Anda di halaman 1dari 4

PENDAHULUAN

Secara bahasa ilmu ushul fiqh berasal dari 2 kata yaitu kata ‫ اُص ُْول‬yang merupakan jamak dari kata ‫اَصْ ُل‬
yang bermakna dasar atau pondasi dimana sesuatu dibangun diatasnya untuk mengokohkan apa yang
dibangun diatasnya tersebut. Adapun ‫ الفِ ْقه‬bermakna ‫ ال َف ْه ُم‬yaitu pemahaman sebagaimana firman Allah
SWT dalam surah hud ayat : 91

َ ‫ك َل َر َج ْم ٰن‬
‫ك‬ ُ ْ‫ض ِع ْي ًفا َۗو َل ْواَل َره‬
َ ‫ط‬ َ ‫ش َعيْبُ َما َن ْف َق ُه َك ِثيْرً ا ِّممَّا َتقُ ْو ُل َو ِا َّنا َل َن ٰر‬
َ ‫ىك ِف ْي َنا‬ ُ ‫َقالُ ْوا ٰي‬
‫ت َع َل ْي َنا ِب َع ِزي ٍْز‬َ ‫َۖو َمٓا اَ ْن‬
“ Mereka berkata, “Wahai Syuaib! Kami tidak banyak mengerti tentang apa yang engkau katakan itu,
sedang kenyataannya kami memandang engkau seorang yang lemah di antara kami. Kalau tidak karena
keluargamu, tentu kami telah merajam engkau, sedang engkau pun bukan seorang yang berpengaruh di
lingkungan kami.”

Demikian pula firman Allah SWT dalam surah toha ayat : 28

‫☼ ☼يَ ۡفقَه ُۡوا قَ ۡو ِل‬


“ agar mereka mengerti perkataanku “

Allah SWT juga berfirman dalam surah at-Taubah ayat : 122

۞ ‫ان ْالمُْؤ ِم ُن ْو َن لِ َي ْن ِفر ُْوا َك ۤا َّف ۗ ًة َف َل ْواَل َن َف َر ِمنْ ُك ِّل ِفرْ َق ٍة ِّم ْن ُه ْم َط ۤا ِٕى َف ٌة لِّ َي َت َف َّقه ُْوا فِى‬
َ ‫َو َما َك‬
‫ْن َولِ ُي ْن ِذر ُْوا َق ْو َم ُه ْم ِا َذا َر َجع ُْٓوا ِا َلي ِْه ْم َل َعلَّ ُه ْم َيحْ َذر ُْو َن‬
ِ ‫۞ال ِّدي‬
“ Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa
sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan
agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar
mereka dapat menjaga dirinya”.

Definisi fiqh dan ushul fiqh secara istilah

Ushul fikih menurut istilah ialah :

‫هو العلم بالقواعد والبحوث التي يتوصل بها إلى استنباط األحكام الشرعية العملية‬
‫من أدلتها التفصيلية‬
ilmu yang mempelajari tentang kaidah dan bahasan (suatu topik ) yang dapat mengantarkan seseorang
kepada kesimpulan hukum- hukum syariat yang bersifat amaliah berdasarkan dalil terperinci .

adapun definisi ilmu fiqhi secara istilah adalah :

‫ هو العلم باألحكام الشرعية العملية المستنبطة أي المُستخرجة من‬:ً‫الفقه اصطالحا‬


‫أدلّتها التفصيلية‬.

“ilmu fiqh adalah ilmu yang mempelajari tentang hukum-hukum syariat yang bersifat amaliah
(perbuatan ) yang disimpulkan atau dihasilkan berdasarkan dalil-dalil terperinci.

Perbedaan ilmu fiqih dan ilmu ushul fiqh

Berdasarkan definisi fiqh dan ushul fiqh maka dapat diuraikan perbedaan dari keduanya, yaitu ;
ilmu ushul fiqh merupakan ilmu yang mempelajari tentang kaidah dan bahasan/topik kajian
sebagai wasilah mencapai kesimpulan hukum syariat atas suatu perbuatan berdasarkan dalil
terperinci. Adapun ilmu fiqh merupakan ilmu tentang hukum syara’ suatu perbuatan yang
bersumber pada dalil yang terperinci (jelas).

