Anda di halaman 1dari 5

TAFSIR AL-QURAN KEMENAG SURAH AL-ISRA AYAT 29 MENGENAI

LITERASI FINANSIAL: MENGANJURKAN TIDAK KIKIR DAN BERHENTI


MENGHAMBURKAN UANG
Wahyu Firmansyah
Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
whyfirmanz@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk, 1) Mengetahui pengertian dari literasi finansial dan literasi finansial syariah, 2) Mengetahui
aspek-aspek tentang literasi finansial yang terkandung dalam Q.S Al-Isra’ ayat 29. Jenis penelitian yang digunakan adalah
kualitatif library research atau penelitian kepustakaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan suatu data dan
informasi dengan bantuan dari berbagai sumber yang terdapat diperpustakaan seperti buku-buku, dokumen, terjemah kitab
tafsir, dan lain sebagainya. Hasil penelitian ini adalah di dalam Q.S Al-Isra’ ayat 29 terkandung aspek literasi finansial
yakni dalam mengelola uang diantaranya yaitu investasi dan menabung.
Kata Kunci: Literasi Finansial, Kikir dan Boros, Al-Isra ayat 29

Abstract

This study aims to, 1) Knowing the meaning of financial literacy and Islamic financial literacy, 2) Knowing the aspects of
financial literacy contained in QS Al-Isra' verse 29. The type of research used is qualitative library research or library
research. This study aims to collect data and information with the help of various sources in the library such as books,
documents, translations of commentaries, and so on. The results of this study are in QS Al-Isra' verse 29 contained
aspects of financial literacy, namely in managing money, including investing and saving.
Keywords: Financial Literacy,miserly and extravagant, Al-Isra ayat 29

A. PENDAHULUAN
Diantara beragamnya bagian dalam bidang ekonomi, ada salah satu bagian yang dimana isinya membahas
tentang keuangan, pengelolaan, dan bagaimana menghitung dan mengatur suatu risk (resiko), dan aset lainnya, yang
dimaksud itu adalah finansial. Manajemen yang bagus, terdominasi, dan dapat dipertanggungjawabkan pada semua pihak
yang bersangkutan menjadikan finansial sangat bergantung pada hal-hal tersebut. Pada intinya, finansial diartikan sebagai
segala sesuatu yang selalu ada kaitannya dengan uang. Dan juga segala sesuatu yang meliputi perputaran dan pengelolaan
tentang uang juga diartikan sebagai finansial1. Dalam dunia finansial pun ada yang disebut sebagai literasi finansial atau
literasi keuangan yang berimplikasi pada pengelolaan keuangan yang berakhir untuk sampai pada tujuan finansial.
Alasan pentingnya pengetahuan akan literasi finansial, karena dengan adanya hal tersebut dengan baik akan
mudah nantinya untuk memperhitungkan suatu keputusan krusial, terlebih khusus pada bidang finansial atau keuangan.
Karena dalam hal ini dianggap mampu dalam membaca atau memperkirakan serta memperhitungkan keadaan finansial
yang dihadapi saat ini. Literasi finansial juga dibutuhkan didalam pekerjaan khususnya yang dekat hubungannya dengan
kegiatan perekonomian jadi bukan hanya dalam kehidupan pribadi saja literasi finansial dibutuhkan. Bahkan dalam
lingkungan sekitar pun dapat dipraktikkan, baik dalam masyarakat maupun pada keluarga2
Ketika seseorang ingin mencapai goal dalam finansial nya diperlukan strategi yang mumpuni agar tidak salah
jalan ketika melakukan dan jelas apa yang akan dilakukan kedepannya. Diantaranya banyaknya hal yang dapat dilakukan
agar kebebasan finansial tercapai, sebenarnya ada beberapa yang sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an seperti dalam QS. Al
Isra ayat 29

‫ُطهَا ُك َّل ْالبَ ْس ِط فَتَ ْق ُع َد َملُوْ ًما َّمحْ سُوْ رًا‬ َ ِ‫ك َم ْغلُوْ لَةً اِ ٰلى ُعنُق‬
ْ ‫ك َواَل تَ ْبس‬ َ ‫َواَل تَجْ َعلْ يَ َد‬
Artinya: “Janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu (kikir) dan jangan (pula) engkau
mengulurkannya secara berlebihan sebab nanti engkau menjadi tercela lagi menyesal.” (QS. Al-Isra [17]: 29)
Maka dari itu penelitian ini akan membahas mengenai literasi finansial yang ada dalam QS. Al-Isra ayat 29
secara gamblang agar tercerahkan dan kita dapat mengambil pelajarannya.

