Anda di halaman 1dari 20

P-ISSN 1907-8099 | E-ISSN 2715-288X

Vol. 15, No. 2, Tahun 2020

AL-QUR’AN SEBAGAI WAHYU ALLAH, MUATAN BESERTA FUNGSINYA

Muhammad Bestari
Sekolah Tinggi Agama Islam Indonesia(STAIINDO) Jakarta
Email: bestaribkn@gmail.com

Abstrak
Penelitian bertujuan untuk melihat posisi al-Qur’an sebagai wahyu Allah serta
fungsinya dalam kehidupan umat muslim, metode penelitian yang di gunakan
dalam jenis penelitian kualitatif ini adalah penelitian kepustakaan dengan teknik
analisis isi. Hasil atau pembahasan penelitian ini yaitu: secara definitif ulama
berbeda pendapat mengenai definisi Al-quran, ada yang mengatakan Alquran
termasuk isim musytaq dan ada pula yang mengatakan isim ghairu musytaq atau
isim ‘alam. Mereka juga berselisih mengenai jumlah nama-nama Al quran, ada yang
mengatakan 55 nama dan ada pula yang mengatakan 90 nama atau julukan.
Sementara struktur Alquran meliputi juz, surat dan ayat sedangkan tinjauan
khusus Alquran terdiri dari kata, huruf, baris, halaman dan qira’at. Alquran
memuat berbagai hal yang berhubungan dengan kepentingan manusia sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial, baik yang berkaitan dengan Tuhannya
maupun dengan sesama manusia. Dengan demikian, Alquran bagi manusia
berfungsi sebagai nasehat (mau’izhah), obat (syifa’), petunjuk (huda), rahmat, dan
pembeda (furqan). Kesimpulan dari penelitian ini adalah: Para ulama berbeda
pendapat tentang nama-nama Alquran yaitu ada yang Menyebutkan memiliki 55
nama, 90 nama atau julukan, 4 nama dan sisanya Merupakan penyifatan Alquran
bukan nama Alquran. Namun nama-nama Alquran Yang umum diketahui hanya 5
nama yaitu: Al-Qur’ān (bacaan yang dibaca), al-Kitāb (tulisan yang ditulis), al-
Furqān (pembeda), al-Dzikr (perigatan), dan alSyifā’ (obat). Secara umum Al-Quran
memuat berbagai hal yang berhubungan dengan kepentingan manusia sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial, baik yang berkaitan dengan Tuhannya
maupun dengan sesama manusia. Namun secara khusus Alquran memuat delapan
perkara, yaitu: Akidah, ibadah, wa’du dan wa’id, mu’amalat, akhlak, hukum, sejarah
atau kisah, pengetahuan dan teknologi. Selain itu Alquran juga memiliki beberapa
fungsi diantaranya adalah sebagai nasehat (mau’izhah), obat (syifa’), petunjuk
(hūdan), rahmat, dan pembeda (furqān).

Kata kunci : alquran; wahyu; juz,; surat; ayat

118
Al-Qur’an Sebagai Wahyu Allah, Muatan Beserta Fungsinya

A. PENDAHULUAN
Alquran merupakan kitab suci terakhir umat Islam sebagai pedoman hidup Dan
penyempurna dari ajaran-ajaran agama sebelumnya. Alquran penuh dengan makna dan
relevan dengan segala zaman. Penunjukan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW
sebagai nabi terakhir dan penutup para nabi dan rasul sangat tepat bilamana
disandingkan dengan Alquran sebagai mu’jizatnya.
Keberadaan Alquran akan terus dikaji dan diteliti dari segala hal, karena Alquran
memuat berbagai petunjuk yang erat kaitannya dengan kehidupan Manusia dan alam,
baik sebagai makhluk individu maupun sosial. Alquran dalam Realisasinya mampu
membentuk karakter dan kesadaran manusia akan Tuhannya Sekaligus sebagai khalifah
di bumi.
Selayaknya setiap manusia berusaha mengenal, memperhatikan dan mempelajari
Alquran secara menyeluruh agar dalam kehidupannya tercipta kebermanfaatan dan
kebaikan bagi sesama. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surah Muhammad (47):

ٍ ‫أََفَلَيتدب َُّر ْونَا ْلقُ ْر ٰانَا ْمَع ٰلىَقُلُ ْو‬


‫بَا ْقفالُها‬

Artinya: “Tidakkah mereka menghayati Alquran ataukah hati mereka Terkunci?” (QS.
Muhammad:24).

Penolakan sebagian orang terhadap kemurnian dan kemu’jizatan Alquran


menunjukkan bahwa ia tidak mengimani Alquran sebagai kitab suci terakhir dan paling
sempurna isinya.. Kemajuan ilmu pengetahuan modern tentu tidak lepas dari
sumbangsih Alquran yang bersumber dari Yang Maha Akbar. Kalau saja Mereka
mengikuti isyarat-isyarat dalam Alquran tentu banyak kemanfaatan dan kebaikan yang
akan ditemui oleh manusia menuju keridhaan Allah SWT (As-Sudais, 1438).
Alquran sebagai wahyu Allah sangat disucikan oleh kalangan umat islam, sebagai
kitab suci terakhir yang mengandung petunjuk dan pedoman hidup manusia agar
selamat di dunia dan akhirat. Alquran tidak hanya cukup dibaca maupun dihafal
melainkan juga perlu pengkajian dan penelitian. Alquran apabila dikaji maka semakin
tampak kedalaman dan keluasan maknanya maka perlu kesungguhan, keahlian khusus
dan kegigihannya dalam meneliti dan mengkaji Alquran bukan hanya pada teksnya
melainkan juga pada segala aspek yang terkait dengan Alquran karena tidak semua
orang mampu menyelami makna Alquran secara menyeluruh.
Selain sebagai petunjuk, Alquran juga menjadi pembeda antara kebenaran dan
kebatilan. Itulah sebabnya penulis ingin memberikan uraian tentang wahyu Dan cara
penyampaiannya, pengertian Alquran dan nama-nama Alquran, tahapan Turunnya
Alquran, struktur Alquran, tinjauan khusus tentang jumlah ayat Alquran, Muatan
Alquran secara global dan fungsi Alquran.

B. METODE PENELITIAN

Dirasat, Vol. 15, No. 2, Tahun 2020 119


Bestari

Artikel ini ditulis berdasarkan studi pustaka mengenai Al qur’an, tujuan


penelitian ini adalah: (1) sebagai salah satu upaya menghilangkan keraguan tentang
kemurnian Alquran (2) menambah wawasan bagi umat islam tentang muatan
beserta fungsi Alquran (3) untuki memperkokoh keimanan terhadap rukun iman ke-
3.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai memperkuat akidah
umat islam dan menjadikan Alquran sebagai kitab tuntunan umat islam.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Pengertian wahyu
Wahyu diambil dari bahasa arab dari kata ‫ وحيا‬- ‫ يحى‬- ‫ وحى‬bermakna isyarah
atau petunjuk Wahyu adalah pernyataan Allah yang diturunkan kepada para nabi
atau para rasulnya untuk disampaikan kepada umatnya (Andopa, 2018).
Secara etimologi wahyu berasal dari bahasa Arab wahā-yahī-wahyan yaitu
tersembunyi dan cepat. Dengan demikian wahyu mencakup beberapa definisi
yaitu bisikan atau bujukan Allah (Yusuf, 2014a). ilham, insting binatang, isyarat
yang cepat, Bisikan syetan, menyampaikan perintah (Anshori, 2016). Selain itu
wahyu diartikan juga sebagai al-mūhā isim maf’ul dari kata wahā yang berarti
sesuatu yang diwahyukan.
Menurut as-Sinqithi. Wahyu adalah ilham (Sholeh bin Nashir bin Sulaiman
an-Nāshir, 2004). Sebagaimana firman Allah dalam surah al-Qashash ayat 7:

َ‫ي َۚ اِنَّا ر ۤاد ُّْو َهُ اِليْكَِ وجا ِعلُ ْو َهُ ِمن‬ َْ ِ‫ت عل ْي َِه فا ْل ِق ْي َِه فِى ا ْلي َِم ولَ تخاف‬
َْ ِ‫ي ولَ تحْزن‬ َِ ‫ض ِع ْي َِه فاِذا خِ ْف‬ َْ ‫واَ َْوحيْناَ ا ِٰلى ا ُ ِمَ ُم ْوسٰ ى ا‬
ِ ‫ن ا ْر‬
َ‫ا ْل ُم ْرس ِليْن‬
Artinya: “Dan Aku ilhamkan kepada ibunya Musa, “susuilah dia, dan Apabila engkau
kuatir maka hanyutkanlah ke sungai Nil, dan janganlah takut atau bersedih hati
karena Kami akan mengembalikannya kepadamu dan akan mengutusnya sebagai
seorang nabi”.

Beliau juga mengartikan wahyu sebagai isyarat (Sholeh bin Nashir bin Sulaiman
an-Nāshir, 2004), seperti yang tampak Dalam surah Maryam ayat 11:

‫ن سبِ ُح ْوا بُ َْكرةَ َّوع ِشيًّا‬ َِ ‫فخرجَ ع ٰلى ق ْو ِمهَ ِمنَ ا ْل ِمحْرا‬
َْ ‫ب فا ْوحٰ ى اِل ْي ِه َْم ا‬

Artinya: “Dia keluar dari mihrab menuju kaumnya, kemudian ia memberi isyarat
kepada mereka supaya bertasbih di waktu pagi dan siang”.

