwa yang buruk
pada diriku. Aku bertanya, Siapakah mereka? Ayah dan ibuku menjadi
tebusannya?‘‖ Nabi shalallahu ‗alaihi wa sallam menjawab,

Orang-orang yang banyak hartanya! Kecuali yang menyedekahkannya kepada


hamba-hamba Allah begini dan begini. Namun sangat sedikit mereka itu. Tidaklah
seorang lelaki mati lalu ia meninggalkan kambing atau unta atau sapi yang tidak ia
keluarkan zakatnya melainkan hewan-hewan itu akan datang kepadanya pada hari
kiamat dalam bentuk yang sangat besar dan sangat gemuk lalu menginjaknya dengan
kukunya dan menanduknya dengan tanduknya. Hingga Allah memutuskan perkara di
antara manusia. Kemudian hewan yang paling depan menginjaknya kembali, begitu
pula hewan yang paling belakang berlalu, begitulah seterusnya.(HR.Buhari)
6. Syarat-syarat zakat
48 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam masalah kewajiban
zakat. Syarat tersebut berkaitan dengan dua hal, yaitu yang berkaitan
dengan muzakki (orang yang mengeluarkan zakat) dan berkaitan
dengan harta.49
 Syarat pertama, berkaitan dengan muzakki: (1) Islam, dan (2)
merdeka.Adapun anak kecil dan orang gila –jika memiliki harta
dan memenuhi syarat-syaratnya- masih tetap dikenai zakat yang
nanti akan dikeluarkan oleh walinya. Pendapat ini adalah
pendapat terkuat dan dipilih oleh mayoritas ulama.
 Syarat kedua, berkaitan dengan harta yang dikeluarkan
sebagaimana yang akan dijelaskan dalam uraian berikut ini:
a. Harta tersebut harus didapatkan dengan cara yang baik dan halal.
Adapun harta yang haram, baik substansi bendanya maupun cara
mendapatkannya, jelas tidak dapat dikenakan kewajiban zakat,
karena Allah tidak menerima sesuatu yang haram.50

Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezki
yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada
lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa'at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang
yang zalim.(QS Al Baqarah: 254)
b. Dimiliki secara sempurna. yang dimaksud dengan syarat ini
adalah harta tersebut dibawah control dan kekuasaan pemiliknya
dan tidak berkaitan dengan hak orang lain.
c. Termasuk harta yang berkembang secara hakiki atau secara
hukum. Yang bertambah secara hakiki seperti: hewan ternak,
biji-bijian dan buah-buahan, dan harta perdagangan. Yang
bertambah secara hukum seperti: emas dan perak jika tidak
diperdagangkan. Sebab meskipun keduanya tidak bertambah,

49 - Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 2: 12-13 dan Az Zakat, 64-66.


50 - Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam PerekonomianModern, Jakarta : Disertasi UIN
Syarif Hidayatullah, 2001, hlm.32
49 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
namun secara hukum dianggap bertambah, karena kapan saja
seseorang menghendaki dia bisa memperdagangkannya. Adapun
harta yang tidak berkembang, atau tidak ada potensi untuk
berkembang, maka tidak wajib dizakati. Kuda dan hamba sahaya,
di zaman Rasulullah saw termasuk harta yang tidak produktif.
Karenanya tidak menjadi objek zakat. Adapun Dalil dari syarat
ini adalah sabda Nabi shallallahu ‗alaihi wa sallam,

Seorang muslim tidak dikenai kewajiban zakat pada budak dan


kudanya.(HR.Buhari)
Dari sini, maka tidak ada zakat pada harta yang disimpan untuk
kebutuhan pokok semisal makanan yang disimpan, kendaraan, dan
rumah.
d. Telah mencapai nishab. Yaitu telah mencapai ukuran minimal
suatu harta dikenai zakat. Dari Abu Sa‘id Al Khudri, ia berkata
bahwa Rasulullah shallallahu ‗alaihi wa sallam bersabda,

Tidak zakat bagi perak di bawah 5 uqiyah51, tidak ada zakat bagi unta di bawah 5
ekor dan tidak ada zakat bagi tanaman di bawah 5 wasaq.52 (HR.Buhari)
e. Telah mencapai haul. Artinya harta yang dikenai zakat telah
mencapai masa satu tahun atau 12 bulan Hijriyah. Nabi
shallallahu ‗alaihi wa sallam bersabda,

Dan tidak ada zakat pada harta hingga mencapai haul.( HR. Abu Daud)

51 - Satu uqiyah sama dengan 40 dirham. Jadi nishob perak adalah 5 uqiyah x 40
dirham/uqiyah = 200 dirham (Lihat Syarh ‗Umdatul Ahkam, Syaikh Sa‘ad Asy Syatsri, 1:
376).
52 - Satu wasaq sama dengan 60 sho‘. Jadi nishob zakat tanama adalah 5 wasaq x 60
sho‘/wasaq = 300 sho‘ (Lihat Syarh ‗Umdatul Ahkam, Syaikh Sa‘ad Asy Syatsri, 1: 376).
Satu sho‘ kira-kira sama dengan 3 kg. Sehingga nishob zakat tanaman = 300 sho‘ x 3
kg/sho‘ = 900 kg.

50 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Syarat ini berlaku bagi zakat pada mata uang dan hewan ternak.
Sedangkan untuk zakat hasil pertanian tidak ada syarat haul. Zakat
pertanian dikeluarkan setiap kali panen.

Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak
berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun
dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah
dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya
di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin).(QS. Al-
An‘am: 141).
f. Lebih dari kebutuhan pokok. Yang dimaksud dengan kebutuhan
pokok adalah apabila kebutuhan tersebut dikeluarkan, maka
seseorang bisa jadi akan celaka, seperti nafkah, tempat tinggal,
dan pakaian. 53 Dalilnya firman Allah :

Mereka bertanya tentang apa yang harus diinfaqkan (dizakatkan), katakan : yang
lebih dari kebutuhan… (QS.Al-Baqarah :219)

Menurut Ali Ashabuni, maksud ―al-afw‖ pada ayat tersebut


adalah sesuatu yang sifatnya lebih dari kebutuhan pokok. Maka
dari itu, zakat dikeluarkan dari harta yang lebih dari kebutuhan
pokok, yaitu sandang, pangan dan papan.54

7. Harta Yang Wajib Dizakati


Zakat hanya disyariatkan pada jenis-jenis harta yang mengalami
pertambahan, baik yang bertambah dengan zatnya itu sendiri, seperti
binatang ternak, hasil bumi, dan harta dagangan. Atau bertambah
dengan penggunaannya, seperti emas dan perak.

53 - Ibid
54 - Ali Asshabuni, Shaffatus tafasir, Beirut : Dar Ihya al-turast Al-Arabi, 1993,
Vol.1,hlm.140
51 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Untuk lebih jelasnya akan diperinci dalam uraian berikut ini :
1. Zakat Atsman (emas, perak dan mata uang)
 Dalil Ketentuan Zakat Emas dan Perak, sebagaimana
diriwayatkan dari ‗Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‗anhu,
Nabi shallallahu ‗alaihi wa sallam bersabda,

Bila engkau memiliki dua ratus dirham dan telah berlalu satu tahun (sejak
memilikinya), maka padanya engkau dikenai zakat sebesar lima dirham. Dan engkau
tidak berkewajiban membayar zakat sedikit pun –maksudnya zakat emas- hingga
engkau memiliki dua puluh dinar. Bila engkau telah memiliki dua puluh dinar, dan
telah berlalu satu tahun (sejak memilikinya), maka padanya engkau dikenai zakat
setengah dinar. Dan setiap kelebihan dari (nishob) itu, maka zakatnya disesuaikan
dengan hitungan itu.(HR.Buhari)
Dari sahabat Abu Sa‘id Al Khudri radhiyallahu ‗anhu, ia
menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‗alaihi wa sallam bersabda,

Tidaklah ada kewajiban zakat pada uang perak yang kurang dari lima uqiyah
(HR.Buhari)
Dan pada hadits riwayat Abu Bakar radhiyallahu ‗anhu
dinyatakan,

Dan pada perak, diwajibkan zakat sebesar seperempat puluh (2,5 %). (HR. Bukhari
no. 1454)
 Nishob zakat emas
Nishob zakat emas adalah 20 mitsqol atau 20 dinar. Satu dinar setara
dengan 4,25 gram emas. Sehingga nishob zakat emas adalah 85 gram
emas (murni 24 karat). Jika emas mencapai nishob ini atau lebih dari itu,
maka ada zakat. Jika kurang dari itu, tidak ada zakat kecuali jika
seseorang ingin bersedekah sunnah.
52 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
 Kadar zakat emas
Besaran zakat emas adalah 2,5% atau 1/40 jika telah mencapai nishob.
Contohnya, emas telah mencapai 85 gram, maka besaran zakat adalah
85/40 = 2,125 gram. Jika timbangan emas adalah 100 gram, besaran zakat
adalah 100/40 = 2,5 gram.
 Nishob zakat perak
Nishob zakat perak adalah 200 dirham atau 5 uqiyah. Satu dirham setara
dengan 2,975 gram perak. Sehingga nishob zakat perak adalah 595 gram
perak (murni). Jika perak telah mencapai nishob ini atau lebih dari itu,
maka ada zakat. Jika kurang dari itu, tidak ada zakat kecuali jika
seseorang ingin bersedekah sunnah.
 Kadar zakat perak
Besaran zakat perak adalah 2,5% atau 1/40 jika telah mencapai nishob.
Contohnya, 200 dirham, maka zakatnya adalah 200/40 = 5 dirham. Jika
timbangan perak adalah 595 gram, maka zakatnya adalah 595/40 = 14,875
gram perak.
 Zakat mata uang
Mata uang wajib dizakati karena fungsinya sebagai alat tukar
sebagaimana emas dan perak yang ia gantikan fungsinya saat ini. Hukum
mata uang ini pun sama dengan hukum emas dan perak karena kaedah
yang telah ma‘ruf ―al badl lahu hukmul mubdal‖ (pengganti memiliki
hukum yang sama dengan yang digantikan).
Yang mejadi patokan dalam nishob mata uang adalah nishob
emas atau perak. Jika mencapai salah satu nishob dari keduanya, maka
ada zakat. Jika kurang dari itu, maka tidak ada zakat. Jika kita
perhatikan yang paling sedikit nishobnya ketika ditukar ke mata uang
adalah nishob perak. Patokan nishob inilah yang lebih hati-hati dan lebih
menyenangkan orang miskin. Besaran zakat mata uang adalah 2,5% atau
1/40 ketika telah mencapai haul.
Contoh perhitungan zakat mata uang:
Simpanan uang yang telah mencapai haul adalah Rp.10.000.000,-
 Harga emas saat masuk haul = Rp.500.000,-/gram (perkiraan).
Nishob emas = 85 gram x Rp.500.000,-/gram = Rp.42.500.000,-.
 Harga perak saat masuk haul = Rp.5.000,-/gram (perkiraan).
Nishob perak = 595 gram x Rp.5.000,-/gram = Rp.2.975.000,-.

53 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
 Yang jadi patokan adalah nishob perak. Simpanan di atas telah
mencapai nishob perak, maka besar zakat yang mesti dikeluarkan
= 1/40 x Rp.10.000.000,- = Rp.250.000,-.55

2. Zakat Perdagangan (‗urudhudh tijaroh)


a. Dalil akan wajibnya zakat perdagangan adalah firman
Allah Ta‘ala,

Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi
untuk kamu. (QS. Al-Baqarah: 267)
Yang dimaksud ( ) ‗hasil usaha kalian‘ pada ayat di atas
adalah perdagangan.hal itu sebagaimana yang ditegaskan oleh imam
Buhari dalam shahihnya, dn juga dikuatkan oleh Ibnul Arabi dalam
tafsirnya.56
b. Syarat zakat barang dagangan
 Barang tersebut dimiliki atas pilihan sendiri dengan cara yang
mubah baik lewat jalan cari untung (mu‘awadhot) seperti jual
beli dan sewa atau secara cuma-cuma (tabaru‘at) seperti
hadiah dan wasiat.
 Barang tersebut bukan termasuk harta yang asalnya wajib
dizakati seperti hewan ternak, emas, dan perak. Karena tidak
boleh ada dua wajib zakat dalam satu harta.
 Barang tersebut sejak awal dibeli diniatkan untuk
diperdagangkan.
 Nilai barang tersebut telah mencapai salah satu nishob dari
emas atau perak, Kalau mencapai nishob, maka dikeluarkan
zakat sebesar 2,5% atau 1/40.
 Telah mencapai haul (melalui masa satu tahun hijriyah).
c. Rumus zakat perdagangan

55 - Panduan Zakat (6): Zakat Penghasilan — Muslim.Or.Id


56 - Shahih Al Bukhari pada Kitab Zakat, Ibnul Arabi, Ahkamul Qur‘an,1: 469.
54 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Perhitungan zakat barang dagangan = nilai barang dagangan57 + uang
dagang yang ada + piutang yang diharapkan – utang yang jatuh tempo58.
 Contoh:59
Pak Muhammad mulai membuka toko dengan modal 100 juta pada bulan
Muharram 1432 H. Pada bulan Muharram 1433 H, perincian zakat barang
dagangan Pak Muhammad sebagai berikut:
- Nilai barang dagangan = Rp.40.000.000
- Uang yang ada = Rp.10.000.000
- Piutang = Rp.10.000.000
- Utang = Rp.20.000.000 (yang jatuh tempo tahun
1433 H)
Perhitungan Zakat
= (Rp.40.000.000 + Rp.10.000.000 + Rp.10.000.000 – Rp.20.000.000) x
2,5%
= Rp.40.000.000 x 2,5%
= Rp.1.000.000
3. Zakat Hasil Pertanian
 Dalil wajibnya zakat pertanian

Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi
untuk kamu. (QS. Al-Baqarah: 267)

Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak
berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun
dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah
dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya

57 - dengan harga saat jatuh haul, bukan harga saat beli


58 - utang yang dimaksud adalah utang yang jatuh tempo pada tahun tersebut (tahun
pengeluaran zakat). Jadi bukan dimaksud seluruh hutang pedagang yang ada. Karena
jika seluruhnya, bisa jadi ia tidak ada zakat bagi dirinya.
59 - Panduan Zakat (7): Zakat Barang Dagangan — Muslim.Or.Id
55 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin). (QS. Al-
An‘am: 141).
 Hasil pertanian yang wajib dizakati
Zakat hasil pertanian diwajibkan pada tanaman yang merupakan
kebutuhan pokok dan dapat disimpan.Yaitu: sya‘ir (gandum kasar),
hinthoh (gandum halus), kurma dan kismis (anggur kering).

.
Dari Tholhah bin Yahya, dari Abu Burdah, dari Abu Musa dan Mu‟adz bin Jabal
berkata bahwa Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam mengutus keduanya ke
Yaman dan memerintahkan kepada mereka untuk mengajarkan agama. Lalu beliau
bersabda, “Janganlah menarik zakat selain pada empat komoditi: gandum kasar,
gandum halus, kismis dan kurma. (HR.Baihaqi)
Dari Al Harits dari Ali, beliau mengatakan:

Zakat (pertanian) hanya untuk empat komoditi: Burr (gandum halus), jika tidak ada
maka kurma, jika tidak ada kurma maka zabib (kismis), jika tidak ada zabib maka
sya‟ir (gandum kasar). (HR.Ibn Abi Syaibah)
Dari Thalhah bin Yahya, beliau mengatakan: Saya bertanya
kepada Abdul Hamid dan Musa bin Thalhah tentang zakat pertanian.
Keduanya menjawab,

Zakat hanya ditarik dari hinthah (gandum halus), kurma, dan


zabib(kismis).(HR.Ibn Abi Syaibah)

 Nishob zakat pertanian


Nishob zakat pertanian adalah 5 wasaq. Demikian pendapat jumhur
(mayoritas) ulama. Dalilnya adalah hadits,
56 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Tidak ada zakat bagi tanaman di bawah 5 wasaq.(HR.Buhari)
Keterangan :
1 wasaq = 60 sho‘, 1 sho‘ = 4 mud.
Nishob zakat pertanian = 5 wasaq x 60 sho‘/wasaq = 300 sho‘ x 4 mud =
1200 mud.
Ukuran mud adalah ukuran dua telapak tangan penuh dari pria sedang.
Dewan Fatwa Saudi Arabia atau Al-Lajnah Ad-Da`imah yang diketuai
Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, wakilnya Asy-Syaikh
Abdurrazzaq ‗Afifi dan anggotanya Abdullah bin Ghudayyan
memperkirakan 1 sho‘ sama dengan 3 kg. (Fatawa Al-Lajnah, 9/371)
Jadi, jika 1 sho‘ sama dengan 3 kg, maka nishob zakat tanaman = 5 wasaq
x 60 sho‘/ wasaq x 3 kg/ sho‘ = 900 kg.
 Kadar zakat hasil pertanian
 Pertama, jika tanaman diairi dengan air hujan atau dengan
air sungai tanpa ada biaya yang dikeluarkan atau bahkan
tanaman tersebut tidak membutuhkan air, dikenai zakat
sebesar 10 %.
 Kedua, jika tanaman diairi dengan air yang memerlukan
biaya untuk pengairan misalnya membutuhkan pompa
untuk menarik air dari sumbernya, seperti ini dikenai
zakat sebesar 5%.
Dalil yang menunjukkan hal ini adalah hadits dari Ibnu ‗Umar,
Rasulullah shallallahu ‗alaihi wa sallam bersabda,

Tanaman yang diairi dengan air hujan atau dengan mata air atau dengan air tada
hujan, maka dikenai zakat 1/10 (10%). Sedangkan tanaman yang diairi dengan
mengeluarkan biaya, maka dikenai zakat 1/20 (5%). (HR.Buhari)
4. Zakat Hewan Ternak
 Ada tiga jenis hewan ternak yang wajib dizakati, yaitu:
 Unta dan berbagai macam jenisnya.
 Sapi dan berbagai macam jenisnya, termasuk kerbau.

57 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
 Kambing dan berbagai macam jenisnya, termasuk
kambing kacang (ma‘iz) dan domba.
 Hewan ternak dapat dibagi menjadi empat macam:
 Hewan ternak yang diniatkan untuk diperdagangkan.
Hewan seperti ini dikenai zakat barang dagangan walau
yang diperdagangkan cuma satu ekor kambing, satu ekor
sapi atau satu ekor unta.
 Hewan ternak yang diambil susu dan digembalakan di
padang rumput disebut sa-imah. Hewan seperti ini
dikenai zakat jika telah mencapai nishob dan telah
memenuhi syarat lainnya.
 Hewan ternak yang diberi makan untuk diambil susunya
dan diberi makan rumput (tidak digembalakan). Seperti
ini tidak dikenai zakat karena tidak termasuk hewan yang
diniatkan untuk diperdagangkan, juga tidak termasuk
hewan sa-imah.
 Hewan ternak yang dipekerjakan seperti untuk memikul
barang dan menggarap sawah. Zakat untuk hewan ini
adalah hasil upah dari jerih payah hewan tersebut jika
telah mencapai haul dan nishob.
 Syarat wajib zakat hewan ternak:
 Ternak tersebut ingin diambil susu, ingin
dikembangbiakkan dan diambil minyaknya. Jadi, ternak
tersebut tidak dipekerjakan untuk membajak sawah,
mengairi sawah, memikul barang atau pekerjaan
semacamnya. Jika ternak diperlakukan untuk bekerja,
maka tidak ada zakat hewan ternak.
 Ternak tersebut adalah sa-imah yaitu digembalakan di
padang rumput yang mubah selama setahun atau
mayoritas bulan dalam setahun. Yang dimaksud padang
rumput yang mubah adalah padang rumput yang tumbuh
dengan sendirinya atas kehendak Allah dan bukan dari
hasil usaha manusia.

58 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
 Telah mencapai nishob, yaitu kadar minimal dikenai zakat
sebagaimana akan dijelaskan dalam tabel. Syarat ini
sebagaimana berlaku umum dalam zakat.
 Memenuhi syarat haul (bertahan di atas nishob selama
setahun).
 Dalil wajibnya zakat hewan ternak

Mengenai zakat pada kambing yang digembalakan (dan diternakkan) jika telah
mencapai 40-120 ekor dikenai zakat 1 ekor kambing. (HR.Buhari)

Nabi shallallahu „alaihi wa sallam memerintahkanku untuk mengambil dari setiap 30


ekor sapi ada zakat dengan kadar 1 ekor tabi‟ (sapi jantan umur satu tahun) atau
tabi‟ah (sapi betina umur satu tahun) dan setiap 40 ekor sapi ada zakat dengan kadar
1 ekor musinnah (sapi berumur dua tahun). (HR.Tirmidzi)
 Kadar wajib zakat hewan ternak
ZAKAT UNTA
Nishob (jumlah Kadar wajib zakat
unta)

5-9 ekor 1 kambing


10- 14 ekor 2 kambing
15-19 ekor 3 kambing
20-24 ekor 4 kambing
25-35 ekor 1 bintu makhod (unta betina berumur 1 tahun)
36-45 ekor 1 bintu labun (unta betina berumur 2 tahun)
46-60 ekor 1 hiqqoh (unta betina berumur 3 tahun)
61-75 ekor 1 jadza‘ah (unta betina berumur 4 tahun)
76-90 ekor 2 bintu labun (unta betina berumur 2 tahun)
91-120 ekor 2 hiqqoh (unta betina berumur 3 tahun)
121 ekor ke atas setiap kelipatan 40: 1 bintu labun, setiap kelipatan
50: 1 hiqqoh

59 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
ZAKAT SAPI
Nishob (jumlah Kadar wajib zakat
sapi)

30-39 ekor 1 1 tabi‘ (sapi jantan berumur 1 tahun)


tabi‘ 1 musinnah (sapi betina berumur 2 tahun)
40-59 ekor 2 tabi‘
60-69 ekor 1 musinnah dan 1 tabi‘
70-79 ekor 2 musinnah
80-89 ekor 3 tabi‘
90-99 ekor 2 tabi‘ dan 1musinnah
100-109 ekor 2 musinnah dan 1 tabi‘
110-119 ekor setiap 30 ekor: 1 tabi‘ atau tabi‘ah, setiap 40 ekor: 1
120 ke atas musinnah

Kadar wajib zakat pada kambing

ZAKAT KAMBING/DOMBA
Nishob (jumlah Nishob (jumlah kambing)
kambing)

40-120 ekor 1 kambing dari jenis domba yang berumur 1 tahun


121-200 ekor 2 kambing
201-300 ekor 3 kambing
301 ke atas setiap kelipatan seratus bertambah 1 kambing sebagai
wajib zakat

8. Asnaf yang berhak mendapatkan zakat


Asnaf zakat ada delapan sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT dalam
firman-Nya:

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang


miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk

60 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk
mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. ( QS: At-Taubah: 60).
Mereka itu ada delapan golongan:
 Pertama: fakir, yaitu mereka yang tidak mendapatkan sesuatu
yang mencukupi separuh dari kebutuhanya, jika seseorang tidak
memiliki sesuatu yang ia dapat nafkahkan untuk diri sendiri dan
keluarganya selama setengah tahun, maka ia adalah fakir, ia diberi
dari zakat sesuatu yang mencukupi dirinya dan keluarganya
selama setahun.
 Kedua: Miskin, mereka adalah orang-orang yang memiliki harta,
namun tidak dapat memenuhi kebutuhanya selama setahun
penuh, maka mereka diberi sesuatu yang dapat menyempurnakan
kekurangan untuk nafkah setahun. Jika seseorang tidak memiliki
uang namun ia memiliki sumber pendapatan, seperti profesi, atau
gaji, atau investasi yang dapat memberikan kecukupan padanya,
maka ia tidak diberi zakat, sebagaimana Nabi saw bersabda:
.
Tidak ada bagian bagi orang kaya, tidak pula bagi oarng yang kuat dan
berpenghasilan.
 Ketiga: Amil, yaitu orang-orang yang mendapat tugas dari
penguasa negara untuk mengumpulkan zakat dari para muzakki,
dan membaginya kepada orang-orang yang berhak dan
menjaganya, mereka ini diberi zakat sepadan dengan pekerjaanya
meski meraka kaya.
 Keempat: Muallaf, mereka adalah para pemimpin kabilah yang
tidak memiliki iman yang kuat, mereka diberi zakat untuk
menguatkan keimanan mereka, sehingga mereka menjadi
penyeru-penyeru islam dan tauladan yang baik.Jika seseorang
lemah keislamanya, namun ia bukan kepala kabilah yang ditaati
dan hanya orang awam, apakah diberi zakat agar menguatkan
imanya.Sebagian ulama memandang perlu untuk diberi zakat,
karena kepentingan agama lebih besar dari pada kepentingan
tubuh, orang yang fakir diberi zakat agar menjadi makanan
61 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
tubuhnya, maka memberi makan hati dengan keimanan jauh
lebih bermanfaat, sebagian ulama yang lain berpendapat tidak
diberi zakat, karena kepentingan menguatkan imanya adalah
kepentingan pribadi yang khusus denganya.
 Kelima: Budak, termasuk di dalamnya memerdekakan budak dari
uang zakat, dan membantu para budak yang ingin membeli
dirinya, dan membebaskan tawanan islam.
 Keenam: Orang-orang yang berhutang, yaitu orang-orang yang
tidak memiliki sesuatu yang dapat menutupi hutangnya, mereka
diberi dari zakat sesuatu yang dapat menutupi hutangnya baik
sedikit maupun banyak, meski mereka kaya makanan, maka jika
ada seseorang yang memiliki pemasukan yang mencukupi untuk
makanan buat dirinya dan keluarganya, namun ia memiliki
hutang yang ia tidak mampu membayarnya, maka ia diberi zakat
untuk sekedar menutupi hutangnya, dan tidak boleh
menggugurkan hutang kepada fakir yang berhutang lalu
menggantinya dari uang zakat.
 Ketujuh: Fi sabilillah, yakni jihad fi sabilillah, para mujahid dapat
diberi zakat sejumlah yang dapat menyukupi mereka dalam
berjihad, dan digunakan untuk membeli peralatan jihad. Dan
termasuk dalam sabilillah adalah: menuntut ilmu syar'i, pelajar
ilmu syar'I dapat diberi uang zakat agar bisa menuntut ilmu dan
membeli kitab yang diperlukan, kecuali jika ia memiliki harta
yang dapat mencukupinya dalam memenuhi kebutuhan itu.
 Kedelapan: Ibnu sabil, yaitu musafir yang perjalananya terputus,
ia dapat diberi zakat agar dapat sampai ke negerinya.60

60 - Muhamad bin Soleh al-Utsaimin, zakat dan faedah-faedahnya, Pustaka


Islamhouse,2010,hlm.12
62 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
BAB IV

FIKIH PUASA

1. Fadhilah Puasa
Puasa memiliki banyak manfaat, baik secara fisik maupun mental. Di
antara keutamaan itu akan diuraikan dalam perspektif wahyu dan sain
modern, berikut ini :
a. Manfaat Puasa perspektif wahyu
 Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta‟ala mewajibkan ibadah puasa
ini kepada semua umat manusia, sejak Nabi Adam Alaihissalam
sampai Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana


diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (QS. Al-
Baqarah:183)

 Puasa menjadi sebab ampunan dan penebus segala kesalahan.


Dalam Shahihain, Dari Abu Hurairah radhiyallahu „anhu,
sesungguhnya Nabi Muhammad shallallahu „alahi wa sallam
bersabda:

Barangsiapa yang puasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala
niscaya diampuni dosanya yang terdahulu.

Shalat lima waktu, shalat Jum'at hingga Jum'at berikutnya merupakan penebus dosa
yang ada di antaranya, apabila dijauhi dosa-dosa besar.
 Pahala puasa akan dibalas langsung oleh Allah Shubhanahu wa
ta‟alla, dengan lipatan tak terhingga. Dalam Shahihain, dari Abu

)61( HR. Al-Bukhari 38, Muslim 760, at-Tirmidzi 683, Ahmad 2/241.
)62( HR. Muslim 233, at-Tirmidzi 214, Ibnu Majah 1086 dan Ahmad 2/400.
63 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Hurairah radhiyallahu „anhu, Rasulullah shallallahu „alahi wa sallam
bersabda:

Allah Shubhanahu wa ta‟alla berfirman: setiap amal ibadah anak cucu Adam adalah
untuknya kecuali puasa, maka ia adalah untuk -Ku dan Saya yang membalasnya.
Puasa merupakan perisai. Apabila salah seorang darimu berpuasa maka janganlah ia
mengucap kata-kata kotor dan membuat gaduh. Maka jika seseorang mencelanya
atau memusuhinya maka hendaklah ia berkata: sesungguhnya Saya puasa. Demi diri
Muhammad yang berada di tangan -Nya, sungguh bau mulut orang yang puasa lebih
wangi di sisi Allah Shubhanahu wa ta‟alla dari pada aroma minyak kesturi. Bagi
orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan: apabila ia berbuka, ia bahagia dengan
berbukanya dan apabila ia bertemu Rabb-nya ia senang dengan puasanya.

Setiap amal perbuatan manusia adalah untuk -Nya, kebaikan dilipat gandakan
sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat. Firman Allah Shubhanahu wa ta‟alla:
kecuali puasa maka ia untuk -Ku dan Saya yang membalasnya, dia meninggalkan
syahwat dan makanan karena Saya.
 Puasa merupakan perisai, maksudnya pemelihara dan penutup
orang yang puasa dari perbuatan sia-sia. Karena itulah beliau

)63( HR. Al-Bukhari 1805, Muslim 1151, at-Tirmidzi 764, an-Nasa`i 2216, Ibnu Majah
1638 dan Ahmad 2/273.
)64( HR. At-Tirmidzi 764 dan Ibnu Majah 1638
64 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
bersabda: "Apabila salah seorang darimu berpuasa maka janganlah ia
mengucap kata-kata kotor dan membuat gaduh. Dan menjaganya pula
dari api neraka. Karena itulah imam Ahmad meriwayatkan
dengan isnad yang hasan, dari Jabir radhiyallahu „anhu, bahwa Nabi
Muhammad shallallahu „alahi wa sallam bersabda:

Puasa adalah perisai yang hamba menjadikannya sebagai tameng dari api neraka.

 Puasa akan memberi syafaat bagi yang mengerjakannya di hari


kiamat. Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu „anhu, sesungguhnya
Nabi Muhammad shallallahu „alahi wa sallam bersabda:

Puasa dan al-Qur`an memberi syafaat bagi hamba di hari kiamat. Puasa berkata:
Wahai Rabb, Saya menghalanginya makan dan syahwat, maka berilah syafaatku
padanya. Dan al-Qur`an berkata: 'Saya menghalanginya tidur di malam hari maka
berilah syafaatku padanya.' Beliau bersabda: maka keduanya memberi syafaat.

b. Manfaat Puasa perspektif Sains Modern


 Ibadah puasa adalah sarana pencegahan dari sejumlah penyakit
dan gangguan kesehatan yang timbul akibat kebiasaan makan
berlebihan dan berkesinambungan sepanjang tahun tanpa pernah
berhenti.
 Ibadah puasa merupakan sarana terapis untuk beberapa penyakit
ganas dan kronis.

)65( HR. Ahmad 3/396.


66( HR. Ahmad 2/174, ath-Thabrani dan al-Hakim, ia berkata : Shahih menurut syarat
Muslim. Al-Mundziri berkata : semua perawinya dijadikan hujjah dalam shahih.
65 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
 Ibadah puasa mampu membangkitkan kinerja seluruh proses
vital yang berlangsung di dalam tubuh, meningkatkan
performanya. Puasa pun meremajakan komponen-komponen sel
dasar dan energi yang tersimpan di dalamnya sehingga lebih kuat
dan lebih mampu menghadapi hal-hal yang berat atau keadaan
damrat di saat tubuh mengalami pasokan makanan yang sedikit
atau tidak mendapatkan pasokan selama sekali dalam jangka
waktu tertentu.
 Ibadah puasa menjadi pengontrol dan penekan gejolak sek- sual
yang membara, terutama di kalangan ramaja dan anak muda.
 Ibadah puasa tidak memberatkan atau menyulitkan tubuh. Gejala
memberatkan yang dirasakan secara ilusif (termasuk lapar)
sebenarnya hanyalah karena menyalahi kebiasaan dan jam makan.
 Ibadah puasa merangkum dua proses anabolisme dan
kata-olisme sekaligus dalam satu waktu, sehingga ia bisa
memenuhi pasokan glukosa sebagai satu-satunya bahan bakar
untuk sel otak dan sebagai bahan bakar utama seluruh jaringan
lainnnya.67
2. Kekhususan Puasa Ramadhan
 Puasa Ramadhan dengan iman dan mengharap pahala
merupakan rukun Islam ke-4.
 QiyamRamadhan (shalat malam) penuh iman dan
mengharap pahala dengan shalat tarawih serta tahajud
pada sepuluh hari terakhir.
 Turunnya al-Quran yang merupakan
petunjuk.sebagaimana firman Allah: “Sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” (QS.al-Baqarah:
185)
 Terdapat malam lailatul qodar yang lebih baik dari seribu
bulan, setara dengan kurang lebih 83 tahun 4 bulan.

67 - Dr. Abdul Jawwad Ash-Shawi, Terapi Puasa : Manfaat Puasa ditinjau dari Sains
Modern, Jakarta :Pepublika,2007
66 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
 Perang Badar Kubro terjadi di pagi bulan Ramadhan, yang
memisahkan antara hak dan batil, sehingga Islam dan
pembelanya Allah menang dalam melawan syirik dan
pembelanya.
 Pada bulan Ramadhan terjadi Fathul Mekkah
(pembebasan Mekkah), di mana Allah menolong rasul-
Nya sehingga manusia masuk agama Allah dengan
berbondong-bondong.
 Pada bulan Ramadhan dibukakan pintu surga dan rahmat,
pintu neraka ditutup dan syaitan dibelenggu.
 Bau mulut orang yang berpuasa lebih baik di sisi Allah
daripada bau minyak misk.
 Malaikat memintakan ampun untuk orang yang berpuasa
hingga dia berbuka puasa.
 Terdapat di dalam hadits bahwa ibadah nafilah (sunnah)
di bulan Ramadhan menyamai pahala faridhah (ibadah
wajib) di bulan lain, sedangkan faridhah (ibadah wajib) di
bulan Ramadhan menyamai pahala 70 faridhah pada bulan
yang lain.
 Pada bulan Ramadhan diturunkan rahmat, dosa
dihapuskan dan doa dikabulkan.
 Ia merupakan bulan kesabaran, dan ganjaran pahala
kesabaran adalah surga.
 Orang yang berpuasa diampuni dosanya pada akhir malam
Ramadhan, hal itu sebagaimana seorang pekerja yang
mendapat upah setelah usai dari pekerjaannya. 68
3. Adab-adab puasa dan sunnah-sunnahnya
 Makan sahur dan mengakhirkannya.
 Menyegerakan berbuka, sebagaimana sabda Rasulullah -
shalallah alaihi wasalam-,

68 Abdullah Ibn Jarullah al-Jarullah, Ringkasan Hukum-Hukum Seputar Puasa,Pustaka


Islamhouse,2010,hlm.12
67 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Manusia senantiasa dalam keadaan baik selama menyegerakan berbuka
puasa.
[HR. Al-Bukhari no. 1957, Muslim no.2608, at-Turmudzi
no.703]
 Berbuka dengan buah kurma muda sebelum shalat magrib, jika
tidak ada dengan kurma masak, jika tidak ada beliau minum
beberapa teguk air, dan berkata setelah iftornya:

Hilang rasa dahaga, urat-urat kembali basah dan pahala ditetapkan


dengan kehendak Allah. (HR. Abu Dawud no.2357)
 Menjauhi rofast, yaitu perkataan dan perbuatan maksiat.
 Di antara yang menghilangkan pahala kebaikan dan
mendatangkan kejelekan adalah menyibukkan diri dengan
permainan puzzles (game), menonton sinetron, film, lomba-
lomba, menghadiri majelis sia-sia dan duduk-duduk
(nongkrong) di jalan.
 Hendaknya tidak berlebih-lebihan dalam urusan makan.
Sebagaimana hadits:

Tidak ada wadah yang diisi penuh oleh anak Adam yang lebih buruk
daripada perutnya. (HR. Ahmad 17649)
 Bersedekah dengan ilmu, harta, kedudukan, tenaga dan akhlak.
Nabi shalallah alaihi wasalam adalah orang yang paling dermawan
dengan kebaikan, terlebih lagi di bulan Ramadhan.

4. Hukum-hukum puasa
a. Diantara hukum-hukum puasa
 Dalam ibadah puasa ada puasa yang harus dilakukan secara
tatabu' (berurutan), seperti: pusa Ramadhan, puasa kafarah qotlul
khata‟ (penebus dosa pembunuhan yang tidak disengaja), puasa
kafarah zhihar (penebus dosa menyerupakan istri dengan ibu),
kafarah jima (penebus dosa berhubungan badan) di siang

68 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Ramadhan dan yang lainnya. Ada pula puasa yang tidak
mengharuskan tatabu' (berurutan) seperti qodho (mengganti)
puasa Ramadhan, puasa 10 hari bagi yang berhaji ketika tidak
memiliki hadyi (hewan sembelihan) dan yang lainnya.
 Puasa tatawu' (sunah) menutupi kekurangan puasa wajib.
 Terdapat larangan menyendirikan puasa hari Jumat dan hari
Sabtu yang bukan puasa wajib. Dilarang juga berpuasa sebulan
penuh di luar Ramadhan dan puasa wishol (menyambung puasa
pada malam harinya). Diharamkan puasa pada dua hari raya
dan hari tasyrik ( tanggal 11-13 Zulhijah, kecuali bagi jamaah haji
yang tidak memiliki hewan sembelihan untuk bayar hadyu -
pent).
 Masuknya bulan Ramadhan ditetapkan dengan melihat hilal
(bulan baru) atau menyempurnakan bilangan hari di bulan
Syaban menjadi 30 hari. Adapun menentukan masuknya bulan
dengan hisab (penghitungan) tidaklah sunah.
 Puasa diwajibkan atas setiap muslim, balig, berakal, mukim,
mampu, tidak terdapat penghalang seperti haid dan nifas (bagi
wanita).
 Anak kecil yang berumur 7 tahun diperintahkan jika mampu.
Sebagian ulama menyebutkan bahwa yang berumur lebih dari
sepuluh tahun dipukul jika meninggalkannya sebagaimana
halnya shalat.
 Jika orang kafir masuk Islam, anak kecil menjadi balig, orang
gila sembuh di siang Ramadhan, mereka diharuskan menahan
diri dari apa-apa yang membatalkan puasa sampai matahari
tenggelam, tetapi tidak diharuskan mengganti puasa hari itu
dan hari-hari sebelumnya.
 Orang gila tidak diwajibkan berpuasa. Jika sesekali sadar
kemudian kumat lagi, dia harus berpuasa saat sadarnya, sama
halnya dengan orang yang pingsan.
 Siapa yang meninggal di pertengahan bulan Ramadhan, tidak
ada kewajiban baginya atau keluarganya memuasai sisa hari
setelahnya.

