Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Al-Quran adalah kalamullah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw.


Sebagai risalah yang universal. Dan merupakan sebuah petunjuk bagi manusia yang
lengkap dan komprehensif. Al-Quran memperkenalkan dirinya dengan sebagai ciri dan
sifat. Salah satu diantaranya adalah bahwa ia merupakan kitab yang keotentikannya
dijamin oleh Allah swt.

Al-Quran merupakan sumber pertama dan utama dalam ajaran Islam, sebagai
panduan hidup umat Islam, al-Quran memiliki prinsip-prinsip ajaran yang
sempurna. Konsekwensi logis dari pengakuan dan keyakinan tersebut, pesan-
pesan yang terkandung di dalamnya berlaku dan relevan sepanjang zaman.
Dalam upaya memahami al-Quran baik secara tekstual atau kontekstual
diperlukan pemahaman tentang ulumul-Quran, ulumul Quran adalah salah satu
jalan yang bisa membawa kita dalam memahami al-Quran. Kita juga perlu
mengetahui pengertian ulumul Quran, pokok pembahasan dan perkembangan
ulumul Quran serta siapa saja tokoh-tokoh penting yang berperang dalam
mendongkrak munculnya ilmu ini.
Ada tiga prasyarat utama bangunan sebuah ilmu, yaitu:apa hakikat ilmu itu
sesungguhnya ( ontologis ), bagaimana cara mendapatkan pengetahuan tersebut (
epistemologis ), dan apa fungsi pengetahuan tersebut bagi manusia ( aksiologis ).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun permasalahan yang akan saya bahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa pengertian Ulumul Quran ?
2. Apa saja ruang lingkup dan pembahasan Ulumul Quran ?
3. Apa saja cabang-cabang Ulum Al-Quran ?

1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui apa pengertian Ulumul Quran.
2. Mengetahui apa saja ruang lingkup dan pembahasan Ulumul Quran.
3. Mengetahui apa saja cabang-cabang Ulumul Quran .

1
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Ulumul Quran dalam perspektif Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi.

Ulumul Quran juga memiliki struktur keilmuan, yaitu apa yang ingin
diketahui dari ulum al-Quran? Hal ini menjadi basis Ontologiulum al-Quran.
Bagaimana cara mendapatkan ulum al-quran? Menjadi basis Epistimologi ulum
al-Quran. Apa manfaat dari ulum al-Quran? Menjadi basis Aksiologi ulum al-
Quran.

A.Ontologi Ulum al-Quran

Dalam sudut pandang ontologi, yaitu apa yang dipelajari oleh ulum al-Quran.
Dengan menganalisa pengertian ulum al-Quranbaik secara etimologi maupun
terminologi maka tergambarlah objek yang akan menjadi kajiannya.
Kata ulum al-Quran berasal dari bahasa Arab, terdiri dari kata ulum dan al-Quran.
Kata ulum merupakan bentuk jamak dari ilmu yang secara etimologis berarti ilmu-ilmu.
Ilmu yang dimaksud disini, sabagaimana didefinisikan Abu Syahbah adalah sejumlah
materi pembahasan yang dibatasi kesatuan tema atau tujuan, sedangkan Al-Quran,
sebagaimana didefinisikan ulama ushul, ulama fiqih, dan ulama bahasa, adalah kalam
Allah yang diturunkan kepada Nabi-nya Muhammad, yang lafaz-lafazhnya mengandung
mukjizat, membacanya mempunyai nilai ibadah, yang diturunkan secara mutawatir, dan
yang ditulis pada mushaf, mulai dari awal surat Al-Fatihah sampai akhir surat An-Nas.
Dengan demikian, secara bahasa Ulum Al-Quran adalah ilmu ( pembahasan-
pembahasan ) yang berkaitan dengan al-Quran.
Adapun definisi Ulum Al-Quran secara terminologi, para ulama memberikan redaksi
yang berbeda-beda, sebagaimana dijelaskan berikut ini.