Menurut Mujahid dan as-Sudi mendefisikan wahyu sebagai tulisan.


Sedangkan ‘Ukrimah mengartikan wahyu sebagai ucapan yang dilakukan
dengan cepat dan rahasia (Sholeh bin Nashir bin Sulaiman an-Nāshir, 2004).
Sementara Manna’ Khalil Al-Qattan mengatakan bahwa seca cara
penyampaian wahyu secara syara’ wahyu adalah kalam Allah yang

120 Dirasat, Vol. 15, No. 2, Tahun 2020


Al-Qur’an Sebagai Wahyu Allah, Muatan Beserta Fungsinya

diturunkan kepada Nabi (Hasya, “Al-Qur’an dan Wahyu,” 2016). Ada pula
yang mengatakan wahyu adalah sesuatu yang bersumber dari Allah yang
disampaikan melalui malaikat untuk dikerjakan. Terdapat dalam surat al-
Anfāl ayat 12: (Suryaerna, 2021).

ۤ
َ‫ق‬ ْ ‫واَالرعْبَفاض ِْرب ُْواَف ْوق‬
ِ ‫َالعْنا‬ ُّ ‫بَالَّ َِذيْنَكف ُر‬
ِ ‫يَقُلُ ْو‬
ْ ِ‫يَف‬ ْ ِ‫يَربُّكَاِلىَا ْلم ٰل ِٕىكةَِان‬
ْ ‫يَمعكُ ْمَفثبِتُواَالَّ ِذيْن َٰامنُ ْو ۗاَسا ُ ْل ِق‬ ْ ِ‫اِذَْي ُْوح‬
ٍَ ۗ ‫واض ِْرب ُْواَ ِم ْن ُه ْمَكُلََّبن‬
‫ان‬
Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu mewahyukan kepada Malaikat, Sesungguhnya
Aku bersamamu, maka teguhkanlah pendirian orang-orang Yang beriman. Kelak
Aku akan berikan ketakutan kedalam hati orang-orang kafir maka pukullah leher
mereka dan tiap-tiap ujung jarinya”.

Adapun pengertian wahyu secara terminologi terdapat beberapa pendapat


diantaranya ustadz Muhammad Abduh dalam Risalah At-Tauhid, wahyu adalah
Pengetahuan yang peroleh seseorang dengan keyakinan bahwa itu berasal dari
Allah, baik melalui perantara maupun tanpa perantara (Kristinawati, 2017)
Sedangkan TM. Hasbi Ash-Shiddieqy mendefinisikan wahyu sebagai sesuatu
yang dimasukkan ke dalam dada para nabi (SyamsulBlogSpot,DefinisidanPengertia
nWahyu1/6, 2012). Dari beberapa pengertian di atas dapat didefinisikan bahwa
Wahyu adalah pengetahuan ghaib yang datang dari Allah langsung ke dalam jiwa
seseorang diberikan secara cepat dan rahasia, baik secara langsung maupun
melalui perantara.

2. Cara penyampaian wahyu


Berdasarkan firman Allah dalam Surah asy-Syūrā ayat 51 dijelaskan bahwa
metode penyampaian wahyu ada dua cara yaitu tanpa melalui perantara Malaikat
dan melalui perantara Malaikat (Yusuf, 2014a). Tanpa melalui perantara Malaikat
bisa melalui mimpi seperti yang diperintahkan kepada Nabi Ibrahim untuk
menyembelih putranya yaitu Ismail. Terdapat dalam Surah as-Shaffat ayat 102
(Anshori, 2016). Ada pula yang langsung dari Allah memperdengarkan suara
dibalik tabir seperti Yang terjadi pada Nabi Musa as ketika akan diangkat menjadi
nabi. Terdapat Dalam Surah Thāhā ayat 11-13.
Melalui perantara Malaikat yaitu melalui Jibril as dalam bentuk aslinya
Seperti yang terjadi pada peristiwa isro’ mi’raj dan turunnya wahyu pertama,
Kedatangan Jibril seperti bunyi bel, gemerincing lonceng, atau lebah, Jibril as
Menjelma sebagai manusia laki-laki yaitu ketika Nabi SAW ditanyakan tentang
Islam, iman, ihsan dan hari kiamat (as-sā’ah) (Anshori, 2016).

3. Pengertian Al qur’an
Didalam beberapa buku atau kitab yang membahas tentang pemaknaan
Alquran terdapat perbedaan pendapat dikalangan para ahli ilmu. Namun demikian
secara umum mereka sepakat bahwa Alquran merupakan sebuah kitab suci umat

Dirasat, Vol. 15, No. 2, Tahun 2020 121


Bestari

Islam. Secara etimologi arti Alquran dapat dilihat dari bentuk tulisan dan
bacaannya. Dalam hal ini ada dua pendapat yaitu mengatakan Alquran ditulis dan
dibaca tanpa hamzah menurut asy-Syafi’i, al-Farra’ dan al-Asy’ari. Sedangkan al-
Lihyani dan al-Zajjaj mengatakan Alquran ditulis dan dibaca dengan hamzah
karena mengikuti wazan ‫فعالن‬. Kalau ada orang yang membacanya dengan hamzah
itu untuk meringankan bacaan (li al-taklif) yaitu mengalihkan harokat fathah pada
huruf sebelumnya.
Para ulama ahli bahasa berbeda pendapat tentang asal usul kata ‫القران‬. Ada
dua pendapat terkait asal usul kata ‫ القران‬yaitu ada yang mengatakan ‫ القران‬adalah
isim ghairu musytaq atau disebut juga isim ‘alam yaitu kata yang berdiri sendiri
Dan tidak diambil dari kata manapun.. Menurut al-Syafi’i, kata Qur’an jika
dimakrifatkan dengan alif dan lam (al) berarti hal tersebut menunjuk pada
sesuatu yang khusus. Ada juga yang berpendapat ‫ القران‬adalah isim musytaq yang
dimakrifatkan dengan alif dan lam (al) yaitu kata yang diambil dari kata lain (tidak
berdiri sendiri). Ada pula yang berpendapat bahwa ‫ القران‬diambil dari kata ‫قرائن‬
jamak dari ‫ قرينة‬yang berarti indikator. Pendapat lainnya mengatakan Alquran
berarti bacaan atau resital. Jadi, Alquran bermakna bacaan lebih tepat kalau
disebut sebagai bacaan dari sesuatu yang diingat baik yang diperoleh secara
Langsung maupun melalui perantara kemudian ditulis dan dibukukan.

َ َ‫فاِذا قرأْ ٰن َهُ فات َّ ِب َْع قُ ْر ٰانه‬


ۚ
Artinya: “Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah
Bacaannya”.

Kata Alquran berarti sesuatu yang dibaca (‫ )المقروء‬Ada pula yang menafsirkan
sebagai bentuk masdar dari kata ‫ قرآنا‬- ‫ يقرأ‬- َ‫ قرأ‬yang berarti menghimpun atau
mengumpulkan (Anshori, 2016). Disebut demikian karena Alquran merupakan
himpunan atau kumpulan dari beberapa ayat dan surah. Alquran sebagai sesuatu
yang dibaca tersirat pengertian bahwa perintah membaca tidak hanya ditujukan
kepada seorang hamba pilihan melainkan juga untuk seluruh umat manusia.
Alquran jika ditafsiran sebagai bacaan maka tidak ada kegiatan lain selain
membaca. Tetapi jika Alquran diartikan sebagai sesuatu yang dibaca otomatis ada
kegiatan lain selain membaca yaitu pengkajian, penelitian, penafsiran dan
pengamalan.
Dari beberapa pengertian diatas terdapat beberapa unsur Alquran
diantaranya: Pertama, Alquran sebagai kalam atau firman Allah. Sebagaimana
Dinyatakan oleh Muhammad Ali as-Shabuni bahwa:
Alquran adalah kalam Allah yang ditulis dalam bentuk mushaf diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril as secara mutawatir lafazh
maupun maknanya yang dimulai dari al-Fatihah dan akhiri dengan an-Nās serta
dinilai ibadah bagi orang yang membacanya. Jadi, Alquran murni firman Allah
yang disusun dalam bentuk bahasa arab yang tinggi nilai sastranya dan dalam

122 Dirasat, Vol. 15, No. 2, Tahun 2020


Al-Qur’an Sebagai Wahyu Allah, Muatan Beserta Fungsinya

maknanya sehingga Alquran benar-benar tidak akan pernah ada tandingannya


dari segala segi sedangkan manusia berkewajiban mengkaji isi dan
mengamalkannya dalam bentuk perbuatan.
Kedua, diturunkan khusus kepada Nabi Muhammad SAW sebagai penutup
para nabi dan rasul sehingga tidak ada lagi pengakuan dari manusia-manusia
sesudahnya sebagai nabi sekaligus sebagai mu’jizat. Dengan demikian semakin
jelas pulalah kekhususan penamaan kitab suci ini sebagai Alquran. Ketiga,
diturunkan melalui Jibril as menggunakan bahasa arab yang indah dan santun
bahasanya. Keempat, diturunkan secara berangsur-angsur (munjaman).. Berbeda
dengan kitab-kitab suci sebelum Alquran yang diturunkan sekaligus (junmlatan).
Kelima, diturunkan pada malam yang istimewa yaitu malam Lailatul Qadar.
Keenam, diturunkan secara mutawatir baik lafazh maupun maknanya dan dinilai
ibadah bagi orang yang membacanya (Anshori, 2016).

