Anda di halaman 1dari 10

Tafsir Maudhu’i

(Kehidupan Perempuan Zaman Dahulu Dan Sekarang Serta


Penjelasan Perempuan di dalam Pancaran Sinar
Al-qur’an al-karim)
Dosen Pengampu:

Dr. Hasani Ahmad Said. MA

Oleh :

KELOMPOK VIII

Muhammad Hasbi Hudatullah

Ubaidillah

PROGRAM MAGISTER ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF


HIDAYATULLAH JAKARTA 2022
BAB 1

PENDAHULUAN
Islam adalah agama yang lurus, sejak zaman dahulu diyakini kebenarannya, para
pemeluknya tersebar di Timur maupun Barat. Sepanjang sejarah manusia, semenjak Allah
mengutus Rasul pilihannya, mereka yakin bahwa di dalam agama Allah terdapatunsur ajaran
yang mendatangkan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Kitabullah al-Qur’anyang penuh
dengan petunjuk, selalu membekali manusia dengan berbagai prinsip dan bermacam kaidah
umum serta ajaran-ajaran Islam yang menyeluruh.
Kunci untuk memahami atau membuka pengertian tentang seruan, risalah dan syariat
islam tiada lain kecuali dengan jalan menafsirkan secara benar dan tepat. Sebab sejarah kitab
suci yang dapat menyelamatkan, membahagiakan dan menjanjikan keberuntungan di dunia dan
akhirat bagi manusia yang beriman dan berbuat kebajikan. 1Ketika al-Qur’an diturunkan,
kemudian Rasulullah SAW memberikan penjelasan kepada para sahabat tentang arti dan
kandungannya, khususnya menyangkut ayat-ayat yang tidak di pahami atau ayat-ayat yang
samar-samar artinya, penafsiran al-quran secara maudui kemudian keluar secara natural dari
dalam diri Nabi Muhammad S.A.W, yang dijelaskan kepada para sahabat, yang dimana
Rasulullah SAW menjelaskan ayat yang belom dipahami oleh sahabat dengan ayat juga
contohnya2 : Allah SWT berfirman :
ٰٰۤ ُ ْ ُ
َ ْ ‫ولىِٕكَ لَ ُه ُم‬
ࣖ3 َ‫اْل ْم ُن َوهُ ْم ُّم ْهتَد ُْون‬ ‫اَلَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا َولَ ْم يَ ْلبِسُ ْْٓوا اِ ْي َمانَ ُه ْم بِظل ٍم ا‬

Ketika awal baru turun ayat ini banyak para sahabat bertanya dan merasa bersedih karena siapa
coba manusia yang tidak pernah berbuat zalim atau berbuat dosa ya Rasulullah kecuali engkau ?,
kemudian Rasulullah menjawab para sahabat dengan penjelasan ayat yang ada dalam al-quran.

َ ‫ا َِّن الش ِْركَ لَظُ ْل ٌم‬


‫عظِ ْي ٌم‬
4

Yaitu Rasulullah menjelaskan kezaliman disitu adalah syirik atau menyekutukan Allah SWT.

1
Ahmad as-Syirbashi, Sejarah Tafsiral-Qur’an(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), h 3
2
Ahmad Syarqowi, Tafsir Maudhui hal 97
3
Mushaf Usmani, Qiroah ‘imam Ashim Riwayat imam Hafs Surat Al-an’am ayat 82
4
Mushaf Usmani, Qiroah imam Asim Riwayat imam Hafs Surat Al-Luqman ayat 13
BAB II

