Anda di halaman 1dari 8

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)

Nama / NIM : Wahyu Firmansyah / 1201030204


Matakuliah : Ad-Dakhil fi At-Tafsir
Hari/Tanggal : Sen, 31 Oktober 2022
Jurusan/Kelas/Fakultas : IAT/V - E/Ushuluddin
Dosen Pengampu : Dr. Solehudin, M.Ag

1. Jelaskan secara memadai tentang Aṣīl Naqli, dengan menyebutkan a. Definisi, b.


Bentuk-bentuk Aṣīl Naqlic. Contoh masing-masing Aṣīl Naqli
Jawaban:
a Definisi Asil Naqli
Ashil Naqli Merupakan bentuk Idhofat dari lafad Ashil dan Naqli,
Ashil berasal dari lafadz ‫ االصل‬yang berarti Asal, sesuatu yang
mempunyai asal yang sangat kuat dalam sebuah objek yang
dimasukinya, atau asal usul yang jelas. Sedangkan Naqli yang berarti
mengutip,dikutip, atau dalam hal ini di jelaskan Naqli berarti
penukilan atau mengutip dalil yang ada dalam Al Qur’an dan Sunnah.
Ashil Naqli berarti Asal pengutipan dalil yang ada dalam Al Qur’an
dan Sunnah.
Sedangkan secara Istilah Ashil Naqli berarti tafsir yang berlandskan
kepada Al Qur’an dan Sunnah, atau penafsiran yang menukil pendapat
sahabat dan tabi’in atau berdasarkan Ijtihad yang sesuai dengan kaidah
bahasa Arab dan kaidah hukum syara.
b Bentuk Ashil Naqli
Bentuk Ashil Naqli ada 7 diantaranya:
 Menafsirkan Al Qur’an dengan Al Qur’an
 Menafsirkan Al Qur’an dengan Hadis yang layak dijadikan
Hujjah
 Menafsirkan Al Qur’an denan pendapat sahabat yang setara
dengan Hadis Marfu’
 Menafsirkan Al Qur’an dengan hasil Ijma’ para sahabat atay
tabu’in.
 Menafsirkan Al Qur’an dengan pendapat sahabat yang berbeda
dari pendapat sahabat lain, tetapi yang benar mudah diketahui
(Kontradiksinya tidak kontras, dapat dikompromikan dan
ditarjih)
 Menafsirkan Al Qur’an dengan pendapat sahabat yang tidak
merupakan hasil ijma’ sahabat dan tidak pula berbeda dengan
sahabat lain.
 Menafsirkan Al Qur’an dengan pendapat tabi’in (hadis mursal)
yang setara dengan hadis marfu’ dan diperkuat oleh hadis
mursal lain, atau yang mengutarakannya adalah tabi’in yang
memenuhi syarat imamah/Muhadditsin, dan mayoritas
penafsirannya bersumber dari sahabat.
c Contoh Ashil Naqli
Menafsirkan Al Qur’an dengan Al Qur’an, pada firman Allah swt yang
ada dalan Qs. Al Maidah ayat 01 yang berbunyi:
َّ ‫ت لَ ُك ْم بَ ِه ْي َمةُ ااْل َ ْن َع ِام اِاَّل َما يُ ْت ٰلى َعلَ ْي ُك ْم َغي َْر ُم ِحلِّى ال‬
‫ص ْي ِد‬ ْ َّ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اَوْ فُوْ ا بِ ْال ُعقُوْ ۗ ِد اُ ِحل‬
‫َواَ ْنتُ ْم حُ ُر ۗ ٌم اِ َّن هّٰللا َ يَحْ ُك ُم َما ي ُِر ْي ُد‬

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah janji-janji!


