Anda di halaman 1dari 24

Layli Wulandari 1908205047

Tugas mandiri Qowaid Faqiyah

Qowaid al 'am
Pengertian

Dalam pengertian ini ada dua terminologi yang perlu dijelaskan terlebih
dahulu, yaitu qawaid dan fiqhiyah. Kata qawaid merupakan bentuk jama'
dari kata qaidah, dalam istilah bahasa Indonesia dikenal dengan kata
'kaidah' yang berarti aturan atau patokan, dalam tinjauan terminologi
kaidah mempuyai beberapa arti. Dr. Ahmad asy-Syafi'I menyatakan bahwa
kaidah adalah:
‫القضايا الكلية التى يندرج تحت كل واحدة منها حكم جزئيات كثيرة‬

"Hukum yang bersifat universal (kulli) yang diikuti oleh satuan-satuan


hukum juz'i yang banyak"
Sedangkan secara terminologi fiqh berarti, menurut al-Jurjani
al-Hanafi:
‫العلم باالحكام الشريعة العملية من ادلتها التفصلية وهو علم مستنبط بالرأي‬
‫واالجتهاد‬
‫ويحتاج فيه الى النظر والتأمل‬

”ilmu yang menerangkan hukum hukum syara yang amaliyah


ang diambil dari dalil-dalilnya yang tafsily dan diistinbatkan
melalui ijtihad yang memerlukan analisa dan perenungan"
Dari uraian pengertian diatas baik mengenai qawaid maupun
fiqhiyah maka yang dimaksud dengan qawaid fiqhiyah adalah
sebagaimana yang dikemukakan oleh Imam Tajjudin as-Subki:
‫االمر الكلى الذى ينطبق على جزئياـت كثيرة تفهم احكامها منها‬
"Suatu perkara kulli yang bersesuaian dengan juziyah yang
yang banyak yang dari padanya diketahui hukum-hukum
juziyat itu ."
Menurut Musthafa az-Zarqa, Qowaidul Fiqhyah ialah : dasar-
dasar fiqih yang bersifat umum dan bersifat ringkas berbentuk
undang-undang yang berisi hukum-hukum syara’ yang umum
terhadap berbagai peristiwa hukum yang termasuk dalam ru-
ang lingkup kaidah tersebut.
Kaidah
Menurut Sudikno
Mertokusumo kaidah diartikan sebagai peratu-
ran hidup yang menetukan bagaimana manusia
itu seyogyanya berperilaku, bersikap
di dalam masyarakat agar kepentingannya dan
Pengertian kepentingan orang lain terlindungi,
atau dalam arti sempit kaidah hukum adalah ni-
lai yang terdapat dalam peraturan konkret.
Fiqih
Kiadah fiqih merupakan istilah yang digunakan ulama fiqih untuk pengem-
bangan cakupan suatu hukum. Ada beberapa definisi kaidah fiqih yang dike-
mukakan para ulama. Tajuddin As-Subki, seorang ulama dari mazhab Syafii
mengatakan, kaidah fiqih adalah suatu acuan umum yang dapat diterapkan
untuk mengetahui hukum dari kebanyakan persoalan parsial. Sa’aduddin
Mas’ud bin Umar At-Taftazani mengatakan, kaidah fiqih adalah ketentuan
umum yang dapat diterapkan untuk mengetahui hukum persoalan-persoalan
parsial. Perbedaan definisi tersebut terletak pada cakupannya. Menurut As-
Subki, tidak semua persoalan parsial dicakup oleh kaidah itu.
‘Am secara etimologi/lughat artinya merata,
yang berarti umum; dan secara terminologi/
menurut istilah adalah " Lafadz yang memiliki
pengertian umum, terhadap semua yang ter-
masuk dalam pengertian lafadz itu. Lafazh yang
Pengertian umum ('am) ialah yang menunjukan pada jum-
lah yang banyak dan satuan yang termasuk
dalam pengertiannya dalam satu makna yang
Am
berlaku.
Menurut Abdul Wahhab Khalaf dalam bukunya
“ Kaidah-kaidah Hukum Islam” Al-‘Am secara
bahasa ialah menunjukkan atas mencakup dan
menghabiskan semuasemua satuan yang dalam
didalam lafaz itu dengan tanpa menghitung
ukuran tertentu dari satuan-satuan itu.
Al-Am menurut istilah ushul fiqh adalah : “Lafaz
yang mencakup akan semua apa saja masuk
padanya dengan satu ketetapan & sekaligus”
Contoh lafaz Am seperti lafaz "laki-laki" dalam
lafaz tersebut mencakup semua laki-laki. Atau
lafaz "manusia" itu mencakup semua manusia.
Disamping pengertian ‘am diatas ada beberapa
pengertian ‘am menurut ulama’ lainnya antara
lain:
yaitu “Setiap lafazh yang mencakup banyak,
baik secara lafazh maupun
1 Hanafiah makna”. Artinya lafadz tersebut mencakup arti