B. LITERASI FINANSIAL

1
Arvika Shinta Giffari, Analisis Literasi Finansial Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia 2018, h. 1
2
Ibid., h. 2
Literasi dideskripsikan sebagai "kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan
memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat” oleh National
Institute for Literacy yang telah dikutip oleh M. Asyad 3. Namun, UNESCO (The United Nations Educational, Scientific
and Cultural Organization) mempunyai arti literasi atau keaksaraan yang berbeda seperti yang telah dikutip dalam buku
Materi Pendukung Literasi Finansial oleh Kemendikbud, mereka mendefinisikannya sebagai kepiawaian dan
keterampilan dalam hal berhitung, menulis, dan membaca sesuai dengan konteks yang didapatkan dan ditumbuh-
kembangkan melalui proses pengkajian dan penerapan di masyarakat, keluarga, sekolah, dan suasana kondisi lainnya yang
relevan untuk remaja dan orang dewasa yang disatukan melalui rentetan dari berbagai macam kemampuan4.
Selanjutnya arti finansial menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
keuangan. Dan keuangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang bertalian dengan uang 5.
Artinya finansial itu sama dengan keuangan yang tidak jauh pembahasannya dan selalu berhubungan erat dengan uang.
Ridwan dan Inge memberikan pendapat mereka mengenai keuangan atau finansial. Mereka mendeskripsikan
finansial sebagai ilmu dan seni dalam mengelola uang yang mempengaruhi kehidupan setiap orang dan setiap organisasi.
Finansial selalu berkaitan dengan proses, pasar, lembaga, dan instrumen yang berperan serta dalam kegiatan transfer uang
diantara bisnis dan pemerintah maupun antara perseorangan6.
Literasi finansial adalah satu diantara yang ada dalam perilaku ekonomi yang ada di masyarakat dan telah
berkembang dan dijalani selama bertahun-tahun secara sadar. Literasi finansial juga didefinisikan sebagai kemampuan
untuk mengaplikasikan pengetahuan tentang keuangan yang sudah dipahami (knowledge and ability)7. Literasi finansial
adalah pemahaman konsep dan resiko yang diaplikasikan melalui pengetahuan dan kecakapan dengan tujuan untuk
meningkatkan kemakmuran finansial, baik pribadi maupun kemasyarakatan, dan dapat ikut serta dalam lingkungan
masyarakat yang didasarkan pada kecakapan agar bisa menggarap keputusan yang efisien dalam konteks finansial 8.
Literasi finansial adalah rangkaian aktivitas atau jalan guna memajukan kualitas keilmuan (knowledge),
kepercayaan diri (confidence) dan keahlian (skill) pelanggan dan masyarakat yang ditinjau secara ekstensif sehingga
mereka sanggup mengelola keuangan menjadi lebih baik9. Sedangkan Isnuhardi mengemukakan pendapatnya bahwa
literasi keuangan adalah kebutuhan untuk menciptakan berbagai keputusan keuangan yang bertujuan mencapai
kesejahteraan individu dengan sebuah kombinasi pengetahuan, kesadaran, tingkah laku dan sikap 10.
Literasi  keuangan  merupakan  keperluan yang dijadikan kebutuhan dasar agar terhindar dari masalah-masalah
keuangan bagi seseorang.  Rendahnya tingkat pendapatan bukan saja menjadi sebab munculnya masalah keuangan, 
namun kurangnya pengetahuan seseorang dalam mengelola keuangannya seperti kesalahan penggunaan kredit, dan tidak
adanya perencanaan keuangan bisa juga dijadikan sebab masalah keuangan.11. Kesulitan keuangan bisa terlihat bukan
semata-mata karena pendapatan yang rendah, namun kesulitan keuangan juga dapat terjadi jika terjadi kesalahan dalam
pengelolaan keuangan (miss-management) karena keterbatasan finansial dapat menyebabkan rendahnya kepercayaan diri
dan stress, bahkan apabila terjadi dalam lingkup keluarga, kondisi tersebut sebagian besar dapat berujung pada
perceraian12. Oleh sebab itu, untuk mencapai tujuan keuangan dan kesejahteraan, literasi finansial menunjukkan perlunya
seseorang untuk bisa dapat memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya
Empat hal yang paling umum dalam finansial literasi adalah investasi, pinjaman, tabungan, dan penganggaran.
Hal itu dinyatakan oleh Remund yang dikutipkan oleh Indah Widayati 13. Nababan dan Sadalia mengemukakan
pendapatnya yang dikutip oleh Muhammad Irpan Nurhab 14, bahwa ada lima aspek yang setidaknya perlu dimengerti
dalam literasi finansial oleh semua lingkup, baik itu individu maupun suatu golongan. Diantaranya yaitu pengetahuan
dasar keuangan (basic personal finance); pengelolaan resiko (management risk); investasi (investment); asuransi
(insurance): dan tabungan (saving).
M. Asyad dan Wahyu Agung memaparkan manfaat yang ditimbulkan literasi keuangan syariah bagi masyarakat
diantaranya adalah sanggup memanfaatkan dan memilih jasa dan produk keuangan yang sifatnya syariah yang serasi
dengan keperluan; perencanaan kegiatan keuangan sanggup dilakukan masyarakat dengan lebih baik secara syariah;

