Anda di halaman 1dari 35

Materi Kuliah

Al-Qawâ’idul Fiqhiyyah
‫القواعدالفقهية‬
Oleh.
Mustafa, S.Sy.,M.H
Dosen Fak. SHI IAIN Bone
Contact:
0853-9785-2864

mustafassymh90@gmail.com
RPS Al-Qawaa’idul Fiqhiyyah

Meeting Pembahasan Meeting Pembahasan

Pengertian dan ruang lingkup Kaidah Asasiyah ketiga


1 8
qawaa’id fiqhiyyah. dan Turunannya.
Sejarah perkembangan qawaa’id Kaidah Asasiyah keempat
2 9
fiqhiyyah dan tujuan mempelajarinya. dan Turunannya.
Perbedaan dan persamaan, serta
Kaidah Asasiyah kelima
3 korelasi fiqhi, ushul fiqh dan qawaa’id 10
dan Turunannya.
fiqhiyyah
Urgensi dan Keistimewaan qawaa’id Perbedaan Kaidah dan
4 11
fiqhiyyah dibanding ushul fiqh Dhawabit fiqhiyyah.
Kaidah Asasiyah pertama dan Kaidah-kaidah Kulliyah
5 12
Turunannya. Sughra.
Kaidah Asasiyah kedua dan Kaidah-kaidah Kulliyah
6 13
Turunannya. Sughra. (lanjutan)
‫َم ن ُيِرِد اهلل ِبِه َخ ًريا ُيَف ِّق هه ىِف الِّدين‬


Artinya: “Barangsiapa dikehendaki Allah (mendapat)
kebaikan, maka akan dipahamkan ia dalam (masalah)
agama”.(HR. Bukhari).
Definisi Al-Qawai’dul Fiqhiyyah

Qawai’d merupakan Fiqhiyyah diambil dari kata fiqh yang


jamak dari qaidah berarti “(pemahaman akan) hukum-
yang berarti asas atau hukum agama”. ditambah huruf ‫ي‬
pondasi. nisbat yang berfungsi sebagai penjenisan.

Imam Al-Suyuti mendefinisikan kaidah fiqh adalah: "Hukum


kulli (menyeluruh, gerenal) yang meliputi bagian-bagiannya".

Kesimpulannya: Qaidah Fiqh adalah Hukum yang bersifat


Umum dengan hukumnya mencakup pula hukum dari bagian-
bagian khusus (perbuatan mukallaf) yang memiliki asas/ dasar
yang sama. Sehingga lahir fiqh baru.
Ruang Lingkup Kaidah fiqh
  Ruang Lingkup Kaidah
Fiqh pada persoalan
Syariah/ fiqh/ hukum;
Aqidah  Titik tekannya pada
Islam

perbuatan (Act) Mukallaf.


Akhlak/Adab  Contoh: Hoax/bohong itu
“akhlak tercela”. Tetapi
menyebar (act) Hoax
Syariah/ Fiqh adalah persoalan hukum.
Tentu kita bisa carikan/
rumuskan kaidah fiqh
untuk mengetahui
hukumnya.
Sejarah Singkat Perkembangan Qawai’d Fiqhiyyah.