secara keseluruhan;

yaitu “Suatu lafazh yang menunjukkan dari


2 Al Gazali
arah yang sama kepada dua hal atau lebih”.

“Lafazh yang mencakup semua yang cocok un-


3 Al Bazhadawi
tuk lafazh tersebut
dalam satu kata”.

suatu lafadz yang mengumumi dua hal


4 Uddah
atau lebih".

lafadz yang mencakup keseluruhan makna yang


5 imam abu zahda
dikandungnya melalui satu ketetapan bahasa”
Dalam defenisi ini tidak terkandung keumuman
kandungan atau makna satu, defenisi juga mem-
Pengertian yang ditun- ). Umum Badaliy
jukan oleh Lafazh 'Am Bagi suatu lafaz yang dipergunakan dan dihukumkan serta berlaku
ulama berbeda seperti Afrad (pribadi) seperti :
pendapat, apakah
ۙ‫عل َى ال َّ ِذيْ َن ِمن ْ َقبْلِك ُْم ل ََعلَّك ُْم تَتَّ ُق ْو َن‬ َ ‫الصيَا ُم ك ََما ك ُ ِت‬
َ ‫ب‬ ِّ ‫عل َيْك ُُم‬ َ ‫يٰٓا َيُّ َها ال َّ ِذيْ َن ا ٰ َمن ُ ْوا ك ُ ِت‬
َ ‫ب‬
pengertian yang ditun-
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
jukan oleh lafazh 'am itu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu
bersifat qathi atau
agar kamu sertakwa, (Q.S. Al
zhanny. Golongan
Baqarah 183).
Hanafiah berpendapat
bahwa penunjukan yaitu:

.Umum Syumuliy.
Yaitu semua lafazh yang dipergunakan dan dihukumkan serta berlaku bagi seluruh pribadi, seperti :
‫عل َيْك ُْم‬َ ‫اۤءل ُْو َن ِب ٖه َوالْا َْر َحا َمـ ۗ اِ ّـَن الل ّ ٰ َهـ كَا َنـ‬
َ ‫اۤء ۚ َواتَّقُوا الل ّ ٰ َهـ ال َّ ِذ ْيـ تَ َسـ‬
ً ‫ث ِمن ْ ُه َمـا ِر َجال ًا ك َ ِثيْ ًرا َّو ِن َسـ‬ ِ ‫يٰٓا َيُّ َهـا الن َّا ُسـ اتَّقُ ْوا َربَّكُ ُمـ ال َّ ِذ ْيـ َخلَقَك ُ ْمـ ِ ّم ْنـ نَّفْ ٍسـ َّو‬
َ‫اح َد ٍة َّو َخل َ َقـ ِمن ْ َها َز ْو َج َهـا َوبَ ّـ‬
‫َر ِقيْبًا‬
Artinya : Hai sekalian manusia, sertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari seo-
rang diri, (Qs. A n-Ni.ssa’: 1)
Dalam Ayat ini seluruh manusia dituntut untuk sertakwa tanpa kecuali, maka
lafaz yang seperti ini dinamakan umun Syumuliy.
Macam macam Lafadz Am
Macam - macam lafadz am
. Lafaz umum yang tidak mungkin di Takhsiskan seperti dalam firman Allah :
 ‫اۤبَةٍ ِفى الْا َْر ِض اِلَّا َعل َى الل ّ ٰ ِه ِر ْزق َُها َوي َ ْعل َُم‬
ّ ‫َو َما ِم ْن َد‬
‫م ْستَ َق َّر َها َو ُم ْستَ ْو َد َع َها ۗ ك ّ ٌُل ِف ْي ِكتٰ ٍب ُّمب ِْي‬
ُ
Artinya :
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang
memberi rezkinya”, (Qs. Huud.- 6)
Ayat diatas menerangkan sunnatullah yang berlaku bagi setiap
mahkluk karena itu dialahnya qath'I yang tidak rnenerimaTakhsis
Macam macam Lafadz Am

