MODUL PERKULIAHAN
U002100001
PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
Al-QUR’AN DAN SUNNAH
Dosen :
Abstrak Sub-CPMK
03
Tim MKCU Pendidikan Agama Islam
Al-Qur’an dan Sunnah
Latar Belakang
AL-QUR’AN
A. ALQUR’AN
Pengertian Al-Qur’an
Secara etimologis, kata Al-Qur'an mengandung arti bacaan atau yang dibaca.
Lafal Al-Qur'an berbentuk isim mashdar dengan makna “isim maf’ul”. Lafal Al-Qur'an
dengan arti bacaan, misalnya terdapat firman Allah, QS. Al-Qiyaamah (75): 16-18 :
فَ ِإ َذا قَ َر ۡأ ٰنَ هُ فَ ٱتَّبِ ۡع١٧ ِإ َّن َعلَ ۡينَ ا َجمۡ َعهُۥ َوقُ ۡر َءانَهُۥ١٦ ٓك لِتَ ۡع َج َل بِ ِهۦ
َ َاَل تُ َح ر ِّۡك ِب ِهۦ لِ َس ان
١٨ قُ ۡر َءانَهُۥ
16. Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-
cepat (menguasai)nya. 17. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya
(di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. 18. Apabila Kami telah selesai
membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.
Kemudian dipakai kata "Al-Qur'an" untuk Al-Qur'an yang dikenal sekarang ini. Kata
"Al-Qur'an digunakan dalam arti sebagai nama kitab suci yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Bila dilafazkan dengan menggunakan alif-lam berarti keseluruhan yang
dimaksud dengan Qur'an, sebagimana firman Allah dalam QS. al-Isra’(17):9:
c. Menurut Manna al-Qathan, Al-Qur'an adalah dasar agama dan sumber tasyri,
sebagai hujah (dalil) Allah yang cocok sepanjang zaman, yang disampaikan oleh
Rasulullah SAW kepada umatnya untuk diikuti perintahnya.
e. Menurut Bakri Syaikh Muhammad, Al-Qur'an adalah firman Allah yang diturunkan
kepada penutup para Nabi dan Rasul melalui perantaraan Al-Amin, Malaikat Jibril
AS, yang termaktub dalam mushaf-mushaf yang disimpan (dihapal) dalam dada,
yang diriwayatkan kepada kita secara mutawatir dan membacanya dianggap
ibadah, yang dimulai dengan surah al-Faatihah dan ditutup dengan surah an-
Naas."
Kharakteristik Al-Qur’an
Dari beberapa definisi Al-Qur'an di atas, jelaslah bahwa Al-Qur'an mempunyai ciri
ciri khas dan keistimewaan sebagai berikut:
1. Lafadz dan maknanya datang dari Allah dan disampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW melalui malaikat Jibril dengan jalan wahyu. Nabi tidak boleh
mengubah baik kalimat maupun pengertian nya selain dari menyampaikan
seperti apa yang diterimanya. Oleh karena itu, tidak boleh meriwayatkan Al-
Qur'an dengan makna, dan dengan demikian maka Al-Qur'an berbeda dengan
hadis baik hadis Qudshi maupun Hadis Nabawi, karena keduanya merupakan
ungkapan kalimat dari Nabi dan merupakan perkataan Nabi yang
diungkapkannya dari makna yang diilhamkan Allah atau yang di wahyukan
Allah kepadanya. Jadi dari segi ini tak berbeda antara Hadis Qudshi dan
Nabawi. Perbedaannya terletak pada bahwa Hadis Qudshi disampaikan Rasul
dengan menjelaskannya bahwa itu dari Allah, sedang Hadis Nabawi ialah yang
keluar dari lidah Nabi tanpa menghubungkannya dengan Allah.
Demikian juga halnya denga tafsir Al-Qur'an sekalipun berbahasa Arab,
tidak boleh dinamakan sebagai Al-Qur'an, karena kalimat- kalimat tafsir
sekalipun sesuai lafadz dan maknanya dengan Al-Qur'an merupakan kreasi
para ahli tafsir, bukan kalam Allah yang maha agung.
2. Bahwa Al-Qur'an diturunkan dengan lafadz dan gaya bahasa Arab (QS. Az-
Zukhruf/43: 3).
Renungan Al-Qur’an
Kalau saja Allah tidak menguatkan Musa Alahisalam, niscaya beliau tidak
sanggup mendengar Kalam Allah; sebagaimana gunung tidak sanggup
menahan munculnya cahaya Allah hingga hancur. Pembaca AlI-Qur'an
seyogyanya mengagungkan Allah di dalam hatinya di waktu membacanya,
seakan-akan Allah berbicara kepadanya dengan kalam itu.
B. SUNNAH
Pengertian Sunnah
Secara etimologi, al-Sunnah yaitu cara atau jalan yang terpuji ataupun tercela.