3
M. Asyad & Wahyu Agung Handono, “Urgensi Literasi Keuangan Syariah Pada Pendidikan Dasar”, MIYAH: Jurnal Studi Islam, Vol. 13, No. 1, Januari,
Universitas Internasional Semen Indonesia, 2017, h. 130
4
Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, “Materi Pendukung Literasi Finansial”, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017, h. 3
5
Pusat Bahasa Depdiknas, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), h. 1767
6
Ridwan, S., & Inge, B. (2003). Manajemen Keuangan. Jakarta: Literata Lintas Media.
7
Mega Dwi Rani Siahaan, “Pengaruh Literasi Keuangan Terhadap Perilaku Pengelolaan Keuangan Pada Mahasiswa Perguruan Tinggi Di Surabaya” Artikel
Ilmiah, Oktober, 2013, hal. 4
8
Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Loc. cit, h. 5
9
OJK (Otoritas Jasa Keuangan), “Literasi, Edukasi, dan Inklusi Keuangan”, (Jakarta: Direktorat Literasi dan Edukasi, 2014), h. 4
10
Isnurhadi, “Kajian Tingkat Literasi Masyarakat terhadap Perbankan Syariah: Studi Kasus Masyarakat Kota Palembang”, (Skripsi—UNSRI 2013), h. 7-8.
11
Muhammad Irpan Nurhab, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Literasi Finansial Mahasiswa”, FINANSIA: Jurnal Akuntansi dan Perbankan Syariah, Vol. 01,
No. 2, Juli-Desember, IAIN Metro, 2013, h. 259
12
Krishna, A., Sari, M. & Rofaida, R. 2010. “Analisis Tingkat Literasi Keuangan di Kalangan Mahasiswa dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya - Survey
pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia”, h. 9
13
Indah Widayati. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Literasi Finansial Mahasiswa Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Brawijaya”, ASSET: Jurnal
Akuntansi dan Pendidikan, Vol. 1, No. 1, Oktober, IKIP PGRI Madiun, 2012, h. 91-92
14
Muhammad Irpan Nurhab, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Literasi Finansial Mahasiswa”, FINANSIA: Jurnal Akuntansi dan Perbankan Syariah, Vol. 01,
No. 2, Juli-Desember, IAIN Metro, 2013, h. 261
terhindar dari ketidakjelasan (bodong) pada aktivitas investasi pada instrument keuangan; dan mendapatkan pemahaman
mengenai risiko dan manfaat jasa dan produk keuangan syariah15.

C. LITERASI FINANSIAL: MENGANJURKAN TIDAK KIKIR DAN BERHENTI MENGHAMBURKAN UANG


Seseorang dalam mengelola hartanya, tentu sudah ada kebijakan masing-masing terhadap harta yang dimiliki.
Sayyid Quthb mengatakan dalam Tafsīr fī Zhilāl al-Qur`ān bahwa keseimbangan dalam segala sesuatu merupakan satu
prinsip utama dalam agama Islam16, termasuk tentang harta yang kita miliki. Akan menjadi hal yang bertolak belakang
dengan prinsip keseimbangan apabila terlalu miring ke kanan atau terlalu miring ke kiri Begitu pula dalam menggunakan
harta yang dimiliki, kikir tidak diperbolehkan untuk kita begitupun dengan mengamburkan uang atau boros karena
keduanya akan berdampak buruk bagi kita maupun orang di sekitar kita.

Hal ini sejalan dengan hal disampaikan Allah dalam Al-Qur’an Surah Al-Isra ayat 29 yang berbunyi:

‫ُطهَا ُك َّل ْالبَ ْس ِط فَتَ ْق ُع َد َملُوْ ًما َّمحْ سُوْ رًا‬ َ ِ‫ك َم ْغلُوْ لَةً اِ ٰلى ُعنُق‬
ْ ‫ك َواَل تَ ْبس‬ َ ‫َواَل تَجْ َعلْ يَ َد‬
Artinya: “Janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu (kikir) dan jangan (pula) engkau
mengulurkannya secara berlebihan sebab nanti engkau menjadi tercela lagi menyesal.” (QS. Al-Isra [17]: 29)
Dipaparkan dalam sebuah riwayat bahwa ayat 29 ini turun berhubungan dengan datangnya pakaian katun sebagai
kiriman kepada Rasulullah SAW. dan beliau memilih untuk membagikannya semua karena beliau adalah seorang yang
dermawan. Namun tatkala beliau rampung memberi seluruh pakaian yang beliau dapatkan, serombongan datang dengan
maksud untuk meminta bagiannya mereka padahal semuanya telah habis dibagikan. Maka ayat ini diturun untuk
menegaskan bahwa janganlah dihabiskan seluruhnya terhadap apa yang kita dapatkan 17.
Dalam ayat ini dipaparkan metode-metode yang baik dalam membelanjakan harta. Allah menerangkan ungkapan
“jangan menjadikan tangan terbelenggu pada leher”, tetapi juga “jangan terlalu mengulurkan-nya” yang dimaksudkan
adalah ungkapan kondisi untuk orang-orang yang kikir dan pemboros. Orang-orang Arab biasa menggunakan kedua
ilustrasi tersebut, ilustrasi pada awal ayat artinya perbuatan kikir itu sangat dilarang karena membuat kita menjadi tidak
sudi melepaskan harta walau sekedarnya yang dimiliki kepada orang lain. Ilustrasi selanjutnya memiliki arti menahan
untuk tidak berperilaku berlebihan dalam menggunakan harta dibanding apa yang dimilikinya. Akibat dari seseorang yang
tabiatnya menghamburkan uang adalah tabungan atau simpanan yang dibutuhkan untuk kehidupan di hari-hari berikutnya
menjadi kosong dan dirundung kebingungan18.

Dalam potongan ayat pertama dapat kita lihat bahwa ayat ini ada kaitannya dengan dengan aspek literasi
finansial yakni investasi (investment). Yang pertama untuk kebebasan finansial yaitu tidak terlalu kikir.