1. Menurut Manna Al-Qaththan:

2
Artinya:

Ilmu yang mencakup pembahasan-pembahasan yang berkaitan dengan al-


Quran dari sisi informasi tentang asbab an-nuzul (sebab-sebab turunnya al-
Quran), kodifikasi dan tertib penulisan al-Quran, ayat-ayat yang diturunkan di
Makkah (makkiyyah) dan ayat-ayat yang diturunkan di Madinah (madaniyyah),
dan hal-hal lain yang berkaitan dengan al-Quran.

2. Menurut Az-Zarqani:

Artinya:

Beberapa pembahasan yang berkaitan dengan al-Quran, dari sisi turun,


urutan penulisan, kodifikasi, cara membaca, kemukjizatan, nasikh, mansukh, dan
penolakan hal-hal yang bisa menimbulkan keraguan terhadapnya, serta hal-hal
lain.

Walaupun dengan sedikit redaksi yang agak berbeda, definisi definisi diatas
mempunyai maksud yang sama. Baik Al-Qaththan maupun Al-Zarqani sepakat
bahwa Ulum Al-Quran adalah sejumlah pembahasan yang berkaitan dengan Al-
Quran, dan pembahasan itu menyagkut materi-materi yang selanjutnya menjadi
pokok-pokok bahasan Ulum Al-Quran.

Ulum Al-Quran ini akan berkembang sesuai perkembangan waktu yang


semakin kompleks dan global. Ulum Al-Quran ada karena perkembangan
masalah yang berhubungan dengan Al-Quran. Hal ini tidak terlepas dari fungsi
Al-Quran sebagai pedoman hidup umat Islam.

B. Epistimologi Ulum Al-Quran

3
Epistimologi dipahami sebagai sarana untuk meneliti prosedur-prosedur
metodologis yang dibangun oleh beragam asumsi dengan cara mengkritisi serta
mempertanyakan atau menguji kembali pengetahuan itu sendiri.

Sejarah perkembangan Ulum Al-Quran dapat pula ditinjau dari sudut metode
Ulum Al-Quran. Walaupun disadari setiap fase mempunyai metode yang
berbeda dalam penggalian Ulum Al-Quran.

1.Fase Sebelum Kodifikasi Qabl Ashr At-tadwin

Pada fase sebelum kodifikasi, Ulum Al-Quran sudah terasa semenjak Nabi
Muhammad SAW masih ada. Setiap Rasulullah selesai menerima wahyu ayat Al-
Quran, beliau menyampaikan wahyu itu kepada para sahabatnya. Rasulullah
SAW menjelaskan tafsiran-tafsiran ayat Al-Quran kepada mereka dengan sabda,
perbuatan, dan persetujuan beliau serta dengan akhlak-akhlak dan sifat beliau.

2. Fase Kodifikasi

Pada fase ini, Ulum Al-Quran dan kitab-kitab keilmuan mulai dikodifikasi.
Fenomena ini berlansung ketika khalifah Ali bin Abi Thalib memerintah Abul
Aswad Ad-Dauli untuk menulis ilmu nahwu. Setelah itu pengkodifikasian ilmu
semakin marak, terlebih-lebih pada masa pemerintahan Bani Umayah dan Bani
Abbasiyah.

Dengan demikian pada fase inilah terjadi perkembangan Ulum Al-Quran


yang menghasilkan Ulum Al-Quran yang mempunyai ruang lingkup
pembahasan yang luas. Ulum Al-Quran meliputi semua ilmu yang ada kaitannya
dengan Al-Quran, baik berupa ilmu-ilmu agama, seperti ilmu tafsir maupun ilmu-
ilmu bahasa Arab, seperti ilmu balaghah dan ilmu irab Al-Quran. Disamping itu,
masih banyak lagi ilmu-ilmu yang tercakup didalamnya.

C. Aksiologi Ulum Al-Quran

Aksiologi dalam filsafat ilmu berbicara tentang kegunaan dari sebuah ilmu. Untu apa
ilmu itu dipelajari ? apa nilai manfaat buat kehidupan manusia ?