69 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
 Siapa yang tidak tahu hukum wajibnya puasa Ramadhan, atau
tidak tahu haramnya makan atau berjima (bersetubuh) di siang
Ramadhan, Jumhur Ulama (kebanyakan ulama) menganggapnya
sebagai uzur, itu pun bila sebab kebodohan/ketidaktahuannya
memang dapat dimaklumi (tinggal di pedalaman misalnya–
pent). Adapun orang yang tinggal di tengah-tengah kaum
muslimin dan sangat mungkin baginya bertanya dan belajar,
maka tidak ada uzur baginya.

b. Puasa musafir (orang yang bepergian)


 Syarat untuk dapat berbuka puasa ketika safar (bepergian)
adalah perjalanannya haruslah perjalanan jauh atau urf (dinilai
oleh keumuman masyarakatnya sebagai safar) dan telah
melampaui negerinya serta bangunan-bangunannya. Safarnya
pun bukan safar maksiat (menurut Jumhur Ulama) dan bukan
memaksudkan muslihat untuk tidak puasa.
 Orang yang sedang safar (bepergian), boleh berbuka dengan
kesepakatan umat. Baik ia mampu berpuasa ataupun tidak.
Baik puasa memberatkan baginya ataupun tidak.
 Siapa yang berazam ingin bersafar pada bulan Ramadhan, tidak
boleh berniat untuk berbuka hingga mulai bersafar. Tidak pula
berbuka (membatalkan puasanya) kecuali setelah keluar atau
meninggalkan bangunan-bangunan kampungnya.
 Jika matahari tenggelam dan berbuka di daratan, kemudian
pesawat lepas landas (take off) sehingga melihat matahari, dia
tidak diharuskan imsak (berpuasa), karena dia telah
menyempurnakan puasanya hari itu.
 Siapa yang sampai ke suatu negeri dan berniat tinggal di tempat
itu lebih dari 4 hari, wajib baginya berpuasa menurut Jumhur
Ulama.
 Siapa yang memulai puasa dan dia mukim, kemudian bersafar di
siang hari, boleh baginya berbuka.
 Boleh berbuka bagi mereka yang kebiasaannya melakukan
perjalanan jika memiliki negeri yang dijadikan tempat tinggal

70 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
tetap, seperti: petugas pos, supir mobil sewa, awak pesawat dan
para pegawai. Sekalipun safar (perjalanan) mereka setiap hari.
Wajib bagi mereka mengqodho (mengganti puasa yang ditinggal).
Demikian pula para pelaut yang memiliki tempat tinggal di
darat.
 Jika musafir tiba di tempat tujuan siang hari, lebih terjaga jika
dia imsak (menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang
dilarang ketika berpuasa) sebagai penghormatan terhadap
bulan Ramadhan. Tetapi wajib baginya mengqodho
(mengganti), baik ia imsak ataupun tidak.
 Jika mulai puasa di negerinya, kemudian bersafar ke negeri lain
yang puasanya dimulai sebelum atau sesudahnya, maka
hukumnya mengikuti negeri yang dia datangi.
c. Puasa orang yang sakit
 Setiap penyakit yang menyebabkan seseorang keluar dari batas
sehat boleh berbuka puasa. Adapun sesuatu yang ringan seperti
pilek atau sakit kepala, tidak boleh berbuka karenanya. Jika
menurut dokter atau dia mengetahui dan amat yakin jika
berpuasa justru akan menyebabkan sakit atau memperparah
penyakitnya atau menunda kesembuhan penyakitnya, boleh
baginya berbuka, bahkan makruh baginya berpuasa
 Jika puasa dapat menyebabkan pingsan, boleh berbuka dan
wajib menggantinya. Jika tersadar sebelum matahari tenggelam
atau setelahnya, maka puasanya sah jika pagi harinya dia
berpuasa. Jika pingsannya sejak fajar sampai magrib, Jumhur
Ulama berpendapat puasanya tidak sah. Sedangkan qodho
(mengganti puasa) bagi yang pingsan, menurut Jumhur Ulama
adalah wajib, sekalipun pingsannya berlangsung lama.
 Bila lapar dan haus yang sangat membuatnya kelelahan dan
dikhawatirkan dapat membinasakan atau merusak indranya
secara yakin, bukan wahm (dugaan), maka boleh berbuka, dan ia
harus mengganti puasanya. Pekerja berat tidak boleh berbuka,
kecuali jika puasa memudaratkan aktifitasnya dan
dikhawatirkan akan membahayakan dirinya, ia boleh berbuka

71 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
dan mengganti puasanya. Ujian sekolah bukanlah uzur yang
dibolehkan untuk berbuka.
 Penyakit yang dapat sembuh, ditunggu kesembuhannya
kemudian mengqhodo (mengganti puasanya). Tidak boleh
diganti dengan ith'âm (memberi makan). Bila penyakitnya
kronis dan sulit sembuh, demikian pula orang tua yang sudah
lemah, mengganti puasanya dengan memberi makan orang
miskin setiap harinya setengah sho' (kurang lebih 1-1,5 kg ) dari
makanan pokok negerinya.
 Siapa yang sakit kemudian sembuh dan mampu berpuasa tetapi
tidak mengqodho (mengganti puasa yang tertinggal semasa
sakit) hingga meninggal dunia, menggantinya dengan memberi
makan satu orang miskin dari hari yang tidak dipuasainya yang
dikeluarkan dari hartanya. Jika salah seorang dari keluarganya
berkenan berpuasa untuknya hal itu sah.
d. Puasa orang tua, lemah dan pikun
 Orang tua yang sudah hilang kekuatannya tidak diharuskan
berpuasa. Ia boleh berbuka jika puasa membebani dan
memberatkannya. Adapun yang sudah tidak bisa membedakan
dan sampai pada batasan pikun, tidak wajib baginya atau
keluarganya sesuatu pun karena sudah tidak ada kewajiban
atasnya.
 Siapa yang memerangi dan mengepung musuh di negerinya dan
puasa membuatnya lemah dalam berperang, boleh baginya
berbuka sekalipun tanpa safar. Jika berbuka dibutuhkan
sebelum perang, dia boleh berbuka.
 Jika sebab berbukanya lahiriah, seperti sakit, tidak mengapa
berbuka terang-terangan. Siapa yang sebab berbukanya tidak
lahiriah seperti haid, yang utama baginya berbuka dengan tidak
terang-terangan, menghindari tuduhan/prasangka.
e. Niat puasa
 Disyaratkan niat dalam puasa fardhu. Demikian pula puasa
wajib, seperti: qodho (mengganti) dan kafarah (penebusan dosa).

72 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Niat boleh dilakukan di bagian malam manapun sekalipun
sesaat sebelum fajar.
 Niatnya tempatnya di dalam hati.
 Nafilah mutlak (sunah yang tidak terikat waktunya) tidak
disyaratkan niat di malam harinya. Sedangkan nafilah mu'ayyan
(sunah yang terikat waktunya) yang lebih hati-hati
meniatkannya sejak malam hari.
 Siapa yang disyari'atkan untuk berpuasa wajib seperti qodho,
nazar dan kafarah haruslah menyempurnakannya. Tidak boleh
berbuka tanpa uzur. Adapun puasa nafilah/sunah, pengamalnya
memerintah dirinya sendiri, jika berkehendak dapat berpuasa
atau berbuka, sekalipun tanpa uzur.
 Bagi seseorang yang tidak tahu akan masuknya bulan
Ramadhan kecuali setelah terbit fajar, diharuskan imsak
(menahan diri dari apa-apa yang membatalkan puasa) di hari
itu. Dia harus mengqodho (mengganti) menurut Jumhur Ulama).
 Orang yang di penjara atau dalam tahanan, jika menyaksikan
masuknya bulan Ramadhan atau mengetahui dari pemberitaan
orang yang tepercaya, wajib atasnya berpuasa. Jika tidak, dia
boleh berijtihad untuk dirinya sendiri (menentukan awal bulan
Ramadhan) dan beramal dengan perkiraan kuatnya.
f. Ifthor (berbuka) dan imsak (menahan)
 Jika seluruh lingkaran matahari telah tenggelam, orang yang
puasa berbuka. Jangan pedulikan akan adanya cahaya merah
yang tersisa di langit.
 Jika terbit fajar, wajib bagi orang yang berpuasa untuk imsak
(menahan) seketika itu juga, sama saja apakah ia telah
mendengar azan ataupun tidak. Adapun berhati-hati dengan
imsak (menahan) sebelum fajar dalam waktu tertentu seperti 10
menit atau yang sepertinya itu adalah bid'ah.
 Negeri yang malam dan siangnya 24 jam, bagi kaum muslimin di
sana wajib untuk berpuasa sekalipun siangnya panjang.
g. Pembatal puasa

73 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
 Pembatal puasa (selain haid dan nifas) tidaklah membatalkan
kecuali dengan 3 syarat:Dia melakukannya dengan pengetahuan
bukan karena jahil, ingat dan tidak lupa, sadar dan tidak
terpaksa atau dipaksa. Di antara pembatal itu adalah: jima
(bersetubuh), menyengaja muntah, haid/nifas, dibekam, makan
dan minum.
 Di antara pembatal puasa ada yang semakna dengan makan dan
minum, seperti: obat-obatan dan tablet melalui oral (mulut),
injeksi/infus makanan dan transfusi darah. Sedangkan suntikan
yang tidak mengandung unsur makanan dan minuman, hanya
sekedar pengobatan, tidaklah membatalkan pusa. Cuci darah
tidak membatalkan puasa. Pendapat kuat mengenai suntik
biasa, tetes mata dan telinga, cabut gigi dan pengobatan luka,
semua itu tidaklah membatalkan. Spray penyakit asma juga
tidak membatalkan. Periksa darah tidak membatalkan puasa.
Obat kumur tidak membatalkan puasa selama tidak ditelan.
Pembiusan ketika pengobatan gigi dan rasanya masuk sampai
ditenggorokan tidak membatalkan puasanya.
 Siapa yang sengaja makan atau minum pada siang Ramadhan
tanpa uzur, maka dia telah melakukan dosa besar. Wajib
bertobat dan mengganti puasanya.
 Jika lupa makan atau minum, hendaknya meneruskan
puasanya, karena sesungguhnya Allahlah yang telah
memberinya makan dan minum. Jika melihat orang lain yang
makan dan minum karena lupa hendaklah mengingatkannya.
 Jika dia perlu berbuka demi menolong orang yang dalam
bahaya, boleh baginya berbuka dan mengganti puasanya.
 Siapa yang diwajibkan berpuasa, kemudian berjima
(bersetubuh) di siang Ramadhan dengan sengaja dan sadar,
maka dia telah merusak puasanya, wajib bertobat dan
menyempurnakan puasanya hari itu. Dia juga harus mengqodho

74 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
dan menunaikan kafarah mugholazoh69. Demikian juga yang
melakukan zina, sodomi, atau bersetubuh dengan hewan.
 Siapa yang hendak berjima (bersetubuh) dengan istrinya dengan
terlebih dahulu membatalkan puasanya dengan makan, maka
maksiatnya lebih besar. Dia telah melecehkan kesucian bulan
dua kali, dengan makan dan bersetubuh. Menunaikan kafarah
mugholazoh lebih ditekankan.
 Jika masuk subuh dan dia bangun dalam keadaan junub, hal itu
tidak merusak puasanya. Boleh mengakhirkan mandi junub,
haid dan nifas setelah terbit fajar. Dia harus bersegera mandi
semata karena untuk melakukan shalat.
 Jika orang yang puasa tidur kemudian mimpi basah, maka
puasanya tidak batal dan tetap menyelesaikan puasanya.
 Siapa yang istimna (onani) di siang Ramadhan dengan sesuatu
yang mungkin baginya untuk tidak melakukannya, seperti
memegang dan mengulang-ulang pandangan, haruslah
bertaubat kepada Allah dan berimsak (menahan) sisa hari itu
dan menggantinya di hari lain.
 Siapa yang tiba-tiba muntah tidak harus mengganti puasanya.
Siapa yang sengaja muntah hendaknya mengganti puasanya.
Jika muncul mual seolah akan muntah tetapi kemudian kembali
normal secara sendirinya, puasanya tidak batal. Adapun ludah
dan dahak jika menelannya sebelum sampai kemulutnya,
puasanya tidak batal, tetapi jika dia menelannya setelah sampai
di mulutnya maka puasanya batal. Makruh mencicipi makanan
tanpa hajah.
 Apa yang terjadi pada orang yang puasa, seperti luka, mimisan,
masuk ke air, adanya rasa bensin di tenggorokkan karena
mencium baunya tanpa sengaja, tidaklah membatalkan puasa.
Turunnya tetes mata ke tenggorokan, memakai minyak rambut,
memulas kulit dengan hana dan mendapatkan cita rasa baunya
di tenggorokan tidaklah mengapa. Tidak batal puasa karena

69Membebaskan budak, jika tidak ada puasa dua bulan berturut-turut, jika tidak
mampu puasa maka dengan memberi makan 60 orang miskin.
75 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
memakai hinna (pacar kuku), celak, dan minyak rambut.
Demikian pula penggunaan krim pelembab kulit. Tidak
mengapa mencium bau minyak wangi dan bukhur (wewangian
yang dibakar), akan tetapi berhati-hati dari sampainya asap ke
tenggorokan.
 Untuk kehati-hatian bagi orang yang puasa adalah tidak
berbekam. Khilaf (beda pendapat) dalam hal ini cukup kuat.
 Rokok termasuk pembatal puasa. Ia bukanlah sesuatu yang
dapat dijadikan uzur untuk tidak berpuasa.
 Berendam di air dan memakai pakaian basah untuk
mendinginkan tubuh tidak mengapa bagi yang berpuasa.
 Jika makan, minum atau jima (bersetubuh) dengan sangkaan
masih malam, lalu sadar bahwa fajar sudah terbit, tidak ada
apa-apa baginya.
 Jika berbuka dengan sangkaan matahari telah tenggelam
padahal belum, haruslah mengqodho (mengganti) menurut
Jumhur Ulama (kebanyakan ulama).
 Jika terbit fajar sedang di mulutnya masih ada makanan atau
minuman, para ahli fikih telah sepakat untuk mengeluarkannya
dan sah puasanya.70

70 Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah, Nabi -shalallahu alaihi wasallam- bersada:
ًُْ‫علَى يَدِيِ فَال َيضَ ْعًُ حَتَّى يَ ْقضِيَ حَاجَ َتًُ مِى‬
َ ُ‫إِذَا سَمِعَ أَحَدُ ُكمْ الىِّدَاءَ ََاإلِوَاء‬
“Jika salah seorang di antara kalian mendengar kumandang azan sementara wadah makanan masih
ada di tangannya, janganlah meletakkannya hingga selesai dari hajatnya.”
[HR. Ahmad 10910 dan Abu Dawud no. 2352. Disahihkan oleh al-Albani dalam Sahih
Abu Dawud]
Ketika Syaikh bin Baz -rahimahullah- ditanya apakah boleh minum sebelum usainya
azan, beliau menjawab:
Jika orang yang berpuasa tidak mengetahui bahwa itu adalah azan subuh, tetapi
seperti kebiasaan orang-orang yang mengandalkan jam dan penanggalan, tidak
mengapa ia minum. Ia boleh memakan dan meminum apa yang ada di tangannya
meskipun azan berkumandang, karena azan yang dikumandangkan adalah dugaan
masuknya waktu subuh, bukan kepastian subuh. Muazin mengabarkan apa yang dia
lihat di jam atau penanggalan. Bisa jadi waktu subuh sudah benar-benar keluar dan
bisa jadi juga belum. Allah mewajibkan imsak (menahan) dengan tabayun (melihat
lansung). Hendaknya bagi seorang mukmin untuk menjaga agar berhenti dari makan
sahur sebelum fajar atau sebelum azan hingga tidak jatuh dalam subhat (keraguan).
Akan tetapi jika sempat makan sesuatu yang ringan bersamaan dengan azan atau
76 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
h. Hukum berpuasa bagi wanita
 Anak perempuan yang baru baligh tetapi karena malu tidak
berpuasa, baginya taubat, mengganti hari yang terlewati dan
memberi makan satu orang miskin setiap harinya sebagai
kafarah (penebus dosa) jika belum menggantinya hingga tiba
Ramadhan berikutnya. Sama halnya dengan hukum wanita
yang tetap berpuasa ketika haid karena malu dan tidak
mengganti puasanya.
 Istri tidak boleh berpuasa –selain Ramadhan- ketika suaminya
ada bersamanya, kecuali suaminya mengizinkan. Jika suaminya
sedang bersafar tidak mengapa.
 Wanita haid jika melihat lendir putih –cairan putih yang keluar
dari rahim seusai haid- ini diketahui oleh wanita, berarti dia
telah bersih. Hendaknya meniatkan puasa pada malamnya dan
berpuasa setelahnya. Jika masih belum bersih pada waktunya,
diperiksa dengan diusap dengan kapas atau yang sepertinya,
jika bersih hendaknya berpuasa. Wanita haid atau nifas jika
darahnya berhenti pada malam hari kemudian berniat puasa
tetapi belum mandi hingga terbit fajar, menurut mazhab
seluruh ulama puasanya sah.
 Wanita yang tahu bahwa haidnya akan datang esok hari,
hendaknya tetap terus dalam niat puasanya dan tidak berbuka
sampai mendapatkan darah.
 Yang utama bagi wanita haid adalah tetap pada tabiatnya dan
ridha dengan apa yang telah Allah gariskan atasnya. Hendaknya
tidak memakai apa-apa yang mencegah haid.
 Jika wanita hamil mengalami persalinan dan janinnya sudah
berbentuk, maka ia nifas dan tidak berpuasa. Jika janinnya
belum berbentuk, itu adalah mustahadhah (darah penyakit),
atasnya berpuasa jika mampu.

minum ketika azan, yang nampak adalah tidak mengapa jika tidak mengetahui waktu
fajar benar-benar telah terbit.
[Transkripsi dari fatwa Syaikh Abdul Aziz bin Bâz di acara Nûrun Ala ad-Darb] –
pent.

77 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
 Wanita nifas jika sudah bersih sebelum 40 hari, berpuasa dan
mandi untuk shalat. Jika melebihi 40 hari hendaknya
meniatkan puasa dan mandi. Darah yang masih keluar setelah
40 hari dianggap istihadhah (darah penyakit).
 Darah istihadhah (darah penyakit) tidak berpengaruh pada
keabsahan puasa.
 Pendapat yang kuat adalah mengkiaskan wanita hamil dan
menyusui dengan orang sakit; boleh berbuka dan tidak ada
kewajiban atasnya selain qodho (mengganti). Sama saja apakah
khawatir akan dirinya atau anaknya.
 Wanita yang wajib berpuasa, jika disetubuhi oleh suaminya
pada siang Ramadhan dengan keridhaannya, maka hukumnya
sama seperti hukum suaminya. Adapun jika dipaksa, atasnya
berusaha menolak dan tidak ada kafarah baginya.71
5. Kesalahan-Kesalahan Dalam Berpuasa
Banyak kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh orang yang sedang
menunaikan ibadah puasa, baik yang disadari atau tiadak. Diantara
kesalahan itu adalah :
 Menyia-nyiakan waktu di bulan Ramadhan
Bulan ramadhan adalah bulan yang mulia, yang di dalamnya banyak
keutamaan-keutamaan. Namun sangat disayangkan, kebanyakan orang
tidak meresponya dengan amal kebaikan. Bahkan justeru sebaliknya,
ramadhan diisi dengan amalan sia-sia. Padahal semua itu akan
dipertanggungjawabkan kelak. Rasulullah shallallahu ‗alaihi wasallam
bersabda :‖ Tidak akan melangkah dua kaki seorang hamba pada hari
kiamat sehingga dia akan ditanya tentang umurnya di manakah dia
manfaatkan, tentang ilmunya apakah yang telah diperbuatnya, tentang
hartanya dari mankah dia dapatkan dan ke manakah disalurkan dan
tentang badannya pada apakah dipergunakan".72 Dalam hadist yang lain
Rasulullah mengingatkan orang yang rugi, karena menyia-nyiakan
kesempatan di bulan ramadhan, sehingga selesairamadhan, ia tidak
mendapatkan apa-apa. Rasulullah saw bersabda :

71 - Muhammad Shaleh al-Munajid, Tujuh Puluh Masalah Seputar Puasa, Pustaka


Islamhouse,2010,hlm.5-14
72HR. Turmudzi: 4/612 no: 2417 dan dia berkata: Hadits hasan shahih.
78 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Sungguh celaka seseorang yang mendapatkan bulan ramadhan kemudian berakhir
bulan ramadhan tetapi dosanya tidak diampuni. (HR. Tirmidzi dan dia berkata
― Hadits Hasan Gharib‖ dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dari
shahabat Abu Hurairah).
 Berpuasa tetapi tidak shalat
Kesalahan ini sangat fatal, karena dia telah melakukan dosa besar
bahkan dosa kekufuran. Allah Subhaanahu wata‘aala berfirman

Dirikanlah shalat dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang


mempersekutukan Allah. (Qs. Ar-Ruum:31)
Rasulullah shallallahu ‗alaihi wasallam bersabda :

Sesungguhnya pembatas antara seseorang dan kesyirikkan dan kekufuran adalah


meninngalkan shalat. (HR. Muslim dari Sahabat Jabir Radhiyallahu ‗anhu)
Dalam hadits lain Rasulullah shallallahu ‗alaihi wasallam bersabda :

Perjajian antara kami dengan mereka adalah shalat, barangsiapa yang meninggalkan
shalat sungguh dia telah kafir. (HR. An-Nasai, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah
dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)
 Tidak meninggalakan perkataan dusta dan ghibah. Tentang
kesalahan ini Rasulullah Shalallahu ‗alaihi wasallam bersabda :

Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan mengamalkannya, dan


melakukan tindakan kebodohan, maka Allah tidak butuh atas perbuatannya
meninggalkan makan dan minumnya.(HR. Bukhari)
 Melaksakan shalat terawih dengan cepat-cepat tidak tuma‘ninah.
Kesalahan ini dapat membatalkan shalat, karena tuma‘ninah
merupakan rukun shalat itu sendiri. Rasulullah shallallah ‗alaihi
wasallam pernah melihat seseorang yang shalatnya tidak

79 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
tuma‘ninah, belum sempurna dari satu gerakakn sudah pindah
pada gerakan shalat yang lainnya. Lalu Rasulullah shallallah
‗alaihi wasallam menyuruh untuk mengulang shalatnya. Orang
yang shalat wajib untuk menyempurnakan gerakan shalatnya,
tuma‘ninah dalam ruku, sujud dan gerkan shalat lainnya.
Rasulullah shallallah ‗alaihi wasallam bersabda :

Wahai sekalian muslim, tidak ada shalat bagi orang yang tidak meluruskan tulang
punggunya ketika ruku dan sujud. (HR. Ibnu Abi Syaibah, Ibnu Majah dan
Ahmad)
 Berlebih-lebihan dalam makan dan minum

Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak


menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (Qs. Al-A‘raaf : 31)
 Menjadikan bulan Ramadhan kesempatan untuk mengemis.
Tentang hal ini Rasulullah shallallahu ‗alaihi wasallam bersabda
:― Senantiasa seseorang meminta-minta kepada manusia sampai
pada hari kiamat datang dalam keadaan wajahnya tidak tersisa
sepotong dagingpun.‖ (HR Bukhari dan Muslim)

6. Khatimah : Puasa Sebagai Tazkiyatun Nafs dan Jasad73


Puasa adalah ritual klasik yang terdapat pada semua agama
wahyu. Inilah yang disitir dalam firman Allah: kama kutiba ‗ala l-ladzina
min qablikum (QS 2:183), sebagaimana diinstruksikan kepada umat-
umat para nabi zaman dahulu –yang nota bene semuanya beragama Islam
jua. Bagaimana persisnya cara mereka berpuasa hanya dapat diduga-
duga, mungkin begini dan mungkin begitu, namun sukar untuk
dipastikan seperti apa praktiknya. Yang jelas, syariat Nabi Muhammad
saw sebagai telah menganulir sekaligus mengintrodusir bentuk final tata
tertib puasa bagi kaum beriman (alladzina amanu) seperti anda. Artinya,
cara berpuasa yang tidak sejalan atau berbeda dengan regulasi yang

73 - Syamsuddin Arif, Puasa: Tazkiyatun Nafs dan Jasad, Jurnal pemikiran Islam,
Islamia, (Insists-Republika) edisi 19 Juli 2012
80 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
ditetapkan dalam syariat Islam (yakni preskripsi al-Qur‘an dan tradisi
Rasulullah) dianggap nihil.
Ditilik dari sudut semantik, lafaz ‗shiyam‘ yang dipakai al-Qur‘an
untuk ‗puasa‘ asalnya mengandung arti bertahan atau menahan diri, dari
kata kerja reflexif: shama–yashumu. Namun, dalam konteks syariat
Islam, puasa (shiyam) yang dimaksud ialah menahan diri dari makan-
minum dan kegiatan seksual sejak terbit fajar hingga terbenam matahari,
dengan niat ibadah kepada Allah tentunya. Khusus di bulan suci
Ramadhan, puasa merupakan kemestian perorangan (fardhu ‗ayn) setiap
individu yang berakal dan tumbuh dewasa, dengan beberapa
pengecualian yang diuraikan detilnya dalam buku-buku fikih. Di luar
bulan suci Ramadhan, kaum Muslim juga dibolehkan dan dianjurkan
berpuasa secara suka rela (tathawwu‗) berdasarkan petunjuk Rasulullah
saw, disamping puasa denda dan kompensasi (qadha) sesuai dengan
aturan yang berlaku.
a. Multifungsi Puasa
Seperti halnya yang lain, puasa adalah ibadah multifungsi dan
multidimensi.
 Yang pertama boleh kita namakan fungsi konfirmatif.
Jangan mengaku orang Islam dan beriman kalau tidak
puasa di bulan suci Ramadhan tanpa alasan yang
dibenarkan. Berpuasa merupakan bukti pengukuh
keislaman dan keimanan anda.
 Kedua, fungsi purifikatif. Orang yang berpuasa
sesungguhnya mensucikan dirinya . Puasa adalah
instrumen pembersih kotoran-kotoran jiwa, seperti
halnya shalat. Orang yang berpuasa tidak hanya menolak
yang haram dan menjauhi yang belum-tentu-halal dan
belum-tentu-haram. Jangankan yang syubhat dan yang
haram, sedangkan yang jelas halal pun tak dijamahnya.
Puasa berfungsi mematahkan dua syahwat sekaligus:
yakni syahwat perut dan syahwat kemaluan. Demikian
kata Imam ar-Razi dalam kitab tafsirnya (Mafatih al-
Ghayb, cetakan Darul Fikr Lebanon 1426/2005, juz 4, jilid
2, hlm. 68). Syah Waliyyullah ad-Dihlawi menambahkan:

81 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
puasa itu ibarat tiryaq penawar bagi racun-racun syaitan,
semacam detoxifikasi spiritual. Dengan puasa anda
memukul naluri kebinatangan (al-bahimiyyah) yang
mungkin selama ini menguasai diri anda. Puasa sejati
melumpuhkan syaitan dan membuka gerbang malakut
(Hujjatullah al-Balighah, cetakan Kairo 1355 H, juz 1, hlm.
48-50). Itulah sebabnya mengapa dalam suatu riwayat
disebutkan bahwa mereka yang berhasil menamatkan
puasa sebulan Ramadhan disertai iman dan pengharapan
bakal dihapus dosa-dosanya sehingga kembali suci fitri
bagaikan bayi baru dilahirkan dari rahim ibunya.
 Ketiga, fungsi iluminatif. Para awliya‘ dan orang-orang
shaleh diketahui amat suka berpuasa karena, seperti
dituturkan oleh Syekh Abdul Wahhab as-Sya‗rani dalam
kitabnya, mereka justru memperoleh pencerahan batin
(ghayat an-nuraniyyah) dan peneguhan rohani serta
berbagai kebajikan yang berlimpah tatkala mereka
berpuasa (Tanbih al-Mughtarrin, cetakan Damaskus hlm.
55). Hal karena puasa menaikkan status mereka ke derajat
malaikat yang penuh taat dan hampa maksiat. Hasilnya
semakin dekat mereka kepada Allah, sumber hakiki segala
ilmu dan hikmah manusia. Puasa menjernihkan ruang
komunikasi spiritual antara alam nasut dengan alam
malakut. Di saat berpuasa, sinyal-sinyal makrifat akan
lebih jelas, lebih mudah dan lebih banyak dapat
ditangkap.
 Keempat,fungsi preservatif. Selain mensucikan jiwa dan
mencerahkan nurani, ibadah puasa juga berdampak
positif terhadap kesehatan tubuh kita. Sebuah hadis yang
disandarkan kepada Rasulullah menyatakan:
―Berpuasalah, niscaya anda sehat‖ (shumu, tashihhu),
riwayat Imam at-Thabarani dari Abi Hurayrah r.a. dan Ibn
‗Adiyy dari Sayyidina ‗Ali dan Ibn ‗Abbas r.a. Meskipun
jalur transmisi hadis ini masih diperdebatkan, kebenaran
matan atau isinya sudah banyak dibuktikan secara medis.

82 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Kalau kita makan tiga kali sehari maka rata-rata tiap 8
jam lambung kita mendapat tugas baru. Padahal makanan
di ditampung dan dicerna oleh lambung selama 4 jam,
diolah sampai diserap oleh usus selama 4 jam. Ini berarti
perut kita terus-menerus bekerja tanpa istirahat sama
sekali. Nah, puasa memberikan interval waktu bagi organ-
organ pencernaan tersebut untuk merenovasi sel-sel yang
rusak dan memberikan kesempatan energi tubuh
memenuhi kebutuhan organ-organ lainnya. Benarlah
sabda Rasulullah: ―Segala sesuatu ada zakatnya. Zakatnya
tubuh adalah puasa (li-kulli syay‘in zakah, wa zakatul
jasad as-shawmu)‖, hadis riwayat Imam Ibn Majah dari
Abi Hurayrah r.a. (no. 1745). Bukankah zakat itu makna
dasarnya bersih dan tumbuh, sehingga puasa berarti
tazkiyatun nafs plus tazkiyatul jasad.
Penelitian mutakhir Hari Basuki dan Dwi Prijatmoko (2005) dari
FKG Universitas Jember menyimpulkan bahwa puasa selama bulan
Ramadhan dapat menurunkan risiko kardiovaskuler melalui perubahan
komposisi tubuh, tekanan darah dan plasma kolesterol. Tidak ada yang
perlu dikhawatirkan dari puasa walaupun di musim panas yang waktu
siangnya lebih panjang dari dari waktu malam, seperti di Eropa atau
Australia. Sebagaimana ditegaskan A. J. Carlson, Profesor Fisiologi di
Universitas Chicago Amerika Serikat, seorang manusia normal yang
sehat bisa bertahan hidup 50 hingga 75 hari tanpa makanan, asalkan
tidak terkena unsur-unsur toksik dan atau tekanan emosi. Cadangan
lemak dalam tubuh manusia diyakini lebih dari cukup untuk
memberinya tenaga untuk bekerja selama beberapa minggu.
Di atas itu semua, puasa merupakan ibadah transformatif. Puasa
sebagaimana disyariatkan niscaya mengubah diri anda menjadi orang
bertaqwa. La‗allakum tattaqun, firman Allah dalam kitab suci al-Qur‘an
(2:183). Kalau latihan militer bisa mengubah seseorang yang asalnya
lemah lembut lagi penuh kasih sayang menjadi keras dan bengis tak
mengenal belas kasihan, maka latihan Ramadhan dapat mengubah
seseorang yang tadinya fasiq (banyak melanggar hukum Allah) atau
munafiq menjadi shaleh dan bertaqwa kepada Allah. Dan ini logis kalau

83 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
kita ingat bahwa puasa itu merupakan ibadah rahasia, bukan ibadah
publik yang dapat disaksikan oleh orang lain seperti halnya sholat, zakat
dan haji. Hanya Allah dan kita sendiri sebagai pelakunya yang
mengetahui apakah kita berpuasa ataukah tidak.
Dampak transformatif ini juga terkait dengan kecerdasan emosi.
Daniel J. Goleman (1995) mengutip penelitian seorang psikolog terhadap
sejumlah anak-anak TK usia 4 tahun. Anak-anak ini dipanggil satu per
satu oleh guru mereka ke dalam sebuah ruangan dan disuguhkan
sepotong kue lezat di atas meja. Sang guru berkata: ―Bu Guru akan keluar
sebentar dan kamu boleh makan kue ini, tetapi kalau kamu tunggu
beberapa menit sampai Bu Guru datang, kamu akan dapat dua
(ditambah sepotong lagi).‖ Empat belas tahun kemudian, setamatnya
mereka dari sekolah menengah, anak-anak yang dulunya langsung
makan kue tersebut ditemukan rendah prestasinya, labil emosinya,
cenderung suka bertengkar dan sulit mencapai target yang dikehendaki,
sementara mereka yang sabar menunggu sampai Bu Guru datang dan
karenanya mendapat imbalan dua potong kue, ditemukan lebih baik
prestasinya, mempunyai emosi yang stabil, lebih berdikari dan mampu
mengendalikan diri dalam keadaan tertekan sekalipun. Begitu pula orang
seperti Imam as-Syafi‗i dan para ilmuan hebat lainnya sukses dalam
karirnya berkat banyak puasa.
b. Multidimensi Puasa
Dalam salah satu kitabnya yang terkenal, Imam al-Ghazali
menguraikan beberapa dimensi puasa yang baik diketahui jika kita
menghendaki hasil optimal sebagaimana tersebut di atas, dan bukan
sekadar hasil minimal yaitu gugurnya kewajiban dan tetapnya identitas
diri sebagai mukmin-muslim. Menurutnya, ada tiga dimensi puasa.
 Pertama, dimensi eksoterik, dimana anda menahan diri dari
makan-minum dan kegiatan seksual. Beliau menyebutnya shawm
al-bathn wa l-farj. Dimensi ini penting karena menjadi syarat
minimal puasa.
 Kedua, dimensi semi-esoterik, dimana seseorang itu tidak hanya
berpuasa perut dan kemaluannya, tetapi juga panca indera dan
anggota badan lainnya. Yakni apabila ia mengunci penglihatan,

84 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
pendengaran, dan kaki tangannya dari segala yang haram dan
syubhat. Imam al-Ghazali mengistilahkannya shawm al-jawarih.
 Yang ketiga adalah dimensi esoterik, dimana anda berpuasa total,
mencekik syahwat badaniah dan syahwat batiniah sekaligus.
Namanya shawm al-qalb, yaitu apabila hati dan akal pikiran pun
berpuasa dari pelbagai keinginan, kerinduan, dan harapan kepada
sesuatu dan sesiapa jua melainkan Allah. Menurut Imam al-
Ghazali, seyogyanya puasa kita merangkum tiga dimensi
tersebut.74

74 - Lihat: Ihya‘ ‗Ulumiddin, juz 3, hlm. 428-430


85 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
BAB V
IBADAH HAJI, UMRAH DAN ZIARAH
1. Keutamaan Ibadah Umrah
Umrah memiliki beberapa keutamaan, diantaranya sebagaimana
uraian berikut ini :
 Umrah adalah jihad sebagaimana ibadah haji. Sebagaimana
terdapat dalam hadist, ‗Aisyah berkata,

Wahai Rasulullah, apakah wanita juga wajib berjihad?” Beliau shallallahu „alaihi wa
sallam menjawab, “Iya. Dia wajib berjihad tanpa ada peperangan di dalamnya, yaitu
dengan haji dan „umroh.(HR. Ibnu Majah)
 Menghapus dosa di antara dua umrah. Dari Abu Hurairah, ia
berkata, Rasulullah shallallahu ‗alaihi wa sallam bersabda,

Antara umrah yang satu dan umrah lainnya, itu akan menghapuskan dosa di antara
keduanya. Dan haji mabrur tidak ada balasannya melainkan surga. (HR. Bukhari
no. 1773 dan Muslim no. 1349)
 Umrah menghilangkan kefakiran dan menghapus dosa. Dari
Abdullah, Rasulullah shallallahu ‗alaihi wa sallam bersabda,

86 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Ikutkanlah umrah kepada haji, karena keduanya menghilangkan kemiskinan dan
dosa-dosa sebagaimana pembakaran menghilangkan karat pada besi, emas, dan
perak. Sementara tidak ada pahala bagi haji yang mabrur kecuali surga.(HR. An
Nasai)
2. Keutamaan Ibadah Haji
Keutamaan haji banyak disebutkan dalam Al Qur‘an dan As Sunnah.
Berikut beberapa di antaranya:
 Haji merupakan amalan yang paling afdhol. Dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‗anhu, ia berkata,

»
Nabi shallallahu „alaihi wa sallam ditanya, “Amalan apa yang paling afdhol?” Beliau
shallallahu „alaihi wa sallam menjawab, “Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.” Ada
yang bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau shallallahu „alaihi wa sallam
menjawab, “Jihad di jalan Allah.” Ada yang bertanya kembali, “Kemudian apa lagi?”
“Haji mabrur”, jawab Nabi shallallahu „alaihi wa sallam.(HR. Bukhari no. 1519)
 Jika ibadah haji tidak bercampur dengan dosa (syirik dan
maksiat), maka balasannya adalah surge. Dari Abu Hurairah,
Rasulullah shallallahu ‗alaihi wa sallam bersabda,

Dan haji mabrur tidak ada balasan yang pantas baginya selain surga. (HR. Bukhari
no. 1773 dan Muslim no. 1349)
 Haji termasuk jihad fii sabilillah (jihad di jalan Allah). Dari
‗Aisyah radhiyallahu ‗anha, ia berkata,

87 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Wahai Rasulullah, kami memandang bahwa jihad adalah amalan yang paling afdhol.
Apakah berarti kami harus berjihad?” “Tidak. Jihad yang paling utama adalah haji
mabrur”, jawab Nabi shallallahu „alaihi wa sallam. (HR. Bukhari no. 1520)
 Haji akan menghapuskan kesalahaan dan dosa-dosa. Dari Abu
Hurairah, ia berkata bahwa ia mendengar Nabi shallallahu ‗alaihi
wa sallam bersabda,

Siapa yang berhaji ke Ka‟bah lalu tidak berkata-kata seronok dan tidak berbuat
kefasikan maka dia pulang ke negerinya sebagaimana ketika dilahirkan oleh ibunya.
(HR. Bukhari no. 1521).
 Haji akan menghilangkan kefakiran dan dosa. Dari Abdullah bin
Mas‘ud, Rasulullah shallallahu ‗alaihi wa sallam bersabda,

Ikutkanlah umrah kepada haji, karena keduanya menghilangkan kemiskinan dan


dosa-dosa sebagaimana pembakaran menghilangkan karat pada besi, emas, dan
perak. Sementara tidak ada pahala bagi haji yang mabrur kecuali surga. (HR. An
Nasai no. 2631)
 Orang yang berhaji adalah tamu Allah. Dari Ibnu ‗Umar, dari Nabi
shallallahu ‗alaihi wa sallam, beliau bersabda,

Orang yang berperang di jalan Allah, orang yang berhaji serta berumroh adalah
tamu-tamu Allah. Allah memanggil mereka, mereka pun memenuhi panggilan. Oleh
karena itu, jika mereka meminta kepada Allah pasti akan Allah beri.(HR. Ibnu
Majah no 2893)
3. Alternatif Ibadah Haji

88 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Dalam melakukan ibadah haji terdapat tiga cara, yaitu: Tamattu,
Qiran dan Ifrad.
 Haji Tamattu‘ ialah berihram untuk umrah pada bulan-bulan
haji (Syawwal, Dzulqaidah dan sepuluh hari pertama bulan
Dzulhijjah), dan diselesaikan umrahnya pada waktu-waktu
itu. Kemudian berihram untuk haji dari Mekkah atau
sekitarnya pada hari Tarwiyah (tgl. 8 Dzulhijjah) pada tahun
umrahnya tersebut.
 Haji Qiran ialah, berihram untuk umrah dan haji sekaligus,
dan terus berihram (tidak tahallul) kecuali pada hari nahr (tgl.
10 Dzulhijjah). Atau berihram untuk umrah terlebih dahulu,
kemudian sebelum melakukan thawaf umrah memasukkan
niat haji.
 Haji Ifrad ialah, berihram untuk haji dari miqat atau dari
Mekkah bagi penduduk Mekkah, atau dari tempat lain di
daerah miqat bagi yang tinggal disitu, kemudian tetap dalam
keadaan ihramnya sampai hari nahr, selanjutnya melakukan
thawaf, sa‘i, mencukur rambut dan bertahallul.
Ibadah haji yang lebih utama ialah haji Tamattu‘, karena Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan hal itu dan menekankannya
kepada para shahabat.
4. Cara Melaksanakan Umrah75
 Apabila telah sampai di miqat, maka mandi dan memakai wangi-
wangian jika hal itu memungkinkan, kemudian memakai pakaian
ihram (sarung dan selendang), lebih utama berwarna putih. Bagi
wanita boleh mengenakan pakaian yang ia sukai, asal tidak
menampakkan perhiasan. Setelah itu berniat ihram untuk umrah
seraya mengucapkan:

75 - Lihat Bimbingan Haji dan Umrah, Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah

89 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Kusambut panggilan-Mu untuk melaksanakan umrah. Kusambut panggilan-
Mu yaa Allah, ku sambut panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, ku sambut
panggilan-Mu, sesungguhnya segala puji, nikmat, dan kerajaan adalah milik-
Mu, tiada sekutu bagi-Mu .
Bagi kaum pria hendaknya mengucapkan talbiah ini dengan suara
keras, sedangkan bagi wanita hendaknya mengucapkannya
dengan suara pelan.
Kemudian memperbanyak membaca talbiyah, dzikir dan istighfar
serta menganjurkan berbuat baik dan mencegah kemunkaran.
 Apabila telah sampai di Mekkah, maka thawaf di Ka‘bah
sebanyak tujuh putaran, mulai dari Hajar Aswad sambil bertakbir
dan selesai di Hajar Aswad pula. Disunahkan zikir serta doa yang
kehendaki. Antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad sebaiknya
membaca:

Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat,
dan lindungilah kami dari siksa api neraka .
Kemudian setelah thawaf, shalat dua rakaat di belakang maqam
Ibrahim walaupun agak jauh dari tempat tersebut jika hal itu
mungkin, jika tidak mungkin, maka dlakukan di tempat lain di
dalam masjid.
 Kemudian keluar menuju Safa dan naik ke atasnya sambil
menghadap Ka‘bah, kemudian membaca tahmid serta takbir tiga
kali sambil mengangkat kedua tangan, membaca doa dan
mengulanginya setiap doa tiga kali sesuai sunnah Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu ucapkanlah:

90 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Tiada Tuhan yang patut disembah selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu
bagi-Nya, hanya bagi-Nya segala kerajaan dan hanya bagi-Nya segala puji,
Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tiada Tuhan yang patut disembah
selain Allah Yang Maha Esa, yang menepati janji-Nya dan memenangkan
hamba-Nya serta telah menghancurkan golongan kafir sendirian
Kemudian melakukan sa‘i umroh sebanyak tujuh kali putaran
dengan berjalan cepat di antara tanda hijau dan berjalan biasa
sebelum dan sesudah tanda tersebut, kemudian naik ke atas
Marwa, lalu bacalah takbir dan tahmid tiga kali apabila mungkin
sebagaimana yang anda lakukan di Safa.
Dalam thawaf ataupun Sa‘i, tidak ada bacaan zikir wajib yang
khusus untuk itu. Akan tetapi dibolehkan bagi yang melakukan
thawaf atau sa‘i untuk membaca zikir dan do‘a atau bacaan Al
Quran yang mudah baginya, dengan mengutamakan bacaan-
bacaan zikir dan doa yang bersumber dari tuntunan Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam.
5. Bila telah selesai melakukan sa‘i, maka mencukur dengan bersih
(gundul) atau cukup memendekkannya. Dengan demikian
selesailah rangkaian umrah dan selanjutnya diperbolehkan
melakukan hal-hal yang tadinya menjadi larangan ihram. Apabila
kita melakukan haji Tamattu, maka wajib bagi menyembelih
hewan pada hari Nahr, yaitu seekor kambing atau sepertujuh
onta/sapi, jika tidak mendapatkannya, maka wajib melakukan
puasa sepuluh hari; tiga hari di waktu haji, dan tujuh hari setelah
pulang ke tanah air.
6. Cara Melaksanakan Haji
a. Hari Tarwiyah (Tanggal delapan Dzul Hijjah)
* Amalan yang dilakukan :

1. Disunnahkan untuk mandi dan memakai wewangian sebelum


ihram.