Lafaz umum yang dimaksudkan khusus karena adanya bukti tentang kekhususannya,
seperti dalam firman Allah : yang Artinya :
“mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, (Q.S Ali-Imran: 97)
Lafaz manusia dalam ayat diatas adalah lafaz umum yang dimaksudkan adalah manusia yang
mukallaf saja karena dengan perantara akal dapat dikeluarkan dari
keumuman lafal anak kecil dan orang gila.
Macam macam Lafadz Am

Lafaz umum yang khusus ( yang memang dipakai untuk hal-hal yang khusus)
seperti lafaz umum yang tidak ditemui tanda yang menunjukan di Takhsis seperti
dalam firman Allah : yang Artinya : “Wanita-wanita yang di talak hendaklah menahan (menunggu) tiga
kali quru”
Lafadz ‘am dalam ayat tersebut diatas adalah kata-kata al-muthallaqat (wanitawanita yang di talak), ter-
bebas dari indikasi yang menunjukkan bahwa yang dimaksud adalah makna umum atau sebagian caku-
pannya.

Please add title in here


Adapun bentuk-bentuk lafadz yang mengandung arti ‘am atau Kata-kata yang menun-
jukan makna umum seperti[10] dalam al-quran banyak sekali, antara lain:
(1). Kata kullu ( ‫ل‬ /tiap) dan jami( ‫حميعـ‬/semua). Misalnya, Qs. Ali-Imran ayat 185
‫ع ِن الن ّ َِار َوُأ ْد ِخ َل ال َْجن َّ َة َف َق ْد َفا َز ۗ َو َما ال َْحيَا ُة‬
َ ‫ام ِة ۖ َف َم ْن ُز ْح ِز َح‬ ‫ُأ‬ ِ ‫ك ُُّل ن َ ْف ٍس َذاِئ َق ُة ال َْم ْو‬
َ ‫ت ۗ َوِإ ن ّ ََما ُت َو ّفَ ْو َن ُج‬
َ َ‫ورك ُْم ي َ ْو َم ال ْ ِقي‬
‫ور‬ ُ َ‫الدنْيَا ِإ لَّا َمت‬
ِ ‫اع ال ْ ُغ ُر‬ ُّ
Artinya : “Tiap diri (jiwa) akan merasakan mati” (Q. S Ali-Imran 185 ). Lafadz Kullu dan
Jami’an diatas, kedua-duanya mencakup seluruh satuan yang tidak terbatas.

BENTUK BENTUK LAFAD AM


(2). Kata Kaffah Q.S Saba ayat 28
‫َو َمٓا ا َ ْر َسلْن ٰ َك اِلَّا ك َاۤ ّفَ ًة لِّلن ّ َِاس بَ ِشيْ ًرا َّون َ ِذيْ ًرا َّول ٰ ِك َّن اَكْثَ َر الن ّ َِاس ل َا‬
Artinya : “Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia
seluruhnya” (Q.S. Saba': 28 )

BENTUK BENTUK LAFAD AM


Mentakhsin yang umum "AM"

Lafazh 'am itu terbagi atas dua macam, yaitu 'am yang dapat dimasuki takhshiah dan 'am yang tidak di-
masuki takhshiah. Karena itu harus ada dalil yang menunjukkan bahwa ia benar-benar ditaksis. golongan
hanafi berpendapat bahwa yang bisa mentaksis 'am adalah lafazh yang berdiri sendiri bersama dalam
suatu zaman Serta mempunyai kekuatan yang sama dilihat dari segi qath'i / zhannynya. Sebagaimana
contoh adalah firman Allah: yang Artinya : “dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) men-
cari isteri-isteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina”. (Qs.An- Nisaa:24)

Please add title in here


Lafadz 'am ini telah ditakhshish dengan sabda Nabi Muhammad SAW: Artinya : “Seorang wanita tidak
bisa dikawini bibi dari Ayahnya/bibi dari lbunya. Dan pula dengan keponakan dari saudaranya/kepon-
akan dari saudaranya. Sebab jika kamu berbuat itu berarti kamu telah memutuskan familimu”. Hadits ini
tergolong hadits Masyhur , yang dalam konteks ini ia sebagai contoh yang mentakhsis keumuman Al-
Quran yang qath'i.
Syarat-Syarat yang mentakhsis yang 'am ada 3 yaitu :
(1). harus berdiri sendiri
(2). harus bersama dalam massa
(3). harus sama derajatnya dengan 'am, apakah zanny atau qath'i
Adapun contoh 'am yang ditakhsis dalam firman Allah tentang waris :

