JURNAL ANDRAGOGI
Article Type :
Date Received :
Date Accepted :
Date Published :
Qur’an, sejarah, Tulisan ini membahas tentang pengertian Ulumul Qur’an serta
Keywords : Abstract
Qur’an, This paper discusses the meaning of Ulumul Qur'an, the history and
knowledge The instrument used in this study is a qualitative method. The results
of the study show that the discussion of Ulumul Qur'an is very broad.
The discussion includes the reasons for the revelation of the verses of
discipline, there were several phases that were passed during its
begin with the Prophet himself, his Companions, Tabi'in to the scholars
who were in the 15th century. The most famous among them is
two books have always been a reference in the studies of the Ulumul
Qur'an.
Yuliyanti, Muchammad Sidiq, Muhammad Ismail Nur Chan, Agus Tasbih
A. PENDAHULUAN
Dalam pembahasan makalah ini, marilah kita mengenal lebih jauh mengenai
Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan
perantara malaikat Jibril sebagai mu’jizat. Al-Qur’an adalah sumber ilmu bagi kaum
Artinya : “(dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang
saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi
saksi atas seluruh umat manusia dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Qur’an) untuk
menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang
pandangan dan pengetahuan, meningkatkan perspektif baru dan selalu menemui hal-hal
yang selalu baru. Lebih jauh lagi, kita akan lebih yakin akan keunikan isinya yang
Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab. Oleh karena itu, ada anggapan bahwa setiap
orang yang mengerti bahasa Arab dapat mengerti isi Al-Qur’an. Lebih dari itu, ada orang
yang merasa telah dapat memahami dan menafsirkan Al-Qur’an dengan bantuan
terjemahannya, sekalipun tidak mengerti bahasa Arab. Padahal orang Arab sendiri banyak
yang tidak mengerti kandungan Al-Qur’an. Maka dari itu, untuk dapat
bagaimana tata cara menafsiri Al-Qur’an yaitu ‘Ulumul Qur’an dan juga terdapat faedah-
1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya (Bandung: CV. Diponegoro, 2005).
Yuliyanti, Muchammad Sidiq, Muhammad Ismail Nur Chan, Agus Tasbih
faedahnya. Dengan adanya pembahasan ini, kita sebagai generasi islam supaya lebih
B. METODE
Metode yang dipakai dalam penelitian ini diantaranya adalah studi literature, dan studi
pustaka, yaitu berisi teori-teori yang relevan dengan masalah-masalah penelitian disertai
Secara etimologi, kata ‘Ulumul Qur’an berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua
kata, yaitu “Ulum” dan “Al-Qur’an”. Kata ‘ulum adalah bentuk jamak dari kata “ilmu”
yang berarti ilmu-ilmu2. Kata ulum yang disandarkan pada kata Al-Qur’an telah
memberikan pengertian bahwa ilmu ini merupakan kumpulan sejumlah ilmu yang
berhubungan dengan Al-Qur’an, baik dari segi keberadaanya sebagai Al-Qur’an maupun
Menurut bahasa, kata “Al-Qur’an” merupakan bentuk mashdar yang maknanya sama
dengan kata “qira’ah” yaitu bacaan. Bentuk mashdar ini berasal dari fi’il madhi “qoro’a”
Artinya: Apabila kami telah selesai membacanya, maka ikutilah bacaannya. (QS. Al-Qiyamah: 18)
Kemudian dari makna masdhar ini dijadikan nama untuk kalamullah mukjizat bagi
nabi Muhammad SAW. Lebih lanjut terdapat beberapa pandangan ulama tentang nama al-
Qur’an itu sendiri, sebagaimana yang terungkap dalam kitab al- Madkhal li Dirasah al-
1. Qur’an adalah kata sifat dari al-Qar’u yang bermakna al-jam’u (kumpulan). Selanjutnya
kata ini digunakan sebagai salah satu nama bagi kitab suci yang diturunkan kepada Nabi
4
Yuliyanti, Muchammad Sidiq, Muhammad Ismail Nur Chan, Agus Tasbih
Muhammad SAW, karena al-Qur’an terdiri dari sekumpulan surah dan ayat, memuat kisah-
kisah, perintah dan larangan, dan mengumpulkan inti sari dari kitab-kitab yang diturunkan
2. Kata al-Qur’an adalah ism alam, bukan kata bentukan dan sejak awal digunakan
sebagaimana bagi kitab suci umat Islam. Pendapat ini diriwayatkan dari Imam Syafi’i.