91 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
2. Disunnahkan bagi yang hajinya tamattu' untuk ihram haji
sebelum tergelincir matahari.
3. Niat ihram untuk haji dengan mengucapkan: Labbaika Hajjan (Ya
Allah aku sambut panggilan-Mu untuk menunaikan ibadah haji).
Jika ia khawatir ada halangan untuk menyempurnakan hajinya,
maka hendaklah ia mengucapkan syarat :

Jika aku terhalang oleh sesuatu, maka tempat tahallulku adalah di tempat
aku terhalangi

Adapun jika ia tidak khawatir, maka tidak perlu mengucapkan


syarat di atas.

4. Menuju Mina pada Hari Tarwiyah dan menginap di sana pada


malam sembilan. Tidak keluar dari Mina kecuali setelah terbitnya
matahari dan melakukan shalat lima waktu di sana.

5. Memperbanyak bacaan talbiyah.

“Kusambut panggilan-Mu, ya Allah.Kusambut panggilan-Mu. Kusambut panggilan-


Mu.Tiada sekutu bagi-Mu.Kusambut panggilan-Mu.Sesungguhnya segala puji,
karunia dan kekuasaan hanyalah milik-Mu.Tiada sekutu bagi-Mu”.

Bacaan talbiyah ini tetap diucapkan hingga akan melempar Jumrah


'Aqabah pada Hari Kurban

6. Mengqashar shalat yang empat raka'at tanpa jamak. Dengan


melaksanakannya secara jamaah dan bersungguh-sungguh untuk
melakukan shalat witir.

b. Hari Arafah (Tanggal sembilan Dzul Hijjah)

* Amalan yang dilakukan:

92 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
1. Menuju Arafah setelah terbitnya matahari pada tanggal sembilan
Dzul Hijjah.
2. Tinggal sementara di Masjid Namirah hingga tergelincirnya
matahari jika hal ini mudah dilakukan. Jika tidak, maka tidak
mengapa, karena hukumnya adalah sunnah.
3. Shalat Dzuhur dan Ashar secara jamak dan qashar (jamak
takdim) seperti yang dilakukan Nabi agar tersedia banyak
waktu untuk berada di Arafah dan berdoa.
4. Disunnahkan bagi jamaah haji ketika di Padang Arafah untuk
bersungguh-sungguh dalam dzikir, berdoa dan merendahkan diri
pada Allah Ta'ala. Ketika berdoa, hendaklah mengangkat kedua
tangan. Jika ia bertalbiyah atau membaca Al-Qur'an maka itu juga
baik.
5. Berada di Padang Arafah hingga terbenamnya matahari.
6. Berbuat kebaikan pada sesama jamaah haji dengan memberikan
minuman dan membagi makanan.
c. Malam Muzdalifah
* Amalan yang dilakukan:

1. Dari Arafah berangkat menuju Muzdalifah setelah terbenamnya


matahari dengan penuh sakinah dan khusyu'.
2. Shalat Maghrib dan Isya secara jamak dan qashar dengan satu
adzan dan dua iqamah sesampainya di Muzdalifah.
3. Jika jamaah haji tidak mungkin sampai di Muzdalifah sebelum
pertengahan malam, maka untuk lebih hati-hatinya agar shalat
maghrib dan isya di jalan.
4. Bersegera tidur setelah shalat dan tidak sibuk dengan hal
lainnya.
5. Menginap di Muzdalifah. Ini adalah hal yang wajib.
Diperbolehkan bagi orang-orang yang lemah baik laki maupun
perempuan untuk meninggalkan Muzdalifah di akhir malam
setelah bulan tidak tampak lagi. Adapun siapa yang tidak lemah
atau bersama orang yang lemah, maka ia tetap tinggal di
Muzdalifah hingga Shalat Fajar/Subuh sebagai realisasi
mengikuti apa yang dilakukan Rasulullah saw. Bersegera

93 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
melakukan Shalat Fajar, kemudian menuju Masy'aril haram76 lalu
mengesakan Allah dan bertakbir dan berdoa apa yang ia inginkan
sampai langit terlihat kuning sekali. Jika tidak mudah baginya
menuju Masy'aril Haram, maka hendaklah ia berdoa di tempatnya.
Berdasarkan sabda nabi saw : "Aku berada di sini dan Muzdalifah
seluruhnya adalah mauqif".
d. Hari Kurban (tanggal sepuluh Dzul Hijjah)
* Amalan yang dilakukan:

1. Meninggalkan Muzdalifah menuju Mina sebelum terbitnya


matahari dengan penuh sakinah dan kekhusyu'an.
2. Disunnahkan untuk lebih cepat ketika melewati wadi Muhassir,
jika hal itu memungkinkan.
3. Menyibukkan diri dengan talbiyah hingga sampai di Jumrah
'Aqabah, lalu menghentikan bacaan, menjadikan Mina di sebelah
kanan dan Ka'bah di sebelah kirinya, melempar Jumrah 'Aqabah
dengan tujuh kerikil secara berurutan, mengangkat tangan
setiap kali lemparan dan bertakbir.
4. Jika jamaah haji sudah selesai dari melempar Jumrah 'Aqabah,
hendaklah menyembelih hadyu. Disunnahkan baginya untuk
menyembelih sendiri jika hal itu memungkinkan, sebagai mana
yang dilakukan oleh nabi . Ketika menyembelih mengucapkan:

Allah Maha Besar, Ya Allah, ini adalah dari Engkau dan untuk-Mu, dengan
menyebut nama Allah
Hendaknya mengarahkan (hewan yang disembelih) ke arah
kiblat.

76Yang dimaksud adalah Quzah, yaitu gunung yang sangat terkenal di Muzdalifah.
Hadits ini merupakan hujjah/alasan para ulama fikih bahwa Masy'ar il Haram adalah
Quzah. Jumhur ulama tafsir dan sejarah serta ulama hadits berkata: Masy'aril Haram
adalah seluruh wilayah Muzdalifah. Lihat Syarah Muslim oleh Imam Nawawi
rahimahullah.

94 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
5. Jika sudah selesai menyembelih, menggundul rambut atau
memendekkannya. Menggundul adalah lebih utama. Tidak
cukup hanya memendekkan sebagian rambut kepala, bahkan
mesti meratakannya seperti halnya menggundul. Adapun bagi
wanita, memendekkan (ujung rambut) sebesar ujung jari.
6. Setelah melempar Jumrah 'Aqabah dan menggundul atau
memendekkan rambut, dibolehkan bagi orang yang sedang ihram
melakukan apa saja kecuali berhubungan badan dengan istri.
Inilah yang dinamakan tahallul awwal.
7. Disunnahkan setelah tahallul awal, untuk membersihkan diri,
memakai wewangian dan menuju ke Mekkah untuk melakukan
Thawaf Ifadhah. Thawaf ini dinamakan (Thawaf Ziarah) yang
merupakan rukun yang tidak sempurna haji melainkan
dengannya. Setelah itu maka dihalalkan melakukan semuanya
termasuk berjima' (dengan istri).
8. Sa'i antara Shafa dan Marwah bagi jamaah haji yang tamattu',
ifrad dan qiran dan belum thawaf qudum.
9. Jika ia mendahulukan kurban sebelum lempar jumrah atau
mencukur rambut, maka hal itu dibolehkan, walaupun yang
lebih utama adalah melempar, kemudian menyembelih, lalu
mencukur rambut dan thawaf.
e. Hari-hari Tasyriq (Tanggal 11, 12, 13 Dzul Hijjah)
* Amalan yang dilakukan :

1. Para jamaah haji kembali menuju Mina pada Hari Raya setelah
thawaf dan sa'i. Mereka tinggal di sana sampai selesai hari-hari
tasyriq dan malam-malamnya. Bagi mereka yang hendak
meninggalkan Mina pada tanggal dua belas, maka wajib baginya
menginap malam sebelas dan malam dua belas. Adapun malam
tiga belas bagi mereka yang ingin tetap tinggal.
2. Melempar jumrah yang tiga, dimulai dari jumrah yang kecil
(Sughra), sedang(Wustha) kemudian yang besar (Aqabah).
Melempar pada setiap jumrah tujuh kerikil secara berurutan dan
bertakbir pada setiap lemparan. Lempar jumrah dilakukan
setelah tergelincirnya matahari.

95 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
3. Disunnahkan setelah melempar untuk ke samping kanan dan
menghadap kiblat lalu berdoa dalam waktu yang lama sambil
mengangkat kedua tangan. Ini dilakukan di Jumrah Sughra
(kecil) dan Wustha (tengah). Dan tidak dilakukan di Jumrah
'Aqabah.
4. Thawaf Wada', inilah amalan haji yang terakhir.
5. Memanfaatkan hari-hari (haji) dalam rangka ketaatan pada Allah
yaitu dengan membaca Al-Qur'an, dzikir dan takbir dll.
7. Kewajiban-Kewajiban Bagi Yang Sedang Ihram
Diwajibkan bagi yang sedang berihram untuk haji dan umrah hal-hal
berikut:
 Melaksanakan apa yang diwajibkan Allah kepadanya, seperti
kewajiban shalat pada waktunya secara berjamaah.
 Menjauhi apa yang dilarang Allah, berupa: rafats (berkata
buruk, bercumbu mesra dengan istri), fusuq (melanggar
perintah agama), jidal (berbantah-bantahan) dan perbuatan
maksiat lainnya.
 Menghindari ucapan atau perbutan yang mengganggu dan
menyakiti sesama muslim.
 Menjauhi larangan-larangan ihram, yaitu:
a. Mencabut rambut atau memotong kuku. Sedangkan bila
rambut atau kuku itu lepas dengan tidak disengaja di saat
Ihram, maka ia tidak dikenakan denda apa-apa.
b. Mempergunakan wangi-wangian di badannya atau
pakaiannya, begitu juga pada makanan dan minumannya.
Adapun jika ada sisa wangi-wangian yang ia pergunakan
saat sebelum ihram, maka tak mengapa.
c. Membunuh binatang buruan atau menghalaunya, atau
membantu orang yang berburu, selagi ia masih dalam
keadaan ihram.
d. Memotong pepohonan atau mencabut tanaman yang
masih hijau di tanah haram, begitu juga memungut barang

96 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
temuan, kecuali jika bermaksud untuk
mengumumkannya, karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam melarang semua perbuatan tersebut. Larangan-
larangan ini berlaku pula bagi yang tidak berihram.
e. Meminang atau melangsungkan akad nikah, baik untuk
dirinya maupun untuk orang lain, begitu juga
mengadakan hubungan dengan istri atau menjamahnya
dengan syahwat selama ia dalam keadaan ihram.
Larangan-larangan tersebut di atas berlaku bagi pria dan wanita.
Khusus bagi pria ada larangan-larangan sebagai berikut:
a. Mengenakan tutup kepala yang melekat. Adapun
menggunakan payung atau berteduh di bawah atap
kendaraan, atau membawa barang-barang di atas kepala,
tidaklah mengapa.
b. Memakai kemeja dan semacamnya yang berjahit untuk
menutupi seluruh badan atau sebagiannya, begitu juga
jubah, sorban, celana dan sepatu, kecuali jika tidak
mendapatkan sarung lalu dia memakai celana, atau tidak
mendapatkan sandal kemudian mengenakan sepatu, maka
tak mengapa baginya.
Sedangkan bagi wanita diharamkan saat ihram untuk menggunakan
sarung tangan dan menutup mukanya dengan cadar atau kerudung.
Tetapi bila ia berhadapan muka dengan kaum pria yang bukan mahram,
maka ia wajib menutup mukanya dengan kerudung atau semacamnya,
sebagaimana kalau ia tidak dalam ihram.
Apabila seseorang yang berihram mengenakan pakaian yang berjahit,
atau menutup kepalanya, atau mempergunakan wangi-wangian, atau
mencabut rambutnya, atau memotong kukunya karena lupa atau tidak
mengetahui hukumnya, maka ia tidak dikenakan fidyah. Dan hendaklah
segera ia menghentikan perbuatan-perbuatan tadi di saat ia ingat atau
mengetahui hukumnya.

97 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Bagi yang sedang berihram, boleh mengenakan sandal, cincin,
kacamata, alat bantu pendengaran (earphone), jam tangan, ikat pinggang
biasa, ikat pinggang bersaku untuk menyimpan uang dan surat-surat.
Diperbolehkan menggganti pakaian ihram dan mencucinya, serta
mandi dan membasuh kepala. Apabila lantaran mandi dan membasuh
tadi terdapat rambut yang rontok tanpa disengaja, maka ia tak
dikenakan apa-apa, begitu juga halnya bila ia terkena luka.
8. Berziarah ke Masjid Nabawi
 Disunnahkan bagi anda pergi ke Madinah kapan saja, dengan
niat ziarah ke Masjid Nabawi dan shalat di dalamnya. Karena
shalat di Masjid Nabawi lebih baik dari seribu kali shalat di
masjid lain, kecuali Masjidil Haram sebagaimana sabda Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
 Ziarah ke Masjid Nabawi ini sama sekali tidak ada
hubungannya dengan ibadah haji, oleh karena itu tidak perlu
berihram maupun membaca talbiyah.
 Apabila anda telah sampai di Masjid Nabawi, masuklah
dengan mendahulukan kaki kanan, bacalah:
Bismillahirrahmaanirrahim dan shalawat untuk nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wa sallam dan mohonlah kepada Allah agar Dia
membukakan untuk anda segala pintu rahmat-Nya, dan
bacalah:

Aku berlindung kepada Allah yang Maha Agung kepada wajah-Nya yang
Maha Mulia, dan kepada kekuasaan-Nya Yang Maha Dahulu (qadim),
dari godaan setan yang terkutuk. Ya Allah, bukakanlah bagiku segala
pintu rahmat-Mu
Doa ini juga dianjurkan untuk dibaca setiap masuk masjid-
masjid yang lain.

98 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
 Setelah memasuki masjid Nabawi, segeralah anda melakukan
shalat tahiyatul masjid. Afdhalnya, shalat ini dilakukan di
Raudhah, jika tak mungkin, lakukanlah di tempat lain di dalam
masjid itu.
 Kemudian tujulah makam Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam, dan berdirilah di depannya menghadap ke arahnya,
kemudian ucapkanlah dengan sopan:

Semoga salam sejahtera, rahmat Allah dan berkah-Nya terlimpah


kepadamu wahai Nabi (Muhammad)

Ya Allah, berilah beliau kedudukan tinggi di sorga serta kemuliaan, dan


bangkitkanlah beliau di tempat terpuji yang telah Engkau janjikan
kepadanya. Ya Allah, limpahkan kepadanya sebaik-baik pahala, beliau
yang telah menyampaikan risalah kepada umatnya
Kemudian beranjaklah sedikit kesebelah kanan, agar dapat
berada dihadapan makam Abu Bakar radiallahuanhu,
ucapkanlah salam kepadanya dan berdoalah memohonkan
ampunan dan rahmat Allah untuknya.
Kemudian bergeserlah lagi sedikit kesebalah kiri, agar anda
dapat berada dihadapan makm Umar radiallahuanhu,
ucapkanlah salam dan berdoalah untuknya.
 Disunnahkan bagi anda berziarah ke masjid Quba dalam
keadaan telah bersuci dari hadats, dan lakukan shalat di
dalamnya, karena Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan
hal itu dan menganjurkannya.
 Disunnahkan pula bagi anda berziarah ke pemakaman Baqi,
Makam Utsman radiallahuanhu (di Baqi) dan juga makam para
syuhada Uhud dan makam Hamzah radiallahuanhu,

99 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
ucapkanlah salam dan berdoa untuk mereka, karena Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menziarahi mereka dan
berdoa untuk mereka, dan beliaupun mengajarkan para
shahabat, apabila mereka berziarah agar mengucapkan:

Semoga salam sejahtera terlimpahkan untuk kamu sekalian, wahai para


penghuni makam yang mu‟min dan yang muslim, dan kamipun insya
Allah akan menyusul kamu sekalian, semoga Allah mengaruniakan
keselamatan untuk kami dan kamu sekalian
 Di Madinah Munawwarah tidak ada masjid ataupun tempat
yang disunnahkan untuk diziarahi selain Masjid Nabawi dan
tempat-tempat tersebut di atas, oleh karena itu janganlah
memberatkan diri atau berpayah-payah mengerjakan sesuatu
yang tidak ada pahalanya, bahkan mungkin akan
mendapatkan dosa karena perbuatan tersebut.
9. Kriteria Haji Mabrur
Mendapatkan gelar haji mabrur adalah impian setiap orang yang
berhaji, karena keutamaan yang ada di dalamnya begitu agung.
Rasulullah shallallahu ‗alaihi wa sallam bersabda,

Haji yang mabrur tidak lain pahalanya adalah surga.(HR.Muslim)

Haji mabrur bukan hanya sekedar memenuhi ritual haji semata.


Bisa jadi haji seseorang sah secara hukum, sehingga kewajiban berhaji
baginya telah gugur, namun belum tentu hajinya diterima oleh Allah
Ta‘ala. Oleh karenanya, disebut haji mabrur, kalau memenuhi criteria
berikut ini :

100 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
 Pertama: Harta yang dipakai untuk haji adalah harta yang halal,
karena Allah tidak menerima kecuali yang halal, sebagaimana
ditegaskan oleh sabda Nabi shallallahu ‗alaihi wa sallam,

Sungguh Allah baik, tidak menerima kecuali yang baik. (HR.Muslim)


 Kedua: Amalan-amalannya dilakukan dengan ikhlas dan sesuai
dengan tuntunan Nabi shallalahu ‗alaihi wa sallam (mutabaah) .
 Ketiga: Hajinya dipenuhi dengan memperbanyak amal shaleh,
seperti dzikir, shalat di Masjidil Haram, shalat pada waktunya
dengan berjamaah, berbuat kebajikan kepada siapa saja selama
proses haji. Nabi shallallahu ‗alaihi wa sallam pernah ditanya
tentang maksud haji mabrur, maka beliau menjawab,

Memberi makan dan berkata-kata baik. (HR.Baihaqi)


 Keempat: Tidak berbuat maksiat selama proses haji, sepertti
rafats,77 fusuq78 dan jidal.79 Allah berfirman,

“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang diketahui, barang siapa yang
menetapkan niatnya dalam bulan-bulan itu untuk mengerjakan haji, maka
tidak boleh rafats, fusuq dan berbantah-bantahan selama mengerjakan haji.”
(QS.Al-Baqarah : 197)

77 - Rafats adalah semua bentuk kekejian dan perkara yang tidak berguna. Termasuk di
dalamnya bersenggama, bercumbu atau membicarakannya, meskipun dengan pasangan
sendiri selama ihram.

78 - Fusuq adalah keluar dari ketaatan kepada Allah, apapun bentuknya. Dengan kata
lain, segala bentuk maksiat adalah fusuq yang dimaksudkan dalam hadits di atas.

79 - Jidal adalah berbantah-bantahan secara berlebihan.

101 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
Barang siapa yang haji dan ia tidak rafats dan tidak fusuq, ia akan kembali
pada keadaannya saat dilahirkan ibunya.(HR.Muslim)
 Kelima: Terjadi perubahan yang lebih baik pasca haji, sehingga
kualitas keimanannya semakin meningkat. Al-Hasan al-Bashri
mengatakan, ―Haji mabrur adalah pulang dalam keadaan zuhud
terhadap dunia dan mencintai akhirat.‖ Ia juga mengatakan,
―Tandanya adalah meninggalkan perbuatan-perbuatan buruk
yang dilakukan sebelum haji.‖ Ibnu Hajar al-Haitami
mengatakan, ―Dikatakan bahwa tanda diterimanya haji adalah
meninggalkan maksiat yang dahulu dilakukan, mengganti teman-
teman yang buruk menjadi teman-teman yang baik, dan
mengganti majlis kelalaian menjadi majlis dzikir dan
kesadaran.‖80

80 - Ibnu Rajab al-Hanbali, Lathâiful Ma'ârif Fîma Li Mawâsimil 'Am Minal Wazhâif,
al-Maktabah asy-Syâmilah., 1/68.

102 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
DAFTAR GAMBAR

MIQOT

Catatan:

1. Miqot ada dua, yaitu miqat zamani dan miqat makani. Miqot zamani yaitu bulan-
bulan haji, mulai dari bulan Syawwal, Dzulqo‘dah, dan Dzulhijjah. Miqot makani
yaitu tempat mulai berihram bagi yang punya niatan haji atau umroh. Ada lima
tempat: (1) Dzulhulaifah (Bir ‗Ali), miqot penduduk Madinah (2) Al Juhfah,
miqot penduduk Syam, (3) Qornul Manazil (As Sailul Kabiir), miqot
penduduk Najed, (4) Yalamlam (As Sa‘diyah), miqot penduduk Yaman, (5)
Dzat ‗Irqin (Adh Dhoribah), miqot pendudk Irak. Itulah miqot bagi penduduk
daerah tersebut dan yang melewati miqot itu.
2. Penduduk Makkah yang ingin berihram haji atau umrah, maka hendaklah ia ke
tanah halal, yaitu di luar tanah haram dari arah mana saja.
3. Tidak boleh bagi seseorang yang berhaji atau berumroh melewati miqot tanpa
ihram. Jika melewatinya tanpa ihram, maka wajib kembali ke miqot untuk
berihram. Jika tidak kembali, maka wajib baginya menunaikan dam (fidyah),
namun haji dan umrahnya sah. Jika ia berihram sebelum miqot, maka haji dan
umrahnya sah, namun dinilai makruh.

103 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
104 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
105 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
BAB VI

FIKIH JENAZAH

Fikih jenazah secara singkat dapat dibagi menjadi tiga bagian,


sebagaimana berikut ini, yaitu :
 Bagian pertama berhubungan dengan sebelum terjadinya
kematian
 Bagian ke dua berhubungan dengan setelah terjadinya
kematian
 Bagian ke tiga berhubungan dengan pasca penguburan
1. Hal yang berhubungan dengan sebelum terjadinya kematian
a. Persiapan menuju kematian. Yaitu dengan memperbanyak amal
shaleh dan menjauhkan diri dari berbagai hal yang akan
membawa dirinya pada kemurkaan Allah. Allah berfirman dalam
al Quran: ―Barang siapa mengharap perjumpaan dengan
Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal saleh. Dan
janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat
kepada Tuhan-nya."( QS. Al Kahfi: 110). Dalam hadist yang
diriwayatkan oleh Ibn Umar, Rasulullah Shallallahu ‗Alaihi
Wasallam bersabda: ―Jadilah kamu di dunia seperti orang asing
atau melintas di jalanan.‖ Dan pada saat itu Ibnu Umar berkata:
―Apabila kamu tengah berada di waktu sore, janganlah kamu
menunggu pagi. Dan ketika kamu berada di waktu pagi,
janganlah kamu menunggu datangnya sore. Pergunakanlah
sehatmu sebelum datang sakitmu, dan kehidupanmu sebelum
kematianmu.‖ Dalam satu riwayat dikatakan: ―Persiapkanlah
dirimu, untuk menjadi bagian dari ahli kubur.‖
b. Memperbanyak mengingat kematian. Hal ini amat penting bagi
kehidupan seorang muslim. Dengannya, akan melahirkan
perilaku waspada dalam mengarungi kehidupan dunia yang
bersifat sementara ini. Lebih dari itu, dirinya akan berusaha
untuk mengingat kehidupan akhirat. Dari Abu Hurairah
Radhiyallahu ‗Anhu, ia berkata: ―Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi
Wasallam bersabda: ―Perbanyaklah mengingat penghancur

106 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
kenikmatan. Yaitu, kematian.‖81 Yang dimaksud dengan
penghancur di sini adalah pemutus dari semua kenikmatan.
c. Ziarah kubur. Amalan ini merupakan sarana yang efektif, yang
dapat mengingatkan manusia pada kematian. Sehingga, dirinya
bersiap-siap menuju pintu kehidupan abadi yaitu kehidupan
akhirat. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‗Anhu, ia berkata:
―Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam berziarah ke kubur
ibunya. Maka, beliau-pun menangis. Hal itu membuat orang-
orang yang ada di sekelilingnya juga menangis. Pada saat itu,
Nabi berkata: ‗Aku meminta idzin kepada Allah untuk
memintakan ampunan baginya. Akan tetapi, Allah tidak
mengidzinkanku. Kemudian, aku meminta idzin kepada Allah
untuk menziarahi kuburnya. Maka, Allah-pun mengidzinkanku.
Oleh karena itu, ziarahilah kuburan. Karena, ziarah kubur akan
mengingatkan kita pada kematian.‖82
d. Penulisan wasiat. Amalan ini sering dilupakan oleh kebanyakan
orang, padahal amalan ini amatlah berharga. Oleh karenanya
hendaknya setiap muslim mempunyai wasiat yang tertulis untuk
kemaslahatan agamanya dan juga kaum muslimin. Hal tersebut
sesuai dengan sabda Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam:
―Tidak selayaknya seorang muslim yang menginap sebanyak dua
malam. Kemudian, ia memiliki sesuatu untuk diwasiatkan,
kecuali mencatat wasiatnya tersebut di dekat bagian kepalanya
(bantal).‖ Kemudian, Ibnu Umar berkata: ―Semenjak aku
mendengarkan sabda Rasulullah tersebut, aku tidak melewati
malam-malamku. Kecuali, aku telah memiliki wasiat.‖83 Dalam
menulis wasiat, harus memperhatikan hal-ha berikut ini,

 Disunnahkan bagi orang yang memberikan warisan untuk


memberikan wasiat kepada kerabatnya yang tidak
mendapatkan hak waris. Hal tersebut sesuai dengan
firman Allah: ―Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di

81 Hadits Shahih, diriwayatkan oleh imam Ahmad, Tirmidzi, Nasai, Ibnu Majah dan
Hakim. Kemudian, hadits ini dianggap shahih oleh imam al Dzahabi.
82 HR. Muslim
83 HR. Muttafaq ‗Alaihi
107 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia
meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-
bapak dan karib kerabatnya secara ma'ruf. (ini adalah)
kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.‖84
 Wasiat ini tidak lebih dari sepertiga harta yang hendak
diwariskan. Bahkan, akan lebih baik lagi apabila kurang
dari satu per tiganya. Dalam kitab ―Shahihain‖ dikatakan
bahwa Sa‘ad bin Abi Waqqash berkata: ―Wahai
Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki harta yang
berlimpah. Tidak ada satu-pun yang menjadi pewaris
hartaku. Kecuali, putriku semata wayang. Apakah aku
harus mewasiatkan tiga per dua harta tersebut?‖ Maka,
Rasulullah-pun menjawab: ‗Tentu saja tidak.‖ Kemudian,
Sa‘ad bin Abi Waqqash bertanya lagi: ―Dengan setengah
harta tersebut?‖ Rasulullah-pun menjawab: ‗Bukan‖, Sa‘ad
bertanya lagi: ―Mungkin dengan satu per tiga hartaku?‘
Maka Rasulullah menjawab: ―Ya, satu per tiga. Dan itu-
pun lebih dari banyak.‖ Kemudian, Rasulullah Shallallahu
‗Alaihi Wasallam meneruskan: ―Wahai Sa‘ad, lebih baik
kamu membiarkan ahli warismu dalam keadaan kaya.
Dari pada kamu membiarkan mereka miskin dan
meminta-minta kepada orang lain.‖ Dalam kitab ―Shahih
Bukhari‖ disebutkan bahwasanya Ibnu Abbas
Radhiyallahu ‗Anhuma berkata: ―Seandainya manusia
memberikan kurang dari satu per tiga sampai satu per
empat, maka Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam akan
berkata: ―Satu per tiga. Itu-pun, sudah lebih dari banyak.‖
 Wasiat harta tidak berlaku bagi orang yang telah
mendapatkan harta warisan. Rasulullah bersabda:
―Sesungguhnya Allah telah memberikan hak kepada orang
yang berhak mendapatkannya. Oleh karena itu, tidak ada
wasiat bagi orang yang mendapatkan hak waris.‖85

84 QS. Al Baqarah: 180


85 Hadits Hasan yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Tirmidzi dan Baihaqi.
108 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
 Diharamkan melakukan wasiat yang membahayakan
pihak-pihak tertentu, seperti: mewasiatkan agar harta
yang dimilikinya tidak boleh diberikan kepada para
pewarisnya. Atau, mengutamakan sebagian ahli waris
dibanding ahli waris yang lainnya. Dan seandainya orang
yang mewariskan tersebut masih tetap melakukan hal
tersebut, maka wasiatnya dianggap tidak sah dan tidak
dapat diterima. Hal tersebut sesuai dengan sabda
Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam: ―Barang siapa
yang membuat-buat sesuatu yang baru dalam ajaran kita.
Padahal, sesuatu tersebut bukan bagian dari ajaran kita.
Maka, tidak dapat diterima.‖86
 Sebaiknya seorang Muslim memberikan wasiat terhadap
keluarganya untuk bertakwa kepada Allah, dan agar tidak
meratapinya pasca kematian, dengan menjerit-jerit ketika
dirinya meninggal, memukul-mukul pipi, menyobek
pakaian dan mengucapkan hal-hal yang akan membuat
murka Allah.
 Ketika berwasiat, seorang muslim dianjurkan untuk
menghadirkan dua orang saksi yang adil. Dengan harapan,
isi wasiatnya tidak akan dirubah atau diganti ketika
dirinya telah meninggal dunia.
e. Sabar dalam menjalani sakit.Dengan itu, orang yang sedang sakit
akan lapang dada dalam menerima seluruh ketentuan yang telah
ditetapkan oleh Allah. Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam
bersabda: ―Orang-orang yang beriman memang menakjubkan.
Semua perbuatannya baik. Dan semuanya itu tidak dimiliki oleh
siapapun. Kecuali, orang yang beriman. Seandainya mereka
mendapatkan kebaikan, maka mereka bersyukur dan
menganggap itulah yang terbaik baginya. Dan seandainya mereka
ditimpa keburukan, mereka akan bersabar dan menganggap
semua itu adalah yang terbaik bagi mereka.‖87 Dari ‗Atha bin Abi
Rabah, ia berkata: ―Ibnu Abbas berkata kepada saya: ‗Maukah

86 HR. Muttafaq Alaihi


87 HR. Muslim
109 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
kuperlihatlkan kepadamu perempuan ahli surga?‘ Maka akupun
berkata: ‗Ya, tentu.‘ Ia berkata: ‗Perempuan kulit hitam ini telah
datang kepada Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam dan
berkata: ‗Aku menderita penyakit epilepsi. Sehingga, pakaianku
terbuka (tanpa sadar). Mintakanlah doa untukku.‘ Maka,
Rasulullah berkata: ―Seandainya kamu memilih bersabar, maka
kamu akan mendapatkan surga. Dan seandainya kamu memilih
yang lain, maka aku telah mendoakan kesembuhanmu.‘
Perempuan itu-pun menjawab: ―Aku akan bersabar.‘ Kemudian,
ia meneruskan perkataannya: ‗Bajuku telah tersingkap. Maka,
doakanlah agar di lain waktu tidak tersingkap lagi.‘ Maka
Rasulullah-pun mendoakan perempuan tadi.‖88
Selain sabar, Orang yang sedang dalam sakit hendaknya
memahami bahwa sakit yang dideritanya akan menghilangkan
dosa-dosa. Dari Abu Sa‘id al Khudriyyi dan Abu Hurairah
Radhiyallahu ‗Anhu, bahwasanya Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi
Wasallam bersabda: ―Segala sesuatu yang menimpa seorang
Muslim dari rasa lelah, penyakit menahun, sedih, dilukai,
dirampas sampai terkena duri, maka Allah akan menggantinya
dengan menghapus dosa-dosanya.‖89 Orang yang sakit juga harus
memiliki prasangka baik terhadap Allah. Di samping, mengingat
kasih sayangnya yang begitu berlimpah. Dari Abu Hurairah
Radhiyallahu ‗Anhu, ia berkata: Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi
Wasallam bersabda: ―Allah berfirman: ―Aku tergantung kepada
prasangka hambaku.90 Dan aku akan bersama mereka ketika

88 HR. Muttafaq ‗Alaihi


89 HR. Muttafaq ‗Alaihi
90 Tegasnya: Allah berfirman: ―Aku dapat melakukan apapun yang diperkirakan
hambaku bahwa aku akan melakukannya.‖ Dalam konteks di atas, lebih
mengedepankan sisi permohonan dari pada rasa takut.
Imam Qurthubi dalam bukunya: ―Al Mufham‖ dikatakan bahwa makna:
―Tergantung prasangka hambaku kepadaku‖ adalah: Prasangka seorang hamba untuk
mendapatkan jawaban dari Allah ketika berdoa, menerima taubatnya dan mendapatkan
ampunan ketika dirinya memohonnya kepada Allah. Ia juga berprasangka bahwa Allah
akan memberikan balasan ketika dirinya melakukan ibadah yang sesuai dengan syarat.
Semua itu dipegang oleh manusia sesuai dengan janji Allah yang dikuatkan oleh Hadits
Nabi yang lain: ―Berdoalah kepada Allah, niscaya Allah akan mengabulkannya.‖
110 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
mereka mengingat-Ku. Seandainya mereka mengingatku dalam
jiwanya, maka aku-pun akan mengingat mereka dalam jiwa-Ku.
Dan seandainya mereka mengingat-Ku di suatu tempat, maka
Aku akan mengingat mereka di suatu tempat yang lebih baik dari
tempat mereka.‖91
f. Sakaratul maut. Paling tidak ada tiga hal yang harus dilakukan
dalam kondisi sakaratul maut, yaitu :
 Apabila seseorang telah merasakan datangnya kematian,
maka sebaiknya ia memperbanyak untuk membaca
kalimat: ―Lâ Ilâha Illallâh (Tidak ada Tuhan selain Allah).‖
Adapun orang-orang yang berada di sekelilingnya
membantunya membaca talqin tersebut apabila yang sakit
lupa. Hal tersebut sesuai dengan sabda Rasulullah
Shallalâhu ‗Alaihi Wasallam: ―Talqinkanlah kematian
kalian dengan mengucapkan Lâ Ilâha Illallâh (Tidak ada
Tuhan selain Allah).‖92 Dan dari Muadz bin Jabal
Radhiyallahu ‗Anhu, bahwasanya Rasulullah Shallalâhu
‗Alaihi Wasallam bersabda: ―Barang siapa yang akhir
kehidupannya ditutup dengan membaca Lâ Ilâha Illallâh
(Tidak ada Tuhan selain Allah) akan masuk surga.‖93Dan
dari Umar bin Khattab Radhiyallahu ‗Anhu, ia berkata:
―Hadirilah saat-saat datangnya kematian salah seorang di
antara kalian. Dan bimbinglah mereka untuk
mengucapkan talqin dengan mengucapkan Lâ Ilâha

Adapun prasangka akan mendapatkan ampunan dosa dengan terus


melaksanakan dosa adalah bagian dari kebodohan dan kelalaian. Dan hal tersebut akan
menggiringnya pada aliran Murjiah. Anda dapat melihat keterangan ini dalam kitab:
―Syarhu as Sunnah‖ (5/273).
Khithabi berkata: ―Yang akan diterima prasangkanya oleh Allah adalah orang-
orang yang sering berbuat baik. Seakan-akan Allah berkata: ―Perbaikilah amal
perbuatan kalian. Maka, Allah akan berbaik sangka kepada kalian.‖ Dan seandainya
amal perbuatan manusia yang berprasangka itu buruk, maka akan buruk pula
prasangka Allah terhadapnya. Dan sikap berbaik sangka juga termasuk ke dalam bagian
harapan, permohonan maaf. Sesungguhnya Allah maha mulia dan agung. Anda dapat
melihatnya pada kitab: ―Syarhu as Sunnah‖ (5/272)
91 HR. Muttafaq ‗Alaihi
111 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Illallâh (Tidak ada Tuhan selain Allah). Karena, mereka
melihat apa yang tidak kalian lihat.‖94
 Sebaiknya, orang-orang yang berada di sekeliling orang
yang tengah sakaratul maut berbicara tentang yang baik-
baik saja. Karena, pada saat itu, para malaikat mengamini
apa yang mereka katakan.Dari Ummu Salamah
Radhiyallahu ‗Anha, ia berkata: Rasulullah Shallalâhu
‗Alaihi Wasallam bersabda: ―Apabila kalian hadir untuk
menjenguk orang yang sakit dan hendak meninggal, maka
katakanlah yang baik-baik. Karena, para malaikat akan
mengamini apa yang kalian ucapkan.‖95
 Disunnahkan untuk menghadapkan orang yang tengah
sakaratul maut ke arah kiblat. Para ulama telah
menyebutkan dua cara bagaimana menghadapkan ke arah
kiblat. Pertama: Berbaring telentang di atas punggungnya.
Sedangkan kedua telapak kakinya dihadapkan ke arah
kiblat. Setelah itu, kepala orang tersebut diangkat sedikit
agar ia menghadap ke arah kiblat. Ke dua: Mengarahkan
bagian kanan tubuh orang yang tengah sakaratul maut
menghadap kiblat.
2. Hal yang berhubungan dengan setelah terjadinya kematian
Setelah kematian seseorang dapat diyakini secara hukum.
Sehingga, dalam keputusan medis, ruh orang tersebut telah dibuktikan
meninggalkan jasadnya secara sempurna. Maka, bagi orang-orang yang
menghadiri kematian tersebut, mereka diwajibkan untuk melakukan
beberapa hal tertentu:
a. Menutupkan kedua matanya dan mendoakannya. Hal tersebut
sesuai dengan sebuah hadits yang datang dari Ummu Salamah
Radhiyallahu ‗Anha, ia berkata: ―Rasulullah Shallalâhu ‗Alaihi
Wasallam menemui Abu Salamah. Pada saat itu, pandangannya

92 HR. Muslim
93 Hadits Hasan yang diriwyatkan Ahmad (5/233) dan Abu Dawud (3116)
94 HR. Muslim dalam kitab: ―Iman‖
95 HR. Muslim
112 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
telah kabur.96 Maka, Rasulullah-pun berkata: ―Ketika ruh
manusia dicabut, maka pandangan mata akan mengikutinya.‖
Seketika itu juga, keluarganya menjerit histeris. Kemudian,
Rasulullah Shallalâhu ‗Alaihi Wasallam melanjutkan kembali
perkataannya: ―Janganlah kalian mendoakan diri kalian, kecuali
dengan yang baik-baik. Karena para malaikat akan mengamini
apa yang kalian ucapkan.‖ Kemudian, Rasulullah melanjutkan
kembali perkataannya: ―Ya Allah, ampunilah Abu Salamah dan
angkatlah derajatnya ke dalam golongan orang-orang yang
mendapatkan petunjuk. Dan ampunilah seluruh dosa yang telah
dilakukannya di masa lalu. Ya Allah, Tuhan semesta alam,
ampunilah kami dan dia. Luaskanlah ia di alam kuburnya dan
berikanlah cahaya di dalamnya.97
b. Kerabat dan keluarga orang yang meninggal hendaknya bersabar
dan rela dengan ketentuan Allah. Menyerahkan segala keputusan
kepada Allah dan kembali kepada kehendak-Nya. Allah
berfirman dalam al Quran: ―Dan sungguh akan Kami berikan
cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang
yang apabila ditimpa musibah. Mereka mengucapkan: "Innaa
lillahi wa innaa ilaihi raaji'uun." Mereka itulah yang mendapatkan
keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya. Dan
mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.‖98
Rasulullah Shallalâhu ‗Alaihi Wasallam bersabda: ―Seorang
muslim yang tertimpa suatu musibah, kemudian berkata:
―Sesungguhnya kami hanya milik Allah dan akan kembali kepada
Allah. Oleh karena itu, berikanlah pahala atas semua musibah
yang aku terima. Dan tinggalkanlah sisi baik dari musibah