PEMBUKAAN

ARTI, MACAM METODE TAFSIR MAUDHUI

Disini saya pertama-tama akan membahas tentang penjelasan apa itu tafsir Maudhui,
macam-macamnya, metode-metodenya, marhalahnya, metode penulisannya, karena ini juga
penting agar kita mengetahui secara mendetail tentang tafsir Maudu’I, oke sekarang kita akan
membahasnya, tafsir maudui yaitu ilmu yang membahas suatu tujuan yang ada dalam al-quran,
dengan judul yang satu atau tujuan yang satu, dengan mengumpulkan ayat-ayatnya yang berbeda
letaknya dalam surat-surat pada al-quran, dan meneliti isi kandungan di dalam ayat, dengan bentuk
yang khusus, serta syarat-syarat yang khusus, untuk menjelaskan maknanya dan mengeluarkan
komponen-komponen atau unsur-unsur yanga ada pada ayat tersebut, serta mengikat semuanya
dngan satu ikatan, kemudian lafadz maudui sendiri terletak pada surat al-ghosyiyah ayat 14 ٌ‫َّوا َ ۡك َواب‬
ٌ ‫عة‬
َ ‫( َّم ۡوض ُۡو‬dan gelas-gelas yang diletakkan (di dekatnya).5
Setelah pembahasan arti tafsir maudui selanjutnya penulis juga menjelaskan macam-macam
tafsir maudui dan metodenya, tafsir maudui sendiri terdiri dari dua macam 6 :
1.) Tafsir Maudui bersifat umum, yaitu jenis tafsir maudui yang satu judul dalam tujuannya saja
bukan makna aslinya atau masih mempunyai banyak permasalahan atau pembahasan
dibawahnya contoh :kitab Jasos (370H) yang berjudul ”Ahkamil quran” nah ini sudahlah
termasuk tafsir maudui tapi masih bersifat umum karena masih banyak sub judul dibawahnya
seperti Shalat, Zakat, Puasa, Riba dan lain-lain.
2.) Tafsir Maudui bersifat khusus, yaitu jenis tafsir maudui yang satu judul dalam tujuan dan
makna aslinya atau sudah tidak mempunyai pembahasan atau subjudul dibawahnya contoh :
kitab Muhammad Azzah Daruzah “Yahudi dalam Al-quran” judul ini lansung bersifat khusus
karena kata Yahudi sendiri sudah langsung menjadi pembahasan dalam tafsir Maudui.
Metode Tafsir Maudui dalam buku penulis terbagi menjadi tiga macam metode7 :
1.)Tafsir Maudui Wajiz, metode ini adalah metode yang cukup mudah karena penulis hanya
mengambil beberapa ayat sesuai dengan judulnya kemudian diletakkan pada makalah,
muhadhoroh dan khutbah.
2.)Tafsir Maudui Wasit, metode ini adalah meetode yang sedang tidak susah dan tidak gampang,
misalkan penulis mau mengambil judul tentang “aqidah dalam surat asy-syuar”, kemudian
penulis memilah ayat yang ada sangkut pautnya tentang aqidah pada surat tersebut.
5
Syekh Husein Ibrohim, al-manar fii ulumil quran hal 31
6
Syekh Ahmad Syarqowi, Manahij Mufasirin hal 56
7
Sayyid Jibril, ‘Ulumul quran hal 85
3.)Tafsir Maudui Basith, metode ini ini adalah metode tafsir maudui yang paling susah karena
membutuhkan banyak waktu dan rasa lelah, yang dimana penulis mengumpulkan semua ayat al-
quran kemudian memilah ayat sesuai judul yang penulis inginkan, kemudian menjelaskan secara
rinci urutan turunnya, mengeluarkan komponen-komponennya yang insyaAllah akan dibahas
pada pembahasan paling bawah nanti,metode inilah yang sering digunakan pra penulis.

BAB III

SEJARAH TAFSIR MAUDHUI


Pembahasan selanjutnya adalah Awal mula tafsir Maudui dan perkembangannya
hingga sekarang, marhalah perkembangannya sendiri terbagi menjadi tiga marhalah 8:
1.)Marhalah zaman Rasulullah SAW, tafsir maudui sudah tumbuh dari zaman terbitnya islam
yang dikepalai oleh Rasulullah SAW, yang dimana Rasulullah SAW menjelaskan ayat yang
belom dipahami oleh sahabat dengan ayat juga contohnya : Allah SWT berfirman :
ٰٰۤ ُ ْ ُ
َ ْ ‫ولىِٕكَ لَ ُه ُم‬
ࣖ َ‫اْل ْم ُن َوهُ ْم ُّم ْهتَد ُْون‬ ُ ‫اَلَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا َولَ ْم َي ْل ِب‬
‫س ْْٓوا اِ ْي َمانَ ُه ْم ِبظل ٍم ا‬

