PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Al-Quran merupakan sumber pertama dan utama dalam ajaran Islam, sebagai
panduan hidup umat Islam, al-Quran memiliki prinsip-prinsip ajaran yang
sempurna. Konsekwensi logis dari pengakuan dan keyakinan tersebut, pesan-
pesan yang terkandung di dalamnya berlaku dan relevan sepanjang zaman.
Dalam upaya memahami al-Quran baik secara tekstual atau kontekstual
diperlukan pemahaman tentang ulumul-Quran, ulumul Quran adalah salah satu
jalan yang bisa membawa kita dalam memahami al-Quran. Kita juga perlu
mengetahui pengertian ulumul Quran, pokok pembahasan dan perkembangan
ulumul Quran serta siapa saja tokoh-tokoh penting yang berperang dalam
mendongkrak munculnya ilmu ini.
Ada tiga prasyarat utama bangunan sebuah ilmu, yaitu:apa hakikat ilmu itu
sesungguhnya ( ontologis ), bagaimana cara mendapatkan pengetahuan tersebut (
epistemologis ), dan apa fungsi pengetahuan tersebut bagi manusia ( aksiologis ).
1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui apa pengertian Ulumul Quran.
2. Mengetahui apa saja ruang lingkup dan pembahasan Ulumul Quran.
3. Mengetahui apa saja cabang-cabang Ulumul Quran .
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ulumul Quran dalam perspektif Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi.
Ulumul Quran juga memiliki struktur keilmuan, yaitu apa yang ingin
diketahui dari ulum al-Quran? Hal ini menjadi basis Ontologiulum al-Quran.
Bagaimana cara mendapatkan ulum al-quran? Menjadi basis Epistimologi ulum
al-Quran. Apa manfaat dari ulum al-Quran? Menjadi basis Aksiologi ulum al-
Quran.
Dalam sudut pandang ontologi, yaitu apa yang dipelajari oleh ulum al-Quran.
Dengan menganalisa pengertian ulum al-Quranbaik secara etimologi maupun
terminologi maka tergambarlah objek yang akan menjadi kajiannya.
Kata ulum al-Quran berasal dari bahasa Arab, terdiri dari kata ulum dan al-Quran.
Kata ulum merupakan bentuk jamak dari ilmu yang secara etimologis berarti ilmu-ilmu.
Ilmu yang dimaksud disini, sabagaimana didefinisikan Abu Syahbah adalah sejumlah
materi pembahasan yang dibatasi kesatuan tema atau tujuan, sedangkan Al-Quran,
sebagaimana didefinisikan ulama ushul, ulama fiqih, dan ulama bahasa, adalah kalam
Allah yang diturunkan kepada Nabi-nya Muhammad, yang lafaz-lafazhnya mengandung
mukjizat, membacanya mempunyai nilai ibadah, yang diturunkan secara mutawatir, dan
yang ditulis pada mushaf, mulai dari awal surat Al-Fatihah sampai akhir surat An-Nas.
Dengan demikian, secara bahasa Ulum Al-Quran adalah ilmu ( pembahasan-
pembahasan ) yang berkaitan dengan al-Quran.
Adapun definisi Ulum Al-Quran secara terminologi, para ulama memberikan redaksi
yang berbeda-beda, sebagaimana dijelaskan berikut ini.
2
Artinya:
2. Menurut Az-Zarqani:
Artinya:
Walaupun dengan sedikit redaksi yang agak berbeda, definisi definisi diatas
mempunyai maksud yang sama. Baik Al-Qaththan maupun Al-Zarqani sepakat
bahwa Ulum Al-Quran adalah sejumlah pembahasan yang berkaitan dengan Al-
Quran, dan pembahasan itu menyagkut materi-materi yang selanjutnya menjadi
pokok-pokok bahasan Ulum Al-Quran.
3
Epistimologi dipahami sebagai sarana untuk meneliti prosedur-prosedur
metodologis yang dibangun oleh beragam asumsi dengan cara mengkritisi serta
mempertanyakan atau menguji kembali pengetahuan itu sendiri.
Sejarah perkembangan Ulum Al-Quran dapat pula ditinjau dari sudut metode
Ulum Al-Quran. Walaupun disadari setiap fase mempunyai metode yang
berbeda dalam penggalian Ulum Al-Quran.