Fase Pra Kodifikasi  Fase Kodifikasi


 Zaman Nabi Saw. Di antara sabda beliau  Awal mula pembukuan pada abad ke 4 H.
yang menjadi kaidah fiqhi adalah: ‫اَل َض َرَر َواَل ِض َراَر‬ Ulama pertama yang melakukan pembukuan
"Tidak boleh melakukan pebuatan yang ilmu qawai’d fiqhiyyah adalah ulama dari
membahayakan diri sendiri dan orang lain." mazhab Hanafi, yaitu Abu Hasan al-Karkhi
(HR. Ahmad, ibnu Majah dan ad- (wafat 340 H). Dalam risalahnya yang berjudul
Darquthni). Ushul al-Karkhi .
 Zaman sahabat, Umar bin al-Khattab Ra.  Pada abad 7 H. Muhammad bin Ibrahim al-
mengatakan: ‫ َم َق اِط ُع اُحْلُقوِق ِعْنَد الُّش ُروِط‬artinya: Jurjani (w.613 H) ia menulis kitab dengan judul
"Hak-hak itu tergantung pada syaratnya." “al-Qawa’id fi Furu’i al- Syafi’iyah”.
(HR.Bukhari).  Pada abad 8 H. al-Asyabah wa an-Nadhair
 Tersebar dalam karya para Ulama, seperti al- karya Ibnu al-Wakil al-Syafi’I (w.716 H).
Kharaj karya Imam Abu Yusuf  Pada abad 10 H. Imam al-Suyuti (w. 911 H),
(tirkah/mauruts), Imam Syafi’I ”Sesuatu dengan karyanya al-Asyabah wa an-Nadhair.
yang dibolehkan dalam keadaan terpaksa Pada Abad 13 H, diundangkan pertama kali
adalah tidak diperbolehkan ketika tidak dengan nama Majallat al-ahkam al-’Adliyyah di
Tujuan Mempelajari Qawa’id Fiqhiyyah

Tujuan kita Manfaat dari


mempelajari Qawai’d mempelajari Qawai’d
Fiqhiyyah lebih fiqh adalah memberi
kepada besarnya kemudahan di dalam
manfaat yang akan menemukan hukum-
kita peroleh, jika hukum atas kasus-
memahami qawai’d kasus baru yang tidak
fiqhiyyah. jelas nash-nya.
Syari’ah dan Fiqh

 Syari’ah
  Fiqh
Bahasa: Sumber air. Hukum yang lahir dari
Istilah: (Sumber) Hukum Allah (Pemahaman akan ) Syari’ah
yang disyariatkan kepada hamba- (Qur’an & Hadis) yang berkaitan
Nya, baik dari al-Qur’an maupun dengan perbuatan mukallaf.
Hadis. (Rigid dan tetap) (Fleksibel, berubah-ubah, berbeda)

 Maka Syariah merupakan sumber dari fiqh, yang digali melalui


Ushul fiqh, Oleh karena itu persamaannya terletak pada objek
kajiannya yaitu persoalan hukum.
Perbedaan Ushul Fiqh dan Fiqh

 Ushul

 Ushul Fiqh adalah
Bahasa: Jamak dari ashl berarti Pemahaman akan
Pokok/Asal,.
ketentuan dasar atau dalil
Istilah: Ketentuan dasar/ dalil,
syara’ dan cara
atau Metodologi Istinbath hukum.
mengeluarkan hukum dari
 Fiqh suatu perbuatan mukallaf,
Bahasa: berarti paham (memahami yang dikeluarkan dari
secara mendalam).
dalil-dalilnya yang rinci.
Istilah: (Pemahaman akan)
hukum-hukum syari’ah (Qur’an
& Hadis) yang berkaitan dengan
perbuatan mukallaf.
Korelasi Syariah, Ushul Fiqh, Fiqh dan Qawa’id Fiqh

Syariah

Kaidah
Fiqh Ushul

Kaidah
Fiqh
Ushul
Cara Kerja Qawa’id Fiqhiyyah

Makan
daging
Jerapah

Asal dari segala


Makan sesuatu adalah boleh, Makan
daging sampai ada dalil daging
Anoa yang Babi
mengharamkannya

Makan
daging
kelinci
Perbedaan Qawa’id Ushul dan Qawa’id Fiqh


Qawai’d Ushuliyyah Qawai’d Fiqhiyyah

 Dicetuskan oleh Ulama ushul.  Dicetuskan oleh Ulama fiqh.


