Kata Ulum al-Qur’an merupakan komulasi dari kata Ulum (ilmu-ilmu) dan Al-Qur’an (kitab suci umat islam). Dua komulasi ini dalam istilah nahwu disebut konsep idhofi. Kata Ulum sendiri merupakan jama dari kata علمyang ma’nanya sinonim dengan ma’rifah, faham, dan yaqin. Menurut sebagian pendapat kata علمadalah isim jenis yang berarti pengetahuan. Pengertian ini jika di tarik dalam konteks umum, yaitu himpunan ilmu pengetahuan yang dikumpulkan melalui proses pengkajian dan dapat diterima oleh rasio. Selain itu, penggunaan kata jama’ (Ulum Al-Qur’an), tidak dengan mufrod (‘Ilm al-Qur’an), menunjukkan bahwa istilah tersebut tidak ditujukan pada satu cabang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan Al-Qur’an, tetapi mencakup semua ilmu yang berkaitan dengan Al-Qur’an. Oleh karena itu, kajian Ulum Al-Qur’an sangat luas. Sementara kata Al Qur’an secara etimologis diambil dari kata قرء يقرء قراءة وقراناyang berarti “sesuatu yang dibaca” (al-maqru’). Denga demikian, ummat islam dianjurkan agar membaca Al-Qur’an. Selain itu, al-Qur’an mengambil bentuk Al-Qiro’ah yang berarti menghimpun dan mengumpulkan (Al-dhommu Wa al-jam’u). Dalam hal ini, Al-Qur’an menghimpun beberapa huruf,kata,dan kalimat secara tertib sehingga tersusun rapi dan benar . Maka demikian, secara Bahasa Ulum Al-Qur’an berarti ilmu ilmu Al-Qur’an. Sedangkan secara terminologis terdapat beberapa definisi di antara kalangan ulama, di anatarnya menurut Abd al-Adhim al-Zarqaniy dalam kitab Manahil al-Irfan fi Ulum al-Quran juz 1, “Ulum al-Quran adalah beberapa pembahasan terkait dengan al-Qur’an al-karim dari aspek turun, susunan, pengumpulan, tulisan, bacaan, penafsiran, mukjizat, nasikh dan Mansukh, menolak hal yang mendatangkan keraguan dan semacamnya”. Menurut al-Qathan dalam kitab Mabahis fi Ulum al-Qur’a menjelaskan, “Ulum al- Qur’an adalah ilmu yang mencakup pembahasan-pembahasan yang berhubungan dengan al- Qur’an dari segi pengetahuan tentang sebab-sebab turun, pengumpulan al-Qur’an dan urutan- urutannya, pengetahuan makki dan madani, nasikh Mansukh, muhkam dan mutasyabih dan hal lain yang menghubungan dengan al-Qur’an”. Menurut Syadzali dan Rofi’I kedua definisi di atas pada dasarnya sama, keduanya menunjukkan bahwa, Ulum al-Qur’an adalah kumpulan sejumlah pembahasan yang pada dasarnya merupakan ilmu yang berdiri sendiri. Ilmu-ilmu ini tidak keluar dari ilmu agama dan bahasa. Masing-masing menampilkan sejumlah aspek pembahasan yang dianggap penting, objek pembahasannya adalah al-Qur’an. B. Ruang lingkup Ulum Al-Qur’an Ulama berbeda pendapat tentang ruang lingkup pembahasan Ulum Al-Qur’an. Mayoritas ulama berpendapat bahwa ruang lingkup Al-Qur’an yang mencakup berbagai segi dari Al Qur’an berkisar diantara ilmu Bahasa Arab dan pokok agama, karena yang dibahas dalam Ulum Al-qur’an adalah ilmu yang membicarakan Al-Qur’an sebagai I’jaz dan hidayah. Dalam pembahasan Al-Qur’an sebagai mukjizat, tercakup beberapa cabang ilmu Bahasa seperti ilmu qiro’ah, ilmu Nahwu, ilmu shorof, ilmu badi’, ilmu ma’ani, ilmu bayan, ilmu adab, ilmu majaz al-Qur’an, ilmu ghorib, dan ilmu muhkam mutasyabih. Sedangkan, dalam pembahasan Al-Qur’an sebagai hidayah(pedoman), didalamnya tercakup ilmu kalam (tauhid) ilmu nuzulul Qur’an, ilmu asbabun nuzul, ilmu Tarikh Al-Qur’an, ilmu makki dan madani, ilmu nasikh wal Mansukh, ilmu aqsam Qur’an, ilmu amtsal Al-Qur’an, dan ilmu tafsir Al- Qur’an. Al-Qur’an pada dasarnya dapat diketahui dengan dua cara, yaitu dengan jalan Naql dan dengan jalan ‘Aql. Dari du acara ini maka ruang lingkup ‘Ulum al-Qur’an dibagi menjadi dua, yaitu; 1. Ilmu yang berhubungan dengan riwayat, yaitu ilmu yang pendekatannya berdasarkan riwayat dari Rasulullah, sahabat, dan tabi’in. 2. Ilmu yang berhubungan dengan dirayah, yaitu ilmu yang diperoleh dengan jalan penelaahan secara mendalam. Menurut kadar Yusuf secara garis besar ‘Ulum Al-Qur’an dapat dikategorikan menjadi dua macam. Pertama, ilmu-ilmu yang diambil dari al-Qur’an. Antara lain adalah ilmu fiqh, ushul fiqih, tafsir, balaghoh, kaidah-kaidah Bahasa, dan semacamnya. Kedua, ialah ilmu yang menjadi syarat atau alat untuk memahami al-Qur’an. Yang termasuk dalam kategori ini adalah ilmu Nuzulul Qur’an dan ilmu qiro’ah. Adapun tujuan dan kegunaan ‘Ulumul Qur’an tersebut agar umat islam dapat mengetahui cara wahyu al-Qur’an turun dan diterima oleh nabi Muhammad SAW, dan juga ‘Ulumul Qur’an dijadikan alat bantu yang paling utama dalam upaya membaca lafal ayat-ayat Al-Qur’an. Dengan Ulumul Qur’an juga, seseorang akan bisa mengerti isi kandungan Al- Qur’an, baik berupa kemukjizatan ataupun hokum-hukum petunjuk ajaran Al-Qur’an. Selain itu, tujuan mempelajari ‘Ulumul Qur’an adalah agar dapat memahami maksud dari firman Allah sesuai dengan keterangan dan penjelasan dari Nabi Muhammad SAW dan dari tafsiran para sahabat serta tabi’in terhadap ayat-ayat Al-Qur’an. C. Perkembangan ‘Ulum al-Qur’an Pada abad ke-1 dan 2 H Pada masa Nabi Muhammad, Abu bakar, dan Umar, ilmu al-Qur’an beum dibukukan. Umat islam pada saat itu belum membutuhkannya dan mereka masih mampu memahami al- Qur’an dengan baik, baik dari segi Bahasa maupun latar belakang munculnya ayat turun. Mereka sangat mengetahui makna dan ilmu al-Qur’an, sehingga mereka tidak membutuhkan pembukuan Al-Qur’an dalam satu kitab. Pada abad ke-3 dan 4 H Pada abad ke-3 H selain tafsir dan ilmu tafsir, para ulama mulai menyusun beberapa ilmu al-Qur’an, di antaranya adalah imam ‘Afi bin Madani (kitab ‘ilm Asbab Nuzul), Abu Ubaid Qasim bin Salam (kitab ‘ilm Nasikh wal Mansukh dan ilmu qiro’ah), dan masih ada lagi ulama lainnya. Pada abad ke-5 dan 6 H Abad ke-5 merupakan babak baru bagi ulama dalam penulisan ilmu Al-Qur’an yang terkait dengan I’rob al-Qur’an dalam satu kitab. Selain iu, ulama juga mengembangkan wawasan ilmu al-Qur’an kepada beberapa aspek. Dan pada abad ke-6 H ulama mengembangkan lebih lanjut ilmu-ilmu al-Qur’an yang lebih penting pada abad ini, ulama mulai menyusun ‘ilm muhkamat al-Qur’an. Pada abad ke-7 dan 8 H Pada abad ke-7 H, ilmu-ilmu al-Qur’an terus dikembangkan oleh ulama. Perkembangan ini memunculkan ‘ilm majaz al-Qur’an dan ilmu qiro’ah. Dan pada abad ke-8 H, beberapa ulama yang menyusun ilmu-ilmu baru tentang al-Qur’an bermunculan dan kitab-kitab tentang ilmu-ilmu al-Qur’an masih terus berjalan. Pada abad ke-9 dan 10 H Pada abad ke-9 H dan permulaan abad ke-10 H, karangan-karangan yang ditulis oleh ulama tentang ilmu-ilmu al-Qur’an semakin banyak. Pada masa ini, perkembangan ilmu al- Qur’an mencapai kesempurnaan. Pada abad ke-11 dan 12 H Meskipun pada abad ke-11 dan 12 mengalami ketagnasian, terdapat ulama yang menulis karya ‘Ulumul Qur’an, seperti imam Ahmad bin Muhammad yang menyusun kitab I’rab al- Qur’an. Dan masih ada lagi ulama lainnya. Pada abad ke 13 dan 14 H Pada abad ke-13 terdapat ulama yang menyusun kitab, dan pada abad ke-14 H, perhatian ulama bangkit kembali dalam menyusun kitab kitab yang membahas al-Qur’an dari segi dan macam ilmu al-Qur’an. Di kalangan masyarakat islam, istilah Ulumul Qur’an kemudian tidak hanya menjadi sebuah disiplin ilmu, tetapi menjadi nama sebuah Lembaga Pendidikan.