Secara terminologi, al-Sunnah adalah sebagai berikut:
a. Menurut Prof. Dr. Suparman Usman, al-Sunnah adalah perkataan, perbuatan, dan
penetapan (qauliyah, fi'liyah dan taqririyah) Nabi Muhammad SAW, merupakan
penjelas (bayan) terhadap Al-Qur'an.
b. Menurut Imam Subki dalam kitab Matan Jami' al-Jawani, sebagaimana dikutip oleh
Romli SA, al-Sunnah adalah segala perkataan, perbuatan dan ketetapan Nabi
Muhammas SAW.
c. Menurut Abdul Wahab Khalaf, sebagaimana dikutip oleh Romli SA, al-Sunnah adalah
sesuatu yang bersumber dari Rasulullah SAW baik berupa perkataan, perbuatan dan
ketetapan. (Mardani, 2017:127)
َ ُوا ٱهَّلل َ َوٱل َّرسُو ۖ َل فَِإن تَ َولَّ ۡو ْا فَِإ َّن ٱهَّلل َ اَل ي ُِحبُّ ۡٱل ٰ َكفِ ِر
٣٢ ين ْ قُ ۡل َأ ِطيع
32. Katakanlah: "Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir"
2. Di antara beberapa hadits Rasulullah yang memerintahkan kepada kaum muslimin
agar selalu berpegang teguh kepada sunnahnya, adalah riwayat Imam Ahmad dari
Abi Najih al-Irbadh bin Sariyah r.a., yang menceritakan bahwa Rasulullah
memberikan nasihat kepada kita dengan suatu nasihat yang menggetarkan hati
dan mencucurkan air mata. Lalu kami bertanya kepada beliau “Hai Rasulullah,
tampaknya nasihat ini nasihat (pamitan) terakhir Lalu Rasulullah menasihati kita,
sabdanya: "Aku manasehatkan kepadamu agar kamu hanya takwa kepada Allah,
taat dan patuh, biarpun seorang hamba sahaya memerintahkan kamu. Sungguh
orang hidup lama (berumur panjang) di antara kamu nanti, bakal mengetahui
adanya pertentangan-pertentangan yang hebat. Oleh karena itu hendaklah kamu
berpegang teguh pada sunnahku, Sunnah khulafaurrasyidin yang mendapat
petunjuk. Gigitlah sunnah dengan taringmu. Jauhilah mengada-adakan perkara,
sebab perkara yang diadaka-adakan itu adalah bid'ah. Padahal setiap bid'ah
adalah tersesat dan setiap yang tersesat itu di neraka".
3. Ijma' para sahabat bahwa selama mereka tidak mendapatkan ketentuan hukum
suatu kejadian di dalam Al-Qur'an, maka mereka meneliti Hadis-Hadis yang
dihafal oleh sahabat dan tak seorang pun di antara mereka yang mengingkari
sunnah Rasulullah apabila yang diriwayatkan oleh sahabat lain itu dapat diyakini
kebenarannya.
Fungsi Sunnah/Hadis
1. Menjelaskan hukum yang telah dinyatakan Al-Qur'an.
Fungsi pertama dari Hadis adalah menjelaskan hukum yang telah
dinyatakan dalam Al-Qur'an. Penjelasan Hadis terhadap Al-Qur'an itu bisa berupa
pengkhususan sesuatu yang umum atau pemuqayyadan sesuatu yang mutlak
atau lainnya. Yang jelas Hadis itu menerangkan atau memerincikan suatu hukum
yang dinyatakan dalam Al-Qur'an secara umum atau global.
2. Memperkuat hukum yang telah dinyatakan oleh Al-Qur'an.
Macam-macam Sunnah/Hadis
Dilihat dari segi bentuk, maka Sunnah/Hadis diklasifikasikan ke-
1. Sunnah Qauliyah, yaitu Hadis-hadis yang diucapkan langsung oleh Nabi SAW,
dalam berbagai kesempatan terhadap berbagai masalah, yang kemudian dinukil
oleh para sahabat dalam bentuknya yang utuh seperti apa yang diucapkan oleh
Nabi tersebut. Contoh Sunnah Qauliyah, misalnya yaitu: “Sesungguhnya semua
amal itu didasarkan pada niat, dan setiap orang akan memperoleh apa diniatkan”.
2. Sunnah Fi’liyah, yaitu Hadis-hadis yang berkaitan dengan perbuatan yang
dilakukan oleh Nabi SAW yang dilihat dan diketahui oleh para sahabat kemudian
disampaikan kepada orang lain. Misalnya hal-hal yang berhubungan tata cara
Hadits dilihat dari jumlah orang yang Hadits dilihat dari segi kualitasnnya
meriwayatkan
Hadis yang diterima dan dapat Hadis yang disandarkan kepada nabi
dijadikan hujjah atau alasan dalam Muhammad
agama. Yang termasuk dalam hadis ini
2. Hadis mauquf
adalah hadis sahih dan hadis hasan.
Adapun hadis dha’if ulama berbeda Hadis yang disandarkan kepada
pendapat, ada yang menerima dengan sahabat
catatan hadis tersebut sebagai
3. Hadis maqthu’
motivasi untuk beramal, bukan sebagai
hukum. Hadis yang disandarkan kepada tabi’in.
