Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

FIKIH JINAYAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fikih Jinayah

Dosen Pengampu : Dr. Fikfik Taufik, S.S., M.Sy

Disusun Oleh :

Abid Naufal Habibburokhman 220418001

HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG

2024 M / 1445 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah mata
kuliah “Fikih Jinayah” bisa selesai pada waktunya. Terima kasih juga kami ucapkan kepada
teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini
dapat disusun dengan baik dan rapi.

Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Fikih Jinayah pada
program studi Hukum Keluarga Islam, selanjutnya kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Fikfik Taufik, S.S., M.Sy selaku dosen Mata Kuliah Fikih
Jinayah dan segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penyusunan
makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Sumedang, 19 Maret 2024

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 1


BAB I .............................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 3
1.1. Latar Belakang ..................................................................................................................... 3
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 3
1.3. Tujuan Pembahasan.............................................................................................................. 3
BAB II............................................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 4
2.1. Definisi Fikih Jinayah .......................................................................................................... 4
2.2. Ruang Lingkup Fikih Jinayah .............................................................................................. 7
BAB III ......................................................................................................................................... 10
PENUTUP..................................................................................................................................... 10
3.1. Kesimpulan......................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 11

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Syariat Islam sungguh sangat luas cakupannya. Seluruh aspek kehidupan manusia dicakup
oleh syariat islam. Hukum yang diungkapkan oleh syariat ada yang langsung nampak dalam nas
Al-Qur’an dan as-Sunnah dan ada juga yang memerlukan ijtihad para ulama.
Di antara syariat yang diturunkan Allah Ta’ala ialah ketentuan yang berhubungan dengan
hukum-hukum kejahatan yang dalam istilah fukaha disebut dengan jinayah. Kajian hukum Islam
yang membahas masalah ini disebut Fikih Jinayah. Di Indonesia Fikih Jinayah diterjemahkan
dengan Hukum Pidana Islam, walaupun istilah ini tidak persis sama dengan istilah Hukum Pidana
di Indonesia. Karena hukum pidana di Indonesia cenderung dirumuskan dalam bentuk hukum
positif atau undang-undang. Sedangkan fikih jinayah lebih bersifat kajian keilmuan hukum pidana
islam, bukan dalam konteks hukum positif atau undang-undang.
Banyak opini yang muncul di kalangan orang yang awam terhadap hukum Islam yang
menggambarkan fikih jinayah atau hukum pidana Islam sebagai sesuatu yang mengerikan.
Sehingga sebagian orang muslim pun takut bila hukum pidana Islam diterapkan.
Makalah ini berusaha menggambarkan terkait pengertian fikih jinayah serta ruang
lingkupnya. Diharapkan dengan hal ini akan terjadi perubahan persepsi terhadap hukum pidana
Islam.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari Fikih Jinayah?
2. Apa saja ruang lingkup kajian dari Fikih Jinayah?

1.3. Tujuan Pembahasan


1. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari Fikih Jinayah.
2. Untuk mengetahui dan memahami ruang lingkup dari kajian Fikih Jinayah.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Fikih Jinayah


Fikih jinayah terdiri dari dua kata dalam bahasa Arab, yaitu ‫ فقه‬dan ‫جناية‬. Fiqh/‫ فقه‬secara etimologi

merupakan masdar dari lafal faqiha-yafqahu-fiqhan/‫فقه‬-‫يفقه‬-‫فقه‬, yang bermakna al-fahmu/‫الفهم‬


berarti pemahaman.1 Termasuk dalam makna ini ialah firman Allah Ta’ala tentang kaum Syu’aib,
َ َ َ َ َ
( ُ‫) َما نفۡقهُ ك ِثيرُا ِمما تقول‬

“Kami tidak banyak mengerti tentang apa yang engkau katakan itu.” (Surah Hud ayat 91).
Dan firman Allah Ta’ala,
َ َ َ َ َ َ ََٰ
ُ ‫) َول ِكن لا تفۡقه‬
( ُۡ‫ون تس ِۡبيحهم‬

“Tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka.” (Surah Al-Isra ayat 44).