َ‫ك َم ْغلُوْ لَةً اِ ٰلى ُعنُقِك‬


َ ‫َواَل تَجْ َعلْ يَ َد‬
Tidak terlalu kikir artinya kita tidak diperbolehkan untuk terlalu menyimpan harta kita sehingga hanya
mengendap tidak bermanfaat begitu saja. Sayyid Quthb mendeskripsikan potongan ayat itu dengan menganalogikan sikap
kikir dengan tangan yang terbelenggu pada leher 19. Dengan kondisi seperti itu mungkin untuk pribadi sendiri merasa
senang atas harta yang dimiliki karena harta yang sangat banyak, tetapi tidak dalam pandangan orang lain. Orang lain
akan memandang jelek karena dalam perihal harta, tidak mau berbagi dan memberikan sebagian hartanya untuk orang
lain. Sifat kikir itu merupakan perilaku yang dilarang oleh Allah, karena sifat pelit itu adalah perbuatan dari setan.
Maka yang harus dilakukan ialah bersedekah kepada fakir miskin yang lebih membutuhkan karena dengan
begitulah harta kita yang sebelumnya tidak berguna menjadi bermanfaat sehingga dapat kita jadikan sebagai investasi
pahala untuk di akhirat kelak karena didalam uang yang kita hasilkan pun ada hak untuk orang lain yang seharusnya kita
gunakan untuk berinfak. Ibnu Katsir dalam Tafsīr al-Qur`ān al-‘Azhīm menyebutkan riwayat dari Asma’ binti Abi Bakar,
bahwa Rasulullah Saw. bersabda:

ِ ‫َأ ْنفِقِ ْي هَ َك َذا َوهَ َك َذا َوهَ َك َذا َواَل تُوْ ِع ْي فَيُوْ ِعى هَللا ُ َعلَ ْي‬
ِ ‫ك َواَل تُوْ ِك ْي فَيُوْ ِكى هَللا ُ َعلَ ْي‬
‫ك‬
“Berinfaklah kamu sekian, sekian, dan sekian. Janganlah kamu kikir sehingga Allah pun akan kikir kepadamu. Serta
janganlah kamu enggan memberi kepada orang lain sehingga Allah pun akan menahan pemberian kepadamu.”

Dalam hadits tersebut, dapat disimpulkan bahwa kita tidak diperbolehkan  turun ke tingkatan kikir hanya karena
kita hidup dalam keadaan sederhana dan hemat sampai-sampai enggan menggunakan harta padahal ada sesuatu yang
15
M. Asyad & Wahyu Agung Handono, “Urgensi Literasi Keuangan Syariah Pada Pendidikan Dasar”, MIYAH: Jurnal Studi Islam, Vol. 13, No. 1, Januari,
Universitas Internasional Semen Indonesia, 2017, h. 132
16
Sayyid Quthb, Dibawah Naungan Al-Qur’an (Tafsir Fi Zhilalil Qur’an), (Jakarta: Gema Insani, 2008)
17
Saleh dan AA Dahlan, Asbabun Nuzul., h. 321
18
Indonesia, Kementerian Agama: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an-Pusat Penelitian dan Pengembangan Lektur Keagamaan, Tafsir Kemenag, Jilid V
19
Ibid, h. 79
sedang dibutuhkan. Perilaku tersebut seringkali digemakan oleh syaithan karena merupakan perilaku tercela yang kikir
dan bakhil dijadikan sebagai ajakan untuk manusia. Bicara soal investasi, investasi itu tidak selalu soal uang dan dunia,
namun bisa juga kita berinvestasi untuk pahala dan akhirat semisal berbagi santunan kepada anak-anak yatim, berdonasi
untuk warga-warga yang terdampak bencana alam dan berqurban.

Kemudian dalam potongan ayat yang kedua adalah tidak menghambur-hamburkan uang atau boros yang dalam
aspek literasi finansial dikaitkan dengan tabungan (saving).