Maka aksiologi Ulum Al-Quran tidak terlepas dari tujuan Al-Quran itu sendiri. Al-
Quran seperti diyakini kaum muslim merupakan kitab hidayah, petunjuk bagi manusia
dalam membedakan yang haq dengan yang batil. Dalam berbagai versinya Al-Quran

4
sendiri menegaskan beberapa sifat dan ciri yang melekat dalam dirinya, di antaranya
bersifat transformatif. Yaitu membawa misi perubahan untuk mengeluarkan manusia dari
kegelapan-kegelapan (Zhulumat) di bidang aqidah, hukum, politik, ekonomi, sosial
budaya dan lain-lain, kepada sebuah cahaya (Nur) petunjuk Illahi untuk menciptakan
kebahagiaan dan kesentosaan hidup manusia di dunia dan akhirat. Dari prinsip yang
diyakini kaum muslim inilah usaha-usaha orang-orang muslim dikerahkan untuk
menggali format-format petunjuk yang dijanjikan akan mendatangkan kebahagiaan bagi
manusia.

Adapun tujuan mempelajari Ulum Al-Quran adalah sebagai berikut:

Memperoleh keahlian dalam mengistimbath hukum syara baik mengenai


keyakinan atau Itikad, amalan, budi pekerti, maupun yang lainnya.
Memudahkan umat Islam dalam membaca, memahami kandungan al-Quran.
Mengurangi perbedaan pemahaman-pemahaman yang prinsipil.
Menggali kandungan yang terdapat dalam al-quran.
Menguatkan keimanan dan solidaritas terhadap ajaran al-Quran.
Menjelaskan kelebihan-kelebihan al-Quran sebagai wahyu Allah bila di
bandingkan dengan kitab suci lainnya.

2.2 Ruang Lingkup Pembahasan Al-Quran

Mengingat banyaknya ilmu yang ada kaitan dengan pembahasan al-Quran, ruang
lingkup pembahasan Ulumul Quran itu jumlahnya sangat banyak.
Berkenaan dengan persoalan ini M. Hasbi As-Shidiq berpendapat bahwa ruang lingkup
pembahasaan Ulum al-Quran terdiri dari enam hal pokok berikut ini:
1. Persoalan turunnya al-Quran
Persoalan ini menyangkut tiga hal:

a. Waktu dan tempat turunnya al-Quran


b. Sebab-sebab turunyan al-Quran
c. Sejarah turunnya al-Quran

2. Persoalan sanad
Persoalan ini menyangkut enam hal:

a. Riwayat mutawatir,
b. Riwayat ahad,
c. Riwayat syadz,
d. Macam-macam qiraat
e. Para perawi dan penghafal al-Quran,

5
f. Cara-cara penyebaran riwayat.

3. Persoalan Qiraat
Persoalan ini menyangkut hal-hal berikut ini:

a. Cara berhenti (Waqaf)


b. Cara memulai (Ibtida)
c. Imalah
d. Bacaan yang dipanjangkan (Madd)
e. Meringankan bacaan hamzah
f. Memasukan bunyi huruf yang sukun kepada bunyi sesudahnya (Idgham)

4. Persoaalan Kata-kata al-Quran


Persoalan ini menyangkut hal-hal berikut ini:

a. Kata-kata Al-Quran yang asing


b. Kata-kata Al-quran yang berubah-ubah
c. Kata-kata Al-Quran yang mempunyai makna yang serupa
d. Padanan kata-kata Al-Quran (sinonim)
e. Istiarah,
f. Penyerupaan (tasybih).