4. Nama-nama Alquran
Diantara keistimewaan Alquran selain dari rangkaian kalimatnya adalah
memiliki beberapa nama yang mudah diingat. As-Sayuti pernah berkata bahwa
sesuatu yang memiliki banyak sebutan mengisyaratkan kemulyaan dari sesuatu
itu. Sebagian ulama berbeda pendapat tentang nama-nama lain daripada Alquran,
diantaranya menurut ‘Uzayyi bin Abdul Mulk atau yang lebih terkenal dengan
sebutan Abu al-Ma’ali Syaydzalah bahwa Alquran yang memiliki 55 macam nama.
Abu Hasan al-Harali mengatakan Alquran memiliki 90 nama atau julukan. Dan Ibn
Jazzi mengetakan Alquran memiliki empat nama sedangkan sisanya yaitu 51
sampai 90 bahkan lebih merupakan penyifatan Alquran bukan nama Al quran.
Adapun nama-nama Alquran yang umum dikenal ada lima yaitu Alqur’an
(bacaan yang dibaca) sebagaimana firman Allah dalam Surah al-Isra’.(17) ayat 9,
al-Kitab (tulisan yang ditulis) terdapat dalam Surah al-Furqan (25) ayat 1, Al-
Furqan (pembeda) terdapat dalam asy-Syu’ara’ (26) ayat 192-193, Al-Dzikr
(perigatan) terdapat dalam Surah al-Hijr (15) ayat dan Al-Syifa’ (obat), terdapat
dalam Surah ad-Dukhān (44) ayat 1-3.
Seperti yang telah disinggung dimuka bahwa para pemerhati dan peneliti
Alquran menyatakan bahwa Alquran memiliki nama-nama lain selain nama
Alquran itu sendiri, namun sebagian lainnya menyebutkan bahwa nama-nama
tersebut bukan nama lain daripada Alquran melainkan sifat dari Alquran itu
sendiri. Muhammad Amin Suma dalam bukunya yang berjudul Ulumul Qur’an
menyebutkan bahwa Alquran memiliki beberapa nama-nama julukan diantaranya.
Al-Qur’an (bacaan yang dibaca), Kitab (tulisan yang ditulis), Al-Furqan
(pembeda), Al-Dzikr (perigatan), Al-Syifa’ (obat), al-Mushaf (himpunan lembaran),
al-Kalam (firman Allah), al-Nur ( cahaya), al-Huda (Petunjuk), al-Rahman
(rahmat), al-Maw’izhah (petunjuk), al-Karim (yang mulia), al-‘Ali (yang tinggi), al-
Hakim (yang Bijaksana), al-Hikmah (kebijaksanaan), al-Muhaimin (pemberi rasa
aman/yang Dipercaya), al-Mubarak (yang diberkahi), al-Habl (tali/agama

Dirasat, Vol. 15, No. 2, Tahun 2020 123


Bestari

Allah),al-Shirat al Mustaqim (jalan lurus), al-Fashl (pemisah), al-Naba’ (berita),


Ahsan al-Hadits (berita terbaik), al-Tanzil (yang diturunkan), al-Ruh (roh), al-
Wahyu (wahyu), al Matsani (yang diulang-ulang), al-‘Arabi (berbahasa Arab), al-
Qaul (ucapan), Bashair (pedoman), al-Bayan (penjelasan), al-‘Ilm (ilmu
pengetahuan), al-Haqq (kebenaran), al-Hadi (yang memberikan petunjuk), al-‘Ajab
(yang mengagumkan), Al-‘Urwah al-Wutsqa (tali yang kuat dan kokoh), al-
Tadzkirah (peringatan), al Mutasyabih (yang serupa), al-Shidq (kebenaran), al-
Munadi (penyeru), al-Amr (perintah), al-Busyra (pemberi kabar gembira), dan
lain-lain.
Sedangkan menurut DR. H. Anshori, LAL, M.A dalam bukunya yang berjudul
Ulumul Qur’an Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan menyebutkan lima sifat
Alquran berdasarkan dalil yang jelas yaitu Al-Burhān (bukti kebenaran) dan Nūr
Mubīn (cahaya yang terang) terdapat dalam firman Allah dalam Surah an-Nisā’
(14) ayat 174, asy-Syifa’ (obat) dan ar-Rahmah (kasih sayang) terdapat dalam
firman Allah dalam Surah al-Isra’ (17) ayat 82, al-Hudā (petunjuk) terdapat dalam
Surah Fushshilāt (41) ayat 44 dan mau’izhah (nasehat) terdapat dalam Surah
yunus (10) ayat 57 (Anshori, 2016).

5. Tahapan turunnya Alquran


1) Pengertian Nuzūl Alquran
Turunnya Alquran atau nuzūl Alquran secara etimologi terdapat dua unsur
kata yaitu nuzūl yang berarti turun (Yusuf, 2014a) dan Alquran yang berarti
sesuatu yang dibaca (Anshori, 2016) atau bacaan yang dibaca. Menurut az-
Zarqani, kata nuzūl merupakan majaz yang bermakna i’lam (pengetahuan).
Dengan demikian “nuzūl Alquran adalah pemberitahuan Allah kepada manusia
melalui bacaan” (Yusuf, 2014a). Sedangkan definisi “nuzūl Alquran secara
terminologi adalah ilmu yang mengkaji tentang Alquran yang transenden
kepada manusia yaitu nabi Muhammad SAW yang memiliki sifat kemanusiaan
yang tinggi.”(Yusuf, 2014a).
Proses Turunnya Alquran.
Alquran diturunkan melalui tiga tahapan yaitu pertama diturunkan dari Allah ke
Laukh Makhfuzh. Laukh Makhfuzh adalah suatu lembaran yang terpelihara sejak
awal penulisannya sampai pemeliharaannya.

ٍَ ‫ل هُوَ قُ ْرآنَ َّم ِجيدَ ) ( فِي ل ْو‬


ٍَ‫ح َّم ْحفُوظ‬ َْ ‫ب‬

Artinya: “Ia adalah Alquran yang mulia dan tersimpan di Laukh Makhfuzh”.

Kedua diturunkan dari Laukh Makhfuzh ke langit pertama (dunia) secara


keseluruhan dan disimpan di Bayt al-‘Izzah pada malam Lailatul Qadar. Demikian
Menurut pendapat az-Zarqani.

124 Dirasat, Vol. 15, No. 2, Tahun 2020


Al-Qur’an Sebagai Wahyu Allah, Muatan Beserta Fungsinya

َۡ ‫اِنََّۤا ا ۡنز ۡلَٰن َهُ ف‬


َ ‫ِى ل ۡيل ٍَة ُّم ٰبـرك ٍَة اِنَّا كُنَّا ُم ۡنذ ِِر ۡي‬
‫ن‬

Artinya: “Sesungguhnya telah Kami turunkan Alquran pada malam yang


diberkahi, dan kami pula yang memberi peringatan”.

ۡ ‫اِنَّ ۤاَاَ ۡنز ۡلَٰنهَُف ِۡىَل ۡيلة‬


َ‫َِالق ۡد ِر‬

Artinya: “Sesungguhnya telah Kami turunkan Alquran pada malam lailatul


Qadar’.

َۡ ُۡ َ ُ ۡ َ ِّ ٰ ِّ َ َ َّ ِّ ً ُ ُ ٰ ۡ ُ ۡ ۡ َ ۡ ُ ۡٓۡ َّ َ َ َ َ ُ ۡ َ
ِ ‫اس و بين ٍت من اله ٰد ى والفرق‬
‫ان‬ ِ ‫شهر رمضان ال ِذى ان ِزل ِفي ِه القران هدى للن‬

Artinya: “Alquran ini diturunkan pada bulan Ramadhan sebagai petunjuk Bagi
manusia dan pembeda antara yang kebenaran (haq) dan kebatilah (bathil)”.

Ketiga, diturunkan dari Bayt al-‘Izzah ke Nabi Muhammad secara berangsur-


angsur dan berlangsung selama 22 tahun 2 bulan 22 hari atau selama 23 Tahun
(Yusuf, 2014a). Diantara hikmah dibalik turunnya Alquran secara berangsur-
angsur adalah dapat meneguhkan hati Rasulullah SAW, sebagai mu’jizat
Rasulullah, supaya mudah dihafal dan dipahami dan menyesuaikan dengan
terjadinya Peristiwa (Yusuf, 2014a).