 Pedoman penggalian hukum  Petunjuk pelaksana dari
dari sumber aslinya. kaidah ushuliyyah.
 Objek kajiannya berupa dalil-  Objeknya berupa amaliyah
dalil dari al-Qur’an & Hadis. praktis (perbuatan manusia)
 Contoh; ‫اَالْص ُل ىِف اَالْم ِر ِلْلُوُج ْو ِب‬  Contoh; ‫درؤ املفاسد مقدم على جلب‬
‫املصاحل‬
Urgensi Qawaa’id Fiqhiyyah

 Urgensi qawai’d fiqhiyyah lebih
disebabkan karena kebutuhan
perkembangan hukum Islam yang menjadi
keniscayaan seiring dengan perkembangan
zaman.
Keistimewaan Qawaa’id Fiqhiyyah

 Istimewanya Qawai’d fiqhiyyah, yaitu
lebih praktis, lebih mudah, fleksibel,
lebih up to date dalam penggunaannya
dibanding dengan Ushul Fiqh/ Kaidah
Ushul.
‫‪Penjabaran Qawa’idul Fiqhiyyah Assasiyah Al-Kubra‬‬

‫‪‬‬
‫َاألُموُر َمِبَق اِص ِدَه ا‬ ‫َالَيِق ُني الُيَزاُل ِبَش اِّك‬ ‫َري‬
‫َاملَش َّق ُة ْجَتِل الَّتيِس‬
‫ُب‬

‫َالَّضَراُر ُيَزاُل‬ ‫َالَعاَد ُة َحُمَّك َم ُة‬


‫األُموُر َمِبَق اِص ِدَه ا‬
Kaidah I : Segala perbuatan tergantung pada Maksudnya.

 Dalil kaidah pertama:



‫إَمَّنا األع ال بالِّنَّياِت وِإمَّن ا ِلُك ِّل امريٍء ما ى َف َك اَن ِه ُت إىل اِهلل و وِلِه فِه ُت إىل اِهلل‬
‫ْج َر ُه‬ ‫َرُس‬ ‫َنَو َم ْن ْت ْج َر ُه‬ ‫َم‬
.‫وَرُسْو ِلِه وَمْن َك اَنْت ِه ْج َرُتُه ِلُد ْنَيا ُيِص ْيُبها أو امرأٍة َيْنِكُحَه ا فِه ْج َرُتُه إىل ما َه اَج َر إليِه‬
Artinya: Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan
apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya
untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita
yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju. (HR. Bukhari dan Muslim).

 Para Ulama memberi pengagungan terhadap hadis tersebut sebagai 1/3 ilmu. Imam al-
Baihaqi memberi penjelasan bahwa sesungguhnya perbuatan manusia terdiri atas 3 hal;
perihal hati, lisan dan perbuatan lahiriah (fisik). Niat tempatnya di hati dan perkara hati
merupakan hal yang utama di antara ketiganya, dengan penegasan bahwa niat bisa berarti
ibadah tersendiri, sedang keduannya membutuhkan niat.
Kaidah Turunan dari Kaidah Pertama:

‫ِﻟِﻪ‬ ‫ٌ ِﻣ‬ ‫ِﻦ‬



‫ ِﻨﻴﱠﺔُ ﺍﻟ ْﺆ ِﻣ‬ ‫َﻻ ﺍ ِﺇﻻﱠ ِﺒﺎﻟﻨﱢ ِﺔ‬
‫ُﻣ َﺧ ﺮْﻴ ْﻦ َﻋَﻣ‬ ‫َﻴ‬ ‫َﺜَﻮ َﺐ‬
Artinya: Niat seorang  Artinya: Tidak ada pahala
mukmin lebih baik kecuali dengan niat.
daripada amalnya”. ‫الُعُقوِد ِبااملَق اِص ِد َواملَعايِن َال‬ ‫الِع ُة يِف‬
‫َرب‬
‫ْل‬ ‫ا‬‫َمَّن‬‫ِٕا‬ ‫ اَل ْل ِن اْلِع ا ِة ُك ٍء‬ . ‫َوا َبايِن‬ ‫ِباَأللَف اِظ‬
‫َي َزُم َيُة َب َد ْيِف ِّل ُج ْز َت َزُم ْيِف‬ ‫َمل‬
‫ُل‬ ‫ْف‬ ‫ا‬ ‫ْمُجَلٍة‬  Artinya: Yang dapat dijadikan
‫َم َي َع ُه‬
Artinya: Tidak wajib niat pegangan dalam akad adalah
maksud dan makna, bukan
ibadah dalam setiap bagian,
lafadz dan bentuk perkataan.
tetapi niat wajib dalam
keseluruhan yang
dikerjakan.
Kaidah Turunan dari Kaidah Pertama:

