Anda di halaman 1dari 2

Nama : Wahyu Firmansyah

NIM : 1201030204
Kelas : IAT 5E
Tugas : Mata Kuliah Metodologi Penelitian Al-Quran Tafsir

A. Judul Skripsi:
Dakhil Al-Naqli Dalam Tafsir Jami’ Al-Bayan ‘An Ta’wil Ay Al-Qur’an Karya Al-Thabari Pada
Penafsiran Kisah Maryam

B. Penulis:
Hasanudin Rahman

C. Masalah Penelitian:
Melihat dari latar belakang tersebut, penulis merumuskan pertanyaan penelitian yaitu: bagaimana
bentuk-bentuk dakhil al-naqli dalam Tafsir Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil Ay al-Qur’an karya Al-
Thabari pada penafsiran kisah Maryam?

D. Kesimpulan:
Berdasarkan uraian yang penulis jelaskan, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam kitab tafsir
Jami' al-Bayan ‘an Ta`wil Ay al-Qur`an karya Al-Thabari pada penafsiran kisah Maryam,
ditemukan empat bentuk dakhil al-naqli dari sembilan bentuk dakhil al-naqli, dengan rincian
sebagai berikut:
1. Dakhil al-Naqli Bentuk Pertama
Bentuk pertama ini adalah menafsirkan Alquran dengan hadis nabi yang tidak valid,
seperti hadis palsu atau daif. Bentuk pertama ini ditemukan sebanyak dua riwayat pada
dua ayat, yaitu pada penafsiran QS. Ali Imran ayat 43 dan QS. Al-Mu'minun ayat 50.

2. Dakhil al-Naqli Bentuk Kedua


Bentuk kedua ini adalah menafsirkan Alquran dengan pendapat sahabat yang tidak valid,
seperti pendapat sahabat yang palsu atau sanadnya daif. Pada bentuk ini, penulis
menemukan sebanyak enam riwayat yang terdapat dalam lima ayat, yaitu QS. Ali Imran
ayat 45, QS. Maryam ayat 16, QS. Maryam ayat 24 (pada ayat ini sebanyak dua riwayat),
QS. Maryam ayat 25 dan QS. Al-Mu'minun ayat 50.
3. Dakhil al-Naqli Bentuk Kelima
Dakhil al-Naqli bentuk kelima adalah menafsirkan Alquran dengan pendapat tabiin yang
tidak valid, seperti perkataan tabiin yang palsu atau sanadnya daif. Pada bentuk ini,
penulis menemukan sebanyak 11 riwayat yang terdapat pada delapan ayat, yaitu: QS. Ali
Imran ayat 43 (sebanyak dua riwayat), QS. Ali Imran ayat 45, QS. Maryam ayat 22, QS.
Maryam ayat 23 (sebanyak dua riwayat), QS. Maryam ayat 24 (sebanyak dua riwayat),
QS. Maryam ayat 27, QS. Maryam ayat 31 dan QS. Maryam ayat 34.

4. Dakhil al-Naqli Bentuk Kesembilan


Dakhil al-Naqli Bentuk Kesembilan adalah menafsirkan Al-Qur’an dengan salah satu
bentuk asli al-naqli dari tujuh bentuk asli al-naqli yang kontradiktif yang mana
kontradiksinya sangat kontras dan tidak dapat dikompromikan dengan bentuk asli al-naqli
yang lebih kuat darinya. Bentuk kesembilan ini ditemukan satu riwayat pada satu ayat,
yaitu pada penafsiran QS. Maryam ayat 24.

Menurut penulis, skripsi yang ditulis Hasanudin Rahman merupakan jenis skripsi yang
baik karena antara rumusan masalah dengan kesimpulan saling berkaitan, terjawab rumusan
masalahnya, dan juga dijelaskan dengan runtut dan jelas. Alasan ia menuliskan skripsi itu
disebabkan belum adanya pembahasan mengenai kisah Maryam dengan pendekatan dakhil dan
memilih kitab Tafsir Jami Al-Bayan dan Tafsir Ath-Thabari sebagai kitab yang akan dikaji
dengan merumuskan masalah dengan pertanyaan ‘bagaimana bentuk-bentuk dakhil pada Kisah
Maryam dalam penafsiran Al-Quran pada Tafsir Jami Al-Bayan’. Ia berkesimpulan bahwa
bentuk-bentuk dakhil yang pada Kisah Maryam dalam penafsiran Al-Quran pada Tafsir Jami Al-
Bayan terdapat empat bentuk dakhil al-naqli dari sembilan bentuk dakhil al-naqli kemudian ia
menjelaskannya bentuk-bentuknya satu per satu. Jadi, skripsi Hasanudin Rahman bisa dijadikan
contoh skripsi yang baik untuk mahasiswa IAT dalam meneliti soal dakhil pada kisah masa
lampau.

Menurut penulis, skripsi yang ditulis oleh Muhammad Supriyo Adi dengan judul Tafsir
Surat Al-Fatihah Dalam Perspektif Sastra: Analisis Novel Kafilah Al-Fatihah karya Jamaludin
Abdullah merupakan jenis skripsi yang baik karena antara rumusan masalah dengan latar
belakang masalah saling berkaitan karena pada paragraf pertama dijelaskan hakikat tafsir yang
dan landasan tafsir yang sebenarnya dan kemudian pada paragraf sembilan dikatakan skripsi ini
bahwa tafsir untuk surah Al-Fatihah tidak menggunakan hakikat dan landasan tafsir karena
dalam bentuk novel yang tidak menggunakan metode tafsir pada hakikatnya. Seluruh hal yang
dituliskan di latar belakang skripsi tersebut melontarkan berbagai pernyataan namun ketika
merumuskan masalah tidak sesuai dengan latar belakang. Jadi, skripsi ini dapat dijadikan contoh
yang baik untuk mahasiswa IAT dalam penulisan latar belakang dan rumusan masalahnya.

Tafsir Tahlili? Maudhui? Muqarran? Ijmali?

Anda mungkin juga menyukai