6. Struktur Alquran: Juz, Surat dan Ayat


Struktur dalam Alquran merupakan unsur-unsur yang membentuk satu
kesatuan tak terpisahkan bahkan saling menguatkan. Struktur Alquran menurut H.
Ziyad Ulhaq, SQ., MA.. Memiliki sembilan unsur yang terdiri dari dua unsur berupa
surah dan ayat dan tujuh unsur bersifat ijtihadi. Adapun kesembilan unsur tersebut
antara lain: juz, surah, ayat, kata, halaman, baris, tanda ruku’ (tanda ‘ain), huruf dan
angka.
Juz, Juz berasal dari kata juz’un yang berarti bagian. Jadi, juz dalam Alquran
adalah sebuah cara pembagian Alquran dimana keseluruhan Al Qur’an dibagi
menjadi 30 juz. Tujuan pembagian ini adalah untuk memudahkan mereka yang ingin
menyelesaikan pembacaan Al Qur'an (Wikipedia Ensiklopeda Bebas, 2021). Penulis
atau pencetak biasanya memberi tanda pada setiap juz. Diantara tanda tersebut
berupa ayat yang ada di awal juz diberi garis bawah atau dicetak tebal, tanda tulisan
al-juz terletak diawal juz bagian kiri, dan angka juz diberi ornamen khusus untuk
mudah dikenali.
Surat, Sūrah adalah jamak dari kata suwar (Anshori, 2016) Secara lughaqi
(bahasa) surat dalam Alquran memiliki beberapa pengertian yaitu: Pertama,
kedudukan atau tempat Yang tinggi atau tingkatan atau martabat. Mengisyaratkan
bahwa orang yang Membaca dan mengkajinya dengan sungguh-sungguh
mendapatkan kemulyaan Dan derajat yang tinggi. Kedua, tanda atau alamat.

Dirasat, Vol. 15, No. 2, Tahun 2020 125


Bestari

mengisyaratkan permulaan dan penghabisan pada bagian-bagian tertentu dari


Alquran. Ketiga, gedung yang tinggi dan indah. Kandungan isinya lengkap dan
sempurna dari segala segi dan keutamaan. Keempat, sesuatu yang sempurna. Kelima,
susunannya saling Berhubungan antara yang satu dengan lainnya.
Sedangkan secara terminologi terdapat beberapa pendapat mengenai Definisi
surah, diantaranya adalah H. Ziyad Ulhaq., SQ., MA, mendefinisikan Surat merupakan
kumpulan ayat-ayat yang membentuk satu kesatuan pembahasan dan diberi nama
secara tauqify (ketetapan dari Nabi saw). al-Ja’bari, Mendefinisikan surat adalah
Qur’an yang mencakup beberapa ayat yang memiliki permulaan dan penutup paling
sedikitnya tiga ayat yaitu surah al-Kautsar (108) terdiri dari 3 ayat, 9 kata dan 41
huruf dan al-Nashr (110) terdiri dari 3 ayat, 19 Kata dan 79 huruf. Sedangkan Manna’
al-Qaththan mendefinisikan surat adalah Sekumpulan ayat-ayat Alquran yang
mempunyai tempat bermula dan tempat Berhenti.
Alquran terdiri dari 30 juz, 114 surat dan 6.666 ayat. Para ulama berselisih
Pendapat mengenai jumlah surat, ayat, dan huruf. Tetapi berdasarkan pendapat
Jumhur ulama terdapat 114 surat, ada pula yang berpendapat 113 surat karena Surat
al-Anfāl dan al-Taubah dihitung satu surat.
Pembagian surat
Dari segi panjang dan pendeknya, surat Alquran dapat dikelompokkan menjadi
empat macam yaitu al-Tūl ada yang menyebutnya al-Thiwāl yaitu surat yang jumlah
ayatnya lebih dari 100 bahkan lebih dari 200-an seperti al-Baqarah, ali-Imron, an-
Nisā’, al-A’rāf, al-An’ām, al-Maidah dan Yūnus. Oleh karenanya surat ini disebut as-
Sab’ūth Thiwāl yaitu tujuh surah yang panjang. Al Mīūn yaitu surah-surah yang berisi
seratus ayat atau lebih, seperti surah Hūd, Yūsuf, al-Mu’min. Al-Matsānī yaitu surah
yang isinya hampir mencapai seratus ayat, seperti al-Anfāl, al-Hijr dan lainnya.
Menurut al-Farra’, disebut al-Matsānī karena surat tersebut dibaca berulang-ulang
ketika shalat. Al-Mufashshal yaitu surat-surat yang mendekati al-Matsānī atau disebut
juga surah-surah pendek seperti ad-Dhuhā, ath-Thīn dan sejenisnya (Anshori, 2016).
Penamaan surat, Setiap surat mempunyai nama masing-masing. Pada umumnya
nama-nama tersebut diambil dari permulaan surat yaitu berjumlah 111 surat dan
hanya 33 surat yang namanya diambil dari pertengahannya. Nama-nama surat
bersumber dari tuntunan wahyu Allah tidak ada yang lahir atau disematkan pada
sahabat walaupun ada sebagian surat disematkan kepada Umar ibn Khattab seperti
surat al-Taubah yang oleh Umar disebut dengan surat al-Qitāl (surat peperangan)
dan al-Bara’ah (pembebasan).
Ayat, Dalam kitab al-Mu’jam al Wajīz Secara etimologis ayat adalah tanda,
alamat, bukti, dalil (Anshori, 2016). pengajaran, urusan yang mengherankan, mu’jizat
dan sekumpulan manusia. Sedangkan secara terminologis pengertian ayat menurut
beberapa ahli diantaranhya adalah al-Ja’bari mendefinisikan ayat adalah Quran yang
tersusun dari beberapa kata walau dalam bentuk takdir (perkiraan takdir) yang
mempunyai tempat permulaan dan berhenti yang terhimpun dalam suatu surat.
Manna’ al-Qaththan mendefinisikan ayat merupakan suatu jumlah atau bagian dari

126 Dirasat, Vol. 15, No. 2, Tahun 2020


Al-Qur’an Sebagai Wahyu Allah, Muatan Beserta Fungsinya

kalam Allah yang terhimpun dalam suatu surat Alquran (Al-Qaththan, 2018). Ayat
adalah bacaan yang tersusun dari beberapa kalimat sekalipun secara taqriri
(perkiraan) yang memiliki permulaan atau bagian yang masuk dalam surah. Ada pula
yang mengatakan bahwa ayat adalah kumpulan dari kata-kata yang membentuk
sebuah kalimat atau jumlah antara ayat satu dengan lainnya diberikan tanda pemisah
(fawashilul ay) (http://www.nusantaramengaji.com/belajar-struktur-alquran-bagian-
ii, diunduh 21 februari 2021, 2021).
Menurut pendapat lain dinyatakan bahwa ayat memiliki beberapa makna yang
berbeda-beda, yaitu bermakna sebagai tanda terdapat dalam surat al-Hijr 77, an-
Nahl 11 13 65 67 dan 69, al-Baqarah 248, bermakna sebagai m:’jizat terdapat dalam
al-Baqarah 211, bermakna sebagai ibrah atau pelajaran dalam surah Hūd 102 103
dan al-Furqān 37 dan bermakna sesuatu yang menakjubkan, terdapat dalam surah
al-Mu’min 50, bukti atau dalil dalam surah al-Rūm 20 21 22 23 (Zahid, 2012).
Dengan demikian ayat merupakan bagian dari kalam Allah berupa bacaan yang
terdiri dari kalimat atau beberapa kalimat sempurna yang memiliki permulaan dan
penutup dan merupakan bagian dari surah. Para ulama sepakat bahwa jumlah ayat
Alquran tidak kurang dari 6.000 ayat namun mereka berselisih mengenai
kelebihannya. Menurut ulama Madinah berjumlah 6.204, ulama Syam 6.226, ulama
Kufah 6.217, Ibnu Abbas 6.616 dan ada pula yang mengatakan 6.666, madzhab Kūfy
6.236.

7. Tinjauan khusus jumlah ayat al qur’an


Alquran tidak hanya bersifat verbal aural melainkan juga merupakan kitab suci
yang memiliki ciri khusus yang unik dibandingkan kitab-kitab lainnya yaitu pertama,
adanya kata yang merupakan sekumpulan huruf hijaiyah yang membentuk suatu
makna. Sedangkan jumlah kata dan huruf dimana menurut Atha ibn Yasar dikutip
dari Fadhl Ibn Syadzan berjumlah 77.439 kata dan hurufnya berjumlah 321.180
menurut Abdullah Ibn Katsir dari Mujahid, al-Fadl Ibn Atha Ibn Yasar 323.015 huruf
dan ada pula yang mengatakan 347.740 huruf. Kedua, jumlah halaman Alquran
sebanyak 484 Apabila kita mengacu pada format 18 baris. Halaman dari setiap juz
memiliki 16 halaman kecuali juz 1 yang memiliki 14 halaman dan juz 30 memiliki 21
halaman. Alquran pada tiap negara tentu memiliki jumlah halaman yang berbeda-
beda misalnya Alquran terbitan Timur Tengah memiliki 15 baris, ada yang 13 dan 16
baris. Sedangkan Alquran di Indonesia mengacu pada terbitan Karachi Pakistan yang
memiliki 18 baris dan setiap barisnya diberi garis. Huruf hijaiyah memiliki 28 huruf,
ada yang berpendapat 30 dengan memasukkan alif dan hamzah, ada yang
mengatakan berjumlah 32 huruf dengan memasukkan ta’ maftūhah dan dan ta’
marbūthah. Ketiga, memiliki tanda ruku’ (tanda ‘ain) pada Alquran terbitan Karachi
dan Bombay Pakistan yang berjumlah 558 dan tidak semua juz memiliki tanda ‘ain
yang sama jumlahnya. Justru Alquran terbitan Timur Tengah sama sekali tidak
menggunakan tanda ‘ain.