Dihalalkan bagimu hewan ternak, kecuali yang akan disebutkan
kepadamu (keharamannya) dengan tidak menghalalkan berburu
ketika kamu sedang berihram (haji atau umrah). Sesungguhnya Allah
menetapkan hukum sesuai dengan yang Dia kehendaki.” (Al-Mā'idah
[5]:1)
Pada Kalimat
‫ص ْي ِد َواَ ْنتُ ْم ُح ُر ۗ ٌم اِ َّن هّٰللا َ يَحْ ُك ُم َما ي ُِر ْي ُد‬
َّ ‫ت لَ ُك ْم بَ ِه ْي َمةُ ااْل َ ْن َع ِام اِاَّل َما يُ ْت ٰلى َعلَ ْي ُك ْم َغي َْر ُم ِحلِّى ال‬
ْ َّ‫اُ ِحل‬
Maqhosidul Ayat ini mengenai penghalalan makanan seperti hewan
ternak, tetapi pada kaliamy selanjutnya diharamkan makan yang telah
dijelaskan keharamannya, namu pada ayat ini tidak dijelaskan apa saja
makanan yang diharamkan secara eksplisit, ayat ini ditafsirkan dengan
QS. Al-Maidah ayat 3yang berbunyi:
ُ‫ت َعلَ ْي ُك ُم ْال َم ْيتَةُ َوال َّد ُم َولَحْ ُم ْال ِخ ْن ِزي ِْر َو َمٓا اُ ِه َّل لِ َغي ِْر هّٰللا ِ بِ ٖه َو ْال ُم ْن َخنِقَةُ َو ْال َموْ قُوْ َذةُ َو ْال ُمت ََر ِّديَة‬
ْ ‫حُ ِّر َم‬
ٌ ۗ ‫ب َواَ ْن تَ ْستَ ْق ِس ُموْ ا بِااْل َ ْزاَل ۗ ِم ٰذلِ ُك ْم فِ ْس‬
‫ق‬ ِ ‫ص‬ ُ ‫َوالنَّ ِطي َْحةُ َو َمٓا اَ َك َل ال َّسبُ ُع اِاَّل َما َذ َّك ْيتُ ۗ ْم َو َما ُذبِ َح َعلَى ال ُّن‬
‫ت َعلَ ْي ُك ْم‬ُ ‫ت لَ ُك ْم ِد ْينَ ُك ْم َواَ ْت َم ْم‬ ُ ‫اخ َشوْ ۗ ِن اَ ْليَوْ َم اَ ْك َم ْل‬ َ ‫اَ ْليَوْ َم يَ ِٕى‬
ْ ‫س الَّ ِذ ْينَ َكفَرُوْ ا ِم ْن ِد ْينِ ُك ْم فَاَل ت َْخ َشوْ هُ ْم َو‬
‫ف اِّل ِ ْث ۙ ٍم فَا ِ َّن هّٰللا َ َغفُوْ ٌر‬
ٍ ِ‫ص ٍة َغ ْي َر ُمتَ َجان‬ َ ‫ْت لَ ُك ُم ااْل ِ ْساَل َم ِد ْينً ۗا فَ َم ِن اضْ طُ َّر فِ ْي َم ْخ َم‬
ُ ‫ضي‬ ِ ‫نِ ْع َمتِ ْي َو َر‬
‫َّر ِح ْي ٌم‬

Artinya: “ Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging


babi, dan (daging hewan) yang disembelih bukan atas (nama) Allah,
yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang
diterkam binatang buas, kecuali yang (sempat) kamu sembelih.
(Diharamkan pula) apa yang disembelih untuk berhala. (Demikian
pula) mengundi nasib dengan azlām (anak panah), (karena) itu suatu
perbuatan fasik. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk
(mengalahkan) agamamu. Oleh sebab itu, janganlah kamu takut
kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku
sempurnakan agamamu untukmu, telah Aku cukupkan nikmat-Ku
bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. Maka, siapa
yang terpaksa karena lapar, bukan karena ingin berbuat dosa,
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-
Mā'idah [5]:3)
Dalam ayat ini secara eksplisit menafsirkan ayat yang pertama
mengenai apa saja makanan yang diharamkan seperti bangkai, darah,
daging babi, dan lain sebagainya yang dijelaskan secara gamblang
mengenai jenis jenis makanannya.
2. Jelaskan secara memadai tentang DakhīlNaqli, dengan menyebutkan a. Definisi, b.
Macam-macam DakhīlNaqlic. Contoh-contoh DakhīlNaqli
A. Definisi Dakhil Naqli
Kata Al-dakhīl berasal dari bahasa Arab yang terbentuk dari fī’il madi tsulatsī
mujarrod yaitu dal, kha dan lam (dakhīla) dan disandarkan pada wazan fa’ila
yaf’alu-fa’lan wa fa’alan menjadi Dakhila—yadkhalu—dakhlan--wa dakhalan,
yang memiliki makna: penyakit , aib, dan cacat. Adapun makna al-dakhīl fī tafsīr
secara istilah adalah:

‫ما نقل من التفسير ولم يثبت نقله أوثبت ولكن عل خالف القبول اوماكان من قبيل الرأي الفاس‬

“Penafsiran Al-Quran dengan riwayat yang tidak shahih, penafsiran Al-Quran


dengan riwayat yang shahih tetapi tidak memenuhi syarat-syarat penerimaan atau
penafsiran Al-Quran dengan pikiran yang salah.”
Dari definisi dakhil diatas, dapat disimpulkan bahwa Dakhil Naqli merupakan
kecacatan penafsiran yang terdapat dalam periwayatan.

B. Macam- macam Dakhil Naqli


Berikut adalah macam-macam atau bentuk dari Dakhil Naqli
- Menafsirkan Alquran dengan hadis yang tidak layak dijadikan hujjah.
Seperti menafsirkan Alquran dengan hadis palsu dan daif, lebih-lebih bila
faktor kedaifan hadis itu sesuatu yang tidak mungkin direhabilitasi seperti
tidak terpenuhinya unsur`adalah (integritas perawi).
- Menafsirkan Alquran dengan pendapat sahabat yang tidak valid, seperti
menafsirkan Alquran dengan hadis mauqûf yang palsu atau sanadnya daif.
- Menafsirkan Alquran dengan pendapat sahabat tentang masalah-masalah
yang berada di luar ruang lingkup nalar (suprarasional), sedang sahabat yang
mengutarakannya dikenal sebagai sahabat yang menjadikan Bani Israil
sebagai sumber informasi dan pendapatnya itu berkaitan dengan (informasi,
cerita dan lain lain) yang dimiliki Bani Israil.
- Menafsirkan Alquran dengan pendapat sahabat yang berbeda dengan
pendapat sahabat lain, sedang pebedaannya sangat tajam sehingga tidak
dapat diketahui mana yang benar.
- Menafsirkan Alquran dengan pendapat tabii yang tidak valid, seperti
menafsirkan Alquran dengan hadis mursal yang palsu atau sanadnya daif.
- Menafsirkan Alquran dengan hadis mursal yang matannya mengenai
Israiliyat, sekalipun hadis mursal itu sesuai dengan Alquran dan hadis sahih,
selama ia tidak diperkuat oleh sesuatu yang mengangkatnya ke posisi hadis
hasan li ghairih.
- Menafsirkan Alquran dengan salah satu bentuk ashîl al-naqli dari empat
bentuk ashîl al-naqli pertama di atas yang kontradiktif yang kontradiksinya
sangat kontras dan tidak dapat dikompromikan dengan logika positif.
- Menafsirkan Alquran dengan salah satu bentuk ashîl al-naqli dari tiga bentuk
ashîl al-naqli yang terakhir yang kontradiktif yang kontradiksinya sangat
kontras dan tidak dapat dikompromikan dengan logika, sekalipun logika itu
asumtif.
- Menafsirkan Alquran dengan salah satu bentuk ashîl al-naqli dari tujuh
bentuk ashîl al-naqli yang kontradiktif yang kontradiksinya sangat kontras
dan tidak dapat dikompromikan dengan bentuk ashîl al-naqli yang lebih kuat
darinya.

C. Contoh Dakhil Naqli


a. pertama

‫فَ َو َجدَا َع ْبدًا ِّم ْن ِعبَا ِدنَٓا ٰاتَ ْي ٰنهُ َرحْ َمةً ِّم ْن ِع ْن ِدنَا َو َعلَّ ْم ٰنهُ ِم ْن لَّ ُدنَّا ِع ْل ًما‬
“Lalu mereka berdua bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba
Kami, yang telah Kami berikan rahmat kepadanya dari sisi Kami, dan yang telah
Kami ajarkan ilmu kepadanya dari sisi Kami.”