Pada fase sebelum kodifikasi, Ulum Al-Quran sudah terasa semenjak Nabi
Muhammad SAW masih ada. Setiap Rasulullah selesai menerima wahyu ayat Al-
Quran, beliau menyampaikan wahyu itu kepada para sahabatnya. Rasulullah
SAW menjelaskan tafsiran-tafsiran ayat Al-Quran kepada mereka dengan sabda,
perbuatan, dan persetujuan beliau serta dengan akhlak-akhlak dan sifat beliau.
2. Fase Kodifikasi
Pada fase ini, Ulum Al-Quran dan kitab-kitab keilmuan mulai dikodifikasi.
Fenomena ini berlansung ketika khalifah Ali bin Abi Thalib memerintah Abul
Aswad Ad-Dauli untuk menulis ilmu nahwu. Setelah itu pengkodifikasian ilmu
semakin marak, terlebih-lebih pada masa pemerintahan Bani Umayah dan Bani
Abbasiyah.
Aksiologi dalam filsafat ilmu berbicara tentang kegunaan dari sebuah ilmu. Untu apa
ilmu itu dipelajari ? apa nilai manfaat buat kehidupan manusia ?
Maka aksiologi Ulum Al-Quran tidak terlepas dari tujuan Al-Quran itu sendiri. Al-
Quran seperti diyakini kaum muslim merupakan kitab hidayah, petunjuk bagi manusia
dalam membedakan yang haq dengan yang batil. Dalam berbagai versinya Al-Quran
4
sendiri menegaskan beberapa sifat dan ciri yang melekat dalam dirinya, di antaranya
bersifat transformatif. Yaitu membawa misi perubahan untuk mengeluarkan manusia dari
kegelapan-kegelapan (Zhulumat) di bidang aqidah, hukum, politik, ekonomi, sosial
budaya dan lain-lain, kepada sebuah cahaya (Nur) petunjuk Illahi untuk menciptakan
kebahagiaan dan kesentosaan hidup manusia di dunia dan akhirat. Dari prinsip yang
diyakini kaum muslim inilah usaha-usaha orang-orang muslim dikerahkan untuk
menggali format-format petunjuk yang dijanjikan akan mendatangkan kebahagiaan bagi
manusia.
Mengingat banyaknya ilmu yang ada kaitan dengan pembahasan al-Quran, ruang
lingkup pembahasan Ulumul Quran itu jumlahnya sangat banyak.
Berkenaan dengan persoalan ini M. Hasbi As-Shidiq berpendapat bahwa ruang lingkup
pembahasaan Ulum al-Quran terdiri dari enam hal pokok berikut ini:
1. Persoalan turunnya al-Quran
Persoalan ini menyangkut tiga hal:
2. Persoalan sanad
Persoalan ini menyangkut enam hal:
a. Riwayat mutawatir,
b. Riwayat ahad,
c. Riwayat syadz,
d. Macam-macam qiraat
e. Para perawi dan penghafal al-Quran,
5
f. Cara-cara penyebaran riwayat.
3. Persoalan Qiraat
Persoalan ini menyangkut hal-hal berikut ini:
6
Persoaalan ini menyangkut hal-hal berikut:
a. Berpisah (fashl),
b. Bersambung (washal),
c. Urayan singkat (Ijaz),
d. Urayan panjang (ithanab),
e. Urayan seimbang (musawah),
f. Pendek (qiashr).
4. Ilmu Qiraat
Ilmu ini menerangkan bentuk-bentuk bacaan Al-Quran yang telah
diterima dari Rasul SAW. Ada sepuluh Qiraat yang sah dan beberapa
macam pula yang tidak sah.
5. Ilmu Tajwid
Ilmu ini menerangkan cara membaca Al-Quran dengan baik. Ilmu ini
menerangkan di mana tempat memulai, berhenti, bacaan panjang dan
pendek, dan sebagainya.
7
7. Ilmu Irab Al-Quran
Ilmu ini menerangkan baris kata-kata Al-Quran dan kedudukannya
dalam susunan kalimat.
