Makalah ini dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Tafsir
Dosen Pengampu: Dr. Faizah Ali Syibromalisi, M.A.
Disusun oleh:
Kelompok 9
Kautsar Gautama Akbar (11220340000044)
Fatimah Nurrahma (11220340000072)
Nafisah Almais Aidiyah (11220340000080)
1
Manna Khalil al-Qaththan, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur`an, (Bogor: Litera antar Nusa, 2013),
455-456 Muhammad Husain Az-Zahabi, at-Tafsir wa al-Mufassirun, hal 12
1
kandungan-kandungan dan berbagai aspek yang terdapat dalam ayat-ayat
Al-Qur`an.
Tafsir ijmali yaitu menafsirkan Al-Qur`an secara singkat dan global.
Dengan metode ini, mufassir berupaya menjelaskan makna-makna Al-
Qur`an dengan uraian singkat dan bahasa yang mudah sehingga dapat
dipahami oleh semua orang, mulai dari orang yang berpengetahuan luas
sampai orang yang berpengetahuan sekadarnya. Hal ini dilakukan terhadap
ayat per ayat dan surat per surat sesuai dengan urutannya dalam mushaf
sehingga tampak keterkaitan antara makna satu ayat dan ayat yang lain,
antara satu surat dengan surat yang lain.
Dengan metode ini, mufassir berupaya pula menafsirkan kosa kata
Al-Qur`an dengan kosa kata yang ada dalam Al-Qur`an sendiri, sehingga
para pembaca yang melihat uraian tafsirnya tidak jauh dari konteks Al-
Qur`an, tidak keluar dari muatan makna yang dikandung oleh kosa kata
serupa dalam Al-Qur`an, dan adanya keserasian antara bagian Al-Qur`an
yang satu dan bagian yang lain. Metode ini lebih jelas dan lebih mudah
dipahami para pembaca.
B. Sejarah dan Perkembangannya
Ketika Al-Quran diturunkan kepada Rasulullah Saw, beliau adalah
sebagai mubayyin (pemberi penjelasan) kepada sahabat-sahabat nabi
tentang arti dan maksud dari kandungan ayat al-Quran yang diwahyukan
itu, terutama dalam kaitannya dengan ayat-ayat yang tergolong tidak
dipahami ataupun samar artinya. Di samping itu pada masa Rasulullah Saw
dan sahabat, bahasa yang digunakan adalah bahasa Arab begitupun dengan
Al-Qur’an juga menggunakan bahasa Arab. Sehingga hal ini tidak menjadi
sebuah masalah krusial yang dapat menghambat pemahaman mereka
terhadap Al-Qur’an. Selain itu mereka juga mengetahui pasti mengenai
asbābunnuzūl setiap ayat, bahkan melihat dan berada langsung ketika ayat
tersebut diturunkan. Karena keadaan tersebut, para sahabat tidak
membutuhkan penafsiran yang bersifat rinci dan panjang lebar, akan tetapi
terpenuhi dengan penafsiran bersifat umum dan global. Sehingga
2
berdasarkan hal itu para ulama berpendapat bahwa pada masa ini metode
yang digunakan Rasulullah dalam menafsirkan Al-Qur’an adalah metode
ijmāli. Dan keadaan ini berlangsung sampai dengan wafatnya Rasulullah
Saw.
Setelah wafatnya Rasulullah Saw, para sahabat tidak mendapatkan
lagi tempat bertanya yang selevel beliau. Akhirnya para sahabat melakukan
ijtihad dalam memahami Al-Quran, khususnya mereka yang tergolong
memiliki kemampuan seperti Khulafaur Rasyidin, Ibnu Abbas, Ubay bin
Ka’ab, Ibnu Mas’ud, Zaid bin Tsabit, Abu Musa al-Asy’ari, Abdullah bin
Zubair, Ibnu Umar, Jabir bin Abdullah, Abdullah bin Amr bin Ash dan
Aisyah. Selain itu mereka juga tidak segan untuk menanyakan suatu
permasalahan sejarah, terutama sejarah nabi-nabi atau kisah-kisah yang
tercantum dalam Al-Quran kepada tokoh-tokoh Ahlul kitab yang telah
memeluk Islam, seperti Abdullah bin Salam, Ka’ab al-Ahbar, dan lain-lain.
Contoh tafsir al-Quran pada masa sahabat sepeninggal Rasulullah
Saw yang mengindikasikan dasar-dasar metode tafsir Ijmali adalah ketika
Ibnu Abbas menafsirkan kata “aulamastum” dalam surah An-Nisa [4] : 43
dengan jima’. Ayat tersebut adalah :
وا َما تَقُولُونَ َو ََل ُجنُبًا إِ ََّل ۟ س ٰ َك َر ٰى َحت َّ ٰى ت َ ْعلَ ُم
ُ صلَ ٰوة َ َوأَنت ُ ْم ۟ وا ََل ت َ ْق َرب
َّ ُوا ٱل ۟ ُٰ َٰٓيَأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمن
سفَ ٍر أ َ ْو َجا َٰٓ َء أ َ َحدٌ ِمن ُكم ِمنَ ْٱلغَآَٰئِ ِط أ َ ْو ٰلَ َم ْست ُ ُم َ ض ٰ َٰٓى أ َ ْو َعلَ ٰى َ وا ۚ َوإِن ُكنتُم َّم ْر ۟ ُسبِي ٍل َحت َّ ٰى ت َ ْغت َ ِسل َ َعابِ ِرى
ً ُٱَّللَ َكانَ َعفُ ًّوا َغف
ورا َّ وا ِب ُو ُجو ِه ُك ْم َوأ َ ْيدِي ُك ْم ۗ إِ َّن ۟ س ُح
َ طيِبًا َفٱ ْم َ ص ِعيدًا َ وا ۟ ُوا َما َٰٓ ًء َفتَيَ َّم ُم
۟ سا َٰٓ َء َف َل ْم ت َِجد
َ ِٱلن
3
Demikianlah penafsiran Rasulullah Saw terhadap ayat-ayat Al-
Quran, demikian pula tafsir para sahabat nabi yang pada umumnya
dijelaskan secara mujmal (global) dalam arti tidak panjang dan bertele-
tele. Hal ini dilakukan oleh Rasulullah Saw dan para sahabat supaya mudah
dipahami oleh orang-orang yang bertanya atau pada umumnya kaum
muslimin pada saat itu. Muhammad Amin menjelaskan bahwa salah satu
karakteristik tafsir, khususnya pada masa sahabat adalah lebih menekankan
pendekatan pada al-ma’na al-ijmali, dan tidak melakukannya dengan
panjang lebar dan mendetail serta membatasi diri pada penjelasan makna-
makna lughawi ( etimologis ) dalam ungkapan sederhana dan singkat.
Dengan demikian metode tafsir ijmali secara historis muncul sejak awal
perkembangan Islam, yakni zaman Rasulullah Saw sampai pada masa
sahabat ( abad I H ).
2
Akhdiat, Abdul Kholiq, “Metode Tafsir Al-Qur’an: Deskripsi atas Metode Tafsir Ijmali”.
Jurnal Iman dan Spiritualitas, Vol.2, No. 4 (Desember 2022): 646.
4
1. Kelebihan
a. Memiliki karakter yang simplitis dan mudah dimengerti.
b. Tidak mengandung elemen penafsiran israilyat.
c. Akrab dengan Bahasa al-Qur’an, karena seringkali mengemukakan
sinonim.
2. Kelemahan
a. Menjadikan petunjuk Al-Qur’an bersifat parsial, khususnya bagi orang
awam.
b. Tidak membuka ruang untuk mengemukakan analisis yang memadai.3
D. Kitab dan Mufassir Ijmali
1. Kitab Tafsir Jalalain
Kitab tafsir ini dikarang oleh dua orang yaitu Jaluluddin as-Suyuthi
dan Jalaluddin al-Mahalli. Metode yang digunakan dalam kitab Tafsir
Jalalain menggunakan metode ijmali (global). Dalam kitab Tafsir ini
terdapat dua jilid yang pertama dituliskan oleh Imam Jaluddin As-Suyuthi
pada permulaan surat al-Baqoroh sampai surat an-Nisa, selanjutnya
diteruskan oleh Imam Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Al-Mahalli dari
surat al-Kahfi sampai khatam. Berikut ini adalah biografi pengarang kitab
Tafsir Jalalain:
Imam Jalaluddin as-Suyuthi
As-Suyuthi lahir setelah maghrib malam Ahad pada permulaan
bulan Rajab tahun 849 H di kota Kairo, ibu kota negara Mesir. Imam
as-Suyuthi telah ditinggal wafat ayahnya sejak kecil. Tercatat ayah
Imam as-Suyuthi wafat ketika Imam as-Suyuthi berusia 5 tahun.
Setelah itu, belum genap umur 8 tahun Imam as-Suyuthi telah
mengkhatamkan hafalan Al-Qur’an 30 juz. Imam as-Suyuthi
menghabiskan seluruh waktunya untuk mengajar dan menulis. Beliau
wafat pada malam Jumat tanggal 19 bulan Jumadal Ula tahun 911 H.
3
Ahmad Syukri Saleh, Metodologi Tafsir Al-Qur`an Kontemporer dalam pandangan
Fazlur Rahman, (Jakarta: Sulthan Thaha Press, 2007), 49.
5
Imam as-Suyuthi wafat pada umur 61 tahun lebih 10 bulan lebih 10
hari.
Imam Jaluluddin al-Mahalli
Nama lengkapnya Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin
Ibrahim bin Ahmad Al-Imam al-Allamah Ahmad Jaluluddin al-
Mahalli. Beliau dilahirkan pada tahun 791 H/ 1389 M Kairo, Mesir.
Dan wafat pada Sabtu pagi, pertengahan Ramadhan 864 H/1459.
6
Rabi’ al-akhir, ada yang menyatakan Jumad al-Akhir tahun 729 di Kazrun
sebuah kota di Persi antara al-Bahr dan Shairaz.
Sebenarnya, tafsir Tanwirul Miqbas tidak sepenuhnya bersifat Ijmali,
namun juga terdapat metode tafsir bil ma’tsur dan metode tafsir tahlili.
Dikatakan menggunakan metode tafsir bil ma’tsur karena sumber penafsiran
yang digunakan oleh al-Fairuz Abadi dalam penulisan kitab ini adalah
menggunakan metode tafsir bi al-ma’tsur dengan pendapat Ibn ‘Abbas
sebagai ‘sumber’ rujukan penafsiran utama. Selain itu, Ibn ‘Abbas juga
menggunakan syair-syair Arab kuno sebagai sarana penunjang yang
membantu pemahaman makna lafadz yang gharib dari Alquran.
Kemudian, Kedua dalam susunan dan tertib surat tafsir ini ini hanya
terdiri dari satu jilid dengan 600 halaman. Namun sasaran dan tertib ayat
yang ditafsirkan dimulai dari surat al-Fatihah dan berakhir dengan
penafsiran surat an-Nas. Sehingga penafsiran yang dimulai dari awal hingga
akhir merupakan ciri dari tafsir tahlili.
Ketiga, cara penjelasan tafsir Tanwir al-Miqbas sangat global
sehingga memudahkan pembaca sekaligus membiarkan pembaca
mengembangkan sendiri seluas-luasnya pemahaman terhadap Alquran.
Berdasarkan ini, maka kitab tafsir ini masuk dalam kategori penjelasan
ijmali.
7
DAFTAR PUSTAKA