Objek dan ruang lingkup ilmu ushul fiqh

Objek ilmu ushul fiqh adalah dalil syariat yang bersifat umum ditinjau dari segi ketetapan yang
bersifat umum pula.

Ilmu fiqih menurut istilah syar’i adalah ilmu yang menjelaskan tentang hukum-hukum yang dengan
hukum-hukum syar’i amaliah yang dipraktekan dan dikemukakan secara mendetail atau himpunan
hukum syar’i amaliah diuraikan secara terperinci. Para ulama telah membuat suatu ketetapan bahwa
dalil-dalil yang dipergunakan terhadap hukum-hukum syar’i yang bersangkut dengan amal perbuatan itu
dikembalikan kepada empat hal, yaitu Al-Quran, sunnah, ijma dan kias. Sumber pertama yaitu Al-Quran,
kemudian sunnah menafsirkan apa yang belum jelas, mengkhususkan yang umum, mengaitkan yang
muthlak, untuk menjelaskan persoalan dan menyempurnakannya.

Maudhu’ yaitu judul pembahasan dalam ilmu fiqih, yaitu perbuatan mukallaf (orang yang sudah mampu
memikul tanggung jawab hukum) agar dapat memikul apa yang ditetapkan syari’at terhadapnya.
Maudhu’ pembahasan dalam ilmu ushul fikhi yaitu dalil syar’i kulli agar dapat ditetapkan dengannya
hukum kulli. Orang melakukan pembahasan dalam masalah kias yang bersangkut dengan hujah.
Masalah a’m dan apa-apa yang disangkutkan kepadanya dan masalah amat dan apa yang ditunjukkan
kepadanya. Untuk ini dapat dikemukakan contoh-contoh yang jelas.

Dalil itu berbentuk umum, yang dalam pelaksanaannya secara berangsur-angsur mengarah kepada juz-
iyat. Umpamanya, amar (perintah), nahi (larangan), a’m (berbentuk umum), ijma’ sharih (terang-
terangan), ijma’ sukuti (secara diam-diam). Kias itu ada yang dinashkan kepada sebabnya dan ada pula
kias itu yang mengambil kesimpulan dari sebabnya. Amar kulli itu meliputi seluruh sighat yang terdapat
pada sighat amar. Sighat nahi itu dibawahnya melingkupi seluruh sighat yang terdapat pada sighat nahi.
Amar itu adalah dalil kulli. Nash yang terdapat pada sighat nahi itu adalah dalil juz-i.

Dalil kulli itu adalah semacam a’m dari dalil, melingkupi beberapa bagian seperti : wajib, haram, syah,
dan batal. Wajib itu adalah hukum kulli yang padanya itu meliputi wajib menepati janji, wajib menjadi
saksi dalam pernikahan, dan sebagainya. Haram itu adalah hukum kulli yang meliputi haram berzina,
haram mencuru dan haram apa saja yang diharamkan.

Tujuan dan maksud ilmu fikih yaitu menerapkan hukum-hukum syar’i terhadap perbuatan-perbuatan
orang. Fikih yaitu tempat kembali hakim dalam mengadili perkara dan mufti dalam berfatwa, tempat
kembali bagi mukallaf untuk mengetahui hukum syar’i dan apa yang bersumber daripadanya, perkataan
dan perbuatan.

Tujuan maksud dari ushul fikih yaitu mempraktekkan undang-undang dan melakukan penyelidikan-
penyelidikan untuk menunjukkan terperinci supaya sampai kepada hukum syar’i yang menunjukkan
kepadanya. Maka dengan qawa’id dan pembahasan itulah orang memahami nash-nash syar’i.

Dengan undang-undang dan pembahasan itulah orang memahami apa-apa yang disimpulkan oleh imam
mujtahid, dan menimbang antara jalan pemikiran yang berbeda-beda dalam segi hukum tentang suatu
peristiwa. Memahami hukum terhadap bentuknya dan menimbang diantara hukum yang berbeda-beda
itu. Hal ini tidak mungkin kecuali dengan berdiri di atas dalil hukum dan minta bantuan hukum dari segi
dalilnya. Hal ini tidak mungkin kecuali dengan ilmu ushul fikih. Inilah yang menjadi dasar fikih dari segi
membanding-bandingkan.