Please add title in here


KAIDAH

‫تغير الفتوى و اختالفها بحسب تغير األزمنة و األمكنة و األحوال و النيات و العوائد‬
Artisnya “Perubahan Fatwa dan Perbedaannya sesuai dengan Perubahan Zaman, Tempat, Kondisi,
Niat dan Adat kebiasaaan”.
Di dalam bahasan tersebut, Ibnul Qoyyim banyak memberikan contoh hal-hal yang begitu luwes berubah
dalam fatwa, sebagaimana beliau juga menekankan tentang prinsip-prinsip
pokok dalam masalah ijtihad dan fatwa. Hal ini tentu sesuai dengan yang disabdakan Rasulullah SAW dalam

‫بعثت بالحنيفية السمحة‬

“Aku diutus dengan (agama) yang lurus dan moderat” (HR Ahmad dari Abu Umamah)
contoh
Contohnya pernikahan siri
Perubahan hukum ini adalah sah sesuai dengan kaidah fiqhiyah yang berbunyi:

‫ان‬ِ ‫ال َيُنْك َُر تَ َغيُّ ُر اَْأل ْحك َا ِم ِبتَ َغيُّ ِر اَْأل ْز َم‬.
Artinya: Tidak diingkari perubahan hukum karena perubahan zaman.
Ibnu al-Qayyim menyatakan :
‫لع َواِئ ِد‬
َ ْ ‫ات َوا‬ ِ َّ‫ال َوالنِّي‬ِ ‫ح ْس ِب تَ َغي ُّ ِر اَْأل ْز ِمن َ ِة َواَْأل ْم ِكن َ ِة َواَْأل ْح َو‬
َ ‫اخ ِتالَف َُها ِب‬
ْ ‫تَ َغي ُّ ُر اْل َفتْ َوى َو‬.

Artinya: Perubahan fatwa dan perbedaannya terjadi menurut perubahan zaman, tempat, keadaan, niat dan
adat istiadat [I’lam al-Muwaqqi’in, Juz III, hlm. 3pencatatan perkawinan selain substansinya untuk
mewujudkan ketertiban hukum juga mempunyai manfaat preventif, seperti supaya tidak terjadi
penyimpangan rukun dan syarat perkawinan, baik menurut ketentuan agama maupun peraturan
perundang-undangan. Tidak terjadi perkawinan antara laki-laki dan perempuan yang antara keduanya
dilarang melakukan akad nikah. Menghindarkan terjadinya pemalsuan identitas para pihak yang akan kawin,
seperti laki-laki yang mengaku jejaka tetapi sebenarnya dia mempunyai isteri dan anak. Tindakan preventif
ini dalam peraturan perundangan direalisasikan dalam bentuk penelitian persyaratan perkawinan oleh
Pegawai Pencatat, seperti yang diatur dalam Pasal 6 PP Nomor 9 Tahun 1975.
kaidah
2
‫المحافظة على الفديم الصالح‬
‫واألخذ بالجديد األصلح‬
Artinya
Mempertahankan nilai-​nilai lama yang baik dan menginovasikan nilai-nilai baru yang lebih baik.

Kaidah tersebut menuntun kita untuk memperlakukan fenomena kehidupan secara seimbang.
Degan menggunakan
kaidah ini, warga NU memiliki pegangan dalam menyikapi tradisi atau budaya. Yang dilihat bukanlah tradisi
atau budaya tersebut, melainkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Seseorang harus bisa mengapresiasi
tradisi yang ada yang merupakan hasil-hasil kebaikan orang-orang terdahulu, dan bersikap kreatif mencari
berbagai trobosan baru untuk menyempurnakan tradisi tersebut. Sikap ini memacu untuk bergerak kedepan
dan tidak melupakan akar tradisinya.
contoh

persoalan dalam menggunakan kaidah ini adalah kemajuan IPTEK ditengah arus globalisasi saat ini
merupakan fenomena baru yang tidak mungkin dihindari. Selain manfaatnya, kemajuan IPTEK juga
membawa disruptif atau perubahan cepat yang mendasar, perubahan ini mengubah cara pandang
manusia dalam beraktifitas, berbisnis, bertransaksi dan berinteraksi. Dalam hal ini maka mengambil
hal-hal baru yang lebih baik perlu dilakukan untuk penentu kemajuan dan daya saing. Namun
memelihara hal-hal lama atau warisan yang baik juga merupakan suatu kebaikan, warisan tersebut
meliputi akidah,
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai