Anda di halaman 1dari 2

KONSEPTUAL ‘ULUM AL-QUR’AN

A. Definisi ‘Ulum Al-Qur’an


Secara etimologis kata ‘ulum adalah jamak dari kata ‘ilm yang maknanya sinonim dengan ma’rifah,
fahm, dan yaqin. Menurut Sebagian pendapat, kara ‘ilm adalah isin jenis yang berarti pengetahuan.
Jika ditarik dalam konteks umum, ilmu adalah himpunan pengetahuan yang dikumpulkan melalui
proses pengkajian. Dengan demikian ilmu adalah usaha yang dilakukan untuk mengetahui masalah-
masalah yang dirumuskan dalam satu disiplin ilmu yang terdapat dalam alam pikiran.

Al-Qur’an secara etimologis diambil dari kata Qara a - Yaqra u - wa Qaraana yang berarti “sesuatu
yang dibaca”. Dalam hal ini, AL-Qur’an menghimpun beberapa huruf, kata dan kalimat secara tertib
sehingga tersusun rapi dan benar dan merupakan kitab pegangan umat Islam yang harus dibaca.

Kata ‘ulum Al-Qur’an merupakan komulasi dari kata ‘ulum (ilmu-ilmu) dan Al-Qur’an (kitab suci
umat Islam). Dua komulasi ini dalam konsep dinamakan kondep Idlafi. Dengan demikian ‘ulum Al-
Qur’an adalah ilmu-ilmu Al-Qur’an.

Abdul Adzim al-Zarqani dalam kitabnya Manahil al-‘irfan fi ‘Ulum al-Qur’an Juz 1 pada tahun 1998,
tercantum definisi ‘Ulum al-Qur’an adalah beberapa pembahasan yang berhubungan dengan al-
Qur’an al-Karim dari aspek turunan, susunan, pengumpulan, tulisan, bacaan, penafsiran, mukjizat,
nasikh, Mansukh, menolak hal yang mendatangkan keraguan dan semacamnya.

B. Sejarah Perkembangan ‘Ulum Al-Qur’an


Istilah ‘Ulum Aal-Qur’an itu sendiri tidak dikenal pada masa awal pertumbuhan Islam. Istilah ini
dikenal baru pada abad ke III, tetapi Sebagian ulama berpandangan bahwa istilah ini lahir sebagai
ilmu yang berdiri sendiri pada abad ke V. Pada masa Rasulullah SAW, hingga kekhalifahan Abu
Bakar as-Sidiq Ra (12 H-13 H) dan Umar bin Khattab Ra (12 H-23 H), ilmu Al-Qur’an masih
diriwayatkan secara lisan. Pada masa kekhalifahan Utsman Bin Affan Ra (23 H-35 H), beliau
memerintahkan kaum muslimin supaya berpegangan pada mushaf induk. Dengan demikian, usaha
yang dilakukan olehnya dalam memproduksi naskah Al-Qur’an berarti beliau meletakan dasar ilm
rasm Al-Qur’an. Selanjutnya, pada masa kekhalifahan Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib, beliau
memerintahkan Abu Aswad Ad-Duwali untuk meletakan kaedah-kaedah Bahasa arab. Usaha ini
dipandang sebagai peletakan dasar ilmu I’rab Al-Qur’an.

Berikut beberapa tokoh yang berjasa dalam menyebarkan periwayatan ‘Ulum Al-Qur’an adalah
1. Khulafa al-Rasyidin (dari golongan sahabat)
2. Mujahid Ata, Qatadah, Hasan Basri dari golongan Tabi’in di Madinah
3. Malik bin Anas, dari golongan tabi’I tabi’in .