5. Persoalan Makna-Makna Al-Quran Yang Berkaitan dengan Hukum


Persoaalan ini menyangkut hal-hal berikut:

a. Makna umum (am) yang tetap dalam keumumannya,


b. Makna umum (am) yang dimaksudkan makna khusus,
c. Makna umum (am) yang maknanya dikhususkan sunnah,
d. Nash,
e. Makna lahir,
f. Makna global (mumal),
g. Makna yang diperinci (mufshshal)
h. Makna yang ditunjukan oleh konteks pembicaraan (mantuq)
i. Makna yang dapat dipahami dari konteks pembicaraan (mafhum)
j. Nash yang petunjuknya tidak melahirkan keraguan (muhkam)
k. Nash yang musykil ditafsirkan karena terdapat kesamaran didalamnya
(mutasyabih)
l. Nash yang maknanya tersembunyi karena suatu sebab yang terdapat
pada kata itu sendiri (musykil),
m. Ayat yang menghapus dan yang dihapus (nasikh-mansukh),
n. Yang didahulukan (muqaddam),
o. Yang diakhirkan (muakhakhar).

6. Persoalan Makna-Makna Al-Quran Yang Berpautan dengan Kata-kata Al-Quran

6
Persoaalan ini menyangkut hal-hal berikut:

a. Berpisah (fashl),
b. Bersambung (washal),
c. Urayan singkat (Ijaz),
d. Urayan panjang (ithanab),
e. Urayan seimbang (musawah),
f. Pendek (qiashr).

2.3 Cabang Cabang Ulumul Al-Quran

1. Ilmu Mawathin al-Nuzul


Ilmu ini menerangkan tempat-tempat turun ayat, masanya, awalnya,
dan akhirnya.

2. Ilmu tawarikh al-Nuzul


Ilmu ini menjelaskan masa turun ayat dan urutan turunnya satu
persatu, dari permulaan sampai akhirnya serta urutan turun surah
dengan sempurna.

3. Ilmu Asbab al-Nuzul


Ilmu ini menjelaskan sebab-sebab turunnya ayat.

4. Ilmu Qiraat
Ilmu ini menerangkan bentuk-bentuk bacaan Al-Quran yang telah
diterima dari Rasul SAW. Ada sepuluh Qiraat yang sah dan beberapa
macam pula yang tidak sah.

5. Ilmu Tajwid
Ilmu ini menerangkan cara membaca Al-Quran dengan baik. Ilmu ini
menerangkan di mana tempat memulai, berhenti, bacaan panjang dan
pendek, dan sebagainya.

6. Ilmu Gharib Al-Quran


Ilmu ini menerangkan makna kata-kata yang ganjil dan tidak terdapat
dalam kamus-kamus bahasa Arab yang biasa atau tidak terdapat dalam
percakapan sehari-hari. Ilmu ini berarti menjelskan makna kata-kata
yang pelik dan tinggi.

7
7. Ilmu Irab Al-Quran
Ilmu ini menerangkan baris kata-kata Al-Quran dan kedudukannya
dalam susunan kalimat.

8. Ilmu Wujuh wa al-Nazair


Ilmu ini menerangkan kata-kata Al-Quran yang mengandung banyak
arti dan menerangkan makna yang dimaksud pada tempat tertentu.

9. Ilmu Marifah al-Muhkam wa al-Mutasyabih


Ilmu ini menjelaskan ayat-ayat yang dipandang muhkam (jelas
maknanya) dan yang mutasyabihat (samar maknanya, perlu ditakwil).

10. Ilmu Nasikh wa al-Mansukh


Ilmu ini menerangkan ayat-ayat yang dianggap mansukh (yang
dihapuskan) oleh sebagian mufassir.

11. Ilmu Badai Al-Quran


Ilmu ini bertujuan menampilkan keindahan-keindahan Al-Quran dari
sudut kesusastraan, keanehan-keanehan, dan ketinggian balaghahnya.

12. Ilmu Ijaz Al-Quran


Ilmu ini menerangkan kekuatan susunan dan kandungan ayat-ayat Al-
Quran sehingga dapat membungkam para sastrawan Arab.

13. Ilmu Tanasub Ayat Al-Quran


Ilmu ini menerangkan persesuaian dan keserasian antara suatu ayat dan
ayat yang didepan dan yang dibelakangnya.

14. Ilmu Aqsam Al-Quran


Ilmu ini menerangkan arti dan maksud-maksud sumpah Tuhan yang
terdapat dalam Al-Quran.

15. Ilmu Amtsal Al-Quran


Ilmu ini menerangkan maskud perumpamaan-perumpamaan yang
dikemukan Al-Quran.

16. Ilmu Jidal Al-Quran


Ilmu ini membahas bentuk-bentuk dan cara-cara debat dan bantahan
Al-Quran yang dihadapkan kepada kamu Musyrik yang tidak bersedia
menerima kebenaran dari Tuhan.

17. Ilmu Adab Tilawah Al-Quran


Ilmu ini memaparkan tata-cara dan kesopanan yang harus diikuti
ketika membaca Al-Quran.

8
2.4 Sejarah Perkembangan Ulumul Al-Quran

Perkembangan Ulumul Al-Quran Abad II H

Tentang masa penyusunan ilmu-ilmu agama yang dimulai sejak


permulaan abad II H. para ulama memberikan prioritas atas penyusunan
tafsir sebab tafsir merupakan induk Ulumul Al-Quran. Di antara ulama
abad II H. yang menyusun tafsir adalah:

Syubah Al-Hjjaj (w. 160 H.)

Sufyan bin Uyainah (w. 198 H.)

Sufyan Ats-Tsauri (w. 161 H.)

Waqi bin Al-jarrh (128-197 H.)

Muqatil bin Sulaiman (w. 150 H.)

Ibnu Jarir Ath-Thabari (w. 310 H.)

Perkembangan Ulumul Al-Quran Abad III H.

Pada abad III H. selain tafsir dan ilmu tafsir, para ulama mulai menyusun
pula beberapa ilmu Al-Quran (Ulumul Al-Quran), di antaranya:

Ali bin al-MAdini (w. 234 H.), gurunya Imam Al-Bukhari, yang
menyusun Ilmu Asbab An-Nuzul

Abu ubaid al-qasimi bin salam (w. 224 H.) yang menyusun Ilmu Nasikh
Wa Al-Mansukh, Ilmu Qiraat, dan Fadhail Al-Quran

Muhammad bin ayyub adh-durraits (w. 294 H.) yang menyusun Ilmu
Makki wa Al-Madani

Muhammad bin Khalaf Al-Marzuban (w. 309 H.) yang menyusun


kitab Al-Hawi Fi Ulum Al-Quran.

Perkembangan ulumul Al-Quran abad IV H

Pada abad IV H. mulai disusun Ilmu Gharib Al-Quran dan beberapa


kitab Ulumul Al-Quran dengan memakai istilah Ulum Al-Quran.
Diantara ulama yang menyusun ilmu-ilmu itu adalah:

9
Abu Bakar As-Sijistani (w.330 H.) yang menyusun kitab Gharib Al-
Quran

Abu bakar Muhammad bin Al-Qasim Al-Anbari (w. 328 H.) yang
menyusun kitab Ajaib Ulum Al-Quran

Abu Al-Hasan Al-Asyari (w. 324 H.) yang menyusun kitab Al-
Mukhtazan fi Ulum Al-Quran

Abu Muhammad Al-Qassab

Muhammad bin Ali Al-Kurkhi (w. 360 H.) yang menyusun kitab Nukat
Al-Quran Ad-Dallah Ala Al-Bayan fi Anwa Al-Ulum Wa Al-
Ahkam Al-Munbiah An Ikhtilaf Al-AnamMuhammad bin Ali Al-
Adfawi (w. 388 H.) yang menyusun kitab Al-Istighna fi Ulum Al-
Quran (20 jilid)

Perkembangan Ulumul Al-Quran Abad V H

Pada abad V H. mulai disusun Ilmu Irab Al-Quran dalam satu kitab. Di
samping itu, penulisan kitab kitab Ulum Al-Quran masih terus dilakukan
oleh ulama masa ini. Di antara ulama ulama yang berjasa dalam
pengembangan Ulum Al-Quran pada masa ini adalah :

Ali bin Ibrahim bin Said al-Hufi (w. 430 H.), selain mempelopori
penyusunan Irab Al-Quran, ia pun menyusun kitab Al-Burhan
fiUlum Al-Quran.

Abu Amr Ad-Dani (w. 444 H.) yang menyusun kitabAt-Taisir fi


Qiraat As-Sabi dan kitab Al-Muhkam fi An-Naqth.

Perkembangan Ulumul Al-Quran Abad VI H.

Pada abad VI H. di samping terdapat ulama yang meneruskan


pengembangan Ulumul Al-Quran, juga terdapat ulama yang mulai
menyusun ilmu Mubhamat Al-Quran, di antaranya adalah:

Abu Al-Qasim bin Abdurrahman As-Suhaili (w. 581 H.) yang


menyusun kitab Mubhamat Al-Quran

10
Ibn Al-jauzi (w. 597 H.) yang menyusun kitab Funun Al-Afnan fi
Ajaib Al-Quran dan kitab Al-Mujtaba fi Ulum Tataallaq bi Al-
Quran.

Perkembangan Ulumul Al-Quran Abad VII H.

Pada abad VII H. ilmu-ilmu Al-Quran terus berkembang dengan mulai


tersusunnya Ilmu Majas Al-Quran dan Ilmu Qiraat. Di antara ulama abad
VII yang besar perhatiannya terhadap ilmu-ilmu ini adalah:

Alamuddin As-Sakhawi (w. 643 H.), kitabnya mengenai ilmu Qiraat


dinamai Hidayat Al-Murtab fi Mutasyabih

Ibn Abd As-Salam yang terkenal dengan namaAl-Izz (w. 660 H.)
yang mempelopori penulisan ilmu Majaz Al-Quran dalam satu kitab

Abu Syamah (w. 655 H.) yang menyusun kitab Al-Mursyid Al-Wajiz fi
Ulum Al-Quran Tataallaq bi Al-Quran Al-Aziz.

Perkembangan Ulumul Al-Quran Abad VIII H.

Pada abad VII H. muncullah beberapa ulama yang menyusun ilmu-ilmu


baru tentang Al-Quran, sedangkan penulisan kitab-kitab tentang Ulum Al-
Quran terus berjalan. Di antara mereka adalah:

Ibn Abi Al-isba yang menyusun ilmu Badaii Al-Quran

Ibn Al-Qayyim (w. 752 H.) yang menyusun ilmu Aqsam Al-Quran

Najmuddin ath-Thufi (w. 716 H.) yang menyusun Ilmu Hujaj Al-
Quran atau Ilmu Jadal Al-Quran

Abu Al-Hasan Al-Mawardi, yang menyusun Ilmu Amtsal Al-Quran

11
Badruddin Az-Zarkasyi (745-794 H.) yang menyusun kitab Al-Burhan
fi ulum Al-Quran

Taqiyuddin Ahmad bin Taimiyah Al-Harrani (w. 728 H.) yang


menyusun kitab Ushul Al-Tafsir.

Perkembangan Ulumul Al-Quran Abad IX dan X H

Pada abad IX dan permulaan abad X H., makin banyak karangan yang
ditulis ulama tentang Ulum Al-Quran. Pada masa ini, perkembangan
Ulum Al-Quran mencpai kesempurnaannya. Di antara ulama yang
menyusun Ulum Al-Quran pada masa ini adalah:

Jalaluddin Al-Bulqni (w. 824 H.) yang menyusun kitabMawaki Al-


Ulum min Mawaqi al-Nujum.

Muhammad bin Sulaiman Al-Kafiyaji (w. 879 H.) yang menyusun


kitab At-Taisir fi Qawaid At-Tafsir

Jalaluddin Abdurrahman bin Kamaluddin As-Suyuthi (849-911H.)


yang menyusun kitab Ath-TAhbir fi Ulum At-Tafsir.

Perkembangan Ulumul Al-Quran Abad XIV H.