Dalam menafsirkan ayat ini, kelompok yang berpendapat bahwa Nabi


Khidhir masih hidup berargumentasi antara lain dengan hadis berikut ini;
“Khaitsamah ibn Sulaimân meriwayatkan dari mata rantai sanad Ja`far al-
Shâdiq, dari ayahnya, bahwa Zulkarnain berteman dengan seorang malaikat. Ia
meminta temannya itu menunjukkan sesuatu yang dapat memperpanjang umurnya
kepadanya. Malaikat menunjukkan `ain al-hayâh (mata air kehidupan) kepadanya
yang berada di tempat gelap. Zulkarnain berjalan menujunya, sedang di depannya
(berjalan pula) Khidhir. Khidhir mendapatkannya sedang Zulkarnain tidak.”

Ibnu Hajar menegaskan bahwa hadis ini menjadi sandaran pendapat bahwa
Khidhir akan hidup sampai kiamat karena ia telah minum mata air kehidupan.
Hadis ini daif karena bersumber dari Wahb ibn Munabbih dan lain lain. Semua
israiliyat yang bersumber dari Wahb ibn Munabbih adalah daif, dan tidak dapat
dipercaya.

b. Kedua

١٤ َ‫َواِ َذا لَقُوا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا قَالُ ْٓوا ٰا َمنَّا ۚ َواِ َذا َخلَوْ ا اِ ٰلى َش ٰي ِط ْينِ ِه ْم ۙ قَالُ ْٓوا اِنَّا َم َع ُك ْم ۙاِنَّ َما نَحْ نُ ُم ْستَه ِْزءُوْ ن‬

“Apabila mereka berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata,


“Kami telah beriman.” Akan tetapi apabila mereka menyendiri dengan setan-
setan (para pemimpin) mereka, mereka berkata, “Sesungguhnya kami
bersama kamu, kami hanya pengolok-olok.”
Dari al-Kalbi, dari Abi Shâlih, bahwa Ibnu Abbas berkata, "Ayat ini turun
karena (peristiwa) Abdullah ibn Ubay dan teman-temannya. Pada suatu hari
mereka bertemu dengan sekelompok sahabat Nabi saw. Abdullah ibn Ubay
berkata kepada teman-temannya, 'Lihatlah bagaimana aku membela kamu dari
orang-orang bodoh ini.' la memegang tangan Abu Bakar dan berkata, Selamat
datang wahai al-shiddiq, penghulu Bani Tamim, tokoh Islam, satu satunya
teman Rasulullah di gua, dan yang mengorbankan diri dan hartanya (untuk
agama).' Kemudian dia memegang tangan Umar dan berkata, "Selamat datang
wahai penghulu Bani Adiy ibn Ka'b, pemilah yang kuat dalam membela
agama Allah, yang mengorbankan diri dan hartanya untuk Rasulullah.
Kemudian ia memegang tangan Ali dan berkata, "Selamat datang wahai anak
paman dan menantu Rasulullah, penghulu Bani Hasyim setelah Rasulullah.
Kemudian mereka berpisah. Abdullah berkata kepada teman-temannya,
'Bagaimana pendapatmu? Bila kamu bertemu dengan mereka perbuatlah
seperti yang aku buat. Mereka memujinya. Kaum muslimin pulang menemui
Rasulullah saw dan menyampaikan peristiwa ini, kemudian turunlah ayat ini.”
Ibnu Hajar mengatakan hadis ini palsu. Mata rantai sanad dari al-Kalbi,
dari Abi Shâlih, dari Ibnu Abbas adalah mata rantai sanad dusta. Bukti
kepalsuan hadis ini ialah surah al-Baqarah turun pada masa awal hijrah,
sedang Ali ibn Abi Thalib menikah dengan Fatimah pada tahun kedua
hijriah." Jadi hadis ini daif dari dua aspek, yaitu sanad dan matan.

c. Ketiga
Contoh pendapat sahabat yang tidak dakhil:

‫حدثنا عبد هللا بن مسلمة حدثنا عبد العزيز بن أبي سلمة عن هالل بن أبي هالل عن عطاء بن يستار‬