Dirasat, Vol. 15, No. 2, Tahun 2020 127


Bestari

Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan mengenai syarat-syarat


ayat diantarannya ayat harus kalam Allah bukan kalam manusia,terdiri dari beberapa
kalimat sempurna sekalipun secara taqdirī (perkiraan) seperti ayat dalam surat al-
Mudatstsir (74) ayat 21 yaitu ‫ثمَ نظر‬. Ayat tersebut termasuk kalimat sempuran dan
maknanya sudah bisa mengerti karena terdapat subjek, predikat dan objek, memiliki
permulaan dan penutup. Jika terdapat ayat tidak dimulai dengan permulaan dan
penutup tidak dapat disebut ayat dan ayat merupakan bagian dari surat.
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya perbedaan pendapat di kalangan
para ulama mengenai jumlah ayat Alquran diantaranya Fawātih as-suwar ada yang
menganggapnya sebagai pembuka surat dan sebagian lainnya dihitung sebagai ayat
seperti ‫الم‬، ‫الر‬، ‫اللر‬، ‫ الص‬dan bacaan yang diwakafkan Nabi kepada para sahabat
sebagian ada yang menganggapnya sebagai tanda berakhirnya suatu ayat dan
sebagian yang lain menganggapnya sebagai akhir ayat (fashilah) yaitu istilah bagi
kalimat yang dijadikan sebagai akhir suatu ayat dan akhir ayat (Zahid, 2012).
Para ulama pakar Alquran tidak hanya berselisih dalam menentukan jumlah
surat, ayat, tetapi juga dalam hal qira’at. Al-Washshili mengelompokkan Alquran ke
dalam tiga bagian, yaitu:
Surat-surat yang tidak diperselisihkan jumlah ayatnya baik keseluruhan
maupun perinciannya. Dalam hal ini terdapat 40 surat diantaranya adalah Yusuf (12)
memiliki 111 ayat, al-Hijr (15) memiliki 99 ayat, al-Jumu’ah (62) memiliki 11 ayat
dan al-‘Adiyat (100) memiliki 11 ayat. Surat yang jumlah keseluruhannya disepakati
tetapi perincian detailnya diperselisihkan. Pada bagian ini terdapat 4 surat yaitu al-
Qashash (28) memiliki 88 ayat, al-‘Ankabut (29) memiliki 69 ayat, dan al-‘Ash (103)
memiliki 3 ayat. Surat-surat yang diperselisihkan jumlah ayatnya baik keseluruhan
maupun perinciannya. Pada bagian ini terdapat 70 surat diantaranya adalah al-
Baqarah (2) memiliki 285 ayat, ada yang berpendapat 286 ayat dan ada pula yang
mengatakan 287 ayat (Zahid, 2012).
Secara bahasa, Qira’at merupakan bentuk jamak dari kata ‫ قرأ‬yang berarti
bacaan, sedangkan secara istilah qira’ah menurut al-Zarqani adalah bacaan ayat-ayat
Alquran yang dibaca menggunakan metode salah satu madzhab qira’ah didasarkan
pada riwayat bukan qiyas atau ijtihad yang berbeda dalam pengucapan huruf-
hurufnya maupun pengucapan keadaan-keadaannya. Sementara menurut Ibn al-
Jazari, qira’ah adalah suatu pengetahuan tentang metode melafadkan Alquran dan
perbedaannya (Ahmad Syadali & Ahmad Rofi’i, 2000).
Semakin meluasnya wilayah kekuasaan Islam tentu semakin banyak pula
persoalan yang muncul terhadap perbedaan qira’at dikalangan para ahli qira’at.
Dengan demikian dibutuhkan suatu ilmu khusus yang mengkaji tentang qira’ah. As-
Sayuti dengan mengutip pendapat Ibnu al-Jazari mengelompokkan qira’at
berdasarkan sanadnya menjadi enam macam, yaitu: Mutawatir, masyhur, ahad, syaz,
maudu’ dan mudraj (Ahmad Syadali & Ahmad Rofi’i, 2000).
Mutawatir, yaitu qira’at yang diriwayatkan oleh banyak periwayat dari banyak
periwayat pula sehingga periwatannya tersebut benar-benar terjaga keasliannya

128 Dirasat, Vol. 15, No. 2, Tahun 2020


Al-Qur’an Sebagai Wahyu Allah, Muatan Beserta Fungsinya

hingga kepada Nabi SAW, seperti Qira’at as-Sab’ah (qira’at yang tujuh). Qira’at
seperti ini disepakati oleh para ulama baik ulama ahli Alquran maupun ahli hukum
Islam dan dapat dijadikan sumber atau hujjah bagi penetapan hukum.
Masyhur, yaitu qira’at yang sanadnya sahih. Tingkat periwayatannya tidak
sampai pada mutawatir tetapi qira’at ini sesuai dengan kaidah bahasa Arab dan
tulisan mushaf utsmani. Menurut al-Zarqani dan Shubhi al-Shalih menyebut qira’at
ini sah bacannya dan wajib meyakininya serta tidak mengingkari sedikitpun
daripadanya.
Ahad, yaitu qiro’at yang sanadnya shahih tetapi menyalahi tulisan mushaf
Utsmani atau kaidah bahasa Arab atau tidak masyhur seperti kemasyhurannya
tersebut. Seperti qira’at dari al-Hakim dari Ashil al-Jahdari dari Bakrah bahwa Nabi
SAW membaca:
‫َحسان‬
ٍَ ٍ ‫متكئينَعلىَرفارفَخضرَوَعباقري‬
ٍ
dan qiro’at:
‫لقدَجاءكمَرسلَمنَأنفسك َم‬
Maudu’, yaitu qira’at yang diperoleh dari seseorang tanpa ada dasarnya. Seperti
qira’at yang dihimpun dari Muhammad bin Ja’far al-Khuza’i dinukilkan Kepada Abu
Hanifah:
‫إنما يخشى هللا من عباده العلما َء‬

dengan dhommah dilafazh ‫ ألله‬dan fathah pada lafazh ‫ علماء‬Mujraj, yaitu qira’at yang
terdapat kata atau kalimat tambahan yang biasanya dijadikan penafsiran bagi ayat
Alquran, seperti:
َ‫و له أخ أو أخت من أ ُ ٍم‬
terdapat tambahan dari َ‫من أ ُ ٍم‬
‫ليس عكم جناح أن تبتغوا فضَل من ربكم في مواسم الحج‬
terdapat tambahan kalimat ‫في مواسم الحج‬

8. Muatan Alquran secara global


Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwasanya Alquran memuat segala hal
yang berhubungan dengan kepentingan manusia itu sendiri. Secara garis besar
kandungan Alquran memuat beberapa hal diantaranya adalah: “Akidah, ibadah,
Wa’du dan wa’id, mu’amalat, akhlak, hukum, sejarah atau kisah, pengetahuan dan
teknologi”.
Akidah Muatan Alquran yang paling urgen adalah persoalan akidah.
Muhammad Quthub menyebut akidah sebagai maudh’un asasiyah yaitu objek yang
paling dasar. Ibarat sebuah bangunan, akidah sebagai pondasinya sedangkan syariat
sebagai bangunannya. Sebuah bangunan tidak akan tegak dengan kokoh kalau
pondasinya tidak kuat demikian juga halnya dengan akidah. Dalam islam akidah
tidak akan ada artinya bila tidak disertai syariat demikian juga sebaliknya, syariat
tidak akan memantulkan cahaya tanpa adanya akidah.

Dirasat, Vol. 15, No. 2, Tahun 2020 129


Bestari

Dari pentingnya akidah dalam Alquran terdapat 136 ayat yang menjelaskan
tentang ‘aqa’id, diantaranya terdapat dalam surat al-‘Alaq ayat 1-5. Kelima ayat
tersebut mengindikasikan tentang akidah walaupun ayat-ayat termasuk kelompok
ayat-ayat kauniyah, surat dan ayat-ayat Alquran yang diturunkan lebih dahulu
berkenaan dengan persoalan aqidah, keimanan dan akhlak. Apabila aqidahnya benar
maka keimananpun akan benar dan akhlakpun juga benar, ayat-ayat yang
bertemakan sesuatu bidang tertentu senantiasa dikaitkan dengan persoalan ibadah
yang penempatan ayatnya diletakkan sebelum atau sesudah ayat bidang tersebut.
Contoh ayat yang berkaitan dengan aqidah Surat al-Baqarah (2) ayat 163:
َࣖ‫الرحِ ْي َُم‬
َّ ‫ن‬َُ ٰ‫الر ْحم‬ َ َّ ‫وا ِٰل ُهكُ َْم ا ِٰلهَ َّواحِ دَ لا ِٰلهَ ا‬
َّ َ‫ِل هُو‬
Artinya: “Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa, tidak ada Tuhan selain Dia Yang
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”.