 ‫ِل‬
‫ُة يِف الَيِم ِني خُت ِّص ُص اْلَّلفُظ الَع اَّم‬‫الِّني‬ ‫ا‬ ‫َلْواْخ َتَلَف اْل َس ُن َو َق ُب َف ُم ْع َتَبُر َم‬
‫ْل‬‫ا‬ ‫ْل‬ ‫ْل‬‫ا‬ ‫ا‬
‫وَالُتَعِّم ُم اَخلاَّص‬ ‫اْلَق ْلِب‬
‫ْيِف‬
 Artinya: Dalam sumpah, niat  Artinya: Apabila berbeda antara
mampu menspesifikasi kata apa yang di ucapkan dengan apa
yang masih umum namun tidak yang ada dalam hati (di
bisa merubah kata yang niatkan), maka yang dianggap
bermakna khusus menjadi benar adalah apa yang ada
umum. ( kecuali di hadapan dalam hati.
qadhi/ hakim)
‫الَيِق ُني الُيَزاُل ِباَّشاك‬
Kaidah II: Keyakinan tidak dapat dihilangkan dengan keraguan.
 Dalil Kaidah Kedua: 
.‫ َو َم ا َيَّتِبُع َأْك َثُرُه ْم ِإاَّل َظًّنا ِإَّن الَّظَّن اَل ُيْغيِن ِم َن اَحْلِّق َش ْيًئا‬
 Terjemahnya:“Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja.
Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikit pun berguna untuk mencapai kebenaran .”
(QS. Yunus: 36).
.‫اَل َيْنَف ِتْل َأْو اَل َيْنَص ِرْف َح ىَّت َيْسَم َع َص ْو ًتا َأْو ِجَي َد ِرًحيا‬: ‫ َفَق اَل‬
 Artinya: Rasulullah bersabda, “Janganlah dia membatalkan salatnya hingga dia mendengar
suara atau mencium bau.” (HR. Bukhari dan Muslim)

 Makna kaidah: Bahwa suatu perkara yang diyakini telah terjadi tidak bisa dihilangkan
kecuali dengan dalil yang pasti dan meyakinkan pula. Dengan kata lain, tidak bisa
dihilangkan hanya dengan sebuah keraguan. Demikian pula sebaliknya, suatu perkara
yang diyakini belum terjadi maka tidak bisa dihukumi telah terjadi kecuali dengan
dalil yang meyakinkan pula.
Kaidah Turunan dari Kaidah Kedua:


‫اَأْلْص ُل َبَراَءُة الِّذ َّمة‬ ‫اْل ِق اُل باْل ِق ِن ِم ْثِلِه‬
‫َي ُن ُيَز َي ْي‬
 Hukum asal adalah bebasnya
 Perkara yang diyakini, bisa
seseorang dari tanggung jawab.
hilang karena adanya bukti lain
 Kaidah terkait: yang meyakinkan pula.
‫ األصُل َبَق اُء َم اَك اَن َعَلى َماَك اَن َم اَلْم‬
.‫َيُك ْن َم ا ُيَغِّيُرُه‬ ‫َأَّن َم ا َثَبَت ِبَيِق يٍن اَل َيْر َتِف ُع إاَّل ِبَيِق يٍن‬
 Hukum Asal adalah ketetapan  Perkara yang ditetapkan atas
yang telah ada/ dimiliki dasar keyakinan tidak bisa hilang
sebelumnya, selama tidak ada kecuali dengan keyakinan lagi
hal lain yang mengubahnya.
Kaidah Turunan dari Kaidah Kedua (lanjutan):


‫ اَل ِع ُة ِبالَّظِّن اَّلِذ ي ْظ‬ ‫َّل‬
‫َي َه ُر َخ َطاُءُه‬ ‫ْبَر‬ ‫األْص ُل ِفي اَألْش َياِء اِإل َباَح ُة َح َّتى َي ُد‬
 Tidak diakui persangkaan yang jelas ‫الَّد ِلْيُل َعَلى الَّتْح ِرْيِم‬
salahnya.
 Hukum Asal segala sesuatu
‫ اَل ِع ْبَرَة ِللَّتَو ُّه ِم‬ (muamalah) adalah boleh,
 Tidak diakui adanya waham (kira- sampai ada dalil yang
kira). mengharamkan (sebaliknya jik
‫ ﺍﻷﺻﻞ ﻓﻲ ﺍﻷﺑﻀﺎﻉ ﺍﻟﺘﺤﺮﻳﻢ‬ perkara ibadah).
 Hukum asal dari farji atau kemaluan ‫أ‬ ‫ى‬‫َل‬‫ِإ‬ ‫ِث‬ ‫اَأْلْص ِإَض َفُة اْلحأِد‬
‫ْقَرَب‬ ‫ُل‬
adalah haram (tambahan, harta, dan ‫َأ َقاِتِه‬
darah manusia adalah haram) ‫ْو‬
 Asal dari air ada suci. Hukum asal adalah penyandaran
suatu peristiwa kepada waktu yang
‫المَش َّق ُة َتْج ِلُب الَّتْيِس َري‬
Kaidah III: Kesulitan memunculkan kemudahan.

 Dalil kaidah ketiga: 


‫ُع‬‫ْل‬‫ا‬ ‫ُك‬‫ُيِريُد الَّلُه ِبُك اْلُي اَل ُيِريُد ِب‬
‫ُم ْس َر‬ ‫ُم ْس َر َو‬
 Terjemahnya: Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu. [QS. al-Baqarah:185].
‫ال ُيَك ِّلُف الَّلُه َنْف ًس ا ِإاَّل ُوْسَعَه ا‬
 Terjemahnya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai
dengan kesanggupannya. [QS. al-Baqarah:286].
‫َو َما َج َعَل َعَلْيُك ْم ِفي الِّد يِن ِم ْن َح َر ٍج‬
 Terjemahnya: Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam
agama suatu kesempitan. [QS. al-Hajj: 78].
Kesulitan yang bagaimana?

 Pada dasarnya, agama (ibadah) ini adalah beban (kesulitan) bagi
orang mukallaf. Oleh Karenanya tidak semua bentuk beban itu
mendatangkan kemudahan (at-taysir).
 Kriterianya:
1. Termasuk kesulitan yang berat (Azhimmah) dan
pertengahan (Mutawassith), dan bukan kesulitan yang
ringan (Khafifah);
2. Kesulitan itu bukan merupakan rutinitas;
3. Kesulitan itu bukan resiko dari sebuah ibadah, atau
Hukuman dari perbuatan dosa;
4. Kesulitan itu bukan dalam rangka bermaksiat kepada Allah.
Makna Kaidah:
Hukum-hukum Macam-macam
yang dalam Keringanan/ Kemudahan:
penerapannya 1. Pengguguran kewajiban;
menimbulkan 2. Pengurangan beban
kewajiban;
kesulitan, maka
3. Penggantian;
syari’ah
4. Mendahulukan;
meringankannya 5. Mengakhirkan;
sehingga mampu 6. Merubah hukum.
dilaksanakan.
Kaidah Turunan dari Kaidah Ketiga:

 .‫ الَّضُرْو َراُت ُتِبْيُح المْح ُظْو َرات‬


 Kondisi darurat membolehkan sesuatu yang semula dilarang.

.‫ َم ا ُاِبْيُح ِللَّضُرْو َرِة ُيَق َّد ُر ِبَق َّد ِرَه ا‬


 Apa yang diperbolehkan karena darurat, harus diperkirakan menurut kadar
daruratnya.
. ‫ اِال ْض ِط َراُر َال ُيْبِط ُل َح َّق اْلَغْيِر‬
 Keadaan darurat tidak mambatalkan hak orang lain.