‫عن عبد هللا بن عمرو بن العاص رضي هللا عنهما أن هذه اآلية التي في القرآن يا أيها النبي إذا أرسلك‬

‫شاهدا ومثيرا ولبيرا قال في التوراة يا أيها النبي إنا أرسلناك شاهدا ومبشرا وجززا لألميين أنت عبدي‬

‫ورسولي سميتك المتوكل اليمن بقي وال غليظ وال سحاب باألسواق وال يدفع السنينة بالسبنة ولكن يعفو‬

‫ويصفح ولن يقبضه هللا حتى يقيم به الملة العوجاء بأن يقولوا ال إله إال هللا فيفتح بها أعنا عنها واذانا صما‬

‫وقويا علماء‬

Dari Abdullah ibn Maslamah, dari 'Abd al-'Aziz ibn Abi Salamah, dari Hilal
ibn Abi Hilal, dari Atha ibn Yasar, bahwa Abdullah ibn 'Amr ibn al-'ash ra
berkata, "Ayat Alquran (Wahai Nabi! Sesungguhnya Kami mengutusmu
untuk menjadi saksi, pembawa kabar gembira, dan pemberi peringatan) di
dalam Taurat sebagai berikut; Wahai Nabi! Sesungguhnya Kami mengutusmu
untuk menjadi saksi, pembawa kabar gembira, dan pemberi peringatan,
pelindung orang Arab, kamu hamba dan rasul-Ku. Aku memberimu nama
orang yang berserah diri, baik perangai, tidak kasar, tidak berteriak-teriak di
pasar, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, memaafkan. dan
merelakan, tidak wafat sebelum Allah meluruskan agama yang bengkok, yaitu
mereka mengucapkan Tiada Tuhan selain Allah, dengan agama itu Allah
membuka mata yang buta, telinga yang tuli, dan hati yang tertutup.
Contoh pendapat sahabat yang dakhil;
ٰ ‫قَال ع ْيسى ابْنُ مرْ يم‬
َ ‫اللّهُ َّم َربَّنَٓا اَ ْن ِزلْ َعلَ ْينَا َم ۤا ِٕى َدةً ِّمنَ ال َّس َم ۤا ِء تَ ُكوْ نُ لَنَا ِع ْيدًا اِّل َ َّولِنَا َو ٰا ِخ ِرنَا َو ٰايَةً ِّم ْن‬
‫ك َوارْ ُز ْقنَا‬ ََ َ َ ِ َ

‫ال هّٰللا ُ اِنِّ ْي ُمن َِّزلُهَا َعلَ ْي ُك ْم ۚ فَ َم ْن يَّ ْكفُرْ بَ ْع ُد ِم ْن ُك ْم فَاِنِّ ْٓي اُ َع ِّذبُهٗ َع َذابًا ٓاَّل اُ َع ِّذب ٗ ُٓه اَ َحدًا‬
َ َ‫ ق‬١١٤ َ‫َواَ ْنتَ َخ ْي ُر ال ٰ ّر ِزقِ ْين‬

١١٥ ࣖ َ‫ِّمنَ ْال ٰعلَ ِم ْين‬

“114.Isa putra Maryam berdoa, “Ya Allah Tuhan kami, turunkanlah kepada
kami hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi
kami, yaitu bagi orang-orang yang sekarang bersama kami maupun yang
datang setelah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu. Berilah kami
rezeki. Engkaulah sebaik-baik pemberi rezeki.” 115.Allah berfirman,
“Sesungguhnya Aku akan menurunkannya (hidangan itu) kepadamu. Siapa
yang kufur di antaramu setelah (turun hidangan) itu, sesungguhnya Aku akan
mengazabnya dengan azab yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang
pun di antara (manusia) seluruh alam.”
Dari al-Aufi bahwa Ibnu Abbas berkata, “Allah menurunkan meja makan
kepada Isa ibn Maryam dan pengikut-pengikutnya yang setia. Di atas meja itu
terdapat roti dan ikan. Mereka dapat memakannya di mana saja dan kapan
saja.”
Pendapat Ibnu Abbas ini israiliyat yang tidak dapat diterima.”

Anda mungkin juga menyukai