Fiqh/‫ فقه‬secara terminologi yaitu

‫العلم بالأحكام الشرعية العملية المكتسبة من أدلتها التفصيلية‬

al-‘ilmu bil ahkaami asy-syar’iyyati al-‘amaliyyati al-muktasabati min adillatihaa at-tafshiiliyyah


( ilmu tentang hukum-hukum syar’i yang bersifat amaliyah yang tergali dari dalil-dalilnya yang
terperinci). Dan terkadang kata “fiqh” digunakan dalam pengertian hukum-hukum itu sendiri.2

Adapun jinayah secara etimologi merupakan masdar dari lafal janaa-yajnii-jinaayatan/‫جنى‬-‫يجني‬-

‫جناية‬, berarti berbuat dosa atau kesalahan. Sedangkan jinayah diartikan perbuatan dosa atau
perbuatan salah. Seperti dalam kalimat jana’ala qaumihi jinayatan artinya ia telah melakukan
kesalahan terhadap kaumnya. Kata janaa juga berarti “memetik”, seperti dalam kalimat jana ats-
tsamarat, artinya “memetik buah dari pohonnya”. Orang yang berbuat jahat disebut jaani dan
orang yang dikenai perbuatan disebut mujna alaih.3 Jinayah juga dapat diartikan dengan,

1
Abdul Aziz Mabruk al-Ahmadi, dkk., al-Fiqhu al-Muyassar fii dhau’i al-Kitaabi wa as-Sunnah (Riyad: Dar I’lam
as-Sunnah, 2009), hal. 15.
2
Ibid.
3
Makhrus Munajat, Hukum Pidana Islam (Yogyakarta: Mahameru Press, 2019), hal. 1.

4
‫ما يفعله الإنسان من التعدي الذي يستحق به العقاب في الدنيا أو في الأخرة‬

“Perbuatan jahat yang dilakukan manusia yang diancam hukuman di dunia maupun di akhirat.”
Sebagian fuqaha mengatakan bahwa arti jinayah ialah,

‫اسمُلماُيجنيهُالمرءُمنُشرُوماُاكتسبه‬

“Nama bagi hasil perbuatan seseorang yang buruk dan apa yang diusahakannya.”4
Secara terminologi, kata jinayah memiliki beberapa pengertian. Menurut Abdul Qadir ‘Audah

‫فالجنايةُاسمُلفعلُمحرمُشرعاُسواءُوقعُالفعلُعلىُنفسُأوُمالُأوُغيرُذلك‬

Jinayah adalah suatu istilah untuk perbuatannya yang dilarang oleh syara’ baik perbuatan itu
mengenai jiwa, harta dan lainnya.5 Jadi jinayah merupakan suatu tindakan yang dilarang oleh
syara’ karena dapat menimbulkan bahaya bagi jiwa, harta, keturunan, dan akal (intelegensi).
Menurut Ibnu Qudamah,

‫هيُكلُفعلُعدوانُعلىُنفسُأوُمال‬

Semua perbuatan permusuhan/serangan terhadap jiwa atau harta.6


Imam as-Sarakhsi dari ulama hanafiyyah di dalam al-mabsuth mengartikan, al-jinayah adalah
sebutan untuk perbuatan yang diharamkan secara syar’i yang terjadi pada harta atau jiwa.7
Menurut kitab al-fiqhu al-muyassar fii dhau’i al-kitaabi wa as-sunnah, dijelaskan bahwa jinayah
ialah

‫ُأوُكفارة‬,‫ُأوُمالا‬,‫التعديُعلىُالبدنُبماُيوجبُقصاصا‬

Pelanggaran terhadap badan yang mengharuskan kisas atau denda atau kafarah.8
Menurut istilah lainnya, jinayah adalah semua perbuatan yang diharamkan, yaitu perbuatan
yang diberi peringatan dan dilarang oleh syara’ karena akan mendatangkan kemudharatan pada
agama, jiwa, akal, harta dan kehormatan. Abdurrahman Al-Jaziry menegaskan bahwa Hukum

4
Islamul Haq, Fiqh Jinayah (Parepare: IAIN Parepare Nusantara Press, 2020), hal. 7.
5
Abdul Qadir Audah, At-Tasyri’ al-Jina`i al-Islami Muqaranan bi al-Qanun al-Wadh’i (Beirut: Dar al-Kaatib al-
‘Azali), II : 4.
6
Islamul, Fiqh, hal. 8.
7
Ibid.
8
Abdul, al-Fiqhu, hal. 333.