. ‫ الُرْخ َص اَل ُتَناُط ِبالَم َعاِص َّي‬


 Keringanan itu tidak dikaitkan dengan kemaksiatan.

. ‫ ِإَذا َتَعَّذ َر اْالْص ُل ُيَص اُر ِإَلى ْالَبَد ِل‬


Kaidah Turunan dari Kaidah Ketiga (lanjutan):


. ‫ ِإَذا َض اَق اَأْلْم ُر ِإَّتَس َع َو ِإَذا اَّتَس َع َض اَق‬
 Ketika sesuatu menyempit, maka hukumnya menjadi luas (ringan), dan
ketika keadaan lapang, maka hukumnya menjadi sempit (ketat).

.‫ َماَج اَز ِلُعْذ ٍر َبَطَل ِبَزَواِلِه‬


 Apa yang dibolehkan karena uzur (halangan) maka batal (tidak dibolehkan
lagi) dengan hilangnya halangan tadi.
‫ُيْغَتَف ِفى ْاِإل ْبِتَد اِء َم ا اَل ُيْغَتَف ِفي الَّد َو اِم‬
‫ُر‬ ‫ُر‬
 Dimaafkan pada permulaan tapi tidak dimaafkan pada kelanjutan.
‫ِم‬ ‫ِك‬
‫ َم ااَل ُيْم ْن َتَح ُرُز ْنُه َم ْع ْو َعْنُه‬
‫ُف‬ ‫ال‬
 Apa yang tidak mungkin menghindarinya, maka hal itu dimaafkan.
‫الَّض َراُر ُيَزاُل‬
Kaidah IV: Bahaya harus dihilangkan

 Dalil Kaidah Keempat: 


‫َالَض َرَرَوَالِض َر َرا‬
 Artinya: Tidak boleh membuat kerusakan pada diri sendiri serta kerusakan
pada orang lain.”(HR. Ahmad dan Ibnu Majah).

 Darar adalah menimbulkan kerusakan pada diri sendiri secara mutlak.


Sedangkan dirar adalah membalas atau menimpakan kerusakan pada orang lain
bukan karena balas dendam yang dibolehkan.
 Yang dimaksud dengan tidak adanya dirar adalah membalas kerusakan (yang
ditimpakan) dengan kerusakan yang sama. Kaidah ini meniadakan ide balas
dendam. Karena hal itu akan menambah kerusakan dan memperluas cakupan
dampaknya.
Kaidah Turunan dari Kaidah Keempat:

 ‫ الَّض ا ال زاُل ِبِم ثِلِه‬


‫َر ُر َي‬
 Bahaya tidak dapat dihilangkan dengan bahaya serupa dan setara.
‫ درؤ المفاسد مقدم على جلب المصالح‬
 mencegah mafsadat lebih didahulukan dari pada mendatangkan maslahat.
‫ الَّض اُل ِبَق ْد ِر إِاْل َك اِن‬
‫ْم‬ ‫َرُر ُيَز‬
 Bahaya harus ditolak semampu mungkin.
. ‫ الَّضَرُر أَاْلَش ُّد ُيَزاُل ِبالَّضَرِر أَاْلَخ ِّف‬
 Bahaya yang lebih berat dapat dihilangkan dengan mengerjakan bahaya
yang lebih ringan.
.‫ ُيْح َتَم ُل الّضَرُر الَخ اُص ِلَد ْفِع الَّض َرِر اْلَعاِّم‬
 Kerusakan yang khusus ditanggung untuk menolak kerusakan yang umum.
‫َّك‬
‫الَعاَدة َحُم َم ُة‬
Kaidah V: Adat itu dapat dijadikan hukum.