96 Dikatakan pandangan orang yang tengah sakaratul maut telah memudar. Artinya,
seseorang yang melihat sesuatu. Akan tetapi, ia tidak terfokus pada pandangannya
tersebut.
97 HR. Muslim
98 QS. Al Baqarah: 155-157
113 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
tersebut. Niscaya Allah akan meninggalkan sisi baik dari musibah
tersebut.‖99
c. Diperbolehkan untuk menangis dalam batas kewajaran, tanpa
menjerit dan berteriak-teriak. Sebagaimana terdapat dalam
hadist Anas Radhiyallahu ‗Anhu, ia berkata: ―Kami masuk ke
rumah Abu Saif100 bersama Rasulullah Shallalâhu ‗Alaihi
Wasallam. Pada saat itu, Rasulullah Shallalâhu ‗Alaihi Wasallam
mengangkat tubuh Ibrahim dan menciumnya. Tidak lama
berselang, kami masuk kembali ke kamarnya dan Ibrahim
menghembuskan nafasnya yang terakhir. Maka, kedua mata
Rasulullah terlihat berkaca-kaca dan mengalirkan air mata.
Abdurrahman bin ‗Auf-pun berkata kepada Rasulullah: ―Wahai
Rasulullah?!‖ Rasulullah menjawab: ―Bin ‗Auf, air ini adalah
rahmat dari Allah.‖ Kemudian, beliau meneruskan: ―Mata akan
mengalirkan air, hati akan melahirkan kesedihan. Dan kita tidak
akan berbicara, kecuali yang diridloi oleh Allah Subhânahu
Wata‘âla. Dan kami akan merasa sedih dengan kepergianmu,
Ibrahim.‖101 Ibnu Bathal dan ulama lainnya berkata: ―Hadits ini
menjelaskan bahwa menangis dan bersedih diperbolehkan oleh
agama. Tentunya, kesedihan yang diwarnai dengan aliran air
mata dan kelembutan hati dan bukan kesedihan yang diwarnai
kemurkaan terhadap keputusan Allah.102
d. Dilarang meratapi Jenazah, dengan merobek-Robek
pakaian,mencakar-cakar wajah, dan lain sebagainya. Dari Ibnu
Mas‘ud Radhiyallahu ‗Anhu, bahwasanya Rasulullah Sallallahu
‗Alaihi Wasallam bersabda: ―Bukan termasuk ke dalam golongan
kami orang-orang yang memukul-mukul pipi, merobek-robek
pakaian dan berdoa dengan doa-doa di zaman Jahiliyyah.‖103
Dalam hadist lain, dari Umar bin Khattab Radhiyallahu ‗Anhu,
bahwasanya Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam bersabda:

99 HR. Muslim
100 Suami pengasuh Ibrahim, putra Rasulullah Saw.
101 HR. Muttafaq ‗Alaihi
102 Lihat: ―Fathul Bari‖ (3/208).
103 Hadits Shahih yang diriwayatkan Abu Dawud dan Baihaqi.
114 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
―Seorang jenazah akan disiksa di dalam kuburnya, hanya karena
ratapan terhadapnya.‖104
e. Memberitahukan Berita Kematian. Hal itu bertujuan untuk
memberitahukan pihak keluarga jenazah, kerabat, sahabat-
sahabatnya dan orang-orang yang sudah selayaknya diberi tahu.
Dengan harapan, semua elemen masyarakat tersebut dapat bahu
membahu dalam mengurus jenazah, mengkafani, menshalatkan
dan mengantarkannya ke tempat peristirahatan terakhir. Karena,
Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam sendiri telah
mengumumkan kematian raja Najasyi pada hari kematiannya
kepada orang-orang. Kemudian, beliau keluar menuju masjid
untuk melaksanakan shalat ghaib bersama masyarakat muslim.
Sebagaimana Rasulullah juga mengumumkan kematian Zaid,
Ja‘far dan Ibnu Rawahah sebelum datangnya berita kematian
mereka dalam peperangan Mu‘tah.105
f. Menyelesaikan Hutang Orang Yang Meninggal. Adapun yang
berkewajiban melunasinya adalah pihak keluarga dan kerabat
terdekat. Pelunasannya diambilkan dari harta si mayit, atau iuran
dari pihak keluarga apabila si mayit tidak meninggalkan harta
sedikit pun. Karena, Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam telah
memberitahukan bahwa seorang jenazah tidak dapat masuk ke
dalam surga hanya karena dirinya memiliki hutang.‖106 Dan
Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam juga pernah tidak mau
menshalatkan seorang jenazah. Sampai hutang-hutangnya
dilunasi. Atau, ada seseorang yang berjanji untuk menyelesaikan
seluruh hutang-hutangnya tersebut.107 Apabila tidak ada satu-
pun orang yang dapat menutupi hutang si jenazah, maka pada
kesempatan ini yang berkewajiban menutup seluruh hutangnya
adalah kas negara —seandainya ia berada dalam wilayah negara
Islam— hal tersebut sesuai dengan sabda Rasulullah Sallallahu
‗Alaihi Wasallam: ―Barang siapa yang meninggalkan harta, maka

104 HR. Muttafaq ‗Alaihi


105 Hadits hasan yang diriwayatkan imam Ahmad
106 Hadits shahih yang diriwayatkan imam Ahmad, Abu Dawud, Nasa‘I, Hakim dan
Baihaqi.
107 Hadits Hasan yang diriwayatkan imam Ahmad, Hakim dan Baihaqi.
115 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
untuk ahli warisnya. Dan barang siapa yang meninggalkan
peninggalan108 ataupun hutang, maka tanggungan kewajiban
dipikulkan kepada walinya. Dan aku adalah wali dari orang-
orang yang beriman.‖109
g. Berkabung Atas Kematian Si Jenazah. Adapun prosedurnya,
seorang perempuan tidak diperbolehkan untuk mempergunakan
pakaian berkabung atas kematian salah seorang kerabatnya lebih
dari tiga hari. Apabila suaminya yang meninggal, maka ia wajib
mempergunakan pakaian berkabung tersebut atas kematian
suaminya selama empat bulan sepuluh hari. Semuanya itu
didasarkan kepada sabda Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam:
―Janganlah seorang perempuan mempergunakan pakaian
berkabung, kecuali atas kematian suaminya. Maka, pada saat itu,
ia diwajibkan untuk berkabung selama empat bulan sepuluh hari.
Selain itu, ia juga tidak diperbolehkan untuk mempergunakan
pakaian yang berwarna. Kecuali, pakaian Ashab,110 tidak boleh
mempergunakan celak mata, dan jangan berjalan dengan
mempergunakan minyak wangi, menghiasi wajah dengan perona,
jangan menyisir. Kecuali, ketika dirinya bersuci. Sehingga,
mengharuskan dirinya untuk mempergunakan beberapa
tumbuhan yang dapat menghilangkan bau tidak enak dari
kemaluannya.‖111
h. Mempercepat Proses Penguburan. Sudah seharusnya keluarga
orang yang meninggal atau orang yang datang untuk bertakziah
mempercepat proses penguburan si mayit. Hal tersebut sesuai

108 Yang dimaksud di atas adalah keluarga. Ibnu Atsir mengatakan bahwa asal mula
kalimat (Dhaya‟) adalah (Dha‟a), (Yadhi‟u), (dhaya‟an). Dan kalimat keluarga (al „Iyal)
mempergunakan bentuk infinitif, seperti anda berkata: ―Barang siapa yang mati dan
meninggalkan kemiskinan (faqran). Maka, kalimat kemiskinan (faqran) di sini berarti
orang-orang yang fakit (Fuqara).
109 HR. Muslim dari Jabir Radhiyallahu „Anhu.
110 Yang dimaksud dengan pakaian ‗Ashab adalah: Pakaian yang telah dipintal terlebih
dahulu sebelum ditenun. Dan ‗Ashab itu sendiri merupakan nama tumbuhan yang
tumbuh di Yaman. Dimana tumbuhan tersebut dipergunakan untuk bahan pakaian.
Dan nabi telah menganjurkan kaum perempuan mempergunakan bahan ini, agar
mereka terjauh dari berhias.
111 Karena, tujuan di dalamnya hanyalah untuk menghilangkan bau yang tidak enak dan
bukan untuk berhias diri dan mempergunakan wewangian.
116 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
dengan sabda Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam: ―Apabila
salah seorang dari kalian meninggal dunia, maka janganlah kalian
membiarkannya. Dan percepatlah proses penguburannya.‖112
i. Memandikan Jenazah.Para ulama telah bersepakat atas
diwajibkannya memandikan jenazah seorang muslim.113 Adapun
orang yang mati syahid tidak perlu dimandikan. Hal tersebut
sesuai dengan perintah Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam
untuk menguburkan para syuhada dalam perang Uhud begitu
saja, tanpa memandikan mereka terlebih dahulu. Bahkan,
seandainya orang yang mati syahid tersebut dalam keadaan
junub,114 maka mereka juga tetap tidak perlu dimandikan.
Dikisahkan bahwa Handhalah bin Abu Amir keluar menuju
medan perang Uhud. Padahal, pada saat itu ia dalam keadaan
junub. Ketika ia mati syahid, Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi
Wasallam bersabda: ―Sahabat kalian tengah dimandikan oleh
malaikat.‖115 Begitu pula ketika Hamzah bin Abdul Muthallib
dan Handhalah bin Rahib syahid di medan Uhud. Dan pada saat
itu, mereka juga dalam keadaan junub. Rasulullah Sallallahu
‗Alaihi Wasallam bersabda: ―Aku melihat para malaikat tengah
memandikan keduanya.‖116 Adapun tata cara memandikan
jenazah adalah sebagaimana diriwayatkan dari Ummu Athiyah, ia
berkata: ―Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam masuk ke dalam
ruangan kami ketika putri-putrinya meninggal dunia. Kemudian,
beliau berkata: ‗Mandikanlah mereka sebanyak tiga sampai lima
kali. Atau, lebih dari itu jika kalian menganggap itu perlu. Akan
lebih baik lagi dengan mempergunakan air dan tumbuh-

112 HR. Thabrani dari Ibnu Umar. Al Hafidz, dalam kitab: ―Al Fath‖ (3/219) mengatakan
bahwa hadits ini diriwayatkan oleh Thabrani dengan isnad hasan.
113 Lihat: ―Bidayah al Mujtahid‖, milik: Ibnu Rusyd (1/226)
114 Selesai melakukan hubungan biologis dengan istrinya dan belum mandi wajib.
115 Hadits ini adalah hadits shahih yang diriwayatkan Ibnu Hibban, Hakim dan
Baihaqi. Kemudian, hadits ini diperkuat keshahihannya oleh imam Hakim dan disetujui
oleh imam Dzahabi.
116 Hadits ini adalah hadits Hasan yang diriwayatkan imam Thabrani dalam kitab: ―Al
Mu‟jam al Kabir‖ (11/391), No: 12094). Dan Haitsami dalam kitab: ―Al Mujma‟‖ hadits ini
diriwayatkan Thabrani dalam kitab: ―Al Kabir‖ dengan isnad yang shahih.
117 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
tumbuhan yang dapat membuat kesat.117 Setelah itu, berikanlah
kamper (kapur barus). Seandainya kalian telah selesai melakukan
semuanya, maka beritahukanlah kepadaku.‖ Setelah kami selesai
memandikan, maka Rasulullah-pun mengadzankan keduanya
dan menyelesaikan seluruh haknya. Setelah itu, Rasulullah
berkata: ‗Segeralah tutup dan berikan kain kafan kepada
keduanya.‖ Sedangkan dalam riwayat lain dikatakan: ―Mulailah
dengan membasuh tempat-tempat yang diwajibkan dalam
berwudlu.‖ Sedangkan dalam kalimat lain dikatakan:
―Mandikanlah mereka. Seandainya kalian menganggap perlu,
maka mandikanlah sebanyak tiga, lima, tujuh atau lebih dari itu.‖
Dan di dalam hadits tersebut juga, Ummu ‗Athiyah berkata:
―Maka kami-pun mengepang rambut jenazah menjadi tiga bagian.
Setelah itu, kami meletakkannya di bagian belakang.‖118
j. Mengkafani Jenazah. Yang Disunnahkan Ketika Mengkafani
Jenazah adalah dengan memperhatikan hal berikut:
 Disunnahkan agar kain kafan yang digunakan masih
bagus. Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam bersabda:
―Apabila salah seorang di antara kalian mengkafankan
saudara laki-lakinya, hendaknya ia mengkafani jenazah
saudaranya tersebut dengan sebaik-baiknya.‖119
 Hendaknya, kain kafan yang dipergunakan masih baru.
Sebagaimana hadits yang diriwayatkan Abu Dawud, Ibnu
Hibban dan Hakim yang berasal dari hadits Abu Sa‘id.
Yaitu, ketika ajal datang menjemputnya, ia mencari kain
kafan yang masih baru. Kemudian, ia mempergunakannya.
Setelah itu, ia berkata: ―Saya mendengar Rasulullah
Sallallahu ‗Alaihi Wasallam bersabda: ‗Sesungguhnya
setiap jenazah akan dibangkitkan dengan kain kafan yang
dipergunakannya ketika meninggal dunia.‖120

117 Dalam hadits disebutkan sebuah nama tumbuhan bernama daun Shidr
118 HR. Bukhari (1253), HR. Muslim (2133), HR. Ahmad (5/84), HR. Abu Dawud (3142,
3146), HR. Nasa‘i (4/28-29) dan HR. Ibnu Majah (1458).
119 Lihat: ―Tharhu al Tatsrib‖ (3/273-275)
120 Hadits ini merupakan hadits shahih yang diriwayatkan Hakim (1/340). Kemudian,
hadits ini dianggap shahih dan disetujui oleh imam Dzahabi.
118 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
 Hendaknya kain yang dipergunakan sebagai kafan
berwarna putih. Hal tersebut sesuai dengan perkataan
Aisyah Radhiyallahu ‗Anha: ―Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi
Wasallam dikafani dengan mempergunakan tiga lapis
kain berwarna putih.‖121 Dan sesuai dengan sabda
Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam: ―Pakailah pakaian
kalian yang berwarna putih. Karena itulah pakaian yang
paling bagus. Dan pergunakanlah kain berwarna putih
tersebut sebagai kafan kalian ketika datang kematian.‖122
Imam Nawawi berkata: ―Sabda Rasulullah: ‗Kain
berwarna putih‘ merupakan dalil yang menunjukkan
bahwa mempergunakan kain kafan putih merupakan
perbuatan yang dianjurkan. Dan pendapat ini telah
menjadi kesepakatan.‖123
 Hendaknya kain tersebut terbuat dari bahan katun. Hal
tersebut sesuai dengan perkataan Aisyah Radhiyallahu
‗Anha: ―Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam dikafani
dengan mempergunakan tiga lapis kain berwarna putih
yang berasal dari daerah Suhul dan terbuat dari
katun.‖124 Imam Nawawi berkata: ―Riwayat tersebut
menunjukkan adanya anjuran untuk mempergunakan
kain kafan yang terbuat dari bahan katun.‖125
 Hendaknya kain yang dipergunakan sebagai kafan
berjumlah ganjil. Hal tersebut sesuai dengan perkataan
Aisyah Radhiyallahu ‗Anha: ―Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi
Wasallam dikafani dengan mempergunakan tiga lapis
kain kafan.‖
 Hendaknya kain kafan tersebut dibubuhi wewangian. Hal
tersebut sesuai dengan sabda Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi
Wasallam: ―Apabila kalian membubuhkan wewangian

121 Keterangannya telah disampaikan sebelumnya.


122 Hadits ini merupakan hadits shahih yang diriwayatkan Ahmad (1/247), Tirmidzi
(994), Abu Dawud (3878) dan Ibnu Majah (1472)
123 Lihat: ―Syarh an Nawawi „Ala Shahih Muslim‖ (7/11).
124 HR. Muttafaq ‗Alaihi.
125 Lihat: ―Syarh an Nawawi „Ala Shahih Muslim‖ (7/12)
119 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
kepada jenazah, maka bubuhkanlah sebanyak tiga
kali.‖126 Akan tetapi, hukum ini tidak diperuntukkan
bagi jenazah orang yang tengah melakukan ihram. Hal
tersebut sesuai dengan sabda Rasulullah ketika
mendengar kematian seseorang yang tengah berihram
karena terjatuh dari kendaraannya dan mengalami patah
tulang leher. Pada saat itu, Rasulullah bersabda: ―Dan
jangan kalian pakaikan wewangian kepadanya.‖

g. Shalat Jenazah. Adapun pelaksanaan shalat jenazah harus


memperhatikan hal berikut,
 Membaca surat al Fatihah. Dan pembacaan tersebut dilakukan
setelah melakukan takbir yang pertama.
 Membaca shalawat kepada Rasulullah Shallallahu ‗Alaihi
Wasallam. Dan pembacaan tersebut dilakukan setelah
melakukan takbir yang ke dua. Dalam hal ini, tidak ada satu-pun
teks baku yang menentukan bentuk shalawat kepada Rasulullah
Shallallahu ‗Alaihi Wasallam. Akan tetapi, yang paling utama
adalah membacakan shalawat Ibrahim yang biasa dibacakan
dalam setiap shalat.
 Membaca doa untuk jenazah sebagaimana doa di bawah ini:

Ya Allah, ampunilah dosanya, rahmatilah di barzahnya,selamatkan ia, dan


maafkanlah kesalahannya, muliakanlah kedudukannya, lapangkanlah kuburannya,
bersihkanlah dosanya seperti bersihnya yang mandi dengan air segar dan air bersih.
Bersihakanlah ia dari segala kesalahan, sebagaimana bersihnya pakian yang putih
dari kotoran. Gantilah rumahnya dengan pengganti yang lebih baik, keluarganya

126 Hadits ini merupakan hadits shahih yang diriwayatkan Ahmad (3/331), Ibnu Abi
Syaibah (4/92), Ibnu Hibban (752), Hakim (1/355), Baihaqi (3/405). Hadits ini dianggap
shahih oleh Hakim dan disepakati oleh imam Dzahabi.
120 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
dengan keluarga yang lebih baik, istrinya dengan istri yang lebih baik. Masukkanlah
ia ke dalam surga, peliharalah ia dari siksa kubur dan siksa api neraka.
 Setelah membaca takbir yang keempat, hendaknya membaca doa
seperti di bawah ini:

Ya Allah, janganlah Engkau menghalangi pahala amal baiknya, janganlah Engkau


menjadikan fitnah bagi kami sesudah ia wafat meninggalkan kami, dan ampunilah
dosa kami dan doa dia.
 Selesai membaca doa terakhir kemudian membaca salam dua kali:

 Posisi Imam Dalam Shalat Jenazah perempuan adalah berdiri di


bagian tengahnya. Sedangkan jenazah laki-laki posisi imam
berdiri pas di bagian kepalanya.sebagaimana terdapat dalam
hadist Samrah, ia berkata: ―Saya shalat di belakang Rasulullah
Shallallahu ‗Alaihi Wasallam. Kami menshalatkan jenazah
perempuan yang meninggal pada saat masa nifasnya belum
selesai. Maka Rasulullah-pun berdiri di bagian tengahnya.‖128
Dari Abu Ghalib al Hannath, ia berkata: ―Saya menyaksikan Anas
bin Malik menshalatkan jenazah seorang laki-laki. Maka, ia
berdiri pas di bagian kepalanya. Dan ketika diajukan seorang
jenazah perempuan, Ibnu Abbas pun menshalatkannya dan
memilih berdiri di bagian tengah. Pada saat itu, di tengah-tengah
kami hadir ‗Ala bin Ziyad. Ketika ia melihat adanya perbedaan
tempat berdiri antara jenazah laki-laki dan perempuan, ia
berkata: ―Wahai Abu Hamzah, apakah Rasulullah Shallallahu
‗Alaihi Wasallam juga berdiri seperti ini ketika menshalatkan
jenazah laki-laki. Persis, seperti yang kamu lakukan. Dan
Rasulullah juga berdiri di tempat yang sama denganmu ketika

127 HR. Muslim, Shahih Muslim Juz II hlm. 663


128 HR. Muttafaq ‗Alaihi.
121 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
menshalatkan jenazah perempuan?‘ Ibnu Abbas menjawab:
‗Benar.‖129
h. Mempercepat Proses Penguburan. Dari Abu Hurairah
Radhiyallahu ‗Anhu bahwasanya Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi
Wasallam bersabda: ―Percepatlah dalam mengurus jenazah.
Karena hal itu adalah pilihan terbaik baginya. Maka, percepatlah
proses penguburannya. Dan alangkah buruknya seandainya
kalian tidak berbuat demikian. Dimana kalian hanya meletakkan
jenazah itu di bawah kendali kalian.‖ Dari Abu Bakrah, ia berkata:
―Kamu telah meliat bagaimana kami berjalan bersama Rasulullah
Sallallahu ‗Alaihi Wasallam ketika membawa jenazah. Dan kami
berjalan hampir sama seperti gerakan pasir.‖130Dan dalam sebuah
riwayat dikatakan: ―Percepatlah proses penguburan jenazah.
Seandainya kalian mempercepatnya, maka kalian telah
mendekatkan jenazah tersebut kepada kebaikan. Akan tetapi,
alangkah buruknya seandainya kalian tidak berbuat demikian.
Dimana kalian hanya meletakkan jenazah itu di bawah kendali
kalian.‖ (HR. Muslim)
i. Mengiringi Jenazah. Diwajibkan mengusung jenazah dan
mengiringinya sampai kubur. Karena, itu semuanya merupakan
hak jenazah muslim yang harus ia dapatkan dari saudaranya
sesama umat Islam. Rasulullah Shallallahu ‗Alaihi Wasallam
bersabda: ―Hak seorang muslim atas muslim yang lainnya (dalam
riwayat lain dikatakan: ‗Kewajiban seorang muslim terhadap
saudaranya) ada lima perkara: ‗Menjawab salam, menjenguk
ketika sakit, mengiringi jenazah, memenuhi undangan dan
mendoakan orang yang bersin.‖131
j. Proses Penguburan. Dengan memperhatikan hal berikut ini,
 Disunnahkan untuk memasukkan jenazah ke dalam kubur
dengan mendahulukan arah kepalanya terlebih dahulu.

129 Hadits ini merupakan hadits shahih yang diriwayatkan Ahmad (3/118, 204), Abu
Dawud (3194), Tirmidzi (1034), Ibnu Majah (1494), Thayalisi (2149) dan Baihaqi (4/32)
130 Hadits ini merupakan hadits shahih yang diriwayatkan Ahmad (5/36), Abu Dawud
(3182), Nasa‘i (4/43) dan Hakim (1/355). Hadits ini dianggap shahih oleh imam
Dzahabi. Dan yang dimaksud dengan gerakan pasir adalah cara berjalan yang cepat.
131 HR. Muttafaq ‗Alaihi yang diambil dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu „Anhu.
122 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Diriwayatkan dari Ibnu Umar dan Ibnu Abbas: ―Bahwasanya
Rasulullah Shallallahu ‗Alaihi Wasallam menarik jenazah dari
bagian kepalanya sebanyak satu tarikan.‖132
 Disunnahkan mengarahkan jenazah di kuburnya pada arah
kiblat.
 Meletakkan jenazah di dalam kubur hendaknya berkata:
―Bismillahi Wa ‗Ala Sunnati Rasulillah Shallallahu ‗Alaihi
Wasallam‖133 yang artinya: ―Dengan menyebut nama Allah dan
mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu ‗Alaihi Wasallam.‖
 Disunnahkan untuk membacakan istighfar untuk jenazah.
Tepatnya, ketika selesai proses penguburan. Dari Utsman
Radhiyallahu ‗Anhu, ia berkata: ―Apabila Rasulullah Shallallahu
‗Alaihi Wasallam selesai menguburkan jenazah seseorang, beliau
berdiri di atas kuburan dan berkata: ―Mohonkanlah ampunan dan
penetapan bagi jenazah ini. Karena, pada saat ini ia tengah
ditanya.‖134
3. Hal yang berhubungan dengan pasca penguburan
a. Takziyyah. Yang dimaksud dengan takziyyah adalah berusaha
untuk menghibur keluarga yang terkena musibah, agar mereka
untuk menyerahkan seluruh bencana yang mereka rasakan
kepada Allah Subhaanahu Wataala. Hal itu sebagaimana yang
dilakukan oleh Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam ketika
bertakziah. Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam bersabda:
‗Sesungguhnya hanya milik Allah-lah seluruh yang diambil-Nya,
dan hanya milik Allah-lah yang diberikan-Nya. Dan segala
sesuatu miliknya akan memiliki akhir. Oleh karena itu,
hendaknya kamu bersabar dan mawas diri.‖135 Adapun
keutamaan takziyah ini sebagaimana disebutkan dalam hadist
yang diriwayatkan dari Abdullah bin Muhammad bin Abi Bakar
Bin Amr bin Hazm dari ayahnya dari kakeknya dari Rasulullah
Sallallahu ‗Alaihi Wasallam, beliau bersabda: ―Tidak ada satu-pun

132 Lihat: ―Al Mughni‖ Ibnu Qudamah (2/497).


133 HR.Ahmad dari Hadits Ibnu Umar Radhiyallahu „Anhuma.
134 HR.Abu Dawud
135 HR. Muttafaq ‗Alaihi
123 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
orang mukmin yang bertakziah kepada saudaranya yang tertimpa
musibah, kecuali Allah akan menutupinya dengan kain kemuliaan
pada hari kiamat.‖136
b. Yang Bermanfaat Bagi Manusia Setelah Meninggal Dunia.
Diantaranya:
 Doa anak-anaknya, pahala shadaqah jariyah, dan pahala ilmu
yang bermanfaat. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‗Anhu
bahwasanya Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam bersabda:
‗Apabila seseorang meninggal dunia, maka amal perbuatannya
akan terputus. Kecuali, tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang
bermanfaat atau anak shalih yang mendoakannya.‖137
 Doa kaum muslimin dan permohonan ampun mereka kepada
Allah untuk dirinya. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah
Subhaanahu Wata‘aala: ―Dan orang-orang yang datang sesudah
mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: "Ya Tuhan kami,
beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah
beriman lebih dahulu dari kami.‖138
 Bershadaqah untuk orang yang telah meninggal. Dari Ibnu Abbas
Radhiyallahu ‗Anhu bahwasanya ibunya Sa‘ad bin ‗Ubbadah
Radhiyallahu ‗Anhu meninggal dunia. Pada saat itu, Sa‘ad sedang
tidak ada di sisinya. Maka, Sa‘ad-pun bertanya: ―Wahai
Rasulullah, ibuku telah meninggal. Sayangnya, aku tengah tidak
berada di sisinya. Apakah bermanfaat bagi ibuku seandainya aku
bershadaqah untuknya?‘ Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam
menjawab: ‗Tentu saja.‘ Maka Sa‘ad berkata: ‗Aku bersaksi di
hadapanmu bahwa kebun yang tengah berbuah ini aku
shadaqahkan untuk ibuku.‖139 Dan dari Abu Hurairah
Radhiyallahu ‗Anhu bahwasanya seorang laki-laki berkata
kepada Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam: ―Sesungguhnya
ayahku telah meninggal dunia. ia meninggalkan harta benda.

136 Hadits ini merupakan hadits hasan yang diriwayatkan imam Ahmad, Nasa‘I, Ibnu
Hibban dan Hakim. Hadits ini kemudian dinilai shahih dan disepakati oleh imam
Dzahabi.
137 Lihat: ―Fatawa Syaikh Husnaini Makhluf‖ (2/260), Cet: Daar al I‘tisham
138 QS. Al Hasyr: 10
139 HR. Bukhari
124 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Akan tetapi, ia tidak berwasiat. Apakah aku dapat
menggantikannya untuk menshadaqahkan harta tersebut
untuknya?‘ Maka Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam
menjawab: ‗Tentu saja.‘140
 Menghajikan dan Mempuasakan Orang Yang Telah Meninggal
Dunia. Dari Buraidah bin Hashib Radhiyallahu ‗Anhu, ia berkata:
―Ketika aku duduk bersama dengan Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi
Wasallam, datanglah seorang perempuan menemui beliau, ia
berkata: ―Aku telah bershadaqah untuk ibuku dengan
membebaskan seorang budak perempuan. Dan ibuku telah
meninggal‘ maka, Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam
bersabda: ‗Engkau pasti akan mendapatkan pahala dan semoga
Allah mengembalikan harta warisan itu kepadamu.‘ Perempuan
itu kembali berkata: ‗Wahai Rasulullah, ia memiliki hutang puasa
selama satu bulan, apakah aku dapat menggantikan puasanya?‘
Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam-pun bersabda: ‗Puasalah
untuknya‘ Perempuan itu kembali berkata: ‗Ibuku juga belum
berhaji sama sekali. Apakah aku dapat menghajikannya?‘ Maka
Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam menjawab: ‗Berhajilah
untuknya.‖141
 Ziarah Kubur. Rasulullah Sallallahu ‗Alaihi Wasallam
mengajarkan kepada kita untuk melakukan ziarah kubur. Setelah
sebelumnya beliau melarang perbuatan tersebut. Dari Buraidah
bin Hashib Radhiyallahu ‗Anhu, ia berkata: ―Rasulullah Sallallahu
‗Alaihi Wasallam bersabda: ‗Sesungguhnya aku telah melarang
kalian untuk melakukan ziarah kubur. Akan tetapi, sekarang,
berziarahlah. Karena, perbuatan tersebut akan mengingatkan
kalian pada hari akhirat.‖142 Adapun doa yang dibaca adalah,

140 HR. Muslim


141 HR. Muslim
142 HR. muslim, Ahmad, Abu Dawud dan Nasa‘i.
125 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Semoga keselamatan dianugrahkan kepada kalian wahai para penghuni kubur yang
beriman dan beragama Islam. Sesunggunya kami Insaya Allah akan menyusul kalian.
(Semoa Allah merahmati orang-orang diantara kami yang telah lebih dahu meningal
dan juga yang menyusul kemudian). Aku memohon kepada Allah untuk kami dan
untuk kalian (agar diberi selamat).

143 HR. Ibn Majah, Juz I hlm. 94. Dan lafal yang dikurung adalah milik Imam Muslim,
Sahih Muslim, Juz II hlm. 671
126 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
BAB VII

DZIKIR,ISTIGHFAR,SHALAWAT, DO’A

A. Dzikir dan Keutamaannya


1. Dzikir sebagai pilar kehidupan
Dzikir memilki peran yang amat besar dalam kehidupan, sehingga
Allah menjulukinya sebagai ―urusan yang besar‖ (waladzikrullahi akbar).
Sebagaimana ditegaskan oleh Allah dalam firmanya,

Dan sesungguhnya dzikir kepada Allah itu adalah urusan yang amat besar. Dan Allah
mengetahui apa yang kalian kerjakan. (QS. Al-Ankabut: 45)
Dalam bahasa hadist, dzikir disebut sebagai ―khairul a‘mal‖
(amalan terbaik), ―azka a‘mal‖ (amalan tersuci), ―arfa‘ a‘mal (amalan
tertinggi). Sebagaimana sabda Rasulallah saw,

Inginkah kalian aku beritahu amalan kalian yang terbaik dan tersuci serta tertinggi
pada derajat kalian, ia lebih baik dari berinfak emas dan perak dan lebih baik dari
kalian menjumpai musuh lalu kalian memenggal kepalanya dan mereka memenggal
kepala kalian? Mereka menjawab: ya, lalu rasulullah menjawab: amalan tersebut
adalah dzikrullah. (HR. Tirmidzi)144
Ayat dan hadist tersebut menjelaskan tentang urgensi dzikir,
bahwa dzikir adalah pilar kehidupan seorang mukmin, karena dengan
dzikir, jiwa seseorang akan senatiasa hidup. Sebaliknya, tanpa dzikir
kehidupan seseorang serasa mati, karena kosong dari nilai-nilai ilahi.
Rasulullah saw pernah menggambarkan perumpamaan orang yang

144 Hadits riwayat At Tirmidzi dalam sunannya kitab Ad da‘awaat ‗An


Rasulillah no. 3377 dan Ibnu Majah dalam sunannya kitab Al Adab bab Fadhlu dzikr no.
3790 dan dishahihkan Albaniy dalam Shahih Al Jami‘ no. 2629
127 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
berdzikir kepada Allah seperti orang yang hidup, sementara orang yang
tidak berdzikir kepada Allah sebagai orang yang mati:

Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Allah dan orang yang tidak berdzikir,
adalah seumpama orang yang hidup dan mati. (HR. Bukhari)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, bahwa
zikir bagi hati laksana makanan bagi tubuh. Maka sebagaimana tubuh
tidak akan merasakan kelezatan makanan ketika menderita sakit.
Demikian pula hati tidak akan dapat merasakan manisnya iman apabila
hatinya melupakan dzikir, dan terpedaya oleh cinta dunia. Apabila hati
seseorang telah disibukkan dengan mengingat Allah, senantiasa
memikirkan kebenaran, dan merenungkan ilmu, maka dia telah
diposisikan hati sesuai dengan tempatnya.145
Maka dari itu dzikir adalah ruh kehidupan, sehingga kebutuhan
manusia terhadap dzikir lebih penting dari kebutuhannya terhadap
nafasnya sendiri. Oleh sebab itu, Allah perintahkan kita agar
memperbanyak dzikir kepada-Nya, sebagai upaya menyambung tali
munajat yang akan mempererat hubungan spiritual kita kepada Allah,
sehingga kehidupan kita lebih bermakna dan mencapai tujuannya. Allah
berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir
yang sebanyak-banyaknya. (QS. Al-Ahzaab:41)

Maka ingatlah kalian kepada-Ku niscaya Aku juga akan mengingat kalian. (QS. al-
Baqarah: 152)
Orang mukmin yang memenuhi panggilan Allah agar senantiasa
berdzikir, maka kehidupannya akan selalu diisi dengan dzikir, sehingga

145 Ibn Taimiyah, Majmu‘ Fatawa, Vol. 2, hlm. 344


128 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
duduk dan berdirinya adalah dzikir, bahkan berbaringnya pun bernilai
dzikir. Hal itu sebagaimana difirmankan oleh Allah,

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia.
Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Ali Imran: 191)

Rasulallah saw bersabda: ”Al mufarridun telah mendahului dalam kebaikan, ” mereka
bertanya, ”Siapakah al mufarridun, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, ”Laki-laki
dan perempuan yang banyak berdzikir.146
Dalam ayat dan hadist tersebut, Allah menyebutkan Karakter
mukmin dan komunitas yang cinta dzikir, dan Allah selalu memuji
mereka, bahkan Allah memerintahkan agar karakter tersebut dijadikan
contoh dalam kehidupan. Allah berfirman,

Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Rabnya di


pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu
berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan
janganlah kamu mengkuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati
Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.
(QS. Al-Kahfi, 18:28)

146 Hadits riwayat Muslim dalam shahihnya, kitab Ad Du‘a wa Dzikir wa


Taubah wal Istighfar, bab Al Hats Ala Dzikr, no. 2676]
129 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Sebaliknya Allah mencela karakter nisyan atau ghaflah (lupa diri)
yang merupakan lawan dari karakter dzikir, sehingga Allah
memerintahkan agar kita menjauhi mereka. Allah berfirman,

Dan janganlah kamu termasuk golongan mereka-mereka yang melupkan Allah (tidak
berdzikir). (QS. Al-A'raf:204)

Dan janganlah kamu menjadi termasuk orang-orang yang melupakan Allah, maka
Allah pun akan melupakan mereka. (QS. Al-Hasyr:19)

Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-harta kalian dan anak-anak kalian
melalaikan kalian dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka
mereka itulah orang-orang yang rugi. (QS. Al-Munafiqun: 9)
2. Fadhilah dzikir
Keutamaan dan faedah dzikir sangatlah banyak, bahkan Ibnu
Qayyim menyebutkan lebih dari seratus keutamaan berdzikir dalam
kitabnya yang bertajuk Al Waabil Ashshoyyib Wa Raafi‘ Al kalimi Al
Thoyyib. Diantara keutamaan dan faedah dzikir tersebut adalah:
a. Dzikir sebagai obat yang dapat memberikan ketenangan bagi hati
seseorang. Semakin rutin seseorang dalam melakukan dzikir, maka
semakin tenang hatinya. Hal itu dikarenakan dzikir merupakan
vitamin ruhani yang dapat mengendalikan hati seseorang sehingga
dapat terkendali. Dengan demikian, hati yang terkendali akan
mencapai puncak ketenangan. Allah telah menjelaskan dalam Al-
Qur'an, bahwa hati dapat menjadi tenang dan tentram dengan
melakukan amalan dzikir,

(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan dzikir
kepada Allah. Ingatlah bahwa hanya dengan dzikrullah hati menjadi tenang. (QS.
Arra‘du:28)
130 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Rasulullah Shallallahu ‗alaihi wa sallam bersabda,

Tidaklah ada suatu kaum yang duduk untuk berdzikir kepada Allah ta‟ala melainkan
malaikat akan meliputi mereka dan rahmat akan menyelimuti mereka, dan akan
turun kepada mereka ketenangan, dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di
hadapan para malaikat yang ada di sisi-Nya. (HR. Muslim)
b. Dzikir dapat mengusir syetan dan melindungi orang yang berdzikir
darinya, sebagaimana sabda Rasululloh Shallallahu‘alaihi Wasallam:

Dan Aku memerintahkan kalian untuk banyak berdzikir kepada Allah.


Permisalannya itu seperti seseorang yang dikejar-kejar musuh lalu ia mendatangi
benteng yang kokoh dan berlindung di dalamnya. Demikianlah seorang hamba tidak
dapat melindungi dirinya dari syetan kecuali dengan dzikir kepada Allah. (HR.
Ahmad dalam Musnadnya (4/202), dishohihkan Syeikh Al Albaniy dalam
Shohih Al Jaami‘ no. 1724)
Hadist di atas sangat jelas, bahwa dzikir adalah benteng yang
melindungi diri kita dari ancaman syetan. Dengan demikian, jika kita
lalai dari dzikir maka benteng perlindungan akan lemah, sehingga syetan
mudah masuk untuk menggoda dan menguasai diri kita. Sebagaimana
firman Allah:

Barangsiapa yang berpaling dari dzikir (Rabb) Yang Maha Pemurah (al-Qur‟an),
Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi
teman yang selalu menyertainya. (QS. Az Zukhruf:36).
c. Dzikir menghapus dosa dan dapat menyelamatkan dari adzab Allah,
karena dzikir merupakan satu kebaikan yang besar dan kebaikan
131 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
menghapus dosa dan menghilangkannya. Tentunya hal ini dapat
menyelamatkan orang yang berdzikir dari adzab Allah sebagaimana
sabda Rasulullah Shallallahu‘alaihi Wasallam:

Tidaklah seorang manusia mengamalkan satu amalan yang lebih menyelamatkan


dirinya dari adzab Allah dari dzikrullah. (HR. Ahmad dalam Musnadnya
5/239 dan dishahihkan Syeikh Albaniy dalam Shohih Al Jami‘ no. 5644)
d. Dzikir mendatangkan pahala besar dan ampunan

Dan kaum lelaki yang banyak mengingat Allah demikian pula kaum perempuan, maka
Allah persiapkan untuk mereka ampunan dan pahala yang sangat besar. (QS. Al-
Ahzab: 35)

Barang siapa mengucapkan (dzikir): (


) dalam sehari seratus kali, maka itu sama dengan pahala memerdekakan
sepuluh budak, ditulis seratus kebaikan untuknya dan dihapus seratus dosanya. Juga
menjadi pelindungnya dari syeitan pada hari itu sampai sore dan tidak ada satupun
yang lebih utama dari amalannya kecuali seorang yang beamal dengan amalan yang
lebih banyak dari hal itu. (HR. Buhari dan Muslim)
e. Dzikir adalah taman syurga dunia dan syurga akhirat

132 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
Dari ibnu Umar ra, Rasulullah SAW bersabda, "Apabila kalian melalui taman-
taman surga, maka kelilingilah ia. " Sahabat bertanya, "apakah taman-taman surga
wahai Rasulullah SAW?", beliau menjawab, "yaitu halaqoh-halaqoh dzikir, karena
sesungguhnya Allah memiliki pasukan-pasukan dari malaikat, yangmencari halaqoh-
halaqoh dzikir, yang apabila mereka menjumpainya, mareka akan mengelilinginya.
(HR. Ahmad, Tirmidzi dan Baihaqi)

Aku berjumpa dengan Ibrohim pada malam isra‟ dan mi‟roj, lalu ia berkata: “Wahai
Muhammad, sampaikan salamku kepada umatmu dan beritahulah mereka bahwa
syurga memiliki tanah yang terbaik dan air yang paling menyejukkan. Syurga itu
dataran kosong (Qai‟aan) dan tumbuhannya adalah (dzikir) Subhanallahi Wala
ilaha illa Allah wallahu Akbar. (HR. Tirmidzi)147
f. Dzikir adalah kunci kemenangan

Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian bertemu dengan pasukan musuh maka
tegarlah kalian dan ingatlah kepada Allah dengan sebanyak-banyaknya, mudah-
mudahan kalian mendapatkan kemenangan. (QS. Al-Anfal: 45)
g. Dzikir sebagai barometer keimanan

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang yang apabila disebutkan
nama Allah maka bergetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka
ayat-ayat mereka maka bertambahlah keimanan mereka. (QS. Al-Anfal: 2)

147 Hadits riwayat At Tirmidziy dalam sunannya kitab Al Da‘awaat ‗An Ar


Rasul bab Ma Ja‘a Fi Fadhl Tasbiih wa Tahlil Wa takbir wa Tahmid no. 3462 dan
dihasankan Al Albani dalam Silsilah Shohihah no. 105
133 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
B. Istighfar dan Keutamaannya
1. Perintah Beristighfar
Manusia adalah makhluk yang sering lupa dan melakukan
kesalahan, sehingga dalam bahasa hadistnya disebut ―mahalul khotho‘
wa nisyan‖. Untuk itu, sebaik-baiknya orang adalah yang selalu
bertaubat dan memohon ampun atas segala dosa yang ia lakukan.
Istighfar merupakan salah satu jalan tuk memohon ampunan.
Allah SWT telah memerintahkan hamba-hamba -Nya yang
beriman untuk beristighfar dan Allah-pun menjanjikan mereka dengan
ampunan. Allah SWT berfirman:

dan mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (QS. Al-Nisa‘: 106)

Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Hak) melainkan Allah
dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki
dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu.
(QS. Muhammad: 19).