5
Jinayah atau yang disebut dengan istilah hudud syariyyah adalah penghalang atau pencegah segala
kejahatan yang menyebabkan hudud itu dilaksanakan.9
Berdasarkan pengertian dan istilah di atas, maka fikih jinayah ialah ilmu tentang hukum
syara’ yang berkaitan dengan masalah perbuatan yang dilarang dan hukumannya, yang diambil
dari dalil-dalil yang terperinci.10
Sebagian fukaha menggunakan kata jinayah untuk perbuatan yang berkaitan dengan jiwa
atau anggota badan, seperti membunuh, melukai, menggugurkan kandungan dan lain sebagainya.
Dengan demikian istilah fikih jinayah sama dengan hukum pidana. Haliman dalam desertasinya
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan hukum pidana dalam syari’at Islam adalah ketentuan-
ketentuan hukum syara’ yang melarang untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu, dan pelanggaran
terhadap ketentuan hukum tersebut dikenakan hukuman berupa penderitaan badan atau harta.11
Abdul Qadir Audah mengatakan bahwa kebanyakan fukaha menggunakan lafaz jinayah
terhadap perbuatan atau pelanggaran yang menyangkut diri manusia seperti pembunuhan,
pelukaan, pemukulan, pengguguran kandungan. Sementara itu sebagian fukaha menggunakan
lafaz jinayah terhadap jarimah hudud dan kisas.12
Para fukaha sering pula menggunakan istilah jinayah atau jarimah. Istilah jarimah
mempunyai kandungan arti yang sama dengan istilah jinayah, baik dari segi bahasa maupun dari
segi istilah.13
Sejalan dengan menurut TM Hasbi ash Shiddieqy, jarimah adalah perbuatan-perbuatan
yang dilarang syara’, diancam Allah dengan hukuman had atau hukuman ta’zir. Dengan demikian
kesimpulan yang dapat diambil dari kedua istilah tersebut adalah bahwa kedua istilah tersebut
memiliki kesamaan dan perbedaannya. Secara etimologis, kedua istilah tersebut bermakna
tunggal, mempunyai arti yang sama serta ditujukan bagi perbuatan yang berkonotasi negatif, salah
atau dosa. Adapun perbedaannya terletak pada pemakaian, arah pembicaraan, serta dalam rangka
apa kedua kata itu digunakan.14
Adapun al-Ahkam al-Jinayah adalah hukum pidana, disebut juga hukum publik. Al-Ahkam
al-Jinayah dalam Islam untuk melindungi kepentingan dan keselamatan umat manusia dari
ancaman tindak kejahatan atau pelanggaran, sehingga tercipta situasi kehidupan yang aman dan
tertib.15

9
Muhammad Nur, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Pidana Islam (Banda Aceh: Yayasan PeNa Aceh, 2020), hal.
7.
10
Islamul, Fiqh, hal. 8.
11
Makhrus, Hukum, hal. 2.
12
Abdul Qadir Audah, At-Tasyri’ al-Jina`i al-Islami Muqaranan bi al-Qanun al-Wadh’i (Beirut: Dar al-Kaatib al-
‘Azali), I : 67.
13
Makhrus, Hukum, hal. 3.
14
Marsaid, Al-Fiqh Al-Jinayah (Hukum Pidana Islam) Memahami Tindak Pidana Dalam Hukum Islam (Palembang:
Rafah Press, 2020), hal. 56.
15
Ibid., hal. 56-57.

