Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang mana atas rahmat dan
karunia-Nya kita diberikan kesehatan dan kesempatan serta di izinkan untuk melihat dan
menikmati keindahan ciptaan-Nya.Sholawat serta salam marilah kita hadiahkan kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Yang mana beliau telah membawa umatnya dari
alam kebodohan menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan
pada saat ini.

Selanjutnya penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu yang telah


memberikan kesempatan untuk menyelesaikan makalah Pengantar Usul Fiqih ini tepat
waktu.Dan apabila makalah ini masih kurang sempurna,penulis mengharapkan kritik dan saran
kepada pembaca.Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Kembang Kerang Daya 28 Oktober 2021


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an dan Hadist adalah rujukan yang paling utama bagi seluruh umat muslim di
dunia.Kitab yang tidak memiliki kecacatan sedikitpun dan ajarannya adalah untuk umat
sepanjang masa hingga hari kiamat.Bahkan seorang muslim jika membaca Al-Qur’an dinilai
ibadah dan diberikan pahala oleh Allah SWT.

Al-Qur’an dan Hadist sudah melewati berbagi masa ataupun zaman,mulai dari masa
syihir atau ketika masa Nabi, masa keilmuan, hingga pada zaman sekarang ini pada masa
berkembangnya teknologi.Dimana semua kegiatan dipermudah dengan adanya teknologi.Al-
Qur’an dan Hadist tidak luput memberikan kontribusi informasi mengenai masa-masa
tersebut.Bahkan Dr. Zakir Naik mengatakan dalam pidatonya tidak ada satupun ayat dalam
Al-Qur’an dan Hadist Nabi yang tidak terbukti atau tidk sesuai secara ilmiah.Hal ini
membuktikan bahwa Al-Qur’an memang benar adanya dan bukan karangan manusia.

Al-Qur’an menjadi sember informasi pedoman hidup yang diyakini penganutnya


dapat memecahkan berbagai permasalahan dan persoalan baik individu maupun sosial
seperti, permasalah hukum,politik,budaya,dan lain sebagainya.Selain sebagai pedoman
hidup,Al-Qur’an juga mengandung ajaran-jaran pengetahuan seperti mmengenai tata cara
berpenampilan,berbicara,berprilaku maupun lainnya.Semua aturan-aturan tersebut tidak lain
adalah dengan tujuan agar manusia hidup di dunia tidak mengalami kekacauan sehingga
semua teratur dengan baik.
PEMBAHASAN

A. Pengertian Al-Qur’an
1. Pengertian Al-Qur’an Secara Etimologi (Bahasa)

Secara etimologi, Al-Quran adalah mashdar dari kata qa-ra-a ( ‫ ق‬- ‫ر‬- ‫) أ‬
setimbang dengan kata fu’lan (‫)فعالن‬.Ada dua pengertian Al-Qur’an dalam bahasa Arab
yaitu Qur’an (‫ران‬AA‫ )ق‬berarti “bacaan” dan Maqru’ (‫روء‬AA‫ )مق‬artinya “apa yang tertulis
padanya” ismu al-fail (subjek) dari qara’a (‫)قرأ‬. Dalam rujukan lain, juga terdapat definisi
Al-Qur’an seacra etimilogi yang sama-sama dari mashdar qara’a akan tetapi
persamaannya seperti lafal Al-Ghufran yang diambil dari kata gafara (‫)غفر‬.Dikatan :
qara’a, yaqra’u, qira’atan dan qur’anan (‫قرأ‬- ‫يقرأ‬- ‫قرأة‬- ‫قرانا‬-).Definisi-definisi tersebut
adalah ditemukan dari Al-Qur’an surat al- Qiyamah/75:16-18

َ َ‫) بِه لِتَ ْع َجل لِ َسان‬16( ‫) َوقُرْ آنَه َج ْم َعه َعلَ ْينَا ِإ َّن‬17( ‫قُرْ آنَهُ فَاتَّبِ ْع قَ َرْأنهُ فَِإ َذا‬
ْ ‫ك بِ ِه تُ َح‬
(18) ‫رِّك ال‬