Dan mohonlah ampunan kepada Allah, karenasesungguhnya Allah Maha Pengampun


lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Muzzammil: 20)

maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -


sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. (QS. Nuh:10)

Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya.
(Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan

134 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan
Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan)
keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan
ditimpa siksa hari kiama". (QS. Hud: 3)
Ayat-ayat tersebut memerintahkan kita untuk beristighfar.
Perintah ini berulangkali kita jumpai dalam banyat ayat, bahkan di
dalam surat hud tercatat ada empat ayat di dalam yang menyebut
perintah beristighfar, yaitu pertama ayat 3 di atas, ayat 52, 61, dan 90.
Yang lebih menarik lagi, bahwa secara korelatif, perintah beristighfar
pada ayat-ayat tersebut diawali dengan perintah menyembah dan
mengabdi semata-mata kepada Allah. Itu artinya terdapat korelasi antara
orang yang bertauhid dengan kebutuhannya terhadap istighfar.148
Jadi manusia yang bertuhid sangat membutuhkan istighfar dalam
kehidupannya. Tentu istighfar yang dimaksud tidak hanya sekedar
ucapan dengan lisan ―astaghfirullah‖, tetapi secara aplikatif adalah sikap
waspada, mawas diri dan berhati-hati dan bersikap dan berperilaku agar
terhindar dari kesalahan. Dan jika terjermus ke dalam kemaksiatan
segera sadar dan mampu bangkit dari kesalahan dengan bersungguh-
sungguh bertaubat dalam arti menyuguhkan pengabdian dan karya yang
lebih bermanfaat untuk umat.149
Secara aplikatif, kebiasaan beristighfar sudah dicontohkan oleh
Rasulullah saw. Tercatat dalam sebuat riwayat Imam Muslim bahwa
Rasulullah (memberi pelajaran kepada umatnya) senantiasa beristighfar
setiap hari tidak kurang dari 70 kali. Bahkan di riwayat Imam Bukhari
beliau beristighfar setiap hari lebih dari 100 kali (Bukhari Muslim).
Pelajaran yang diambil dari prilaku Rasulullah ini adalah bahwa
beristighfar tidak harus menunggu setelah melakukan kesalahan, tetapi
bagaimana hendaknya aktifitas ini berlangsung senantiasa menghiasi
kehidupan sehari-hari kita tanpa terkecuali.150

2. Fadhilah Istighfar
a. Istighfar dapat menghapus dosa

148 Atabik Luthfi, Tafsir Tazkiyah, Jakarta: Gema Insani, 2009, hlm. 68
149 Ibid
150 Ibid
135 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Dan barangsiapa yang mengerjakankejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia
mohon ampun kepadaAllah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi
MahaPenyayang. (QS. An-Nisa: 110)

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan kejiatau menganiaya


diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalumemohon ampun terhadap dosa-dosa
mereka dan siapa lagi yangdapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan
mereka tidakmeneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka
itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya
mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik
pahala orang-orang yang beramal. (QS. Ali Imron: 135-136).
b. Istighfar adalah sebab bagi turunnya keberkahan rizki yang turun
dari langit dan bumi, mendatangkan keberkahan harta dan anak.

Maka aku katakan kepada mereka: "Mohonlah ampun kepadaTuhanmu,


sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan
kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan
mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu
sungai-sungai. (QS. Nuh: 10-12)
c. Beristighfar akan mendatangkan kehidupan yang bahagia

Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya.
(Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan
136 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan
Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan)
keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan
ditimpa siksa hari kiamat. (QS. Huud:3)
d. Istighfar sebab bertambahnya kekuatan jasmani dan rohani

Dan (dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah
kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan
menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan
berbuat dosa. (QS. Hud:52)
e. Istighfar adalah benteng dari bencana. Allah SWT berfirman:

Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamuberada di antara
mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akanmengazab mereka, sedang mereka meminta
ampun. (QS. Al-Anfal: 33).
f. Istighfar adalah akan mendatangkan rahmat Allah

Dia berkata: "Hai kaumku mengapa kamu minta disegerakankeburukan sebelum


(kamu minta) kebaikan? Hendaklah kamumeminta ampun kepada Allah, agar kamu
mendapat rahmat . (QS. Al-Naml: 46)
g. Isitgfar adalah penghapus dosa di dalam majlis. Diriwaytkan oleh Al-
Tirmidzi di dalam sunannya dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi
Muhammad SAW bersabda, ―Barangsiapa yang berada pada sebuah
majlis yang terjadi padanya keributan, lalu sebelum dirinya bangkit
dari majlis itu hendaklah dia membaca:

Maha Suci Engkau, ya Allah, aku memuji -Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang
berhak disembah kecuali Engkau, aku minta ampun dan bertaubat kepada-Mu. (HR.
Tirmudzi, no. 3433)

137 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
3. Bacaan Istighfar Yang Ma‘tsur
Lafadz istighfar itu sangat banyak, dan telah disebutkan di dalam
hadits riwayat yang banyak pula. Diantaranya adalah yang diriwayatkan
dalam hadist berikut ini,
a. Riwayat Abu Dawud dari hadits Zaid bin kharisah, bahwa salah satu
istighfar yang dibaca oleh Nabi saw adalah,

Aku meminta ampun kepada -Mu Ya Allah, Yang tiada tuhan yang berhak disembah
selain Dia, Dialah Yang Maha Hidup dan Yang berdiri sendiri, dan aku bertaubat
kepada -Nya. (HR. Abu Dawud no: 1517)
b. Riwayat Ibnu Umar radhiyallahu‘anhuma berkata: ―Sesungguhnya
kami benar-benar menghitung dzikir Rasulullah shollallahu ‘alaih wa
sallam dalam satu kali majelis (pertemuan), beliau mengucapkan 100
kali (istighfar dalam majelis): ―Ya Rabb, ampunilah aku, terimalah
taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Menerima Taubat dan Maha
Penyayang. ‖ (HR Abu Dawud 1295)

Ya Allah ampunilah dan sayangilah aku dan terimalah taubatku, sesungguhnya


Engkau Maha penerima Taubat dan Maha Penyayang.
c. Riwayat Syaddad bin Aus berkata, ―Penghulu istighfar (sayyidul
istighfar) itu adalah seorang hamba mengucapkan:

Ya Allah! Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali
Engkau, Engkau-lah yang mencip-takan aku. Aku adalah hamba -Mu. Aku akan setia
pada perjanjianku dengan -Mu semampuku. Aku berlindung kepada -Mu dari
kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat -Mu kepadaku dan aku mengakui
dosaku, oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa
kecuali Engkau. ”Barangsiapa yang membacanya pada waktu siang dengan penuh
keyakinan lalu dia meninggal pada siang hari itu sebelum memasuki waktu sore maka
138 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
dia termasuk penghuni surga, dan barangsiapa yang membacanya pada waktu malam
dengan penuh keyakinan dan dirinya meninggal sebelum memasuki waktu pagi maka
dia termasuk penghuni surga. (HR. Bukhari)

C. Selawat Atas Nabi


1. Perintah Berselawat Ke Atas Nabi
Selawat ke atas Nabi (S. A. W. ) merupakan suatu amalan yang
disyariatkan oleh Islam. Hal itu sebagaimana dijelaskan dalam firman
Allah,

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai


orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam
penghormatan kepadanya. (QS. Al-Ahzab:56).
Ayat di atas secara tegas menjelaskan bahwa Allah dan para
malaikat berselawat atas Nabi saw, dan memerintahkan kepada kita agar
berselawat untuk nabi saw. Makna selawat yang datang dari Allah Ta‘ala
kepada hamba-Nya adalah limpahan rahmat, pengampunan, pujian,
kemualian dan keberkahan dari-Nya. Ada juga yang mengartikannya
dengan taufik dari Allah Ta‘ala untuk mengeluarkan hamba-Nya dari
kegelapan (kesesatan) menuju cahaya (petunjuk-Nya), sebagaimana
dalam firman-Nya,

Dialah yang bershalawat kepadamu (wahai manusia) dan malaikat-Nya (dengan


memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan
kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang
yang beriman. (QS Al-Ahzaab:43).
Selawat dari para malaikat bermakna doa kepada manusia dan
memohonkan ampunan bagi mereka, sebagaimana disebutkan didalam
firman Allah swt:

139 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
(malaikat-malaikat) yang memikul 'Arsy dan Malaikat yang berada di sekelilingnya
bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan
ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): "Ya Tuhan Kami,
rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, Maka berilah ampunan kepada
orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari
siksaan neraka yang menyala-nyala. Ya Tuhan Kami, dan masukkanlah mereka ke
dalam syurga 'Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang
saleh di antara bapak-bapak mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka
semua. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Dan
peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. dan orang-orang yang Engkau pelihara
dari (pembalasan) kejahatan pada hari itu Maka Sesungguhnya telah Engkau
anugerahkan rahmat kepadanya dan Itulah kemenangan yang besar. (QS. Ghofir: 7
– 9)
Adapun makna selawat kita atas Nabi Shallallahu ‗alaihi wa sallam
adalah kita berdoa kepada Allah Ta‘ala agar Nabi Muhammad beliau
Shallallahu ‗alaihi wa sallam diberikan keagungan di dunia dan akhirat.
Keagungan di dunia dengan dimuliakan penyebutan (nama) Nabi
Muhammad Shallallahu ‗alaihi wa sallam, dikokohkan syariat Islam yang
beliau bawa. Dan di akhirat dengan melipat gandakan pahala kebaikan
Nabi Muhammad Shallallahu ‗alaihi wa sallam, memudahkan syafa‘at
beliau kepada umatnya dan menampakkan keutamaan beliau pada hari
kiamat di hadapan seluruh makhluk.151

151Abdul Muhsin Ibn Hamd Al-Abbad, As-Shalatu Ala Al-Nabi: Fadhluha wa


Kaifiyatuha, Madinah: Majallah Ja‘mi‘ah Islamiyah, 1394 H, hlm. 47-61
140 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
2. Fadhilah berselawat atas Nabi
Fadhilah berselawat atas Nabi Saw adalah amat banyak, bahkan
Ibnu Qoyyim menyebutkan 39 manfaat berselawat, di antaranya adalah
sebagai berikut:
 Melaksanakan perintah Allah subhaanahu wa ta‘aala
 Mendapatkan sepuluh sholawat dari Allah bagi yang membaca
sholawat satu kali.
 Ditulis baginya sepuluh kebaikan dan dihapus darinya sepuluh
kejahatan.
 Diangkat baginya sepuluh derajat.
 Kemungkinan doanya terkabul bila ia mendahuluinya dengan
sholawat, dan doanya akan naik menuju kepada Tuhan semesta
alam.
 Penyebab mendapatkan syafa‘at sollallohu ‗alaihi wa sallam bila
diiringi oleh permintaan wasilah untuknya atau tanpa diiringi
olehnya.
 Penyebab mendapatkan pengampunan dosa.
 Dicukupi oleh Allah apa yang diinginkannya.
 Mendekatkan hamba dengan nabi sollallohu ‗alaihi wa sallam pada
hari kiamat.
 Menyebabkan Allah dan malaikat-Nya bersholawat untuk orang
yang bersholawat.
 Nabi sollallohu ‗alaihi wa sallam menjawab sholawat dan salam
orang yang bersholawat untuknya.
 Mengharumkan majelis dan agar ia tidak kembali kepada
keluarganya dalam keadaan menyesal pada hari kiamat.
 Menghilangkan kefakiran.
 Menghapus predikat ―kikir‖ dari seorang hamba jika ia bersholawat
untuk nabi sollallohu ‗alaihi wa sallam ketika namanya disebut.
 Orang yang bersholawat akan mendapatkan pujian yang baik dari
Allah di antara penghuni langit dan bumi, karena orang yang
bersholawat, memohon kepada Allah agar memuji, menghormati dan
memuliakan rasul-Nya, maka balasan untuknya sama dengan yang ia

141 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
mohonkan, maka hasilnya sama dengan apa yang diperoleh oleh
rasul-Nya.
 Akan mendapatkan berkah pada dirinya, pekerjaannya, umurnya
dan kemaslahatannya, karena orang yang bersholawat itu memohon
kepada Tuhannya agar memberkati nabi-Nya dan keluarganya, dan
doa ini terkabul dan balasannya sama dengan permohonannya.
 Nama orang yang bersholawat itu akan disebutkan dan diingat di
sisi Rasul sollallohu ‗alaihi wa sallam seperti penjelasan terdahulu,
sabda Rasul: ―Sesungguhnya sholawat kalian akan diperdengarkan
kepadaku. ‖ Sabda beliau yang lain: ―Sesungguhnya Allah
mewakilkan malaikat di kuburku yang menyampaikan kepadaku
salam dari umatku. ‖ Dan cukuplah seorang hamba mendapatkan
kehormatan bila namanya disebut dengan kebaikan di sisi
Rasulullah sollallohu ‗alaihi wa sallam.
 Meneguhkan kedua kaki di atas Shirath dan melewatinya
berdasarkan hadits Abdurrahman bin Samirah yang diriwayatkan
oleh Said bin Musayyib tentang mimpi Rasulullah sollallohu ‗alaihi
wa sallam: ―Saya melihat seorang di antara umatku merangkak di
atas Shirath dan kadang-kadang berpegangan lalu sholawatnya
untukku datang dan membantunya berdiri dengan kedua kakinya
lalu menyelamatkannya. ‖ (H. R. Abu Musa Al-Madiniy)
 Akan senantiasa mendapatkan cinta Rasulullah sollallohu ‗alaihi wa
sallam bahkan bertambah dan berlipat ganda. Dan itu termasuk
ikatan Iman yang tidak sempurna kecuali dengannya, karena
seorang hamba bila senantiasa menyebut nama kekasihnya,
menghadirkan dalam hati segala kebaikan-kebaikannya yang
melahirkan cinta, maka cintanya itu akan semakin berlipat dan rasa
rindu kepadanya akan semakin bertambah, bahkan akan menguasai
seluruh hatinya. Tetapi bila ia menolak mengingat dan
menghadirkannya dalam hati, maka cintanya akan berkurang dari
hatinya. Tidak ada yang lebih disenangi oleh seorang pecinta kecuali
melihat orang yang dicintainya dan tiada yang lebih dicintai hatinya
kecuali dengan menyebut kebaikan-kebaikannya. Bertambah dan
berkurangnya cinta itu tergantung kadar cintanya di dalam hati, dan
keadaan lahir menunjukkan hal itu.

142 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
 Akan mendapatkan petunjuk dan hati yang hidup. Semakin banyak
ia bersholawat dan menyebut nabi, maka cintanyapun semakin
bergemuruh di dalam hatinya sehingga tidak ada lagi di dalam
hatinya penolakan terhadap perintah-perintahnya, tidak ada lagi
keraguan terhadap apa-apa yang dibawanya, bahkan hal tersebut
telah tertulis di dalam hatinya, menerima petunjuk, kemenangan dan
berbagai jenis ilmu darinya. Ulama-ulama yang mengetahui dan
mengikuti sunnah dan jalan hidup beliau, setiap pengetahuan
mereka bertambah tentang apa yang beliau bawa, maka bertambah
pula cinta dan pengetahuan mereka tentang hakekat sholawat yang
diinginkan untuknya dari Allah.152
Adapun hadist-hadist yang menerangkan tentang keutamaan
berselawat atas Nabi adalah sebagai berikut:
a. Pahalanya akan dilipat gandakan oleh Allah, diampunkan dosa, dan
ditinggikan derajat

Barangsiapa yang mengucapkan shalawat kepadaku satu kali maka Allah akan
bershalawat baginya sepuluh kali, dan digugurkan sepuluh kesalahan (dosa)nya, serta
ditinggikan baginya sepuluh derajat/tingkatan (di surga kelak). (HR an-Nasa‘i
(no. 1297), Ahmad (3/102 dan 261), Ibnu Hibban (no. 904) dan al-Hakim
(no. 2018))
b. Berselawat akan mendatangkan cahaya hidup

Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian seperti kuburan2 dan jangan


kalian jadikan kuburanku sebagai id3. Bershalawatlah untukku karena shalawat

152Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Jala‟ul Afham fii Fadhl Al-Shalat Ala Muhammad
Khair Al-Anam, Maktabah Misykah Al-Islamiyah, hlm. 176-182
143 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
kalian sampai kepadaku di mana pun kalian berada. (HR. Ahmad dan Abu
Dawud)
Mendapatkan syafa‘at pada hari kiamat

Dari Abdullah bin Amru bin Ash RA bahwasanya ia mendengar Nabi SAW bersabda,
“Jika kalian mendengar adzan oleh muadzin, maka ucapkanlah seperti apa yang ia
ucapkan, kemudian bacalah shalawat untukku. Sesungguhnya barangsiapa
mengucapkan satu kali shalawat kepadaku niscaya Allah mengucapkan shalawat
kepadanya sebanyak sepuluh kali. (HR. Ahmad no. 6568, Muslim no. 384, Abu
Daud no. 523, Tirmidzi no. 3614, An-Nasai no. 678)

Dari Abdullah bin Mas‘ud RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,


“Sesungguhnya manusia yang paling dekat kedudukannya denganku pada hari kiamat
adalah orang yang paling banyak membaca shalawat untukku. ” (HR. Tirmidzi no.
484. Ia berkata: Hadits hasan gharib)

Barangsiapa yg bersholawat untukku di waktu pagi sepuluh kali & di waktu sore
sepuluh kali, maka ia berhak mendapatkan syafa‟atku. (HR. Thabarani)
c. berselawat pada hari jum‘at memiliki keutamaan khusus

144 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
"
Dari Aus bin Abu Aus RA berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Seutama-
utama hari kalian adalah hari Jum‟at. Pada hari itu Adam diciptakan, pada hari itu
pula Adam meninggal, pada hari itu sangkakala kehancuran dunia ditiup dan pada
hari itu pula sangkalala kebangkitan makhluk ditiup. Maka perbanyalah membaca
shalawat untukku pada hari itu, karena sesungguhnya bacaan shalawat kalian akan
ditunjukkan kepadaku. ” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana
shalawat kami akan ditunjukkan kepada Anda sementara jasad Anda telah hancur?”
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mengharamkan kepada bumi
untuk memakan jasad para nabi „alaihim shalawat wa salam. ” (HR. Ahmad no.
16162, Abu Daud no. 1047 dan 1531)

3. Ancaman bagi orang yang tidak berselawat


a. Orang yang tidak mau berselawat akan dihinakan oleh Allah dan
diturunkan derajatnya,

Terhinalah seorang yang aku (namaku) disebut disisinya namun ia tidak mau
bershalawat untukku. (HR. Tirmidzi)
b. Orang yang tidak mau berselawat disebut sebagai orang bakhil

Orang yang paling bakhil adalah seseorang yang jika namaku disebut ia tidak
bersholawat untukku. (HR. Nasa‘i, Tirmidzi dan Thabaraniy)
c. Orang yang tidak mau berselawat akan dijauhkan dari jalan surga

Barangsiapa yang lupa mengucapkan sholawat untukku maka ia telah menyalahi


jalan surga. (HR. Ibnu Majah)
d. Suatu majlis yang tidak dibacakan shalawat akan kehilangan berkah
di dalamnya. Dari Abu Hurairah, Abul Qosim bersabda: ―Suatu kaum
yang duduk pada suatu majelis lalu mereka bubar sebelum dzikir

145 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
kepada Allah dan bersholawat untuk nabi sollallohu ‗alaihi wa
sallam, maka Allah akan menimpakan kebatilan atas mereka, bila Ia
menghendaki maka mereka akan disiksa dan bila Ia menghendaki
maka mereka akan diampuni. ‖ (H. R. Tirmidzi dan mentahsinnya
serta Abu Daud)

4. Waktu dan tempat yang dianjurkan membaca shalawat


a. Sebelum berdoa:
Fadhalah bin ‗Abid berkata: ―Rasulullah sollallohu ‗alaihi wa sallam
mendengar seorang laki-laki berdoa dalam sholatnya, tetapi tidak
bersholawat untuk nabi sollallohu ‗alaihi wa sallam, maka beliau
bersabda: ―Orang ini tergesa-gesa‖ Lalu beliau memanggil orang tersebut
dan bersabda kepadanya dan kepada yang lainnya:

Bila salah seorang di antara kalian sholat (berdoa) maka hendaklah ia memulainya
dengan pujian dan sanjungan kepada Allah lalu bersholawat untuk nabi, kemudian
berdoa setelah itu dengan apa saja yang ia inginkan. (H. R. Abu Daud, Tirmidzi,
Ahmad dan Hakim)

Doa itu terhalangi, hingga orang yang berdoa itu bersholawat untuk nabi sollallohu
„alaihi wa sallam. (H. R. Thabarani)
b. Ketika menyebut, mendengar dan menulis nama beliau:

Celakalah seseorang yang namaku disebutkan di sisinya lalu ia tidak bersholawat


untukku. (HR. Tirmidzi dan Hakim)
c. Memperbanyak selawat untuknya pada hari Jum‘at:

Sesungguhnya di antara hari-hari yang paling afdhal adalah hari Jum‟at, maka
perbanyaklah sholawat untukku pada hari itu, karena sholawat kalian akan sampai
kepadaku. (H. R. Abu Daud, Ahmad dan Hakim)
146 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
d. Ketika masuk dan keluar masjid:
Dari Fatimah -Radhiyallahu ‗Anha- berkata: ―Rasulullah sollallohu
‗alaihi wa sallam bersabda: ―Bila anda masuk mesjid, maka ucapkanlah:

Dengan nama Allah, salam untuk Rasulullah, ya Allah sholawatlah untuk


Muhammad dan keluarga Muhammad, ampunilah kami dan mudahkanlah bagi kami
pintu-pintu rahmat-Mu
Dan bila keluar dari mesjid maka ucapkanlah itu, tapi (pada penggalan akhir) diganti
dengan: ( ) “Dan permudahlah bagi kami pintu-pintu karunia-Mu. ”
(HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi)

5. Shalawat yang Ma‘tsur


Shalawat yang ma‘tsur adalah shalawat yang diajarkan oleh Nabi
Shallallahu ‗alaihi wa sallam dalam hadits-hadits yang shahih, bukan
shalawat-shalawat bid‘ah yang dibuat oleh kelompok tertentu. Karena
shalawat adalah ibadah, maka syarat diterimanya harus ikhlas karena
Allah, dan mutaba‘ah yaitu berselawat yang sesuai dengan sunah Nabi
Shallallahu ‗alaihi wa sallam. Diantara shalawat yang ma‘tsur adalah
sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasululloh SAW:

Ka‟ab bin Ujrah berkata, ” Dikatakan, Wahai Rasululloh! Adapun (cara


mengucapkan) salam kepadamu, sungguh kami telah mengetahuinya, lalu bagaimana
bershalawat kepadamu?” Beliau menjawab, ” Ucapkanlah, ” Ya Alloh berilah rahmat
kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad sebagaimana
Engkau telah memberi rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim.
Sesungguhnya Engkau adalah Maha Terpuji lagi Maha Agung. Dan berilah barakah
147 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad sebagaimana
Engkau telah memberi barakah kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim.
Sesungguhnya Engkau adalah Maha Terpuji lagi Maha Agung
Ibnu Abi Laili berkata, ‖ Ka‘ab telah menemuiku dan berkata, ‖
Bukankah aku telah menghadiahi kamu suatu hadiah yang telah
diberikan Rasululloh pada kami?‖ Kami berkata, ―Wahai Rasululloh,
kami telah mengetahui bagaimana (cara mengucapkan) salam kepadamu,
lalu bagaimana bershalawat kepadamu?‖ Beliau menjawab, ‖ Ucapkanlah

Ya Alloh berilah rahmat kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi
Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi rahmat kepada Nabi Ibrahim dan
keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Terpuji lagi Maha
Agung. Dan berilah barakah kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi
Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi barakah kepada Nabi Ibrahim dan
keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Terpuji lagi Maha
Agung. (HR. Bukhari dan Muslim)

Abu Mas‟ud Al-Badry r. a berkata, ” Ketika kami berada di majlis Sa‟d bin Ubadah,
tiba – tiba Rasululloh SAW dating kepada kami. Lalu ditanya oleh Basyr bin Sa‟ad, ”
148 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Alloh menyuruh kami membaca shalawat atamu wahai Rasululloh, maka
bagaimakan cara membaca shalawat itu? Rasululloh dia sejenak, hingga kami merasa
khawatir kalau – kalau pertanyaan itu salah, tetapi kemudian beliau bersabda, ”
Bacalah, ”, ” Ya Alloh berilah rahmat kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga
Nabi Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi rahmat kepada Nabi Ibrahim
Dan berilah barakah kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi
Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi barakah kepada Nabi Ibrahim dan
keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Terpuji lagi Maha
Agung” Dan mengenai sungguh telah kami ketahui. (H. R. Muslim)

Abu Hamid as Sa‟idy r. a berkata, Para Shahabat bertanya, ” Wahai Rasululloh


bagaimana cara membaca shalawat kepadamu?” Jawab Nabi, ” Ya Alloh berilah
rahmat kepada Nabi Muhammad, para istri dan anak keturunanya sebagaimana
Engkau telah memberi rahmat kepada Nabi Ibrahim Dan berilah barakah kepada
Nabi Muhammad, para istri dan anak keturunanya, sebagaimana Engkau telah
memberi barakah kepada Nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Terpuji
lagi Maha Agung. (HR. Bukhari dan Muslim)

D. Do’a Beserta Adabnya


1. Perintah berdo‘a
Diantara ketaatan yang paling mulia dan ibadah serta taqarrub
yang paling agung yang semestinya dijalankan oleh seorang muslim
adalah berdo'a, karena di dalam do'a tersebut terkandung rasa
pengakuan terhadap kebesaran Allah Yang Maha Menciptakan dan
kekuatanNya, serta kekayaanNya, juga kekuasaanNya, dan di dalam do'a
juga terkandung kerendahan seorang hamba dan kebutuhannya di
hadapan Tuhannya yang Mahapencipta dan Mahatinggi.153

153Amin Abdullah Asy-Syaqawy, Al-Du‘a: Adabuhu wa Mawani‘uhu,


Terjemah:Muzaffar Sahid Mahsun, Pustaka Islamhouse, 2009, hlm. 3
149 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Allah swt telah memerintahkan kita untuk berdo'a dan Dia telah
menjanjikan bahwa do‘a-do‘a yang telah kita panjatkan akan dikabulkan.
Bahkan Allah mencela bagi siapa saja yang tidak mau berdo‘a kepada-
Nya, dan memasukkan mereka itu dalam golongan orang-orang yang
sombong (takabur). Allah berfirman,

Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan


bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-
Ku[1326] akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina. (QS. Al-
Mu‘min/Ghafir: 60)
Ayat tersebut menjelaskan pada kita, bahwa setiap do‘a akan
dikabulkan oleh Allah selama do‘a tersebut tidak mengandung unsur
dosa atau pemutusan silaturahmi. Allah mengabulkan doa, dengan
melalui 3 (tiga) cara, yaitu: 1) Doa yang secara langsung dikabulkan, 2)
Doa yang dikabulkan dengan cara digantikan dengan yang lebih baik,
yaitu dengan menyelamatkannya dari marabahaya yang mengancam
jiwanya. 3) Doa yang dikabulkan dengan cara ditunda, dan akan
diberikan di akhirat. Hal itu sebagaimana terdapat dalam hadist Nabi
saw,

Dari Abu Said bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:


“Apabila seorang muslim berdoa dengan suatu doa yang tidak mengandung unsur
dosa atau pemutusan silaturahmi melainkan Allah akan memberikan kepadanya
salah satu dari tiga hal, yaitu; (1) Allah akan menyegerakan pengabulan doanya, atau
(2) Allah menjadikannya sebagai simpanan baginya di akhirat, atau (3) Allah
menghilangkan daripadanya keburukan yang semisalnya. (HR. Ahmad, no.
11149).

150 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
2. Fadhilah berdo‘a
Doa memiliki keutamaan dan fadhilah yang amat banyak, yang
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Doa adalah ibadah

Doa adalah ibadah. (HR. Abu Daud, no. 1479, Tirmizi, no. 3247)

Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan


bagimu. (QS. Al-Mu‘min/Ghafir: 60)
b. Doa adalah pembuka rahmat

».

Barang siapa diantara kalian telah dibukakan baginya pintu doa, pasti dibukakan
pula baginya pintu rahmat, dan tidaklah Allah diminta sesuatu yang Dia berikan
lebih Dia senangi dari pada diminta kekuatan. ” Dan Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda: “sesungguhnya doa itu bermanfaat baik terhadap apa yang
terjadi maupun belum terjadi, maka hendaklah kalian berdoa. (HR. At-Tirmidzi,
no. 3548)
c. Doa adalah senjata dan kekuatan ruhani

Ya Allah wujudkanlah untuk kami apa yang engkau janjikan, ya Allah berikanlah
kepada kami apa yang engkau janjikan, ya Allah jika sekumpulan kaum muslimin ini
binasa, maka tidak ada yang akan menyembah engkau di muka bumi ini. ” Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam terus melantunkan doa seraya membentangkan kedua

151 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
tanganya menghadap kiblat hingga selempangnya jatuh, maka datanglah Abu Bakar
mengambil selempang Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan meletakanya di
atas pundaknya dan menjaganya dari belakang dan berkata: wahai nabi Allah, doa
engkau kepada Tuhanmu sudah cukup, karena Dia pasti akan mewujudkan apa yang
Dia janjikan untukmu. (HR. Muslim, no. 1763, dari Umar bin Khoththob
radhiyallahu anhu)

Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: “(Ya Tuhanku),


Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha
Penyayang di antara semua Penyayang”. Maka Kamipun memperkenankan
seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami
kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka,
sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang
menyembah Allah. (QS: Al-Anbiya‘: 83-84)
d. Doa dapat menjauhkan murka Allah

Barang siapa tidak mau meminta kepada Allah, niscaya Dia akan marah kepadanya
(HR. Ahmad, no. 9699)

3. Adab-adab berdoa
Agar doa kita mustajabah, maka hendaklah kita menjaga adab-
adab dalam berdo‘a, yang diantaranya adalah:
a. Membuka doa dengan hamdalah dan pujian bagi Allah SWT dan
salawat atas nabi saw.
Sebagaimana hadits fadhalah bin Ubaid: Tatkalah Rasulullah saw
duduk, tiba-tiba masuk seorang laki-laki lalu berdoa: ―Allahumaghfirli
warhamni. ‖ Maka Rasulullah saw bersabda:

152 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
:
Tatkalah Rasulullah saw duduk, tiba-tiba masuk seorang laki-laki lalu berdoa:
“Allahummaghfirli warhamni. ” Maka Rasulullah saw bersabda: “Kamu tergesa-gesa
wahai orang yang berdoa, jika kamu berdoa maka duduklah, lalu ucapkan pujian
kepada Allah dengan sesuatu yang layak bagi-Nya, dan bersalawatlah kepadaku
kemudian berdoalah. ” Kemudian ada laki-laki lain berdoa setelah itu, ia
mengucapkan pujian kepada Allah dan bersalawat kepada nabi, maka nabi bersabda
kepadanya:” Wahai orang yang berdoa, berdoalah engkau niscaya dikabulkan”
(HR: Tirmizi, disahihkan Al-Bani).
b. Mengakui dosa
Mengakui dosa menunjukan kesempurnaan ubudiyah kepada Allah
SWT, sebagaimana doa Rasulullah saw, dan do‘a Nabi Yunus a. s. :

Tuhanku, ampunilah aku dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha


Penerima taubat dan Maha Pengampun. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).

Maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: “Bahwa tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang zalim . (QS: Al-Anbiya‘: 87).
c. Bersungguh-sungguh dalam berdoa dan berketetapan hati dalam
meminta
Sabda Rasul saw:
:

Jika salah seorang dari kalian berdoa, maka hendaknya berketetapan hati dalam
meminta, dan janganlah mengatakan: Ya Allah jika engkau mau berilah aku, karena
sesungguhnya tidak ada yang bisa memaksa Allah. (HR: Bukhari Muslim).
d. Berwudhu, menghadap kiblat dan mengangkat tangan ketika berdoa

153 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
Hal itu akan lebih mendatangkan kekhusu‘an dan kejujuran
dalam menghadap. Abu Abdillah bin Zaed mengatakan:

Nabi saw keluar ke tempat salat untuk minta hujan, lalu beliau berdoa dan meminta
hujan, kemudian menghadap kiblat dan membalik selempangnya.
Dan sebagaimana hadits Abu Musa Al-Asy‘ari, tatkala Rasulullah
saw selesai dari perang hunain – Abu Musa mengatakan: Beliau
meminta air lalu berwudhu, kemudian mengangkat kedua tanganya
seraya berdoa:‖ Ya Allah ampunilah Ubaid bin Amir. ‖ Dan aku melihat
putih ketiaknya. (HR: Bukhari Muslim).
e. Merendahkan suara dalam berdoa
Allah SWT berfirman:

Berdoalah kepada Tuhanmu dengan merendah diri dan suara yang lembut,
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (QS. Al-
A‘raf: 55).

Wahai manusia, sayangilah diri kalian, sesungguhnya kalian tidak berdoa kepada
yang tuli dan tidak pula yang jauh, kalian berdoa kepada Yang Maha Mendengar dan
Dekat, dan Dia selalu menyertaimu. (HR: Bukhari)
f. Menghadap ke arah kiblat
Dari Badr bin Zaid dia berkata, Nabi -shallallahu alaihi wasallam- pernah
keluar ke lapangan ini untuk meminta hujan, maka beliau berdoa dan shalat istisqa`,
kemudian beliau menghadap ke kiblat dan membalik kain yang beliau pakai. (HR.
Bukhari, no. 6343)
g. Mengangkat kedua tangan ketika berdoa
Dari Salman -radhiallahu ‗anhu- dia berkata: Rasulullah -shallallahu
alaihi wasallam- bersabda, “Sesungguhnya Rabb kalian -Tabaraka wa Ta‟ala-
Maha Malu lagi Maha Pemurah kepada hamba-Nya, Dia malu kepada hamba-Nya
154 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
tatkala dia mengangkat kedua tangannya kepada-Nya lantas Dia
mengembalikannya dalam keadaan kosong. ” (HR. Abu Daud no. 1488)
h. Berwudhu sebelum berdoa, jika memungkinkan.
Dalam hadits Abu Musa Al-Asy‘ari, bawa Rasulullah -shallallahu
alaihi wasallam- meminta air lalu berwudhu kemudian beliau
mengangkat kedua tangannya lalu berdoa, “Ya Allah, ampunilah Ubaid Abu
Amir. ” (HR. Bukhari)
i. Memilih waktu-waktu yang dianjurkan dan saat-saat yang mulia.
Seperti saat-saat setelah shalat, saat azan, antara azan dan qamat,
sepertiga malam terakhir, hari jumat, hari arafah, saat turun hujan,
saat sujud, saat berangkat menyerbu musuh dalam jihad fisabililah,
dll.
j. Tidak mendoakan jelek kepada diri, keluarga dan harta
Nabi saw bersabda:

Janganlah kalian mendoakan jelek terhadap diri kalian, jangan pula terhadap anak-
anak dan harta kalian, jangan sampai kalian mendapati satu saat Allah diminta satu
permintaan lalu Dia mengabulkan untuk kalian. (HR: Muslim).

k. Hendaknya makanan, minuman dan pakaiannya dari yang halal

Kemudian Nabi menyebutkan seorang laki-laki yang lusuh lagi kumal karena lama
bepergian mengangkat kedua tanganya ke langit tinggi-tinggi seraya berdoa: Ya
Rabbi, ya Rabbi (Wahai Tuhanku), sementara makanannya haram, minumannya
haram, pakaiannya haram dan dagingnya tumbuh dari yang haram, maka
bagaimana mungkin doanya bisa terkabulkan?. (HR. Muslim, no. 1015)

l. Tidak tergesa-gesa dalam berdo‘a

155 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
Akan dikabulkan permintaan seseorang di antara kamu, selagi tidak tergesa-gesa,
yaitu mengatakan: Saya telah berdoa kepada Tuhanku tetapi tidak dikabulkan.
(HR. Bukhari, kitab Da‘awaat, no. 5981)
m. Berdoa dengan khusyu‘ dan yakin bahwa doanya pasti akan
dikabulkan

―Mohonlah kepada Allah sedangkan kamu merasa yakin akan


dikabulkan karena sesungguhnya Allah tidak akan mengabulkan
doa dari hati yang lalai‖. (HR. Tirmidzi, no. 3479)

4. Contoh-contoh doa dari kitab dan sunah:


Pertama: Doa-doa dari al-qur‘an:
1

Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, jauhkan azab jahanam dari kami,
sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal. Sesungguhnya jahanam itu
seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman. (QS. Al-Fur‘qan: 65-66).
2
Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami
sebagai penyenang hati (kami) dan jadikanlah kami imam orang-orang yang
bertakwa. (QS. Al-Fur‘qan:74).

Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman
lebih dahulu dari kami, dan janganlah engkau membiarkan kedengkian dalam hati
kami terhadap orang-orang yang beriman; ya Tuhan kami, sesungguhnya engkau
Maha Penyantun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Hasyr: 10)
4
156 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Ya Tuhanku, berilah ampun dan berilah rahmat, dan engkau adalah pemberi rahmat
Yang Paling baik”. (QS. Al-mukminun: 118).
5
Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Al-Baqarah: 201).
6

Ya Tuhan kami, janganlah engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah,
Ya Tuhan kami janganlah engkau bebankan kepada kami beban yang berat
sebagaimana engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan
kami, janganlah engkau pikulkan kepada kami apa yang kami tak sanggup
memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkau
penolong kami, maka yolonglah kami terhadap kaum yang kafir. (QS. Al-Baqarah:
286).
7
Ya Tuhan kami, janganlah engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan
sesudah engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat
dari sisi engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia). (QS.
Ali-Imran: 8).
8

Ya Tuhanku, lapangkanlah untuku dadaku, dan mudahkanlah untuku urusanku, dan


lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku. (Tahaa:
25-28).
9
Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu
ampunilah aku. (QS. Al-Qasash: 16)
157 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
10
Ya Tuhan kami; janganlah engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang
zalim. (QS. Yunus: 85- 86)
11

Ya Tuhan kami ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang


berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah
kami terhadap kaum yang kafir . (QS. Ali Imran: 147)
12
Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisimu dan sempurnakan
bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini). (QS. Al-Kahfi: 10).

Ya Tuhanku, tambahkanlah kepada kami ilmu pengetahuan. (QS. Thaha: 114).

Ya Tuhanku aku berlindung kepada engkau dari bisikan-bisikan setan. (QS Al-
Mukminun: 97)

Ya Tuhan kami, janganlah engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang
kafir. Dan ampunilah kami ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkau, Engkaulah Yang
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Mumtahanah: 5).

Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya
Engkau Maha Pendengar doa. (QS Ali Imran: 38)

Ya Tuhan kami, terimalah dari pada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah
Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS Al-Baqarah: 127).

158 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan
salat, ya Tuhan kami perkenankanlah doaku. (QS Ibrahim: 40).

Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang
mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat). (QS Ibrahim: 41).

Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa
kami dan peliharalah kami dari siksa neraka. (QS Ali-Imran: 16).

Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas kaum yang berbuat
kerusakan itu. (QS Al-Ankabut: 30).

Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat
dan Engkau adalah Pemberi rahmat Paling Baik. (QS Al-Mukminun: 109).

Ya Tuhan kami, sempurnakan bagi kami cahaya kami, dan ampunilah kami,
sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS AT-Tahrim: 8).

Ya Tuhan kami, kami telah beriman maka catatlah kami bersama orang-orang yang
menjadi saksi (atas kebenaran al-qur‟an dan kenabian Muhamad saw). (QS Al-
Maidah: 83).

Kedua: Doa-doa dari sunnah

159 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
Ya Allah, aku mohon kepada-Mu ampunan dan keselamatan dalam urusan agamaku
dan duniaku, keluargaku dan hartaku. Ya Allah, tutupilah aku dari segala yang
memalukanku dan tentramkanlah aku dari rasa takut. Ya Allah, peliharalah aku dari
depanku, belakangku, dari kananku dan kiriku, serta atasku. Dan aku berlindung
dengan keagungan-Mu dari ancaman yang datang dari arah bawahku.

Ya Allah, sehatkanlah badanku, Ya Allah sehatkanlah pendengaranku. Ya Allah


sehatkanlah penglihatanku. Tiada Tuhan yang patut disembah selain Engkau.

Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran serta siksa kubur,
Tiada Tuhan yang yang patut disembah selain Engkau.

Ya Allah, Engkaulah Tuhanku. Tiada Tuhan yang patut disembah selain Engkau, Kau
ciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu dan aku tetap pada sumpah dan janjiku
kepada-Mu sekuat tenagaku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang aku
perbuat. Aku datang kepada-Mu menyatakan pengakuan akan segala nikmat-Mu
yang Kau limpahkan kepadaku. Dan aku datang kepada-Mu mengakui segala dosaku,
maka ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.

160 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari duka cita dan kesusahan. Aku berlindung
kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, serta dari rasa kikir dan jiwa pengecut.
Aku berlindung kepada-Mu dari cengkraman hutang dan penindasan manusia.

Ya Allah, jadikanlah permulaan hari ini kebaikan dan pertengahannya


keberuntungan serta akhirnya kesuksesan. Aku berlindung kepada-Mu kebaikan
dunia dan akhirat, wahai Yang Maha Pengasih lebih dari mereka yang berhati kasih.