Setelah memasuki abad XIV H., bangkitlah kembali perhatian ulama


dalam penyusunan kitab-kitab yang membahas Al-Quran dari berbagai
segi. Kebangkitan ini di antaranya dipicuh oleh kegiatan ilmiah di
Universitas Al-Azhar Mesir, terutama ketika universitas ini membuka
jurusan-jurusan bidang studi yang menjadikan tafsr dan hadits sebagai
salah satu jurusannya.
Pada abad ini ada sedikit pengembangan tema yang dilakukan oleh para
ulama dibandingkan pada abad-abad sebelumnya. Pengembangan itu di
antaranya berupa penerjemahan Al-Quran ke dalam bahasa-bahasa Ajam.
Pada abad ini, perkembangan Ulum Al-Quran diwarnai oleh usaha-usaha
menebarkan keraguan di seputar Al-Quran yang dilakukan oleh kalangan
orientalis atau oleh orang islam itu sendiri yang dipengaruhi oleh
orientalis.

Di antara karya-karya Ulum Al-Quran yang lahir pada abad ini


adalah:

Syekh Thahir Al-Jazairi yang menyusun kitab At-Tibyan fiUlum Al-


Quran yang selesai pada tahun 1335 H

12
Jamaluddin Al-Qasimy (w. 1332 H.) yang menyusun kitab Mahasin Al-
Tawi

lMuhammad Abd Al-Azhim Az-Zarqani yang menyusun


kitab Manahil Al-irfan fiUlum Al-Quran (2 jilid)

Muhammad Ali Salamah yang menyusun kitabManhaj Al-Furqan


fiUlum Al-Quran

Syeikh Tanthawi Jauhari yang menyusun kitab Al-Jawahir fi Tafsir Al-


Quran dan Al-Quran wa Ulum Ashriyyah

Mushthafa Shadiq Ar-RafiI yang menyusun kitab Ijaz Al-Quran

Ustadz Sayyid Quthub yang menyusun kitab At-Tashwir Al-Fani fi Al-


Quran.

Ustadz Malik bin Nabi yang menyusun kitab Az-Zhahirah Al-


Quraniyah.

Sayyid Imam Muhammad Rasyid Ridha yang menyusun kitab Tafsir


Al-Quran Al-Hakim (TAfsir Al-Manar).

Syekh Muhammad Abdullah Darraz yang menyusun kitab An-Naba


Al-Azhim an Al-Quran Al-Karim: Nazharat Jadidah fi Al-Quran.

DR. Subhi As-SAlih, Guru Besar Islamic Studies danFiqhu Lugah pada
Fakultas Adab Universitas Libanon, yang menyusun kitab Mabahits fi
Ulum Al-Quran.

Syekh Mahmud Abu Daqiqi yang menyusun kitabUlum Al-Quran.

Syekh Muhammad Ali Salamah, yang menyusun kitab Manhaj Al-


Furqan fiUlum al-Quran.

Ustadz Muhammad Al-Mubarak yang menyusun kitab Al-Manhal Al-


Khalid.

Muhammad Al-Ghazali yang menyusun kitabNazharat fi Al-Quran.

Syekh Muhammad Musthafa Al-Maraghi yang menyusun sebuah


risalah yang menerangkan kebolehan kita menerjemahkan Al-Quran. Ia
pun menulis kitab Tafsir Al-Maraghi

13
2.5 Bukti Keotentikan Al-Quran

Tantangan Allah Subhanahu Wa Taala


Setidaknya, untuk membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran Al-Quran,
Allah Azza Wa Jalla tak segan menantang dengan jelas semua makhluk untuk:
1. Menyusun yang semacam Al-Quran secara keseluruhan
QS. Ath-Thuur ayat 34 (QS. 52:34): Maka hendaklah mereka
mendatangkan kalimat yang semisal Al-Quran itu jika mereka orang-
orang yang benar.
2. Menyusun sepuluh (10) surat saja semacam Al-Quran
QS. Huud ayat 13 (QS. 11:13): Bahkan mereka mengatakan:
Muhammad telah membuat-buat Al-Quran itu. Katakanlah: (Kalau
demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat
yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup
(memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang
benar.
3. Menyusun satu (1) surat saja semacam Al-Quran
QS. Yunuus ayat 38 (10:38): Atau (patutkah) mereka mengatakan
Muhammad membuat-buatnya. Katakanlah: Kalau benar yang
kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat
seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil
(untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar.
4. Menyusun sesuatu seperti atau lebih kurang sama dengan salah satu (1)
surat dari Al-Quran
QS. Al-Baqarah ayat 23 (02:23): Dan jika kamu (tetap) dalam
keraguan tentang Al-Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami
(Muhammad), buatlah (1) satu surat (saja) yang semisal Al-Quran itu
dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang
yang benar.
(1) Ayat ini merupakan tantangan bagi mereka yang meragukan
tentang kebenaran Al-Quran itu tidak dapat ditiru walaupun dengan
mengerahkan semua ahli sastera dan bahasa karena ia merupakan
mukjizat Nabi Muhammad SAW.

14
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa Ulumul


Quran adalah kumpulan sejumlah ilmu yang berhubungan dengan Al-Quran
yang mempunyai ruang lingkup pembahasan yang luas. Pertumbuhan dan
perkembangan Ulumul Quran menjelma menjadi suatu disiplin ilmu melalui
proses secara bertahap dan sesuai dengan kebutuhan dan kesempatan untuk
membenahi Al-Quran dari segi keberadaan dan pemahamannya. Jadi, Al-Quran
adalah pedoman hidup bagi manusia yang disajikan dengan status sastra yang
tinggi. Kitab suci ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia semenjak
Al-Quran diturunkan, terutama terhadap ilmu pengetahuan, peradaban serta
akhlak manusia.

1. Dalam sudut pandang ontologis Ulum Al-Quran, maka yang menjadi objek
kajiannya adalah cabang Al-Quran dan ruang lingkup Al-Quran itu sendiri.

2. Dalam sudut pandang epistemologis, Sejarah perkembangan Ulum Al-Quran


dapat pula ditinjau dari sudut metode Ulum Al-Quran. Setiap fase mempunyai
metode yang berbeda dalam penggalian Ulum Al-Quran. Fase-fase tersebut
adalah : Fase Sebelum Kodifikasi Qabl Ashr At-Tadwin dan Fase
Kodifikasi.Metodologi Ulum Al-Quran pada fase kodifikasi ini, secara umum

15
terbagi atas dua bagian yaitu : Metode Transmisi (periwayatan) dan Metode
Analogi (Ijtihad).

3. Dalam tataran aksiologis Ilmu tafsir tidak terlepas dari tujuan Al-Quran itu
sendiri. Al-Quran seperti diyakini kaum muslim merupakan kitab yang menjadi
petunjuk bagi manusia dalam membedakan yang haq dengan yang batil.
Melaksanakan ajaran Islam tidaklah akan berhasil kecuali dengan memahami dan
menghayati Al-Quran terlebih dahulu, serta berpedoman atas nasihat dan petunjuk
yang tercakup didalamnya. Untuk itulah diperlukan tafsir, yang merupakan
kunci pemahaman kita terhadap Al-Quran.

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini, penyusun menyadari bahwa penyusun makalah


ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran
akan senantiasa penyusun nanti sebagai upaya untuk evaluasi diri. Penyusun
berharap dibalik berhara ketidaksempurnaan makalah ini akan menghasilkan
sebuah makalah yang bermanfaat bahkan hikmah bagi penyusun maupun
pembaca.

16
DAFTAR PUSTAKA

Kanghasanthea. blogspot, com /2010/09/ontologi-epistemologi-dan-aksiologi,


html? M = 1
http://sahelamustika, blogspot, com/2014/10/contoh-contoh makalah-
pengertian-ulumul-quran. html ? m=1
Anwar, Rosihon Ulum Al-Quran (CV PUSTAKA SETIA: Bandung) 2010

17

Anda mungkin juga menyukai