“Janganlah engkau gerakkan lidahmu (untuk membaca Al-Qur’an) karena hendak


cepat-cepat (mengusai)nya,sesungguhnya kamilah yang akan mengumpulkannya
(didadamu) dan membacanya.Apabila kami telah selesai membacanya maka ikutilah
bacannya itu” (Q.S. Al-Qiyamah/75:16-18)”

Al-Qur’an merupakan nama kitab suci yang diturunkan Allah SWT. Kepada Nabi
Muhammad SAW. Dalam kajian ushul fiqh, Al-Qur’an juga disebut dengan Al-Kitab (
‫) الكتاب‬, sebagaimana terdapat dalam surat Al-Baqarah?2:2

َ‫ْب ال ْال ِكتَابُ َذلِك‬


َ ‫لِ ْل ُمتَّقِينَ هُدًى فِي ِه َري‬

“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertakwa”

2. Pengertian Al-Qur’an secara Terminologi (Istilah syara’)

Secara terminologi yakni yang dikemukakan oleh para ulama ushul fiqh adalah
berasal dari satu pengertian yaitu:

َ ‫َعلَى ُم َح َّمد صلى هللاٍ عليه وسالم بِالَّل ْف ِظ ال َع َربِي ال َم ْنقُوْ لِّ اِلَ ْينَا بِالتَّ َواتُ ِر ال َم ْكتُوْ بُ بِال َم‬
‫صا ِحف ال ُمتَ َعبَّ ُد بِتِاَل َوتِ ِه كَاَل م هللاِ تَ َعالَى ال ُمنَ َّز ُل‬

ِ َّ‫ال َم ْب ُدوْ ُء بِالفَاتِ َح ِة َوال َم ْختُوْ ُم بِسُوْ َر ِة الن‬


‫اس‬

“Kalam Allah, mengandung mukjizat dan diturunkan kepada Rasulullah Muhammad


SAW. Dalam bahasa arab yang dinukilkan kepada generasi sesudahnya atau umatnya
secara mutawatir,membacanya merupakan ibadah,terdapat dalam mushaf dimulai dari
surat Al-Fatihah dan di akhiri dengan surat An-Nas”
Membaca setiap kata dalam Al-Qur’an itu mendapatkan pahala dari Allah SWT.
Baik secara hafalan maupun langsung dari mushaf Al-Qur’an. Hal ini dilandasi oleh
sabda Nabi SAW.

ٌ ‫الف ولكن َح‬


‫رف‬ ٌ ‫حرف‬
ٌ ٌ
‫حرف وال ٌم‬ ِ ‫"الم" فله به حسنةٌ بِ َع ْشر اَ ْمثَاِلهَا ال اَقُوْ ُل َم ْن قَ َرَأ َحرْ فًا ِمن ِكتَا‬
‫ب هللاِحرفٌومي ٌم‬

“Siapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an, maka ia mendapatkan satu
kebaikan,satu kebaikan bernilai sepuluh kali.Saya tidak mengatakan alif lam mim itu
satu huruf,tetapi alif satu huruf,lam satu huruf dan mim satu huruf.”(H.R Al-Tirmizi dan
Al-Hakim dari ‘Abdullah ibn Mas’ud)

Al-Qur’an dimulai dari surat Al-Fatihah dan dikahiri surat An-Nas,tidak boleh di
ubah/diganti letaknya karena sudah disusun sesuai dengan petunjuk Allah SWT. melalui
malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SW.

Jika dianalogikan,semua mahkluk hidup mempunyai masalah akan tetapi Allah


SWT. Menurunkan Al-Qur’an sebagai landasan atau rujukan utama untuk menyelesaikan
masalah tanpa masalah,karena Al-Qur’an merupakan sumber dari segala hukum.Oleh
karena itu Al-Qur’an disebut juga sebagai mukjizat yakni dari segi lafalnya yang ilmiah
maupun dari segi peristiwa-peristiwa yang sudah maupun belum terjadi,semuanya telah
tecantum dalam Al-Qur’an.