Ya Allah, aku mohon kepada-Mu keridhaan terhadap keputusan-Mu, kelapangan


hidup setelah mati, kenikmatan memandang wajah-Mu yang mulia dan kerinduan
untuk berjumpa dengan-Mu, tidak dalam kesusahan yang meyedihkan dan tidak
dalam cobaan yang menyesatkan. Dan aku berlindung kepada-Mu dari menganiaya
atau dianiaya atau diserang dan berbuat kesalahan atau dosa yang Engkau tidak
ampuni.

Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kembali ke masa hidup yang terhina.

161 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
Ya Allah, tunjukilah aku kepada sebaik-baik perbuatan dan budi pekerti, tiada
satupun dapat menunjukinya selain Engkau. Dan jauhkanlah aku dari keburukannya,
tiada satupun dapat menjauhkannya selain engkau.

Ya Allah perbaikilah untukku agama-ku, dan lapangkanlah bagiku tempat


kediamanku serta berkahilah untukku rizkiku.
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari keras hati, kelalaian, kehinaan dan
kemiskinan. Aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran, kefasikan, pertikaian, rasa
ingin tersohor dan rasa ingin dipandang. Aku berlindung kepada-Mu dari tuli. Ya
Allah karuniakanlah ketaqwaan pada jiwaku dan sucikanlah ia, karena Engkaulah
sebaik-baik dzat yang mensucikannya, Engkaulah Pelindungnya dan Pemiliknya.
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tak bermanfaat, hati yang tak
khusyu‟, jiwa yang tak puas dan do‟a yang tak terkabulkan.

Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang telah ku perbuat dan yang
belum ku perbuat. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang telah ku ketahui
dan yang belum ku ketahui.

162 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari lenyapnya nikmat yang Engkau
karuniakan, berobahnya kesehatan yang Engkau anugrahkan, kejutan bencana dari-
Mu dan dari segala bentuk amarah-Mu.

Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kehancuran, terjatuh, tenggelam, terbakar


dan kesengsaraan masa tua. Aku berlindung kepada-Mu dari sentuhan setan disaat
kematian. Aku berlindung kepada-Mu dari kematian karena digigit binatang. Dan
aku berlindung kepada-Mu dari rasa rakus yang membawa kepada tabi‟at jahat.

Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari pekerjaan buruk, perbuatan munkar, hawa
nafsu jahat dan penyakit membinasakan. Aku berlindung kepada-Mu dari
cengkraman hutang dan penindasan lawan, serta kegembiraan musuh melihatku.

Ya Allah, perbaikilah untukku agamaku yang merupakan pelindung segala urusanku,


perbaikilah keadaan duniaku yang merupakan tempat kehidupanku, perbaikilah
akhiratku yang merupakan tempat kembaliku. Jadikanlah hidup ini sebagai tambahan
163 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
bagiku untuk berbuat segala kebajikan dan jadikanlah kematian sebagai
peristirahatan akhir bagiku dari segala kejahatan.
Ya Allah, jadikanlah aku hamba-Mu yang banyak mengingat-Mu, banyak
mensyukuri nikmat-Mu, sangat patuh terhadap perintah-Mu, selalu merendahkan diri
di haribaan-Mu dan senantiasa mengadu dan berserah diri kepada-Mu.
Tuhanku, terimalah taubatku, bersihkanlah dosaku, kabulkanlah doaku, kuatkanlah
alasanku, tunjukilah hatiku, luruskanlah perkataanku dan lenyapkanlah keburukan
hatiku.

Ya Allah, aku mohon kepada-Mu ketetapan hati dalam segala urusan, keteguhan
kehendak menuju kebenaran. Aku mohon agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu,
mengabdi kepada-Mu dengan baik. Aku mohon kepada-Mu kesucian hati, kejujuran
kata. Aku mohon kepada-Mu kebaikan yang Engkau ketahui dan aku berlindung
kepada-Mu dari kejahatan yang Engkau ketahui, aku mohon ampunan-Mu dari
segala kejahatanku yang Engkau ketahui, karena Engkaulah yang mengetahui segala
yang ghaib.

Ya Allah, ilhamkanlah petunjuk kepadaku dan jagalah aku dari kejahatan diriku.
Ya Allah, aku mohon kepada-Mu agar aku dapat berbuat segala kebajikan, dan
meninggalkan segala kemunkaran, serta mencintai orang-orang miskin. Aku mohon
kepada-Mu limpahan ampunan dan rahmat kepadaku. Aku mohon, apabila Engkau

164 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
menghendaki untuk menimpakan cobaan kepada seluruh hamba-Mu, agar Kau
pulangkan aku kepada-Mu dalam keadaan selamat dari cobaan itu.

Ya Allah, aku mohon kepada-Mu agar aku dapat mencintaimu, mencintai hamba-Mu
yang mencintai-Mu, dan mencintai segala perbuatan yang mendekatkanku menuju
cinta-Mu.

Ya Allah, aku mohon kepada-Mu sebaik-baik permintaan, sebai-baik doa, sebaik-


baik keberuntungan dan sebaik-baik pahala. Tetapkanlah jejakku, beratkanlah
timbangan kebaikanku, nyatakanlah imanku, tinggikanlah derajatku, terimalah
shalatku dan ampunilah segala kesalahanku. Aku mohon kepada-Mu derajat yang
tinggi dalam syorga.

Ya Allah, aku mohon kepada-Mu segala pembuka kebaikan, penutupnya dan semua
yang mendatangkannya, awalnya dan akhirnya, lahirnya dan bathinnya, dan aku
mohon derajat yagn tinggi dalam syorga.
Ya Allah, aku mohon kepada-Mu agar Kau tinggikan namaku, Kau hapus dosaku,
Kau sucikan hatiku, dan Kau pelihara kamaluan-ku, serta Kau ampuni dosaku dan
ku mohon kepada-Mu derajat yang tinggi dalam syorga.

165 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
Ya Allah, aku mohon kepada-Mu agar kau limpahkan keberkahan pada
pendengaranku, penglihatanku, jiwaku, bentuk ciptaku dan akhlakku, serta pada
keluargaku, hidupku dan amal perbuatanku. Dan terimalah segala amal kebajikanku.
Dan aku mohon kepada-Mu derajat yang tinggi dalam syorga.

Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari beratnya cobaan, pedihnya kesengsaraan,


buruknya keputusan dan kegembiraan musuh melihatku.

Ya Allah, yang mengendalikan semua hati, tetapkanlah hatiku diatas agama-Mu.


Ya Allah, yang mengarahkan semua hati dan penglihatan, arahkanlah hati kami
untuk ta‟at kepada-Mu
Ya Allah, tambahkanlah kebaikan kepada kami, dan janganlah Kau kurangi,
muliakanlah kami, dan janganlah Kau jadikan kami manusia hina, karuniailah kami
segala pemberian-Mu, dan janganlah Kau putuskan kami dari pemberian-Mu,
utamakanlah kami, dan janganlah Kau kesampingkan kami.

166 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
Ya Allah, baikkanlah kesudahan segenap urusan kami, dan lindungilah kami dari
kenistaan hidup di dunia dan siksaan hidup di akhirat. Ya Allah, karuniailah kami
rasa takut kepada-Mu yang dapat menghalangi kami dari perbuatan durjana, dan
karuniailah kami ketaatan kepada-Mu yang dapat menyampaikan kami ke dalam
sorga-Mu. Karuniailah kami keyakinan hati yang dapat meringankan kami dari
aneka cobaan dunia. Limpahkanlah kepada kami kenikmatan lewat pendengaran
kami, penglihatan kami, dan kekuatan kami selama kami hidup, dan jadikanlah semua
itu pewaris dari kami. Jadikanlah balas dendam kami hanya kepada orang-orang
yang menganiaya kami dan menangkanlah kami terhadap orang-orang yang
memusuhi kami. Janganlah Engkau jadikan dunia ini puncak tujuan kami dan batas
pengetahuan kami. Janganlah Engkau jadikan cobaan kami dalam agama kami. Dan
janganlah Kau beri kekuasaan orang-orang yang tidak takut kepada-Mu dan tidak
mengasihi kami, dikarenakan dosa-dosa kami.

Ya Allah, aku mohon kepada-Mu segala yang mendatangkan rahmat-Mu, segala yang
menimbulkan ampunan-Mu, ku mohon keberuntungan dari segala kebajikan,
keselamatan dari berbagai kejahatan dan keberuntungan memperoleh sorga serta
keselamatan dari api neraka.

167 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
Ya Allah, janganlah Kau biarkan pada diri kami suatu dosa kecuali Kau ampuni,
janganlah Kau biarkan suatu cacat kecuali Kau tutupi, janganlah Kau biarkan
kesusahan kecuali Kau bukakan jalan keluar, janganlah Kau biarkan hutang kecuali
Kau lunaskan, dan janganlah Kau biarkan hajat duniawi dan ukhrowi yang Engkau
ridhoi dan baik bagi kami kecuali Kau penuhi, wahai Yang Maha Pengasih lebih dari
mereka yang berhati kasih.

Ya Allah, aku mohon kepada-Mu rahmat dari-Mu, yang dengannya Kau tunjuki
hatiku, dengannya Kau satukan segala perkaraku, dengannya Kau kumpulkan
urusan-urusanku yang berserakan, dengannya Kau pelihara diriku dikala ku tiada.
Dengannya Kau angkat derajatku dikala aku ada, dengannya kau cerahkan wajahku,
dengannya kau sucikan perbuatanku, dengannya kau ilhamkan jalanku yang terang,
dengannya Kau hindarkan diriku dari segala cobaan, dan dengannya Kau jaga diriku
dari berbagai kejahatan.

Ya Allah, aku mohon kepada-Mu kemenangan di hari penentuan (kiamat), kehidupan


sebagaimana kehidupan orang-orang yang bahagia, martabat sebagaimana martabat
para syuhada, dan hidup bersama para nabi serta kemenangan terhadap musuh-
musuh.

168 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
Ya Allah, aku mohon kepada-Mu kebenaran dalam iman, keimanan dalam akhlak,
kesuksesan yang disertai kebahagiann, limpahan rahmat dan keselamatan serta
ampunan dan keridhaan dari-Mu.

Ya Allah, aku mohon kepada-Mu kesehatan, kesucian jiwa, pekerti yang baik, dan
keridhaan hati menghadapi takdir. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari
kejahatan diriku dan dari kejahatan setiap yang melata di atas bumi yang hanya
Engkaulah penuntunnya. Sesungguhnya Tuhanku selalu berada di jalan yang lurus.

Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar pembicaraanku, Melihat tempat ku


berada, Mengetahui yang rahasia dan yang nyata dariku, dan tiada suatupun dari
keadaanku yang luput dari pengetahuan-Mu. Aku ini hamba-Mu yang hina lagi
kekurangan, yang mengharap pertolongan dan perlindungan, yang cemas dan takut,
serta mengakui segala dosanya di keharibaan-Mu. Aku mohon kepada-Mu sebagai
orang miskin yang meminta-minta, aku tunduk dihadapan-Mu sebagai orang yang
berdosa lagi hina, dan ku tengadahkan doa kepada-Mu sebagai orang yang dicekam
rasa takut dan marabahaya, sebagai orang yang patuh, tunduk dan takluk di
keharibaan-Mu.

169 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
BAB VIII

QIYAMULLAIL DAN TADABUR AL-QUR’AN

A.Qiyamullail dan Keutamaannya


1. Qiyamullail dan Kelezatan Bermunajat
Qiyamullail adalah sarana berkomunikasi seorang hamba dengan
Rabbnya. Sang hamba merasa nikmat di kala munajat dengan
Penciptanya di keheningan malam. Karena waktu malam, disaat
kebanyakan manusia tertidur pulas, adalah waktu yang spesial untuk
berdo‘a, beristighfar, bertasbih, dan memuji Sang Pencipta.
ٔ
Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan
bacaan di waktu itu lebih berkesan. (QS. Al-Muzammil: 6)
Lebih dari itu, pada malam hari terdapat rahasia agung, dimana ada
satu waktu yang semua do‘a akan dikabulkan, baik do‘a yang berkaitan
dengan kebaikan dunia, maupun kebaikan akhirat. Nabi Muhammad
shallallahu ‗alaihi wasallam bersabda:

Sesungguhnya di waktu malam terdapat suatu saat, tidaklah seorang muslim


mendapati saat itu, lalu dia memohon kebaikan kepada Allah „azza wajalla baik
kebaikan dunia maupun akhirat, kecuali Allah akan memperkenankannya. Demikian
itu terjadi pada setiap malam. (HR. Muslim no. 757)
Dalam hadist yang lain disebutkan, bahwa waktu malam yang
paling baik bagi seorang hamba adalah pada sepertiga malam terakhir;
karena pada waktu ini, Allah berada paling dekat dengan hamba-Nya.
Sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwayat,

170 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
Keadaaan paling dekat antara Rabb dengan hamba-Nya adalah pada waktu separuh
malam terakhir. Oleh karena itu, jika engkau bisa menjadi orang yang berdzikir
kepada Allah ketika itu maka lakukanlah.154

Rabb kita turun ke langit dunia pada setiap malam pada sepertiga malam yang
terakhir, kemudian berfirman: “Barang siapa berdoa kepada-Ku akan Aku kabulkan,
barang siapa meminta kepada-Ku akan Aku beri, barang siapa memohon ampun
kepadaku akan Aku ampuni. (HR. Bukhari: 1145 dan Muslim: 758. )

2. Qiyamullail dan Tradisi Salafusshalih ( )


Kebiasaan qiyamullail adalah warisan nilai agung yang merupakan
tradisi orang-orang shaleh yang telah diwariskan para Nabi terdahulu.
Rasulullah saw bersabda,

"
Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda, “Kerjakanlah Qiyamul Lail sebab ia
merupakan kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kamu pada zaman dahulu. Ia juga
merupakan jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah ta‟aala, sebagai penebus amal
keburukan-keburukanmu, pencegah dosa dan penangkal penyakit pada badan.(HR.
Tirmidzi)
Allah berfirman,

Lambung-lambung mereka jauh dari pembaringan (karena qiyamullail), mereka


berdoa kepada Rabb mereka dalam keadaan takut dan berharap kepada-Nya. (QS.
As-Sajadah: 16)

154 Hadits shahih, riwayat Tirmidzi (no. 3579), Abu Dawud (no. 1277), dan
An-Nasa‘i (no. 572), dari jalur ‗Amru bin Abasah radhiyallahu‘anhu
171 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam (karena qiyamullail); Dan di akhir-akhir
malam mereka memohon ampun (kepada Allah). Dan pada harta-harta mereka ada
hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.
(Adz-Dzaariyaat: 17-19)
Tradisi qiyamullail tersebut harus kita teladani dan dijaga agar
tetap lestari dan istiqamah. Karena ketika tradisi ini diabaikan, maka
yang terjadi adalah lemahnya jiwa dan mundurnya kekuatan kaum
muslimin. Oleh karena itu Rasulullah saw telah mengingatkan hal itu
dalam sabdanya, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abdullah bin ‗Amr
bin al-‗Ash, ia berkata, ―Rasulullah Shallallahu ‗alaihi wa sallam berkata
kepadaku:

Wahai 'Abdullah, janganlah engkau seperti si fulan. Dulu dia biasa mengerjakan
shalat malam, sekarang dia meninggal-kan shalat malam. (Muttafaq 'alaih)

3. Fadhilah Qiyamullail
Qiyamullail memiliki keutamaan yang banyak dalam Islam,
diantaranya adalah,
a. Qiyamullail adalah pilar calon penghuni syurga
Allah Ta‘ala berfirman:

Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada di dalam taman-taman (Surga)


dan di mata air-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh
Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang
berbuat baik; Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam; Dan di akhir-akhir malam
mereka memohon ampun (kepada Allah). Dan pada harta-harta mereka ada hak

172 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.
(Adz-Dzaariyaat: 15-19)
b. Qiyamullail adalah amalan ibadah sunah yang paling afdhal setelah
ibadah fardu
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‗anhu dia berkata: Rasulullah
shallallahu ‗alaihi wasallam bersabda:

Seutama-utama shalat sesudah shalat wajib adalah shalat malam.(HR. Muslim


no. 1163)
c. Orang yang qiyamullail dicatat sebagai ad-dzakirin dan ad-dzakirat
(orang yang berdzikir)

Apabila seorang suami membangunkan isterinya, kemudian mereka berdua shalat


bersama sebanyak dua raka‟at, maka mereka berdua akan dicatat termasuk dalam
golongan lelaki dan perempuan yang banyak mengingat Allah. (HR. Abu Dawud)
d. Qiyamullail dapat melepaskan ikatan syetan

Setan mengikat tengkuk kepala seseorang dari kalian saat dia tidur dengan tiga tali
ikatan, dimana pada tiap ikatan tersebut dia meletakkan godaan, “Kamu mempunyai
malam yang sangat panjang maka tidurlah dengan nyenyak. ” Jika dia bangun dan
mengingat Allah maka lepaslah satu tali ikatan, jika dia berwudhu maka lepaslah tali
yang lainnya, dan jika dia mendirikan shalat maka lepaslah seluruh tali ikatannya
sehingga pada pagi harinya dia akan merasakan semangat dan kesegaran yang
menenteramkan jiwa. Namun bila dia tidak melakukan itu, maka pagi harinya
jiwanya menjadi jelek dan menjadi malas beraktifitas. (HR. Al-Bukhari no. 1142
dan Muslim no. 776)

173 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
e. Qiyamullail dapat meninggikan derajat di dunia dan di surga

Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajjudlah kamu sebagai suatu
ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat
yang terpuji. (Qs. al-Isra‘: 79)

Sesungguhnya di dalam Surga terdapat kamar-kamar yang bagian luarnya terlihat


dari dalam dan bagian dalamnya terlihat dari luar. Allah Ta‟ala menyediakannya
bagi orang yang suka memberi makan, melunakkan perkataan, senantiasa berpuasa,
dan shalat malam pada saat manusia tidur. (HR. Thabrani)

4. Qiyamullail dan Kesehatan Jiwa


Sebuah penelitian ilmiah telah membukikan bahwa qiyamullail
dapat membebaskan seseorang dari berbagai penyakit, khususnya
penyakit jiwa. Mohammad Sholeh, dalam Disertasinya yang berjudul
―Pengaruh Shalat Tahajjud terhadap Peningkatan Perubahan Response
Ketahanan Tubuh Imonologik: Suatu Pendekatan Psikoneuroimunologi‖,
mengungkapkan hasil penelitiannya terhadap 51 siswa SMU Lukmanul
Hakim Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya. Dari 51 siswa hanya 23
yang sanggup bertahan menjalankan shalat tahajud selama sebulan
penuh. Setelah diuji lagi tinggal 19 siswa yang bertahan shalat tahajud
selama dua bulan. Shalat dimulai pukul 02-00 hingga 3:30 sebanyak 11
rakaat. Selanjutnya hormon kortisol mereka diukur di tiga laboratorium
di Surabaya, yaitu laboratorium Paramita, Prodia dan Klinika. Hasilnya,
ditemukan bahwa kondisi tubuh seseorang yang rajin qiyamullail secara
ikhlas berbeda jauh dengan orang yang tidak mengamalkan qiyamullail.
Mereka yang rajin dan ikhlas qiyamullail memiliki ketahanan tubuh dan
kemampuan individual untuk menaggulangi masalah-masalah yang
dihadapi dengan stabil. Qiyamullail selain bernilai ibadah, juga sekaligus
sarat dengan muatan psikologis yang dapat mempengaruhi kontrol
kognisi. Dengan cara memperbaiki persepsi dan motivasi positif yang

174 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
efektif, emosi yang positif dapat menghindarkan seseorang dari stress
dan gangguan penyakit jiwa.155
Hasil penelitian Prof. Dr. Muhammad Sholeh tersebut, dapat
diterima secara aqli dan naqli. Secara aqli dapat dilihat pada ruhani yang
sehat akan mempengaruhi pada kesehatan jasmani, sehingga orang yang
terbiasa mengamalkan qiyamullail, secara ruhani akan selalu terjaga
kesehatan jiwanya, dan secara jasmani akan berpengaruh secara
signifikan terhadap kesehatan fisiknya. Adapun secara naqli,
sebagaimana sabda Rasulullah saw,

"
Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda, “Kerjakanlah Qiyamul Lail sebab ia
merupakan kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kamu pada zaman dahulu. Ia juga
merupakan jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah ta‟aala, sebagai penebus amal
keburukan-keburukanmu, pencegah dosa dan penangkal penyakit pada badan. (HR.
irmidzi)
Qiyamullail adalah bagian dari pendidikan jiwa (tarbiyah ruhiyah)
yang akan membentuk kekuatan ruhani pada diri seseorang, sehingga
terbentuklah pribadi yang tangguh dan optimis. Pribadi yang tangguh
akan selalu berjiwa besar, dan pantang menyerah, serta tidak mudah
putus asa dalam menghadapi cobaan. Dengan demikian, seberat apapun
beban cobaan yang dihadapinya, akan terasa menjadi lebih ringan. Hal
itu sebagaimana yang terjadi pada diri Rasulallah saw, yaitu ketika pada
masa awal dalam mengemban risalah kenabian, Rasulullah dihadapkan
dengan cobaan yang amat berat, sehingga salah satu solusi yang
ditawarkan oleh Allah adalah qiyamullail. Korelasinya adalah dengan
qiyamullail ruhani akan menjadi kuat dan tangguh, sehingga mampu
menghadapi segala cobaan, walaupun cobaan itu berat, akan menjadi

155 Penjelasan lebih lanjut, silahkan baca Mohammad Sholeh, Terapi Salat
Tahajjud: Menyembuhkan Berbagai Penyakit, Penerbit Hikmah Populer, 2007.

175 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
ringan bagi orang yang jiwanya tangguh. Hal itu sebagaimana Allah
jelaskan dalam firmanya,

Hai orang yang berselimut (Muhammad), Bangunlah (untuk sembahyang) di malam


hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari
seperdua itu sedikit. Atau lebih dari seperdua itu. dan Bacalah Al Quran itu dengan
perlahan-lahan. Sesungguhnya Aku akan mengembankan kepadamu perkataan yang
berat. (QS. Al-Muzammil: 1-4)
Setelah turun ayat tersebut, Rasulullah saw tidak pernah
meninggalkan qiyamullail, bahkan qiyamullail telah menjadi rutinitas
beliau yang untuk setiap malamnya. Dari aisyah -Radhiallahu ‗Anha
berkata: "Bahwasannya Rasulullah -Shallallaahu ‗Alaihi Wa ‗Ala Alihi
Wa Sallam senantiasa melakukan qiyamullail sampai pecah-pecah
(bengkak) kedua kakinya, lalu akupun berkata kepada Beliau: "Mengapa
Anda lakukan ini wahai Rasulullah, padahal telah diampuni dosa anda
yang lalu dan yang akan datang?" Beliau -Shallallaahu ‗Alaihi Wa ‗Ala
Alihi Wa Sallam bersabda: " Aku hanya ingin menjadi hamba yang pandai
bersyukur" (HR. Bukhari - Muslim)
5. Kiat-Kiat Agar Mudah Qiyamullail
Qiyamullail memerlukan kesungguhan (mujahadah). Dengan
mujahadah, akan melahirkan sebuah tekad yang gigih, sehingga mudah
bagi kita untuk merealisasikan qiyamullail dengan izin Allah. Berikut ini
kiat-kiat agar kita mudah untuk mengamalkan qiyamullail, yaitu:
a. Memahami keutamaan qiyamullail, sebagaimana yang telas
dijelaskan dalam pembahasan di atas.
b. Membangkitkan 'azzam (keinginan Kuat) untuk bangun shalat
malam.
c. Mempersiapkan diri untuk tidur di awal waktu.
d. Berusaha meninggalkan maksiat, dosa dan perbuatan bid'ah. Karena
semua itu melemahkan keimanan, sehingga mengakibatkan malas
beribadah. Al-Imam Hasan Al-Bashri pernah menegaskan:
―Sesungguhnya orang yang telah melakukan dosa, akan terhalang

176 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
dari qiyamul lail. ‖ Ada seseorang yang bertanya: ―Aku tidak dapat
bangun untuk untuk qiyamul lail, maka beritahukanlah kepadaku
apa yang harus kulakukan?‖ Beliau menjawab: ―Jangan engkau
bermaksiat (berbuat dosa) kepada-Nya di waktu siang, niscaya Dia
akan membangunkanmu di waktu malam‖. Sufyan Ats-Tsauri
berkata, ―Aku sulit sekali melakukan qiyamullail selama 5 bulan
disebabkan satu dosa yang aku lakukan. ‖
e. Makan malam jangan kekenyangan, karena terlalu kenyang
menyebabkan susah untuk bangun dari tidur.
f. Membuat kesepakatan dengan istri dan anak-anak bahwa keluarga
punya program qiyamullail berjama‘ah, sehingga dengan amal jama‘i
ini akan lebih menggugah semangat beribadah.
g. Berdo‘a kepada Allah swt. Agar dipermudah dalam beribadah
qiyamullail ini.
B. Tadabbur Al-Qur‘an
1. Perintah membaca Al-Qur‘an dan istiqamah di dalamnya
Al-Qur`an adalah kalamullah, firman Allah yang diturunkan
kepada Nabi kita Muhammad saw selama 23 tahun. Ia adalah kitab suci
umat Islam yang merupakan sumber petunjuk dalam beragama dan
pembimbing dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat. Oleh
karena itu, merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim untuk selalu
berinteraksi aktif dengan al-Qur`an, menjadikannya sebagai sumber
inspirasi, berpikir dan bertindak.
Membaca al-Qur`an merupakan langkah pertama dalam
berinteraksi dengannya, kemudian diteruskan dengan tadabbur, yaitu
dengan merenungkan dan memahami maknanya sesuai petunjuk salafus
shalih, lalu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, kemudian
dilanjutkan dengan mengajarkannya.
Di samping itu, kita juga dianjurkan menghapalnya dan menjaga
hapalan tersebut agar jangan terlupakan, karena hal itu merupakan salah
satu bukti nyata bahwa Allah SWT berjanji akan menjaga al-Qur`an dari
perubahan dan penyimpangan seperti kitab-kitab yang diturunkan
sebelumnya. Dan salah satu bukti terjaganya al-Qur'an adalah

177 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
tersimpannya di dada para penghapal al-Qur'an dari berbagai penjuru
dunia, bangsa arah dan ajam (non arab).156
Perintah tersebut, sebagaimana terdapat dalam firman Allah
berikut ini,

Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Rabbmu)al-Qur'an. .


(QS. al-Kahfi: 27)

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (al-Qur'an).


(QS. al-'Ankabut:45)

Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Rabb negeri ini (Mekah) yang
telah menjadikannya suci dan kepunyaan-Nya-lah segala sesuatu, dan aku
diperintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri". Dan
supaya aku membacakan al-Qur'an (kepada manusia). (QS. an-Naml:91-
92)
Dari penjelasan ayat di atas, memerintahkan pada kita kaum
muslimin agar senantiasa akrab dengan bacaan Al-Qur‘an; karena di
dalamnya mengandung kebaikan di dunia dan akhirat. Lebih dari itu,
membaca Al-Qur‘an dan kegiatan menghafalnya, merupakan faktor
penting untuk menjaga keutuhan dan keaslian al-Qur`an dari perubahan
dan campur tangan manusia, seperti yang menimpa kitab-kitab
sebelumnya. Demikian juga, tilawah Al-Qur‘an juga mendorong dalam
membentuk persatuan kaum muslimin secara bahasa, memperkuat
persatuan agama Islam, dan memudahkan sarana komunikasi di antara
mereka serta memperkokoh barisan mereka.

156 Muhammad Iqbal Ahmad Gazali, Keutamaan Membaca dan Menghafal


al-Qur`an, Pustaka Islamhaose, 2010, hlm. 2

178 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
2. Tradisi generasi salafusshalih dalam membaca Al-Qur‘an
Kalau kita membaca sejarah umat ini, maka akan kita jumpai dari
mereka suatu keteladanan yang agung, dimana para generasi
salafusshalin senantiasa akrab dengan bacaan Al-Qur‘an, bahkan mereka
memiliki rutinitas amalan tilawah untuk setiap harinya. Hal itu
sebagaimana dijelaskan dalam hadist berikut ini,

Abu Musa Al Asy‟ary radhiyallahu „anhu berkata: “Rasulullah shallallahu „alaihi


wasallam bersabda: “Sesungguhnya aku benar-benar mengetahui suara kelompok
orang-orang keturunan Asy‟ary dengan bacaan Al Quran, jika mereka memasuki
waktu malam dan aku mengenal rumah-rumah mereka dari suara-suara mereka
membaca Al Quran pada waktu malam, meskipun sebenarnya aku belum melihat
rumah-rumah mereka ketika mereka berdiam (disana) pada siang hari… (HR.
Muslim)
Sebagai penguat hadist di atas, Ali Al-qari dalam kitab Mirqat Al
Mafatih Syarh Misykat Al Mashabih, meriwayatkan kebiasaan para
sahabat yang istiqamah dalam mengamalkan tilawah Al-Qur‘an pada
setiap malam, sehingga terdengar suara mereka seperti suara
segerombolan lebah.

Suara yang lirih berupa ucapan tasbih (Subhanallah), tahlil (Laa Ilaaha
Illallah), dan bacaan Al Quran seperti dengungannya lebah.157
Di dalam Atsar yang lain, dari Utsman bin Affan berkata: Jikalau
hati kamu bersih niscaya kamu tidak pernah kenyang dari membaca
Kalamullah. " Itulah penyebab mereka selalu membaca al-Qur`an dan
menjaga wirid bacaan (hizib) mereka. Hasan al-Bashri rahimahullah

157 Hadist diriwayatkan oleh AL-Darimi, no. 5771, dalam Ali Ibn Sulthon
Muhammad Al-Qari, Mirqat Al Mafatih Syarh Misykat Al Mashabih, Beirut: Dar AL-Fikr,
2002.
179 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
berkata: "Carilah kenikmatan dalam tiga perkara: shalat, al-Qur`an dan
doa. Jika kamu mendapatkannya maka pujilah Allah SWT atas hal itu,
dan jika kamu tidak mendapatkannya maka ketahuilah bahwa pintu
kebaikan telah ditutup atasmu. "158
Imam an-Nawawi rahimahullah berkata: "Sepantasnya seseorang
menjaga rutinitas dan memperbanyak membaca al-Qur`an. Para salaf
mempunyai kebiasaan yang bervariasi dalam mengkhatamkan al-Qur`an.
Ibnu Abi Daud meriwayatkan dari sebagian salaf bahwa di antara mereka
ada yang mengkhatamkan setiap dua bulan, ada yang setiap bulan, ada
yang setiap sepuluh hari. Dan dari sebagian mereka ada yang
mengkhatamkan setiap delapan hari, dan dari kebanyakan mereka
adalah mengkhatamkan al-Qur`an setiap tujuh malam. Dan dari sebagian
mereka ada yang mengkhatamkan setiap tiga hari. Dan yang terbaik
bahwa hal itu berbeda menurut tugas dan kewajiban seseorang. Apabila
dengan pelan ia bisa memahami makna dan tafsirnya secara baik, maka
hendaklah ia membaca menurut kadar yang ia bisa mendapatkan
kesempurnaan pemahaman yang dia baca. Demikian pula orang yang
sibuk menyebarkan ilmu (mengajar, berdakwah dan sejenisnya) maka
hendaklah membatasi diri agar tidak mengurangi tugas utamanya. Dan
jika bukan seperti golongan di atas dan tidak punya tugas yang lain,
maka hendaklah ia memperbanyak membacanya sebatas kemampuannya
yang tidak menyebabkan rasa bosan.159
3. Keutamaan membaca Al-Qur‘an
Adapun di antara keutamaan membaca al-Qur`an adalah
sebagaimana berikut:
a. Pembaca Al-Qur‘an adalah manusia yang terbaik

Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari al-Qur`an dan mengajarkannya.


HR. Al-Bukhari.
b. Bacaan Al-Qur‘an akan menambah derajat di surga

158 HR. al-Baihaqi dalam Syu'abul Iman no. 7226


159 An-Nawawi, At-Tibyan, hlm. 46
180 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Akan dikatakan kepada para penghafal Al-Qur`an, “Bacalah dan naiklah ke atas.
Bacalah dengan tartil sebagaimana dulu kamu di dunia membacanya dengan tartil.
Karena jenjang kamu (di surga) berada di akhir ayat yang dulu kamu biasa baca.
(HR. Ahmad no. 6796 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam
Shahih Al-Jami‘ no. 8122)
c. Membaca satu hurufnya dilipatkan pahalanya menjadi 10 kebaikan,
dan apabila bacaanya di dalam shalat maka pahalanya bertambah
agung.

Abdullah bin Mas‘ud radhiyallahu ‗anhu berkata: “Rasulullah shallallahu


„alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka
baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10
kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan satu huruf akan tetapi Alif satu
huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf. (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di
dalam kitab Shahih Al Jami‘, no. 6469)

»
Abu Hurairah radhiyallahu „anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu
„alaihi wasallam bersabda: “Maukah salah seorang dari kalian jika dia kembali ke
rumahnya mendapati di dalamnya 3 onta yang hamil, gemuk serta besar?” Kami (para
shahabat) menjawab: “Iya”, Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam bersabda: “Salah
seorang dari kalian membaca tiga ayat di dalam shalat lebih baik baginya daripada
mendapatkan tiga onta yang hamil, gemuk dan besar. ” (HR. Muslim).
d. Membaca Al Quran adalah perdagangan yang tidak pernah merugi

181 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah (Al-Qur‟an) dan
mendirikan salat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan
kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan
perniagaan yang tidak akan merugi”. “Agar Allah menyempurnakan kepada mereka
pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. (QS. Fathir: 29-30).
e. Kenikmatan yang tiada bandingnya

Tidak boleh ghibthah (menginginkan sesuatu yang dimiliki orang lain) kecuali dalam
dua hal: (pertama) orang yang diberikan Allah SWT keahlian tentang al-Qur`an,
maka dia melaksanakannya (membaca dan mengamalkannya) malam dan siang hari.
Dan seorang yang diberi oleh Allah SWT kekayaan harta, maka ia infakkan
sepanjang hari dan malam. (Muttafaqun alaih)
f. al-Qur`an memberi syafaat di hari kiamat

Bacalah al-Qur`an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat memberi syafaat
bagi ahlinya (yaitu orang yang membacanya, mempelajari dan mengamalkannya).
(HR. Muslim)
g. Dikumpulkan bersama para malaikat

Orang yang membaca al-Qur'an dan ia mahir dalam membacanya maka ia


dikumpulkan bersama para malaikat yang mulia lagi berbakti. Sedangkan orang yang
membaca al-Qur`an dan ia masih terbata-bata dan merasa berat dalam membacanya,
maka ia mendapat dua pahala. (Muttafaqun 'alaih )
h. Orang yang membaca Al-Qur‘an akan harum akhlaknya

182 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
Dari Abu Musa Al Asy‘ari semoga Allaah meridhoinya berkata: telah
bersabda Rasulullaah: “Perumpamaan orang mu‟min yang membaca Al Qur‟an
seperti buah utrujah (jeruk), baunya harum rasanya lezat, dan perumpamaan orang
mu‟min yang tidak membaca Al Qur‟an seperti Tamroh (kurma) tidak ada baunya
tetapi rasanya manis. Sedang perumpamaan orang munafiq yang membaca Al Qur‟an
separti Rihanah, baunya harum tetapi rasanya pahit, sedang orang munagiq yang
tidak membaca Al Qur‟an seperti Handholah, tidak ada baunya dan pahit rasanya”.
(HR Bukhari dan Muslim)
i. Tilawah Al-Qur‘an dan Tazkiyatun nafs
Tazkiyatun nafs adalah sebuah sebuah upaya untuk menyucikan
jiwa dari segala hal yang mengotorinya, kemudian menghiasinya dengan
amal shaleh dan sifat-sifat terpuji, agar selalu tunduk dan patuh kepada
Allah demi terwujudnya akhlak al-karimah.160
Dari pengertian tersebut, bisa disimpulkan bahwa tazkiyatun nafs
itu pada dasarnya melakukan dua hal. Pertama, menyucikan jiwa kita
dari sifat-sifat (akhlaq) yang buruk/tercela ( ), seperti kufur, nifaq,
riya‘, hasad, ujub, sombong, pemarah, rakus, suka memperturutkan hawa
nafsu, dan sebagainya. Kedua, menghiasinya jiwa yang telah kita sucikan
tersebut dengan sifat-sifat (akhlaq) yang baik/terpuji ( ), seperti
ikhlas, jujur, zuhud, tawakkal, cinta dan kasih sayang, syukur, sabar,
ridha, dan sebagainya.

160 Ibrahim Muhammad Ali, Riyadl Al-Insi Fii Tazkiyah Al-Nafs, Aman:
Jam‘iyyah Al-Muhafadzah, 2005, hlm. 39, Miqdad Yaljin, Jawanib al-Tarbiyyah al-
Islamiyyah, Riyadh: Jami'ah AIImam, 1997, him. 24
183 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Tazkiyatun nafs merupakan bagian dari keimanan (sathrul
iman).161 Bahkan dalam Al-Qur‘an disebutkan, bahwa tazkiyatun nafs
merupakan kunci keselamatan, dan kebahagiaan. Allah berfirman,

Demi jiwa dan penyempurnaannya, maka Ia mengilhaminya dengan keburukan


(fujur) dan kebaikan (taqwa), sungguh sangat beruntung orang yang
membersihkannya, dan sangat rugi orang yang mengotorinya. (QS. Al-Syams: 7-
10)
Adapun hubungan antara tilawah Al-Qur‘an dan tazkiyatun nafs
adalah sangat erat, dimana tilawah Al-Qur‘an adalah bagian dari amalan
yang berfungsi untuk mensucikan jiwa seseorang. Bahkan tilawah Al-
Qur‘an dan tazkiyatun nafs, keduanya adalah tugas yang diemban oleh
Rasulullah saw kepada umatnya, sehingga hubungan keduannya tidak
bisa dipisah-pisahkan. Allah SWT berfirman dalam QS Al-Jumu‘ah: 2:

Dia-lah (Allah) yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul di antara
mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan
mengajarkan mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan sesungguhnya mereka
sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (QS. Al-Jumu‘ah: 2)

Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu), Kami telah


mengutus kepadamu rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada
kamu dan menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab dan Al-Hikmah,
serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. (QS Al-Baqarah:
151)

161Ali Ibn Abduh Ibn Syakir Abu Humaidi, Tazkiyah Al-Nafs Fii Al-Islam Wa Fii
Falsafah Al-Uhra, Mekah: Universitas Ummul Qura, 2009, hlm. 13
184 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Dalam hadist Nabi162 perintah tazkiyatun nafs sejajar dengan
perintah tilawah Al-Qur‘an. Hal itu tampak jelas ketika Nabi saw
menyebut keutamaan mensucikan diri sebagai bagian dari keimanan
(sathrul iman), kemudian mensejajarkannya dengan amalan tilawah Al-
Qur‘an. Bahkan orang yang dalam hatinya tidak terisi Al-Qur‘an,
bagaikan rumah yang runtuh. Artinya jiwa yang tidak diisi dengan Al-
Qur‘an akan mudah rusak dan hancur.163

Sesungguhnya orang yang tidak ada sedikitpun al-Qur`an di dalam rongganya, ia


seperti rumah yang runtuh.164

162 Hal itu sebagaimana terdapat dalam hadis Muslim dalam kitab Thaharah,
bab fadl al-wudhu, yang berbunyi:
، ‫َالصالة وُر‬، ‫ َالحمد هلل تمألن أَ تمأل الميزان مابيه السمُاث َاألرض‬، ‫الطٍُر شطراإليمان‬
َ‫ كل الىاس تغدَ فبائع وفسً فمعتقٍا أ‬، ‫ َالقرآن حجت لك أَ عليك‬، ‫ َالصبر ضياء‬، ‫َالصدقت برٌان‬
”‫مُبقٍا‬Bersuci adalah separuh keimanan dan Alhamdulillah itu memenuhi timbangan,
Subhanallah dan Alhamdulillah itu dapat memenuhi atau mengisi penuh apa-apa yang
ada diantara langit-langit dan bumi. Shalat adalah cahaya; sedekah adalah tanda
keimanan bagi yang memberikannya; sabar adalah cahaya; al-Quran adalah hujjah
untuk kebahagiaanmu – jikalau mengikuti perintah-perintahnya dan menjauhi
larangan-larangannya – dan dapat pula sebagai hujjah atas kemalanganmu – jikalau
tidak mengikuti perintah-perintahnya dan suka melanggar larangan-larangannya.
Setiap orang itu pada pagi harinya menjual dirinya kepada Allah berarti ia
memerdekakan dirinya sendiri dari siksa Allah Ta'ala dan ada yang merusak dirinya
sendiri pula karena tidak menginginkan keridhaan Allah Ta'ala. ― (HR. Muslim)
163Ali Ibn Abduh Ibn Syakir Abu Humaidi, Tazkiyah Al-Nafs Fii Al-Islam
Wa Fii Falsafah Al-Uhra, Mekah: Universitas Ummul Qura, 2009, hlm. 13
164 HR. at-Tirmidzi 2910
185 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
BAB IX

PANDUAN SHALAT SUNNAH

Di antara rahamat Allah kepada hambanya adalah bahwa Allah


mensyari'atkan bagi setiap kewajiban, sunnah yang sejenis; agar orang
mukmin bertambah imannya dengan melakukan yang sunnah, dan
menyempurnakan yang wajib pada hari kiamat, karena kewajiban-
kewajiban mungkin ada yang kurang.
Shalat ada yang wajib dan ada yang sunnah, puasa ada yang wajib
dan ada yang sunnah, demikian pula haji, sedekah dan lainnya, dan
seorang hamba senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dengan
melakukan yang sunnah-sunnah sehingga Allah mencintainya.
Shalat sunnah bermacam-macam:
 Ada yang disyariatkan berjamaah seperti shalat tarawih,
istisqa', shalat kusuf, dan shalat ied.
 Ada yang tidak disyariatkan berjamaah seperti shalat
istikharah.
 Ada yang mengikuti shalat fardhu seperti sunnah rawatib.
 Ada yang tidak mengikuti yang lain seperti shalat dhuha.
 Ada yang mempunyai waktu seperti shalat tahajjud.
 Ada yang tidak ditentukan waktunya seperti sunnah
mutlak.
 Ada yang terikat dengan sebab, seperti tahiyatul masjid,
dan dua rakaat wudhu'.
 Dan ada yang tidak terikat dengan sebab, seperti sunnah
mutlak.
 Ada yang mu'akkad, seperti shalat ied, istisqa', kusuf, dan
shalat witir.
 Ada yang tidak mu'akkad seperti shalat sebelum maghrib
dan lainnya.165

165 - Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijri, Ringkasan Fiqih Islam, Pustaka
Islamhouse,2012
186 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Macam-Macam Shalat Sunah
1. Sunah Rawatib
Shalat sunat rawatib adalah shalat yang mengiringi shalat wajib
yang lima waktu (baik sebelum atau sesudahnya). Ada dua pendapat
mengenai jumlah rakaat shalat sunah rawatib:
a. Pendapat pertama berdasarkan hadits nabi riwayat Bukahri
Muslim, shalat rawatib dilakukan sesudah shalat wajib berjumlah
sepuluh rakaat

Rincian dari hadist di atas seperti berikut:


1). Dua rakaat sebelum shalat dhuhur dan dua sesuadahnya.
2).Dua rakaat sesudah shalat maghrib dan dilaksanakan di
rumah.
3). Dua rakaat sesudah shalat isya di rumah.
4). Dua rakaat sebelum shalat shubuh.
5). Dua rakaat sesudah shalat jum‘ah di rumah. (H.R. Imam
Muslim).
b. Pendapat kedua sunat rawatib bukan sepuluh tetapi jumlahnya 18
rakaat. Yang mentukan perbedaannya adalah sbb: sebelum dhuhur
bukan dua tetapi empat rakaat, sebulum ashar bukan dua rakaat
tetapi empt rakaat dan ditambah seblum maghrib dua rakat (18
takaat) dengan tambahan berdasarkan hadits nabi sbb:
1).Empat rakaat sebelum shalat dhuhur. (H.R. Imam Bukhari).
2).Empat rakaat sebelum shalat ‗ashar. (H.R. Imam Turmudzi).
3). Dua rakaat sebelum maghrib. (H.R. Ibnu Hibban)166.

166 Al-Shan‘ni, Subul al-salam, Juz II, hllm. 3-5.


187 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
2. Shalat Wudhu

Rassulullah SAW bersabda:

Barang siapa yang berwudu dengan sempurna kemudian shalat dua rakaat syukur
wudhu disertai ikhlash yang tulus (hatinya tidak terganggu oleh urusan dunia
sedikitpun), maka ia diampuni dosanya bagaikan seorang bayi yang lahir dari perut
ibunya. (HR.Bukhari Muslim).

3. Shalat Tahajud
Firman Allah SWT :

Dan pada sebagian malam hari, bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan
bagimu, mudah-mudahan Rab-mu mengangkat kamu ke tempat tertingi. ( QS. Al-
Isra (17):79).

Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya (karena banyaak shalat malam), sedang
mereka berdoa kepada Rab-nya dengan rasa takut dan penuh harap. (QS. Al-Sajdah
ayat 6).
Sabda Nabi Muhammad SAW diantarnya:

Rasulullah SAW ditanya oleh shahabat, “Ya Rasulullah disaat manakah waktu yang
paling didengar oleh Allah SWT”? Sabda Rasulullah SAW:“waktu tengah malam

Sesungguhnya dari sebagian malam itu ada suatu saat, tidak memohon seorang
hamba kepada suatu kebaikan keciali Allah SWT akan memberinya.

188 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
4. Shalat Taubah
Firman Allah dalam al-Qur‘an surat al-Thrim ayat 8:

Hi orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang


semurni-murninya.

Rasulullah SAW bersabda:

Jika seorang hamba melakukan dosa, kemudian berwudhu dengan wudhu yang
sempurna, kemudian berdiri untuk shalat dua rakaat, kemudian memohon ampun dari
segala dosa, niscaya Allah memberi ampun padanya. (HR.Imam Abu dawud).167
 Syarat-Syarat Taubat

Ulama berkata taubat nashuha adalah yang terkumpul tiga syarat


taubat dosa kepada Allah, ditambah satu yaitu dosa dengan sesama, yang
taubat harus mengembalikan hak orang lain. Adapun tiga syarat taubat
dosa kepada Allah:

Dari pengertia hadits di atas dapat dirumuskan syata taubat sbb:


a. Al-Nadam, yaitu penyesalan dan merasa sedih hati atas seala dosa
yang telah dilakukan.

167 (HR. Imam Abu dawud. Sunan Abu Dawud Juz II hlm. 86. Sunan Al Turmudzi,
Juz II hlm. 257. Imam Al-Albani berepndapat bahwa hadits tersebut shahih dalam
shahih Abu dawud, Al-Albani Juz I, hlm. 282).
168 (Aly Al-Shabuny, Tafsir Shafwah al-Tafasir, Dar al-Fiqr, Beirut Ibanon, (tt). Juz
III, hlm. 410).

189 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
b. Al-‗azmu ‗ala al-tarki al-dzambi, yaitu niyat yang kuat untuk tidak
melakukan dosa kembali dimasa-masa yang akan datang. Ketika taubat
hendaknya disebut segala dosa satu persatunya
c. Al-liqla‘, yaitu meningnggalkan dari segala dosa yang pernah
dikerjakan atau tidak akan melakukan dosa-dosa yang sama atau yang
lebih ringan dari dosa dosa masa lalu
d. Atbi‘ssayiati bilhasanati, Perbutan jahatnya diikuti atau diganti
dengan amal yang baik (shaleh).
e.Al-muqinuna bi al-ijabah, yaitu disertai keyakinan dengan seyakin-
yakinnya bahwa Allah SWT akan mengampuni segala dosa yang pernah
dilakukan.
f. Al-Radu al-madzalim liashhabiha, yaitu mengembalikan hak orang
lain jika dosa dengan sesama manusia. Misalnya minta dima‘afkan, minta
dihalalkan, dan atu minta dibebaskan dari hak orang lain yang pernah
didhaliminya.
5. Shalat Hajat
Hadist berasal dari Abu ‗Ashim al-Ubad dari Faid Abdurrahman
dari Abdullah bin Abi Aufa al-Islamy, ia berkata: Rasulullah SAW keluar
dan berkata kepada kami yang artinya: ‖Barangsiapa yang mempunyai
hajat kepada Allah atau kepada manusia, maka hendaknya ia berwudhu
dengan sempurna kemudian shalat hajat dua rakaat dan diakhiri dengan
membaca tahmid kepada Allah SWT dan membaca shalawat kepada
Nabi Muhamad SAW‖. Kemudian ia memohon kepada Allah, baik
urusan dunia atau urusan akherat, niscaya dikabulkan Allah SWT‖.169
6. Shalat Istikharah

Rasulullah SAW bersabda yang artinya: ―Jika diantara kamu


merasa sulit atau ragu untuk menentukan sutau perkara, maka
hendaknya shalat dua rakaat selain shalat fardhu‖.(HR. Bukhari dari
Jabir).
Do‘a Shalat Istikharah:

169 (Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Dar al-Fiqr, Beirut, Libanon, hdits no. 1384,
Juz I hlam. 441).
190 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dengan pengetahuan-Mu. Aku
memohon nasib yang baik kepada-Mu, aku memohon dari karunia-Mu yang agung,
karena Engkau yang Maha Kuasa, sedangkan aku tak kuasa (apapun). Engkau Yang
Maha Mengetahui, sedangkan aku tidak mengetahaui. Engkaulah Yang Maha
mengetahui segala yang ghaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa sesunguhnya
perkara ini…..adalah baik bagiku dalam agama, kehidupan, sekarang atau nanti,
maka berikanlah ia untuk-ku, dan mudahkanlah ia bagiku, kemudian berkahkanlah ia
padaku. Namun jika Engkau mengetahui bahwa sesunguhnya urusan ini…….adalah
buruk bagiku dalam agama, kehidupan, sekarang atau nanati, maka singkirkanlah ia
dariku. Berilah aku penggantinya yang lebih baik, dimana saja ia berada, kemudian
ridailah aku padanya”.Ya Allah sesungguhnya segala sesuatu itu ada dalam
kekuasaan-Mu dan tertutup dari padaku. Aku tidak mengetahui apa yang harus aku
pilih untuk diriku, maka pilihkanlah apa yang baik bagiku. Bawalah aku ke pada
sesuatu yang amat baik dan terpuji akibatnya dalam agama, dunia dan ekherat.
Sesungguhnya Engkau atas segala sesuatau adalah Maha Kuasa.

170 Nabi bresabda yang artinya; ―Hendaklah seseorang menyebutkan keperluannya‖


(HR. Bukhari dari Jabir RA).
171 Doa ini adalah doa Abu Hasan Syadszaly. )Syekh ‗Athoillah, Syarah al-Hikam,
Al-Ma‘arif, Bandung (tt). Juz I hlm. 89).
191 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
7. Shalat Witir
Shalat witir hukumnya sunnah muakkad. Disunahkan shalat
witir, karena Allah amat mencintai kepada yang melakukanya. Shalat
witir dilaksanakan tiga rakaat atau minimal satu rakaat. Shalat witir juga
bisa dilaksanakan sesudah shalat sunah ba‘diyah ‗isya atau sbelum tidur
jika khawatir tidak dapat bangun pada waktu tengah malam. Namun
para ulama berpendapat, berdasarkan hadits Nabi SAW bahwa shalat
witir utamanya dilaksanakan pada waktu malam setelah selesai shalat
malam sebelum shalat sunnat fajar shubuh. Sabda Nabi Muhammad
SAW:

Shalat Maghrib adalah witirnya shalat diwaktu siang, maka berwitirlah kamu pada
waktu malam, (HR. Imam Ahmad dari Ibn Umar RA).
Rasulullah SAW bersabda: ―Akhirilah shalat malam
kamu dengan witir‖.172
Sabda Nabi SAW lainnya yang artinya: ―Hendaklah kalian shalat
witir pada saat shalat malam, karena sesungguhnya Allah adalah witir
(Tunggal). Allah mencintai yang menunggalkan-Nya‖.(HR.Imam
Muslim).

8. Shalat Tahiyat al-Masjid


Tahiyyat masjid artinya menghormati masjid. Dan menurut
Muhammad Syata al-Dimyathi, Tahiyyat masjid artinya mengagungkan
Dzat Allah yang mempunyai masjid. Shalat sunnah tahiyyat masjid ini
tidak sunah bagi orang yang masuk ke dalam masjidilharam (di
Mekkah). Mereka yang masuk masjid al-haram dan niyat untuk thawaf,
maka ia langsung thawaf, karena thawaf dipandang sama dengan shalat
tahiyyat masjid.173

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

172 (Imam Bukhari, Al-Tajrid al-Shartih/Mukhtashr al-Bukhari, Maktabah al-


Yamamah, li al-Thba‘ wa al-Nasyar, Beirut Libaon, Juz II, hadits no. 499 hlm. 159).
173 (Al-Dimyathi, I‟anah al-Thalibin Juz I hlm. 255).
192 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Apabila salah seorang di antara kamu masuk ke masjid, maka janganlah duduk
sampai ia shalat dua rak‟at. (HR. Bukhari)

9. Shalat isyraq
Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"
Barang siapa shalat Subuh berjama‟ah, lalu duduk berdzikr mengingat Allah sampai
matahari terbit. Setelah itu ia shalat dua rak‟at, maka ia akan mendapatkan pahala
seperti satu kali hajji dan umrah secara sempurna, sempurna dan sempurna. (HR.
Tirmidzi)
Shalat ini dikerjakan pada waktu dhuha di bagian awalnya ketika
matahari terbit setinggi satu tombak (jarak antara terbit
matahari/syuruq dengan setinggi satu tombak kira-kira ¼ jam).

10. Shalat Dhuha


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

Pada pagi hari setiap persendian kamu harus bersedekah; setiap tasbih adalah
sedekah. Setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan Laailaahaillallah)
adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, amar ma‟ruf adalah sedekah, nahi
mungkar juga sedekah dan hal itu bisa terpenuhi oleh dua rak‟at yang dikerjakannya
di waktu Dhuha.(HR. Muslim)

11. Shalat qabliyyah dan Ba’diyah Jum’at


Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam bersabda:

193 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
Barang siapa yang mandi kemudian menghadiri shalat Jum‟at, sebelumnya ia shalat
semampunya, lalu ia diam sampai khatib menyelesaikan khutbahnya, kemudian ia
shalat bersamanya, maka akan diampuni dosa-dosanya antara Jum‟at yang satu ke
Jum‟at berikutnya dengan ditambah tiga hari. (HR. Muslim)
Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam bersabda:

Apabila salah seorang di antara kamu shalat Jum‟at, maka kerjakanlah setelahnya
empat rak‟at. (HR. Muslim). Bisa juga ia kerjakan hanya dua rak‘at karena
Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam pernah melakukannya.

12. Shalat Ied


 Shalat idul fitri dilakukan setelah selesai puasa bulan ramadhan,
shalat idul adha dilakukan selesai haji dan sepuluh hari bulan
zulhijjah, keduanya termasuk kebaikan Islam, umat islam
menunaikannya setelah melakukan dua ibadah yang agung
sebagai syukur kepada Allah.
 Hukum shalat dua hari raya: sunnah mu'akkadah atas setiap
muslim dan muslimah.
 Waktu shalat ied:
 Mulai matahari meninggi setinggi tombak hingga tergelincir, jika
tidak tahu datangnya ied kecuali setelah tergelincir matahari,
maka shalat pada esok harinya, pada waktunya, dan tidak
menyembelih hewan kurban kecuali setelah selesai shalat ied.
 Sifat pergi untuk shalat ied:
 Orang yang pergi shalat ied disunnahkan membersihkan diri,
memakai pakaian yang paling bagus; untuk menampakkan
kegembiraan pada hari itu, adapun wanita, tidak boleh
menampakkan perhiasannya dan tidak memakai parfum, pergi
shalat bersama-sama orang, sedangkan wanita haid, ia
mendengarkan khutbah ied dan tidak masuk tempat shalat.

194 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
 Makmum disunnahkan pergi pagi-pagi setelah shalat subuh
dengan berjalan kaki jika bisa, adapun imam maka agak akhir
hingga tiba waktu shalat, dan disunnahkan pergi melalui satu
jalan dan kembali melalui jalan lain, untuk menampakkan syi'ar,
dan mengikuti sunnah nabi.
 Disunnahkan makan beberapa biji kurma sebelum berangkat
shalat idul fitri, adapun shalat idul adhal disunnahkan tidak
makan sebelum shalat hingga makan dari kurbannya jika
berkurban.
 Tempat shalat ied:
 Shalat ied dilakukan di tanah lapang dekat kota, jika sudah
sampai ke tempat shalat, maka shalat dua rakaat dan duduk
berdzikir kepada Allah, dan shalat ied tidak dilakukan di masjid
kecuali ada halangan seperti hujan dan sebagainya.
 Jika telah memasuki tempat shalat ied, boleh shalat sunnah
sebelum shalat ied dan sesudahnya selama tidak pada waktu yang
dilarang, maka tidak disyari'atkan kecuali shalat tahiyatul masjid,
jika telah pulang ke rumahnya disunnahkan shalat dua rakaat.
 Sifat shalat ied:
 Jika tiba waktu shalat, maka imam maju dan memimpin shalat
dua rakaat tanpa adzan dan iqamah, pada rakaat pertama
bertakbir tujuh kali atau sembilan kali dengan takbiratul ihram,
dan pada rakaat kedua lima kali setelah berdiri.
 Kemudian setelah membaca fatihah disunnahkan membaca surat
al-A'la dengan keras pada rakaat pertama, dan pada rakaat kedua
setelah fatihah membaca surat al-Ghasyiyah, atau pada rakaat
pertama membaca surat Qaaf, dan pada rakaat kedua membaca
surat (iqtarabatissaa'ah), suatu kali membaca ini, dan suatu kali
membaca yang itu.
 Setelah salam, berkhutbah satu kali menghadap kepada jamaah,
hendaklah isi khutbah adalah memuji Allah, bersyukur
kepadanya, menyanjungnya, mengingatkan wajibnya
mengamlkan syari'at Allah, mendorong mereka bersedekah,
menganjurkan untuk berkurban dan menjelaskan hukum-
hukumnya kepada mereka.
195 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
 Apabila hari raya bertepatan pada hai jum'at, maka siapa yang
telah shalat ied gugur baginya shalat jum'at, maka shalat dhuhur,
adapun imam dan orang yang tidak shalat ied, maka wajib shalat
jum'at.
 Apabila imam lupa salah satu takbir dan sudah mulai membaca
maka gugur; karena takbir itu sunnah dan telah lewat waktuya,
dan tidak mengangkat tangan pada takbir-takbir tambahan pada
kedua rakaat di shalat ied dan shalat istisqa'.

13. Shalat Khusuf dan Shalat Kusuf


Khusuf adalah gerhana bulan total atau sebagian di malam hari
sedangkan Kusuf adalah gerhana matahari total atau sebagian.
 Hukum Shalat Khusuf dan Kusuf:
Hukum jedua shalat ini sunnat ma'akkadah bagi setiap muslim
dan muslimah baik yang sedang mukim atau safar.
 Mengetahui Waktu Gerhana.
Waktu gerhana matahari dan bulan memiliki waktu-waktu
tertentu seperti halnya waktu terbit matahari dan bulan, Allah SWT
telah menetapkan bahwa waktu gerhana matahari terjadi pada akhir
bulan sedangkan gerhana bulan terjadi pada malam-malam purnama.
 Sebab-sebab Gerhana
Aapabila erjadi gerhana bulan ataupun matahari manusia
dianjurkan untuk melakukan shalat di mesjid-mesjid atau di rumah-
rumah sekalipun di mesjid itu lebih utama, sebagaimana gempa, petir,
gunung berapi, memiliki sebab-sebab tertentu demikian juga gerhana
matahari dan bulan juga telah Allah tetapkan penyebab keduanya. Dan
hikmah dibalik itu adalah menakut-nakuti hamba-Nya agar kembali
kepada Allah.
 Waktu Shalat:
Shalat gerhana dimulai sejak terjadinya gerhana hingga gerhana
tgersebut hilang.
 Tata Cara Shalat Gerhana:
Shalat gerhana tidak dimulai dengan azan dan qomat akan tetapi
dengan panggilan: Ash-Shalatu Jaami'ah sekali atau lebih. Kemudian
imam bertakbir dan membaca Al-Fatihah serta surat yang panjang
196 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
dengan suara keras lalu ruku' dengan ruku' yang lama kemudian I'tidal
dengan membaca Sami'allahu liman hamidah, Rabbana walakal hamdu,
tetapi tidak sujud. Kemudian membaca surat Al-Fatihah dan membaca
surat yang lebih pendek dari yang pertama kemudian ruku' dengan ruku'
yang lebih pendek dari yang pertama kemudian I'tidal, lalu turun sujud
dengan sujud yang panjang dan sujud yang pertama lebih panjang dari
yang kedua dan diselai dengan duduk diantara dua sujud kemudian
berdiri untuk rakaat kedua lalu melakukan hal yang sama dengan rakaat
pertama hanya saja lebih ringan dari yang pertama kemudian dilanjutkan
dengan tahiyat dan salam.
 Sifat Khutbah Shalat Gerhana
Disunnahkan bagi imam untuk melakukan khutbah setelah
shalat gerhana untuk mengingatkan manusia akan kejadian yang besar
ini agar hati-hati mereka menjadi lunak kemudian meminta mereka
untuk benyak berdoa dan istighfar. Dari Aisyah ra berkata, telah terjadi
gerhana matahari pada zaman Rasulullah saw lalu beliau melakukan
shalat dan memanjangkan berdirinya lalu ruku' dengan ruku' yang
panjang kemudian berdiri lama tetapi lebih pendek dari yang pertama
kemudian ruku' dan sujud dengan memanjangkan keduanya, lalu berdiri
untuk raka'at kedua kemudian ruku' yang panjang tetapi lebih pendek
dari ruku' yang pertama kemudian mengangkat kepalanya untuk berdiri
lama tetapi lebih pendek dari yang pertama kemudian ruku' dan sujud.
Lalu Rasulullah saw menyelesaikan shalatnya dan matahari telah
kelihatan kembali maka beliau berkhutbah memuja dan meuji Allah
SWT dan bersabda, Sesungguhnya matahari dan bulan adalah salah satu
tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah dan keduanya tidaklah terjadi
gerhana dikarenakan hidup atau matinya seseorang maka apabila kalian
melihatnya maka bertakbirlah dan berdoalah kepada Allah serta
lakukanlah shalat dan bersedekahlah wahai umat Muhammad,
sesungguhnya tidak ada yang lebih cemburu daripada Allah ketika
melihat hamba-Nya melakukan perzinahan wahai umat Muhammad
seandainya kalian mengetahui apa yang kuketahui niscaya kalian akan
banyak menangis dan sedikit tertawa, saksikanlah bukankah telah aku
sampaikan." (HR. Muttafaq 'alaihi)

197 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
14. Shalat Istisqa (memohon hujan)
 Kesunnahan Sebelum Shalat Istisqa
Imam (pemerintah) sunnah memerintahkan kepada seluruh umat
Islam untuk:
a. Melaksanakan puasa selama tiga hari
b. Memperbanyak infak, sedekah dan yang lainnya
c. Mengembalikan hak orang lain dari hasil kedhaliman
d. Bertaubat dari dosa.(Do‘a taubat lihat pada bagian do‘a shalat
taubat).
e. Pada hari yang keempat semua umat Islam termasuk usia
lanjut dan anak-anak diperintahkan untuk keluar rumah
dengan memakai baju sederhana (kebalikan memkai baju
dihari raya) disertai rasa tawadhu (rendah hati) dan banyak
penyesalan dari segala dosa.
f. Mengeluarkan semua binatang ternak (menurut satu
pendapat, karena ternak juga memerlukan air).
 Cara Shalat Istisqa
a. Dilaksanakan di tempat (lapangan) terbuka dan waktunya
kapan saja.
b. Boleh dilakukan diwaktu karohah (makruh melakukan
shalat) seperti ba‘da shalat shubuh atau ba‘da shalat ashar,
karena shalat istisqa termasuk kategori shalat dzati sababin
(shalat yang ada sebabnya, yaitu disebabkan tidak ada hujan).
c. Boleh dilakukan lebih dari dua rakaat
d. Jika shalatnya dua rakaat, maka pelaksanaannya sebagaimana
shalat dua rakaat shalat sunnah ‗id, baik dalam syarat
maupun rukun, misalnya
e. Membaca takbir sambil mengangkat kedua tangan tujuh kali
(pada rakaat pertama) sesudah membaca do‘a iftitah sebelum
membaca ta‘awudz. Dan membaca takbir 5 kali pada rakaat
kedua
f. Di rakaat pertama stelah membaca al-Fatihah adalah
membaca surat Qaaf, atau surat al-A‘la
g. Dirakaat kedua setelah membaca al-Fatihah adalah membaca
surat Iqtarobat al-Sa‘ah (surat al-Ghasyiah).

198 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
h. Disunnahkan Khutbah Dua Kali
i. Pada khutbah kedua disunnahkan menghadap kiblat dan
membelakangi jama‘ah.
j. Khatib dan para jamaah disunnahkan membulak-balikan
selendangnya, bagian atas diputarkan ke bawah dan
sebaliknya. Jika memakai selendang di sebelah kanan, maka
dipindahakan kesebelah kiri dan sebaliknya174
k. Berdo‘a kepada Allah dengan khusu‘ untuk meminta hujan
dengan suara yang pelan atau suara keras yang terdengar oleh
jama‘ah
l. Selesai berdo‘a kemudian khatib dalam mengakhiri
kutbahnya kembali menghadap ke arah jamaah.
m. Do‘a Jika Hujan Sudah Turun

―Ya Allah curahkanlah hujan yang manfaat bagi kami‖. Kami


telah dicurahkan hujan dari karunia Allah dan rahmat-Nya‖.
n. Do‘a Agar Hujan Berhenti

―Ya Allah turunkanlah hujan kesekeliling kami, tetapi tidak


menjadi petaka bagi kami. Ya Allah turunkanlah hujan ke
daratan tinggi, bukit-biukit, pedalaman lembah-lembah dan
tumbuh-tumbuhan yang menumbuhkan pepohonan‖.

174 Hadits berasal dari Abdillah bin Jaed, ia berkata; saya melihat Rasuulah
SAW keitka akan melaksanakan shlat istisqa, beliau pertama kalinya mengahadap
kepada para jamaah (shahabat) lalu memalingkan badannya mengahadap kiblat sambil
memohon kepada Allah. Kemudian beliau membalikan selendangnya, kemudian shalat
istisqa dua rakaat sambil mengeraskan bacaannya‖. (Imam Bukhari, Al-Tajrid al-Sharih,
hadits no. 522, hlm.167).
175 HR. Imam Bukhari, Fathul Bari, Juz II hlm. 518.
176 HR. Imam Bukhari, Shahih Bukhari Juz I hlm. 224. Dan Shahih Muslim Juz II,
hlm. 614.
177HR. Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Juz I hlm. 224. Imam Muslim, Shahih
Muslim, Juz II hlm. 614.
199 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
BAB X

KHILAFIYAH DALAM IBADAH

A. Adil dalam Menyikapi Masalah Khilafiyah


Perbedaan dalam alam pikir manusia yang merupakan
sunnatullah haruslah disikapi dengan adil. Maksud adil adalah
menempatkannya pada koridor syariah, bukan rasio semata atau hawa
nafsu. Adanya perbedaan, bukannya menjadi dalil untuk membiarkan
perbedaan itu berjalan secara liar dalam kehidupan manusia, sehingga
menyebabkan perpecahan.178
Dalam Islam, terdapat otoritas yang mengatur persoalan
keagamaan. Islam bukan seperti aliran postmodern yang kata Francois
Lyotard anti-otoritas, tidak mengenal benar dan salah atau menurut
Ernest Gellner curiga kepada kebenaran ilahiyyah.
Oleh sebab itu, ia perlu dikelola dengan ilmu-ilmu yang lain,
seperti ushul fikih, akidah dan tarikh. Karena, konsep ilmu dalam Islam
itu bersifat tauhidi tidak dikotomis. Tauhidi maksudnya, satu konsep
ilmu harus berjalinan erat dengan ilmu lain tidak boleh dipisah secara
dikotomik, karena semuanya ada dalam satu jaringan konsep
(networking concept).
Perbedaan dalam perkara agama memang tidak tunggal, tapi
perbedaan itu sendiri beragam jenisnya. Ada yang bisa ditolelir ada pula
yang tidak bisa dikompromikan. Prinsip inilah yang telah dijalankan oleh
para ulama terdahulu. Kenyataannya, sejak zaman Nabi SAW, sahabat,
tabi‘in dan tabiut tabi‘in, perbedaan itu telah ada. Perdebatan di antara
sahabat pun kerap terjadi. Namun hal tidak memunculkan cacian
ataupun tidak sampai terjadi pembiaran terhadap merebaknya kesesatan
apalagi sampai penyuburan penyimpangan agama. Sebab masing-masing
disikapi dengan adil.
Dalam urusan-urusan yang berkaitan dengan furuiyyah, para
ulama dan imam mujtahid tidak pernah menyikapinya dengan ta‘ashub
(fanatik) berlebihan jika terjadi perbedaan. Tidak ada tadlil

178- Kholili Hasib, Fiqhul Khilaf dan Adil dalam Menyikapi Perbedaan,
http://hidayatullah.com
200 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
(penyesatan), takfir (pengkafiran) dan tafsiq (menghukumi fasik).
Dalam berdakwah, mereka tidak pula sombong atau memaksakan diri
agar pendapatnya wajib diikuti semua umat.179
Adab itu pernah dicontohkan oleh Imam Malik. Dikisahkan
bahwa Harun al-Rasyid menyarankan agar Imam Malik mempopulerkan
kitabnya, al-Muwatta‘, dengan cara digantungkan di Ka‘bah. Harun al-
Rasyid melihat keilmuan Imam Malik tiada yang menandingi pada
waktu itu, sehingga dengan cara itu sang Khalifah ingin madzhab Imam
Malik diikuti semua penduduk negeri. Akan tetapi, Imam Malik secara
diplomatis menjawab: ‖Jangan Tuan lakukan itu. Sebab sahabat
Rasulullah SAW saja sudah berselisih dalam masalah furu‘. Lagi pula,
umat Islam sudah tersebar di berbagai negeri, sedang sunnah sudah
sampai pada mereka, dan mereka juga punya Imam yang diikuti. Harun
al-Rasyid pun berkomentar:‖Semoga Allah SWT memberi taufiq
kepadmu, wahai Abi Abdillah‖ (diriwayat oleh al-Suyuthi dalam al-
Inshaf fi Asbabi al-Ikhtilaf).
Beda hasil ijtihad di kalangan sahabat juga tidak memicu saling
penyesatan dan pengkafiran. Contoh tentang hukum berdiri ketika ada
jenazah lewat. Sebagian sahabat memandangnya hukum itu untuk
menghormati malaikat, bukan jenazah. Sehingga ini berlaku untuk
jenazah yang muslim maupun kafir. Sahabat lainnya berpandangan
bahwa hal itu dikarenakan kengerian kematian. Sebagaian lagi menilai
hukum itu berlaku khusus untuk jenazah kafir dengan alasan Rasulullah
SAW pernah beridiri ketika dilewati jenazah Yahudi karena takut
jenazah tersebut melebihi kepalanya. Semua hukum ini berjalan di
kalangan sahabat dan tabi‘in. Tiada seorang pun saling menyesatkan.
Karena semua berdasar dari riwayat yang dipercaya.
Kompromi dan saling menerima pendapat seperti tersebut tidak
terjadi jika perbedaannya itu menyangkut persoalan yang prinsip dalam
akidah. Sebab, dalil-dalil yang jelas, dan pasti (qath‘iy) dalam akidah
tidak pernah berubah. Ajaran bahwa Nabi terakhir adalah nabi
Muhammad SAW tidak pernah berubah. Jumlah shalat wajib juga tidak
akan dikurangi atau ditambahi. Barang siapa yang mengubah, maka tidak
boleh dibiarkan karena menyesatkan. Orang-orang yang mengaku Nabi

179 - Ibid
201 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
SAW seperti Musailamah al-Kadzdzab, Thulaihah al-Asadi, Sajah binti
Al-Harits at-Tamimiya, dan lain-lain tidak pernah diakui ajarannya oleh
para sahabat sebagai ijtihad, tapi penyesatan. Ketika Imam Syafi‘i ditanya
tentang aliran Syi‘ah, yang secara prinsip akidah menurut beliau berbeda,
beliau mengkritiknya dengan sangat keras, dan berkata: ―Kelompok ini
adalah golongan terjelek.‖ (baca al-Manaqib jilid I).
Fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa ada aturannya dalam
mengelola perbedaan. Para ulama memberi nama Fiqhul Khilaf (Fikih
Perbedaan). Biasanya Fiqhul Khilaf juga diikuti dengan kajian Fiqhul
I‘tilaf (Fikih Persatuan) untuk menjelaskan mekanisme, dan konsep-
konsep yang tepat dalam menentukan sikap, hal-hal apa saja yang bisa
masuk toleransi dan prinsip-prinsip apa saja yang tidak bisa
dikompromikan. Oleh sebab itu, memahami apa itu konsep ikhltilaf
mutlak dibutuhkan.180
B. Pembagian Khilafiyah
Secara umum ikhtilaf itu dibagi menjadi dua yaitu; Ikhtilafu al-
Tanawwu‘ (perbedaan fariatif) dan Ikhtilafu al-Tadlad (perbedaan
kontradiktif). 181
1. Ikhtilaf Tanawwu‘ adalah jika perbedaan itu tidak saling
kontradiktif antara satu dengan yang lainnya. Masing-masing
dari pendapat tersebut mempunyai kesamaan makna namun
redaksinya berbeda, sebagaimana halnya dengan qira‘ah sab‘ah.
Di antara contoh ikhtilaf tanawwu‘ adalah perbedaan dalam
adzan jum‘at, bacaan do'a iftitah, tasyahhud, qunut shubuh, dan
bacaan basmalah dalam fatihah, yang kesemuanya disyari‘atkan.
Dalam masalah ijtihad seperti ini, tidak diperkenankan saling
berselisih (tanazu‘). Lebih-bebih sampai memicu tadlil (saling
menyesatkan) dan takfir (mengkafirkan). Karena menurut Ibn
jarir At-Thabari, semua itu sifatnya adalah alternative (takhyir),
pilihan yang tidak perlu dipertentangkan.
2. Ikhtilaf Tadhad yaitu perbedaan yang kontrdiktif yang tidak
mungking dipertemukan, karena antra pendapat yang satu
dengn yang lainnya sling bersebrangan. Dalam perbedaan seperti

180 - Ibid
181 - Ibn Taimiyah, Raf‘ al-Malam An Aimmah al-A‘lam,
202 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
ini tidak sepatutnya ditoleransi, karena kebenaran hanya ada
pada salah satu dari pendapat tersebut. Contoh dalam ikhtilaf
tadhod ini kebanyakan terjadi pada masalah-masalah aqidah,
bukan masalah-masalah furuiyyah. Oleh karena itu ahlu sunnah
tidak boleh memberikan toleransi pada syi‘ah, khawarij,
mu‘tazilah, murji‘ah, paham pluralisme,liberalisme dan
sejenisnya. Karena paham mereka itu telah keluar dari jalur
sunah, oleh sebab itu Ibn Rusyd dalam Bidayatul Mujtahid
memasukkan semua fikih para ulama madhab empat, bahkan
madhab dhahiriyyah, tsauriyyah, thabariyyah, dan madhab fikih
lainnya, akan tetapi Ibn Rusyd tidak mewadahi madhab syiah,
murjiah, mu‘tazilah dan sejenisnya, karena madhab ini dianggap
telah keluar dari jalur sunah dan penyebab iftiraq (perpecahan)
di tubuh umat Islam.182
C. Perbedaan Antara Ikhtilaf (perbedaan) dan Iftiraq
(perpecahan)
Membedakan antara Ikhtilaf (perbedaan) dan Iftiraq (perpecahan)
termasuk perkara yang sangat penting. Karena mayoritas manusia -
terlebih para du'at dan sebagian penuntut ilmu yang belum matang
dalam medalami ilmu agama- tidak dapat membedakan antara
permasalahan khilafiyah dengan perpecahan. Akibatnya, terjadi
ketimpangan dalam menghukumi suatu masalah.183
Oleh sebab itu, sudah sewajarnya mengetahui perbedaan antara
ikhtilaf dan iftiraq ini. Agar dapat menempatkat suatu hukum sesuai
pada tempatnya. Paling tidak, ada lima perbedaan yang dapat dijadikan
pijakan, yaitu :
 Iftiraq adalah bentuk perselisihan yang sangat tajam. Bahkan
dapat dikatakan sebagai buah dari perselisihan. Banyak sekali
kasus yang membawa perselisihan ke muara perpecahan, meski
kadang kala perselisihan tidak mesti berujung kepada
perpecahan. Jadi, perpecahan adalah sesuatu yang lebih dari
sekedar perselisihan. Tentu saja, tidak semua ikhtilaf

182 - Lihat Ibn Rusyd, Bidayat al-Mujtahid, Dar Al-Syuruq, 2011, Ibn Taimiyah, Raf‘ul
Malam An Aimmah al-A‘lam, Maktabah Waqfiyyah.
183 - Nashir bin Abdul Karim Al-'Aql, Sebab-Sebab Perpecahan Umat dan Cara
Penanggulangannya,Pustaka Islamhouse,2009, hlm.4
203 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
(perselisihan) disebut perpecahan. Namun setiap perpecahan
sudah pasti ikhtilaf. Banyak sekali persoalan yang diperdebatkan
kaum muslimin termasuk kategori ikhtilaf, dimana masing-
masing pihak yang berbeda pendapat tidak boleh memvonis kafir
atau mengeluarkan salah satu pihak dari Ahlus Sunnah wal
Jama'ah.
 Iftiraq hanya terjadi pada permasalahan prinsipil, yaitu masalah
ushuluddin yang tidak boleh diperselisihkan. Yakni masalah-
masalah ushuluddin yang ditetapkan oleh nash yang qath'i, ijma
atau sesuatu yang telah disepakati sebagai manhaj (pedoman
operasional) Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Siapa saja yang
menyelisihi masalah di atas, maka ia termasuk orang yang
berpecah dari Al-Jama'ah. Adapun selain itu, masih tergolong
perkara ikhtilaf.
 Ikhtilaf bersumber dari sebuah iijtihad yang disertai niat yang
lurus. Dalam hal ini, mujtahid yang keliru mendapat satu pahala
karena niatnya yang jujur mencari kebenaran. Sementara
mujtahid yang benar mendapat pahala lebih banyak lagi. Kadang
kala pihak yang salah juga pantas dipuji atas ijtihadnya. Adapun
bila ikhtilaf tersebut bermuara kepada perpecahan, tidak
diragukan lagi hal itu tercela. Sementara perpecahan yang tidak
berpangkal dari ijtihad atau niat yang tulus. Pelakunya sama
sekali tidak mendapat pahala bahkan mendapat cela dan dosa.
Maka dapat kita katakan bahwa perpecahan itu berpangkal dari
bid'ah, menuruti hawa nafsu, taqlid buta dan kejahilan.
 Iftiraq tidak terlepas dari ancaman dan siksa serta kebinasaan.
Tidak demikian halnya dengan ikhtilaf walau bagaimanapun
bentuk ikhtilaf yang terjadi diantara kaum muslimin, baik akibat
perbedaan dalam masalah-masalah ijtihadiyah, atau akibat
mengambil pendapat keliru yang masih bisa ditolerir, atau akibat
memilih pendapat yang salah karena ketidaktahuannya terhadap
dalil-dalil sementara belum ditegakkan hujjah atasnya, atau
karena uzur, seperti dipaksa memilih pendapat yang salah

204 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
sementara orang lain tidak mengetahuinya, atau akibat kesalahan
takwil yang hanya dapat diketahui setelah ditegakkan hujjah.184

D. Solusi Khilafiyah
Solusi dari masalah khilafiyah adalah dengan jalan kembali kepada
tuntunan Allah.
 Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Artinya : Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai-berai. (QS.Ali Imran : 103)
 Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Artinya : Dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu


menjadi gentar dan hilang kekuatan. (QS.Al-Anfal : 46)
 Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala

Artinya : Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan


berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. (QS.Ali Imran :
105)
 Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala

Artinya : Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.


(QS.Asy-Syura : 13)
 Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Artinya : Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka
ikutilah dia ; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-
jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. (QS.Al-An'am : 153)

184 - Ibid
205 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
“Sungguh aku telah meninggalkan ditengah-tengah kalian, satu hal yang bila kalian berpegang
teguh dengannya, niscaya selama-lamanya kalian tidak akan tersesat, bila kalian benar-
benar berpegang tegunh dengannya, yaitu kitab Allah (Al Qur‟an).” (HR. Muslim.)

E. Contoh Khilafiyah
a. Qunut Shubuh
Dalam masalah hukum qunut shalat shuh, para ulama berbeda
menjadi tiga pendapat, yaitu :
 Pendapat pertama , qunut shubuh disunnahkan secara terus-
menerus. Ini adalah pendapat Malik, Ibnu Abi Laila, Al-Hasan bin
Shalih, dan Imam Syafi ‘iy.
 Pendapat kedua , qunut shubuh tidak disyariatkan karena sudah
mansukh ‗ terhapus hukumnya‘. Ini adalah pendapat Abu
Hanifah, Sufyan Ats-Tsaury, dan lain-lainnya dari ulama Kufah.
 Pendapat ketiga , qunut pada shalat shubuh tidaklah
disyariatkan kecuali pada qunut nazilah yang boleh dilakukan
pada shalat shubuh dan pada shalat-shalat lainnya. Ini adalah
pendapat Imam Ahmad, Al-Laits bin Sa‘d, Yahya bin Yahya Al-
Laitsy, dan ahli fiqih dari para ulama Ahlul Hadits.
Adapun dalil-dalil yang dijadikan argumentasi dari masing-masing
pendapat adalah sebagaimana berikut :
 Dalil Pendapat Pertama

Terus-menerus Rasulullah shallallahu „alaihi wa alihi wa sallam qunut pada shalat


Shubuh sampai beliau meninggalkan dunia.185

185 - Diriwayatkan oleh ‗Abdurrazzaq dalam Al-Mushannaf 3/110 no. 4964, Ahmad
3/162, Ath-Thahawy dalam Syarh Ma‘ani Al Atsar 1/244, Ibnu Syahin dalam Nasikhul
Hadits Wa Mansukhih no. 220, Al-Hakim dalam Al-Arba‘in sebagaimana dalam
Nashbur Rayah 2/132, Al-Baihaqy 2/201 dan dalam Ash-Shugra ` 1/273, Al-Baghawy
dalam Syarhus Sunnah 3/123-124 no. 639, Ad-Daraquthny dalam Sunan -nya 2/39, Al-
Maqdasy dalam Al-Mukhtarah 6/129-130 no. 2127, Ibnul Jauzy dalam At-Tahqiq no.
689-690 dan Al-‗Ilal Al-Mutanahiyah no. 753, dan Al-Khatib Al-Baghdady dalam
Mudhih Auwan Al-Jama‘ Wa At-Tafriq 2/255 dan Al-Qunut sebagaimana dalam At-
Tahqiq 1/463.
206 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
 Dalil Pendapat Kedua

Adalah Rasulullah shallallahu „alaihi wa alihi wa sallam, ketika selesai membaca


(surah pada rakaat kedua) dalam shalat Fajr kemudian bertakbir lalu mengangkat
kepalanya (i‟tidal), berkata, „ Sami‟allahu liman hamidah rabbana walakal hamdu,‟
lalu beliau berdoa dalam keadaan berdiri, „Ya Allah, selamatkanlah Al-Walid bin Al-
Walid, Salamah bin Hisyam, „Ayyasy bin Abi Rabi‟ah, dan orang-orang yang lemah
dari kaum mukminin. Ya Allah, keraskanlah pijakan-Mu (adzab-Mu) atas kabilah
Mudhar dan jadikanlah atas mereka tahun-tahun (kelaparan) seperti tahun-tahun
(kelaparan yang pernah terjadi pada masa) Nabi Yusuf. Wahai Allah, laknatlah
kabilah Lihyan, Ri‟lu, Dzakwan, dan „Ashiyah yang bermaksiat kepada Allah dan
Rasul-Nya.‟ Kemudian sampai kepada kami kabar bahwa beliau meninggalkan doa
tersebut tatkala telah turun ayat, „Tak ada sedikit pun campur tanganmu dalam
urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengadzab mereka,
karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zhalim. (HR. Bukhai, Muslim)
 Dalil Pendapat Ketiga
Pertama, hadits Sa‘ad bin Thariq bin Asyam Al-Asyja‘i,

207 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
Saya bertanya kepada ayahku, „ Wahai ayahku, engkau shalat di belakang Rasulullah
shallallahu „ alaihi wa alihi wa sallam dan di belakang Abu Bakar, „Umar, „Utsman,
dan „Ali radhiyallahu „anhum di sini dan di Kufah selama 5 tahun, apakah mereka
melakukan qunut pada shalat Shubuh?‟ Maka dia menjawab, „ Wahai anakku, (qunut
Shubuh) adalah perkara baru.186
Kedua, hadits Ibnu ‗Umar,

.
Dari Abu Mijlaz, beliau berkata, „ Saya shalat Shubuh bersama Ibnu „Umar lalu
beliau tidak qunut.‟ Maka saya berkata, „ Apakah lanjut usia yang menahanmu
(melakukan qunut)?‟ Ibnu „Umar berkata, „ Saya tidak menghafal hal tersebut dari
para shahabatku. (HR.Thabrani)
 Solusi khilafiyah
Dari perbedaan pendapat diatas, sudah semestinya kita harus
bersikap bijaksana. Jika posisi kita sebagai makmum, sudah sepatutnya
untuk mengikuti imamnya dalam perkara ijtihadiyah ini. Maka jika
imam melakukan qunut, hendaknya dia juga melakukan qunut bersama
imam. Dan jika imam tidak melakukan qunuth maka janganlah
melakukan qunuth. Dikarenakan Nabi shallallahu alaihi Wasallam
bersabda: ―‖Imam itu dijadikan untuk diikuti.‖‖ Dan beliau bersabda:
―‖Janganlah kalian menyelisihi imam-imam kalian.‖‖ Dan juga telah
shahih dari beliau Shallallahu alaihi Wasallam bahwa beliau bersabda:
―‖Mereka (para imam) shalat untuk kalian, maka jika mereka benar,
maka (pahala itu) untuk kalian dan juga untuk mereka, dan jika mereka
salah, maka (pahala) bagi kalian dan (dosa) atas mereka‖. Adapun
mendahului imam, maka itu tidak diperbolehkan. Maka jika imam
melakukan Qunut, tidak boleh bagi makmum untuk mendahuluinya,
maka dia harus mengikutinya. Inilah sikap yang dipegang oleh para

186- Diriwayatkan oleh Tirmidzy no. 402, An-Nasa`i no. 1080 dan dalam Al-Kubra no.
667, Ibnu Majah no. 1242, Ahmad 3/472 dan 6/394, Ath-Thayalisy no. 1328, Ibnu Abi
Syaibah dalam Al-Mushannaf 2/101 no. 6961, Ath-Thahawy 1/249, Ath-Thabarany
8/8177-8179, Ibnu Hibban sebagaimana dalam Al-Ihsan no. 1989, Baihaqy 2/213, Al-
Maqdasy dalam Al-Mukhtarah 8/97-98, Ibnul Jauzy dalam At-Tahqiq no. 677-678.

208 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
sahabat dalam menyikapi masalah khilafiyah. Sebagaimana dicontohkan
oleh Abdullah bin Mas‘ud Radiyallahu anhu yang tetap bermakmum di
belakang ‗Utsman, ketika melakukan shalat dzuhur dan ashar dengan
cara tidak diqashar di Mina, padahal bagi Abdullah bin Mas‘ud, dhuhur
dan ashar tersebut sunahnya diqashar. Akhirnya masalah ini ditanyakan
kepadanya, dia menjawab: ―menyelisihi imam itu buruk‖.
b. Perihal basmalah dibaca jahr (keras)atau sir (pelan) dalam shalat
 Pendapat pertama. Basmalah tidak termasuk ayat dari surat al-
Fatihah, sunnah dibaca secara sirr ketika membaca al-Fatihah
dalam shalat, baik shalat sirriyyah maupun jahriyyah. Pendapat
ini dipegang oleh Imam Ahmad, Imam Abu Hanifah dan Sufyan
ats-Tsauri. Ibnu Katsir menerangkan dalam tafsirnya : 1/118

.
Ulama lain berpendirian bahwasanya basmalah tidak dikeraskan dalam shalat,
riwayat ini adalah yang tetap (meyakinkan) dari khalifah empat dan Abdullah bin
Mughaffal dan sekelompok ulama salaf, tabi‟in dan khalaf. Ini menjadi pilihan
madzhab Abu Hanifah, ats-Tsauri dan Ahmad bin Hanbal.

Dari Anas bin Malik, “ Bahwasanya Nabi SAW dan Abu Bakar, Umar radhiyallahu
„anhuma mereka semua membuka (bacaan) shalat dengan
alhamdulillahirabbil‟alamin. (HR.Buhari)

Dari Aisyah ia berkata, “ Bahwasanya Rasulullah SAW membuka bacaan shalat


dengan alhamdulillahirabbil „alamin. (HR. Ibnu Majah)

209 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
 Pendapat kedua. Basmalah termasuk ayat dalam surat al-Fatihah
dan wajib dibaca beserta al-Fatihah secara keras (jahr) dalam
shalat jahriyyah dan secara sirr dalam shalat sirriyyah. Pendapat
ini menjadi pegangan Imam asy-Syafi‘i dan pengikutnya. Di
kalangan penganut madzhab asy-Syafi‘i terdapat kesepakatan,
sebagaimana diterangkan an-Nawawi, bahwa basmalah
termasuk dalam Surat al-Fatihah tanpa ada perselisihan.

( )
Adapun hukum masalah, maja madzhab kami bahwasanya basmalah itu satu ayat
yang sempurna dari awal surat al-Fatihah tanp ada perselisihan. ( al-Majmu‘
Syarh al-Muhadzab : 3/333)
Ibnu Katsir menjelaskan siapa saja yang memegang pendapat ini
dalam tafsirnya 1/117 :

( )
Imam asy-Syafi‟i berpendapat bahwasanya basmalah dikeraskan beserta al-Fatihah
dan surat(an), ini juga menjadi pendapat segolongan dari kalangan sahabat dan
tabi‟in dan para imam kaum muslimin zaman dahulu dan kemudian. Yang
mengeraskan basmalah dari kalangan sahabat di antaranya Abu Hurairah, Ibnu
Umar, Ibnu Abbas dan Mu‟awiyah…

Dari Nu‘aim al-Mujmir ia berkata, “Aku shalat di belakang Abu Hurairah


kemudian ia membaca Bismillahirrahmanirrahim, lalu membaca Ummul-Qur‟an (Al-
210 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Fatihah) sampai beliau membaca : “Waladh-dhaallin”, beliau berkata : “Aamiin”.
Maka manusia berkata (juga) : “Aamiin”. Dan beliau berucap setiap kali sujud :
“Allahu Akbar”, dan ketika bangkit dari duduk raka‟at kedua beliau berkata :
“Allahu Akbar”. Dan apabila beliau salam maka beliau berkata : “Demi Yang jiwaku
berada di tangan-Nya, sesungguhnya akulah di antara kalian yang paling serupa
shalatnya dengan Rasulullah SAW” (Sunan an-Nasa`i : 3/459, Sunan ad-
Daruquthni : 3/291)
 Pendapat ketiga. Basmalah bukan termasuk ayat dari surat al-
Fatihah maka hukumnya makruh dibaca beserta al-Fatihah
dalam shalat fardhu baik secara pelan maupun keras, namun
boleh dibaca dalam shalat sunat. Ini menjadi pegangan Imam
Malik dan pengikutnya. Ibnu Katsir berkata dalam Tafsir Ibnu
Katsir :1/118 :

Menurut Imam Malik : Basmalah tidak dibaca secara keseluruhan, baik dibaca keras
maupun pelan-pelan
Sedang Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya mengatakan 1/96:

.
Kesimpulan madzhab Malik dan sahabatnya, bahwasanya basmalah bukan termasuk
surat al-Fatihah dan juga surat selainnya, basmalah tidak dibaca dalam shalat
fardhu dan juga selainnya baik secara sirr maupun jahr, namun boleh dibaca dalam
shalat sunat. Pendapat inilah yang masyhur dari Imam Malik menurut sahabat-
sahabatnya.

)
(

211 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
Dari Anas ia berkata, “ Aku shalat beserta Nabi SAW, Abu Bakar, Umar RA mereka
membuka bacaan dengan al-hamdulillahirabbil „alamin. ( Sunana an-Nasa`i :
3/47, menurut pentahqiqan al-Albani, hadis sahih)

Dari Abdullah bin Mughaffal ia berkata, “ Ayahku mendengar aku mengucapkan


bismillahirrahmanirrahim, maka ayahku berkata,” Hai anakku ini termasuk sesuatu
yang diada-adakan (muhdats), jauhilah perkara baru yang diada-adakan (bid‟ah).
Ayahku berkata, “ Aku tidak melihat seorang pun dari sahabat Nabi yang lebih benci
kepada bid‟ah dalam Islam. Sungguh aku telah shalat beserta Nabi SAW, Abu Bakar,
Umar, Usman, maka aku tidak mendengar seorang pun mengucapkan basmalah,
maka janganlah kamu mengucapkannya. Jika kamu shalat maka bacalah al-
hamdulillahi rabbil „alamin. ( Sunan at- Tirmidzi : 1/412, dan ia menghukumi
hadis hasan)

 Pendapat keempat. Basmalah dapat dibaca sekali tempo secara


keras dan sekali tempo secara pelan, walau secara sirr dianggap
lebih sering dikerjakan Nabi SAW. Pendapat ini dimotori oleh
Ibnu al-Qayyim dalam kitabnya Zadul Ma‘ad fi Hadyi Khair al-
`Ibad : 1/119

212 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
.
Ibnul Qayyim berkata :“ Dahulu Rasulullah SAW. kadang-kadang mengeraskan
lafadz bismillahirrahmanirahim dan lebih sering tidak membacanya secara keras.
Dengan demikian tidak diragukan lagi bahwa beliau tidak selalu mengeraskan
basmalah ketika shalat lima waktu dalam sehari semalam, baik ketika bermukim
ataupun bepergian. Beliau memperlihatkan hal ini kepada khulafa` rasyidin, kepada
para sahabatnya dan penduduk kota-kota besar. Ini merupakan hal yang paling
mustahil sehingga harus dijelaskan lagi. Untuk membahas masalah ini rupanya
membutuhkan ruang yang berjilid-jilid yang tebal .”
Pendapat ini menggunakan thariqat al-jam‘u wa at-taufiq (
metode mengumpul dan mengkompromikan) dari beberapa dalil yang
berbeda. Metode ini adalah metode yang seyogyanya ditempuh pertama
kali jika menemukan dalil yang sepintas terindikasikan ta‘arudh atau
bertentangan. Di mata ulama kelompok ini, riwayat yang menjelaskan
bahwa Nabi SAW pernah mengeraskan bacaan basmalah diakui dan
diamalkan, namun riwayat yang mensirrkan basmalah dianggap lebih
kuat dan lebih sering dilakukan oleh Nabi dan para sahabat. Agar tidak
ada sunnah yang diabaikan atau ditinggalkan, maka diamalkan saja
keduanya.
 Pendapat kelima : Pendapat ini dikemukakan oleh Ibnu Abi Laila
dan al-Hakam menurut penuturan al-Qadhi Abu Thayyib ath-
Thabari, bahwa basmalah mau dibaca keras atau pelan itu sama
saja.

Az-Zaila‘i menukil, ulama yang berpendapat basmalah boleh


dibaca pelan maupun keras di antaranya Ishaq bin Rahawaih,
dan Ibnu Hazm.187

187- Nasb Rayyah fi Takhrij al-Ahadits al-Hidayah : 2/219


213 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Pada dasarnya pendapat kelima ini alasan yang dipakai hampir
sama dengan pendapat keempat. Kedua riwayat dari Nabi itu sama-sama
diakui sah berasal dari Nabi SAW maka dari itu keduanya sama saja
untuk diikuti dan diamalkan.
 Solusi dari pendapat di atas
Dari uraian di atas, dapat diambil solusi jalan tengah, yaitu boleh
menjahrkan basmalah dan boleh juga mensirrkan basmalah dalam shalat.
Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Ash-Shan‘ani dalam Subul as-Salam.

“Pendapat yang lebih dekat kepada kebenaran adalah bahwasanya Nabi


SAW membaca basmalah secara jahr kadang-akadang, dan membaca
dengan pelan di waktu lain”. ( Subul as-Salam : 2/104)

Ulama yang menguatkan pendapat ini di antaranya pada masa


modern ini adalah Syaikh bin Baz :

“Kami tidak mengetahui ada hadis yang sahih dan sharih mengenai
mengeraskan basmalah yang menunjukkan atas itu. Namun dalam hal ini
luas dan mudah, tidak seyogyanya dijadikan bahan pertikaian. Jika imam
mengeraskan basmalah di suatu saat supaya makmum tahu bahwa ia
membacanya hal ini tidak apa-apa, namun yang lebih utama dan yang lebih
sering adalah membacanya dengan pelan sebagai bentuk pengamalan
terhadap hadis-hadis yang sahih “ ( Fatawa Islamiyyah : 1/479)
Pendapat senada dikemukakan oleh ulama kontemporer
yang berpandangan seperti ini misalnya Syeikh Fauzan:

214 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
(
“Mengeraskan basmalah dalam shalat jahriyyah jika dilakukan kadang-
kadang tidak ada masalah, kecuali jika dilakukan terus menerus maka
sebaiknya tidak dilakukan. Karena yang tetap dari sunnah Nabi SAW dan
Khulafaurrasyidin bahwasanya mereka tidak mengeraskan basmalah.
Mereka mengeraskan bacaan al-Fatihah dalam shalat jahriyyah dan
mengeraskan bacaan surat sesudah al-Fatihah. Adapun basmalah, maka
tidak ada riwayat yang menerangkan mereka mengeraskan terus menerus,
maka dari itu tidak seyogyanya terus menerus mengeraskan bacaan
basmalah, namun jika sekali-kali mengeraskan maka yang demikian itu
tidak apa-apa”. ( al-Muntaqa min Fatawa al-Fauzan : 80/4)

Dijelaskan pula dalam Fatawa al-Azhar :

(
“Dan mungkin dikatakan : Bahwa Nabi SAW mengeraskan basmalah di
suatu waktu dan mensirrkannya di waktu yang lain. Sepanjang persoalan itu
masalah khilafiyyah maka tidak boleh bersikap ta‟ashub dengan pendapat

215 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
manapun. Dan saya memandang, membaca basmalah itu ada manfaatnya
dan tidak berbahaya, sebagaimana tidak membaca basmalah (dengan keras)
juga tidak membatalkan shalat”. ( Fatawa al-Azhar : 8/489)
c. Bilangan Rakaat Shalat Tarawih188
Imam al-Baehaqy meriwayatkan dengan sanad hadits yang
shahih, bahwa para shahabat nabi SAW melaksanakan shalat tarawih
20 (dua puluh) rakaat pada masa Umar bin Khathab. Juga Imam Malik
RA meriwayatkan dalam kitab al-Muwatha bahwa para shahabat
melakukan shalat tarawih 23 rakaat. Lanjut Iamam Baehaqi shalat
dimalam ramadhan menjadi 23 (dua puluh tiga) rakaat itu, karena
ditambah dengan witir 3 rakaat. Pelaksanaan tarawih dua puluh rakaat
ini, awalnya bukan shahabat nabi penduduk Madinah. Karena penduduk
Madinah melakukanya 36 rakaat.
Imam Abul Qasim Abdul Karim al-Rafi‘i menjelaskan:‖
Rasulullah SAW melaksanakan shalat tarawih dua puluh rakaat selama
dua malam, dan pada malam ketiga para shahabat nabi telah berkumpul
di masjid untuk melaksanakan shalat dua puluh rakaat berjamaah,
namun nabi SAW tidak nampak, pada keesokan harinya Rasulullah
SAW ditanya oleh shahabat: ―Ya rasul ! mengapa tidak shalat di Memsjid
lagi, jawab Rasululhha SA: ―Aku takut shalat
tarawih itu diwajibkan atas kamu, kemudian kamu sekalian tidak kuat
melaksanakannya, karena panjang bacaannya, seperti hadits dirwatkan
oleh Imam Malik‖.
Dalam kitab al-Mughni, Imam Ibnu Quydamah mengutip
pendapat Imam Malik bahwa dua puluh rakaat shalat tarawih adalah
pendapat yang mukhtar (pilihan), karena pendapat Ibnu Shalih Maula
al-Taumah, yang menyatakan bahwa shalat tarawih itu 41 (empat puuh
sartu) rakaat ditambah witir lima rakaat, (46 rakaat) adalah pendapat
yang dhaif.
Madzhab Syafi‘i dan Ahamd bin Hambal bahwa landasan yang
digunakan shalat tarawih adalah hadits riwayat shahih dari Sa‘id bin
Yajid bahwa shalat tarawih dizaman Nabi adalah 20 rakaat. Sedangkan

188 - Badrudin Syubki, Rakaat Shalat Tarawih Pendapat Empat Madzhab, Bogor :
PUSKI UIKA
216 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Madzhab Malik melaksnakan 39 rakaat sesuai riwayat ahli Madinah.
Sedangkan pelaksanaan shalat tarawih di Masjid Mekkah dan Madinah
sa‘at ini adalah tetap mengacu kepada pendapat Madzhbab resmi
pemerintah saudi Arabia, yaitu Hanbali dengan pelaksanaaan 20 rakaat.
Dan pada malam ke-20 Ramadhan hingga akhir bulan, di kedua mesjid
tersebut juga dilaknakan shalat qiyamullail (shalat tengah malam)
sebanyak 10 raka‘at dimulai sekitar fukul 00 wib hingga menjelang sahur.
Karena ada hadits yang menjeksakan tentang shalat malam bulan
ramdhan (qiyamurramadhan), maka ada juga yang berpendapat bahwa
pelaksnaan shalat tarawih juga mengacu kepada shalat malam
sebagaimana telah dilaksnakan oleh rasulullah saw. Pendapat ini
kemudian diikuti oleh beberapa ulama mutakhirin. Adapun jumlah
rakaat shalat malam rasulullah saw adala sbb:
 Shalat malam 11 rtakaat terdiri dari 4 rakaat x 2+3 raka‘at witir.
(HR. Imam Bukhari)
 11 rakaat terdiri dari 4 raka‘at x 2+2 rakaat witir + 1 rakaat witirt.
(HR. Muslim dari Aisyah ra).
 11 rakaat terdiri dari 2 raka‘at x 4 & 2 rakaat witir + 1 raka‘at wtir
(HR. Muslim).
 8 raka‘at + raka‘at witir (HR Ibnu Hibban).
 8 rakaat + 3 rakaat wiitir= 11 rakaat.
Hadits yang menjelaskan Nabi SAW melaksanakan qiyamur
Ramadhan delapan rakaat ditambah tiga (sebelas rakaat) adalah berasal
dari riwayat Imam Malik dari Abi Sa‘id al-Maqbari dari Abi Salamah bin
Abdur Rahman. Abi Salamah bertanya kepada Aisyah: ―Bagaimana shalat
Rasulullah Saw di bulan ramadhan?‖. Jawab Aisyah:

.
“Rasulullah SAW tidak menambah shalatnya sebelas rakaat, baik di bulan ramadhan
atau yang lainnya. Rasulullah SAW pertama shalat empat rakaat”.Kata Aisyah
217 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
kepada Abi Salamah:“Engkau (wahai Abi Salamah) jangan bertanya tentang baik
dan panjangnya shalat rasulullah empat rakaat itu”. Kemudian Rasulullah shalat lagi
empat rakaat. Kata Aisyah: “Engkau jangan bertanya lagi (hai Abi salamah) tentang
baik dan panjangnya shalat empat rakaat itu”. Kemudian Rasulullah shalat witir tiga
rakaat. Aku (kata Aisyah) bertanya kepada Rasulullah: “Ya Rasulullah! apakah
engkau tidur sebelum witir?” Rasulullah menjawab: “Wahai Aisyah sesungguhnya
kedua mataku tidur, namun hatiku tidak pernah tidur”.
Hadist riwayat Aiyah itu bukan menunjukkan shalat tarawih,
akan tetapi maksudnya shalat qiyamulail atau (mungkin) shalat tahajjud,
karena jika shalat yang delapan rakaat diartikan shalat tarawih, maka
berarti di bulan syawal dan yang lainnya juga, boleh ada shalat tarawih.
Bahkan Syekh Jaenuddin al-Malyabary dalam kitab Fah al-Mu‘in
mengatakan:
.
“Jika shalat tarawih dilakukan empat rakaat dengan satu kali bacaan salam, maka
hukmnya tidak shah, berbeda dengan shalat sunat dhuhur, ashar dan dhuha”.
Namun Muhammad Syatha al-Dimyathi mengatakan kata-kata:
―maksudnya empat rakaat atau lebih, misalnya delapan
rakaat, dua belas rakaat, enam belas rakaat atau dua puluh rakaat yang
dinyatakan tidak shah,
.
Tidak shah shalat tarawih empat rakaat atau lebih dengan satu kali salam, jika
dilakukan dengan sengaja dan mengetahui hukumnya. Dan jika tidak tahu hukumnya
dan tidak sengaja, maka shalat itu menjadi shah seperti shalat sunah muthlak
lainnya”.
Namun perbedaan pendapat ini, hanya dalam bilangan jumlah
rakaat shalat tarawih, bukan perbedaan dalam subtansi shalat
qiyamullail di bulan ramadhan. Karenanya Imam Taqyuddin al-Subky
membuat kaidah fiqh (ushul fiqh) dalam kitab Jam‘ul Jawami‘:

218 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
“Jika dua maslah ta‟arudh (bertentengan) maka bisa gugur dua-duanya, namun jika
kedua masalah itu dapat dikumpulkan, maka kedua masalah itu hendaknya
dikumpulkan”.
Jadi yang paling adil (baik) dalam pelaksanaan ibadah tarawih di
malam ramadhan adalah sbb: (a) umat Islam hendaknya sahalat
qiyamullail di bulan ramadhan, sebagai realisasi dari hadits Nabi
, minimal diawal malam hari melaksanakan tarawih 20 rakaat. (b)
Qiyamur ramadhan (tarawih) dilanjutkan di tengah malamnya dengan
tahajud 8 rakkat yang disertai witir tiga rakaat, dan atau (c) Diiawal
malam hari 8 rakaat dan di tengah malam harinya 20 rakaat yang disertai
witir tiga rakaat wiir.
Ibnu Quddamah berkata berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW
riwayat Abi Dzar

Masyarakat muslim jika shalat di malam ramadhan dengan berjamaah sampai


selesai, maka shalatnya dinilai sama dengan shalat satu malam.
:
.
Abi Abdillah berpendapat bahwa madzhab pilihan pada pelaksanaan shalat tarawih
adalah melaksanakan shalat tarawih dengan berjamaah. Demikian pula pada
riwayat Yusuf bin Musa berjamaah dalam shalat tarawih adalah lebih utama.
Adalah Umar bin Khatab, beliau melaksanakan shalat tarawih
dengan berjamaah, karenanya al-Mazani dan Ibnul Hakim dari golongan
Madzhab Hanafi, juga golongan Ahmad Bin Hanbal, mereka
melaksanakan shalat tartawih dengan berjamaah.
Imam Ahmad berkata: ―Para imam shalat tarawih hendaknya
membaca ayat al-Qur‘an ketika menjadi imam dibulan ramadhan, dengan
bacaan surat al-Qur‘an yang ringan bagi ma‘mum, disesuaikan dengan
kondisi makmum‖. Namun Al-Qadhi berkata: Disunahkan bagi imam
membaca al-Qur‘an diwaktu shalat tarawih, satu kali khataman al-quran
dalam satu bulan ramadhan, agar para ma‘mun dapat mendengarkan
dengan baik bacaan shalat imam. Dan tidak sunah atau makruh
219 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
hukumnya bagi imam dalam shalat tarawih, jika lebih cepat dari satu kali
khataman membaca al-Qur‘an dalam satu bulan ramadhan (misalnya dua
kali atau lebih ), karena dalam keadaan bacaan cepat, al-Qur‘an susah
disimak dengan baik oleh ma‘mum. Hal ini berbeda di luar shalat
tarawih, pada bulan ramadhan bahkan disunahkan banyak membaca al-
Qur‘an, namun tidak boleh cepat dari satu pekan satu kali khatam al-
Qur‘an. Dan jika para jamaah sepakat dengan imam untuk membaca
surat-surat al-Quran yang panjang dalam berjamaah tarawih, itu lebih
utama. Dalm sebuah hadits Nabi SAW di jelaskan oleh Abu Dzar RA.
.
"Kami shalat malam ramadhan bersama Rasulullah SAW sehingga kami khawatir
lambat makan sahur".

220 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Jawwad Ash-Shawi, Terapi Puasa : Manfaat Puasa ditinjau dari


Sains Modern, Jakarta :Pepublika,2007.
Abdul Lathif, Al-Ikhlash Wa Al-Syirk Al-Ashghar, Darul Wathan,
1412 H
Abdullah Ibn Jarullah al-Jarullah, Ringkasan Hukum-Hukum Seputar
Puasa,Pustaka Islamhouse,2010.
Al-Baghdadi, Iqtidha‘ Al-Ilm Al-Amal, Beirut: Maktab Al-Islami,
1397H.
Al-Ghazali, Ihya‘ Ulum Al-Din, Beirut: Al-Maktabah Al-Ashriyah,
1420 H.
Ali Ibn Abduh Ibn Syakir Abu Humaidi, Tazkiyah Al-Nafs Fii Al-
Islam Wa Fii Falsafah Al-Uhra, Mekah: Universitas Ummul
Qura, 2009.
Ali Ibn Abduh Ibn Syakir Abu Humaidi, Tazkiyah Al-Nafs Fii Al-
Islam Wa Fii Falsafah Al-Uhra, Mekah: Universitas Ummul
Qura, 2009.
Ali Ibn Abduh Ibn Syakir Abu Humaidi, Tazkiyah Al-Nafs Fii Al-
Islam Wa Fii Falsafah Al-Uhra, Mekah: Universitas Ummul
Qura, 2009.
Al-Marwazi, Ta‘dzim Al-Shalat, Madinah Munawarah: Maktabah Al-
Dar, 1406 H.
Al-Qurthubi, Al-Jami‘ li Ahkam Al-Qur‘an, Kairo: Dar Al-Hadist, 1414
H.
Aly Al-Shabuny, Tafsir Shafwah al-Tafasir, Dar al-Fiqr, Beirut Ibanon,
(tt). Juz III.
Al-Zarkasyi, Al-Mantsur, Kuwait: Wuzarah Al-Auqaf Kuwait, 1405H.
Amin bin Abdullah asy-Syaqawi, Shalat Jamaah, Pustaka
Islamhouse,2010,hlm.8
Badrudin Syubki, Rakaat Shalat Tarawih Pendapat Empat Madzhab,
Bogor : PUSKI UIKA
Bukhari, Al-Tajrid al-Shartih/Mukhtashr al-Bukhari, Maktabah al-
Yamamah, li al-Thba‘ wa al-Nasyar, Beirut Libaon.
221 | Studi Islam II
Fikih Ibadah
Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam PerekonomianModern, Jakarta :
Disertasi UIN Syarif Hidayatullah, 2001, hlm.17
Ibn Faris, Mu‘jam maqayis Al-Lughah, Libanon: Dar Al-Fikr, 1415 H.
Ibn Hajar Al-Ashqalani, Fath Al-Bari, Riyadh: Dar Al-Salam, 1418 H.
Ibn Hajar Al-Ashqalani, Fath Al-Bari, Riyadh: Dar Al-Salam, 1418 H.
Ibn Katsir, Tafsir Al-Qur‘an Al-Adzim, Maktabah Darus Salam,
Volume III.
Ibn Qayyim al-Jauziyah, I‘lam al-Muwaq-qi‘in, Kairo: Maktabah Ibn
Taimiyah, Vol. 4.
Ibn Qayyim, Al-Fawa;id, Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, 1393H.
Ibn Qayyim, Madarijus Salikin, Kairo: Darul Hadits, Vol. 2.
Ibn Rajab, Jami‘ al-‘Ulum wa al-Hikam, tahqiq oleh Syu‘aib Al
Arnauth dan Ibrahim Bajis, Saudi Arabia: Mu‘assassah ar-
Risalah, 1419H.
Ibn Rusyd, Bidayat al-Mujtahid, Dar Al-Syuruq, 2011, Ibn Taimiyah,
Raf‘ul Malam An Aimmah al-A‘lam, Maktabah Waqfiyyah.
Ibn Taimiyah, al-‗Ubuudiyyah, tahqiq Syaikh ‗Ali bin Hasan bin ‗Ali
‗Abdul Hamid al-Halaby al-Atsar, Maktabah Darul Ashaalah
1416 H.
Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Dar al-Fiqr, Beirut, Libanon.
Ibnu Qayyim, Bada‘i Al-Fawaid, Mekah: Maktabah Nizar Musthafa,
1416H.
Ibrahim Muhammad Ali, Riyadl Al-Insi Fii Tazkiyah Al-Nafs, Aman:
Jam‘iyyah Al-Muhafadzah, 2005.
Miqdad Yaljin, Jawanib al-Tarbiyyah al-Islamiyyah, Riyadh: Jami'ah
AIImam, 1997.
Mohammad Sholeh, Terapi Salat Tahajjud: Menyembuhkan Berbagai
Penyakit, Penerbit Hikmah Populer, 2007.
Muhamad bin Soleh al-Utsaimin, Zakat dan Faedah-Faedahnya,
Puataka Islamhouse,2010.
Muhammad Akmansyah, Konsep Pendidikan Spiritual ‗Abd Al-Qodir Al-
Jailani, Jakarta: Desertasi UIN Syarif Hidayatullah, 2010.
Muhammad bin Abdul Aziz Al-Musnad, Fatwa-Fatwa Haji dan
Umrah oleh Ulama-Ulama Besar Saudi Arabia, Jakarta: Pustaka
Imam Asy-Syafi'i.

222 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijri, Ringkasan Fiqih Islam, Pustaka
Islamhouse.
Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijri, Ringkasan Fiqih Islam, Pustaka
Islamhouse,2012
Muhammad bin Shalih bin 'Utsaimin, Al-Ibda' fi Kamaalisy-Syar'i wa
Khothrul-Ibtida.
Muhammad Ibn Abi Bakar Al-Razi, Mukhtar Al-Shihah, Madinah
Munawarah: Dar Al-thaibah, 1987.
Muhammad Ibn Abi Bakar Al-Razi, Mukhtar Al-Shihah, Madinah
Munawarah: Dar Al-thaibah, 1987.
Muhammad Iqbal Ahmad Gazali, Keutamaan Membaca dan
Menghafal al-Qur`an, Pustaka Islamhaose, 2010, hlm. 2
Muhammad Shaleh al-Munajid, Tujuh Puluh Masalah Seputar Puasa,
Pustaka Islamhouse,2010.
Nashir bin Abdul Karim Al-'Aql, Sebab-Sebab Perpecahan Umat dan
Cara Penanggulangannya,Pustaka Islamhouse,2009.
Syamsuddin Arif, Puasa: Tazkiyatun Nafs dan Jasad, Jurnal pemikiran
Islam, Islamia, (Insists-Republika) edisi 19 Juli 2012.
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Prinsip Dasar Islam Menutut Al-Qur‘an
dan As-Sunnah yang Shahih, Bogor : Pustaka At-Taqwa Po Box
264 Bogor 16001.

223 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
Riwayat Hidup Penulis
DR. AKHMAD ALIM

T
anggal 10 Desember 2011, bisa dikatakan hari yang sangat istimewa bagi
Dr.Akhmad Alim. Anak kampung ini berhasil lulus mempertahankan
disertasi doktomya dan menjadi seorang Doktor termuda serta tercepat
di Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor dengan predikat cum laude.
Salah satu pengujinya yaitu Prof.Dr.Ahmad Tafsir, pakar pendidikan dari
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Jati Bandung memuji Disertasi dan
keilmuannya.―UIKA kini memiliki pakar tentang Ibn Jauzi,‖ kata Prof.Ahmad
Tafsir.
Pada sidang terbuka tersebut, Ahmad Alim mempertahankan
Disertasinya yang berjudul ―Pendidikan Jiwa Ibn Jauzi dan Relevansinya
terhadap Pendidikan Spiritual Manusia Modern‖. Ia menjawab semua
pertanyaan para penguji dengan tangkas dan lancar. Tim penguji
Disertasi terdiri atas Prof.Dr.KH.Didin Hafidhuddin,MS,
Prof.Dr.H.Ahmad Tafsir, Prof.Dr.H.Didin Saifudin Bukhari,MA,
Dr.H.Adian Husaini,Msi, dan Dr.H.Ibdalsyah,MA.
Melalui Disertasi ini, Dr.Alim menawarkan solusi Pendidikan Jiwa
berdasarkan konsep yang disusun oleh seorang ulama besar bernama Ibn
Jauzi. Memang, untuk menyelesaikan disertasinya, Alim harus bekerja
keras. Dia melakukan penelitian di berbagai perpustakaan, termasuk di
Universitas Islam Madinah dan Universitas Ummul Qura Mekkah. ―Saya
sudah mengecek, belum ada yang menulis masalah ini,‖ papar Alim.
Dr.Akhmad Alim, sehari-hari lebih akrab dipanggil Ustadz Alim.
Maklum, sembari menyelesaikan program doktoralnya, ia juga dipercaya
oleh Prof.Dr.KH.Didin Hafidhuddin,MS, menjadi pengasuh Pondok
Pesantren Mahasiswa dan Sarjana (PPMS) Ulil Albaab Bogor -sebuah
pesantren yang didirikan oleh Mohammad Natsir, tahun 1987.
Akhmad Alim selama ini sudah dikenal "haus ilmu". Sejarah
pendidikannya tidak terlepas dari nadzar sang ibunya sendiri, yang
merupakan seorang perempuan yang buta huruf. Sang Ibu adalah seorang
anak yatim piatu sejak kecil. Kakak-kakaknya diambil dan diasuh orang,
sedang ia sendiri tidak, sehingga Ia hidup sebatangkara. Karena tidak ada
biaya, ia keluar sekolah ketika kelas dua SD. Semenjak itu, ia mencari

224 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
uang sendiri dengan berjualan daun pisang serta ikut menanam padi di
sawah.
Ayah Alim pun bukan orang yang berpendidikan. Sama seperti
ibunya yang tidak lulus sekolah dasar. Hal inilah yang -menurut Alim -
kadang membuatnya heran, mengapa ia diberi nama Ahmad Alim yang
artinya ―pujian kepada Allah hamba yang berilmu‖. Padahal kedua orang
tuanya itu tidak bisa bahasa Arab. Ketika ditanyakan tentang hal itu,
sang ayah berkata, ―nama itu pemberian dari seorang Kyai yang
merespon nadzar Ibumu‖.
Diwakafkan Sang Ibu
Akhmad Alim lahir di Rembang, 28 Februari 1982. Saat kecil, Alim
sering sakit-sakitan. Bahkan, kabarnya, ia baru bisa berjalan setelah 21
bulan. Padahal bayi normal biasanya sudah bisa berjalan umur 12 bulan.
Ibu Alim sangat sedih. Saat itulah Sang Ibu berdoa, ―Ya Allah, Jika anak
saya ini tetap hidup dan bisa berjalan, anak ini saya wakafkan untuk
sekolah bahkan setinggi-tingginya yang tidak ada di kampung ini.‖
Alasan yang mendorong mengapa sang ibu sangat perhatian pada
pendidikan, adalah kakek Alim yang merupakan pejuang dan guru ngaji
di zaman Belanda. Jadi sang ibu sempat protes mengapa anak-anak
seorang guru ngaji tapi sekolahnya tidak ada yang tuntas. Ini memang
wajar karena kakek dan neneknya wafat sejak ibu Akhmad Alim masih
bayi. Tetapi justru karena itu, sang ibu berjuang agar anak-anaknya
kelak bisa sekolah setinggi-tingginya.
Itulah yang memotivasi Akhmad Alim untuk terus bersekolah.
Bahkan sejak kecil ia terbiasa sekolah double. Saat bersekolah di Sekolah
Dasar di pagi hari, sore hari dia bersekolah di madrasah ibtidaiyah.
Begitu juga saat bersekolah di SLTP, ia juga merangkap ngaji di sebuah
pesantren. Begitu pula ketika di ia bersekolah di tingkat SLTA, ia juga
merangkap menimba ilmu di sebuah Pesantren di Pati, Jawa Tengah.
Setelah itu ia melanjutkan pendidikan tingkat DI, D2, D3, Sl, S2 dan
sampai S3. Alim menyelesaikan jenjang S-l di LIPIA Jakarta dan S-2 di
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Menurut Ahmad Alim, ia mempunyai kebiasaan, ketika dulu masih
bersekolah dan menghadapi ujian, ia meminta doa dari sang ibu.
Keesokannya Sang Ibu pun langsung berpuasa dan shalat tahajud ketika
malam untuk mendoakan kesuksesan anaknya. Walau pun sang ibu
tidak memodali materi, tetapi selalu memberikan doa. Ketika berangkat
sekolah sang ibu selalu berwasiat, ―Ibu tidak bisa memberi kamu biaya,
tidak bisa memberi biaya kamu makan. Ibu hanya membekali kamu

225 | Studi Islam II


Fikih Ibadah
dengan basmalah. Dengan basmalah kamu bisa makan dan kamu bisa
hidup dan membiayai kuliah.‖
Dengan bekal tersebut ternyata Akhmad Alim tidak pernah kecil
hati dan tidak merasa kekurangan. Bahkan untuk biaya sekolah pun,
Akhmad Alim selalu mendapat beasiswa. "Kalau pun tidak mendapat
beasiswa ada saja rizki dan kemudahan dari jalan yang tidak
diperkirakan sebelumnya‖ ungkapnya.
Ada kisah, seorang pegawai di sebuah perusahaan yang nge-fans
terhadap Ahmad Alim. Orang tersebut mengaku pengikut fanatik satu
organisasi Islam. Ia mengaku sedih, karena yang aktif di masjidnya
kebanyakan pengikut organisasi lain. Pegawai itu kemudian merasa
bersyukur karena kehadiran Alim mampu merangkul berbagai
kelompok. Di tengah penulisan tesis S-2, tiba-tiba si pegawai melunasi
seluruh biaya pendidikan Akhmad Alim.
Begitu pula saat Ahmad Alim hendak berangkat ke Madinah untuk
penelitian disertasi. Ada seorang pengusaha yang sadar bahwa hidup
mencari uang terus, karena ia ternyata tidak pernah mengeyangkan
hatinya. Akhirnya ia mengaji dan kemudian merasakan ketenangan. Ia
belajar pada bahasa Arab pada Akhmad Alim mulai ―dari nol‖ sampai
bisa menerjemahkan Al-Quran 30 juz. Saat Ahmad Alim berangkat ke
Madinah untuk melakukan penelitian, orang itu mengusahakan semua
biayanya. ―Rizki itu dari Allah,‖ kata Ahmad Alim yang kini sehari-hari
menjadi Imam di Masjid al-Hijri Universitas Ibn Khaldun Bogor.
(Profil ini dimuat di Harian Umum REPUBLIKA 15 Desember 2011
dengan judul Berkat Nadzar Sang Ibu). Diwawancara dan ditulis oleh
Irfan Habibie, ST, santri PPMS Ulil Albaab UIKA; alumnus Teknik
Kimia ITB.

226 | Studi Islam II


Fikih Ibadah

Anda mungkin juga menyukai