6
Pengertian jinayah dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan istilah peristiwa pidana,
delik atau tindak pidana. Hukum Pidana Islam, yang dikenal dengan istilah Fikih Jinayah, di
dalamnya terhimpun pembahasan semua jenis pelanggaran atau kejahatan manusia dengan
berbagai sasaran badan, jiwa, harta benda, kehormatan, nama baik, negara, tatanan hidup, dan
lingkungan hidup. Menurut Ahmad Wardi Muslich, Fikih jinayah adalah ilmu tentang hukum
syara’, yang berkaitan dengan perbuatan yang dilarang (jarimah) dan hukumannya, yang diambil
dari dalil-dalil yang terperinci. Menurut Asadulloh, Hukum Pidana Islam merupakan suatu hukum
yang merupakan bagian dari Sistem Hukum Islam, yang mengatur perbuatan pidana dan pidananya
berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah.16
2.2. Ruang Lingkup Fikih Jinayah
Objek pembahasan Fikih Jinayah secara garis besar yaitu jarimah (delik, tindak pidana)
dan uqubah (hukumannya).17
Sementara itu, jika dikaitkan dengan materi pembahasan, maka objek utama kajian Fikih
Jinayah meliputi tiga masalah pokok, yaitu sebagai berikut;18
1. Jarimah qishash yang terdiri atas:
a. Jarimah pembunuhan.
b. Jarimah penganiayaan.
2. Jarimah hudud yang terdiri atas:
a. Jarimah zina.
b. Jarimah qadzf (menuduh muslimah baik-baik berbuat zina).
c. Jarimah syurb al-khamr (meminum minuman keras).
d. Jarimah al-baghyu (pemberontakan).
e. Jarimah al-riddah (murtad).
f. Jarimah al-sariqah (pencurian).
g. Jarimah al-hirâbah (perampokan).
3. Jarimah ta’zir, yaitu semua jenis tindak pidana yang tidak secara tegas diatur oleh Al-Quran
atau Hadis. Aturan teknis, jenis, dan pelaksanaannya ditentukan oleh penguasa setempat. Bentuk
jarimah ini sangat banyak dan tidak terbatas, sesuai dengan kejahatan yang dilakukan akibat
godaan setan dalam diri manusia.

16
Muhammad, Pengantar, hal. 8.
17
Islamul, Fiqh, hal. 8.
18
Masyrofah dan M. Nurul Irfan, Fiqh Jinayah (Jakarta: Amzah, 2013), hal. 3-4.

7
Sejalan dengan pendapat itu, menurut Dr. Muhammad Nur, Ruang lingkup Hukum jinayah
meliputi;19
1. Hudud
2. Qishas
3. Ta’zir
Sependapat dengan argumen sebelumnya tentang ruang lingkup Fikih Jinayah, menurut
Dr. Sri Yunarti, ruang lingkup hukum pidana Islam sendiri meliputi pencurian, perzinaan
(termasuk di dalamnya homoseksual dan lesbian), menuduh orang berbuat baik berbuat zina (al-
qadzaf), meminum minuman yang memabukkan (khamar), membunuh dan atau melukai
seseorang, pencurian, merusak harta sesorang, melakukan gerakan-gerakan kekacauan dan
semacamnya berkaitan dengan hukum kepidanaan. Hukum kepidanaan yang dimaksud, disebut
dengan jarimah.
Jarimah itu dapat dibagi menjadi beberapa macam dan jenis sesuai dengan aspek yang
ditonjolkan. Pada umumnya, para ulama membagi jarimah berdasarkan aspek berat dan ringannya
hukuman serta ditegaskan atau tidaknya oleh al-Qur’an atau hadis. Atas dasar ini mereka
membaginya menjadi tiga macam:20
1. Jarimah Hudud
Meliputi : perzinahan, qadzaf (menuduh zina), minum khamar (meminum minuman keras),
pemberontakan dan murtad.
2. Jarimah Qishas/ Diyat
Meliputi: pembunuhan sengaja, pembunuhan karena kesalahan, melukai dengan sengaja, melukai
semi sengaja. Imam Malik membagi pembunuhan kepada dua macam yaitu pembunuhan sengaja
dan pembunuhan karena kesalahan.
3. Jarimah Ta’zir
Terbagi pada tiga bagian,
a) Jarimah Hudud atau qishas atau diyat yang syubhat atau tidak memenuhi syarat, namun sudah
merupakan maksiat. Misalnya percobaan pencurian, percobaan pembunuhan, pencurian di
kalangan keluarga, dan pencurian aliran listrik.
b) Jarimah-jarimah yang ditentukan Al-Qur’an dan Hadis, namun tidak ditentukan sanksinya.
Misalnya, penghinaan, saksi palsu, tidak melaksanakan amanah, dan menghina agama.