Menurut Abu Syuhbah, dari beberapa pendapat di atas, yang paling tepat adalah
Menurut istilah, “Al-Qur’an” adalah firman Allah yang bersifat mu’jizat yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui perantara malaikat Jibril, yang dimulai surah
Al-Fatihah dan diakhiri surah An-Nas, yang dinukil dengan jalan mutawatir dan yang
Sedangkan ”al-Qur’an” menurut ulama ushul, fiqih, dan ulama bahasa adalah Kalam
Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang lafazh-lafazhnya mengandung
mukjizat, membacanya mempunyai nilai ibadah, yang diturunkan secara mutawatir, dan
yang ditulis pada mushaf, mulai dari surat al-Fatihah sampai surat an-Nas, dengan
Setelah membahas kata “ulum” dan “Al-Qur’an” yang terdapat dalam kalimat
“Ulumul Qur’an”, perlu kita ketahui bahwa tersusunnya kalimat tersebut mengisyaratkan
bahwa adanya bermacam-macam ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan Al-Qur’an atau
Kata ‘ulum yang disandarkan kepada kata “al-Qur’an” telah memberikan pengertian
bahwa ilmu ini merupakan kumpulan sejumlah ilmu yang berhubungan dengan al-Qur’an,
baik dari segi keberadaannya sebagai al-Qur’an maupun dari segi pemahaman terhadap
petunjuk yang terkandung di dalamnya. Secara istilah, para ulama telah merumuskan
2. Manna’ al- Qathan memberikan defenisi bahwa Ulumul Qur’an adalah ilmu yang
pengetahuan tentang ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah, hal–hal lain yang ada
Defenisi nomor satu dan dua di atas pada dasarnya sama. Keduanya menunjukkan
bahwa ulumul Qur’an adalah kumpulan sejumlah pembahasan yang pada mulanya
merupakan ilmu-ilmu yang berdiri sendiri. Ilmu-ilmu ini tidak keluar dari ilmu agama dan
ditampilkan, namun defenisi pertama lebih luas cakupannya dari yang ke dua. Sebab,
defenisi pertama diawali dengan kata Mabahitsu ( ) ث ح ا ب مyang merupakan bentuk jama’
yang tidak berhingga dan menyebut secara eksplisit penolakan hal-hal yang bisa
2
Muhammad Abdul ‘Azim, Manahil al-‘Irfan fi ulum al-Qur’an (Beirut: Dar al-Fikr, 1988), 27.
3
Manna’ Al-Qathan, Mabahits fi ‘Ulum al-Qu’an. (Beirut: Al-Syarikah al-Muttahidah li al-tauzi’, 1973), 15.
4
T.M. Hasbi As-Shiddiqie, Ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), 10-11.
5
Abd. Gani Isa, “Ulumul Qur’an (Kajian Sejarah dan Perkembangannya)”, Jurnal Academia
6
Yuliyanti, Muchammad Sidiq, Muhammad Ismail Nur Chan, Agus Tasbih
menimbulkan keragu-raguan terhadap al-Qur’an sebagai bagian dari pembahasannya.
3. Pada perbedaan aspek pembahasan yang ditampilkan tidak semuanya sama di antara ke
duanya. Defenisi pertama disebutkan bahwa penulisan al-Qur’an, Qiraat, penafsiran dan
Dengan melihat persamaan dan perbedaan antara kedua defenisi di atas dapat
diketahui bahwa defenisi pertama lebih lengkap dibanding dengan defenisi ke dua. Dengan
demikian defenisi kedua lebih akomodatif terhadap ilmu-ilmu Al-Qur’an yang selalu
defenisi Ulumul Qur’an. Pertama, bahwa ilmu ini merupakan kumpulan sejumlah
Qur’an, baik dari aspek keberadaannya sebagai al-Qur’an maupun aspek pemahaman
Adapun mengenai kapan lahirnya istilah Ulum Al-Qur’an, terdapat tiga pendapat,
yaitu:
1. Pendapat umum di kalangan para penulis sejarah ‘Ulum Al-Qur’an mengatakan bahwa
lahirnya istilah ‘Ulum Al-Qur’an pertama kali ialah pada abad ke-7,6
2. Ibn Sa’id yang terkenal dengan sebutan Al-Hufi, dengan demikian menurutnya, istilah
3. Shubhi Al-Shalih berpendapat lain. Menurutnya, orang yang pertama kali menggunakan
istilah ‘Ulum Al-Qur’an ialah Ibn Al-Mirzaban. Dia berpendapat seperti ini berlandasan
pada penemuannya tentang beberapa kitab yang berbicara tentang kajian Al-Qur’an yang
telah mempergunakan istilah ‘Ulum Al-Qur’an. Yang paling awal menurutnya ialah kitab
Ibn Al-Mirzaban yang berjudul Al-Hawi Fi ‘Ulum Al-Qur’an yang ditulis pada abad ke-3
6 Muhammad Abd Al-‘Azhim Az-Zarqani, Manahil Al ‘Irfan fi ‘Ulum Al-Qur’an, (Kairo: Dar Al Hadits, 2001), 34.
7 Muhammad Abd Al-‘Azhim Az-Zarqani, Manahil Al ‘Irfan fi ‘Ulum Al-Qur’an, 34-35.
Yuliyanti, Muchammad Sidiq, Muhammad Ismail Nur Chan, Agus Tasbih
Jika berbicara perkembangan ulumul Qur’an, tentu bahasannya sangat luas dan paling
tidak memerlukan referensi yang lengkap. Untuk itu, Penulis membahasnya pada bagian-
Al-Qura’anul Karim adalah mukjizat Islam yang kekal dan mukjizat selalu diperkuat
oleh kemajuan ilmu pengetahun. Ia diturunkan Allah kepada Rasulullah, Muhammad s.a.w
untuk mengeluarkan manusia dari suasana yang gelap menuju yang terang, serta
membimbing mereka kejalan lurus. Rasulullah s.a.w. menyampaikan Qur’an kepada para
naluri mereka. Apabila mereka mengalami ketidak jelasan dalam memahami suatu ayat,
Nabi Muhammad saw bagi para sahabat adalah sebagai mahaguru dan sumber ilmu.
Hanya kepada Nabi, mereka menanyakan segala sesuatu yang tidak mereka pahami
Sahabat bertanya kepada Nabi saw. Mengenai makna gayril magdhubi ’alaihim wa
ladhdhallin yang terdapat dalam surat Al-Fatihah, Nabi saw menjawab :magdhubi ’alaihim
itu sendiri. Fakta sejarah membuktikan bahwa ilmu ini sangat penting bagi umat Islam
khususnya. Al-Qur’an tidak akan bisa dipahami dengan baik dan benar tanpa menguasai
ulumul Qur’an.
diturunkan pertama kali sampai dengan bagaimana Al-Qur’an menjadi sebuah mushaf.
Perkembangan ‘Ulumul Qur’an secara umum tidak ada yang tahu persis kapan istilah
menurut beberapa ahli bahwa istilah ‘Ulumul Qur’an pertama kali diperkenalkan oleh Ibn
Para ulama membagi sejarah turunnya Al-Qur’an dalam dua periode: (1) Periode
sebelum hijrah (ayat-ayat makkiyyah); dan (2) periode sesudah hijrah (ayat-ayat
madaniyyah).12
Periode satu terbagi menjadi 2 proses, pertama yaitu berlangsung sekitar 4-5 tahun
dan telah menimbulkan bermacam-macam reaksi dikalangan masyarakat Arab ketika itu.
Kedua adalah turunnya Al-Qur’an pada periode ini terjadi selama 8-9 tahun, pada masa ini
Pada periode kedua dakwah Al-Qur’an telah mencapai atau mewujudkan suatu
prestasi besar karena penganut-penganutnya telah dapat hidup bebas melaksanakan ajaran-
Al-Qur’an yang diturunkan dalam masa 23 tahun, atau tepatnya, dua puluh dua tahun
dua bulan dua puluh dua hari, yang terdiri dari 114 surat, 30 juz, dan susunannya
membahas satu masalah, selalu menggunakan satu metode tertentu dan dibagi dalam bab-
bab dan pasal pasal. Metode ini tidak terdapat di dalam al-Qur’an, yang di dalamnya
Al-Qur’an yang turun dalam jangka waktu tersebut berisi ajakan untuk bertauhid
yang diturunkan ke Makkah, sedangkan ayat-ayat yang turun di Madinah sebagai ajakan
11
Pipih Nurasiah Jamil, “Ulum Al-Qur’an, Sejarah dan Perkembangannya,” Jurnal
12
Cahaya Khaeroni, “Sejarah Al-Qur’an (Uraian Analitis, Kronologis, dan Naratif tentang Sejarah Kodifikasi
Al-Qur’an)”, Jurnal Historia 5, no. 2 (2017): 195.