 Dalil yang menjadi landasan:



. ‫َﻣﺎ َﺭَﺀﺍُﻩ ْﺍﻟُﻤْﺴ ِﻠُﻤ ْﻮ َﻥ َﺣ َﺴ ًﻨﺎ َﻓُﻬ َﻮ ِﻋ ْﻨَﺪ ﺍﻟّﻠِﻪ َﺣ َﺴ ٌﻦ‬
 Artinya: Apa yang dipandang baik oleh orang-orang Islam maka baik pula di sisi Allah...
(HR. Ahmad)
 Al-‘adah yang bisa dipertimbangkan dalam penetapan hukum adalah al’adah as-shahihah,
bukan al-‘adah al-fasidah. Oleh karena itu, kaidah tersebut tidak bisa digunakan apabila:
1. Adat kebiasaan bertentangan dengan nash Al-qur’an dan hadis, seperti: puasa sehari
semalam, kebiasaan menanam kepala hewan kurban waktu membuat jembatan. Kebiasaan
memelihara babi, dan lain sebagainya.
2. Adat kebiasaan tersebut menyebabkan kemafsadatan atau menghilangkan kemashlahatan.
3. Adat kebiasaan tidak berlaku umumya di kaum muslimin, dalam arti hanya dilakukan oleh
beberapa orang saja. Bila dilakukan oleh beberapa orang saja maka tidak dianggap adat.
Kaidah Turunan dari Kaidah Kelima:

.‫ ِاْس ِتْع َم ٌل الَّناِس ُح َّج ٌة َﻳِﺠ ُﺐ ﺍﻟَﻌَﻤ ُﻞ ِﺑَﻬ ﺎ‬


. ‫ﺍﻟ ﺎَﺩُﺓ ِاَذا ِإْضَط َﺩْﺕ َأْﻭ َﻏَﻠ ْﺖ‬
‫َﺒ‬ ‫َﺮ‬ ‫ ِﺍَّﻧَﻤ ﺎ ُﺗْﻌَﺘَﺒُﺮ َﻌ‬
 Apa yang biasa diperbuat orang banyak  Adat yang dianggap (sebagai
adalah hujjah (alasan/argument/dalil)
pertimbangan hukum) itu hanyalah
yang wajib diamalkan.
adat yang terus-menerus berlaku
.‫ ﺍﻟِﻌْﺒَﺮ ُﺓ ﻟِﻠَﻐﺎِﻟِﺐ ﺍﻟَّﺸ ﺎ ِﺋِﻊ َﻻ ِﻟﻠَّﻨﺎِﺩِﺭ‬ atau berlaku umum.
 Adat yang diakui adalah yang
.‫ ﺍﻟَﺤ ِﻘ ْﻴَﻘُﺔ ُﺗْﺘَﺮ ُﻙ ِﺑَﺪ َﻻَﻟِﺔ ﺍﻟَﻌﺎَﺩِﺓ‬
umumnya terjadi yang dikenal oleh
manusia bukan dengan yang jarang  Arti hakiki (yang sebenarnya)
terjadi. ditinggalkan karena ada petunjuk arti
menurut adat.
. ‫ ﺍْﻟَﻤ ْﻌ ُﺮ ْﻭُﻑ َﺑْﻴَﻦ ُﺗَّﺠ ﺎِﺭ َﻛ ﺎْﻟَﻤ ْﺸ ُﺮ ْﻭِﻁ َﺑْﻴَﻨُﻬ ْﻢ‬ .‫ ﺍِﻻ ْﺫُﻥ ﺍﻟُﻌْﺮ ِﻑ َﻛ ﺎِﻻ ْﺫِﻥ ﺍﻟَﻠْﻔ ِﻈ ﻰ‬
 Sesuatu yang telah dikenal di antara
 Pemberian izin menurut adat kebiasaan
pedagang berlaku sebagai syarat di
adalah sama dengan pemberian izin
antara mereka.
menurut ucapan.
Kaidah-kaidah Kulliyah
(Muttafaq Alaih)
 ‫ اإلجتهاُد ال نق باإلجتهاِد‬
‫َي ُض‬
 Ijtihad yang telah lalu tidak dibatalkan oleh ijtihad yang kemudian.
‫ اإليَثاُر فى الُقرِب مكروُه وفى غيرها محبوِب‬
 Mengutamakan orang lain dalam ibadah dimakruhkan sedang selain ibadah
disenangi.