19
Muhammad, Pengantar, hal. 15.
20
Sri Yunarti, Fiqh Jinayah (Hukum Pidana Islam dan Pendekatan Hukum Positif) (Padang: IAIN Batusangkar
Press, 2018) hal. 19-21.

8
c) Jarimah-jarimah yang ditentukan oleh ulil amri untuk kemaslahatan umum. Dalam hal ini ajaran
Islam dijadikan pertimbangan penentuan kemaslahatan umum.
Jarimah yang hukumannya ditetapkan oleh ulil amri (penguasa atau pemerintah, dalam hal ini yang
termasuk kedalam pengelompokkan ini) di antaranya adalah:
1. Sihir
2. Makan bangkai, darah, daging babi, sesajen dan semacamnya
3. Mengambil harta orang lain, secara tidak sah
4. Kawin dengan orang musyrik
5. Kawin dengan bekas istri ayah
6. Bunuh diri
7. Perjudian
8. Persaksian palsu
9. Jual beli setelah azan jumat
10. Menyakiti orang lain
11. Penghinaan
12. Berbuat curang dalam takaran dan timbangan
13. Bertindak gegabah atas harta anak yatim
14. Memakan binatang yang disembelih tanpa menyebut nama Allah
15. Melanggar sumpah
16. Melakukan perbuatan dosa
17. Penghinaan terhadap agama
18. Zina
19. Buruk sangka
20. Mencari-cari kesalahan orang lain

9
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Fikih Jinayah terdiri dari dua kata, yaitu fiqh dan jinaayah. Fiqh secara bahasa berarti
pemahaman, sedangkan secara istilah ialah ilmu tentang hukum-hukum syar’i yang bersifat
amaliyah yang tergali dari dalil-dalilnya yang terperinci. Adapun jinaayah secara bahasa berarti
perbuatan salah atau jahat, sedangkan secara istilah ialah perbuatannya yang dilarang oleh syara’
baik perbuatan itu mengenai jiwa, harta dan lainnya. Maka, Fikih Jinayah ialah ilmu tentang
hukum syara’ yang berkaitan dengan masalah perbuatan yang dilarang dan hukumannya, yang
diambil dari dalil-dalil yang terperinci.
Ruang lingkup Fikih Jinayah meliputi tiga hal, yaitu qishash, hudud dan ta’zir.

10
DAFTAR PUSTAKA

Aziz Mabruk al-Ahmadi, Abdul, dkk., al-Fiqhu al-Muyassar fii dhau’i al-Kitaabi wa as-Sunnah
_______(Riyad: Dar I’lam as-Sunnah, 2009).
Haq, Islamul, Fiqh Jinayah (Parepare: IAIN Parepare Nusantara Press, 2020).
Marsaid, Al-Fiqh Al-Jinayah (Hukum Pidana Islam) Memahami Tindak Pidana Dalam Hukum
_______(Islam (Palembang: Rafah Press, 2020).
Masyrofah dan M. Nurul Irfan, Fiqh Jinayah (Jakarta: Amzah, 2013).
Munajat, Makhrus, Hukum Pidana Islam (Yogyakarta: Mahameru Press, 2019).
Nur, Muhammad, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Pidana Islam (Banda Aceh: Yayasan PeNa
_______(Aceh, 2020).
Qadir Audah, Abdul, At-Tasyri’ al-Jina`i al-Islami Muqaranan bi al-Qanun al-Wadh’i (Beirut:
_______(Dar al-Kaatib al-‘Azali).
Rokhmadi, Hukum Pidana Islam (Semarang: Karya Abadi Jaya, 2015).
Yunarti, Sri, Fiqh Jinayah (Hukum Pidana Islam dan Pendekatan Hukum Positif) (Padang: IAIN
_______(Batusangkar Press, 2018).
Zainuddin, Pengantar Hukum Pidana Islam (Yogyakarta: Deepublish, 2019).

11

Anda mungkin juga menyukai