Ketika awal baru turun ayat ini banyak para sahabat bertanya dan merasa bersedih karena siapa
coba manusia yang tidak pernah berbuat zalim atau berbuat dosa ya Rasulullah kecuali engkau ?,
kemudian Rasulullah menjawab para sahabat dengan penjelasan ayat yang ada dalam al-quran.
َ ‫ا َِّن الش ِْركَ لَظُ ْل ٌم‬
‫عظِ ْي ٌم‬
Yaitu Rasulullah menjelaskan kezaliman disitu adalah syirik atau menyekutukan Allah SWT.
2.)Marhalah zaman sahabat dan tabi’in, pada zaman ini sudah muncul juga yang dimana para
sahabat dan tabi’in saling guru menggurui dan mufassir paling cerdas dari golongan sahabat
adalah khalifah Ali Radhiyallahuanhu, Ibnu ‘Abbas R.A, Ibnu Mas’ud R.A,
3.)Marhalah Mulai pembentukan dan perkembangan Tafsir Maudui, pada masa ini awal mula
pembentukan tafsir Maudui sesuai dengan satu nama penulis yang khusus dalam pembukuannya,
dan kebanyakan penulis menulis tentang hukum-hukum syariah, sebagaimana yang ditulis oleh
Qatadah diamah as-sudusi (118 H) dengan judul buku Nasikh wa mansukh.
4.)Marhalah Kekhususan Tafsir Maudui sebagai tatanan bagian ilmu tafsir, atau bisa kita sebut
zaman modern yang dimana para ulama sudah membuat macam-macam, metode, syarart-syarat
serta komponen-komponeen yang ada didalamnya.
Selanjutnya pembahasan tentang sebab-sebab berkembangnya tafsir maudui sampai
sekarang ini6 :
1.)Munculnya penelitian ilmiah pada zaman ini yang dimana mengambil kekhususan yang lebih
mendalam dan detail sebagaimana yang dilakukan oleh para ilmuan ketika melihat sangat
luasnya al-quran sehingga mereka ambil perjudul akan tetapi bersifat sangat detail dan
8
Syeih Ahmad Zaglul, Tarikh Tafsir Maudhui hal 76
mendalam contoh: kitab Syeikh Muhammad Abdul Kholik Adimah (1405 H)“Dirosat Liuslubil
quranil karim”.
2.)Masuknya komponen-komponen baru dalam penelitian ilmiah pembelajaran islam dan al-
quran yang dilakukan oleh selain orang muslim, yang diketuai oleh para misionaris dan
orientalis, yang dimana bertujuan untuk membantu gereja-gereja dan Negara-negara mereka.
3.)Ulama muslim yang bersungguh-sungguh, upaya mereka dalam hal ini adalah sebagai berikut

: BAB IV

METODE DAN QOIDAH-QOIDAH PENULISAN

TAFSIR MAUDHUI

-Menerjemahkan karya-karya orang nonmuslim, dengan memastikan dan meluruskan


apabila ada suatu kesalahan, salah satu karangan orang barat yang diterjemahkan ke dalam
bahasa arab olh Prof.Dr.Muhammad Fuad Abdul Baqi Rahimahullah adalah kitab “Mujam
Mufahros Lialfadzil quranil karim” yang dibuat oleh ilmuan nonmuslim yang bernama Flogel.
Kemudian kita disini akan masuk kepada inti suatu pembahasan, Metode dalam penulisan tafsir
Maudui9:
1.)Mengerti secara mendalam makna dari tafsir Maudui baik secara khusu ataupun umum.
2.)Mengetahui batasan tema dari al-quran yang ingin dibahas secara mendetail terutama dari
segi maknanya.
3.)Menetapkan letak ayat-ayat al-quran yang sesuai dengan tema yang ingin ditulis.
4.)Mengumpulkan ayat-ayat al-quran yang sudah ditetapkan letak-letaknya sesuai tema yang
ditulis
5.)Memilah ayat-ayat yang sudah dikumpulkan sesuai dengan tertib turunnya ayat sesuai
zamannya yaitu ayat makkah dan ayat madaniyah.
6.)Memahami ayat-ayat tersebut dengan mendetail sesuai dengan tafsirnya, dan mengetahui
keadaan-keadaannya dari segi sebab turunnya ayat tersebut, seuai dengan syariat, nasikh wa
maansukh, umum dan khusus, dan sebagainya yang sesuai dengan kaitan dari ayat tersebut.
7.)Pembagian tema kepada komponen-komponen yang berkaitan, yang berasal dari ayat-ayat
tersebut, dan mengeluarkan istinbat atau penjelasan dari suatu kandungan ayat tersebut atau
sesuai dengan hakikat pesan yang disampaikan ayat tersebut, kemudian membantah semua
bantahan yang dilemparkan oleh seseorang apabila itu memang ada suatu bantahan terhadap
kandungan ayat tersebut