ْ ‫َواَل تَ ْبس‬
‫ُطهَا ُك َّل ْالبَ ْس ِط فَتَ ْق ُع َد َملُوْ ًما َّمحْ سُوْ رًا‬
Uang yang kita hasilkan dengan jerih payah sebaiknya tidak dihabiskan dengan begitu saja tanpa perencanaan
apalagi untuk dipakai melakukan hal-hal yang tidak senonoh. Dalam membelanjakannya pun ada aturannya agar tidak sia-
sia. Artinya berhenti untuk menghabiskan uang untuk hal yang sebenarnya tidak perlu dan benar-benar tidak dibutuhkan.
Orang-orang yang gemar menghambur-hamburkan hartanya yang dimaksud disini adalah orang yang membelanjakan
hartanya untuk melakukan sebuah kemaksiatan terhadap Allah SWT, oleh sebah itu mereka semua merupakan sahabat-
sahabat setan baik di dunia sampai kelak di akhirat.
Pemborosan merupakan membelanjakan barang yang tak dibutuhkan sama sekali dan pemborosan itu erat
kaitannya dengan “kawan setan”. Kawan syaithan disini diartikan untuk orang-orang yang mubazzir yang mana syaithan
sudah menganggap mereka sebagai sobat karibnya karena sangat besar sekali pengaruhnya dan mereka juga lazimnya
telah kehilangan pedoman yang menjadikannya hidup tanpa tujuan sehingga mereka sudah tidak taat dan lebih memilih
untuk menjalankan tindak maksiat20.
Menurut Marwan bin Musa, ia memaparkan pendapatnya bahwasanya siratan kata “pemboros kawan syetan” itu
didefinisikan sebagai keadaan kita yang sedang berada dalam lintasan syaithan, karena kepada perbuatan tercelalah
syaithan membujuk manusia agar ikut melakukan, tidak mungkin ia mengajak pada perbuatan terpuji. Ketika manusia
menolak untuk berbuat kikir, maka setan membujuk manusia untuk melakukan pemborosan sehingga nantinya
menyebabkan kekufuran manusia kepada nikmat-nikmat-Nya. Dan itu juga yang berlaku pada saudaranya yaitu seseorang
yang mempunyai sifat boros, dan hal yang dilakukan selaras, saat ini maupun nanti 21. Dampak dari pemborosan adalah
manusia akan merasakan kerugian yang menderitakan dirinya seorang diri, karena siapapun yang membelanjakan barang
yang tidak dijadikan keperluan, pastinya dimasa depan dia akan terdesak dan dengan berat hati melepaskan dengan harga
sesuatu yang sangat diperlukan. Oleh sebab itu yang terbaik adalah dengan mulai menerapkan sikap hidup berbelanja
yang hemat cermat22.
Dibanding uang kita belanjakan untuk hal yang tidak perlu, lebih baik kita membeli barang yang benar-benar
dibutuhkan dan sisanya kita tabung atau simpan untuk masa depan dan kita bisa dapat hidup berhemat dari apa yang kita
miliki tanpa harus membelanjakannya secara masif. Kita diperbolehkan untuk menjadi orang yang hemat bahkan sangat
disarankan terhadap harta yang kita miliki. Seperti dalam pepatah mengatahkan hemat pangkal kaya. Akan tetapi semua
itu ada batasannya jangan sampai kita melampaui batas kehematan yang nantinya akan menjerumuskan kita menjadi
orang yang pelit atas harta yang kita miliki. Dikatakan oleh Abdullah ibnu Mas'ud bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda
yang artinya: “Tidak akan menjadi miskin orang yang berhemat”. Hemat diartikan begitu penting dalam hadits tersebut
sampai-sampai Nabi SAW sendiri yang mengatakan bahwa menjadi hemat tidak sampai membuat kita menjadi seorang
yang miskin atau beban orang lain yang didukung juga dengan hadits yang diriwayatkan Imam al-Baihaq dari Ibnu Abbas
bahwa Rasulullah saw bersabda yang artinya: “Berlaku hemat dalam membelanjakan harta, separuh dari penghidupan.”
Sebagai seorang muslim, sudah seharusnya kita berusaha menerapkan pesan ayat ini dalam kehidupan kita
sehari-hari, yaitu kita menggunakan harta secara wajar dan tidak berlebihan. Kita tidak boleh berlebihan dalam menahan
harta sehingga menyakiti diri sendiri dan orang lain. Kita juga tidak boleh berlebihan dalam membelanjakan harta di luar
kemampuan kita sehingga tidak tersisa sedikitpun. Sifat yang paling baik adalah pertengahan antara dua sifat tersebut,
yaitu menggunakan harta yang kita miliki secara wajar. Kita boleh berhemat namun jangan sampai kebutuhan pokok yang
wajib kita penuhi menjadi terbengkalai dan terlantar. Jadi ayat tersebut dapat dipahami bahwa ada ajaran yang harus kita
realisasikan untuk bisa mengendalikan secara cukup tentang metode mengelola harta. Cukup dalam artian ketika ingin
digunakan untuk hal berguna uangnya ada, bersedekah uangnya ada, dan untuk kemudian hari dan seterusnya juga
uangnya ada. Sebab nantinya dapat membuat kita celaka karena tidak mempunyai apa-apa secara tidak sadar jika tidak
mengelola keuangan dengan baik. 

D. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis dari penulis yang telah dijabarkan mengenai “Literasi Finansial: Menganjurkan Tidak Kikir dan
Berhenti Menghamburkan Uang” , maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Literasi Finansial adalah rangkaian aktivitas atau proses guna memajukan kualitas pengetahuan (knowledge),
kepercayaan diri (confidence) dan keahlian (skill) pelanggan dan masyarakat yang ditinjau secara ekstensif sehingga

20
Hamka, Tafsir al-Azhar, h. 52
21
Abu Yahya Marwan bin Musa, “Tafsir Hidayatul Insan”, jilid 2, h. 371
22
Fachruddin, “Ensiklopedia Al-Qur'an”, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998), h. 241
mereka sanggup mengelola keuangan menjadi lebih baik. Aspek-aspek literasi finansial adalah pengetahuan dasar
keuangan, pengelolaan resiko, investasi, tabungan, dan asuransi.
2. Aspek-aspek literasi finansial dalam Q.S Al-Isra’ Ayat 29, yaitu:
a. Investasi
Daripada uang yang kita simpan mengendap begitu saja tidak memberi keuntungan apapun, akan lebih baik di
investasikan. Investasi tidak selalu soal uang dan dunia, namun bisa juga kita berinvestasi untuk pahala dan
akhirat semisal berbagi santunan kepada anak-anak yatim, berdonasi untuk warga-warga yang terdampak
bencana alam dan berqurban
b. Tabungan
Dibanding uang kita belanjakan untuk hal yang tidak perlu, lebih baik kita membeli barang yang benar-benar
dibutuhkan dan sisanya kita tabung atau simpan untuk masa depan dan kita bisa dapat hidup berhemat dari apa
yang kita miliki tanpa harus membelanjakannya secara masif.

DAFTAR PUSTAKA

Arvika Shinta Giffari, Analisis Literasi Finansial Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta:
Universitas Islam Indonesia 2018
Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Materi Pendukung Literasi Finansial, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2017
M. Asyad & Wahyu Agung Handono, “Urgensi Literasi Keuangan Syariah Pada Pendidikan Dasar”, MIYAH: Jurnal Studi Islam,
Vol. 13, No. 1, Januari, Universitas Internasional Semen Indonesia, 2017.
Ridwan, S., & Inge, B. (2003). Manajemen Keuangan. Jakarta: Literata Lintas Media
Indah Widayati. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Literasi Finansial Mahasiswa Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas
Brawijaya”, ASSET: Jurnal Akuntansi dan Pendidikan, Vol. 1, No. 1, Oktober, IKIP PGRI Madiun, 2012
Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2004)
Indonesia, Kementerian Agama: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an-Pusat Penelitian dan Pengembangan Lektur Keagamaan,
Tafsir Kemenag, Jilid V
Muhammad Irpan Nurhab, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Literasi Finansial Mahasiswa”, FINANSIA: Jurnal Akuntansi
dan Perbankan Syariah, Vol. 01, No. 2, Juli-Desember, IAIN Metro, 2013
Isnurhadi, “Kajian Tingkat Literasi Masyarakat terhadap Perbankan Syariah: Studi Kasus Masyarakat Kota Palembang”,
(Skripsi—UNSRI 2013)
Sayyid Quthb, Dibawah Naungan Al-Qur’an (Tafsir Fi Zhilalil Qur’an), (Jakarta: Gema Insani, 2008)

Anda mungkin juga menyukai