8
2.4 Sejarah Perkembangan Ulumul Al-Quran
Pada abad III H. selain tafsir dan ilmu tafsir, para ulama mulai menyusun
pula beberapa ilmu Al-Quran (Ulumul Al-Quran), di antaranya:
Ali bin al-MAdini (w. 234 H.), gurunya Imam Al-Bukhari, yang
menyusun Ilmu Asbab An-Nuzul
Abu ubaid al-qasimi bin salam (w. 224 H.) yang menyusun Ilmu Nasikh
Wa Al-Mansukh, Ilmu Qiraat, dan Fadhail Al-Quran
Muhammad bin ayyub adh-durraits (w. 294 H.) yang menyusun Ilmu
Makki wa Al-Madani
9
Abu Bakar As-Sijistani (w.330 H.) yang menyusun kitab Gharib Al-
Quran
Abu bakar Muhammad bin Al-Qasim Al-Anbari (w. 328 H.) yang
menyusun kitab Ajaib Ulum Al-Quran
Abu Al-Hasan Al-Asyari (w. 324 H.) yang menyusun kitab Al-
Mukhtazan fi Ulum Al-Quran
Muhammad bin Ali Al-Kurkhi (w. 360 H.) yang menyusun kitab Nukat
Al-Quran Ad-Dallah Ala Al-Bayan fi Anwa Al-Ulum Wa Al-
Ahkam Al-Munbiah An Ikhtilaf Al-AnamMuhammad bin Ali Al-
Adfawi (w. 388 H.) yang menyusun kitab Al-Istighna fi Ulum Al-
Quran (20 jilid)
Pada abad V H. mulai disusun Ilmu Irab Al-Quran dalam satu kitab. Di
samping itu, penulisan kitab kitab Ulum Al-Quran masih terus dilakukan
oleh ulama masa ini. Di antara ulama ulama yang berjasa dalam
pengembangan Ulum Al-Quran pada masa ini adalah :
Ali bin Ibrahim bin Said al-Hufi (w. 430 H.), selain mempelopori
penyusunan Irab Al-Quran, ia pun menyusun kitab Al-Burhan
fiUlum Al-Quran.
10
Ibn Al-jauzi (w. 597 H.) yang menyusun kitab Funun Al-Afnan fi
Ajaib Al-Quran dan kitab Al-Mujtaba fi Ulum Tataallaq bi Al-
Quran.
Ibn Abd As-Salam yang terkenal dengan namaAl-Izz (w. 660 H.)
yang mempelopori penulisan ilmu Majaz Al-Quran dalam satu kitab
Abu Syamah (w. 655 H.) yang menyusun kitab Al-Mursyid Al-Wajiz fi
Ulum Al-Quran Tataallaq bi Al-Quran Al-Aziz.
Ibn Al-Qayyim (w. 752 H.) yang menyusun ilmu Aqsam Al-Quran
Najmuddin ath-Thufi (w. 716 H.) yang menyusun Ilmu Hujaj Al-
Quran atau Ilmu Jadal Al-Quran
11
Badruddin Az-Zarkasyi (745-794 H.) yang menyusun kitab Al-Burhan
fi ulum Al-Quran
Pada abad IX dan permulaan abad X H., makin banyak karangan yang
ditulis ulama tentang Ulum Al-Quran. Pada masa ini, perkembangan
Ulum Al-Quran mencpai kesempurnaannya. Di antara ulama yang
menyusun Ulum Al-Quran pada masa ini adalah:
12
Jamaluddin Al-Qasimy (w. 1332 H.) yang menyusun kitab Mahasin Al-
Tawi
DR. Subhi As-SAlih, Guru Besar Islamic Studies danFiqhu Lugah pada
Fakultas Adab Universitas Libanon, yang menyusun kitab Mabahits fi
Ulum Al-Quran.
13
2.5 Bukti Keotentikan Al-Quran
14
BAB III
A. Kesimpulan
1. Dalam sudut pandang ontologis Ulum Al-Quran, maka yang menjadi objek
kajiannya adalah cabang Al-Quran dan ruang lingkup Al-Quran itu sendiri.
15
terbagi atas dua bagian yaitu : Metode Transmisi (periwayatan) dan Metode
Analogi (Ijtihad).
3. Dalam tataran aksiologis Ilmu tafsir tidak terlepas dari tujuan Al-Quran itu
sendiri. Al-Quran seperti diyakini kaum muslim merupakan kitab yang menjadi
petunjuk bagi manusia dalam membedakan yang haq dengan yang batil.
Melaksanakan ajaran Islam tidaklah akan berhasil kecuali dengan memahami dan
menghayati Al-Quran terlebih dahulu, serta berpedoman atas nasihat dan petunjuk
yang tercakup didalamnya. Untuk itulah diperlukan tafsir, yang merupakan
kunci pemahaman kita terhadap Al-Quran.
B. Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
17