Ibadah merupakan bentuk pengabdian seorang kepada Tuhannya. Ayat Alquran yang
menjelaskan tentang ibadah berjumlah 140 ayat, seperti dalam surat al-Dzariyat (51)
ayat 56:
ِ ْ ‫وماَخل ْقتُ َا ْل ِج َّنَو‬
َِ ‫ال ْنسَا َِّلَلِي ْعبُد ُْو‬
‫ن‬
Artinya: “Manusia dan Jin diciptakan hanya untuk beribadah”.

Begitu juga yang terdapat dalam Surat al-Baqarah (2) ayat 21:
َ ‫ن ق ْب ِلكُ َْم لعلَّكُ َْم تتَّقُ ْو‬
‫ن‬ َْ ‫يَ خلقكُ َْم والَّ ِذيْنَ ِم‬
ْ ‫اس ا ْعبُد ُْوا ربَّكُ َُم الَّ ِذ‬
َُ َّ‫ٰيايُّها الن‬
Artinya: “Hai manusia, beribadahlah kamu kepada Tuhan yang telah
menciptakanmu dan orang-orang sebelum kamu supaya kamu bertaqwa”.

Wa’du dan wa’id


Alquran juga berisikan tentang wa’du dan wa’id. wa’du adalah ayat-ayat yang
menjanjikan hal-hal yang baik seperti memasukkan orang yang shaleh ke dalam
surga, memberikan ampuan kepada orang-orang yang bertaubat, memberikan rezeki
dan pembalasan-pembalazan yang baik bagi orang-orang yang berbuat baik.
Sedangkan wa’id adalah Alquran yang berisikan janji buruk kepada orang-orang yang
melakukannya sebagaimana hal dengan wa’du. Contoh kandungan Alquran yang
memuat wa’du dan wa’id adalah Surat al-Nisa’ (4) ayat 122-124:
َُ ‫ن اصۡ د‬
َ‫ق مِ ن‬ َۡ ‫ّللا حقًَّا َۚ وم‬ َِّٰ َ‫ن ت ۡحتِها ۡال ۡنهٰ َُر ٰخ ِلد ِۡينَ ف ِۡيهَۤا ابدا َۚ و ۡعد‬ َۡ ‫ى ِم‬ َۡ ‫ت تجۡ ِر‬ ٍَ ّٰ‫ت سنُ ۡدخِ لُ ُه َۡم جن‬
َِ ٰ‫ص ِلح‬ ّٰ ‫والَّذ ِۡينَ ٰامنُ ۡوا وع ِملُوا ال‬
َ‫ّللا و ِليًّا َّول‬
َِّٰ ‫ن‬ َۡ ‫ل سُ ۡوءا يُّجۡ زَ بِهَ وَ لَ ي ِج َۡد لهَ ِم‬
َِ ‫ن د ُۡو‬ َۡ ‫بَ م‬
َۡ ‫ن يَّعۡ م‬ ِ ‫ل ۡالـ ِك ٰت‬ َِ ‫ِى ا ۡه‬
َِ ‫ل امان‬ َۤ ‫( لَ َۡـيسَ بِامانِيِكُ َۡم و‬١٢٢) َ‫ّللا ق ِۡيَل‬ َِّٰ
ۡ ۡ ُ ۡ
‫ول ِٕىكَ يد ُخل ۡونَ الجـنَّةَ ولَ يُظل ُم ۡونَ نق ِۡيرَا‬ ٰ ُ ٰ ۡ ُ
َ ‫ن ذك ٍَر اوَۡ انثى وهُوَ ُم ۡؤ ِمنَ فا‬ ۡ
َ ‫ت ِم‬ َِ ٰ‫ص ِلح‬ّٰ ‫ل ِمنَ ال‬ ۡ ۡ
َ ‫( وم‬١٢٣)َ‫ص ۡير‬
َ ‫ن يَّعۡ م‬ ِ ‫ن‬

Artinya: “Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan saleh, kelak
Akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya,
Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah telah membuat suatu janji yang
Benar. Dan siapakah yang lebih benar perkataannya dari pada Allah ?. Pahala dari
Allah itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak mengikuti
Angan-angan ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan

130 Dirasat, Vol. 15, No. 2, Tahun 2020


Al-Qur’an Sebagai Wahyu Allah, Muatan Beserta Fungsinya

Diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak
(pula) penolong baginya selain dari Allah. Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal
saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, Maka Mereka itu
masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun (Departemen
Agama RI, Alquran dan Terjemahannya, 2012).

Mu’amalat, Arti mu’amalat dalam bahasa Arab diartikan interaksi. Dalam


Kamus Besar Bahasa indonesia, mu’amalat adalah segala bentuk interaksi manusia
dalam kehidupan bersosial (Nasional, 2008). Secara terminologi, mu’amalat adalah
cara berinteraksi atau berhubungan antar sesama manusia dalam berbagai hal baik
sosial, politik, ekonomi, budaya, dan perdagangan. Sedangkan pengertian mu’amalat
dalam Islam memiliki dua pengertian yaitu interaksi antara sesama manusia dan
interaksi manusia dengan Tuhannya.
Dari beberapa pengertian diatas penulis berasumsi bahwa interaksi yang
dimaksud disini adalah cara interaksi antara sesama manusia dalam berbagai hal
sehingga tercipta hubungan yang harmonis dan saling menguntungkan sesuai
dengan petunjuk-petunjuk Alquran dan aturan sosial dan budaya setempat.
Akhlak diambil dari bahasa Arab khalaqa yang berarti menciptakan. Ibnu
Miskawaih mendefinisikan akhlak sebagai sifat seseorang yang dapat menimbulkan
kehendak untuk melakukan suatu perbuatan tanpa melalui pemikiran dan
pertimbangan (Yusuf, 2014a). Ada pula disebut juga moral atau etika. Menurut Imam
al-Ghazali, akhlak adalah sikap, tingkah laku, budi pekerti. Jadi secara umum dapat
diartika akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam diri seseorang yang dapat
menimbulkan berbagai macam perbuatan tanpa kontrol pikiran dan pertimbangan.
Contoh ayat mengandung tentang akhlak Surat an-Nahl (16) ayat 90:

‫ن‬ َ ‫ن ا ْلف ْحش ۤاءَِ وا ْل ُم ْنك َِر وا ْلب ْغ‬


َ ‫ي ِ ي ِعظُكُ َْم لَعَلَّكُ َْم تذ َّك ُر ْو‬ َِ ‫ان واِيْت ۤا‬
َِ ‫ئ ذِى ا ْلقُ ْر ٰبى وي ْنهٰ ى ع‬ َِ ْ‫ّللا يأ ْ ُم َُر بِا ْلعد‬
ِْ ‫لو‬
َِ ‫ال ْحس‬ ََّ ‫ا‬
َّٰ ‫ِن‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruhmu berbuat adil dan kebajikan, Memberi


kepada kaum kerabat, dan Allah melarang berbuat keji, mungkat Dan permusuhan.
Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat Mengambil pelajaran”.

Hukum Islam bersifat tuntunan, pilihan maupun ketentuan mengenai sesuatu


(Yusuf, 2014a) Menurut al-Muaraghi, Alquran disebut sebagai hukum karena
mengandung keterangan hukum halal dan haram dan ketentuan yang
dibutuhkanoleh orang-orang mukallaf untuk kebagiaan sebagai individu maupun
sosial.
Hukum Islam memiliki dua prinsip yaitu mencegah timbulnya kerusakan
(dar’u mafāsid) dan menciptakan kemanfaatan (jalbu al-mashālih). Kedua prinsip ini
dibuat untuk nilai-nilai kemanusiaan dimana mencegah sesuatu yang dapat
menimbulkan mudharat lebih diutamakan daripada membuat suatu kemanfaatan.
Sejarah atau kisah

Dirasat, Vol. 15, No. 2, Tahun 2020 131


Bestari

Sejarah atau kisah dalam Alquran dikaitan dengan ketaatan, pengingkaran,


keimanan dan kekafiran. Secara umum kisah dalam Alquran terbagai menjadi dua
yaitu: kisah-kisah sebelum Nabi Muhammad dan kisah-kisah di zamannya Nabi
Muhammad. Ayat Alquran yang menunjuk pada “kisah atau sejarah (qashash) ada
26 kali dan yang senadanya dengannya ada 12 surat dan 21 ayat. Namun ada juga
surat yang khusus yakni surat al-Qashash (28) yang terdiri dari 88 ayat, 1.442 kata
dan 5.800 huruf”.
Pengetahuan yang terkandung dalam Alquran memang sangat kompleks,
namun demikian Alquran bukan buku ilmu pengetahuan melainkan kitab suci yang
didalamnya memuat isyarat ilmu pengetahuan dan teknologi, diantaranya tentang
ilmu fisika, boologi, kimia, astronomi, geologi dan kesehatan. Maka, tidak heran
apabila banyak para ilmuwan yang terdorong untuk meneliti kandungan Alquran
dari sudut pandang ilmu pengetahuan dengan keberadaan alam semesta termasuk
ruang angkasa.
Ayat-ayat yang berisi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi ini disebut
sebagai ayat kauniyah atau ayat al-‘ulum. Menurut Thanthawi Jauhari, seorang
mufassir aliran tafsir bi al-Ra’yi mengatakan bahwa terdapat 750 ayat al-‘ulum
tetapi menurut al-Ghazali ada 763 ayat kauniyah.
Dalam Alquran Allah telah menyinggung hal tersebut salah satunya dalam
Surat al-Anbiyā’ (21) ayat 30:

َ ُ ْ َ َ َ ۗ ‫َ َ ْ َ َ َّ ْ َ َ َ ُ ْٓۡ َ َّ َّ ٰ ٰ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ ْ ً َ َ َ ْ ٰ ُ َ ۗ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ۤ ُ َّ َ ْ َ ي‬
‫ح افَل ُيؤ ِمن ْون‬
‫ش ٍء ي‬
‫أولم ير ال ِذين كفروا ان السمو ِت واْلرض كانتا رتقا ففتقنهما وجعلنا ِمن الما ِء كل ي‬

Artinya: “Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu. Kemudian Kami pisahkan antara
keduanya dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah
mereka tiada juga beriman?”.
Air merupakan unsur pokok bagi kehidupan di bumi. Air dapat menyedot
oksigen dalam temperatur rendah yang menyebabkan air membeku dan air Tersebut
dapat mencair ketika muncul temperatur panas yang cukup sehingga Membantu
kehidupan makhluk lain untuk dapat bertahan hidup.