Timbul hukum fikih itu bersamaan dengan timbulnya islam. Islam itu adalah himpunan dari akidah,
ibadat dan hukum-hukum yang bersangkut dengan perbuatan. Sebenarnya hukum ini telah ada di
zaman Rasulullah SAW. Hukum itu terambil dari apa yang terdapat dalam Al-quran dan juga hukum
bersumber dari Rasul berupa fatwa dalam suatu peristiwa atau hukum yang dijatuhkan dalam suatu
sengketa atau jawaban dari pertanyaan. Himpunan hukum fikih itu dalam perkembangannya pertama
kali dibentuk dari hukum-hukum Allah dan Rasul, bersumber dari Al-Quran dan Sunnah.

Ilmu usul fikih ini baru muncul yaitu pada abad kedua Hijrah. Karena pada abad pertama, orang belum
membutuhkannya. Rasul berfatwa dan menjatuhkan hukuman yaitu dengan wahyu yag diterimanya dari
Allah yaitu Al-Quran dan dengan yang mengikutinya yaitu As-sunnah dan dengan ijtihadnya sendiri. Jadi,
ketika itu Rasul belum membutuhkan ushul dan belum membutuhkan undang-undang dan belum
mengambil kesimpulan-kesimpulan. Para sahabat berfatwa dan menjatuhkan hukuman yaitu dengan
nash-nash yang mereka pelajari dengan bahasa Arab tanpa membutuhkan tata bahasa. Dengan inilah
mereka memahami nash-nash itu.

Orang yang mula-mula membukukan undang-undang ilmu ini dan pembahasannya itu dikumpulkan
tersendiri menjadi susunan yang kuat, tiap dalil-dalil yang dikemukakanya itu dilengkapi dengan bukti-
bukti yang lengkap dalam bentuk penyelidikan ialah Imam Muhammadabi Idris As Syafi’i, meninggal
pada tahun 204 Hijrah. Dia menulis risalah yang bersangkut dengan ilmu ushul ini. Diriwayatkan oleh
teman-temannya sendiri, Ar Rabi’al Muradi. Kemudian ulama menyusun ilmu ini. Sedangkan jalan yang
ditempuh oleh ulama Hanafi adalah jalan lain.

Adapun ulama-ulama kalam, jalannya lain. Karena mereka itu menguatkan peraturan ilmu ini. Mereka
membahas, meneliti, menyelidiki dan menetapkan apa-apa yang mereka kuatkan dengan bukti-bukti
tersebut. Hujah yang mereka kemukakan tentang peraturan ini tidak dibicarakan penjang lebar terhadap
apa yang disimpulkan oleh imam-imam mujtahid dalam segi hukum dan tidak diikatkan dengan furu’
(cabangnya). Terhadap apa yang dikuatkan oleh akal maka di sanalah berdirinya bukti-bukti. Itulah dia
usul syar’i.

Kebanyakan dari mereka ini adalah ahli-ahli yang termasyhur mazhab syafi’i dan maliki. Kitab ushul yang
masyhur yang disusun orang berdasarkan metode ini ialah kitab Al-mushafa oleh Abu Hamid Al-Ghozali
As Syafi’i, meninggal pada ahun 635 Hijrah. Kitab Al-Ahkam oleh Abu Hasan Al Amadi As Syafi’i,
meninggal pada tahun 631 Hijrah. Kitab Al Minhaj oleh Baidhawi As Syafi’i, meninggal pada tahun 675
hijrah, dan yang paling bagus syarah (tafsir) Al Azanawi.

Ulama Hanafi juga jalannya berbeda. Karena mereka menepatkan peraturan itu. Pembahasan-
pembahasan yang bersangkut dengan ushul (pokok atau yang menjadi dasar dalam ushul fiqih) menurut
pendapat mereka, imam-imam mereka lah yang membina ilmu ini berasarkan ijtihad mereka.

Anda mungkin juga menyukai