13
Cahaya Khaeroni, “Sejarah Al-Qur’an (Uraian Analitis, Kronologis, dan Naratif tentang Sejarah Kodifikasi Al-
Qur’an)”, 196.
14
M. Quraish Shihab, Membumikan al Qur’an: Fungsi peran wahyu dalam kehidupan masyarakat (Bandung: Mizan,
2013), 16.
Yuliyanti, Muchammad Sidiq, Muhammad Ismail Nur Chan, Agus Tasbih
Embrio awal ‘Ulumul Qur’an pada masa ini berupa penafsiran ayat Al-Qur’an
langsung dari Rasulullah SAW kepada para sahabat,begitu pula dengan antusias para
sahabat dalam bertanya tentang makna suatu ayat,menghafalkan dan mempelajari hukum-
hukumnya.
Dari Uqbah bin Amir ia berkata:”aku pernah mendengar Rasulullah SAW berkata di
atas mimbar, ”Dan siapkan untuk menghadapi mereka kekuatan yang kamu sanggupi
membacakan Al-Qur’an kepada kami, seperti Utsman bin ‘Affan dan ‘Abdullah bin Mas’ud
serta yang lain menceritakan, bahwa mereka bila belajar dari Nabi sepuluh ayat mereka
tidak melanjutkannya, sebelum mengamalkan ilmu dan amal yang ada di dalamnya,mereka
c. Larangan Rasulullah SAW untuk menulis selain Al-Qur’an, sebagai upaya menjaga
kemurnian Al-Qur’an.
Dari Abu Sa’ad al-Khudri, bahwa Rasulullah SAW bersabda: ”Janganlah kamu tulis
dari aku;barang siapa menuliskan tentang aku selain Al-Qur’an, hendaklah dihapus. Dan
ceritakan apa yang dariku, dan itu tiada halangan baginya, dan barang siapa sengaja
berdusta atas namaku, ia akan menempati tempatnya di api neraka.” (HR Muslim).
Ada tiga faktor yang menyebabkan Ulumul Qur’an tidak dibukukan di masa Rasul
dan Sahabat.
15
Yusron Masduki, “Sejarah Turunnya Al-Qur’an Penuh Fenomenal (Muatan Nilai-Nilai Psikologi Dalam
Pendidikan),” Jurnal Medina-Te 16, no. 1 (2017): 48.
16
Pipih Nurasiah Jamil, “Ulum Al-Qur’an, Sejarah dan Perkembangannya,” Jurnal
10
Yuliyanti, Muchammad Sidiq, Muhammad Ismail Nur Chan, Agus Tasbih
1. kondisinya tidak membutuhkan karena kemampuan mereka yang besar untuk memahami
Semuanya ini merupakan faktor yang menyebabkan tidak tertulisnya ilmu ini baik di
Pada masa khalifah, tahapan perkembangan awal (embrio) ’Ulumul Qur’an mulai
berikut:
pertama yang diprakarsai oleh ‘Umar bin Khottob dan dipegang oleh Zaid bin Tsabit.
b. Kekhalifahan Utsman Ra; dengan kebijakan menyatukan kaum muslimin pada satu
mushaf, dan hal itupun terlaksana. Mushaf itu disebut mushaf Imam. Salinan-salinan
mushaf ini juga dikirimkan ke beberapa provinsi. Penulisan mushaf tersebut dinamakan
ar-Rosmul ‘Usmani yaitu dinisbahkan kepada Usman, dan ini dianggap sebagai
c. Kekhalifahan Ali Ra: dengan kebijakan perintahnya kepada Abu ‘Aswad Ad-Du’ali
meletakkan kaidah-kaidah nahwu, cara pengucapan yang tepat dan baku dan
memberikan ketentuan harakat pada Qur’an. Ini juga disebut sebagai permulaan Ilmu
I’rabil Qur’an.
Pada masa ini penjelasannya ada di pembahasan berikutnya, karena banyak tokoh-
tokoh ulama yang berperan dalam perkembangan ulumul Qur’an. Karya-karyanya pun
memiliki pengaruh yang besar bagi terjaganya kesucian Al-Qur’an dan pemahaman
hukum-hukum didalamnya.
Yuliyanti, Muchammad Sidiq, Muhammad Ismail Nur Chan, Agus Tasbih
lingkup Ulum Al-Qur’an, yaitu semua ilmu yang berhubungan dengan Al-Qur’an berupa
ilmu agama dan ilmu ‘Ibrah Al-Qur’an. Bahkan As-Suyuthi sebagaimana dikutip oleh
Namun As-Shiddiqie sebagaimana yang dikutip oleh Ramli Abdul Wahid mengatakan
bahwa segala macam pembahasan ‘Ulumul Qur’an kembali kepada beberapa pokok
1. Persoalan Nuzul, ayat-ayat Makiyah atau Madaniyah, sebab turun ayat, yang mula-mula
turun dan yang terakhir turun, yang berulang-ulang turun, yang turun terpisah pisah, dan
2. Persoalan sanad, meliputi hal-hal yang berhubungan dengan sanad yang muthawatir,
yang ahad, yang Syaz, bentuk-bentuk Qiraat, para periwayat dan penghafal Al-Qur’an dan
3. Persoalan adab Qiraat, masalah waqaf (berhenti), ibtida’ (cara memulai), imalah (cara
4. Persoalan yang menyangkut lafaz Al-Qur’an yaitu Gharib (pelik), Mu’rab (menerima
5. Persoalan makna al-Qur’an yang berhubungan dengan hukum yaitu ayat yang bermakna
umum yang dikhususkan oleh sunnah, yang nash, yang zhahir, yang mujmal (global), yang
munfashal (yang terinci), yang manthuq (makna yang berdasarkan pengutaraan), nasikh
mansukh, mutlaq (tidak terbatas) dan muqayyad (terbatas) dan lain sebagainya
6. Persoalan makna Al-Qur’an yang berhubungan dengan lafaz fashl (pisah), washal
(berhubungan), ijaz (singkat), ithnab (panjang) musawah (sama) dan Qashr (pendek).18
17
Ahmad Syadali, Ulumul Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 11.
18
Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qur’an, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2002), 9.
12
Yuliyanti, Muchammad Sidiq, Muhammad Ismail Nur Chan, Agus Tasbih
Adapun tujuan dari mempelajari ‘Ulumul Qur’an adalah:
1. Agar dapat memahami kalam Allah ‘Aza Wajalla sejalan dengan keterangan yang dikutip
oleh para sahabat dan para tabi’in tentang interprestasi mereka terhadap Al-Qur’an.
2. Agar mengetahui cara dan gaya yang digunakan oleh para mufassir (ahli tafsir) dalam
menafsirkan Al-Qur’an dengan disertai penjelasan tentang tokoh-tokoh ahli tafsir yang
Hubungan ‘Ulumul Qur’an dengan tafsir juga dapat dilihat dari beberapa hal yaitu:
1. Ulumul Qur’an akan menentukan bagi seseorang yang membuat syarah atau menafsirkan
ayat-ayat Al-Qur’an secara tepat dapat dipertanggung jawabkan. Maka bagi mafassir
‘Ulumul Qur’an secara mutlak merupakan alat yang harus lebih dahulu dikuasai sebelum
2. Dengan menguasai ‘Ulumul Qur’an seseorang baru bisa membuka dan menyelami apa
3. ‘Ulumul Qur’an sebagai kunci pembuka dalam menafsirkan ayat Al-Qur’an sesuai dengan
maksud apa yang terkandung di dalamnya dan mempunyai kedudukan sebagai ilmu pokok
Apabila dilihat dari segi ilmu, ‘Ulumul Qur’an sebagai standar atau ukuran tafsir Al-
Qur’an artinya semakin tinggi dan mendalam ‘Ulumul Qur’an dikuasai oleh seseorang
mufassir maka tafsir yang diberikan akan semakin mendekati kebenaran, maka dengan
‘Ulumul Qur’an akan dapat dibedakan tafsir yang shahih dan tafsir yang tidak shahih.
1. Akidahnya bersih
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa ‘Ulumul Qur’an sangat penting dipelajari
dalam rangka sebagai pijakan dasar dalam menafsirkan Al-Qur’an oleh para mufassir. Dapat
dikatakan semakin dikuasainya ‘Ulumul Qur’an oleh mufassir maka semakin tinggilah
Sudah banyak para tokoh-tokoh yang berperan langsung dalam bidang ilmu Al-
Qur’an, mulai dari zaman sahabat, tabi’in hingga ulama-ulama kontemporer. Berikut
adalah para tokoh dan karya-karyanya yang sangat fenomenal bahkan sebagian masih
makna Al-Qur’an dan penafsiran ayat-ayat yang berbeda diantara mereka, sesuai dengan
kemampuan mereka yang berbeda-beda dalam memahami dan karena adanya perbedaan
lama dan tidaknya mereka hidup bersama Rasulullah SAW, hal demikian diteruskan oleh
2) Ibnu Mas’ud
3) Ibnu ‘Abbas,
19
Pipih Nurasiah Jamil, “Ulum Al-Qur’an, Sejarah dan Perkembangannya,” Jurnal
14
Yuliyanti, Muchammad Sidiq, Muhammad Ismail Nur Chan, Agus Tasbih
7) ’Abdullah bin Zubair.
Mengenai para tabi’in, diantara mereka ada satu kelompok terkenal yang mengambil
ilmu ini dari para sahabat disamping mereka sendiri bersungguh-sungguh atau melakukan
berikut:
1) Murid Ibnu Abbas di Mekah yang terkenal ialah, Sa’id bin ubair,Mujahid, ’IKrimah bekas
sahaya (maula) Ibnu Abbas, Tawus bin Kisan al-Yamani dan ‘Ata ’bin abu Rabah.
2) Murid Ubai bin Ka’ab, di Madinah: Zaid bin Aslam, Abul Aliyah dan Muhammad bin
Ka’b al-Qurazi.
3) Abdullah bin Mas’ud di Iraq yang terkenal: ’Alqamah bin Qais, Masruq al Aswad bin
Yazid, ‘Amir as Sya’bi, Hasan Al-Basyri dan Qatadah bin Di’amah as-Sadusi. Dan yang
diriwayatkan mereka itu semua meliputi ilmu tafsir, ilmu Gharibil Qur’an, ilmu Asbabun
Nuzul, ilmu Makki Wal madani dan ilmu Nasikh dan Mansukh, tetapi semua ini tetap
memberikan prioritas perhatian mereka kepada ilmu tafsir karena fungsinya sebagai Umm
al-‘ulum al-Qur’aniah (induk ilmu-ilmu Al-Qur’an). Penulis pertama dalam tafsir adalah
Syu’bah Ibn al-Hajjaj, Sufyan Ibn ‘Uyaynah, dan Wali’ Ibn al-Jarrah.20
Pada abad ke-3 terkenal seorang tokoh tafsir, yaitu Ibn Jarir al-Thabari. Dia orang
juga mengemukakan I’rab dan istinbath (penggalian hukum dari al-Qur’an). Di abad ini juga
lahir ilmu asbab al-Nuzul, ilmu nasikh dan mansukh, ilmu tentang ayat-ayat Makiyah dan
Madaniyah. Berikut ini dapat kita lihat karya ulama pada abad ke -3, yaitu:
2. Kitab nasikh dan mansukh, Qiraat dan keutamaan Al-Qur’an disusun oleh Abu ‘Ubaid
20
Abd. Gani Isa, “Ulumul Qur’an (Kajian Sejarah dan Perkembangannya)”, Jurnal Academia
Yuliyanti, Muchammad Sidiq, Muhammad Ismail Nur Chan, Agus Tasbih
3. Kitab tentang ayat-ayat Makiyah dan Madaniyah karya Muhammad Ibn Ayyub al
Dharis.21
Di abad ke-4 lahir ilmu gharib al-Qur’an dan beberapa kitab Ulumul Qur’an. Adapun
1. Abu Bakar Muhammad Ibn al-Qasim al-Anbari, kitabnya ‘Ajaib Ulumul Qur’an.
2 Isi kitab ini tentang keutamaan Al-Qur’an, turunnya atas tujuh huruf, penulisan
5 Muhammad Ibn Ali al- Adfawi, kitabnya Al- Istighna fi Ulumul Qur’an.22
Di abad ke-5 muncul pula tokoh dalam ilmu qiraat. Adapun para tokoh serta karyanya
adalah:
1. Ali Ibn Ibrahim Ibn Sa’id al- Hufi, kitabnya Al- Burhan fi Ulumul Qur’an dan I’rab Al-
Qur’an
2. Abu Amr al- Dani, kitabnya Al-Taisir fi al-Qiraat al-Sab’I dan Al- Muhkam fi al- Nuqath
Pada abad ke-6 lahir pula ilmu Mubhamat al-Qur’an. Abu Qasim Abdur Rahman al-
yang maksudnya apa dan siapa tidak jelas. Ibn al-Jauzi menulis kitab Funun al- Afnan Fi
Pada abad ke-7 Ibn Abd al-Salam yang terkenal dengan sebutan Al’Izz mengarang kitab
Majaz al-Qur’an. ‘Alam al-Din al- Sakhawi mengarang tentang Qiraat. Ia menulis kitab
Hidayah al-Murtab fi al- Mutasyabih. Abu Syamah Abd al-Rahman Ibn Ismail al- Maqdisi,
Pada abad ke-8 H muncul beberapa ulama yang menyusun ilmu-ilmu baru tentang Al-
21
Shubhi Al-Shalih, Mabaahits fi Ulumul Qur’an, (Beirut: Dar al-‘ilm al-Malayin, 1977), 121-122.
22
T.M. Hasbi As-Shiddiqie, Ilmu-ilmu Al-Qur’an, 14.
23
T.M. Hasbi As-Shiddiqie, Ilmu-ilmu Al-Qur’an, 14.
24
Rifat Syauqi Nawawi dan M. Ali Hasan, Pengantar Ilmu Tafsir, (Jakarta: Bulan Bintang, 1988), 221.
16
Yuliyanti, Muchammad Sidiq, Muhammad Ismail Nur Chan, Agus Tasbih
Qur’an, seperti berikut ini:
1. Ibn Abi al- Ishba’, kitabnya tentang badai al-Qur’an.Ilmu ini membahas berbagai macam
3. Najamuddin al-Thufi, menulis tentang Hujaj al-Qur’an. Isi kitab ini tentang bukti-bukti
Pada abad ke-9 muncul beberapa ulama melanjutkan perkembangan ilmu-ilmu Qur’an,
yaitu:
1. Jalaluddin al- Bulqini, kitabnya Mawaqi’ al- Ulum min Mawaqi’ al- Nujum. Menurut Al-
Qur’an yang lengkap. Sebab dalam kitabnya tercakup 50 macam ilmu Al-Qur’an
diterangkan makna tafsir, takwil, al-Qur’an, surat dan ayat. Juga dijelaskan dalam kitabnya
3. Jalaluddin al-Suyuthi, kitabnya Al-Tahbir fi Ulum al-Tafsir(873 H). Kitab ini memuat 102
macam ilmu-ilmu Al-Qur’an. Menurut sebagian Ulama. Kitab ini dipandang sebagai kitab
Ulumul Qur’an yang paling lengkap. Al-Suyuthi merasa belum puas, beliau menyusun lagi
sebuah kitab Al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an. Di dalam kitab ini terdapat 80 macam ilmu-ilmu
Al-Qur’an secara padat dan sistematis. Menurut al- Zarqani kitab ini merupakan kitab
pegangan bagi para peneliti dan penulis dalam ilmu ini. Setelah wafatnya Al-Suyuthi tidak
terjadi kevakuman sejak wafatnya Imam Al-Suyuthi sampai dengan akhir abad ke 13 H.26
Sejak penghujung abad ke-13 H hingga abad ke-15, perhatian ulama terhadap
penyusunan kitab-kitab Ulumul Qur’an kembali bangkit. Kebangkitan ini sejalan dengan
kebangkitan modern dalam perkembangan ilmu-ilmu agama lainnya. Di antara Ulama yang
25
Rifat Syauqi Nawawi dan M. Ali Hasan, Pengantar Ilmu Tafsir, 222.
26
Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qur’an, 20.
Yuliyanti, Muchammad Sidiq, Muhammad Ismail Nur Chan, Agus Tasbih
1. Syeikh Thahir Al-Jazairi, kitabnya Al-Tibyan li Ba’dh Al- Mabahits Al-Muta’alliqah bi Al-
Qur’an.
Qur’an.
9. Rif’at Syauki Nawawi dan Ali Hasan, kitabnya Pengantar ilmu Tafsir
11. Syeikh Mahfudz Termas, beliau adalah seorang ulama’ nusantara abad 14 H yang
mempunyai banyak karya, dan salah satunya adalah karya dalam bidang Ulumul Qur’an,
yaitu buku dengan karyanya yang berjudul Fath al-Khabir yang sampai sekrang masih
Seperti yang diterangkan Zainur Awari dalam Abstrak Tesisnya, ia berpendapat bahwa
Fath al-Khabir bi Sharh Miftah al’Tafsir sangat cocok untuk dikaji dalam bidang ilm ma’anal-
Qur’an, karena konten yang terdapat dalam kitab tersebut lebih menonjolkan aspek-aspek
retorika.29
Sampai saat ini telah lahir puluhan tokoh di bidang Ulum Al-Qur’an, diantara mereka
yang paling masyhur adalah Jalaluddin Al Suyuthi yang menulis kitab Al itqan fi ‘Ulumil
Qur’an dan Al-Zarqany dengan karyanya Al Burhan fi ‘Ulumil Qur’an. Kedua kitab ini
Ulumul Qur’an merupakan suatu ilmu yang mempunyai ruang lingkup pembahasan
yang sangat luas. Ulumul Qur’an meliputi semua ilmu yang ada kaitanya dengan Al-Qur’an,
baik berupa ilmu-ilmu agama, seperti ilmu tafsir maupun ilmu-ilmu bahasa Arab, seperti
ilmu balaghah dan ilmu I’rab al-Qur’an. Disamping itu, masih banyak lagi ilmu-ilmu yang
ilmu. Dari tiap-tiap cabang terdapat beberapa macam cabang ilmu lagi. Kemudian dia
mengutip Abu Bakar Ibnu al-Araby yang mengatakan bahwa ulumul qur’an terdiri dari
77450 ilmu. Hal ini didasarkan kepada jumlah kata yang terdapat dalam al-qur’an dengan
dikalikan empat. Sebab, setiap kata dalam al-Qur’an Mengandung makna Dzohir, batin,
terbatas, dan tidak terbatas. Perhitungan ini masih dilihat dari sudut mufrodatnya. Adapun
jika dilihat dari sudut hubungan kalimat-kalimatnya, maka jumlahnya menjadi tidak
terhitung. Firman Allah: “Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis)
kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-
kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”. (Q.S. Al-Kahfi
:109).
DAFTAR PUSTAKA
‘Azim, Muhammad Abdul. Manahil al-‘Irfan fi ulum al-Qur’an. Beirut: Dar al-Fikr, 1988.
Ahmad Syadali, Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka Setia, 1997.
Al-Shalih, Shubhi. Mabaahits fi Ulumul Qur’an. Beirut: Dar al-‘ilm al-Malayin, 1977.
Al-Qathan, Manna’. Mabahits fi ‘Ulum al-Qu’an. Beirut: Al- Syarikah al-Muttahidah li al-tauzi’,
1973.
Al-Qattaan, Mannaa’ Khaliil. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Terj. Muzakkir AS. Bogor: PT. Pustaka
Litera Antar Nusa, 2001.
As-Shiddiqie, T.M. Hasbi. Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Jakarta: Bulan Bintang, 1993.
Az-Zarqani, Muhammad Abd Al-‘Azhim. Manahil Al ‘Irfan fi ‘Ulum Al-Qur’an. Kairo: Dar Al
Hadits, 2001.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan terjemahnya. Cet. V; Bandung: CV. Diponegoro, 2005.
Fahidin, Ihwan. “Studi Ulumul Qur’an Karya Muhammad Mafudz Al-Tarmas Dalam Buku
Fath Al-Khabir Bi Sharh Miftah Al’Tafsir.” Jurnal Nun 7, no. 1 (2021).
Isa, Abd. Gani. “Ulumul Qur’an (Kajian Sejarah dan Perkembangannya)”. Jurnal Academia
Jamil, Pipih Nurasiah. “Ulum Al-Qur’an, Sejarah dan Perkembangannya.” Jurnal
Khaeroni, Cahaya. “Sejarah Al-Qur’an (Uraian Analitis, Kronologis, dan Naratif tentang
Sejarah Kodifikasi Al-Qur’an)”. Jurnal Historia 5, no. 2 (2017).
Masduki, Yusron. “Sejarah Turunnya Al-Qur’an Penuh Fenomenal (Muatan Nilai-Nilai
Psikologi Dalam Pendidikan).” Jurnal Medina-Te 16, no. 1 (2017).
Nawawi, Rifat Syauqi. dan M. Ali Hasan. Pengantar Ilmu Tafsir. Jakarta: Bulan Bintang, 1988.
Shihab, M. Quraish. Membumikan al Qur’an: Fungsi peran wahyu dalam kehidupan masyarakat.
Bandung: Mizan, 2013.
Wahid, Ramli Abdul. Ulumul Qur’an, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2002), Cet. Ke IV, h. 9
Yusuf, Kadar M. Studi Alquran. Pekan Baru: Amzah, 2009.
20