Fungsi al-Qur’an
Alquran diturunkan semata-mata untuk kepentingan manusia dan
keberlangsungan hidup seluruh makhluk khususnya manusia sebagai pengendalinya.
Sesuai dengan firman Allah SWT yang menyatakan bahwa segala kerusakan di muka
bumi banyak diakibatkan oleh perbuatan-perbuatan manusia yang kurang
bertanggung jawab. Begitu juga sebaliknya manusia bumi bisa makmur dan damai
juga karena perbuatan-perbuatan manusia.
Alquran merupakan solusi terbaik dalam mengatasi persoalan-persoalan
hidup manusia agar tetap seimbang sejalan dengan sunnatullah yang perlu
dilestarikan bahkan dikembangkan. Untuk hal itulah Alquran diturunkan sebagai

132 Dirasat, Vol. 15, No. 2, Tahun 2020


Al-Qur’an Sebagai Wahyu Allah, Muatan Beserta Fungsinya

pedoman hidup dan kehidupan bukan hanya hubungan antara manusia dengan
Tuhannya melainkan juga dengan seluruh makhluk dan alam. Diantara fungsi
Alquran bagi manusia adalah:
Al-Qur’an sebagai nasehat (mau’izhah).
Ada beberapa pendapat terkait arti dari mau’idzhah diantaranya Ibnu Manzur
mengutip dari Ibnu Sayyidih, mau’izhah adalah peringatan yang tujuannya untuk
melunakkan hati manusia disertai ganjaran dan ancaman. Menurut Al-Isfihani
mengutip pendapatnya al-Khalil, mau’izhah adalah peringatan agar berbuat baik
yang dapat melunakkan hati. Dan ‘Ali bin Muhammad al-Jarjani, mau’izhah adalah
segala sesuatu yang dapat melunakkan hati yang keras, mengalirkan air mata dan
memperbaiki kerusakan (Yusuf, 2014b).
Secara umum, mau’izhah adalah nasehat yang bertujuan untuk merubah sifat
dan sikap manusia menjadi lebih baik dan bermanfaat. Dengan demikian Alquran
dapat disebut sebagai pemberi peringatan yang baik (mau’izhah al-hasanah)
sebagaimana firman Allah dalam surat Yunus (10) ayat 57:

‫ي‬َِ ْ ‫الص ُد ْو ِۙر َو ُه ًدى َّو َر ْح َم ٌة ِّل ْل ُم ْؤمن‬


ُّ ‫اس َق ْد َج ۤا َء ْت ُك ْم َّم ْوع َظ ٌة ِّم ْن َّرِّب ُك ْم َوش َف ۤا ٌء ِّل َما ِف‬ َّ َ ُّ َ ٰۡٓ
ُ ‫الن‬ ‫يايها‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada Dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”.

Obat (syifa’), Seperti yang telah disinggung pada ayat diatas bahwasanya selain
sebagai pemberi nasehat Alquran juga menyebut dirinya sebagai obat (syifa’) dan sisi
lain menyebut madu lebah sebagai obat. Obat dalam pengertian khusus berarti
mengobati suatu penyakit dalam, baik bersifat individual maupun sosial. Contoh
“penyakit-penyakit yang bersifat individual seperti strees, kegundahan dan pikiran
kacau. Sedangkan penyakit sosial seperti sikap fanatisme, hedonisme, fitnah,
kecanduan narkoba, korupsi dan krisis moralitas” (Yusuf, 2014a).
Pengobatan cara Alquran lebih diarahkan ada perbaikan hati karena jika hati
manusia itu baik maka baik pulalah sifat dan tingkah lakunya sebaliknya jika hati
manusia itu kotor (buruk) maka buruk pulalah sifat dan sikap manusia. Hati yang
sehat akan membentuk pikiran dan tubuh manusia juga ikut sehat secara otomatis
segala perbuatan yang dihasilkan manusia itu berdampak positif dan bermanfaat
bagi manusia, makhluk lainnya dan juga alam semesta.
Petunjuk (hūdan), Secara bahasa, kata hūdan berasal dari kata hadā-yahdī-
hūdan wa hidāyah yang berarti “memberi petunjuk pada jalan yang benar”. Secara
istilah “hidāyah adalah tanda yang menunjukkan pada hal-hal yang dapat
menyampaikan seseorang kepada yang dituju”. Jadi, Alquran sebagai petunjuk
karena mengajarkan manusia pada jalan yang dapat mengantarkan dirinya pada
tujuan hidup yang sesungguhnya yaitu kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Rahmat, Muhammad Mahmud Hijazi mendefinisikan “rahmat sebagai
kelembuatan hati yang melahirkan ihsan perbuatan baik (ihsān), ramah dan kasih

Dirasat, Vol. 15, No. 2, Tahun 2020 133


Bestari

sayang”. Dari pengertian ini rahmat mengandung tiga perkara yang saling berkaitan
satu dengan lainnya yaitu perbuatan baik, sifat ramah tamah dan kasih sayang.
Pertama, perbuatan baik. Manusia yang memiliki kecenderungan berbuat baik
bisa dipastikan tidak akan memilah dan memilih lawan bicaranya. Siapapun saja bisa
menjadi kawannya. Sikap yang seperti ini hanya dimiliki oleh manusiamanusia yang
sudah tercerahkan hati dan pikirannya sehingga ia senantiasa berpikir untuk berbuat
baik termasuk kepada musuh sekalipun. Begitu juga sebaliknya orang yang memiliki
kecenderungan berbuat dhalim atau aniaya akan Menarik dirinya untuk berbuat
sesuatu yang dapat merugikan orang lain dan lebih mengedepankan kepentingan
dirinya dairpada kepentingan orang lain.
Kedua, sifat ramah tamah. Sifat ramah tamah ini telah dicontohkan Nabi
Muhammad dan para ulama-ulama. Sikap ramah pada masyarakat dan
lingkungannya menjadikan Islam mudah diterima oleh semua kalangan dan tidak
membeda-bedakan unsur luarnya (dhahiriyah).
Ketiga, kasih sayang. Alquran sebagai sebuah kitab suci yang didalamnya
Banyak mengandung sifat-sifat ketuhanan berarti Alquran merupakan perwujudan
rahmat Allah kepada manusia dan alam semesta. Hilangnya kasih sayang akan
membentuk karakter yang kasar dan bahkan mengesampingkan nilai-nilai
kemanusiaan. Untuk itulah Nabi Muhammad mengajarkan umatnya untuk saling
Menyayangi orang dan saling menghormati.
Pembeda (furqan)
Menurut arti dari kata furqān adalah pembeda. Yakni pembeda antara perkara
yang benar (haq) dan yang salah (bathil), antara jalan keselamatan dan Jalan
kesengseraan. Manusia telah dibekali akal dan pikiran untuk menjadi alat Menilai
dan memilih diantara keduanya. penciptaan manusia dibandingkan Makhluk-
makhluk lainnya sangat berbeda jauh, baik dari unsur fisik maupun non Psikisnya.

D. KESIMPULAN
Dari sekian banyak pengertian wahyu secara etimologi diantaranya adalah wahyu
adalah tersembunyi dan cepat, bisikan atau bujukan Allah, ilham, insting Binatang,
isyarat yang cepat, bisikan syetan, menyampaikan perintah, al-mūhā Isim maf‟ul dari
kata wahā yang berarti sesuatu yang diwahyukan, tulisan, Sesuatu yang bersumber dari
Allah melalui malaikatnya, kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi. Maka penulis
mendefinisikan wahyu sebagai sesuatu Yang datang dari Allah baik langsung maupun
melalui perantara.
Sedangkan wahyu secara terminologis, wahyu dapat diartikan sebagai
pengetahuan ghaib dan rahasia yang berasal dari Allah ke dalam jiwa seseorang secara
cepat, baik secara langsung maupun melalui perantara utusannya yang dipercaya.
Cara penyampaian wahyu dilakukan dengan dua cara yaitu tanpa perantara
Malaikat seperti melalui mimpi dan memperdengarkan suara dibalik tabir dan Melalui
perantara Malaikat seperti Jibril as dalam bentuk aslinya Kedatangan Jibril seperti
bunyi bel, Jibril as menjelma sebagai manusia laki-laki.