9
Syeikh Ahmad, Dakhil fii tafsir maudhui hal 98
8.)Kemudian yang terakhir mengikatnya secara sempurna dengan qoidah-qoidah tafsir Maudui
yang harus dijaga oleh sipenulis, sehingga terjauh dari kekeliriuan atau keesalah yang tidaak
disengaja.
Kemudian pembahasan selanjutnya adalah qoidah-qoidah yang berkaitan dengan tafsir Maudui8 :
1.)Diwajibkan kepada penulis untuk memegang teguh dengan komponen-komponen al-quran,
yaitu penulis wajib berpegang teguh kepada al-quran dan menjadikan sandaran pertama dalam
penulisan tafsir maudui, dan pelarangan kepada penulis untuk menjadikan selain al-quran
sebagai sandarac pertama dalam tafsir maudui, baik itu hadit, syair, bahasa ataupun qoidah-
qoidah yang bersangkut paut dengan akal sehat mannusia.
2.)Diwajibkan kepada penulis untuk memeperhatikan keshohihan tafsir bil masur, yang dimana
seorang penulis harus memperhatikan beberapa macam bentuk dari tafsir bil masur, yaitu
mengecek kebenaran dari suatu penafsiran quran dengan al-quran, al-quran dengan sunnah an-
nabawiyyah atau dengan perkataan para sahabat.
3.)Diwajibkan kepada penulis untuk berpegang teguh kepada hakikat syar’iyyah, hukum-hukum
fiqih yang ada dari zaman Rasulullah, sahabat, ataupun para istinbat hukum-hukum fiqih seperti
imam syafi’I, dan berpegang teguh terhadap kalam para ulama khususnya yang berkaitan dengan
tema dari tafsir maudui tersebut.

BAB V

CONTOH TAFSIR MAUDHUI


sedikit ulasan-ulasan kehidupan perempuan dari agama lain seperti Yahudi dalam kitab Talmud10
:”Apabila perempuan Yahudi tidak mengurus tanggungjawabnya pada pekerjaan rumah kemudian
suaminya melihat perempuan yang lebih cantik darinya maka si suami tersebut berhak
mentalaknya, kemudian dikatakan pula oleh Hakham Abarbanil :bahwasanya perempuan selain
Yahudi adalah hewan dan para manusia yang bukan dari golongan mereka akan disebut budak
yang dimana tugas mereka adalah untuk melayani golongan Yahudi kemudian dunia ini pula
diciptakan untuk mereka. Dan dijelaskan juga syariat-syariat mereka seperti diharamkannya
pernikahan antara yahudi dan selain yahudi dan barang siapa yang melanggar hal tersebut maka
dia akan mendapat dosa yang berkelanjutan, kemudian dibolehkan juga untuk umat Yahudi
menikah dengan anak perempuan saudaranya (keponakan) baik dari laki-laki ataupun perempuan
akan tetapi tidak sebaliknya yaitu tidak diperbolehkan seorang laki-laki nikah dengan bibinya baik
dari pihak ibu ataupun bapak.

