a. االمور بمقاصدها
b. االمشقة تجلب التيسير
Jawaban
1. Qawaid menurut bahasa merupakan bentuk jamak dari qaidah ( )قاعدة, berarti:
asas, landasan, dasar atau fondasi sesuatu, baik yang bersifat kongkret, materi,
atau inderawi seperti fondasi bangunan rumah, maupun yang bersifat abstrak,
non materi dan non indrawi seperti ushuluddin (dasar agama). Qaidah dengan
arti dasar atau fondasi sesuatu yang bersifat materi terdapat dalam al-Qur’an
surah Al-Baqarah ayat 127 :
secara garis besar para ulama terbagi menjadi dua kelompok dalam
mendefinisikan qawaid fiqhiyyah. Hal ini berdasarkan atas realita bahwa ada
sebagian ulama yang mendefinisikan qawaid fiqhiyyah sebagai suatu yang
bersifat universal, dan sebagian yang lain mendefinisikan sebagai sesuatu
yang bersifat mayoritas (aghlabiyyah) saja.
Contohnya adalah
األصل في المعاملة اإلباحة إال أن يدل دليل على تحريمها
“Segala bentuk muamalah pada dasarnya adalah mubah (boleh) kecuali ada
dalil yang mengharamkannya”
Ini menjadi alasan bagi setiap bentuk transaksi perdagangan dan ekonomi
menjadi halal kecuali jelas ada alasan yang melarangnya. Maka Jika dua orang
pelaku muamalah atau lebih, mereka berselisih tentang suatu hal berkaitan
dengan akad muamalah, seperti jual beli, sewa menyewa, gadai, akad di bank
atau lain-lain, maka keberpihakan diberikan kepada yang lebih kuat alasannya
sesuai prinsip dalil.
الضرر يزال
Kemudharatan itu harus dihilangkan
Qaidah tersebut berasal dari Hadis Rasulullah Muhammad SAW.;
Kaidah kedua
الحدود تسقط بالشبهات
Hukum gugur karena sesuatu yang syubhat
Kaidah tersebut bersumber dari Hadist Nabi Muhammad SAW.:
) ادرؤوا الحدود بالشبهات (رواه البخاري: صلَّى هللا عليه وسلَّ َم
َ ِقَا َل َرسُوْ َل هللا
Kaidah ketiga
االمور بمقا صد ها
Setiap perkara tergantung kepada maksud mengerjakannya
Kaidah tersebut bersumber dari Hadist Nabi Muhammad SAW.:
إِنِّ َما اأْل َ ْع َما ُل ِبالنِّيَّ ِة
Sesungguhnya segala amal itu tergantung pada niatnya
6. Kitab-kitab Qawaid Fiqhiyyah
a) Madzhab Hanafi
o Ta'siis al-Nadzr karya al-Qadhi, Ubaidullah ibn Umar ad-
Dabusi (430 H)
o Al-Majallah al-Ahkaam al-cAdliyyah oleh Komite `Ulama
Daulah Usmaniyyah (1286 H) f)
b) Madzhab Maliki
o Al-Qawaid oleh Muhammad itn Muhammad Dm Ahmad al-
Muclarri (758 H)
o Lidhaah al- Masaalik ila Qawaaid al-Imaam Maalik hasil karya
Ahmad ibn Yahya bin Muhammad at-Tilmisani al-Winsyarinsi
(914 H)
c) Madzhab Syafi’i
o Kitaab Al-Asybaah wan-Nazhaa' ir karya Sadraddin Abi
Abdullah ibn Murahhil, Ibn Wakil al-Syafi ci (716 H)
o Majmu' al-Mazhab fil-Qawaid al-Madzhab oleh Salahuddin
Abi Said al-Ala' i as-Syafii (761 H)
d) Madzhab Hambali
o Al-Qawaid al-F iqhiyyah oleh S harifudd in Ahmad ibn al-
Hasan, bn Qadhi al-Jabal al-Maqdisi (771 H)
o Taqriir al-Qawaid wa Tahriir al-Fawaa' id (al-Qawaid) karya
Abdurrahman Shihab ibn Ahmad ibn Abi Rajab (Ibn Rajab)
alHanbali (795H)
Maksudnya adalah segala niat atau motif yang terkandung didalam seseorang
saat melakukan perbuatan, menjadi kriteria yang dapat menentukan nilai dan
status hukum amal perbuatan yang telah dilakukan, baik berhubungan dengan
peribadatan ataupun adat-kebiasaan. Intinya dalam qa’idah ini mencakup
semua hal tentang niat. Dan kaidah inipun dapat diartikan pula bahwa segala
sesuatu perbuatan akantimbul tergantung bagaimana niatnya.