2. Hadis Mardud
2. Sunnah/Hadis Sahih
3. Sunnah/Hadis Hasan
Pada zaman Nabi, Hadis tidak ditulis, bahkan tidak pula dihafal. Menurut riwayat,
pencatatan dan penghafalan Hadis dilarang oleh Nabi karena dikhawatirkan bercampur
dengan hafalan Al-Quran sebagai firman Allah. Dan menurut satu riwayat ketika Umar bin
Khatab menjadi khalifah, beliau merencanakan untuk mencatat/membukukan Hadis,
tetapi tidak meneruskan rencana itu karena khawatir bercampur dengan Al-Qur’an.
Pembukuan Hadis terjadi pada abad ke dua hijriyah, yakni ketika Umar bin Abdul
Azis menjadi Khalifah, beliau memerintahkan beberapa orang yang mengumpulkan
Hadis-hadis yang mereka peroleh. Ketika pada tahun 140 H. Malik bin Annas (Imam
Pada abad ketiga Hijriah, terjadi pembukuan Hadis secara besar-besaran oleh Al-
Bukhari, Al-Muslim, Abu Dawud, An-Nasa'i, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah, yang kita lihat
banyak dipakai sekarang ini. Para sahabat sangat teliti dalam menerima suatu Hadis yang
Kisah
dikatakan datang Seseorang
dari yang
Nabi. Seperti Sabar
Abu danbaru
Bakar, Tabah mauMenghadapi UjianHadis apabila
menerima suatu
ada saksiMuhammad
yang menguatkan, dan Ali Abi
bin Muawiyah Thalib,bercerita
Al-Azraq baru maukepada
menerimakamisuatu Hadis,salah
, bahwa bila si
seorang Hadis
pembawa gurunya
telahpernah bercerita
disumpah. kepadanya;
Penerima Alkisah, ketatnya,
Hadis demikian Nabi Yunus A.Spada
karena bertemu
masa
dengan Malaikat Jibril A.S.
Nabi Hadis memang tidak dicatat dan tidak pula dihafal, hingga terkadang sulit
“Wahai
mengetahui Jibril,
Hadis. tunjukkan
Seperti kepadaku
diriwayatkan siapa Al-Bukhari
bahwa, penduduk bumi yang paling600.000
mengumpulkan rajin
ibadahnya,” kata Nabi Yunus kepada Malaikat Jibril.
Hadis, tetapi setelah beliau teliti kembali, ternyata yang dianggapnya benar dari Nabi
hanyalah Lantas, Yunus
3.000 Hadis dibawa
(hanya 12%).kepada seorang laki-laki yang kedua tangan dan
kakinya buntung dimakan penyakit kusta. Laki-laki itu berucap, "Ya Allah Engkau
memberiku nikmat dua tangan dan dua kaki menurut kehendak-Mu. dan Engkau
mencabut nikmat itu dariku menurut kehendak-Mu, dan Engkau masih memberiku
harapan kepada-Mu."
Jibril berkata, "Sebelum mengalami ujian seperti itu, dia adalah sosok yang
rajin puasa dan shalat seperti yang engkau maksud. Saya juga telah diperintahkan
untuk menghilangkan penglihatannya."
Lantas, Jibril pun menunjuk ke arah kedua mata orang itu, lalu kedua matanya
pun meleleh.
Lalu, orang itu berkata, "Ya Allah, Engkau memberiku nikmat dua mata
"Mari, silakan engkau berdoa kepada Allah dan kami juga akan berdoa
kepada-Nya bersamamu, maka Allah akan mengembalikan kedua tanganmu, kedua
kakimu dan kedua matamu seperti semula, sehingga engkau bisa kembali beribadah
seperti dulu lagi," kata Jibril kepada orang tersebut.
"Jika memang Allah mencintaiku dengan cara seperti ini, maka cinta-Nya lebih
saya sukai dari semua itu," jawab orang tersebut.
Kisah Inspiratif
"Wahai Jibril, saya tidak pernah melihat satu orang pun yang lebih tinggi
tingkatan ibadahnya dari orang ini," kata Nabi Yunus kepada Malaikat Jibril.
"Wahai Yunus, ini adalah jalan terbaik menuju kepada Allah, tidak ada yang
17 Pendidikan
2021 Agama Islam
lebih baik darinya,"
Dosen
kata Jibril kepada Yunus. (Ibnu Ibnul Jauzi terj, 2017)
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Daftar Pustaka
Amir Syarifuddin, 2008, Ushul Fiqh, Edisi 3, Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group
Ibnu Ibnul Jauzi, 2017, 500 Kisah Orang Saleh Penuh Hikmah, Terj. Abdul Hayyie Al-
Group
Mohammad Daud Ali, 2018, Pendidikan Agama Islam, Depok: Rajawali Pers
Muhammad Thalib, 2005, Fungsi dan Fadhilah Membaca Al-Qur’an, Surakarta : Kaffah
Media