10
Kitab Talmud hal 134
Kemudian menjelaskan juga sedikit penjelasan tentang perempuan Nasrani atau Masihi11 akan
tetapi tidaklah mempunyai banyak perbedaan antara ajaran Yahudi dan Nasrani seperti
pendapat mereka tentang Hawa dan generasi perempuan seterusnya adalah perempuan penipu,
kemudian tuhan mensifatkannya dengan keburukan dan dia sebab keluarnya manusia dari
surga, juga sebab kesengsaraan manusia dan perempuan juga teman syaitan musuh laki-laki.
Kemudian juga dalam kitab perjanjian lama orang masihi menjelaskan bahwasanya seorang
perempuan akan menikah dengan saudara laki-laki suaminya ketika suaminya sudah meninggal
dan anaknya akan diberi nama dengan nama saudara suaminya.
Kemudian pembahasan selanjutnya adalah Kehidupan seorang Perempuan pada zaman arab
Jahili12 mereka berada dalam neraka dan surga bagi laki-laki, mereka tidaklah dianggap sebagai
manusia yang berharga, mereka dikubur hidup-hidup karena tidak bisa diandalkan untuk
berperang dan bergulat, hanya menjadi budak nafsu kaum laki-laki, pada zaman jahiliyah
permpuan juga tidak akan mendapatkan sebuah warisan atau tidak akan menjadi ahli waris
akan tetapi jika dia seorang yang kaya raya hartanya akan jatuh ke suami dan anak laki-lakinya,
kemudian kalaupun mereka mendapatkan warisan pasti dengan jalan keterpaksaan, seorang
janda akan menikah dengan saudara suaminya tanpa diberikan mahar sepeserpun, ketika sudah
menikah mereka juga akan direbut paksa mas kawinnya, ketika seorang perempuan dipoligami
mereka tidak akan mendapatkan nafkah dari suaminya bahkan bisa jadi langsung diceraikan,
pada zaman itu juga banyak bentuk nikah yang sebagaimana diharamkan dalam islam seperti
nikah barter istri, meminjamkan istri dengan orang lain dan sebagainya dan para laki-laki
jahiliyah juga mengharamkan sebagian perempuan makan makanan yang khusus untuk laki-
laki.
Kemudian pembahasan selanjutnya adalah kehidupan perempuan bukan muslimah pada masa
sekarang13, yang dimana kehidupan ini kebnayakan di Eropa dan Amerika dan sangat
mempunyai pengaruh yang besar untuk perempuan muslimah seperti pakaian mereka yang
sangat ketat, tembus pandang dan agak terbuka mereka seperti mengembalikan kehidupan
zaman jahili yang dulu, padahal sebagian besar mereka mengetahui pakaian yang pantas untuk
dirinya karena untuk menjaga dirinya dari hal-hal yang tidak diinginkan, kemudian perempuan
modern barat bersuara mengatasnamakan yang namanya kebebasan, sehingga mereka bebas
mejual dirinya, bebas suka sesama jenis, bebas kerja dalam industry panas, kemudian adat
perempuan modern barat juga menggunakan pakain laki-laki atau berpenampilan seperti laki-
laki sampai merubah body badan lewat operasi dengan tanpa sebab atau trangender, kemudian
mereka membolehkan tabani atau pengangkatan anak yang disandarkan pada dirinya dan yang
terakhir mereka merasa ingin berada dalam kesamaan atau kesetaraan gender dengan laki-laki
seperti bergulat, mempunyai suami lebih dari satu dan sebagainya.
Kemudian sampailah kita kepada puncak pembahasan yaitu kehidupan wanita dalam pancaran
al-quran, dia terulang sebanyak sebanyak 129 14 kali dalam al-quran dengan berbagai
penyebutan yaitual-marah sebanyak 38 kali, untsa sebanyak 30 kali dan an-nisa sebanyak 59
kali, kenapa kita harus selalu berkaca kepada al-quran terlebih dahulu karena al-quran adalah
wahyu ilahi sebagaimana kitab samawi sebelumnya, dan juga al-qur’an selalu akan berlaku
disetiap tempat dan waktu, walaupun ada diantara manusia yang mengatakan al-qur’an salah,
itu adalah suatu kebohongan, karena yang salah sebenernya adalah pemahaman manusia
tentang al-quran bukanlah al-quran itu sendiri, karena al-quran juga akan selalu memebrikan
standar gambaran kehidupan yang terbaik dari segala sisi seperti fungsinya yang

11
Syeikh Ahmad Burkan, Tarikh ad din as-samawi hal 256
12
Syeih Ahmad, Adat Arab Jahili hal 235
13
Seikh Muhammad, Almrah baina hadhir wal madhi hal 23
14
Husein Muhammad Fahimi, Dalil Mufahros li-alfadzil quran al-karim
membebaskan manusia khususnya perempuan dari kehidupan jahiliyah yang dimana mereka
pada zaman jahiliyah tidak dianggap sebagai manusia layaknya seorang laki-laki, kemudian al-
quran melepas semua itu dengan memberikan mereka ditempat yang tinggi, bahkan layaknya
seorang permaisuri, Sangatlah banyak gambaran perempuan dalam al-quran baik personal
seperti Maryam ‘alaiha salam ibunda Nabi Isa ‘alaihi salam, Asiyah ‘alaiha salam istri fir’aun,
Ummahatul mu’minin istri Rasulullah SAW atau perempuan secara menyeluruh, bahkan
mengabadikan nama perempuan dengan namanya di dalam surat al-quran yaitu surat an-nisa,
disini kemudian seorang peulis menjabarkan keadaan-keadaan perempuan di dalam al-quran
berdasarkan zaman diturunkannya al-quran yang pertama (ahdu makkah) :
1.)Surat at-takwir ayat 8-9, di dalam ayat ini menjelaskan bahwa pada zaman jahiliyah
kebiasaan mereka mengubur hidup-hidup anak perempuan mereka dan kemudian ayat ini
menegur mereka dangan petanyaan :”apa salah mereka (anak perempuan) kemudian kalian tega
untuk membunuhnya.
2.)Surat An-nahl ayat 58-59, di dalam ayat ini menjelaskan gambaran bahwasanya ketika kaum
jahiliyah dikabarkan bahwasanya anak mereka perempuan, mereka memasang wajah yang
cemberut, kehitam-hitaman dan mereka dalam keadaan marah atau kecewa kemudian mereka
menyembunyikan kabar anak mereka dari kaumnya kemudian juga menguburnya hidup-hidup,
di ayat ini juga keluar teguran untuk kaum jahiliyah ketika tuhan berkata :”Ingatlah alangkah
buruknya (putusan) yang mereka tetapkan.
3.)Surat al-‘araf ayat 189, pada ayat ini menjelaskan bahwasanya manusia itu diciptakan dari
satu materi yaitu Nabi Adam ‘alaihi salam, yang dimana darinya akan diciptakan manusia
berpasang-pasangan untuk tinggal bersama yaitu membangun keluarga, ini menandakan
bahwasanya adanya kehidupan yang tenang setelah ada teguran oleh Allah dari penjabaran ayat
yang sebelumnya.
4.)Surat Al-mu’minun ayat 5-6, dimana di dalam surat al-mu’minun adalah bentuk-bentuk
pensifatan para sahabat yang taat, dalam ayat 5 dan 6 dalam surat al-mu’minun Allah
memberikan gambaran untuk manusia pada zaman jahiliyah khususnya orang-orang mukmin
untuk menikahi perempuan atau budak perempuan mereka untuk menjaga kemaluan mereka
dari hal yang keji atau penyakit, disini Allah sangat menganjurkan kaum jahilyah untuk
memberikan kehidupan kepada kaum perempuan dengan jalan dinikahi, dan hukum ini sangat
dikhususkan untuk orang-orang mu’min atau para sahabat yang sudah memeluk islam, tidak
hanya itu bahkan tuhan menganjurkan untuk hidup sakinah, mawaddah, wa rahmah
sebagaimana dalam surat ar-rum ayat 21.
Kumudian disini akan kita bahas kehidupan perempuan dalam al-quran (ahdu madani) zaman
turun ayat al-quran Madani ;
Kita harus mengetahui bahwasanya turunnya ayat al-quran pada Ahdu Makkah, adalah ayat-
ayat al-quran lebih menekankan kepada Aqidah yaitu menekankan kepada mengenalkan Allah
dan Rasulnya, sebagian kisah Nabi-Nabi atau orang Sholeh terdahulu, sedangkan pada masa
ahdu Madani lebih menekankan kepada syariat islam karena islam itu dimulai di Mekkah di
tangan para sahabat kaum muhajirin kemudian berkembang di Madinah di tangan para shabat
kaum Anshor, disini akan dipaparkan ayat-ayat al-quran yang turun pada ahdu madani :
1.)Surat Al-baqoroh ayat 223, hak-hak perempuan dalam harta warisan dan bermuamalah,
sebab turunnya ayat ini adalah ketika itu Yahudi berkata :”seorang laki-laki yang menstubuhi
istrinya dari belakang namun masuk ke arah qubul atau depan sesungguhnya anak yang
dilahirkan akan juling kemudian al-qur’an turun dan membatalkan dugaan kaum Yahudi
dengan firman Allah ta’ala : “Perempuan kalian adalah ladang bagi kalian maka datangilah
mereka dimanapun kalian berada”.
2.)Kemudian turun surat al-baqoroh ayat 228, waktu penantian talak untuk perempuan dimana
ketika itu seorang laki-laki masih diberikan waktu untuk kembali kepada istrinya, jadi islam
sendiri sangatlah memberikan potensi unntuk seorang muslim berbuat islah seperti dibolehkan
rujuk atau kembali kepada istri selagi masih talak satu atau dua, dan nabi sendiri bersabda
“bahwasanya perceraian itu adalah halal akan tetapi aku tidak menyukainya”.
3.)Surat al-baqoroh ayat 233, ayat ini menjelaskan hukum perempuan tentang menyusui.
4.)Surat al-baqoroh ayat 236, ayat ini menjelaskan tentang perempuan yang ditalak dan
memberikan sebuah kesenangan setelah ditalak berupa harta benda.
5.)Surat al-baqoroh ayat 282, ayat ini menjelaskan tentang persaksian dari perempuan, tidaklah
dipungkiri surat al-baqoroh menggambarkan banyak tentang hukum kekeluargaan berumah
tangga.
6.)Surat al-ahzab ayat 4, ayat ini menjelaskan kepada seorang suami untuk menjaga hati istri
meraka untuk tidak melakukan zihar kepada mereka.
Kemudian buku ini juga menjalsakan hak dan kewajiban para perempuan sebagaimana tertera
dalam al-quran al-karim, gambaran hak-hak untuk para perempuan dalam al-quran seperti :
1.)Kebebasan menghirup udara (hidup) di dunia, sebagaimana dipaparkan dalam surat al-isra
ayat 70, surat an-nisa ayat 93.
2.)Kebebasan untuk menuntut ilmu sebagaimana terpapar dalam surat al-alaq ayat 1-5, yang
dimana ayat ini menjelaskan manusia laki-laki atau perempuan untuk membaca atau menuntut
ilmu, karena seorang perempuan akan menjadi pancaran bagi anak-anaknya dan akan mendidik
anak-anaknya menjadi seorang yang dinantikan umat dan perempuan yang sangat cerdas dalam
ilmu pada masa Rasululllah adalah Sayyidah ‘Aisyah dimana dari beliau keluar beribu-ribu
hadits yang didapat dari Rasulullah dan beliau juga sebagai guru para sahabat dalam
periwayatan hadits terutama dalam kehidupan berumah tangga.
3.)Hak-hak mereka dalam mendapatkan harta benda, hak dinafkahi oleh seorang bapak atau
wali terdekat mereka seperti saudara laki-laki ketika meninggalnya seorang ayah, nafkah dari
seorang suami sebagaimana dijelaskan dalam surat talaq ayat 7 dan surat an-nisa ayat 127, hak
dalam harta warisan sebagaimana dijelaskan dalam surat an nisa ayat 7.
4.)Hak-hak mereka dalam beragama seperti menggunakan hijab, kemampuan bersyari’at dan
melaksanakan ibadah sebagaimana dijelaskan dalam surat al-imron ayat 195.
Kemudian kewajiban-kewajiban yang harus dijaga seorang perempuan dalam pancaran
alquran:
1.)Membangun karakter bagi anak-anak yang akan menjadi pendobrak kebeneran untuk masa
yang akan datang, sebagaimana dikisahkan ibu Nabi Musa dalam perjalanan mendidik anaknya
dalam surat al-qosos.
2.)Diwajibkan kepada perempuan untuk taat kepada wali-wali mereka atau suami mereka,
sebagaimana dipaparkan dalam surat an-nisa ayat 34, dimana mereka harus mentaati suami
mereka dan menjaga harta benda mereka ketika para suami sedang berada di luar rumah.
3.)Kewajiban para wanita dalam taat kepada hukum-hukum Allah tentang hukum-hukum
perempuan atau fatwa-fatwa kepada seorang perempuan.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad as-Syirbashi, Sejarah Tafsiral-Qur’an(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994),


Ahmad Syarqowi, Tafsir Maudhui
Mushaf Usmani, Qiroah imam Asim Riwayat imam Hafs
Syekh Husein Ibrohim, al-manar fii ulumil quran
Syekh Ahmad Syarqowi, Manahij Mufasirin
Sayyid Jibril, ‘Ulumul quran
Syeih Ahmad Zaglul, Tarikh Tafsir Maudhui
Syeikh Ahmad, Dakhil fii tafsir maudhui
Kitab Talmud
Syeikh Ahmad Burkan, Tarikh ad din as-samawi
Syeih Ahmad, Adat Arab Jahili
Seikh Muhammad, Almrah baina hadhir wal madhi
Husein Muhammad Fahimi, Dalil Mufahros li-alfadzil quran al-karim

Anda mungkin juga menyukai