Pada abad ke-2 Hijriyah, upaya pembukuan ‘Ulum Al-Qur’an mulai dilakukan, namun pada masa ini
lebih difokuskan kepada tafsir. Salahsatu ulama tafsir pada masa ini adalah Sufyan Saury (w.161 H).
Pada abad ke-3 Hijriyah, muncula kitab tafsir bermutu yang di dalamnya memuat banyak hadis
hadis sahih karya Muhammad ibn Jarir al-Tabariy (w.310 H). Pada abad ke-4 Hijriyah, lahir beberapa
kitab ‘Ulum Al-Qur’an seperti Aja’ib ‘Ulum Al-Qur’an karya Abu Bakar Muhammad ibn al-Qaim al-
Anbary (w.328 H). Pada abad ke-5 Hijriyah, munculah Ali Abi Ibrahim ibn Sa’id al-Hufiy yang
mrnghimpun bagian-bagian dari ‘Ulum Al-Qur’an dalam karyanya al-Burhan fi ‘Ulum Al-Qur’an.
Pada abad ke-6 Hijriyah, Ibn al-Jauziy Menyusun kitab Funun al-Afinan fi ‘Ulum Al-Qur’an. Pada
abad ke-7 Hijriyah, Alamuddin al-Sakhawiy menulis kitab yang berjudul Jamal al-Qurra wa Kamal al-
Iqra. Semakin tahun bertambah semakin banyak ulama yang mengembangkan ‘ulum Al-Qur’an
melalui karya-karyanya. Hingga penghujung abad ke-13 H hingga saat ini, perhatian ulama terhadap
‘Ulum Al-Qur’an bangkit Kembali. Pembahasan dan pengkajian ‘Ulum Al-Qur’an tidak hanya
terbatas pada cabang-cabang ‘Ulum Al-Qur’an yang ada sebelumnya, melainkan telah berkembang.
Misalnya penerjemah Al-Qur’an ke dalam bahasa asing.

C. Ruang Lingkup
Ulama berbeda pendapat tentang ruang lungkup pembahasan ‘Ulum Al-Qur’an. Mayoritas ulama
berpendapat bahwa ruang lingkup ‘Ulum Al-Qur’an yangmencakup berbagai asapek dari Al-Qur’an
berkisar diantara Ilmu bahasa arab dan pokok agama. Al-Buqini dalanm kitabnya membahas
setidaknya 50 macam ilmu Al-Qur’an yang berjudul Mawaqi’ al-‘Ulum min Mawaqi’ Al-Nujum.

Al-Qur’an pada dasarnya dapat diketahui dengan dua acara yaitu dengan jalan naql dan jalan ‘aql.
Dari dua cara ini, makaruang lingkupnya adalah sebagai berikut, yaitu:
1. Ilmu yang berhubungan dengan Riwayat, yaitu ilmu yang pendekatannya berdasarkan Riwayat
dari Rasulullah, sahabat, dan tabi’in. Ilmu semacam ini, antara lain adalah ilmu tentang qira’ah
(bacaan), tempat turunnya ayat, sebab, waktu, sebab turunnya, dsb.
2. Ilmu yang berhubungan tentang dirayah, yaitu ilmu yang di peroleh dengan jalan
penelaahansecara mendalam. Ilmu semacam ini, antara lain adalah makna ayat yang
berhubungan dengan hukum, sosial, psikologi, dll.

Dalam konteks berbeda, al-Zarqani berpendapat bahwa Al-Qur’an adalah kitab hidayah dan
mukjizat. Setiap ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan Al-Qur’an dari aspek qur’aniyah
maupun dari aspek hidayah dan mukjizat merupakan bagian dari ‘Ulum Al-Qur’an.

Menurut Hasbi ash-Shiddieqiey bahwa ruang lingkup ‘Ulum Al-Qur’an secara garis besar mengenai
pokok-pokok, yaitu:

1. Ilm mawathin al-Nuzul


2. Ilm Tarikh al-Nuzul
3. Ilm asbab al-nuzul
4. Ilm al-qira’ah
5. Ilm al-tajwid
6. Ilm Gharib Al-Qur’an
7. Ilm ‘I’rab Al-Qur’an, dll.

Menurut Kadar Yusuf, secara garis besar ‘Ulum Al-Qur’an diaktegorikan dua macam. Pertama, ilmu-
ilmu yang diambil (istinbath) dari Al-Qur’an seperti ilmu fiqih, ushul fiqih, tafsur, balaghah dan
kaidah-kaidah Bahasa arab lainnya. Kedua, ilmu yang menjadi syarat atau alat untuk memahami Al-
Qur’an misalnya seperti ilm nuzul Al-Qur’an, ayat paling awal dan paling akhir diturunkan, dsb.

D. Metode

Anda mungkin juga menyukai