Al-Qawâ’idul Fiqhiyyah
القواعدالفقهية
Oleh.
Mustafa, S.Sy.,M.H
Dosen Fak. SHI IAIN Bone
Contact:
0853-9785-2864
mustafassymh90@gmail.com
RPS Al-Qawaa’idul Fiqhiyyah
Artinya: “Barangsiapa dikehendaki Allah (mendapat)
kebaikan, maka akan dipahamkan ia dalam (masalah)
agama”.(HR. Bukhari).
Definisi Al-Qawai’dul Fiqhiyyah
Syari’ah
Fiqh
Bahasa: Sumber air. Hukum yang lahir dari
Istilah: (Sumber) Hukum Allah (Pemahaman akan ) Syari’ah
yang disyariatkan kepada hamba- (Qur’an & Hadis) yang berkaitan
Nya, baik dari al-Qur’an maupun dengan perbuatan mukallaf.
Hadis. (Rigid dan tetap) (Fleksibel, berubah-ubah, berbeda)
Ushul
Ushul Fiqh adalah
Bahasa: Jamak dari ashl berarti Pemahaman akan
Pokok/Asal,.
ketentuan dasar atau dalil
Istilah: Ketentuan dasar/ dalil,
syara’ dan cara
atau Metodologi Istinbath hukum.
mengeluarkan hukum dari
Fiqh suatu perbuatan mukallaf,
Bahasa: berarti paham (memahami yang dikeluarkan dari
secara mendalam).
dalil-dalilnya yang rinci.
Istilah: (Pemahaman akan)
hukum-hukum syari’ah (Qur’an
& Hadis) yang berkaitan dengan
perbuatan mukallaf.
Korelasi Syariah, Ushul Fiqh, Fiqh dan Qawa’id Fiqh
Syariah
Kaidah
Fiqh Ushul
Kaidah
Fiqh
Ushul
Cara Kerja Qawa’id Fiqhiyyah
Makan
daging
Jerapah
Makan
daging
kelinci
Perbedaan Qawa’id Ushul dan Qawa’id Fiqh
Qawai’d Ushuliyyah Qawai’d Fiqhiyyah
َاألُموُر َمِبَق اِص ِدَه ا َالَيِق ُني الُيَزاُل ِبَش اِّك َري
َاملَش َّق ُة ْجَتِل الَّتيِس
ُب
Para Ulama memberi pengagungan terhadap hadis tersebut sebagai 1/3 ilmu. Imam al-
Baihaqi memberi penjelasan bahwa sesungguhnya perbuatan manusia terdiri atas 3 hal;
perihal hati, lisan dan perbuatan lahiriah (fisik). Niat tempatnya di hati dan perkara hati
merupakan hal yang utama di antara ketiganya, dengan penegasan bahwa niat bisa berarti
ibadah tersendiri, sedang keduannya membutuhkan niat.
Kaidah Turunan dari Kaidah Pertama:
ِل
ُة يِف الَيِم ِني خُت ِّص ُص اْلَّلفُظ الَع اَّمالِّني ا َلْواْخ َتَلَف اْل َس ُن َو َق ُب َف ُم ْع َتَبُر َم
ْلا ْل ْلا ا
وَالُتَعِّم ُم اَخلاَّص اْلَق ْلِب
ْيِف
Artinya: Dalam sumpah, niat Artinya: Apabila berbeda antara
mampu menspesifikasi kata apa yang di ucapkan dengan apa
yang masih umum namun tidak yang ada dalam hati (di
bisa merubah kata yang niatkan), maka yang dianggap
bermakna khusus menjadi benar adalah apa yang ada
umum. ( kecuali di hadapan dalam hati.
qadhi/ hakim)
الَيِق ُني الُيَزاُل ِباَّشاك
Kaidah II: Keyakinan tidak dapat dihilangkan dengan keraguan.