3. Macam-Macam Hukum Al-Qur’an

Hukum-hukum yang dikandung dalam Al-Qur’an secara garis besarnya terdapat


tiga bagian yaitu:

1. Hukum I’tiqadiyah

Hukum yang berkenaan dengan keyakinan,yakni segala sesuatu yang wajib


diyakini oleh mukallaf terhadp Allah SWT. Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-Nya
dan hari akhir.

2. Hukum Khuluqiyah

Hukum yang berhubungan dengan akhlak,yakni kewajiban mukallaf untuk selalu


berbudi luhur,meningkatkan moral,dan menjauhkan diri dari sifat yang tercela.

3. Hukum ‘Amaliyah

Hukum ini berkaitan dengan tindakan/perbuatan/praktik,yakni tindakan yang


dilakukan dengan sesama manusia atau manusia dengan penciptanya.

Untuk hukum yang ketiga tersebut,yakni hukum ‘Amaliyah didalam Al-Qur’an


terdiri dari dua macam yaitu:
a. Hukum Ibadah,seperti : sholat,puasa,zakat,haji dan hokum-hukum lainnya yang pada
intinya hukum ini menyangkut hubungan antara manusia dengan penciptanya.
b. Hukum Mu’amalat,seperti : perbelanjaan, hukuman,pidana dan lain-lain yang pada
intinya hukum ini bersangkutan dengan hubungan antara manusia dengan manusia
yang lain.
Seiring berkembangnya zaman,hokum mumalat inipun ikut berkembang diantaranya:
- Hukum Ahwalul Syahsyiah (hukum kelurga)
- Hukum Madniyah (hukum perdata)
- Hukum jinayat (hukum pidana)
- Hukum Iqtishadiyah Wa Maliyah (hukum ekonomi dan harta benda)
B. Pengertian Hadist
1. Pengertian Hadist Secara Etimologi (bahasa)

Lafal as-sunnah, menurut bahasa adalah jlan atau kos kata kuno yang elh ikenal
dalam bahasa arab yang bermakna jalan yang menjdi kebiasaan,baik atau buruk.diantara
firmn Allah SWT.

‫تَ ْب ِديال هَّللا لِ ُسنَّ ِة ت َِج َد َولَ ْن‬

“Dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada sunnah Allah.(q.s. A-
ahzab/33;62)”

As-Sunnah buakn hanya digunakan untuk makna yang terpuji saja,akan teapi juga
digunakan untuk sesuatau yang tercela,sebagaima disebutkan dalam hadist:

ِ ‫َسن سنةً حسنةً كان له اجرُه و ِمثل اَجْ ر َمن َع ِم َل بها ِمن غير اَن يَ ْنقُص َمن اُج‬
‫ُورهم شي ٌء و َمن َس َّن سنةٌ َسيَِئةٌ َمن‬

ِ ‫ارهم شيء كان عليه ِو ْز ُرهُ ومث ُل ِو ْز ِر َمن َع ِم َل بها ِمن‬


(‫غير اَن )الدارمي رواه‬ َ ُ‫يَ ْنق‬
ِ َ‫ص ِمن اَوْ ز‬

“Barang siapa yang berbuat baik maka ia akan mendapatkan pahalanya dan pahala
orang-orang yang melakukannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun, dan
barang siapa yang melakukan perbuata buruk,maka ia mendapatkan dosanya dan dosa
orang-orang yang melakukannnya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun”(H.R. Al-
Darami).