‫ اذاإجتمَع الحالُل والحراُم غلَب الحراُم‬


 Apabila antara yang halal dan yang haram berkumpul maka dimenangkan yang
haram.
‫ إْع ماُل الكال اولى من اهمالِه‬
‫ُم‬
 Mengamalkan suatu kalimat lebih utama daripada mengabaikannya.
‫ الخر بالضماِن‬
‫ُج‬
 berhak mendapatkan hasil disebabkan karena keharusan mengganti kerugian.
Kaidah Pengikut dan Turunannya.

‫ الّتابُع تابُع‬
 Pengikut itu harus mengikuti (hukum yang diikuti)
 Cabangnya:

‫ الّتابُع اليفرُد بالحكِم‬


 Pengikut itu tidak menyendiri di dalam hukum.

‫ الّتابُع َﺳ ﺎِﻗٌﻂ ِﺑُﺴ ُﻘْﻮ ِﻁ ﺍْﻟَﻤ ْﺘُﺒْﻮ ِﻉ‬


 Pengikut menjadi gugur dengan gugurnya yang diikuti.

‫ الّتابُع الَيتقَّد ُم على الَم ْتُبوِع‬


 Pengikut itu tidak mendahului yang diikuti.

‫ ُيغتفُر فى الّتوابِع ماال ُيغتفُر فى غيِرها‬


 Dapat dimaafkan pada hal yang mengikuti dan tidak dimaafkan pada yang lainnya.
‫َت َّرُف اإلمام على الَّرعَّيِة ُنوُط بال َلحِة‬
‫َم ْص‬ ‫َم‬ ‫َص‬
 Tindakan imam terhadap rakyatnya harus dilandasi dengan
kemaslahatannya .
‫ال ُد وُد َتسُقُط بالُّش بَه اِت‬
‫ُح‬
 Hukuman had gugur bila masih meragukan (Syubhat).

‫الُخ روَج مَن الِخ الِف ُمسَتَح ُّب‬


 Keluar dari pertentangan itu diutamakan.
‫ِد‬
‫الِرَض ا بالشئ رَض ا بما بتوِّل ُه‬
‫من‬
 Ridha terhadap sesuatu berarti ridha pula dengan akibat yang
muncul dari sesuatu tersebut.
‫ َال ُينَس ُب الى َس اَك ِت َقوُل ولكْن الَس ُك وَت فى َمْع َرِض الَح اَج ِة الَبَياٌن‬
 Perkataan tidak bisa disandarkan pada orang diam, tapi sikap diam
pada saat yang diperlukan (berpendapat) maka itu dianggap sebuah
keterangan (pendapat).
‫ال اِج ال ت ُك اّال ل اِج‬
‫َو ُب‬ ‫َو ُب ُي َر‬
 Sesuatu yang wajib tidak dapat ditinggalkan kecuali dengan yang wajib
pula.
‫ماحَّرَم إسِتعَم الِه حَّرَم إِّتَخ اِذ ه‬
 Apa yang haram diambilnya haram pula diberikannya.

‫الَم ْش ُغوٌل َال ُيْش َغٌل‬ 


 Obyek aktifitas tertentu tidak boleh dijadikan obyek aktifitas
lainnya.
‫َم ِن اْس َتَعَج َل َش يًئا َقبَل َاَو اِنه ُعوِقًب ِبِح ْر َماِنه‬
 Barangsiapa yang mempercepat sesuatu sebelum waktunya maka
menanggung akibat tidak mendapat sesuatu tersebut.
‫الِوَالَيُة الَخ اَّص ُة َأْقَو ى ِم َن الِوَالَيِة الَعاَّمة‬
 Kekuasaan yang khusus lebih kuat (kedudukannya) daripada kekuasaan
yang umum.
‫‪SEKIAN & TerIMA KASIH‬‬
‫‪‬‬
‫ُه‬ ‫ات‬ ‫وبر‬
‫َك‬ ‫اهلل‬‫ُة‬ ‫ورمح‬ ‫عليك‬ ‫ال‬
‫ّس ُم ْم‬ ‫ال‬

Anda mungkin juga menyukai