134 Dirasat, Vol. 15, No. 2, Tahun 2020


Al-Qur’an Sebagai Wahyu Allah, Muatan Beserta Fungsinya

Secara harfiah ada dua pendapat mengenai definisi Alquran yaitu ada yang
berpendapat Alquran termasuk isim musytaq yaitu isim yang diambil dari kata lain
(tidak berdiri sendiri) yang dimakrifatkan dengan alif dan lam (al). Ada pula yang
berpendapat bahwa ‫ القران‬diambil dari kata ‫ قرائن‬jamak dari ‫ قرينة‬yang berarti
indikator. Pendapat yang kedua mengatakan bahwa Alquran termasuk isim
ghairumusytaq atau disebut juga isim ‘alam yaitu kata yang berdiri sendiri dan tidak
Diambil dari kata manapun, sedangkan menurut al-Syafi’i, kata Qur’an jika
Dimakrifatkan dengan alif dan lam (al) berarti menunjuk pada sesuatu yang Khusus.
Selain itu Alquran mempunyai arti bacaan atau resital, sesuatu yang Dibaca dan
menghimpun atau mengumpulkan. Dengan demikian definisi Alquran adalah kalam
Allah yang diturunkan khusus kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril as
dengan berangsur-angsur pada malam yang istimewa (Lailatul Qadar) secara
mutawatir.
Para ulama berbeda pendapat tentang nama-nama Alquran yaitu ada yang
Menyebutkan memiliki 55 nama, 90 nama atau julukan, 4 nama dan sisanya Merupakan
penyifatan Alquran bukan nama Alquran. Namun nama-nama Alquran Yang umum
diketahui hanya 5 nama yaitu: Al-Qur’ān (bacaan yang dibaca), al-Kitāb (tulisan yang
ditulis), al-Furqān (pembeda), al-Dzikr (perigatan), dan alSyifā’ (obat).
Nuzūl al-Qurān adalah pemberitahuan Allah kepada manusia melalui Bacaan
dimana pengetahuan tersebut bersifat transenden yang diberikan kepada Manusia
pilihan-Nya. Adapun tahapan turunnya Alquran adalah: pertama Alquran Diturunkan
dari Allah ke Laukh Makhfuzh, selanjutnya ke langit pertama (dunia) Secara
keseluruhan dan disimpan di Bayt al-‘Izzah pada malam Lailatul Qadar dan Dari Bayt al-
‘Izzah ke Nabi Muhammad secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari
atau selama 23 tahun.
Struktur Alquran meliputi tiga hal yaitu juz, surat dan ayat. Juz adalah cara
pembagian Alquran secara keseluruhan dibagi menjadi 30 juz dan setiap juz memiliki
ciri-ciri : Ayat di awal juz diberi garis bawah atau dicetak tebal, tanda tulisan ‫الجزء‬
terletak diawal juz bagian kiri dan Angka juz diberi ornamen khusus. Surat adalah
kumpulan ayat-ayat yang membentuk satu kesatuan pembahasan dan diberi nama
secara tauqify dan mempunyai tempat bermula dan tempat berhenti. Dari segi panjang
pendeknya, Surat terbagi menjadi empat macam yaitu: Al-Tūl atau al-Thiwāl yaitu surat
yang jumlah ayatnya lebih dari 100 bahkan lebih dari 200-an, al-Mīūn yaitu surah-surah
yang berisi seratus ayat atau lebih, al-Matsānī yaitu surah yang isinya hampir mencapai
seratus ayat, al-Mufashshal yaitu surat - surat yang mendekati al-Matsānī atau disebut
juga surah-surah pendek. Sedangkan penamaan Surat ada dua pendapat yaitu 111 surat
diambil dari nama awal permulaan Surat dan 33 Surat diambil dari pertengahan Surat.
Secara etimologi, ayat adalah tanda, alamat, bukti, dalil, pengajaran, urusan yang
mengherankan, mu’jizat dan sekumpulan manusia. Sedangkan secara terminologi, ayat
merupakan bagian dari kalam Allah berupa bacaan yang terdiri dari kalimat atau
beberapa kalimat sempurna yang memiliki permulaan dan penutup dan merupakan
bagian dari surah.

Dirasat, Vol. 15, No. 2, Tahun 2020 135


Bestari

Tinjauan Khusus mengenai Alquran meliputi kata, huruf, baris, halaman Dan
qira’at. Kata adalah sekumpulan huruf hijaiyah yang membentuk suatu Makna. Jumlah
kata menurut sebagian ulama berjumlah 77.439 kata sedangkan Hurufnya berjumlah
321.180 huruf, ada yang mengatakan 323.015 huruf dan 347.740 huruf. Adapun jumlah
halaman Alquran sebanyak 484 apabila kita Mengacu pada format 18 baris. Halaman
setiap juz ada 16 halaman kecuali juz 1 Yang memiliki 14 halaman dan juz 30 memiliki
21 halaman. Untuk dapat disebut sebagai ayat ada beberapa persyaratan yang harus
terpenuhi yaitu: Ayat harus Kalam Allah, terdiri dari beberapa kalimat sempurna
sekalipun secara taqdirī (perkiraan), memiliki permulaan dan penutup dan merupakan
bagian dari surat. Qira’at adalah metode melafadkan ayat menggunakan salah satu
madzhab baik Cara pengucapan ucapannnya maupun keadaan-keadaan lainnya secara
mutawatir. Qira’at berdasarkan sanadnya ada enam macam, yaitu mutawatir, masyhur,
ahad, Syaz, maudu’ dan mudraj.
Secara umum Alquran memuat berbagai hal yang berhubungan dengan
kepentingan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, baik yang
berkaitan dengan Tuhannya maupun dengan sesama manusia. Namun secara khusus
Alquran memuat delapan perkara, yaitu: Akidah, ibadah, wa’du dan wa’id, mu’amalat,
akhlak, hukum, sejarah atau kisah, pengetahuan dan teknologi. Selain itu Alquran juga
memiliki beberapa fungsi diantaranya adalah sebagai nasehat (mau’izhah), obat (syifa’),
petunjuk (hūdan), rahmat, dan pembeda (furqān).

136 Dirasat, Vol. 15, No. 2, Tahun 2020


Al-Qur’an Sebagai Wahyu Allah, Muatan Beserta Fungsinya

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Syadali & Ahmad Rofi’i. (2000). Ulumul Qur’an untuk Fakultas Tarbiyah
Komponen MKDK. Bandung: Pustakan Setia.

Al-Qaththan, Syaikh Manna. (2018). Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an. Pustaka Al-Kautsar.

Andopa, Alpaqih. (2018). An-Nafs dalam al-quran (Studi Pemikiran M Quraish Shihab
Dalam Tafsir al-Mishbah. IAIN Curup.

Anshori, Ulumul Qur’an. (2016). Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan. In cet. III.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

As-Sudais, Abdurrahman bin Abdul Aziz. (1438). al-Lathāif al-Hasān. al-Madinah al-
Munawwarah: Dār al-Ma‟tsūr.

Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya,. (2012). 354.

Hasya, “Al-Qur’an dan Wahyu,” 5/11. (2016).


http://habibsa.blogspot.com/2016/11/makalah-alquran-dan-wahyu.html, diunduh
20 februari 2020.

http://www.nusantaramengaji.com/belajar-struktur-alquran-bagian-ii, diunduh 21
februari 2021. (2021).

Kristinawati. (2017). “Al-Qur’ān dan Hadits Pengertian Wahyu dan Al-Qur’ān”, 15/3.

Nasional, Departemen Pendidikan. (2008). Kamus besar bahasa Indonesia pusat bahasa.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sholeh bin Nashir bin Sulaiman an-Nāshir. (2004). ‘Ulum al-Qur’ān ‘Inda as-Syinqīthī Fī
Tafsīriihī Adlwā’ al-Bayān Fī Īdlāh al-Qur’ān Bi al-Qur’ān. Riyadl: Buhūts Kulliyah at-
Tarbiyah.

Suryaerna, “Al-Qurān dan Wahyu.” (2021). http://suryaerna.blogspot.com/2014/01/al-


quran-danwahyu.html. 20 februari 2021.

SyamsulBlogSpot,DefinisidanPengertianWahyu1/6. (2012).

Wikipedia Ensiklopeda Bebas, “Juz.” (2021). Wikipedia Ensiklopeda Bebas.

Yusuf, Kadar M. (2014a). Studi Alquran. Jakarta.

Yusuf, Kadar M. (2014b). Studi Alquran. Jakarta: Amzah.

Zahid, Moh. (2012). Perbedaan Pendapat Para Ulama Tentang Jumlah Ayat Al-Qur’an
Dan Implikasinya Terhadap Penerbitan Mushaf Al-Qur’an Di Indonesia. NUANSA:
Jurnal Penelitian Ilmu Sosial Dan Keagamaan Islam, 9(1).

Dirasat, Vol. 15, No. 2, Tahun 2020 137

Anda mungkin juga menyukai