2. Pengertian Hadist secara Terminolohi ( istilah syara’)

Dalam pengertian secara terminologi ada berbagai kategori dalam


mengartikannya yaitu pertama: oleh para ulama-ulama islam yaitu kosa kata yang
direduksi dari pengertiannya sebagaimana dalam Al-Qur’an dan bahasa arab,dan
dipergunakan dalam pengertian yang lebih khusus,yaitu suatu gambaran amal perbuatan
yang sesuai dengan teladan Nabi dan para sahabatnya,sebagaimana hadist Nabi:
( ‫بَ ْع ِديْ ِمن الراشدين ال ُخلَفَا ِء وسن ِة بِ ُسنَّتِ ْي عليكم ) والحاكم حبان وابن جه ما وابن والترمذي داود وابو احمد رواه‬

“Ikutilah sunahku dan sunnah khulafa’ al-rasyidin (para pengganti Rasul yng
mendaptkan petunjuk)sepeninggalanku.”(H.R Ahmad, Abu Dawud, Turmuzi, Ibn Majjah,
Ibn Hibban dan Al-Hakim).

Kedua, dipandang sesuai dean perkembangan disiplin ilmu keislaman yaitu dari
sudut ilmu fiqih,hadist dan ushul fiqh:

a. Menurut ulama fiqh yaitu perbuatan yang apabila dikerjakan mendapatkan


pahala dan apabila ditinggalkan tidak mendapatkan dosa.
b. Menurut ulama ushul fiqh yaitu segala sesuatu yang diriwayatkan atau timbul
dari nabi yang mencakup perbuatan,perkatan dan ketetapan
(taqrir) yang dapat dijadikan landasan hukum syariat.
c. Menurut ulama hadist ialah segala sesutu yang disandarkan atau yang
berhubungan dengan Nabi Muhammad SAW. Baik itu berupa
perbuatan,perkataan dan ketetapan,sifatnya sebagai manusia biasa dan juga
akhlaknya baik itu setelah atau yang telah di tetapkan dalam hukum syara atau
belum.
3. Macam-Macam As-Sunnah
a. Dilihat dari segi bentuknya

Pertama, sunnah fi’liyyah merupakan segala perbuatan atau prilaku Nabi yang
diketahui oleh sahabat dan disampaikan kepada sahabat yang lain. Contohnya yaitu tata
cara sholat 5 waktu yang dicontohkan oleh Nabi

Kedua, sunnah qauliyyah merupakan segala perkataan atau ucapan Nabi yang
didengar oleh sahabat dan disampaikan kepada sahabat yang lain. Contoh sabda
Rasulullah yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah “Tidak sah sholat seseorang yang tidak
membaca surat Al-Fatihah” (H.R. Al-Bukhari dan Muslim) atau contoh lain yakni
”Segala amal perbuatan harus disertai dengan niat” (H.R. Bukhari).

Ketiga, sunnah taqririyah merupakan segala perbuatan atau ucapan sahabat yang
dilakukan dihadapan Nabi atau tidak dilakukan dihadapan Nabi akan tetapi beliau
mengetuinya dan beliau diam (tidak mencegahnya atau hal itu boleh dilakukan karena
tidak bertentangan dengan syariat).Contohnya kasus ‘Amr ibn al-Ash yang berada dalam
keadaan junub,suatu hari cuaca sangat dingin sehingga beliau tidak sanggap mandi
karena dikhawatirkan akan sakit dan ketika itu ‘Amr menyampaikan kepada Rasulullah ,
kemudian Nabi bertanya “Apakah kamu sholat bersama teman-temanmu? Sedangkan
kamu dalam keadaan junub.” Kemudian ‘Amr menjawab “Saya ingat firman Allah SWT.
Yang mengatakan “ Janganlah kamu mebunuh diri kamu,sesungguhnya Allah maha
pengasih lagi maha penyayang” kemudian saya bertayamum dan langsung
sholat.Mendengar jawaban itu Rasulullah tertawa dan tidak berkomentar apapun.(H.R.
Ibn Hambal dan Al-Baihaqi). Perilalu Rasulullah tersebut (tertawa dan tidak berkometar)
adalah tanda bahwasanya perbuatan tersebut tidak dilarang atau di perbolehkan karena
Rasulullah tidak mungkin membiarkan seseorang melakukan hal-hal yang dilarang oleh
syariat.