Dalil Kaidah Kedua:
. َو َم ا َيَّتِبُع َأْك َثُرُه ْم ِإاَّل َظًّنا ِإَّن الَّظَّن اَل ُيْغيِن ِم َن اَحْلِّق َش ْيًئا
Terjemahnya:“Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja.
Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikit pun berguna untuk mencapai kebenaran .”
(QS. Yunus: 36).
.اَل َيْنَف ِتْل َأْو اَل َيْنَص ِرْف َح ىَّت َيْسَم َع َص ْو ًتا َأْو ِجَي َد ِرًحيا: َفَق اَل
Artinya: Rasulullah bersabda, “Janganlah dia membatalkan salatnya hingga dia mendengar
suara atau mencium bau.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Makna kaidah: Bahwa suatu perkara yang diyakini telah terjadi tidak bisa dihilangkan
kecuali dengan dalil yang pasti dan meyakinkan pula. Dengan kata lain, tidak bisa
dihilangkan hanya dengan sebuah keraguan. Demikian pula sebaliknya, suatu perkara
yang diyakini belum terjadi maka tidak bisa dihukumi telah terjadi kecuali dengan
dalil yang meyakinkan pula.
Kaidah Turunan dari Kaidah Kedua:
اَأْلْص ُل َبَراَءُة الِّذ َّمة اْل ِق اُل باْل ِق ِن ِم ْثِلِه
َي ُن ُيَز َي ْي
Hukum asal adalah bebasnya
Perkara yang diyakini, bisa
seseorang dari tanggung jawab.
hilang karena adanya bukti lain
Kaidah terkait: yang meyakinkan pula.
األصُل َبَق اُء َم اَك اَن َعَلى َماَك اَن َم اَلْم
.َيُك ْن َم ا ُيَغِّيُرُه َأَّن َم ا َثَبَت ِبَيِق يٍن اَل َيْر َتِف ُع إاَّل ِبَيِق يٍن
Hukum Asal adalah ketetapan Perkara yang ditetapkan atas
yang telah ada/ dimiliki dasar keyakinan tidak bisa hilang
sebelumnya, selama tidak ada kecuali dengan keyakinan lagi
hal lain yang mengubahnya.
Kaidah Turunan dari Kaidah Kedua (lanjutan):
اَل ِع ُة ِبالَّظِّن اَّلِذ ي ْظ َّل
َي َه ُر َخ َطاُءُه ْبَر األْص ُل ِفي اَألْش َياِء اِإل َباَح ُة َح َّتى َي ُد
Tidak diakui persangkaan yang jelas الَّد ِلْيُل َعَلى الَّتْح ِرْيِم
salahnya.
Hukum Asal segala sesuatu
اَل ِع ْبَرَة ِللَّتَو ُّه ِم (muamalah) adalah boleh,
Tidak diakui adanya waham (kira- sampai ada dalil yang
kira). mengharamkan (sebaliknya jik
ﺍﻷﺻﻞ ﻓﻲ ﺍﻷﺑﻀﺎﻉ ﺍﻟﺘﺤﺮﻳﻢ perkara ibadah).
Hukum asal dari farji atau kemaluan أ ىَلِإ ِث اَأْلْص ِإَض َفُة اْلحأِد
ْقَرَب ُل
adalah haram (tambahan, harta, dan َأ َقاِتِه
darah manusia adalah haram) ْو
Asal dari air ada suci. Hukum asal adalah penyandaran
suatu peristiwa kepada waktu yang
المَش َّق ُة َتْج ِلُب الَّتْيِس َري
Kaidah III: Kesulitan memunculkan kemudahan.
. ِإَذا َض اَق اَأْلْم ُر ِإَّتَس َع َو ِإَذا اَّتَس َع َض اَق
Ketika sesuatu menyempit, maka hukumnya menjadi luas (ringan), dan
ketika keadaan lapang, maka hukumnya menjadi sempit (ketat).