D
I
S
U
S
U
N
Oleh : KELOMPOK 13
NAMA NIM
Segala puji milik Allah yang telah memberikan karunia-Nya pada kita
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “SEPULUH KAIDAH
FIKIH”.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari Bapak, agar
kedepannya tidak mengulangi kesalahan-kesalahan dalam pembuatan makalah
ini, serta dengan hal itu penulis memohon maaf jika terdapat kesalahan dalam
penulisan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................1
BAB II........................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................2
1. PENGERTIAN KAIDAH FIQIH.....................................................2
2. MAMFAAT MEMPELAJARI KAIDAH FIQIH............................3
3. KAIDAH KAIDAH FIKIH..............................................................4
BAB III....................................................................................................16
PENUTUP................................................................................................16
A. Kesimpulan.....................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fiqih merupakan sebuah cabang ilmu, yang tentunya bersifat ilmiyah,
logis dan memiliki obyek dan kaidah tertentu. Fiqih tidak seperti tasawuf
yang lebih merupakan gerakan hati dan perasaan. Juga bukan seperti tarekat
yang merupakan pelaksanaan ritual-ritual.Pembekalan materi yang baik
dalam lingkup sekolah, akan membentuk pribadi yang mandiri, bertanggung
jawab, dan memiliki budi pekerti yang luhur. Sehingga memudahkan peserta
didik dalam mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi di
zaman modern sekarang semakin banyak masalah-masalah muncul yang
membutuhkan kajian fiqih dan syari’at. Oleh karena itu, peserta didik
membutuhkan dasar ilmu dan hukum Islam untuk menanggapi permasalahan
di masyarakat sekitar.1 Tujuan pembelajaran Fiqih adalah untuk membekali
peserta didik agar dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum
Islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan dalil aqli
melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar.2
Fiqih merupakan sebuah cabang ilmu, yang tentunya bersifat ilmiyah,logis
dan memiliki obyek dan kaidah tertentu. Fiqih tidak seperti tasawuf yang
lebih merupakan gerakan hati dan perasaan. Juga bukan seperti tarekat yang
merupakan pelaksanaan ritual-ritual.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kaidah fikih ?
2. Bagaimana mamfaat mempelajari kaidah fikih ?
3. Berikan 10 kaidah fikih !
1
BAB II
PEMBAHASAN
3
Ilmu Kaidah Fiqih juga bisa dijadikan landasan aktifitas sehari-
hari dalam usaha memahami tujuan diturunkannya syariat (Maqashid al-
Syari’ah) secara lebih komprehensif. Sedangkan bagi para ahli ushul
maupun fuqaha, pemahaman terhadap Kaidah Fiqih mutlak diperlukan
untuk melakukan suatu ijtihad atau pembaharuan pemikiran dalam
berbagai masalah. Kaidah Fiqih (Qawaid Fiqhiyah) berfungsi sebagai
panduan yang lebih praktis dari logika deduktif-induktif hukum Islam
aplikatif (Fiqih). Manfaat Kaidah Fiqih (Qawaid Fiqhiyah) adalah:
Sebagai titik temu dari masalah-masalah fikih Untuk memahami tujuan
diturunkannya syariat (Maqashid al-Syari’ah) secara lebih komprehensif
Bagi Fuqaha dan Mujtahid Ilmu Kaidah Fiqih (Qawaid Fiqhiyah) adalah
ilmu yang mutlak diperlukan untuk melakukan suatu ijtihad atau
pembaharuan pemikiran Menjadikan kita lebih bijaksana dalam
menyikapi berbagai masalah fiqih yang muncul sehingga menjadikan
kita lebih moderat dalam menyikapi masalah-masalah sosial, ekonomi,
politik, budaya.
1) KAIDAH PERTAMA
ِ َ أُال ُم ْو ُر بِ ِمق.١
اص ِدهَا
ۡاح فِي َمٓا َأ ۡخطَ ۡأتُم بِ ِۦه َولَ ٰـ ِكن َّما تَ َع َّمد َۡت قُلُوبُ ُكم
ٌ ۬ َس َعلَ ۡيڪُمۡ ُجن
َ َولَ ۡي
4
Artinya : "Tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf
padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu".
(QS. Al Ahzab : 5)
ِإنَّ َما اَأْل ْع َما ُل بِالنِّيَّ ِة َولِ ُك ِّل ا ْمرٍِئ َما نَ َوى
Contoh :
Apabila seseorang berkata : "saya hibahkan barang ini untukmu
selamanya, tapi saya minta uang satu juta rupiah", meskipun katanya
adalah hiba, tapi dengan permintaan uang, maka akad tersebut bukan
hibah, tetapi merupakan akad jual-beli
2) KAIDAH KEDUA
5
ٕان الشيطان لئاتى احدكمـ وهو فى صالته فيقول له ٔاحدثت فال ينصرف حتى يسمع صوتا ٔاو يجد ريحا.
رواه ٕابن ماجه و ٔاحمد.
Contoh :
Terjadi perselisihan penjual dan pembeli, pembeli ingin
mengembalikan barangnya dan berkata bahwa barang tersebut seharga 15
ribu, sedang penjual berkata harga tersebut adalah 20 ribu. Maka yang
dianggap yakin adalah harga penjual.
3) KAIDAH KETIGA
6
kehidupan, lupa, tidaktahu, kekurangmampuan bertindak hukum (al-
naqsh)
7
5. Dibolehkan hanya melihat apa yang mungkin dapat dilihat, seperti
menjual apa yang ada dalam kaleng/botol dan lain-lain seperti
makanan yang ada dalam kaleng atau botol jika dibuka tutup
kalengnya, atau tutup botolnya, tentu makanan atau minuman yang ada
di dalamnya akan menjadi rusak. Untuk kemaslahatan, maka
dibolehkan jual beli hanya melihat yang di luarnya saja, dengan
tulisan, label dan lain-lain, dengan tidak melihat langsung makanan
atau minuman itu.
6. Dalam kontrak Istisna’ini, di perbolehkan walaupun barang yang di
jual belikan belum jelas jasadnya atau bentuknya karena Kontrak ini
sama seperti Salam, yaitu membeli barang yang belum tidak ada
keberadaanya namun barang-barang yang dideskripsikan oleh klien
seperti baju di jahitan.
7. Bay’ bil Wafa’ (jual beli dengan tebusan) merupakan suatu jual beli
barang dengan hutang pada kreditur dengan syarat kapan saja si
penjual (yang menjadi peminjam uang dalam transaksi ini) membayar
harga barang atau membayar hutangnya, maka si pembeli
berkewajiban mengembalikan barangnya itukepada pemilik barang.
8. Kafalah bil-dark misalnya seseorang membeli suatu barang dan
meminta agar penjualnya menjamin pengembalian harga barang itu
jika ada orang lain yang mengklaim sebagai pemilik barang itu, dan
sebagai konsekuensinya orang tersebut
Contoh :
Seseorang yang meminjam barang kepunyaan orang yang
dikenalnya, kemudian barang tersebut telah rusak atau hilang sehingga
tidak mungkin dikembalikan kepada pemiliknya, maka penggantinya
8
adalah barang yang sama mereknya, ukurannya atau diganti dengan harga
barang tersebut dengan harga di pasaran.
4) KAIDAH KEEMPAT
ض َر ُر يُزَا ُل
َ ال.٤
Contoh :
Larangan menimbun barang-barang kebutuhan pokok masyarakat
karena perbuatan tersebut mengakibatkan kemudharatan bagi rakyat
5) KAIDAH KELIMA
9
Dasar kaidah ini adalah firman Allah SWT
Artinya : ".... apa yang kaum muslim anggap baik, maka baik pula
menurut Allah. Dan apa yang kaum muslim anggap buruk, maka buruk
pula menurut Allah." (H.R. Ahmad).
Contoh :
Transaksi kurs mata uang (sharf), penyelesaian transaksi tersebut
diadministrasikan sampai 2 hari kemudian setelah transaksi, hal tersebut
dibenarkan.
6) KAIDAH KEENAM
Artinya:
10
“Jika tidak mampu mengerjakan secara keseluruhan maka tidak boleh
meninggalkan semuanya.”
Contoh kaidah:
Seorang yang tidak mampu berbuat kebajikan dengan satu dinar tetapi
mampu dengan dirham maka lakukanlah. Seserang yang tidak mampu
untuk mengajar atau belajar berbagai bidang studi (fan) sekaligus, maka
tidak boleh meninggalkan keseluruhannya. Seseorang yang merasa berat
untuk melakukan shalat malam sebanyak sepuluh rakaat, maka
lakukanlah shalat malam empat rakaat.
7) KAIDAH KETUJUH
“Sesuatu yang mudah tidak boleh digugurkan dengan sesuatu yang sulit.”
Contoh kaidah:
Seorang yang terpotong bagian tubuhnya, maka tetap wajib baginya
membasuh anggota badan yang tersisah ketika bersuci. Seseorang yang
mampu menutup sebagian auratnya, maka ia wajib menutup aurat
berdasarkan kemampuannya tersebut. Orang yang mampu membaca sebagian
ayat dari surat Al-Fatihah, maka ia wajib membaca sebagian yang ia ketahui
tersebut.
11
Orang yang memiliki harta satu nisab, namun setengah darinya berada
ditempat jauh (ghaib) maka harus dikeluarkan untuk zakat adalah harta yang
berada ditangannya.
Nabi SAW. bersabda :
Artinya:
“Sesuatu yang aku perintahkan maka kerjakanlah semampu kalian.” (HR.
Bukhari Muslim)
8) KAIDAH KEDELEPAN
“Hukum itu berputar beserta ‘illatnya, baik dari sisi wujudnya maupun
ketiadaannya’illatnya.”
Contoh kaidah :
12
9) KAIDAH KESEMBILAN
Contoh kaidah:
Contoh kaidah:
13
Seorang pemimpin (imam) dilarang membagikan zakat kepada yang
berhak (mustahiq) dengan cara membeda-bedakan diantara orang-orang
yang tingkat kebutuhannya sama. Seorang pemimpin pemerintahan,
sebaiknya tidak mengankat seorang fasiq menjadi imam shalat. Karena
walaupun shalat dibelakangnya tetap sah, namun hal ini kurang baik
(makruh).
Seorang pemimpin tidak boleh mendahulukan pembagian harta baitul
mal kepada seorang yang kurang membutuhkannya dan mengakhirkan
mereka yang lebih membutuhkan.
Artinya :
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kaidah Fiqih (Qawaid Fiqhiyah) adalah salah satu cabang ilmu
didalam ilmu Ushul Fiqih. Kaidah Fiqih terdiri dari dua suku kata, yaitu
kata kaidah (qawaid) dan kata fiqih (fiqhiyah). Kata kaidah (qawaid)
14
secara bahasa / etimologi berarti asal (al-asl) atau asas (al-asas), yang
berarti berarti asas, landasan, dasar, basis atau pondasi. Dengan
demikian Kaidah Fiqih berarti asas, landasan, dasar, basis atau pondasi
Fiqih. Kaidah Fiqih berisi kaidah-kaidah universal bagi pelaksanaan
yurisprudensi (hukum) Islam aplikatif (Fiqih). Kaidah Fiqih berbeda
dengan Kaidah Ushul Fiqih. Kaidah Ushul Fiqih memuat kaidah kaidah
dalam berijtihad, kaidah-kaidah tentang Quran dan Sunah, Kaidah Ijma,
Kaidah Qiyas, dan berbagai kaidah dalam metodologi berijtihad seperti
Kaidah Mashlahah, Kaidah Sadd Dzariah, Kaidah Urf, Kaidah Istishab,
Kaidah Qaul Sahabi, dan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
15
Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997.
Syafe’i,
16