b. Dilihat dari segi kuantitas rawinya

Pertama, sunnah mutawatir secara bahasa mutawatir berarti


beurutan,sebagaimana firman Allah SWT. Dalam surat al-mukminun ayat 44:

‫تَ ْت َرا ُر ُسلَنَا َأرْ َس ْلنَا ثُ َّم‬

“Kemudian kami mengutus (kepada umat-umat itu) rasul-rasul kami berurut-


urut.”(Q.S.al-mukminun/23:44)

Sedangkan menurut istilah sunna yang diriwayatkan dari Rasulullah oleh


kelompok orang yang secara akal tidak mungkin sekelompok orng itu berbohong
terhadap sunnah tersebut.Contohnya yakni perintah megerjakan
sholat,puasa,haji.zakat,dll.

Kedua, sunnah mashur yakni sunnah yang diriwayatkan dari Rasulullah oleh
beberapa orang saja yang belum mencapai derajat tawatur (perawi sunnah
mutawatir),kemuian para perawi yang telah mencapai jumlah tawatur meriwayatkannya.

Ketiga, sunnah ahad yakni sunnah yang diriwayatkan dari Rasulullah oleh
beberapa orang tetapi toak mencapai derajat tawatur atau tidak mencapai jumlah
kemutawatirnnya.
PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut bahasa Al-Qur’an berarti bacaan,sedangkan menurut istilah Al-Qur’an berarti


kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sebgai mukjizat dan ada nilai
ibadah didalam membacanya.Para ulama ushil fiqh telah sepakat bahwasanya Al-Qur’an
merupakan sumber utama dan pertama yang dipakai dalam permasalahan hokum islam,

Macam-Macam Hukum Al-Qur’an

a. Hukum I’tiqodiyah
b. Hukum Khuluqiyah
c. Hukum Amaliyah

As-Sunnah menurut bahasa adalah jalan atau kosa kata kuno yang telah dikenal dalam
bahasa arab yang bermakna jalan yang menjadi kebiasaan,baik atau buruk.sedangkan menurut
ulama fiqh yakni perbuatan yang apabila dikerjakan mendapatkan pahala dan apabila
ditinggalkan tidak mendaptkan dosa.Sedangkan menurutulama ushul fiqh yakni segala Sesutu
yang diriwayatkan atau timbul dari Nabi yang mencakup perbuatan,perkataan dan
keteteapan(taqrir) yng dapat dijadikan landasan hukim syariat.

Macam-Macam As-Sunnah

a. Dari segi bentuknya


- Sunnah fi’liyah
- Sunnah qauliyah
- Sunnah taqririyah
b. Dari segi kuantitas rawinya
- Sunnah Mutawatir
- Sunnah Mashur
- Sunnah Ahad
DAFTAR PUSTAKA

Al-Anshari, al-islam Zakaria. Pengantar Memahami Lubbul Ushul. Diterjemahkan oleh: Saipul
Muhid: Lirboyo Press,2015.

Djazuli, dan Aen, Nurul. Ushul Fiqh: Metologi Hukum Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada,2000.

Forum Karya Ilmiah. Kilas Balik Teoritis Fiqh Islam. Kedri: Purna Siwa Aliyyah, 2004

Haroen, Nasrum. Ushul Fiqh 1. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1997

Khalaf, Abdul Wahhab. Kidah-Kaidah Hukum Islam. Diterjemahkan oleh: Dani


Hidayat(offline). Tasikmalaya: Pustaka al-hidayah, 2008.

Khalaf, Abdul Wahhab. Ilmu Ushul Fiqh, Diterjemahkan oleh: Halimuddin. Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2005

Khalaf, Abdul Wahhab. Ilmu Ushul Fiqh. Diterjemahkan oleh: Moh. Zuhri dan Ahmad Qarib.
Semarang: Dina Utama, 2014

Koto, Alaidin. Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh. Sebuah Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2004

Anda mungkin juga menyukai